• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAWATAN TERHADAP KOMPONEN KRITIS PADA SISTEM HIDROLIK MESIN DIE CASTING DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMECA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERAWATAN TERHADAP KOMPONEN KRITIS PADA SISTEM HIDROLIK MESIN DIE CASTING DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMECA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan industri khususnya industri manufaktur sangat memperhatikan sistem perawatan yang ada saat ini. Perawatan pabrik serta peralatan dalam tatanan kerja yang baik sangat penting untuk mencapai kualitas dan keandalan (reliability) tertentu serta kerja efektif dan efisien. Sistem yang baik tidak akan bekerja secara memuaskan kecuali dipelihara dengan baik pula. Sistem perawatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar sistem selalu dalam keadaan siap pakai (Serviceable) atau memulihkan kembali kondisi sistem ke dalam kondisi siap pakai.

Kurangnya pengetahuan menimbulkan kesalahpahaman serta menimbulkan lemahnya pemeliharaan dalam perusahaan. Kesalahan ini menghasilkan keluaran dan masukan yang relatif rendah. Untuk memaksimalkan hasil produksi melalui efisiensi dan efektifitas kerja, mempertahankan kelangsungan produksi dengan memelihara sejumlah aset yang menjadi modal dasar perusahaan harus dikelola secara cermat dan tepat melalui manajemen perawatan.

PT. WIJAYA KARYA adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tahun 1960, yang pada saat ini merupakan sebuah perusahaan dengan diverifikasi bidang usaha yang luas, yaitu meliputi jasa kontruksi, industri, manufaktur dan pabrikasi, perdagangan serta realti dan properti.

Pada tahun 90-an secara bertahap PT. WIJAYA KARYA mulai berubah unit kerja usahanya dari bentuk divisi-divisi menjadi bentuk anak perusahaan. Salah satunya anak perusahaan tersebut adalah PT. WIKA IN-TRADE yang terbentuk awal tahun 2000, sebagaimana tersebut dalam Akta Notaris Imas Fatimah,SH.,nomor 16 tanggal 20 januari 2000.

(3)

Saat ini PT. WIKA IN-TRADE memiliki empat bisnis yaitu bisnis unit konversi energi di Cileungsi Bogor, bisnis unit pressing, plastic dan painting di Cileungsi Bogor dan yang terakhir salah satunya binis unit metal di Jatiwangi, kabupaten Majalengka yang memproduksi produk metal komponen otomotif. Kegiatan produksi yang dilaukan oleh PT. WIKA IN-TRADE untuk memenuhi permintaan konsumen, tentunya itu semua memicu kelengkapan sarana dan perasarana yang harus dimiliki PT. WIKA IN-TRADE . Kelengkapan suatu sarana dan prasarana perusahaan juga harus diimbangi dengan kegiatan pemeliharaan yang baik. Karena kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang baik dapat menjamin kelangsungan proses produksi. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki PT. WIKA IN-TRADE antara lain Mesin Sand Blowing, Mesin Die Casting, Mesin Gravity Casting, Mesin Hammer, Mesin CNC, Mesin Bor, Mesin Rotary, Tungku Melting, dan Tungku Holding. Mesin Die Casting merupakan salah satu sarana yang dianggap penting keberadaanya dalam proses produksi di PT. WIKA IN-TRADE.

Setiap perusahaan industri meskipun sudah meningkatkan fasilitas operasinya, mengeluarkan biaya yang tinggi tiap tahunnya untuk meningkatkan keandalan suatu mesin, tetapi dalam kenyataannya masih saja terjadinya kerusakan yang tidak diharapkan. Hal ini tentu perlu analisa yang pasti dan jelas tentang penyebab terjadinya kerusakan tersebut. Permasalahan umum yang sering dihadapi adalah mengenai proses pemeliharaan atau perawatan mesin yang belum optimal, yang disebabkan karena belum adanya prosedur atau metode perawatan yang baik. Perawatan yang dilakukan masih bersifat standar kerja, yaitu hanya melakukan pembersihan mesin serta memperbaiki atau mengganti komponen mesin pada saat rusak dan penggantian oli saja. Hal ini tentu akan membuat suatu mesin akan mudah rusak dan keandalan mesin tidak akan terjaga dengan baik. Kerusakan mesin itu sendiri tentu disebabkan dari komponen-komponen mesin yang sering atau terus-menerus mengalami kerusakan serta penyebabnya jelas belum adanya tindakan perawatan yang baik yang dilakukan perusahaan untuk menangani masalah tersebut.

(4)

Mesin Die Casting adalah sebuah mesin dengan proses kerja pengecoran dengan cara ditekan (pressure), dalam pressure Die Casting logam diinjeksikan kedalam cetakan dengan kecepatan tinggi dan membeku dibawah pengaruh tekanan luar. Mesin ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian tampak luar (muka), bagian sistem hidrolik dan teknik kelistrikan. Terdapat 10 mesin Die Casting dengan bobot dan spesifikasi yang berbeda di PT. WIKA IN-TRADE yang masih beroprasi dan digunakan dalam proses produksi. Mesin Die Casting dengan spesifikasi dari TOYO 350-800 Ton antara lain: DC01, DC02, DC03, DC06, DC07, DC08 dan DC09. Sedangkan dari TOSHIBA-1250 Ton yaitu DC10, DC11 dan DC12. Dalam perawatannya mesin Die Casting khususnya pada bagian sistem hidrolik sering terjadi kerusakan, diantaranya penggantian komponen yang kritis seperti komponen Catridge Pump, Slenoid Valve1, Slenoid Valve2, Tripple R, Logic valve dan Selang Hidrolik. Dalam penggantianya komponen ini di sesuaikan dengan standar perawatan yang telah di tentukan.

Keandalan mesin sangat dibutuhakan oleh perusahaan dalam rangka mengurangi downtime, mengurangi perbaikan, meningkatkan efisiensi peralatan, mengurangi biaya pemeliharaan dan meningkatkan produktivitas tidak akan tercapai bila peralatan atau komponen mesin terus menerus mengalami kerusakan, hal ini karena belum adanya prosedur pemeliharaan atau perawatan yang baik atau cukup dalam mencapai keandalan mesin atau peralatan tersebut.

