• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Mazhab Maliki : Profil Umum Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA 38 hlm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Mazhab Maliki : Profil Umum Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA 38 hlm"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Mazhab Maliki : Profil Umum

Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA 38 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Judul Buku Mazhab Malliki 2 Penulis Ahmad Sarwat, Lc. MA Editor Fatih

Setting & Lay Out

Fayyad & Fawwaz

Desain Cover

Faqih

Penerbit

Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan

(4)
(5)

Daftar Isi

Daftar Isi ... 5

Mukaddimah ... 7

Bab 1 : Imam Malik ... 9

A. Nama ... 9

B. Asal Usul dan Nasab ... 10

C. Lahir dan Wafat ... 11

D. Menikah dan Berkeluarga ... 13

D. Kedudukan... 13

E. Kehidupan Imam Malik ... 13

Bab 2 : Guru dan Murid ... 16

A. Guru ... 16

1. Nafi’ Maula Ibnu Umar (w. 117 H) ... 16

2. Ibnu Syihab Az-Zuhri (w. 124 H) ... 17

3. Abdurahman bin Hurmuz (117 H), ... 17

4. Abu al-Zinad Abdullah bin Dzakwan (131 H) ... 17

5. Yahya bin Sa’id al-Anshary (146 H) ... 18

6. Rabi’ah bin Abi Abdurahman (136 H) ... 18

B. Murid ... 24

1. Mesir ... 24

2. Afrika Utara dan Andalusia... 26

3. Hijaz dan Irak ... 28

Bab 3 : Karya Ilmiyah ... 29

A. Al-Muwaththa’ ... 29 B. Risalah fi al-Qadr wa ar-Radd ‘ala Qadariyah 31

(6)

C. Kitab fi an-Nujum: Hisab Madar az-Zaman wa

Manazil al-Qamar ... 31

D. Risalah fi al-Aqdhiyyah ... 32

E. Risalah fi al-Fatwa ... 32

F. Risalah fi al-Adab wa al-Mawa’idh ... 32

G. At-Tafsir li Gharib Al-Quran ... 32

H. Risalah fi Ijma’ Ahl al-Madinah ... 32

I. Kitab as-Siyar... 32

Bab 4 : Ushul Mazhab ... 34

A. 20 Pilar Utama ... 34

1. Al-Quran ... 34

2. Al-Hadits ... 34

3. Sumber Lainnya ... 34

(7)

Mukaddimah

Dalam susunan empat mazhab, mazhab Maliki biasa diposisikan pada urutan kedua. Hal itu karena secara akademis, penyusunan daftar mazhab fiqih diurutkan dari masa kehidupan masing-masing pendirinya.

▪ Mazhab Hanafi itu didirikan oleh Imam Abu

Hanifah. Beliau lahir tahun 80 dan wafat tahun 150 hijriyah, maka mazhab Hanafi diposisikan sebagai mazhab dengan nomor urut pertama.

▪ Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik

yang lahir tahun 93 dan wafat tahun 179 hijriyah. Maka mazhab Maliki diposisikan sebagai mazhab dengna urutan kedua.

▪ Mazhab Syafi’i didirikan oleh Imam

Asy-Syafi`i yang lahir tahun 150 dan wafat tahun 204 hijriyah. Maka mazhab Syafi`i diposisikan pada nomor urut ketiga.

▪ Mahzhab Hambali didirikan oleh Imam

Ahmad bin Hanbal yang lahir tahun 164 dan wafat tahun 241 hijriyah. Maka mazhab Hambali biasa diposisikan pada nomor urut keempat.

(8)

Dari segi tahun kelahiran, antara Imam Malik dengan pendahulunya, Imam Abu Hanfiah, terpaut

13 tahun.1

Namun kalau dilihat dari masa baktinya, wafatnya Imam Abu Hanifah itu lebih dulu 29 tahun lamanya dari wafatnya Imam Malik.

Selama masa 29 tahun itu banyak terjadi kejadian penting, salah satunya Imam Malik punya

murid besar yaitu Al-Imam Asy-syafi’i yang lahir

tahun 150 H, bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah.

Sedangkan dibandingkan dengan mazhab berikutnya yaitu mazhab Asy-syafi`i, keterpautan masa kelahiran keduanya cukup jauh. Imam Malik lahir tahun 93 hirjiyah, sedangkan Imam Asy-Syafi`i baru lahir tahun 150 hijriyah. Usia keduanya terpaut 57 tahun .

Kalau kita umpamakan Imam Asy-Syafi’i

pertama ke Madinah belajar ilmu langsung kepada Imam Malik di usia 12 tahun (sebagian riwayat menyebut usia 15 tahun), maka saat itu usia Imam Malik sudah 57 + 12 tahun = 69 tahun. Sudah cukup sepuh dan senior dibandingkan muridnya yang masih 12 tahun.

Ibarat profesor atau guru besar sebuah perguruan tinggi mengajar anak kelas satu SMP baru lulus SD.

1 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam

(9)

Bab 1 : Imam Malik

A. Nama

Nama Imam Malik adalah Malik bin Anas bin

Malik bin Abi Amir bin Amir bin Haris bin Gaiman

bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi.

Kalau kita membaca nama ayahnya yang

bernama Anas bin Malik, boleh jadi kita keliru

mengira bahwa ayahnya itu adalah shahabat nabi yang bernama Anas bin Malik ra.

Padahal kebetulan saja ayahnya Imam Malik bernama Anas dan ayahnya lagi atau kakeknya bernama Malik, sehingga kalau disebut nasabnya yaitu Malik bin Anas bin Malik, berpotensi menimbulkan salah duga. Padahal keduanya adalah dua orang yang berbeda.

