• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Syahdani Liliani Tobing 122500161

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JULI 201

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di Harjosari II Kec. Medan Amplas”

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep.Ns., MNS sebagai pembimbing yang disela-sela kesibukannya masih mau meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1) Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2) Ibu Erniyati S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3) Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4) Ibu R. Devi Tumanggor, S.Kep., M.Nurs selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar membimbing dan arahan nilai akademik penulis.

(5)

5) Ibu Yesi Ariani, S.Kep., Ns selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik terhadap KTI penulis.

6) Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, Ayah Samsul Lumban Tobing S.Sos dan Mama’ Umi Kalsum Siregar S.Sos yang telah memberikan saya kekuatan dan dukungan baik moril, spiritual, maupun materi. Dan tidak lupa pula yang tersayang untuk kedua adik saya Antika Nabila Tobing, dan Vina Amelia Tobing. Terima kasih atas doa yang telah di berikan.

7) Buat Aisyah Nuramini Ritonga terimakasih yang selalu penulis repotkan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8) Buat Sri Saraswati Sitepu, Sastika Maisari Srg, Try Hariyani dan Yunita Apryani Nst terima kasih dikesibukan kita menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Kalian selalu ada, dan buat Naomi Optika Siagian teman satu bimbingan yang selalu ada untuk saling tukar pendapat saya ucapkan terima kasih banyak.

9) Buat seluruh rekan-rekan DIII keperawatan stambuk 2012 terima kasih selama 3 tahun kita bersama-sama memberi warna di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(6)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mungkin jauh dari kata sempurna baik dari isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi ilmu keperawatan.

Medan, 28 Juli 2015

S. Liliani Tobing

(122500161)

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 4

C. MANFAAT ... 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 7

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI .. . 7

1. PENGKAJIAN ... 8

2. ANALISA DATA ... 17

3. RUMUSAN MASALAH ... 18

4. PERENCANAAN ... 19

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ... 21

1. PENGKAJIAN ... 21

2. ANALISA DATA ... 26

3. MASALAH KEPERAWATAN ... 29

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL 30 5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI 35 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA……….. . 46 LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah seorang tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan Asuhan Keperawatan kepada seseorang yang mengalami masalah kesehatan. Dan yang menjadi pegangan dan pedoman bagi seorang perawat dalam mencapai tujuan pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional adalah teori (Maslow, 1943).

dimana Maslow menyebutkan dalam teorinya bahwa kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi 4 bagian yaitu, Fisiologis, Aman nyaman, Cinta mencintai, Harga diri dan Aktualisasi diri. Dalam kebutuhan dasar fisiologis maka salah satunya mencakup kebutuhan aktivitas, yang dimana aktivitas sangat berperan penting dalam proses kehidupan mahkluk hidup.

Hasil studi kasus yang penulis lakukan pada tanggal 18 Mei 2015 di Jln.

Bajak IV Timur, Medan Amplas. Penulis menemukan kasus pasien dengan diagnosa medis Arthritis Gout (Asam Urat). Asam urat adalah hasil produksi tubuh yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Purin adalah protein yang termasuk golongan nukleo protein. Purin didapat dari makanan selain itu juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan seperti: CO2, glutamine, glisin, asam aspartat dan asam folat. Diduga hasil metabolisme purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat, dan kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal lewat urine dan usus.Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemiaada beberapa yaitu:

(9)

- adanya gangguan metabolisme purin bawaan

- kelainan pembawa sifat atau gen

-kelebihan mengkonsumsi makan berkadar purin tinggi seperti:

daging, jeroan, kepiting, kerang, keju,kacang tanah, bayam, buncis.

- penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi

Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan yang terjadi karena deposisi, deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi atau tofi. Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat. Masalah akan timbul bila terbentuk kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat pada sendi- sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk jarum inilah yang mengaki- batkan reaksi peradangan/inflamasi, yang bila berlanjut akan mengakibatkan nyeri hebat. Jika tidak diobati, endapan kristal ini akan menyebabkan kerusakan hebatpada sendi dan jaringan lunak. Kadar asam urat yang normal pada pria: 7mg/dl sedangkan pada wanita di bawah 6 mg/dl (Misnadiarly, 2008).

Alexander (2010) menyatakan penyakit karena asam urat (gout) di Amerika Serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999, dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi kedua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4% dengan puncak lebih dari 7%

pada pria berusia 75 tahun. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, penderita penyakit gout dari tahun ke tahun semakin meningkat dan terjadi kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti dengan hasil rekam medik RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus

(10)

umur 2-25 tahun, 12 kasus umur 30-50 tahu, dan 5 kasus umur > 65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita, 2 kasus umur 2-25 tahun, 40 kasus umur 30-50 tahun dan 4 kasus umur > 65 tahun ( Krisnatuti, 1997). Prevalensi penderita asam urat tertinggi di Indonesia berada pada penduduk di daerah pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado – Minaha sebesar 29,2 % pada tahun 2003 dikarenakan kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap.

Penyakit asam urat ditandai oleh gangguan linu-linu, terutama di daerah persendian tulang. Tidak jarang timbul rasa amat sakit dibagian sendi/ alat gerak bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian.

Tingginya kadar asam urat dalam darah juga dapat menyebabkan arthritis gout. Di Indonesia, arthritis gout menduduki urutan kedua terbanyak dari penyakit osteoartritis. Hasil penelitian sebagian besar penderita arthritis gout mengalami

hiperurisemia, yaitu sebesar 65% (Alifiasari, 2011). Dampak selanjutnya jika penyakit ini tidak diatasi secara tepat dikhawatirkan dapat menurunkan produktifitas kerja dan keterbatasan aktivitas. Salah satu cara mengatasinya, yaitu dengan pengaturan diet.

Menu diet diatur agar lebih banyak mengonsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin rendah. Dengan melakukan program diet yang baik, dapat membantu meringankan gangguan penyakit gout (Krisnatuti & Rina, 2006).

Dari keterbatasan gerak dalam melakukan aktivitas pada klien karna penyakit asam urat yang sudah lebih kurang 5 tahun belakangan ini dideritanya. Maka dari itu penulis mengambil judul “Mobilitas Fisik” yang dimana klien dalam melakukan

(11)

aktivitas terkadang membutuhkan bantuan keluarganya dan jika berjalan – jalan jauh klien membutuhkan alat bantu berupa tongkat.