FMECA ( Failure Maintenance Effects Critical Analysis ) adalah metode yang sangat baik dalam membantu perusahaan karena dengan metode ini perusahaan dapat mengidentifikasi kerusakan dari komponen mesin, mencari penyebab dan akibat potensial yang ditimbulkan serta efek buruk lainnya dan juga dapat melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sesuai prosedur atau metode dari FMECA itu sendiri. Dengan metode FMECA perusahaan dapat dengan teratur melakukan prosedur perawatan mesin, sehingga kerusakan sistem atau mesin secara tiba-tiba dapat segera diatasi. FMECA juga merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi dan meneliti bagaimana menghindari kerusakan atau kegagalan

(5)

pada sistem, baik kerusakan yang disebabkan oleh operator (man), mesin, material dan juga lingkungan.

Untuk membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan yang selama ini terjadi maka penulis mengusulkan alternatif tindakan perawatan komponen kritis Sistem Hidrolik mesin Die Casting berdasarkan metode FMECA (Failure Mode, Effects and Criticality Analysis).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perawatan Terhadap Komponen Kritis Pada Sistem Hidrolik Mesin Die Casting Dengan Metode FMECA (Studi Kasus PT. WIKA IN-TRADE MAJALENGKA)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam menghadapi permasalahan ini, belum adanya metode perawatan yang optimal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap sistem hidrolik mesin Die Casting. Perawatan yang dilakukan terhadap mesin tersebut hanya standar kerja saja yaitu hanya melakukan pembersihan mesin, memperbaiki atau mengganti komponen mesin pada saat rusak dan memakaikanya kembali. Akibatnya kerusakan pada komponen-komponen mesin yang sudah dianggap kritis tidak bisa lagi di identifikasi dengan baik dan perusahaan juga tidak bisa mengidentifikasi kapan dan harus bagaimana melakukan perawatan serta seperti apa perawatan yang harus dilakukan. Dalam penelitian ini, masalah yang akan dipecahkan adalah “Bagaimana mengidentifikasi jenis kerusakan pada komponen kritis Sistem Hidrolik mesin Die Casting sehingga perawatan yang dilakukan perusahaan bisa optimal.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi penyebab dan jenis kerusakan dari komponen Sistem Hidrolik mesin Die Casting yang dianggap kritis.

(6)

2. Menentukan urutan prioritas perbaikan dari komponen Sistem Hidrolik mesin Die Casting yang dianggap kritis berdasarkan metode FMECA (Failure Mode, Effects and Criticality Analysis).

3. Memberikan usulan tindakan perawatan bagi perusahaan terhadap komponen Sistem Hidrolik mesin Die Casting yang dianggap kritis.

1.4 Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi pembatas masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di PT.WIKA IN-TRADE Majalengka

2. Jenis mesin yang diteliti adalah jenis mesin TOYO-800 Ton DC07.

3. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah Failure Mode, effects and Criticality Analysis (FMECA).

4. Dalam pelaksanaan tidak dilakukan implementasi dilapangan, penelitian hanya dibatasi sampai pengajuan usulan.

1.5 Asumsi-Asumsi

Dalam penelitian ini terdapat beberapa asumsi yang digunakan diantaranya: 1. Keterampilan dan kemampuan tenaga kerja pada bagian maintenance

dianggap sama (rata).

2. Data tambahan di luar data yang dikumpulkan secara langsung pada saat penelitian hanya sebagai bahan tambahan atau penunjang untuk melakukan pengolahan data.

3. Komponen mesin yang diteliti adalah komponen-komponen yang dianggap kritis sedangkan komponen yang dianggap kritis adalah komponen yang sering mengalami kerusakan.

(7)

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perawatan

Tindakan perawatan biasanya diklasifikasi sebagai kegiatan pendukung produksi yang sangat dibutuhkan guna mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada suatu alat produksi. Kurangnya pengetahuan menimbulkan kesalahpahaman serta menimbulkan lemahnya pemeliharaan dalam perusahaan. Kesalahan ini menghasilkan keluaran dan masukan yang relative rendah.

Untuk memaksimalkan hasil produksi melalui efisiensi dan efektifitas kerja, mempertahankan kelangsungan produksi dengan memelihara sejumlah asset yang menjadi modal dasar perusahaan harus dikelola secara cermat dan tepat melalui manajemen perawatan.

2.2. Pengertian Perawatan

Perawatan (maintenance) dapat diartikan sebagi suatu kegiatan merawat fasilitas sehingga fasilitas tersebut berada pada kondisi siap pakai sesuai kebutuhan. Dalam hal ini diusahakan tenggang waktu kerusakan (break down period) suatu fasilitas dapat ditekan seminimal mungkin berdasarkan perhitungan yang matang.

Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti dalam kondisi sebelumnya. (Supandi, 1999: 25-26)

Peranan perawatan baru akan sangat terasa apabila sistem mulai mengalami gangguan atau tidak dapat dioperasikan lagi. Masalah perawatan ini sering diabaikan karena alasan mahal atau banyaknya ongkos yang dikeluarkan dalam pelaksanaannya, padahal apabila dibandingkan dengan kerugian waktu menganggur akibat adanya suatu kerusakan mesin jauh lebih besar dari pada ongkos perawatan dan baru akan dirasakan apabila sistem mulai mengalami

(8)

gangguan dalam pengoperasiannya, sehingga kelancaran dan kesinambungan produksi akan terganggu.