Anas bin Malik yang shahabat Nabi SAW itu

adalah Anas bin Malik bin an-Nadhar bin

Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir

bin Ghunam bin Adiy bin an-Najjar Anshari

al-Khazraji.1

Yang bikin tambah rancu lagi kalau kita cek tahun wafat shahabat mulia Anas bin Malik, ternyata Beliau wafat pada tahun yang sama dengan kelahiran Imam Malik bin Anas, yaitu tahun

(10)

93 hijiryah. Dan Imam Malik secara kebetulan lahir tahun 93 hijiryah juga. Maka wajar kalau ada beberapa pelajar yang langsung menghubungkan kedua orang itu.

B. Asal Usul dan Nasab

Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah dari suku Quraisy. Malik adalah saudara Utsman bin Ubaidillah At-Taimi, saudara

Thalhah bin Ubaidillah.1 Disebutkan beliau berasal

dari keturunan bangsa Himyar, jajahan Negeri

Yaman.2 Abu Amir -kakek Imam Malik- pindah ke

kota Madinah di masa Nabi saw dengan maksud berhijrah dari tempat lamanya dan menyambut seruan dakwah Islam. Abu Amir bertemu dengan

Nabi saw, sehingga para sejarawan

memasukkannya ke dalam golongan sahabat Nabi saw yang mulia.

Ayah Imam Malik adalah Anas Ibn Malik Ibn Abi

Amir Ibn Abi Al-Haris Ibn Sa’ad Ibn Auf Ibn Ady Ibn

Malik Ibn Jazid.3 Ibunya bernama Siti Aliyah binti

Syuraik Ibn Abdul Rahman Ibn Syuraik Al-Azdiyah. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Imam Malik berada dalam kandungan ibunya selama 2 tahun

1 Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2006), Cet. I, h.260

2 Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan

Madzhab ( Jakarta; Logos, 1997), cet. I, h. 103

3 Moenawir Khalil, Biografi Empat serangkai Imam

(11)

ada pula yang mengatakan sampai 3 tahun. 1

Anas bin Malik -ayahanda Imam Malik- sendiri

merupakan generasi Tabi’in, yaitu generasi yang

bertemu dengan para sahabat Nabi saw. Sedangkan Imam Malik ialah termasuk generasi

Tabiut Tabi’in. Ibunda Imam Malik bernama Aliyah

binti Syuraik al-Azdiyah. C. Lahir dan Wafat

Imam Malik dilahirkan pada tahun 93 hijriyah di Madinah, dimana pada masa itu para sahabat senior dan junior sudah banyak yang wafat. Sebagai perbandingan, Ibnu Umar wafat tahun 73 H, Ibnu Abbas wafat tahun 68 H, Abu Hurairah wafat tahun 59 H,

Walaupun masih ada riwayat bahwa hingga tahun 110 masih ada sisa shahabat yang masih hidup, yaitu Abu At-Thufail yang waktu tinggal di Kufah lalu pindah ke Makkah hingga wafatnya di

tahun 110 H. 2

Dilihat secara perpolitikan, Imam Malik lahir pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus, tepatnya pada pemerintahan Al-Walid

1 Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan

Madzhab ( Jakarta; Logos, 1997), cet. I, h. 103

2 Syekh Mahmud At-Thahhan di dalam kitab Taisir Mustalah

Hadis menjelaskan bahwa sahabat yang terakhir meninggal dunia adalah Abu At-Thufail. Masih hidup melewati zaman sahabat, tabiin, tabi’it tabi’in dan

seterusnya. Menjumpai Rasulullah SAW selama 8 tahun, salah satunya ketika haji.

(12)

Abdul Malik (setelah Umar ibn Abdul Aziz) dan meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada

zaman pemerintahan Al-Rasyid (179 H).1

Imam Malik dikaruniai usia yang panjang,

mendekati sembilan puluh tahun. 2 Kurang lebih

hidup di bawah era Bani Umayyah selama 40 tahun, dengan lima generasi kekhilafahan :

1. Walid bin Abdil Malik

2. Sulaiman bin Abdil Malik

3. Umar bin Abdil Aziz

4. Yazid bin Abdil Malik

5. Hisyam bin Abdil Malik

Lalu masa Bani Abbasiyah, Beliau mengalaminya selama 47 tahun, juga dengan lima generasi kepemimpinan :

1. Abu al-Abbas

2. Abu Ja’far al-Manshur

3. Al-Mahdi

4. Al-Hadi

5. Harun ar-Rasyid.

Imam Malik wafat di tahun 197 hijiriyah tepatnya pada hari Ahad tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 179 H (798 M) dalam usia 87 tahun.

Harta yang ditinggalkan oleh Imam Malik ialah

1 Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,

(Bandung: Rosdakaarya, 2000), cet. II, h. 79

(13)

uang emas sebanyak lebih dari 3300 dinar. D. Menikah dan Berkeluarga

Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki (Muhammad, Hammad dan Yahya) dan seorang anak perempuan (Fatimah yang mendapat julukan Umm

al-Mu’minin). Menurut Abu Umar, Fatimah temasuk di antara anak-anaknya yang dengan tekun mempelajari dan hafal dengan baik Kitab al-Muwatta’.

D. Kedudukan

Imam Malik dikenal sebagai ulama terbesar dan paling senior di masa kehidupannya, sehingga lazim disebut sebagai seorang Imam. Gelarnya

adlaah Imamu Ahli Madinah yaitu maksudnya

beliau adalah ulama tertinggi penduduk Madinah.

Kadang juga disebut Imamu Ahlil Hijrah,

maksudnya Madinah itu juga sering dijuluki sebagai negeri hijrah.

