\E
t
AI:-NT\
3J L]amum
il
kilas
Profil
Daerah Kabupaten/Kota
Peraih
Adipura
1'
.1,ElEs,
:^.1f ..rl
i;
.aa :l\tr-
':;*
\ ?a-F
@" Sa8amR@daks0
)
N4amilb,eramilo
Fanua g-nmada, dan Femilnnp0n PeLlngkumgan
,.
reobh'Umckumgan dlTamah
FaPua
: ;i, , ,4L
J€tqFhtusomalsamil d0 lPesisf,n [Jt@m Fuilau ts0ak
Feqfetramn Ka[mnana,";"
Feremam [a. $dam HWan nnaryffit$ffiry N4aq@raffi Ansus
@.
S0n€tr!
-,jj-0nfte8fas0 Sas0 keda0amn Zomas0
6ffi
Komsenresfi 4'4"lcrPld
, \ftl@&mob0re lPemdpta
Wu'Tamah
l%:Pua'-.-.
litrcn
,,.,,.ii@mkan Terumnbtq K,errery dam ft4-asalah Pemgefiofiaanqp
Temftamg Kffimn t(enad dad ts0ak
iftd""pt
";: " I
kmemnu flhn Lemna d0Tefluk N4qrefl0bfit Raia Amnpat
?ril
j'
Buah N4amgmonae SEebagaf, Alhernffi Sumnher l%:ngan
Sqnerfurc+sr
-#d!-@eruam Fusare F\engelo0aam Ekoregfiom lPbpua
Froftfl Daerah Kahupaten/Korta pq@[h Adf,pure df,Tamah lPapua
7@-"lflb1neSeHtar
rhfl
tPh@a, N4akaman Khas t%:pua yamg nnemgggrgah Seflem
*
,. fuSa tsakan Eaftu&L
f[nncdalsi
rlrtu
rclotllt
tillla
NnenrgubahtrdgsN4emiad0lPduaneSf,nercl-ff4@@flaamUmefungandamKehmnanuntuk OmnomnnparpuatsukamumrukNestapa:&'li'-:' !.
*
I I ,fl b_)
IJ
I .P I TPembaca yang budiman,
Majalah BUMI PAPUA kembali hadir menjumpai para pembaca melalui edisi ke-3 ini. Pada edisi kali ini BUMI
pApUA mengangkat topik utama mengenai ancaman terhadap keberadaan ekosistem Papua di tengah arus
pembangunan. Papua memiliki ragam ekosistem yang masih sangat terjaga baik dan tergolong unik.
Ekosistem Paoua dengan kekayaan flora dan faunanya membentang dari perairan laut yang sangat kaya akan spesies karang dan ikan hingga dataran rendah dengan l'rutan hujan tropik dan dataran tinggi yang tertutup
salju. Namun, secara perlahan tapi pasti, kini !<eberadaair ekosistem Papua telah menghadapi berbagai
ancaman serius. Kegiatan pembangunar': sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kese.iahteraan rakyat
menjadi suatu keniscayaan bagi pemerintah dan masyarakat. Pembangunan infrastruktur
di
berbagaibidang, pembukaan lahan dan akses jalan, serta masuknya berbagai investasi ekonomi sudah barang tentu
akan mimiliki implikasi terhadap eksistensi ekosistem di Tanah Papua.
Terkait
topik
ut:ma,
para kontributortelah
menyumbangkan pemikirannyadari
berbagai sudutpandang. Melengkapi Kolom Utama, BUtvil PAPUA juga menghadirkan beberapa tr-rlis:,,r menarik melalu;
bebe,apa rubrik, antara lain ada rubrikSinergi,Jelajah, Wawasan dan Warna Sekitar. Selamatmembacal
..
Salam
Bumipg.Fua
i*}.