Perawatan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan merawat fasilitas sehingga fasilitas tersebut berada dalam kondisi siap pakai sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain, perawatan adalah sebuah kegiatan dalam rangka mengupayakan fasilitas produksi berada pada kondisi atau kemampuan yang dikehendaki. Selain itu juga perawatan merupakan suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang ditujukan untuk mempertahankan suatu sistem tersebut pada kondisi yang dikehendaki. Masalah perawatan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan tindakan pencegahan kerusakan (preventive) dan perbaikan kerusakan (corrective). Tindakan tersebut dapat berupa:

1. Inspection (Pemeriksaan)

Yaitu tindakan yang ditujukan terhadap sistem atau mesin untuk mengetahui apakah sistem berada pada kondisi yang diinginkan.

2. Service (Servis)

Yaitu tindakan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu sistem yang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian sistem.

3. Replacement (Pergantian Komponen)

Yaitu tindakan pergantian komponen yang dianggap rusak atau tidak memenuhi kondisi yang diinginkan. Tindakan penggantian ini mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan pencegahan terlebih dahulu.

4. Repair (Perbaikan)

Yaitu tindakan perbaikan minor yang dilakukan pada saat terjadi kerusakan kecil.

5. Overhaul

Yaitu tindakan perubahan besar-besaran yang biasanya dilakukan di akhir periode tertentu.

Pentingnya perawatan baru disadari setelah mesin produksi yang digunakan mengalami kerusakan atau terjadi kerusakan yang sifatnya parah yaitu mesin yang terjadwal atau teratur dapat menjamin kelangsungan atau kelancaran proses

(9)

produksi pada saat aktivitas produksi sedang berjalan dapat dihindari. Pada umumnya, perawatan yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memungkinkan tercapainya mutu produk dan kepuasan pelanggan melalui penyesuaian, pelayan dan pengoperasian peralatan secara tepat.

2. Mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan pada saat mesin sedang beroperasi. 3. Memaksimalkan umur kegunaan dari sistem.

4. Memelihara peralatan-peralatan dengan benar sehingga mesin atau peralatan selalu berada pada kondisi tetap siap untuk operasi.

5. Meminimalkan biaya produksi total yang secara langsung dapat dihubungkan dengan service dan perbaikan.

6. Meminimalkan frekuensi dan kuatnya gangguan-gangguan terhadap proses operasi.

7. Memaksimalkan produksi dan sumber-sumber sistem yang ada.

8. Menyiapkan personil, fasilitas dan metodenya agar mampu mengerjakan tugas-tugas perawatan.

2.2.1. Kaidah Perawatan

Kaidah perawatan merupakan patokan dalam melaksanakan kegiatan perawatan, yaitu sebagai bahan untuk melakukan analisa awal terhadap mesin atau sistem yang akan dirawat. Patokan-patokan tersebut meliputi patokan tentang apa yang dimaksud dengan perawatan mesin, kelayakan sistem, kemampuan operasional, kesiapan sistem (Availability), keandalan sistem (Reliability) dan penggunaan sumber daya.

1. Perawatan Sistem

Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar sistem selalu dalam keadaan siap pakai (Serviceable) atau memulihkan kembali kondisi sistem ke dalam kondisi siap pakai.

2. Kelayakan Sistem

Kelayakan sistem adalah kemampuan terancang pada suatu sistem untuk melaksanakan fungsinya secara aman dan dalam batas-batas kondisi operasional yang telah ditetapkan, ditentukan oleh besaran konfigurasi, standar kontruksi, spesifikasi performansi dan spesifikasi teknis.

(10)

3. Kemampuan Operasional

Kemampuan operasional adalah kemampuan yang dimiliki oleh mesin/sistem untuk melakukan bermacam-macam operasi sesuai dengan yang diharapkan atau diperlukan.

4. Kesiapan (Availability)

Kesiapan (availability) adalah keadaan siap suatu mesin/peralatan baik dalam jumlah (kuantitas) maupun kualitas sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk melaksanakan proses operasi. Kesiapan (availability) tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan atau efektifitas dari kegiatan perawatan yang telah dilakukan.

5. Keandalan (Reliability)

Keandalan (reliability) adalah kemungkinan suatu sistem atau peralatan mampu melaksanakan misi atau fungsi tertentu pada kondisi tertentu tanpa adanya kegagalan.

6. Penggunaan Sumber Daya

Kriteria efisiensi erat kaitannya dengan penggunaan sumber daya seefisien mungkin, sehingga setiap kegiatan perawatan yang tidak menimbulkan dampak positif baik terhadap kesiapan sistem maupun kesiapan operasional yang dinilai tidak efisien harus dihindari atau bahkan dikurangi seminimal mungkin.

2.2.2. Manajemen Perawatan

Perawatan merupakan suatu fungsi utama dalam organisasi atau industri perawatan didefinisikan sebagai suatu kegiatan merawat fasilititas sehingga fasilitas tersebut berada pada kondisi siap pakai sesuai kebutuhan. Perawatan pabrik serta peralatan dalam tatanan kerja yang baik sangat penting untuk mencapai kualitas dan keandalan (reliability) tertentu serta kerja efektif dan efisien. Sistem yang baik tidak akan bekerja secara memusakan kecuali dipelihara dengan baik pula. Perawatan pada umumnya dilihat sebagai kegiatan fisik seperti membersihkan, perawatan bersangkutan dengan memberi oli (pelumasan), memperbaiki kerusakan,mengganti komponen dan semacamnya bila diperlukan. Pendeknya perawatan memerlukan adanya sumber daya seperti yang diperlukan

(11)

dalam aktifitas usaha lain, yaitu manusia, mesin, bahan baku (material), cara (metode), uang (money), yang sering disebut 5 m.

Dasar pemikiran yang sehat dan logis adalah suatu persyaratan terbaik dalam mengorganisasi kegiatan perawatan. Pengorganisasian ini mencangkup penerapan dari metode manajemen yang memerlukan perhatian yang sistematis. Hal ini merupakan pekarjaan yang harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam mengatur semua perlengkapan, peralatan material, tenaga kerja, biaya, teknik atau tatacara yang diterapkan dan waktu pelaksanaan perawatan.