Beliau adalah pendiri mazhab Maliki. Beliau adalah Imam penduduk Madinah dalam urusan

fiqih dan hadis setelah Tabi’in. Beliau dilahirkan di

masa Khalifah Al Walid bin Abdul Malik dan meninggal di masa khalifah Al Rasyid di Madinah. Beliau tidak pernah melakukan perjalanan keluar dari Madinah ke wilayah lain.

E. Kehidupan Imam Malik

Setelah ditinggal orang yang menjamin kehidupannya, Imam Malik harus mampu

(14)

membiayai barang dagangannya seharga 400 dinar yang merupakan warisan dari ayahnya. Namun karena perhatian beliau hanya tercurah kepada

masalah-masalah keilmuan saja, kurang

konsentrasi dalam urusan dagangnya, akhirnya kebangkrut dan kehidupan bersama keluarganya

pun semakin menderita.1

Selama menuntut ilmu Imam Malik dikenal sangat sabar, tidak jarang beliau menemui kesulitan dan penderitaan. Ibnu Al-Qasyim pernah

mengatakan “Penderitaan Malik selama menuntut

ilmu sedemikian rupa sampai-sampai ia pernah terpaksa harus memotong kayu atap rumahnya,

kemudian dijual di pasar.2

Setelah Imam Malik tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya kecuali dengan mengorbankan tekad menuntut ilmu, mulailah Imam Malik menyatakan seruannya kepada penguasa, agar para ahli dijamin dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk menekuni ilmu yaitu dengan memberi gaji atau penghasilan lain untuk menjamin kehidupan mereka.

Namun tak ada seorang pun pengusaha yang menghiraukan seruan Imam Malik. Karena pada saat itu Daulah Bani Umayyah sedang sibuk memperkokoh dan menetapkan kekuasannya,

1 Abdur Rahman Asy-Syarqawi, Riwayat 9 Imam Fiqih,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), cet. I, h. 278

2 Abdullah Musthofa al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih

Sepanjang Sejarah, (Yokyakarta: LPPPSM, 2000), cet. I, h.

(15)

mereka sedang menarik simpati para ilmuan yang tua bukan yang muda.

Hingga akhirnya secara kebetulan Imam Malik bertemu dengan pemuda dari mesir yang juga menuntut ilmu, pemuda itu bernama Al-Layts Ibn

Sa’ad dan keduanya saling mengagumi kecerdasan masing-masing. Hingga timbulah semangat persaudaran atas dasar saling menghormati.

Meskipun Imam Malik senantiasa menutupi kemiskinan dan penderitaannya dengan selalu berpakaian baik, rapi dan bersih serta memakai

wangi-wangian, tetapi Al-Layts ibn Sa’ad

mengetahui kondisi Imam Malik yang sebenarnya,

Sepulangnya ke Mesir, Al-Layts tetap

mengirimkan hadia uang kepada Imam Malik di Madinah, dan ketika itu khalifah yang berkuasa menyambut baik seruan Imam Malik agar penguasa memberikan gaji atau penghasilan kepada para ahli ilmu.

(16)

Bab 2 : Guru dan Murid

A. Guru

Dalam kitab Tahdzibul Asma wa Lughat

mengatakan bahwa Imam Malik pernah belajar kepada 900 syeikh, 300 diantaranya dari golongan

tabi’in dan 600 lagi darigolongan tabi’it tabi’in.1

Di antara guru-guru Imam Malik yang cukup terkenal adalah :

1. Nafi’ Maula Ibnu Umar (w. 117 H)

Aslinya Nafi’ adalah budaknya Abdullah bin

Umar. Beliau yang oleh Imam al-Bukhari disebut sebagai jalur ter-shahih periwayatn hadits kepada Umar serta anaknya; Ibnu Umar r.a., bahkan ter-shahih dari keseluruhan jalur sanad. Beliau (al-Bukhari) mengatakan;

حصأ

ديناسلأا

اهلك

:

كلام

نع

عفنا

نع

نبا

رمع

“sanad yang paling shahih adalah Malik bin Anas,

dari Nafi’ dari Ibu Umar”.2

Artinya bahwa apa yang diriwayatkan oleh Imam

1 Jaih Mubarok L. Doi, Inilah Syariah Islam, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1990), cet. I, h. 137

(17)

Malik dari gurunya tersebut; Nafi’ adalah jaminan

mutu yang sulit untuk dikatakan jauh dari kebenaran.

2. Ibnu Syihab Az-Zuhri (w. 124 H)

Muhammad bin Muslim atau yang masyhur dikenal dengan sebutan Ibn Syihab al-Zuhri (124 H); Ahli Hadits Madinah. Beliaulah orang yang diproyeksikan oleh Khalifah Umat bin Abdul Aziz dalam mega proyek pengumpulan hadots Nabi s.a.w. untuk pertama kalinya secara resmi.

3. Abdurahman bin Hurmuz (117 H),

Beliau adalah guru Imam Malik dengan masa paling panjang yaitu selama 13 tahun. Beliau lah yang sangat ber[engaruhi dalam pembentuka adab seorang Malik bin Anas.

Al-Qadhi ‘Iyadh merekam apa yang dinyatakn oleh Imam Malik tentang masa belajar Malik bin Anas kepada Ibn Hurmuz. Dan beliau (Imam Malik) juga menyatakan bahwa gurunya; Ibn Hurmuz adalah orang yang paling cerdas dalam hal menyanggah syuhbat-nya ahli nafsu, serta cerdas dalam mengurai perbedaan yang terjaid di antara masyarakat. (Tartiib al-Madarik 1/81)

4. Abu al-Zinad Abdullah bin Dzakwan (131 H) Ahli Fiqih Madinah yang juga seorang ahli hadits. Imam Abu Hanifah menyebutnya sebagai orang paling pandai dalam ilmu fiqih di Madinah bahkan

(18)

5. Yahya bin Sa’id al-Anshary (146 H)

Seorang faqih sekaligus ahli hadits yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik

juga banyak periwayatn dari para Tabi’in.