I
-BUMI
P
PENERBIT
Pusat Pengelolaan Ekoregion Kementerian Lingkungan Hi
PENASEHAT
Menteri Lingkungan i-liduP
PENANGGUNG JAWAB Rijaluzzaman
SEKRETARIS REDAKSI
Sa ntosa
KONTRIBUTOR A'riLl
Prof. Dr. Emii :ai:ir, Prof. Dr. Sudharto P. Hadi, ft4ES
Prof. lr-. Johan liias
Pr6f. Dr. Asep Warlan Yusuf, 5l-i
P i'of. D r. Ch a rl i e.D*#-eatglgqof . H u t1'M. S i
Dra. Rosyesfl.R. Ianju,rg, M.Sc., PhD
,
or.Sutiffifl/ijoyo, Ll6odlief J.W'Kawer, 5.Hut Jimmy Frans Wanm,, S.Hul.., lt/I. App. Sc
Andriani Widyastuti, S.Pi., M.Si.
a ;: REDAKSI l _,,.:+.:Pantje W. Kawer John H. Mampioper M. Shidiq Alathif Rima Lewier Adhi Permana lndrianto
YustiSus Dr. Natalse
ESAIN 'I Da;i LAYO
'ii: Santosa
lt
KORESPOI.IDE"
.,
Robby Wangga;, S. Pi., M.Eng (Wilay:h Papua)
Purwanto, ST (Wilayah Papua
Barat)
l:
Adel$irrnan, M.Si.
n #'sha, 5.Hut., lM.Si.
a
t\i
r
-.t
F.'
Eaf
Bumi Papua menerima iulisan,dai6m bentuk mengenai aspek-aspek terliait perlindungan
lingkungar, hidup
.-r?, ,
E{"
Tulisan dapat dikirim ke redaksi, via
Grr
--*.,
{r
t
--.
r
'--r"I!.'
)
J. r. : Dok. Cciver .ra IPapua-;
-:il€:c
.)t+-;x
g
o
3
C
*
!,
3
qlBUMI
PIPUA
PAPUA
bukan
hanya
soal
nama
tetapi
penyematan suatu identitas makna bagi generasi di
level manapun. Saya tidak akan larut dalam pemekaran
yang dianggit secara politik dan publik menyantapnya
penuh gairah, karena secara ekologis wilayah Papua
tidak akan mekar. Papua tidak akan merambah negara
tetangga
yang
secara
teritorial
memiliki
bataskenegaraan yang terekam dalam kosmopilitan dunia.
Pemekaran adalah agenda
politik yang
bersambutsecara
kemasyarakatanuntuk
dikemas
sebagaimunculnya pemerintahan daerah baru dengan wilayah
yang semakin menyempit. Biarlah
itu
bergerak dalamranah yang wajal santun dan penuh ketulusan dengan
memperhatikan hak asal-usul serta tradisiwarga Papua.
OTONOMI
PAPUA
BUKAN
UNTUK
NESTAPA
Oleh:
Dr. Suparto Wijoyo
Dosen Hukum Lingkungan Universitas Airlangga
dan Ketuo KAPAL Nusantora
I
a I
_l rL
Kekuatan politiktidak boleh mengabaikan, bahkan wajib mengamankan kekuatan adat agar identitas termiliki
dan terwakili dalam pengelolaan pemerintahan.
Seandainya pemekaran itu menjadi pilihan bagi
warga Papua maka saya hanya menuliskan sebagaisuara yang didengar menjadi kebijakan yang diperhitungkan.
Sekali lagi baca dan baca dan baca kembali apa yang
terjadi
di
Papua atau belahan bumi manapun. Sayamenjadi teringat paparan simbolik-metaforik dari R.