Suatu peralatan atau mesin produksi terdapat didalam suatu perusahaan industri akan senantiasa mengalami penurunan efisien, tingkat kesiapan, keandalan (reliability) dan kualitas bentuk kerja (performance) yang menyebabkan keadaan menjadi buruk sejalan dengan lamamnya atau pengaruh umur. Hal itu menyebabkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu setiap perusahaan akan berusaha agar mesin dan peralatan berfungsi dengan baik sehingga produksinya berjalan lancar.

Fasilitas yang memerlukan perawatan bukan hanya fasilitas produksi saja melainkan fasilitas lain dalam perusahaan seperti mesin tik, komputer, alat angkut, generator dan sebagainya. Tanpa adanya perawatan fasilitas yang bersangkutan akan mudah mengalami kerusakan secara bertahap atau tiba-tiba berakibat tidak lagi mempunyai kemampuan kerja dengan baik justru akan merugikan perusahaan itu sendiri karena memakan biaya yang cukup besar.

(12)

2.2.3. Jenis-jenis Tindakan Perawatan.

Berdasarkan tindakan-tindakan perawatan yang dilakukan, perawatan itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Berdasakan Tingkat Perawatan

Penentuan tingkat perawatan pada dasarnya berpedoman pada lingkup/bobot pekerjaan yang meliputi kerumitan, macam-macam dukungan serta waktu yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Tiga tingkatan dalam perawatan sistem, yaitu:

a. Perawatan Tingkat Ringan

Bersifat preventive yang dilaksanakan untuk mempertahankan sistem dalam keadaan siap operasi dengan cara sistematis dan periodik memberikan inspeksi, deteksi dan pencegahan awal. Menggunakan peralatan pendukung perawatan secukupnya serta personil dengan kemampuan yang tidak memerlukan tingkat spesialisasi tinggi. Kegiatannya antara lain menyiapkan sistem servicing, perbaikan ringan. b. Perawatan Tingkat Sedang

Bersifat corrective, dilaksanakan untuk mengembalikan dan memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah menyebabkan merosotnya tingkat keandalan. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut didukung dengan peralatan serta fasilitas bengkel yang cukup lengkap. Kegiatannya meliputi:

 Pemeriksaan berkala/periodik bagi sistem.  Inspeksi terbatas terhadap komponen sistem

 Perbaikan terbatas pada parts, assemblies, sub assemblies dan komponen.

 Modifikasi material seperti ditentukan sesuai dengan kemampuan perbengkelan.

 Perbaikan dan pengetesan mesin.

 Pembuatan/produksi perlengkapan/parts.  Test dan kalibrasi/pengukuran.

(13)

c. Perawatan Tingkat Berat

Bersifat restoratif dilaksanakan pada sistem yang memerlukan major overhaul atau suatu pembangunan lengkap yang meliputi assembling, membuat suku cadang, modifikasi, testing serta reklamasi sesuai keperluannya. Perawatan tingkat berat meliputi pekerjaan yang luas dan itensif atas suatu sistem. Pekerjaan tersebut mencakup pulih balik, perbaikan yang rumit yang memerlukan pembongkaran total, perbaikan, pemasangan kembali, pengujian serta pencegahan dukungan peralatan serta fasilitas kerja lengkap dan tingkat keahlian personil yang cukup tinggi serta waktu yang relatif lama. Perawatan tingkat berat dikerjakan di bagian yang berat. Tujuan perawatan berat adalah menjamin keutuhan fungsi struktur sistem dan sistemnya dengan menyelenggarakan pemeriksaan mendalam terhadap item/sub item dan bagian rangka sistem tertentu pada interval yang telah ditetapkan.

2. Berdasarkan Periode Pelaksanaannya

a. Perawatan Terjadwal (Schedule Maintenance): Perawatan yang telah memiliki jadwal dalam periode tertentu untuk melakukan pemeriksaan terhadap mesin atau sistem, perawatan ini tetap dilakukan baik ada ataupun tidak ada kerusakan pada mesin.

b. Perawatan Tidak Terjadwal (Unschedule Maintenance): Perawatan yang hanya dilakukan jika tidak terjadi kerusakan maka perawatan tidak dilakukan.

3. Berdasarkan Dukungan Dananya

a. Terprogram (Planned Maintenance): Perawatan yang telah memiliki program tersendiri, maka dari itu perawatan ini memiliki teknisi, peralatan dan anggaran tersendiri untuk melakukan perbaikan.

b. Tidak Terprogram (Unplanned Maintenance): Tidak memiliki anggaran tersendiri untuk melakukan perawatan terhadap mesin atau sistem yang mengalami kerusakan, maka biaya yang dikeluarkan berasal dari anggaran biaya tak terduga.

(14)

4. Berdasarkan Tempat Pelaksanaan Perawatan

Untuk melaksanakan kegiatan perawatan diperlukan adanya suatu tempat perawatan yang disesuaikan dengan macam/beban kerja yang dihadapi yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang memenuhi persyaratan tertentu, berharga mahal, sehingga pendayagunaannya perlu dilakukan secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya duplikasi kemampuan, maka peralatan disentralisasikan penempatannya di unit-unit perawatan sesuai tempat dan macam perawatan yang dilakukan.

2.2.4. Kebijakan Perawatan

Jenis-jenis kebijakan perawatan secara umum dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu preventive maintenance dan corrective maintenance: Ilustrasi dari klasifikasi maintenance ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Kebijakan Perawatan Maintenance Preventive Maintenance Corrective Maintenance Time Directed Maintenance Condition Directed Maintenance Failure Finding Run To Failure RCM

(15)

2.2.4.1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Preventive maintenance merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara berkala terhadap performansi sistem dan telah direncanakan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu untuk memperpanjang kemampuan berfungsinya suatu peralatan. Perawatan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan, menemukan penyebab kerusakan atau berkurangnya tingkat keandalan peralatan dan menemukan kerusakan tersembunyi.