6. Rabi’ah bin Abi Abdurahman (136 H)

Dikenal juga dengan sebutan Rabi’ah al-Ra’yi;

Rabi’ah ahli logika. Beliau tercatat sebagai ahli fiqih

pertama kali yang majlisnya didatangi oleh Imam Malik di masjid Nabi s.a.w. denagn arahan ibunya

sang Imam; karena memang beliau (Rabi’ah) ketika

itu yang termasyhur, maka sang ibu

mendorongnya untuk tidak pernah absen dalam majlis rabiah di masjid Nabawi. Sebelum akhirnya Imam Malik berkeliaran mencari ilmu ke sana kemari, berguru, meminta fatwa serta periwayatan hadits.

Muhammad Khudhari Bek dalam kitabnya tarikh al-Tasyri’ al-Islamy (151-153) menyebutkan bahwa Imam Malik adalah seorang ah;li fiqih sekaligus ahli hadits, maka guru-guru Imam Malik (yang disebutkan di atas), ada yang diambil darinya fatwa

fiqih, seperti Nafi’, Rabi’ah, Ibnu Hurmuz serta Ibnu al-Zinad. Di samping itu ada juga yang diambil

darinya periwayatan hadits seperti Nafi’, Ibnu Syihab, dan juga yahya bin Sa’id al-Anshary.

Sama seperti Imam Abu Hanifah, jalur ilmu yang dilalui Imam Malik membuat corak khas pada fatwa-fatwa fiqih yang dihasilkan; sangat Madaniyun. Begitu juga Imam Abu Hanifah yang

(19)

Madinah yang ketat dan sangat mengandalkan teks-teks hadits seperti Ibnu Umar r.a., dan juga ada corak pengambilan Maslahah Umar bin Khaththab juga Anas bin Malik.

oOo

Pendidikan keislaman Imam Malik telah berlangsung sejak beliau masih kecil. Kakek Imam Malik seorang sahabat Nabi saw, yang disebut-sebut dekat dengan Sahabat mulia Utsman bin Affan ra. Ayahnya juga seorang ahli hadis

terkemuka di zaman tabi’in.

Malik kecil memiliki tiga orang paman yang kesemuanya merupakan ahli hadis jempolan di

masa itu, yaitu Nafi’ yang lebih dikenal sebagai Abu

Suhail, Uwais dan ar-Rabi’. Bahkan Abu Suhail dan

Uwais ini nantinya menjadi guru dari seorang ahli hadis terkenal; Imam az-Zuhri.

Keluarga Imam Malik memanglah terkenal sebagai keluarga pencinta ilmu. Tidak hanya kakek, ayah dan paman-pamannya, kecintaan terhadap ilmu ini juga menurun ke anak keturunan mereka. Imam Malik mengisahkan bahwa ia memilik saudara kandung yang menjadi partnernya dalam menuntut ilmu.

“Aku memiliki saudara kandung (namanya an -Nadhar bin Anas). Pada satu kesempatan, ayahku

melontarkan sebuah pertanyaan. Jawaban

saudaraku benar, sedang jawabanku salah. Kemudian ayah menegurku dengan berkata,

(20)

merpati-merpatimu sehingga perhatianmu kepada

ilmu terkurangi.” Semenjak saat itu, aku lebih giat lagi dan fokus dalam belajar.

Hal ini menandakan bahwa madrasah ilmu yang pertama kali membangun kualitas pendidikan Imam Malik adalah lingkungan keluarga beliau sendiri.

Meskipun memiliki modal keilmuan yang cukup hasil dari pendidikan keluarga, Imam Malik tetap mencari sosok guru yang akan lebih mematangkan keilmuan beliau. Tersebutlah bahwa Imam Malik berguru kepada ratusan ulama yang dari mereka Imam Malik menimba ilmu. Diantara guru Imam Malik yang terkenal ialah Abdurrahman bin

Hurmuz, Nafi’ maula Abdullah bin Umar, Yahya bin

Said, Abu az-Zinad, Muhammad bin al-Munkadir dan Ibnu Syihab az-Zuhri dalam bidang ilmu hadis dan riwayatnya. Sedangkan guru Imam Malik dalam ilmu fikih adalah Rabiah bin Abdir Rahman

yang memiliki julukan Rabiah ar-Ra’yu, karena

kuatnya akal, penalaran dan pemahaman beliau dalam hal fikih.

Imam an-Nawawi (w 676 H) menyebutkan,

ى

قلودلا ن

يساي نب ديز نب كلملا دبع مساقلا وبأ ماملإا لاقو

:ةف ر

شملا ةنسلا لبس نايب نف ةفنصملا ةلاسرلا هباتك نف

ئامعست لىع كلام ذخأ

، ن

يعباتلا نم ةئامثلاث مهنم ،خيش ة

(21)

،اهطو ر

شو ةياورلا قحب همايقو

،هب ةقثلا تصلخو

كرتو

نع ةياورلا

ةياورلا نوفرعي لا حلاصو نيد لهأ

“Imam Abu al-Qasim Abdu al-Malik bin Zaid bin Yasin ad-Daulaqi berkata dalam kitabnya ar- Risalah al-Mushannafah fi Bayani Subulis Sunnah al-Musyarrafah: “Imam Malik mengambil ilmu

dari 900 orang guru, 300 diantaranya dari

generasi tabi’in, dan 600 dari generasi tabiut tabi’in. Guru yang dipilihnya adalah yang dia

ridhai agamanya, ilmu fikihnya, konsistensinya terhadap syarat-syarat dalam meriwayatkan

hadits, mereka bisa dipercaya dalam

meriwayatkannya, dan Malik tidak berguru kepada orang yang tidak mengerti ilmu riwayat meskipun ia termasuk ahli agama dan

kebaikan.”1

Khusus kepada gurunya Abdurrahman bin Hurmuz, Imam Malik berguru selama tujuh tahun. Dalam riwayat yang lain disebut bahwa waktu yang dihabiskan Imam Malik untuk mulazamah dengan Syaikhnya tersebut ialah selama delapan tahun, tiga belas tahun, dan ada bahkan ada yang menyebut selama enam belas tahun.

