• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINISTRA” DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SINISTRA” DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Pendahuluan

Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengobatan penyakit ini maka penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi dengan diagnosa fraktur tertutup humerus kiri dengan rumusan masalah sebagai berikut : “Apa yang perawat rawat?” untuk Tn A dengan diagnosa fraktur close humerus kiri di ruang RSUD Melati Bangil Pasuruan.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi patah tulang humerus sempit.

Metode Penelitian

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Sistematika Penulisan

  • Definisi
  • Klasifikasi
  • Etiologi
  • Patofiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Komplikasi
  • Penata Laksanaan
  • Dampak Masalah

Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskular, kehilangan darah dalam jumlah besar dapat terjadi akibat trauma, terutama pada patah tulang femur dan panggul. Emboli lemak dapat terjadi setelah patah tulang panggul jangka panjang, patah tulang multipel, atau cedera akibat tertimpa, terutama pada pria dewasa muda (20 hingga 30 tahun).

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

Pada palpasi biasanya tidak terasa nyeri tekan, gerakan vocal fremitus sama antara kanan dan kiri. Berdasarkan peninjauan kasus, ditemukan adanya pengumpulan kesadaran, tidak ada kejang, tidak ada sakit kepala, tidak ada gangguan saraf kranial. Sirkulasi darah juga akan kembali normal, tidak terjadi pendarahan hebat yang menyebabkan hilangnya kesadaran pada pasien.

Sebab, pasien tidak memiliki riwayat pendarahan dan kebutuhan nutrisinya terpenuhi selama dirawat di rumah sakit. Bila meninjau kasus sistem endokrin, ditemukan data bahwa tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada lesi gangren. Pada tinjauan literatur didapatkan data pemeriksaan: tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat pembesaran kelenjar parotis.

Pada sistem endokrin tidak terdapat perbedaan antara case review dan literatur review, keduanya tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak terdapat ulkus gangren.

Tabel  2.1  intervensi  diagnosa  nyeri  akut  berhubungan  dengan  luka  post  operasi  fraktur
Tabel 2.1 intervensi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi fraktur

Pathway

Tinjauan Kasus

  • Identitas
  • Keluhan Utama
  • Riwayat Kesehatan
  • Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
  • Lingkungan Tempat Tinggal
  • Status Cairan dan Nutrisi
  • Genogram
  • Pemeriksaan Fisik
  • Data Psikososial
  • Data Spiritual
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Analisa Data
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Catatan Perkembangan
  • Evaluasi Keperawatan

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk dada normal, bentuk tulang belakang normal, pola nafas teratur tipe vesikuler, tidak ada retraksi otot pernafasan interkostal, tidak ada nyeri dada saat bernafas, dan tidak ada batuk. Pada tinjauan literatur ditemukan tidak ada masalah, pada pemeriksaan tidak ditemukan perubahan yang menonjol seperti bentuk dada, ada tidaknya sesak nafas, pernafasan lubang hidung dan perluasan paru yang simetris antara kanan dan kiri. . Tinjauan kasus tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur dengan denyut kuat, posisi midklavikula kiri, ukuran 1 cm, bunyi jantung: S1 dan S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 3 detik, tidak ada sianosis, tidak ada jari tabuh. , JVP biasa saja.

Pada tinjauan kasus terdapat kesadaran komposisi, GCS: 4-5-6, orientasi baik, pasien kooperatif, tidak ada kejang, tidak ada leher kaku, tidak ada patah tulang zincy, tidak sakit kepala, tidak pusing, istirahat/tidur: sore ± 4 jam/hari, malam ± 8 jam/hari, tidak ada kelainan saraf kranial, isokore pupil, refleks cahaya: +/+ (normal), pasien mengatakan tidur nyenyak. Bila ditinjau dari teori, diperoleh data : Berdasarkan pemeriksaan saat penilaian kesadaran pasien (GCS), biasanya didapati normal 4-5-6, tidak ada kejang, tidak ada kelainan syaraf, tidak ada sakit kepala. Pada tinjauan literatur sistem gastrointestinal (usus), data terungkap melalui inspeksi: kondisi mulut bersih, selaput lendir lembab, palpasi: tidak ada nyeri tekan atau massa pada lambung, perkusi: bunyi gendang normal, auskultasi : bising usus menurun.