Hasil data tersebut menunjukkan bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan masalah yang menjadi prioritas. Menurut Henderson gangguan mobilitas fisik harus segera ditangani karena terhindar dari gangguan mobilitas fisik merupakan kebutuhan dasar manusia yang mencakup bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman (Potter & Perry, 2005).

Disini penulis mengambil kasus tentang Mobilitas Fisik pada klien yang mempunyai penyakit asam urat yang berusia lanjut. Namun gangguan mobilitas fisik tidak hanya diderita oleh mereka yang mempunyai riwayat penyakit seperti diatas dan berusia lanjut, semua orang bisa beresiko mengalaminya baik tua maupun muda.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan pengolahan kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisik di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas”.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan suatu gambaran nyata bagi mereka yang mengalami gangguan mobilitas fisik, agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

(12)

b. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktivitas di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas 2015

2. Mampu menegakkan Diagnosa Asuhan Keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktivitas di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas 2015

3. Mampu membuat Perencanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktivitas di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas 2015

4. Mampu melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktivitas di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas 2015

5. Mampu melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktivitas di Jln. Bajak IV Timur, Medan Amplas 2015

C. Manfaat

a. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien yang khusnya dengan gangguan mobilisasi.

(13)

c. Bagi kebutuhan klien diharapkan menambah wawasan dan informasi dalam mengontrol nyeri yang mengakibatkan mobilisasi terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

(14)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya, sebaliknya Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas) (Hidayat, 2004). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan imobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Hambatan mobilitas aktivitas adalah keadaan yang dimana individu mengalami keterbatasan atau beresiko mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik, tetapi bukan imobilitas. Batasan karakteristik dibagi menjadi dua yaitu : mayor (80% - 100%) yaitu terganggunya kemampuan untuk bergerak secara sengaja di dalam lingkungan (mis., mobilitas di tempat tidur, berpindah tempat, ambulasi) , keterbatasan rentang gerak (range-of-motion,ROM) dan minor(50%-80%) yaitu keterbatasan gerak, keengganan bergerak (Carpenito, 2009 ).

Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda

(15)

kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.

1. Pengkajian

3.Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b.Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat penyaki sistem

kardiovaskuler (infrak miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit sistem musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, arthritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia dan lain-lain.

1) Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

2) Kemampuan Mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

(16)

Tingkat Aktivitas/

Mobilitas

Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawas orang lain.

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawas orang lain, dan peralatan.

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.

3) Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian mobilisasi pasien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan, latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh. Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagittal, frontal, dan transversal tubuh. Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti: kepala (leher spinal servikal), bahu, siku, lengan, jari-tangan, ibu jari, pergelangan tangan, pinggul, dan kaki (lutut, telapak kaki, jari kaki).

(17)

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal Bahu

Abduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas.

180

Siku

Fleksi: Angkat lengan bawah kearah depan dan ke arah atas menuju bahu.

150

Pergelangan tangan

Fleksi: Tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan bawah.

Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.

Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin.

Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.

Adduksi: Tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.

80-90

80-90

70-90

0-20

30-50

Tangan dan jari

Fleksi: Buat kepala tangan.

Ekstensi: Luruskan jari.

Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan

90 90 30

(18)

4) Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thoraks, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat repirasi dan sistem kardiovaskuler seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.

5) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam pengkajian kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:

Skala Persentase Kekuatan Normal

Karakteristik

0 1

2

3

0 10

25

50

Paralisis sempurna.

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat.

Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.

Gerakan yang normal melawan gravitasi.

Gerakan penuh yang normal ke belakang sejauh mungkin.

Abduksi: Kembangkan jari tangan.

Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.

20 20

(19)

4

5

75

100

melawan gravitasi dengan melawan tahanan minimal.

Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh.

6) Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan immobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem muskuloskeletal. Untuk memeroleh gerak tubuh yang tepat, seseorang harus memelihara pelengkungan dan keseimbangan yang tepat selama bergerak, laporan surgeon mngenai aktivitas fisik dan kesehatan, “aktivitas fisik regular yang dilakukan di sebagian besar hari dalam seminggu mengurangi risiko berkembangnya atau risiko mematikan beberapa penyebab utama sakit dan kematian di Amerika”. Ada dua komponen utama atas kesuksesan perogaram untuk mempromosikan aktivitas fisik:

a. Mengidentifikasi aktivitas menyenangkan yang mampu dilakukan seseorang dan

b. Konsistensi dalam melakukan aktifitas.

Dengan demikian, perawat harus bekerja dekat dengan pasien secara individu untuk menyesuaikan suatu program yang memenuhi kriteria diatas (Vaughans, 2013).

(20)

Tipe gerak mobilisasi yang tepat:

1. Rencanakan pekerjaan (misal mengangkat, memindah) lebih dulu.

2. Biarkan pasien sebanyak mungkin membantu.

3. Cari bantuan jika mungkin.

4. Gunakan peralatan mekanik jika diperlukan.

5. Gunakan gerakan terkoordinasi pelan daripada gerakan serampangan.

6. Kencangkan otot gluteal dan abdominal untuk mengangkat.

7. Dorong, luncurkan atau tarik daripada mengangkat atau membawa jika memungkinkan.

8. Putar seluruh badan, jangan memelintir badan.

9. Beri dasar tumpuan yang luas.

Kaki bertumpu tetap pada lantai

Satu kaki agak di depan kaki yang lain

Lutut perlahan menekuk

- Gunakan otot-otot kaki yang besar; jangan gunakan otot-otot punggung - Bawa barang dekat dengan badan anda.

- Hindari meregang dan mengapai objek.

Sesuaikan tempat tidur setinggi pinggang jika mungkin.

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas menurut (Hidayat, 2004).

yaitu:

1.Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat

(21)

sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.

2.Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.

3.Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.

Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.

4.Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagianis memiliki fungsi somatic dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinversi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

(22)

5.Sendi

Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sensi, misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lainnya seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.

Jenis Mobilitas menurut (Hidayat, 2004).

- Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehinga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

- Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseoang bergerak dengan batasan- batasan tertentu. Dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya, ini dapat dijumpai pada kasus patah tulang dengan pemasangan traksi. Mobilitas sebagia juga dibagi dua jenis, yaitu:

* Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

(23)

* Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegia karena cedera tulang belakang. Poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. (Hidayat, 2004).

Faktor yang Memengaruhi Mobilitas menurut (Hidayat, 2004). adalah :

- Gaya Hidup : Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

-Proses Penyakit/Cedera : Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

- Kebudayaan : Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.

- Tingkat Energi : Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

- Usia dan Status Perkembangan : Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

(24)

Tujuan Mobilisasi adalah : Memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas rekreasi), Mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), Mempertahankan konsep diri, Mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter &

Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan- kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.

Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment) (Potter & Perry, 2005).

Tujuan Pengumpulan Data :

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.

(25)

3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.

Tipe Data :

- Data Subjektif

- Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).

- Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi aktivitas harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian di mana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi (Wilkinson, 2006) yaitu:

a. Perubahan metabolisme sel b. Ketidaknyamanan

c. Penurunan kekuatan, kendali, dan massa otot

(26)

d. Intoleransi aktivitas e. Perkembangan terhambat

f. Kurangnya pengetahuan terhadap nilai dari aktivitas fisik g. Kerusakan muskuloskeletal

h. Ketidakmampuan untuk memulai pergerakan.

i. Kerusakan sensori persepsi.

4.Perencanaan Keperawatan

Perencannaan adalah kategori dari perilaku keperawatan di mana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya. Perawat berkonsul dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya (Potter&Perry, 2005).

Menurut (Hidayat, 2004) tujuan perencanaan adalah :

- Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, fleksibelitas sendiri.

- Meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

- Meningkatkan fungsi respirasi.

- Meningkatkan fungsi gastrointestinal.

- Meningkatkan fungsi sistem perkemihan.

- Memperbaiki gangguan psikologis.

Rentang gerak (ROM) yaitu pasif, aktif asistif, aktif, dan aktif resistif (Addams

& Clough,1998).

- ROM pasif adalah gerakan otot klien yang dilakukan oleh orang lain dengan bantuan klien itu.

- ROM aktif asistif adalah kontraksi otot secara aktif dengan bantuan gaya dari luar, seperti terapis, alat mekanis, atau ekstermitas yang tidak sedang dilatih.

(27)

- ROM aktif adalah kontraksi otot secara aktif melawan gaya gravitasi, seperti mengangkat tungkai dalam posisi lurus.

- ROM aktif resistif adalah kontraksi otot secara aktif melawan tahanan yang diberikan, misalnya beban.

(28)

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1.Pengkajian

Berdasarkan penugasan dinas pengambilan kasus pada tanggal 18 Mei 2015 di Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas. Mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.A. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan.

a. Biodata

Ny.A berusia 63 tahun, beragama Islam, Ny.A hanya menamatkan pendidikan sampai SMP Ny.A tidak bekerja dia hanya sebagai Ibu rumah tangga. Ny.A bergolongan darah B dan bertempat tinggal di Jln. Bajak IV Timur, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas.

b. Keluhan Utama

Ny.A mengalami kesulitan bergerak karna ektermitas bawah sering terasa kebas-kebas dan sakit, khususnya bagian patella terasa kaku jika di gerakkan.

Ny.A jika banyak melakukan aktivitas / kegiatan sering mudah lelah dan merasa kecapean karna kondisi kaki yang sakit yang terkadang kurang mampu menopang beban tubuh.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan mengalami gangguan pada saat melakukan kegiatan sehari- hari seperti saat berjalan untuk belanja ke pasar, naik tangga, berjalan jauh, klien juga mengalami kesulitan pada saat buang air besar(jongkok kemudian berdiri), melepas pakaian dan pada saat sholat. Semua itu dilakukan dengan memakan waktu yang cukup lama dari biasanya, bagian yang sering terasa sakit di bagian ekstermitas bawah. Dari patella sampai jari-jari kaki. Ny.A sudah menderita asam urat sejak 5 tahun belakangan ini. Klien juga menggunakan tongkat disaat klien berjalan-jalan untuk berpergian jauh dan

(29)

terkadang jika pergi ke kamar mandi. Dan cara berjalan klien kakinya seperti dijinjit dan berayun, jika klien merasakan sakit pada sendi-sendi ketika sedang beraktivitas klien hanya dapat mengistirahatkan kakinya dengan meluruskan kaki di lantai/tempat tidur sampai otot kaki terasa lebih rileks.

d. Riwayat Kesehatan Masalalu

Ny.A tidak pernah memiliki penyakit yang serius sebelumnya, hanya penyakit ringan seperti demam, flu biasa. Klien hanya membeli obat di warung saat demam dan flu. Terkadang Ny.A juga berobat ke puskesmas jika obat yang di beli di warung tidak membuat kondisinya semakin baik, namun hal yang demikian jarang dilakukannya karena biasanya obat warung yang dikonsumsinya dapat membuat kondisinya lebih baik. Klien tidak memiliki riwayat alergi. Namun klien suka mengkonsumsi jeroan, daun singkong, jengkol, kerang.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak ada penyakit menurun yang diderita oleh saudara kandung klien dan kedua orang tuanya. Suami klien masih hidup, dan klien memiliki 9 anak kandung yang dimana anak-anak klien sudah berumah tangga semuanya. Klien hanya tinggal dengan suaminya.

Kedua orang tua klien sudah lama meninggal dunia namun bukan karna faktor penyakit tertentu namun hanya karna faktor usia yang sudah tua. Klien juga orangnya jarang bergaul dengan lingkungan sekitar, (tertutup).

f. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien terlihat kelelahan saat banyak bekerja, kaki lelah, tumit sakit, dan kaki kebas- kebas. Tanda –tanda vitalyang didapat pada saat pemeriksaan adalah : TD = 130/80 mmHg, HR = 70x/menit, RR=21x/menit,

(30)

suhu= , TB= 156 cm , BB=80kg. selain itu juga dilakukan pemeriksaan head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik yang lengkap. Dalam

pemeriksaan didapati kepala bulat, simetris, tidak ada benjolan, ubun-ubun:

fontanel anterior(-), kulit kepala bersih. Sebagian rambut berwarna putih (beruban).