Tak hanya memiliki kecakapan dalam ilmu, Imam Malik adalah juga seorang pembelajar yang berbudi luhur. Sang Ibu menasihatinya bahwa sebelum menimba ilmu dari para guru yang mulia,

(22)

hendaklah dahulu menimba akhlak daripadanya. Imam Malik mengisahkan keadaan dirinya tatkala suatu hari berpamitan kepada Sang Ibu untuk pergi menuntut ilmu,

م لاق ،فرطم لاق

؟ملعلا بتكأف بهذأ يملأ تلق :كلا

.ملعلا بايث سبلاف لاعت تلاقف

ةرمشم

ابايث ي ننتسبلأف

ً

.اهقوف ي ننتممعو يسأر لىع ةليوطلا تعضوو

:تلاق مث

.نلآا بتكاف بهذا

ي ننممعت يمأ تناك :الله همحر لاقو

.هملع لبق هبدأ نم ملعتف ةعيبر لإ بهذا يل لوقتو

Mutharrif berkata, Imam Malik berkata, “Aku

berpamitan pada Ibuku untuk pergi mencari dan

mencatat ilmu. Ibu berkata, “kemarilah Nak,

kenakanlah pakaian yang pantas bagi seorang

penuntut ilmu.” Kemudian Ibu mengenakanku

pakaian yang baik, juga memakaikan peci di kepalaku, dan memasangkan turban, lalu beliau

berkata, “Nah, sekarang pergilah kepada gurumu Rabi’ah untuk menuntut ilmu. Tapi ingat

Nak, belajarlah dahulu akhlak darinya sebelum

kau menyerap ilmunya.”1

Sebuah nasihat yang tak keluar kecuali dari lembutnya hati seorang ibu yang mendambakan kesuksesan pendidikan anaknya. Sebuah nasihat yang begitu membekas di hati Imam Malik kecil.

(23)

Sedikitnya ada tiga hal penting yang bisa kita teladani dari percakapan antara ibu dan calon Imam Besar dunia Islam ini:

Pertama, bagaimana seorang Ibu yang solihah memberi gambaran kepada putranya tercinta akan keagungan dan kemuliaan sebuah majlis ilmu. Seorang penuntut ilmu hendaknya memakai pakaiannya yang terbaik saat menghadiri majlis ilmu. Penampilan seseorang dalam satu acara berbanding lurus dengan seberapa penting acara tersebut bagi dirinya. Semakin penting suatu acara bagi seseorang, semakin besar juga usahanya untuk tampil sebaik mungkin. Ibunda Imam Malik sedang mengarahkan puteranya bahwa majlis ilmu adalah tempat penting dan terhormat sehingga sudah selayaknya kita berpenampilan sebaik mungkin ketika mendatamginya.

Kedua, orang tua hendaknya mengarahkan dan

menyiapkan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Hal ini terlihat saat Sang Ibu memilihkan guru terbaik bagi Imam Malik kecil. Adalah Syaikh Rabiah yang masyhur kedalaman ilmunya dalam bidang fikih, dipilihnya agar mengasuh Imam Malik dan mendidiknya. Sang Ibu tahu belaka bahwa kualitas guru sangat memengaruhi kualitas anak didiknya, sehingga menyiapkan guru terbaik untuk sang buah hati adalah sama halnya menyiapkan kesuksesan untuk masa depannya.

Ketiga, buah dari menuntut ilmu. Sebuah ilmu tak akan bermakna apa-apa tanpa dihiasi akhlak yang mulia. Sebagaimana budi yang luhur tak akan

(24)

muncul dari sesesorang yang tidak berpengetahuan unggul. Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang saling menghiasi dan melengkapi. Jika seseorang hanya memiliki satu bagian saja darinya, maka ia seperti seorang pincang yang berjalan dengan sebelah kakinya.

B. Murid

Murid terbesar Imam Malik tentu saja adalah

Al-Imam Asy-syafi`i rahimahullah. Walaupun

sesungguhnya kemuridannya bisa diberi tanda

kutip, lantaran Asy-syafi’I tidak secara 100%

meneruskan manhaj dan pola serta mazhab Imam Malik.

Namun dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan murid adalah yang menyebarkankan pendapat-pendapatnya dan menyokong lagi membangun madzhabnya bisa dibagi menjadi beberapa kelompok. Yaitu yang menyebarkan ilmu Sang Guru hingga ke Mesir, sebagian Afrika utara,

Andalusia dan wilayah Hijaz dan Irak.1

1. Mesir

a. Abu Abdillah, Abdurrahman bin al-Qasim

Wafat tahun 191 H di Mesir. Berguru kepada Imam Malik selama dua puluh tahun. Juga

berguru kepada Imam al-Laits bin Sa’ad (w 175

H) seorang faqih negri Mesir. Ibnul Qasim seorang mujtahid muthlak. Yahya bin Yahya

mengatakan, “Ibnul Qasim adalah murid

(25)

tercerdas dan paling menguasai ilmu gurunya

(Imam Malik).”