Perawatan pencegahan dimaksudkan dimaksudkan juga untuk mengefektifkan pekerjaan inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroprasi dapat terhindar dari kerusakan ( Supandi, 1999: 27-28 )

Preventive Maintenance terbagi menjadi 4 kategori tugas, yaitu sebagai berikut: 1. Time Directed Maintenance

Time directed maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan berdasarkan variabel waktu. Kebijakan perawatan lain yang sesuai untuk diterapkan pada kegiatan ini adalah periodic maintenance dan on condition maintenance. Periodic maintenance (Hard time maintenance) merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodik atau terjadwal. Kegiatan yang dilakukan adalah penggantian komponen secara terjadwal dengan interval waktu tertentu.

Faktor yang mempengaruhi periodic maintenance: a. Faktor ekonomi

Kebijakan penelitian dilakukan karena dihadapkan pada unit yang terhitung murah bila dibandingkan dengan resiko yang ditanggung dan biaya yang lebih besar bila komponen atau unit tersebut mengalami kerusakan apabila terjadi kelalaian.

(16)

b. Faktor keamanan

Kebijakan penggantian tidak lagi berdasarkan nilai rupiah, tetapi dihadapkan pada keadaan apabila tidak dilakukan, maka nyawa manusia menjadi taruhannya karena berhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan manusia.

On condition maintenance merupakan perawatan yang dilakukan berdasarkan kebijakan operator perawatan. Kegiatan yang dilakukan pada kondisi ini adalah cleaning, inspection dan lubrication.

2. Condition Based Maintenance

Condition Based Maintenance merupakan perawatan pencegahan yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang berlangsung dimana variabel waktu tidak diketahui secara tepat. Kebijakan yang sesuai dengan keadaan tersebut adalah predictive maintenance. Predictive maintenance merupakan suatu kegiatan perawatan yang dilakukan dengan memeriksa dan memelihara pada saat perawatan sudah benar-benar memerlukan pemulihan ke tingkat semula. Hal ini dilakukan dengan memonitoring kondisi operasi peralatan berdasarkan data-data dan informasi.

3. Failure Finding

Failure finding merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara memeriksa fungsi yang tersembunyi (hidden function) secara periodik untuk memastikan kapan suatu komponen akan mengalami kerusakan.

4. Run To Failure

Kegiatan ini disebut juga no schedule maintenance dimana kegiatan perawatan ini tidak melakukan usaha untuk mengantisipasi kerusakan. Suatu peralatan atau mesin dibiarkan bekerja hingga mengalami kerusakan kemudian dilakukan perawatan perbaikan. Kegiatan ini dilakukan jika tidak ada kegiatan pencegahan efektif yang dapat dilakukan, tindakan percegahan terlalu mahal atau dampak gagal tidak berpengaruh.

(17)

2.2.4.2. Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance)

Kegiatan perbaikan adalah kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau sistem tidak dapat berfungsi dengan baik. Tindakan yang dapat diambil adalah berupa penggantian komponen (corrective replacement), perbaikan kecil (repair) dan perbaikan besar (overhaul).

Kegiatan perawatan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima. Perawatan ini termasuk dalam cara perawatan yang direncanakan untuk perbaikan.(Supandi, 1999: 27-28)

Kegiatan pemeliharaan ini merupakan perbaikan yang dilakukan setelah mesin atau sistem mengalami kerusakan atau tidak dapat berfungsi dengan baik. Perawatan perbaikan ini lebih cenderung suatu tindakan yang tidak terjadwal.

2.2.5. Fungsi Inspeksi Dalam Perawatan

Tenaga kerja atau karyawan yang melakukan kegiatan pemeriksaan (inspeksi) bertanggungjawab untuk membuat keputusan pelaksanaan berbagai jenis kegiatan yang harus dilakukan menyangkut semua peralatan dan fasilitas yang ada di perusahaan.

Tujuan dari kegiatan inspeksi adalah:

1. Menjamin tercapainya efisiensi dalam produksi.

2. Menentukan kebijaksanaan terhadap peralatan yang digunakan sehingga utilitas mesin dapat meningkat.

3. Menentukan kemungkinan-kemungkinan kapan peralatan akan di reparasi atau di overhaul.

4. Mengurangi tingkat kerusakan mesin atau peralatan.

Filosofi dalam menghitung frekuensi atau interval pemerikasaan adalah maksimasi proporsi waktu sehingga mesin/peralatan/sistem selalu berada dalam kondisi yang baik dan siap pakai yaitu dengan mengoptimalisasi ketersediaan (availability) sistem untuk beroperasi.

(18)

2.2.6. Keuntungan dari Perawatan Terencana

Dalam sistem perawatan perlu adanya suatu sitem perawatan yang terecana, ini di maksudkan agar kerusakan yang akan di timbulkan oleh suatu mesin apabila mengalami kerusakan tidak terlalu berat atau besar. Adapun keuntungan dari perawatan terencana ini diantaranya adalah sebagi berikut ;

 Berkurangnya kemungkinan terjadi perbaikan atau perawatan darurat.  Berkurangnya waktu terhenti peralatan (downtime)

 Kesiapan instalasi untuk berproduksi bertambah

 Kegiatan kerja dalam bidang perawatan dan produksi akan lebih efisien  Penggantian suku cadang (spare part) akan berkurang dan membantu

pengendalian dan penyediaan serta penyimpanan suku cadang  Selang waktu antar perbaikan akan bertambah lama

 Memperbaiki efisiensi-efisiensi peralatan

 Menjamin keterandalan dalam pengendalian dan anggaran biaya

 Memberikan informasi tentang kapan suatu peralatan harus diganti, baik berhubungan dengan umur teknis maupun umur ekonomis.

2.2.7. Elemen-Elemen Yang Berpengaruh Terhadap Perawatan

Dalam melakukan perawatan terhadap suatu sistem atau peralatan/mesin, terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan.

2.2.7.1. Elemen Waktu Dalam Pemeliharaan

Dalam kegiatan produksi terdapat berbagai elemen waktu yang dapat dibedakan masing-masing sebagai berikut:

1. Waktu Operasi (Up Time) : Waktu dimana mesin berfungsi dengan baik dan dipergunakan oleh sistem untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu Delay (Delay Time) : Waktu dimana mesin berfungsi dengan baik tetapi tidak digunakan oleh sistem.