Latter
atas kondisi
lingkungan kontemporer kita'Diungkapkan
bahwa penduduk
Perancis berianggembira menggunakan teka-teki untuk mengajarkan
kepada anak-anak sekolah tentang sifat pertumbuhan
yang berlipat ganda. Sebuah kolom teratai, begitu
L2
4
{*
I I i)J
I{
I jJ) ,l Il
IE
q
-t 4i
I
1 *€Eq
t
t
t
i, t t ll ..1 IHI
a! T$
B-lt{
i'
-- t -"tBUMI
PAPUI
*ilalllF;'
-;-t*1**." *-i.JDF 'l
teka-teki
itu
dimulai, berisi selembar daun. Tiap harijumlah daun
itu
berlipat dua. Dua lembar daun padahari kedua, empat pada hari ketiga, dan delapan pada
hari keempat, demikian seterusnya' Kalau kolam itu
penuh pada hari ketiga puluh, kapankah kolam itu berisi
separuhnya? Begitu ditanyakan. Jawabnya adalah:
"Pada hari kedua puluh sembilan". Cangkriman ini
dirujuk pula oleh L.R. Brown dalam bukunya TheTwenty
Ninth Doy: Accomodating Human Need and Numbers to
The Earth's Resources.
Sudah dapat dipastikan secara prediktif bahwa
kondisi kolam teratai Papua maupun lndonesia, kini
mungkin sudah penuh seluruhnya, padahal waktu
penyelamatannya tinggal sehari saja. Maka semua
pihak
harus
memahami
urgensi
kebutuhan
memulihkan kualitas lingkungan. Pencemaran atau
perusakan lingkungan tampaknya tidak kenal kompromi
dan kerap meluas tiada henti melanda lorong-lorong
I ingkunga n dengan rentetan kompleksitas konsekuensi
yang problematik.
Bopengnya "Waiah" Lingkungan Daerah
Secara yuridis
kita
sekarangini
mempunyaitJndong-undang Republik tndonesia Nomor
2i
Tahun2074 tentong Pemerintahan Daeroh (UU Pemda) yang
baru. UU ini dibuat dengan niat bahwa penyelenggaraan
pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya
kesejahteraan
masyarakat melaluipeningkatan pelayanan, pemberdayaan,
dan
peranserta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan
prinsip
demokrasi,
pemerataan, keadilan,
dan
kekhasan suatu daerahdalam sistem Negara Kesatuan Republik lndonesia'
Disamping
itu
dibuat karena disadari bahwa efisiensidan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraa n pemerintahan
negara. 13 (E
E
G+,
f
E
-9
o
Y
l
'':-f,y
,"1"Y'{l I lll .It'c
Rx
o
o
3
C
F} 0)3
!,
BUMI
P[PU[
Kalau
begitu betapa
pelaksanaan otonomidaerah termasuk
di
Papua sangat bagus. Meskidemikian tengoklah apa yang pernah teralami dimana
banyak pihak telah menghasilkan sesuatu yang nyata
secara ekologia,
yaitu:
pencemarandan
perusakanlingkungan di setiap lini kehidupan rakyat. Pada takaran
nasional kasus lingkungan
di
Papua sangat terasa.Malapetaka lingkungan akibat tambang mencapai titik
krusial yang berdampak pada banyak aspek kehidupan.
Penyakit sosial kemanusiaan meningkat, kematian
premoture menggejala, dan
lain
sebagainya. Wujud keangkuhan yang mendukocitokan. Maraknya tingkat pencemaran lingkungan adalah kebenaran yang takterelakkan.
Realitastelanjang
yang
tidak
perludiragukan
dan
diherankan apalagi diperdebatkan.Kenyataan itu merupakan produk sikap biorinisme dan
kemunofikon yang perlu disadari bersama. Birokrasi
nasional, sektoral dan daerah di masa otonomi daerah
justru
telah
terbidik
melakukan
"systematicdestruction" terhadap lingkungan yang melebihi
batas-batas toleransi. Anehnya, potret visualnya seringkali
berpenampilan seolah-olah berpihak pada kepentingan
ekologis. Kok bisa?
Potret Kamuflase
Contohnya: pencemaran
air
yangterjadi
disemua
daerah
di
lndonesia, termasukdi
Papua.Bagaimana air atau sumber air dan sungai-sungai atau
hutan-hutan
pegunungan
di
Papua
tidak
Pemerintah Daerah untuk membuang limbah (cairnya)
tanpa kendali atau mengeksploitasinya tanpa kendali.
lnstrumen perizinan
sebagaisarana
pencegahanpencemaran tidak difungsikan. Para pengusaha dengan
seenaknya membuang limbah
tanpa
persyaratan.Enteng sekali. Mereka bebas memuntahkan
"liut"
limbahnya.