Ibnul Qasim jugalah yang meneliti dan

mengoreksi kitab al-Mudawwanah. Kitab ini

merupakan referensi utama dalam madzhab Malikiyah, yang dikemudian hari oleh Sahnun al-Maghribi diurutkan sesuai pembahasan fikih lalu

dikenal dengan Mudawwanah Sahnun.

b. Abu Muhammad, Abdullah bin Wahb bin Muslim

Lahir tahun 125 H dan wafat tahun 197 H. bermulazamah kepada Imam Malik selama dua puluh tahun, kemudian menyebarkan madzhab Maliki ke seantero Mesir. Imam Malik pernah

menyuratinya dengan mengatakan; “kepada

Faqihnya negri Mesir, Abu Muhammad Sang

Mufti.” Abu Muhammad juga seorang ahli hadis

yang terpercaya. Selain kepada Imam Malik, ia

juga menimba ilmu dari Imam al-Laits bin Sa’ad.

c. Asyhab bin Abdil Aziz al-Qaisi

Tahun kelahiran dan wafatnya beliau sama

dengan Imam as-Syafi’i yaitu lahir tahun 150 H

dan wafat 204 H. Asyhab wafat delapan belas

hari setelah wafatnya Imam as-Syafi’i. Berguru

kepada Imam Malik dan al-Laits. Disebut sebagai guru besar bidang fikih negri Mesir setelah Ibnul Qasim. Asyhab juga meriwayatkan kitab mudawwanah langsung dari gurunya; Imam

Malik (Mudawwanah Asyhab). Imam as-Syafi’i

(26)

Asyhab.”

d. Abu Muhammad, Abdullah bin Abdil Hakam Wafat tahun 214 H. termasuk murid Imam Malik yang paling menguasai perbedaan pendapat di tubuh madzhab Maliki.

e. Ashbagh bin al-Faraj al-Umawi

Wafat tahun 225 H. berguru kepada Ibnul Qasim, Ibnu Wahb dan Asyhab.

f. Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakam

Wafat tahun 268 H. berguru kepada ayahnya dan murid senior Imam Malik yang lainnya

termasuk kepada Imam as-Syafi’i.

g. Muhammad bin Ibrahim al-Iskandari bin Ziyad Lebih dikenal dengan Ibnul Muwwaz. Wafat tahun 269 H. memiliki karya yang menjadi rujukan utama dalam madzhab Maliki karena menghimpun banyak permasalahan dalam tubuh madzhab, lengkap dan terpercaya.

Karyanya ini dikenal dengan sebutan

al-Muwaziyyah.

2. Afrika Utara dan Andalusia

a. Abu al-Hasan, Ali bin Ziyad at-Tunisi

Wafat tahun 183 H. menimba ilmu dari Imam Malik dan al-Laits. Abul Hasan dikenal sebagai fakihnya Afrika.

b. Abu Abdillah, Ziyad bin Abdirrahman al-Qurtubi Wafat tahun 193 H. memiliki julukan

(27)

Syabthun. Menyimak dan mendaras kitab al-Muwaththa dari Imam Malik. Beliau termasuk orang pertama yang menyebarkan madzhab Maliki di bumi Andalusia.

c. Isa bin Dinar al-Qurtubi al-Andalusi

Wafat tahun 212 H. seorang fakih negri Andalusia.

d. Asad bin al-Furat bin Sinan at-Tunisi

Asalnya dari Naisabur, Khurasan. Lahir tahun 145 H dan wafat tahun 213 H. mati syahid di Sarqusah, beliau selain ahli fikih juga seorang

pemimpin pasukan di medan jihad.

Mengkolaborasikan antara fikih Madinah -tatkala berguru kepada Imam Malik- dan fikih Irak -berguru kepada Abu Yusuf dan Muhammad

bin al-Hasan. Menulis al-Asadiyah yang menjadi

rujukan untuk kitab Mudawwanah Sahnun.

e. Yahya bin Yahya bin Katsir al-Laitsi

Wafat tahun 234 H. Menyebarkan madzhab Maliki di Andalusia

f. Abdul Malik bin Habib bin Sulaiman as-Sulami Wafat tahun 238 H. Menyebarkan madzhab Maliki di Andalusia setelah Yahya bin Yahya. g. Sahnun, Abdus Salam bin Said at-Tanukhi

Wafat tahun 240 H. berguru pada banyak ulama di Madinah dan Mesir, sampailah ia pada tingkatan fakih di zamannya, Syaikh pada masanya, seorang alim di generasinya. Kitabnya

(28)

-Mudawwanah Sahnun- menjadi referensi primer dan otoritatif untuk madzhab Maliki. 3. Hijaz dan Irak

a. Abu Marwan, Abdul Malik bin Abi Salamah al-Majisun

Wafat tahun 212 H. Seorang mufti kota

Madinah pada masanya. Satu riwayat

mengatakan bahwa beliau menulis muwaththa sebelum Imam Malik.

b. Ahmad bin al-Mu’adzdzal bin Ghilan al-Abdi

Semasa dengan Ibnu al-Majisun. Juga seorang fakih madzhab Maliki di Irak.

c. Abu Ishaq, Ismail bin Ishaq al-Qodhi

Wafat tahun 282 H. Berasal dari kota Basrah kemudian pindah ke kota Baghdad. Breguru juga

(29)

Bab 3 : Karya Ilmiyah

A. Al-Muwaththa’

Kitab al-Muwaththa’ sebagaimana kami

ketengahkan di muka, bahwa kitab ini merupakan master piece dari seorang Imam Malik. Kitab ini merupakan sebuah kitab yang berisi hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang dihimpun dan disusun oelh Imam Malik.