3. Waktu Rintangan (Down Time) : Waktu dimana sistem tidak dapat digunakan akibat adanya kerusakan yang terjadi, waktu ini dapat dibagi menjadi:

(19)

a. Downtime akibat penggantian pencegahan:  Waktu pembongkaran.

 Waktu menyiapkan komponen.  Waktu pemasangan.

b. Downtime akibat penggantian kerusakan  Waktu membawa peralatan ke bengkel.  Waktu pembongkaran.

 Waktu menemukan kerusakan.

 Waktu menunggu komponen pengganti.  Waktu pemasangan komponen.

 Waktu pengujian.

2.2.7.2. Elemen Ongkos Dalam Pemeliharaan

Ongkos pemeliharaan dapat berupa ongkos langsung maupun tidak langsung. 1. Ongkos langsung, meliputi:

 Ongkos tenaga kerja pemeliharaan.

 Ongkos pembelian komponen penggantian. 2. Ongkos tidak langsung, meliputi:

 Ongkos tenaga kerja produksi yang mengganggur.  Ongkos depresiasi mesin.

 Ongkos akibat keuntungan yang hilang.  Ongkos depresiasi peralatan pemeliharaan.  Ongkos administrasi.

2.3. Keandalan (Reliability)

Keandalan adalah suatu penerapan perancangan pada komponen sehingga komponen dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, tanpa kegagalan, sesuai rancangan atau proses yang dibuat. Keandalan merupakan probabilitas bahwa suatu sistem mempunyai performansi sesuai dengan fungsi yang diharapkan dalam selang waktu dan kondisi operasi tertentu. Secara umum keandalan merupakan ukuran kemampuan suatu komponen beroperasi secara terus menerus

(20)

tanpa adanya kerusakan, tindakan perawatan pencegahan yang dilakukan dapat meningkatkan keandalan sistem.

Fokus utama dari perancangan sistem keandalan adalah karakteristik kekuatan tekanan komponen. Bagian-bagian komponen dirancang dan dihasilkan untuk bekerja dengan cara yang spesifik ketika beroperasi dibawah kondisi normal. Jika kekuatan ditambahkan akan memaksakan beban elektrik, karena berhubungan dengan variasi, getaran, goncangan, kelembaban dan semacamnya, kemudian kegagalan yang tak terduga akan terjadi dan sistem keandalan menjadi kurang diantisipasi. Selain itu juga, jika komponen digunakan melewati batas normal maka kelelahan akan terjadi, komponen yang gagal akan menjadi lebih banyak dari yang diharapkan. Bagaimanapun juga kondisi-kondisi tekanan akan mengakibatkan penurunan keandalan, menyebabkan peningkatan kebutuhan pememliharaan dan dibawah kondisi tekanan akan menimbulkan biaya yang mahal sebagai hasil atas kelebihan perancangan.

Analisis kekuatan tekanan sering digunakan untuk mengevaluasi probabilitas dari pengidentifikasikan situasi dimana nilai dari tekanan terlalu besar atau kekuatan lebih kecil dari pada nilai normal. Seperti analisis pemenuhan yang ditunjukkan oleh langkah-langkah berikut:

1. Untuk menyeleksi komponen, menentukan nominal penekanan seperti fungsi beban temperatur/ suhu, getaran, guncangan, perlengkapan fisik, waktu dan lainnya.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tekanan maksimum, seperti faktor penekanan konsentrasi, faktor beban statis dan dinamis, penekanan terhadap hasil pabrikasi dan perlakuan panas, faktor penekanan lingkungan dan lainnya.

3. Mengidentifikasi penekanan komponen kritis dan mengkalkulasi arti setiap penekanan kritis yang dapat direnggangkan secara maksimal dan menghilangkan penekanannya.

4. Menentukan distribusi penekanan kritis untuk masa penggunaan komponen yang sudah ditetapkan. Menganalisa parameter distribusi dan mengidentifikasi

(21)

batas keamanan. Mengaplikasikan distribusi dengan asumsi distribusi normal, poisson, gamma, log normal dan lainnya.

5. Untuk setiap komponen kritis perancangan batas keamanan tidak cukup, tindakan korektif juga harus dilakukan, ini akan sesuai dengan isi setiap komponen bagian pengganti, beberapa pemborosan yang harus bertambah atau melengkapi perancangan unsur sistem yang menjadi masalah.

Model komputerisasi keandalan dapat digunakan untuk memfasilitasi pemenuhan analisis kekuatan tekanan. Perbedaan faktor keandalan atau batasan faktor dengan distribusi yang lebih spesifik dapat diterapkan pada beberapa elemen diagram blok keandalan. Penyebab dan dampaknya dievaluasi dan rata-rata kerusakan masing-masing komponen dapat disesuaikan untuk mencerminkan efek dari tekanan komponen yang terlibat.

Model keandalan dengan perbaikan sempurna digunakan untuk alokasi kebutuhan awal, konduktansi dari analisis tekanan, prediksi keandalan dan penilaian terakhir untuk memberikan konfigurasi sistem. Hasil dari beberapa aktivitas menyediakan kunci masuk yang diperlukan untuk sebuah perancangan pemeliharaan. Hasil dari alokasi keandalan digunakan dalam pemenuhan alokasi pemeliharaan penekanan. Analisis kekuatan dapat membantu beberapa titik keburukan atau ancaman dalam sistem, dimana penekanan yang lebih besar membutuhkan terminologi dari pemeliharaan dan dukungan.

2.3.1. Karakteristik Keandalan

Keandalan adalah probabilitas bahwa suatu sistem mempunyai performansi sesuai dengan fungsi yang diharapkan dalam selang waktu dan kondisi operasi tertentu. Secara umum keandalan merupakan ukuran kemampuan suatu komponen beroperasi secara terus menerus tanpa adanya kerusakan, tindakan perawatan pencegahan yang dilakukan dapat meningkatkan keandalan sistem.