Pada pemeriksaan wajah warna kulit kuning langsat dengan struktur wajah berbentuk bulat, mata lengkap ada sepasang dan masih berfungsi dengan jelas.

Palpebra masih berfungsi dengan baik, konjungtiva dan sclera tidak pucat, respon pupil terhadap cahaya baik karena tidak ada kelainan, kornea dan iris normal, bola mata dapat melihat ke segala arah.

Pada pemeriksaan hidung terdapat tulang hidung dengan posisiseptum nasi tepat ditengah (medialis). Lubang hidung ada dua, dan masing-masing masih berfungsi dengan baik dan tulang hidung jugag ada, cuping hidung tidak ada.

Bentuk daun telinga normal dan simetris, ukuran telinga normal, lubang telinga bersih dan pendengaran klien masih sangat tajam.

Pada pemeriksaan mulut dan faring keadaan bibir normal namun mukosa bibir nampak kering, keadaan gusi dan gigi tidak ditemukan adanya perdarahan pada gigi, kondisi gigi kurang bagus karna ada gigi yang ompong dan busuk. Keadaan lidah bersih tidak ada slem di pinggir-pinggir bibir, pita suara baik. Posisi trakea baik karna tidak ada pembengkakan, tidak ada tiroid, suara serak-serak basah, tidak ada pembengkakan vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

Pada pemeriksaan integument kulit bersih namun berkeringat warna kulit hitam, turgor saat dilakukan tes teraba turgor kulit kembali selama 3 menit, kulit kering, tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks / dada

(31)

normal, pernafasan frekuensi pernafasan dalam batas normal 22x/menit, tidak ada mengalami kesulitan saat bernafas, hanya saja pada saat klien melakukan banyak pergerakan nafas menjadi lebih pendek. saat palpasi getaran suara simetris kanan dan kiri. Suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler. Pada pemeriksaan jantung tidak tampak kelainan ataupun pembesaran, pada saat palpasi tidak teraba pembesaran, saat diperkusi suara dullness dan denyut jantung terdengar normal.

Pada pemeriksaan abdomen terlihat normal, simetris antara kanan dan kiri dan tidak ada pembengkakan. Pada pemeriksaan muskuluskeletal simetris antara kiri dan kanan, adanya bekas trauma akibat sering jatuh, tingkat mobilisasi : 2 (Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan atau pengajaran).

g. Pola kebiasaan sehari-hari

Frekuensi makan klien 3x sehari namun klien akhir-akhir ini mengalami penurunan nafsu makan jadi, hanya menghabiskan 1/5 dari porsi nasi yang biasanya, tidak ada nyeri pada ulu hati, klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-obatan, klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan maupun mengunyah makanan.

h. Perawatan Diri / Personal hygine

Klien terlihat bersih, dan klien mengatakan mandi 2x sehari, kebersihan gigi dan mulut kurang terjaga gigi klien ada yang sudah ompong dan busuk. Pada saat membersihkan eliminasi klien juga mengalami masalah karna kaki klien tidak tahan untuk menahan badan untuk berjongkok membersihkan eliminasi.

Kuku tangan dan kaki terlihat bersih.

(32)

i. Pola Kegiatan / Aktivitas

Untuk kegiatan makan klien mampu melakukannya dengan mandiri namun pada saat mandi, mengganti pakaian, membersihkan eliminasi klien terkadang membutuhkan bantuan orang lain. namun dalam melakukan pekerjaan rumah seperti berjalan ke pasar untuk berbelanja, dan pada saat sholat klien sangat merasa terganggu, karna ada benjolan dan kemerahan pada kaki kirinya.

Sehingga jika kebanyakan beraktivitas tiba-tiba merasa sakit. Dan terkadang klien menggunakan alat bantu tongkat.

j. Pola eliminasi

Pola BAB klien 1xsehari pada pagi saja, karakter feses tidak cair berwarna kecoklatan, tidak pernah mengalami perdarahan pada saat BAB, klien tidak terkena diare. Pola BAK 2-5 x sehari karakter urin kuning dan jumlah sedang, klien mengatakan tidak ada kesulitan BAK, klien tidak ada riwayat penyakit ginjal, namun klien mengalami kesulitan dalam membersihkan eliminasi.

(33)

2. Analisa Data

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah keperawatan

1. Ds :

- Klien mengeluhkan sendi pada kedua kaki sakit jika berjalan terlalu jauh.

- Klien mengeluhkan tangan sering kaku dan kebas-kebas, terkadang bila di gerakkan terasa sakit.

- Klien mengatakan suka mengkonsumsi jeroan, kerang dan daun singkong.

Do :

- Keadaan kaki kiri nampak lebih kecil dari sebelah kanan.

- Terlihat kemerahan pada kaki kiri dan sedikit bengkak dan diraba terasa hangat.

- Klien berjalan lambat kemudian kaki seperti berjinjit dan jika berjalan terlalu jauh klien

Penumpukan purin pada ekstermitas bawah

Kesulitan bergerak

Perubahan cara berjalan

Melambatnya pergerakan

Hambatan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik

(34)

membutuhkan alat bantu berupa tongkat.

Suhu : C

Asam urat : 9 mg/dl TD : 130/80mmHg

2. Ds:

- Klien mengatakan terkadang ia mengalami

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri khususnya (toileting)

DO

- Klien menggunakan tongkat.

- Pada saat eliminasi

klien juga

menggunakan

sebuah kursi yang dibagian tengahnya di bolongin guna untuk mempermudah

klien dalam

eliminasi.

- Pada saat ingin mandi, pakaian terlebih dahulu dilepaskan oleh

Kerusakan muskuloskeletal

Kelemahan anggota gerak

Kurang mampu membersihkan diri

sendiri sehabis eliminasi

Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri (toileting)

(35)

suami klien kemudian klien pergi ke kamar mandi.

3. Ds :

- Klien mengatakan tidak paham tentang masalah kesehatan yang ia alami.

DO:

- Klien hanya tamatan SMP.