Pada tinjauan kasus didapatkan kemampuan gerak sendi dan anggota badan secara leluasa, kekuatan otot, terdapat patah tulang pada lengan kiri, tidak ada dislokasi, terdapat luka pasca operasi, akral hangat, lembab, turgor baik, CRT ≤ 2 detik, tidak ada edema, kulit bersih, kemampuan ADL parsial : pasien dibantu keluarga untuk mandi dan berpakaian karena masih takut melakukannya sendiri dan pasien masih kesulitan menggerakkan satu tangan karena tangan kiri masih sakit bila digerakan sedikit, warna kulit coklat.

Gambar  3.1  Genogram  Keluarga  An.  A  dengan  diagnosa  medis  close  Fraktur  Humerus di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
Gambar 3.1 Genogram Keluarga An. A dengan diagnosa medis close Fraktur Humerus di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

Pembahasan Dan Saran

Pada usia muda/remaja, patah tulang lebih sering terjadi karena kebiasaan tidak menaati peraturan lalu lintas dan tidak berhati-hati saat mengendarai kendaraan bermotor, sehingga menyebabkan patah tulang traumatis akibat trauma ringan atau berat pada tulang, patah tulang akibat stres. pada tulang, patah tulang.

Riwayat Kesehatan

Pada perkusi terdapat bunyi perut yang normal (resonansi), dan pada auskultasi tidak terdapat bunyi napas tambahan seperti mengi atau ronki pada bunyi napas vesikuler. Tinjauan literatur didapatkan pemeriksaan : kulit dan selaput lendir pucat, palpasi : tidak ada peningkatan denyut dan irama jantung, tidak ada peningkatan JVP, CRT biasanya menurun > 3 detik pada ekstremitas yang terkena, perkusi : bunyi jantung tumpul, auskultasi : darah tekanan normal atau hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung individu S1 dan S2, tidak terdengar bunyi tambahan seperti murmur dan gallop) Muttaqin (2011). Namun tidak ada masalah, warna urin jernih, pasien biasanya masih menggunakan kateter, buang air kecil 3-4 kali/hari, kandung kemih tidak sensitif terhadap palpasi.

Dalam pemeriksaan kasus diperoleh data sebagai berikut: mulut bersih, selaput lendir bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, gigi tidak pernah disikat selama dirawat di rumah sakit, tidak sakit perut, kebiasaan buang air besar satu kali. sehari, konsistensi padat, warna coklat, bau khas, tempat biasanya menggunakan toilet, peristaltik 12x/menit, tidak ada masalah dalam pembuangan alvi. Pada studi kasus studi kasus didapatkan konjungtiva tidak anemia, sklera putih normal, kelopak mata tidak ada, tidak ada strabismus, tajam penglihatan normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, terdapat kantung mata, hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, tidak ada kelainan, bentuk telinga simetris, tidak ada keluhan, ketajaman pendengaran normal, tidak menggunakan alat bantu dengar, rasa manis, pahit, asam, asin, rasa normal. Dalam diagnosis keperawatan nyeri akut yang berhubungan dengan luka pasca operasi, terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus.

A yaitu pada sistem muskuloskeletal Kemampuan leluasa menggerakkan sendi dan anggota badan, kekuatan otot, terdapat fraktur pada tangan kiri, tidak ada dislokasi, terdapat luka pasca operasi, akral hangat, lembab, turgor baik, CRT ≤ 2 detik, tidak ada edema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL parsial: pasien dibantu keluarga dalam mandi dan berpakaian karena masih takut melakukannya sendiri, dan pasien masih kesulitan menggerakkan satu tangan karena lengan kiri masih terasa sakit, padahal masih ada sedikit gerakannya, warna kulitnya coklat.

Pemeriksaan Fisik

Diagnosa Keperawatan

Tinjauan kasus mengidentifikasi hanya dua diagnosa keperawatan, nyeri akut berhubungan dengan luka pasca operasi dan defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan fisik. Pada kesimpulan evaluasi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan luka pasca operasi, dapat diketahui bahwa nyeri pasien sudah berkurang dan. Diagnosa keperawatan Kurangnya perawatan diri: mandi dikaitkan dengan kelemahan fisik, dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi. Pasien dapat mandiri melakukan mandi dan perawatan.