Waktu merupakan variabel terpenting yang berkaitan dengan keandalan suatu sistem. Dalam hal ini waktu dihubungkan dengan laju kerusakan (failure rate),

(22)

biasanya faktor yang dipakai dalam menilai keandalan suatu sistem dikaitkan dengan keadaan tertentu, misalnya waktu antara dua kerusakan (mean time between failure) dan waktu rata-rata antara dua perbaikan (mean time between maintenance).

Karakteristik keandalan dinyatakan sebagai variabel random t sehingga probabilitas terjadi kerusakan antara t dan t + ∆t adalah:

F(t) ∆t = P{t ≤ t ≤ t+∆t}

Probabilitas bahwa kerusakan akan terjadi pada waktu kurang atau sama dengan t adalah:

F(t) = P{ t ≤ t}

Keandalan didefinisikan sebagai probabilitas sistem beroperasi tanpa mengalami kerusakan sampai dengan waktu t.

R(t) = P{t > t}

Karakteristik sistem tidak mengalami kerusakan selama t ≤ t dan kerusakan terjadi

pada t > t, maka R(t) = 1 – F(t) atau ekuivalen dengan

t R(t)= 1- f(t') dt' atau ∞

t R(t) = f(t') dt'.

Berdasarkan karakteristik pdf, maka R(0) = 1 dan R(∞) = 0 laju kerusakan (failure rate), λ(t) jika dinyatakan dalam keandalan adalah :

f(t) λ(t) =

R(t)...(2.1.) Laju kerusakan ini disebut sebagai fungsi laju kerusakan, parameter lain yang sering digunakan untuk menggambarkan keandalan adalah mean time to failure (MTTF).

MTTF merupakan nilai ekspektasi E{t} dari waktu kerusakan t sehingga

0

MTTF = tf(t)dt atau dapat ditulis sebagai:

0

(23)

2.3.2 Statistika dan Probabilitas Dalam Perawatan

Statistika merupakan alat yang digunakan secara luas dalam setiap tahapan management atau dengan kata lain denga statistik kita dapat memperoleh apa yang kita inginkan melalui sebuah informasi yang ada pada data statistik tersebut yang sebelumnya telah diolah terlebih dahulu.

Aplikasi teknik-teknik statistik banyak ditemukan hampir pada setiap kegiatan bisnis, baik industri maupun jasa atau yang disebut juga dengan pelayanan masyarakat yang memerlukan suatu alat untuk membuat keputusan melalui informasi yang diperoleh dari statistik tersebut berdasarkan data yang didapatkan.

Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, sekumpulan data harus diolah atau diorganisasiakan terlebih dahulu sehingga dengan demikian maka kita akan mendapatkan informasi yang akurat dan valid serta dapat dipertanggungjawabkan yang nantinya akan menjadikan suatu informasi untuk dapat digunakan.

Masalah perawatan sangat erat kaitannya dengan statistika dan teori probabilitas, sebagian besar leteratur tentang masalah kegiatan perawatan dari landasan statistik dan teori probabilitas. Untuk menjelaskan kaitan tersebut perlu dijelaskan beberapa terminologi tentang masalah perawatan tersebut:

1. Ukuran efektivitas dala sistem (mesin/ peralatan) didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan sistem untuk dapat beroperasi dalam waktu yang telah diberikan dan menurut kondisi yang telah ditentukan. Efektivitas sistem dipengaruhi oleh cara bagaimana sistem tersebut didesain, digunakan dan dirawat.

2. Tingakat keandalan (Reliablity) merupakan tingkat kemampuan sistem dalam kondisi baik dan mampu bekerja serta digunakan dalam suatu periode yang diharapkan.

3. Tingakat perbaikan adalah tingkat pada suatu waktu sistem yang mengalami kerusakan dan memperoleh tindakan kegiatan perbaikan hingga sistem tersebut mampu berfungsi kembali seperti semula.

(24)

4. Kesiapan beroperasi merupakan dimana kondisi sistem dalam keadaan baik dan siap untuk beroperasi sesuai rencana yang telah ditetapkan dan siap digunakan kapan saja.

5. Tingkat kesiapan (Availability) merupakan pengukuran derajat kemampuan sistem jika dikehendaki untuk suatu operasi mendadak dan sistem siap untuk beroperasi lagi kapanpun dan dimanapun.

Waktu total dalam kesiapan (Availability) hanya dilihat dari interval waktu kerusakan dan waktu perbaikan. Definisi tersebut menjelaskan betapa kuatnya hubungan statistika dan teori probabilitas dalam permasalahan perawatan. Keputusan atas suatu permasalahan probabilitas dalam hal perencanaan perawatan membutuhkan informasi waktu kerusakan mesin. Bagian perawatan tidak akan pernah tahu kapan suatu peralatan berpindah dari suatu keadaan baik kebagian rusak, tetapi perhitungan kemungkinan terjadinya kerusakan pada suatu waktu akan dapat dilaksanakan yaitu dengan melihat data kerusakan mesin tersebut dalam periode waktu yang lalu. Dari suatu jenis mesin atau peralatan perkakas yang sama dalam suatu perusahaan, tidak terdapat suatu kepastian bahwa masing-masing alat akan rusak pada saat yang bersamaan.

Dengan mengamati secara cermat dan mencatat waktu antar kerusakan tiap-tiap alat tersebut, maka dapat dibuat histogram frekuensi relatif seperti yang terdapat dalam gambar 2.5. berikut:

Gambar 2.2. Histogram Frekuensi Relatif Sumber: Jardine, AKS, 1973

(25)

Luas dari tiap bagian yang ada pada histogram tersebut menyatakan frekuensi dari waktu antar kerusakan yang terjadi dalam suatu interval waktu tertentu. Histogram seringkali dianggap sebagai frekuensi yang bertangga, salah satu fungsi terpentingnya adalah menggambarkan perbedaan antara kelas-kelas dalam suatu distribusi, penggambaran histogram ini akan lebih mudah bila dsitribusi frekuensinya memiliki interval yang sama bagi masing-masing kelas.