- Klien jarang keluar rumah dan bergaul

dengan para

tetangga.

- Klien jarang pergi ke pelayanan kesehatan karna jarak dari rumahnya cukup jauh.

Faktor usia

Tingkat pendidikan

Kurang sarana informasi

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

(36)

3. Rumusan Masalah

Masalah yang muncul berdasarkan prioritas yang didasari kriteria yang harus di tangani dan segera. Berikut beberapa masalah yang muncul berdasarkan analisa data :

A. Gangguan Mobilisasi Fisik B. Defisit perawatan diri (toileting) C. Kurang pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN(PRIORITAS)

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penumpukan purin ditandai dengan kaki terlihahat kemerahan dan sedikit bengkak pada kaki kiri. Suhu

= C , TD= 130/80 mmHg, asam urat = 9mg/dl .

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas ditandai dengan klien tidak mampu melakukan aktivitas toileting untuk dirinya sendiri, ekstermitas bawah kaku, kaki dan tangan kebas-kebas, klien menggunakan tongkat.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mampunya memahami suatu masalah kesehatan ditandai dengan jenjang pendidikan, kurang bergaul, jarang ke pelayanan kesehatan.

(37)

4. Perencanaan

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari /

Tanggal

No.

Dx

Perencanaan Keperawatan

Senin 18Mei 2015

1 Tujuan :

Menunjukkan tingkat mobilisasi yang optimal Kriteria Hasil : - Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

- Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi, jika di perlukan - Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri

dengan alat bantu (sebutkan aktivitas dan alat bantunya).

- Menyangga berat badan.

- Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh ____ km

Rencana Tindakan Rasional

1. Terapi Aktivitas, Ambulasi - Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan yang tahan lama.

- Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya , tongkat, walker, kruk, atau krsi roda).

- Ajarkan dan bantu pasien dalam bentuk perpindahan .

- Berikan penguatan positif selama aktivitas.

- Ajarkan klien menggunakan postur tubuh yang benar saat

1. Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh volunter dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cedera.

(38)

beraktivitas.

2. Terapi Aktivitas : Mobilitas Sendi - Kaji kebutuhan klien akan

pendidikan kesehatan.

- Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif / pasif untuk

mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan atau ketahanan otot.

- Upayakan memasukkan latihan ROM dalam kegiatan sehari-hari.

- Ajarkan teknik ambulasi dan perpindahan yang aman.

- Instruksikan pasien dapat menyangga berat badannya.

- Instruksikan pasien untuk memerhatikan postur tubuh yang benar.

- Menganjurkan untuk berolahraga 1x seminggu

- Berikan penguatan positif selama aktivitas.

- Awasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu klien, jika di perlukan.

3. Berikan mobilitas yang progresif - Bantu klien untuk berdiri dan

duduk secara perlahan.

- Beri kesempatan pada klien untuk menggantungkan tungkainya di tempat tidur selama beberapa menit sebelum berdiri.

- Batasi waktu latihan hingga 15 menit untuk menghindari

2. Penggunaan pergerakan tubuh aktif dan pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki

fleksibilitas sensi-sendi.

3. Latihan fisik dibutuhkan untuk meningkatkan sirkulasi dan kekuatan kelompok otot yang di perlukan untuk ambulasi.

(39)

kelelahan.

- Lanjutkan dengan latihan ambulasi atau tanpa alat bantu.

- Anjurkan latihan ambulasi dengan melakukan jalan-jalan yang sering dan singkat.

4. Ajarkan cara melakukan ambulasi dengan memakai peralatan adaptif - Observasi dan ajari cara penggunaan tongkat yaitu gunakan kekuatan lengan untuk menyokong ekstermitas bawah.

- Latih posisi yang benar, pelaksanaan ROM dan latihan yang dianjurkan.

4. Alat bantu ambulasi harus di gunakan dengan benar dan aman untuk menjamin keefektifan latihan dan mencegah cedera

No.

Dx

Perencanaan Keperawatan

2. Tujuan :

Meningkatkan kemampuan dalam perawatan diri Kriteria Hasil :

- Menerima bantuan dari pemberi perawatan.

- Mengenali/mengetahui kebutuhan akan bantuan untuk toileting

- Mengenali dan berespon terhadap urgensi untuk berkemih atau defekasi

- Mampu untuk pergi atau keluar dari toilet - Membersihkan diri setelah toileting

Rencana Tindakan Rasional

1. Kemampuan toileting

- Kaji kemampuan untuk melakukan personal hygiene

1) untuk mengidentifikasi kemampuan perawatan diri

(40)

- Kaji kemampuan dalam berjalan secara mandiri dan aman ke toilet - Kaji kemampuan menggunakan alat

bantu.

- Kaji adanya peningkatan atau penurunan kemampuan untuk ke toilet sendiri.

2)Pengelolaan Lingkungan

- Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya, karpet yang tidak merekat di lantai dan kecil, alat-alat furnitur yang mudah goyah.

- Sediakan pengharum ruangan.

- Berikan peralatan untuk memantau terus-menerus guna membantu perawat dan biarkan pasien serta keluarga mengetahui bahwa mereka akan dijawab segera.

- Berikan informasi perawatan diri kepada keluarga/orang lain yang penting tentang lingkungan rumah yang nyaman untuk pasien.

3) Bantuan Perawatan Diri

- Bantu pasien ke toilet/ commode / urinal (sebutkan) pada jangka waktu tertentu.

- Fasilitasi higiene toilet setelah selesai eliminasi.

- Siram toilet; bersihkan peralatan eliminasi.

- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi.

- Berikan privasi selama eliminasi.

- Ajarkan pasien/orang lain yang

2) Manipulasi lingkungan sekitar pasien untuk keperluan terapeutik

2. Bantuan untuk eliminasi

(41)

berkepentingan dalam rutinitas toileting 3 Tujuan dan Kriteria Hasil :

- Mengindentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan yang dianjurkan ( mis, informasi tentang diet)

- Menunjukkan kemampuan _______ ( sebutkan keahlian atau perilakunya)

Rencana Tindakan

- Pengajaran

- Tentukan kebutuhan pengajaran pasien.

- Lakukan penilaian tingkat pengetahuan.

- Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus.

- Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi yang khusus.

- Panduan sistem kesehatan

- Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien , mengulangi informasi bila

diperlukan.

- Pengajaran , proses penyakit

- Gunakan pendekatan pengajaran multipel ,demostrasi , dan secara verbal maupun umpan balik.

- Mengatur pola makan dan diet klien.

- Pengajaran, Aktivitas / Latihan yang harus dilakukan

- gunakan latihan –latihan agar klien lebih aktif dan lebih mengingat.

Rasional

1) Mengidentifikasi informasi diagnosa

2) Memfasilitasi daerah

pasien dan

penggunaan layanan kesehatan yang tepat .

3) Membantu klien dalam memahami informasi yang berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus

4) Menyiapkan pasien untuk mencapai atau

(42)

mempertahankan tingkat aktivitas yang di anjurkan.

5.Implementasi

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari Pertama

Hari/ tanggal No.

Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu

20 Mei 2015

1 - Terapi aktivitas, ambulasi - Mengajarkan pasien dalam

penggunaan tongkat yang baik.

- Mengajarkan klien untuk dapat berdiri dan duduk dengan baik, secara berulang-ulang.

- Terapi Aktivitas : Mobilitas Sendi

- Mengajarkan klien gerakan ROM seperti : Hyperekstension, Abduction pada hari ini.

- Mengajarkan pasien agar dapat menyangga berat badannya - Menganjurkan klien untuk

melakukan olahraga 1 x

seminggu untuk

mempertahankan otot-otot agar tidak kaku.

S :

Klien mengatakan sudah dapat memakai tongkat yang baik dan dapat menyangga badannya.

O:

Klien tampak sudah mulai berdiri dan berjalan

menggunakan

tongkat dengan baik.

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi di

lanjutkan dengan Ny.

A jangan terlalu banyak bergerak dengan keadaan yang seperti ini agar Ny. A

(43)

tidak mudah merasa lelah dan capek.

2. - Kemampuan toileting

- Mengkaji kemampuan untuk melakukan personal hygiene - Mengkaji kemampuan dalam

berjalan secara mandiri dan aman ke toilet

- Mengkaji kemampuan menggunakan alat bantu tongkat.

- Memfasilitasi higiene toilet setelah selesai eliminasi seperti menyediakan kursi untuk eliminasi

- Menyiram toilet; bersihkan peralatan eliminasi dengan cara mendekatkan alat-alat toileting untuk memudahkan klien. Seperti gayung dan hand wash.

S:

Klien mengatakan sekarang ia sudah mulai membiasakan dirinya untuk melakukan toiletting degan seorang diri O :

Ny. A tampak melakukannya.

A :

Masalah teratasi sebagian.

P :

Intervensi dilanjutkan

(44)

3 - Memberikan pengajaran tentang proses penyakit dengan menggunakan alat bantu berupa laptop.

- Memberikan pengajaran Latihan gerakan ROM kepada klien.

- Memberikan dukungan semangat kepada klien.

S :

Klien mengatakan sudahmulai mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O :

Klien dapat

menjawab pertanyaan yang saya berikan kepadanya.

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi dilanjutkan

(45)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari Kedua

Hari/tanggal No Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Kamis, 21 Mei 2015

1 5. Tera

pi Akti vitas : Mob ilitas Send i - Mengevaluasi latihan ROM pasif

yang saya ajarkan semalam, kemudian mengajarkan ngerakan ROM yang lain seperti wrist untuk jari-jari tangan dan inversion, eversion dan dorsiflexion untuk patella.

- Memberikan semangat kepada klien selama melakukan gerakan ROM

- Mengawasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu klien.

- Berikan mobilitas yang progresif - Mengevaluasi klien lagi untuk

berdiri dan duduk secara perlahan - Menyuruh dan mengajarkan

klien untuk menggantungkan tungkainya di tempat tidur selama beberapa menit sebelum berdiri

S :

Klien mengatakan setelah melakukan gerakan ROM badannya tidak terasa kaku bila digerakkan.

O :

Klien tampak mulai mahir dalam beberapa gerakan ROM yang saya ajarkan.

A :

Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan.

(46)

ekstermitas bawah.

- Melatih posisi yang benar, pelaksanaan ROM dan latihan yang dianjurkan

2 1. Kemampuan toileting

- Mengevaluasi kemampuan dalam berjalan secara mandiri dan aman ke toilet

- Mengevaluasi kemampuan menggunakan alat bantu tongkat dan kursi yang di bolongin untuk memudahkan eliminasi.

S :

Klien mengaku dirinya kurang mampu dan berani untuk berjalan sendiri ke kamar mandi

O :

Klien Nampak ragu-ragu dalam berjalan

menggunakan tongkatnya ke kamar mandi.

A:

Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan

3. 1. Pengajaran

- Mengevaluasi penilaian tingkat pengetahuan pasien

- Mengevaluasi kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus mengenai makanan yang

S:

Klien mengatakan dirinya susah untuk mengontrol

makanan yang dilarang, karna

(47)

tidak boleh dimakan dan atur diet klien

- motivasi klien agar merubah pola makannya dan melakukan diet makanan yang mengandung purin.

klien mengaku sangat suka memakan jeroan dan daun singkong.

O :

Klien mulai mencoba

menerapkan

informasi yang ia dapat dalam kehidupan sehari- harinya

A :Masalah teratasi sebagian P:Intervensi dilanjutkan.

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari Ketiga

Hari/Tanggal No Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Jum’at a. Mei 2015

1. - Mengevaluasi pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas - Mengevaluasi dan dukung pasien

dalam latihan ROM aktif / pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan atau ketahanan otot.

- Mengajarkan teknik ambulasi gerakan-gerakan dalam berpindah agar aman.

- pasien dapat menyangga berat S :

Klien mengatakan

tangan dan

kakinya sudah mulai terasa sedikit lebih nyaman bila di gerakkan dari biasanya setelah dilakukan gerakan ROM selama 3

(48)

badannya.

- Memberikan semangat pada pasien dalam melakukan setiap tindakan.

- Mengawasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu klien

- Menganjurkan latihan ambulasi dengan melakukan jalan-jalan yang sering dan singkat

hari secara berturut.