A meliputi: Nyeri akut yang berhubungan dengan luka patah tulang pasca operasi. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan fisik. Didapatkan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan luka pasca operasi, patah tulang hilang, pada diagnosa kurang perawatan diri : mandi berhubungan kelemahan fisik, masalah teratasi.

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Sedangkan pada case review, implementasinya disiapkan dan dilaksanakan pada pasien serta terdapat dokumentasi dan intervensi keperawatan. Dalam diagnosis nyeri akut berhubungan luka pasca operasi, dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan yaitu : membangun hubungan saling percaya (dengan menyapa secara sopan, memperkenalkan diri, menanyakan nama dan memberitahukan tujuan pertemuan), menjelaskan penyebab nyeri akibat luka operasi yang dilakukan. , penilaian tingkat nyeri pada pasien (dengan menanyakan penyebab, kualitas nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri dari rentang 0-10, menanyakan kapan nyeri sering atau kadang-kadang), pemeliharaan mobilisasi agar nyeri tidak terasa, memberikan kenyamanan pada pasien (dengan menganjurkan pasien istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang menimbulkan nyeri), mengajarkan cara mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi (dengan mengajak pasien belajar menarik napas dalam-dalam dari udara). hidung dan buang napas melalui mulut, anjurkan melakukan hal tersebut berulang-ulang hingga kondisi pasien terasa membaik/tidak terasa nyeri), pertahankan mobilitas karena terdapat belat pada lengan kiri (dengan menganjurkan pasien berbaring, dan memberikan tumpuan pada bagian bawah lengan kiri. lengan dengan bantal saat tidur agar pasien merasa nyaman), mengamati tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui kondisinya saat ini (melalui tekanan darah, suhu tubuh, tempo pernafasan, . dan detak jantung), bekerja sama dengan tim medis lain untuk memberikan analgesik (berikan entrain 2 x 40 mg melalui infus/intravena). Saat mendiagnosis defisiensi perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan fisik Perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : Anjurkan keluarga untuk memberikan bantuan sementara pada pasien (keluarga pasien membantu pasien dalam melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi, berpakaian /berpakaian), anjurkan pasien untuk menjaga dirinya dengan satu tangan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kemampuan pasien selama masa pengobatan (belajar makan sambil menggunakan satu tangan, pelajari cara menyisir rambut dengan satu tangan), amati tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui kondisinya saat ini (dengan melakukan pembacaan tekanan darah, suhu tubuh, laju pernapasan dan detak jantung), pelajari ROM pasif pada tangan kiri pasien untuk menunjang pemulihan tangannya (disarankan mempelajari ROM pasif pada saat melakukan cedera tangan dengan hati-hati dan terus menerus).

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan karena pasien dan keluarga bersikap kooperatif dengan tenaga medis, sehingga rencana tindakan dapat terlaksana dengan baik.

Evaluasi Keperawatan

Hal ini sesuai dengan teori Perry & Potter, (2010) bahwa kebutuhan untuk terbebas dari rasa sakit merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi tujuan pemberian asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan teori tujuan perawatan diri mandiri keperawatan yaitu meningkatkan status kesehatan seseorang, menjaga kebersihan diri secara mandiri, meningkatkan perawatan mandiri yang kurang (Sujono dalam Setyawati 2016). Setelah melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien dengan diagnosa medis CF Humerus Sinistra di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien. pasien dengan diagnosis medis CF Humerus Sinistra.

Dari hasil uraian yang menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis CF Humerus Sinistra, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. Judul : “Keperawatan dengan diagnosa medis pasca operasi patah tulang di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan”.

Gambar

Tabel  2.1  intervensi  diagnosa  nyeri  akut  berhubungan  dengan  luka  post  operasi  fraktur
Tabel 2.2 : Intervensi diagnosa mual berhubungan dengan efek anastesi  Tujuan / kriteria hasil  Intervensi    Rasional  setelah dilakukan
Tabel  2.3  :intervensi  diagnosa  defisit  perawatan  diri  berhubungan  dengan  kelemahan fisik
Tabel 2.4 : Intervensi diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang informasi   Tujuan / kriteria hasil  Intervensi  Rasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan mobilitas fisik menurunterjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada

Pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti mengidentifikasi kesiapan dan