Air
sungai (kali) dijadikan media gratisanpara pengusaha untuk "mensemayamkan" limbahnya.
Kurang reaktifnya Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota patut dipertanya ka n. Mengapa?
Mari kita baca substansi pasal-pasal dalam UU
Pemda
terbaru
dimana
ada
pengaturan UrusanPemerintahan Konkuren: Pasal
11
mengatur bahwaurusan pemerintahan konkuren
sebagaimana dimaksud yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan
Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan
Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan
Pemerintahan
Wajib
yang
sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasa r.Pasal
L2
menyatakan
bahwa
urusanPemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar meliputi:a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan
umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat dan
kawasan
permukiman;
e.
ketenteraman, ketertibandan
f. sosi iri,:, ,._6
L4{
a, ''-{
:. ].$'
d|,r''
d
i t.,
,,'9 t,_L
----:
Urusan Pemerintahan
Wajib yang
tidak
berkaitandengan Pelayanan Dasar meliputi: a. tenaga kerja; b.
pemberdayaan perempuan dan pelindungan
anak;
c.pangan;
d.
pertanahan;e.
lingkunganhidup;
f.administrasi kependudukan
dan
pencatatan sipil; g.pemberdayaan masyarakat dan desa; h. pengendalian
penduduk dan keluarga berencana;
i.
perhubungan; jkomunikasi dan informatika; k. koperasi, usaha kecil,
dan menengah; l. penanaman modal; m. kepemudaan
dan olah raga; n. statistik; o. persandian; p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan r. kearsipan. Urusan Pemerintahan
Pilihan
meliputi:
a.
kelautan
dan
perikanan;
b.pariwisata; c. pertanian;
d.
kehutanan; e. energi dansumber daya mineral; f. perdagangan; g. perindustrian;
dan h. transmigrasi,
Sebelum
itu
terdapat setumpuk regulasi yangsecara
khusus mengatur
Papua secara
teknispemerintahan untuk otonomi khususnya. Baca saja
buku
Himpunan Peraturon
Tentang PercepotonPembangunon,
Otonomi
Khusus,
PembentukonKebupaten-kabupoten di Popuo dan Papuo Borat Tohun
201j. Komplit sudah aturan hukumnya. Tetapi apa yang
terjadi?
Selamakurun waktu
berlakunya aturan,bukankah terdapatnya beragam kasus di Papua. Dalam
optik demikian, aturan yang telah dikeluarkan hanyalah
"non-enforcement policy". Dibuat tetapi
tidak
untukdilaksanakan. Tragis. Semoga tidak demikian niatannya
dan
perkembanganke
depannyauntuk
melakukanBUMI
PflPUA
pemaknaan ulang otonominya.
Oke, kini, cukup sudah. Tak usah lagi menunda.
Namun kini ada pergeseran dengan otonomi daerah.
Pengendalian pencemaran air tidak lagi secara penuh
ada
di
genggaman tangan Gubernur,tapi
di
tanganKepala Daerah Kabupaten. Kami semua kini menunggu
kreasi responsif Bupati. Gubernur selayaknya tampil
sebagai koordinator yang baik sebagai wahana hukum penyelamatan lingkungan di Papua. Masih ada harapan,
meskipun hanya secercah. Kini Pemprov Papua harus
terpanggil bagi kebaikan ekosistem Papua sendiri dan
NKRI.