O :

Klien ada

peningkatan

walaupun tidak spesifik

Latihan ROM ada peningkatan Ekstermitas masih mengalami

keterbatasan, namun klien sudah mulai sedikit lebih nyaman jika anggota gerak di gerakkan

Cara berjalan masih sama pelan, dan langkah kaki mengayun

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

Intervensi di hentikan

2. - Mengevaluasi kemampuan untuk melakukan personal hygiene - Mengevaluasi kemampuan dalam

berjalan secara mandiri dan aman ke toilet

S :

Klien mengaku masih kurang nyaman dalam melakukan

(49)

- Mengkaji kemampuan menggunakan alat bantu tongkat dan kursi bolong.

- Memberikan privasi selama eliminasi

eliminasi dengan menggunakan kursi bolong tersebut. Namun dia megatakan

akan tetap

memakainya.

klien mulai membiasakan diri berjalan tanpa menggunakan tongkat.

O :

Perawatan diri masih memerlukan bantuan orang lain.

A : Masalah

perawatan diri teratasi sebagian P :

Intervensi dihentikan 3. - Memberikan dukungan kemampuan

pasien untuk mempelajari informasi khusus.

- Memotivasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi

- Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien dengan usianya yang sudah tua harus menggunakan bahasa yang lebih sederhana agar klien mudah

S :

Klien mengatakan sudah mengerti tentang masalah kesehatan yang ia derita saat ini . Klien mampu mengingatnya O :

Klien sudah

(50)

memahaminya jika perlu mengulangi informasi.

- Memberikan Tanya jawab atas informasi yang saya berikan untuk mengetahui klien sudah memahami materi yang saya berikan atau tidak.

- Memberikan catatan kecil untuk klien agar mudah ia mengingatnya seperti pantangan makanan yang dilaangan untuk dimakan.

menjaga pola makannya dan mengatur diet makan rendah garam

Mengurangi

makanan yang dapat

menimbulkan sakit itu timbul lagi Klien menempel catatan kecil yang saya berikan di dinding, agar membantu dalam mengingat.

A :

Masalah kurang pengetahuan teratasi

P : Intervensi di hentikan

(51)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan yang terjadi karena deposisi,deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi atau tofi. Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat. Masalah akan timbul bila terbentuk kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat pada sendi- sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk jarum inilah yang mengaki- batkan reaksi peradangan/inflamasi, yang bila berlanjut akan mengakibatkan nyeri hebat. Jika tidak diobati, endapan kristal ini akan menyebabkan kerusakan hebatpada sendi dan jaringan lunak. Kadar asam urat yang normal pada pria: 7mg/dl sedang pada wanita di bawah 6 mg/dl (Misnadiarly,2008).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya, sebaliknya Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas) (Hidayat,2004). Pengkajian yang telah dilakukan terhadap Ny.A pada tanggal 20 Mei 2015 dengan kebutuhan dasar gangguan mobilitas aktivitas dengan diagnosa : “Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penumpukan purin ditandai dengan kaki terlihahat kemerahan dan sedikit bengkak pada kaki kiri. Suhu = C, TD= 130/80 mmHg, asam urat = 9mg/dl. klien tampak mudah lelah ketika banyak beraktivitas, dan di bagian kaki terasa sakit seperti denyut-denyut ini membuat aktivitas klien terganggu. Kemudian

(52)

dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama lima hari dan hasil evaluasi di peroleh semua diagnosa teratasi sebagian.

2.Saran

1. Bagi Instansi Pendidikan

Bagi instansi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar mobilisasi khusnya mobilisasi aktivitas. sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi setiap mahasiswa khususnya mahasiswa DIII keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Praktik Keperawatan

Para praktisi keperawatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioitas masalah gangguan mobilisasi aktivitas.

3. Bagi Mahasiswa

Agar lebih menggali dan memahami ilmu tentang kebutuhan dasar manusia khususnya mobilisasi.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Diagnosis Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, Edisi 9, Jakarta :EGC

Heather T. Herdman, (2012) Diagnosis Keperawataan : defenisi dan klasifikasi 2012- 2014. Jakarta . EGC

Hidayat (2004) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Proses

Proses Keperawatan, Buku 1, Jakarta : Salemba Medika.

Potter dan Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 . Volume 1. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7, Jakarta : EGC

Misnadiarly, (2008). Artikel kesehatan jauh dari asam urat (PDF) Krisnatuti & Rina ( 2006). Makalah asam urat (PDF)

(54)

Lampiran 1

I. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI MASYARAKAT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.A

Jensis akaelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Bajak IV Timur

Golongan Darah : B

Tanggal Pengkajian :18 mei 2015

II. KELUHAN UTAMA

Ny.A mengalami kesulitan bergerak karna kaki sering kebas-kebas, lutut terasa kaku jika di gerakkan. Ny.A jika banyak melakukan aktivitas / kegiatan sering mudah lelah dan merasa sakit di bagian ekstermitas bawah (lutut-kaki) sehingga Ny.A bila

(55)

merasakan hal demikian dia langsung istirahat dan memberhentikan aktivitas yang ia lakukan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan mengalami gangguan pada saat melakukan kegiatan sehari- hari seperti saat berjalan untuk belanja ke pasar, naik tangga, berjalan jauh, klien juga mengalami kesulitan pada saat buang air besar(jongkok kemudian berdiri), melepas pakaian dan pada saat sholat. Semua itu dilakukan dengan memakan waktu yang cukup lama dari biasanya, bagian yang sering terasa sakit di bagian ekstermitas bawah. Dari patella sampai jari-jari kaki. Ny.A sudah menderita asam urat sejak 5 tahun belakangan ini. Klien juga menggunakan tongkat disaat klien berjalan-jalan untuk berpergian jauh dan terkadang jika pergi ke kamar mandi. Dan cara berjalan klien kakinya seperti dijinjit dan berayun..

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaaan

Selama ini hal yang hanya bisa di lakukan klien jika hal itu terjadi, hanya dengan meluruskan kakinya di lantai/ tempat tidur sampai otot kaki terasa lebih rileks, kemudian Ny.A melanjutkan aktivitasnya lagi. Namun dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas tersebut menjadi lebih lama.