Lantaran bagusnya isi kitab ini, sehingga Khalifah Harusn ar-Rasyid menghendaki supaya kitab itu dipergunakan sebagaia pedoman bagi segenap

umat Islam, disamping kitab Allah swt.1

Al-Muwaththa’ sendiri memiliki arti “yang disepakati

dan pijakan yang memudahkan”. Dinamakan

demikian karena Imam Malik telah

mengkonsultasikan riwayat yang ada di dalamnya kepada 70 ulama fiqih di Madinah, dan mereka

menyetujuinya (watha’a), sejak itulah

dinamakan al-Muwaththa.

Hadis-hadis dan riwayat yang disebutkan Imam Malik di dalam kitabnya ini adalah yang telah dipandang sahih sepanjang penyelidikan dan pemeriksaan Imam Malik. Oleh karena itu Imam

as-Syafi’i berkomentar tentang kitab gurunya ini,

(30)

“Tidak ada di muka bumi ini sebuah kitab sesudah

Kitab Allah swt yang lebih banyak benarnya selain

kitab al-Muwaththa’.”

Perkataan Imam as-Syafi’i ini tidaklah benar

seratus persen, tetapi juga tidaklah salah semuanya. Beliau mengatakan demikian karena memang belum terlahir kitab-kitab hadis sahih semisal yang dikarang oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.

Adapun setelah keduanya ditulis, maka para ulama hadis mengatakan bahwa keduanya -yakni kitab sahih al-Bukhari dan sahih Muslim- adalah kitab hadis yang paling valid dan paling banyak benarnya.

Sebab ditulisnya kitab ini, sebagiamana diterangkan oleh Ibnu Abdil Barr, yaitu atas

permintaan Abu Ja’far al-Manshur yang berkata

kepada Imam Malik, “Wahai Imam Malik,

buatkanlah satu kitab olehmu yang menjadi pedoman untuk khalayak ramai. Sesungguhnya

tidak ada orang yang lebih alim dari Engkau.” Maka

Imam Malik merasa senang menghimpun karyanya ini, meskipun beliau tetap menolak jika kitab ini

dijadikan buku resmi oleh negara.1

Terkait total hadis dan atsar yang termaktub di

dalam kitab al-Muwaththa’, maka para ulama

berbeda pendapat dari segi riwayat dan penomorannya. Jika dilihat dari riwayat Yahya al-Laitsi yang merupakan riwayat yang lebih terkenal,

(31)

total hadistnya sekira 1942 hadist, mencakup hadis

marfu’ dan mauquf.

Adapun riwayat dari Abu Mush’ab az-Zuhri, maka jumlah hadis yang termaktub di dalamnya mencapai 3069 hadist. angkanya menjadi menggelembung besar karena pendapat-pendapat pribadi Imam Malik juga dihitung dan diberi nomor. Demikian sebagaiamana yang diterbitkan oleh Muassasah ar-Risalah.

Kitab al-Muwaththa’ ini mendapat sambutan

yang bagus dari apara ulama. Terbukti dengan banyaknya para ulama dari generasi ke generasi yang mengerahkan daya dan upaya untuk mensyarah kitab yang mulia ini. Misalnya seperti Imam Abu Bakar Muhammad bin al-Araby (w 549

H) kitabnya dinamakan al-Qabas. Juga Imam

Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi (w 911 H)

dengan kitabnya Kasyfu al-Mughaththa’ dan

banyak ulama lainnya.

Seluruh ahli ilmu sepakat bahwa buah karya terbaik Imam Malik adalah kitabnya yang diberi

nama al-Muwaththa’. Namun kitab ini bukanlah

satu-satunya karya dari Imam Malik, berikut penuis uraikan sebagian kecil dari karya Imam Malik yang lainnya:

B. Risalah fi al-Qadr wa ar-Radd ‘ala Qadariyah

Ditulis oleh Imam Malik untuk, seperti yang dinyatakan oleh Qadhi Iyadh, Ibnu Wahb.

C. Kitab fi an-Nujum: Hisab Madar az-Zaman wa Manazil al-Qamar

(32)

Sebuah kitab yang kelak dijadikan dasar dalam bidang perbintangan (astronomi), terutama oleh Abu Muhammad Abdullah bin Masrur al-Faqih.

Sahnun mendengar adanya kitab ini dari Ibnu Nafi’.

D. Risalah fi al-Aqdhiyyah

Satu risalah sebanyak sepuluh yang sengaja dipersembahkan oleh Imam Malik kepada para qadhi.

E. Risalah fi al-Fatwa

Risalah ini ditulis untuk Abu Ghassan Muhammad bin Mutharrif, yang keberadaan risalah ini diketengahkan oleh Khalid bin Nazzar dan Muhammad bin Mutharrif sendiri.

F. Risalah fi al-Adab wa al-Mawa’idh

Sebuah risalah yang ditulis untuk Harun ar-Rasyid yang ditampilkan ke publik pertama kali di Andalusia oleh Ibnu Habib. Meskipun ada sejumlah penolakan jika rislaah ini dikatakan sebagai karangan Imam Malik, terutama dari Ashbagh bin al-Faraj, seorang Murid Imam Malik di Mesir. G. At-Tafsir li Gharib Al-Quran

Sebuah karya keulamaan Imam Malik yang

eksistensinya dinyatakan oleh Khalid bin

Abdirrahman al-Makhzumi

H. Risalah fi Ijma’ Ahl al-Madinah

Risalah ini ditulis Sang Imam untuk al-Laits bin

Sa’ad

(33)

Sebuah kitab yang disahihkan wujudnya oleh

al-Qasim.1

1 Lihat Biografi Lima Imam Madzhab. Imam Malik. Hal

(34)

Bab 4 : Ushul Mazhab

Dalam kitab Tarikh Al-Fiqhi, As-Sayis menuliskan bahwa Al-Malikiyah mendirikan mazhabnya di atas

20 pilar utama.1

A. 20 Pilar Utama 1. Al-Quran

Lima pilar terkait dengan Al-Quran adalah :

1. Nash Al-Kitab

2. Zhahir Al-Kitab (al-umum),

3. Dalil Al-Kitab (mafhum mukhalafah),

4. Mafhum Al-Kitab (mafhum muwafaqah),

5. At-tanbih alal ’Illah pada Al-Quran.

2. Al-Hadits

Lima pilar lagi terkait dengan Al-Hadits. Dan bentuknya sama dengan di atas, kelimanya itu adalah :

6. Nash Al-Hadits,

7. Zhahir Al-Hadits (al-umum),

8. Dalil al-hadits (mafhum mukhalafah),

9. Mafhum al-hadits (mafhum muwafaqah),

10.At-Tanbih ala Al-’illah pada hadits.