Memimpikan Kepemimpinan Ekologia
Yah... secara esensial
kita
membutuhkanbangunan kepemimpinan ekologia di NKRI termasuk di
Papua. Sebuah kepemimpinan yang sensitif terhadap
krisis lingkungan. Kepemimpinan yang mempromosikan
aktivitas akrab
dan
ramah
lingkungan.
lntuisikepem i mpinan yang meneta pkan dan menggelega kka n
public
concern
terhadap upaya
penyelamatanlingkungan
dalam
pembangunan berkelanjutan:membangun
tanpa
mencemarkandan
merusaklingkungan
demi
nasib generasi
mendatang.Kepemimpinan
ekologia
mempersyaratkan
pengetahuan kasuistik maupun universal, penegakan
hukum yang
efektif
dan
kultur
kelembagaan yangkondusif bagi tatanan "eco-society". Betapa elegannya
masyarakat yang
berlabel
lingkungan. Masyarakat15 (E
E
GI+.
f
E
o
o
Y
-rl
i'
ryE
c.
===;f
f-rcc,'
1*{
x
9.
o
3
C
F} 0,3
q,BUMI
PIPUA
yang mampu bertahan hidup
tanpa
memporakporandakan prospek generasi penerusnya.
lnilah
substansi pembangunan berkelanjutan yangmenuntun misi kepemimpinan ekologia.
Melalui
kepemimpinan ekologia, terjadinyapecemaran perusakan lingkungan yang terus meluas
diharapkan dapat diminimalisir. Berdasarkan
undang-undang Nomor 32 Tohun 2009 tentong Perlindungan
don
Pengelolaon Lingkungon
Hidup
(PPLH),pencemaran
dan
perusakan lingkungan merupakankausa lahirnya sengketa lingkungan. Tentu, eskalasi
sengketa lingkungan
tidak untuk
diperlebar
dandiproyekkon.
Penyelesaiansengketa
lingkunganmerupakan
konsekuensituntutan
harmonisitaskehidupan. Hindari
jotoson
di
antarapara
pelakupengelolaan lingkungan.
Untuk
itulah
perlumembangun mekanisme "pencucian dosa lingkungan"
dengan
mengembangkanpendidikan
lingkungansebagai kunci pandora upaya mengedepa nkan "win-win
solution". lvlaka, yang mesti diagendakan bukan "siopo
yang okan
memimpin?",
tetapi
"bagoimono
memimpinnya?". Ada sedikit masalah, kelembagaan
kepemimpinan lingkungan nasional
yang
berupaKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
ibarat
si
penori yong
mou
konser.Artinya
harusmelakukan penataan internal dulu dari dua kementerian
yang dimerger. Kami perlu mengusulkan penyelesaian
institusional berupa pembentukan melalui penguatan
KLHK yang otoritatif bagi perbaikan negeri ini. Green
spirit dari Papua untuk lndonesia. Lanjutkan dengan
pendidikan.
Pendidikan
yang
melanggamkan kepentinganekologi Papua secara
persuasif
pada setiap insandidiknya, adalah suatu pendidikan yang layak memiliki
predikat:
"environmentally acceptoble
workingconditions". Manifestasi pendidikan
demikiansenantiasa didasarkan atas "the six crucial principles"
pengelolaan lingkungan
yang meliputi:
kualitas,kreativitas, kemanusiaan, keuntungan, keberlanjutan
dan
pertanggungjawaban.Mutu
pendidikan adalahcermin
insanera
pasca industri yang berkarakterinformatif
denganmotto
elementer:
"selomotkanlingkungon".
Senafas dengan pembangunan berkelanjutan
("sustoinable development"),
para
pemimpin dan,*
qry
pendidik dari setiap level di Papua harus memacu serta
mengejawantahkan peningkatan kesadaran partisipasi
masyarakat dengan membuka
peluang
informasilingkungan yang seluas-luasnya. Kepada para legislator (anggota maupun tetua adat Papua) serta para birokrat (penguasa dan pengusaha), sudahkah tertanam jiwa
ekologia di "hatimu"? Secara filsafati cukup jelas: Suatu
kehidupan tanpa lingkungan adalah abstraksi belaka.
Membangun kepemimpinan
dan
pendidikan
lingkungan di Papua adalah kebutuhan mengkonstruksi masa depan yang nyaman, apalagi digelegak otonomi
khusus Papua. Jangan biarkan lingkungan merana,
karena kata orang bijak: kodok pun tidok okon meminum
ho bis ai r kol o mnya. Salam.
16 .,i.