B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan

Saat kaki diinjakkan terasa seperti menebal dan kaki terasa menjadi lemah, dan seperti tidak sanggup menopang badan ketika berdiri, dan jika kejadian ini

(56)

dilakukan dalam beraktivitas seperti sholat di rumah ini menjadi hal yang sangat mengganggu klien.

2. Bagaimana dilihat

Yang saya lihat pertama kali pada saat bertemu klien, tidak ada hal yang begitu mencolok dari penyakit yang di derita klien (asam urat). Hanya saja klien pada saat berjalan kaki klien seperti jinjit dan berayun dalam berjalan, dank lien pada saat ke kamar mandi menggunakan tongkat. Di kaki klien ada benjolan dan berwarna kemerahan.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Bagian yang sering merasakan sakit di bagian patella dan sendi-sendi jari kaki, dan benjolan yang berwarna kemerahan tersebut terdapat pada kaki sebelah kiri klien.

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan kebas-kebas di kaki terkadang menyebar hingga ke pinggang.

c. Severity

Klien mengatakan dengan keadaan seperti ini mudah lelah dan dalam melakukan / kemampuan beraktivitas menjadi berkurang.

d. Time

Klien merasakan kebas, sakit pada bagian otot ekstermitas bawah ketika klien melakukan banyak aktivitas, berjalan jauh ketika pergi ke pasar untuk belanja, pada saat solat dan saat eliminasi.

(57)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami.

Klien tidak memiliki penyakit serius yang pernah dialaminya.

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Tidak ada pengobatan yang pernah dilakukan C. Lama dirawat/dioperasi

Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit ataupun Dioperasi.

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.

E. Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi makanan, maupun obat-obatan. Hanya saja klien suka makan kerang, jeroan daun singkong dan jengkol.

F. Imunisasi

Klien mengatakan imunisasinya pada waktu kecil tidak lengkap. Karna pada waktudulu sulit untuk mendapatkan imunisasi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Klien mengatakan Ayahnya meninggal pada usia 60 tahun dan Ibunya 65 tahun. Namun tidak ada penyakit yang mendasari kedua orang tuanya, kemungkinan karna faktor usia.

B. Saudara kandung

Klien memiliki 9 anak kandung dan sudah menikah semua.

(58)

C. Penyakit keturunan yang ada

Sejauh ini tidak ada penyakit keturunan.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Walaupun dalam beraktivitas klien mengalami gangguan namun Ny.A tetap melakukan aktivitasnya dengan mandiri walaupun kadang-kadang dengan menggunakan tongkat jika sakit itu muncul lagi.

B. Konsep diri

 Gambaran diri : klien mengatakan dirinya adalah seorang yang pekerja keras.

 Ideal diri : klien sudah terbiasa dengan penyakit seperti ini.

 Harga diri : klien tidak terlalu merasa sakit dengan keadaan seperti ini. Dan dirinya merasa masih berguna bagi keluarganya.

 Peran diri :klien merasa dirinya semakin tua, dan semakin lemah.

 Identitas : klien adalah seorang Ibu Rumah Tangga.

C. Keadaan emosi : klien adalah seorang yang penyabar.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti : klien mengatakan saat ini orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah suaminya yang sudah tua dan 9 anaknya serta cucu- cucunya.

- Hubungan dengan keluarga : baik-baik saja dan harmonis.

(59)

- Hubungan dengan orang lain : klien dalam bersosialisasi dengan lingkungan kurang baik, karna klien tipe orang yang tertutup dan tidak mudah bergaul denan tetangga.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak memiliki hambatan namun klien mengatakan malas untuk bercerita-cerita dengan tetangga.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan

Klien nilai spritualnya tinggi, klien menyakini segala sesuatu yang diberikan kepadanya termasuk penyakit sekalipun semuanya dari yang diatas, jadi tidak boleh mengeluh, karna semuanya akan kembali padaNya

- Kegiatan ibadah

Klien rajin sholat 5 waktu, dan solat sunah dhua juga dilaksanakannya.

Namun klien tidak mengikuti perwiritan.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Terlihat kelelahan jika banyak bekerja, kaki lelah , tumit sakit kaki kebas-kebas.\

B. Tanda-tanda vital

 Suhu tubuh : 36C

 Tekanan darah : 130/80

 Nadi : 34x/menit

 Pernafasan : 22x/menit

 TB : 156 cm

 BB

(60)

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut

 Bentuk : bulat dan simetris

 Ubun-ubun : fontanel anterior(-)

 Kulit kepala : kulit kepala bersih

Rambut

 Penyebaran dan keadaan rambut

Setengah dari rambut klien sudah berwarna putih.

 Bau

Rambut klien mudah berkeringat.

 Warna kulit

Warna kulit kepala kecoklatan.

Wajah

 Warna kulit

Warna kulit klien kuning langsat.

 Struktur wajah

Simetris, wajah berbentuk bulat.

Mata

 Kelengkapan dan kesimetrisan

Klien memiliki sepasang mata (kanan kiri yang masih berfungsi secara baik, dan memiliki ukuran yang simetris kanan dan kiri.

 Palpebra

Referensi

Dokumen terkait

Moreover, a CDB structured data store can be used as a common online (or runtime) repository from which various simulator client-devices can simultaneously retrieve and modify,

Visual inspections (Figure 7) document the spatial trend that was already displayed in the scatter plot; a significant increase of impervious surface goes along with

Berdasarkan keputusan rupST pada tahun 2014, Laba Bersih perseroan tahun 2013 seluruhnya dicadangkan untuk modal kerja Perseroan dan enitas anak dalam rangka

With use of the personal data definition in the current Directive 95/46/EC and the Draft General Data Protection Regulation, some types of geographic data

CATATAN ATAS INFORMASI TAMBAHAN (Lanjutan) Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain). PT MITRA INVESTINDO Tbk

These collected and created geo-datasets and maps are then published, including a Digital Object Identifier (DOI) to facilitate scholarly reuse and citation of the data, in a web

[r]

In this paper, a new method based on surface skinning technology is provided to generate DEM, this method fits series curves by using curvature change characteristics of point cloud