3. Sumber Lainnya

(35)

Sisanya yang sepuluh lagi adalah :

11.Al-Ijma’

12.Al-Qiyas

13.Amalu Ahli Al-Madinah

14.Qaul Shahabi

15.Al-Istihsan

16.Al-Hukmu bi Saddi Adz-Dzara’i

17.Mura’atul Khilaf

18.Al-Istishab

19.Al-Mashalaih Al-Mursalah

20.Syar’u Man Qablana

B. Amalu Ahlil Madinah : Khas Mazhab Maliki Yang Paling menonjol dan membedakan dengan mazhab lain adalah penggunaan amalu ahlil Madinah.

Imam Malik hidup di Madinah hanya 70-an tahun sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Suasana kota Madinah masih belum banyak berubah. Kehidupan kota Madinah oleh Imam Malik dijadikan dasar hujjah yang terkadang lebih diprioritaskan ketimbang riwayat-riwayat yang bersifat ahad dari orang-per- orang meski dari kalangan shahabat.

Salah satu contoh yang paling menonjol bahwa Imam Malik menolak kesunnahan puasa 6 hari bulan Syawwal. Alasannya karena Beliau sama

sekali tidak melihat penduduk Madinah

mengamalkannya. Kalau benar itu sunnah, tentu sudah jadi budaya di Madinah.

(36)

didasarkan pada hadits yang dianggap shahih. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, Nabi SAAW bersabda:

نَم

َماَص

َر

َناَضَم

مُث

ُهَعَ ب تَأ

اًّتِس

نِم

لاموَش

َناَك

ِماَيِصَك

ِر همدلا

Orang yang puasa Ramadhan lalu diteruskan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia dapat pahala seperti puasa setahun penuh.” (HR.

Muslim)

Menurut sebuah penelitian penulis, tidak kurang dari 225 masalah di dalam fatwa Imam Malik yang lebih didasarkan pada amalu ahlil Madinah dengan meminggirkan hadits nabawi. Masalah-masalah yang menjadi praktik mapan di kalangan masayarakat Madinah, untuk menyebutkan sebagiannya, adalah

▪ kewajiban makmum untuk membaca ayat

pada shalat-shalat yang bacaan ayat imamnya tidak keras,20

▪ tidak ada azan dan iqamat pada shalat idul

fitri maupun idul adha,21

▪ zawul arham (keluarga dari garis perempun)

tidak mendapatkan hak waris sama sekali,22 ▪ hak syuf’ah (hak seseorang untuk membeli

bagian harta kekayaan partnernya dari harta yang mereka miliki bersama) hanya terjadi pada benda yang tidak bisa dibagi.23

(37)

Dan dalam hal ini, ketegasan Imam Malik dalam berhujjah menggunakan amalu ahlil Madinah bisa kita temukan dalam debat beliau dengan Imam Al-Laits, shahabatnya di Mesir.

Imam Malik menegur Al-Lais yang banyak mengungkapkan fatwa namun bertentangan dengan praktik hukum yang ada dalam masyarakat Madinah, dan ia menganjurkan Al-Lais supaya mengikuti Amal Ahlu al-Madinah tersebut. Karena Amal Ahlul Madinah merupakan praktik mapan yang diwariskan turun temurun semenjak masa

Nabi, sahabat sampai dengan masa dia.1

Pandangan Imam Malik ini menimbulkan reaksi dari beberapa pihak, terutama Al-Lais yang membantah lewat surat jawabannya, para ulama Irak khususnya Al-Syaibani (w.189/804), dan nantinya juga muridnya sendiri yaitu Imam

Al-Syafi’i yang memandang bahwa gurunya itu sebagai orang yang seringkali mengabaikan hadis Nabi.

1 Muhammad Yusuf Musa, Tarikh al-Fiqh al-Islami (Kairo:

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya program BOS bagi SMP Terbuka mulai bulan Juli 2007, maka dana bantuan “block grant” untuk tambahan biaya operasional SMP Terbuka yang selama ini diterima oleh

Jika fungsi distribusi itu adalah diskrit maka prosedur yang diperlukan untuk membangkitkan random variate dari f(x) sbb:.. Tempatkan RN yang diperoleh pada f(x) axis

Peserta didik didorong untuk mengumpulkan berbagai sumber informasi yang kemudian dari berbagai informasi yang diperolehnya tersebut peserta didik dapat menentukan

Untuk mengetahui lebih jelas, maka penulis melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Laba Kotor PT Dirgantara Indonesia

Menurut Harahap (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja diantaranya yakni penelitian yang dilakukan oleh (Masydzulhak et al.,

Dari realisasi belanja barang dan Jasa ini, selengkapnya dengan rincian pada lampiran 23 NO PERKIRAAN ANGGARAN 2015 REALISASI 2015 % 2014 3. Dibandingkan dengan realisasi

FIRST SEMESTER ( HONOURS AND