Pada umumnya pembuatan distribusi frekuensi dibagi kedalam lima tahap, yaitu: 1. Range: merupakan selisih antara nilai data terbesar dengan nilai data terkecil. 2. Jumlah Kelas: merupakan pembagian kelompok data-data yang ada kedalam

beberapa baris dalam interval tertentu.

3. Penentuan Panjang Interval: merupakan penentuan jarak atau banyaknya data yang masuk kedalam suatu kelas.

4. Masukan data-data kedalam interval kelas yang sesuai, kemudian hitung frekuensi banyaknya data pada tiap kelas serta memaparkannya kedalam bentuk distribusi frekuensi.

5. Membuat tabel distribusi frekuensi.

2.4. Penentuan Komponen Kritis

Setiap mesin mempunyai banyak komponen yang mungkin akan mengalami kerusakan dan penggantian, untuk itu mesin kita dapat mengetahui serta dapat memilih komponen yang paling kritis (yang paling menjadi perhatian atau prioritas utama untuk diperhatikan).

Dengan demikian perlu adanya dikembangkan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan komponen kritis ini. Untuk perasalahan ini dikembangkan empat kriteria tertentu.

1. Secara teknis komponen yang di pilih sangat berpengaruh menimbulkan fatalitas pada kerusakan yang berikutnya macet atau keretakan.

2. Biaya perawatan total yang tinggi atau downtime yang besar. 3. Frekuansi kerusakan atau penggantian yang sangat sering 4. Suku cadang mahal harganya.

(26)

2.5. Failure Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA)

Pada pelaksanaanya metode ini sangat baik dalam membantu perusahaan karena dengan metode ini perusahaan dapat mengidentifikasi kerusakan dari komponen mesin, mencari penyebab dan akibat potensial yang ditimbulkan serta efek buruk lainnya dan juga dapat melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sesuai prosedur atau metode dari FMECA itu sendiri. Dengan metode FMECA perusahaan dapat dengan teratur melakukan prosedur perawatan mesin, sehingga kerusakan sistem atau mesin secara tiba-tiba dapat segera diatasi. FMECA juga merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi dan meneliti bagaimana menghindari kerusakan atau kegagalan pada sistem, baik kerusakan yang disebabkan oleh operator (man), mesin, material dan juga lingkungan.

Jenis kerusakan, efek dan analisa kekritisan (FMECA) adalah teknik perancangan sistematis untuk mengidentifikasi dan menginvestasi sistem yang berpotensial (produk/ proses) buruk, ini sejalan dengan metodologi untuk langkah-langkah pengujian dimana sistem kerusakan bisa terjadi. Efek potensial dari sistem performansi dan keamanan dari kerusakan dan efek serius lainnya. FMECA terdiri dari dua analisis yang berbeda, yaitu jenis kerusakan dan analisis dampak (FMEA), dimana semuanya diperluas untuk menganalisa jenis kerusakan kritis, disebut analisis kekritisan (CA). Diatas keuntungan nyata lain dari tindakan pengidentifikasi atau mengubah eliminasi atau mengurangi kesempatan dari kerusakan.

FMECA juga meningkatkan pengetahuan terhadap sebuah sistem dan meningkatkan persedian kedalam perilaku yang diharapkan, keluaran dari FMECA dilakukan pada waktu yang tepat yang berasal dari masukan yang tidak ternilai untuk meningkatkan biaya program pemeliharaan preventive yang efektif dan pekerjaan yang terfokus pada rencana pengendalian.

FMECA dimulai dengan tahap konseptual dan persiapan, desain ketika sistem tersebut dianalisa lebih dari suatu perspektif fungsional. Untuk memaksimalkan efektivitas, bagaimanapun analisa perlu meningkatkan setiap informasi tambahan

(27)

yang tersedia untuk sebuah analisa, itu juga mencerminkan semua perubahan desain dan dampaknya pada keseluruhan sistem. Disamping itu dan sebagai tambahan, keuntungan atau manfaat semakin jelas dengan FMECA, itu dapat membuat kontribusi yang penting terhadap studi kelayakan sistem sepanjang tahap persiapan desain dan penggambaran masalah fungsional.

Menilai keburukan dari jenis kerusakan. Pada konteks analisis ini berhubungan dengan efek atau akibat yang serius terhadap jenis kerusakan pada umunya. Mengidentifikasi pendeteksi kerusakan yang berarti, pada kontek ini, sebuah proses dengan orientasi FMECA, menunjuk pada pengendalian aliran proses yang bisa mendeteksi terjadinya kegagalan atau cacat. Bagaimanapun, ketika FMECA terfokus pada perancangan ini menunjukkan pada eksistensi dari beberapa jenis perancangan, bantuan, ukuran, pembacaan atau prosedur verifikasi yang akan mendeteksi hasil dari jenis kerusakan yang potensial.

Karakteristik kerusakan dari setiap mesin atau peralatan akan mempengaruhi bentuk pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan. Karakteristik kerusakan dari setiap mesin pada umumnya tidak sama, karena suatu mesin atau peralatan dioperasikan pada kondisi yang berbeda dengan beban dan waktu kerja yang bervariasi.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menganalisis kerusakan, antara lain 1. Penggambaran kebutuhan sistem (produk/ proses), untuk beberapa produk

atau proses itu sangat penting tidak hanya untuk tujuan keinginan tetapi juga ketidakinginan terhadap hasil atau keluaran, apa yang harus dipenuhi oleh produk/ proses, pada akhirnya kebutuhan tersebut akan kembali meninggalkan jejak yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan kebutuhan pelanggan, semua performansi dan faktor efektivitas dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

2. Pemenuhan analisis fungsional, ini melibatkan pendefinisian sistem pada fungsi terminologi. Sistem fungsional biasanya menggunakan simbol yang

(28)

representatif seperti diagram alir fungsional. Fungsi sistem representatif dilengkapi dengan kumpulan format data diagram alir seperti N-Squared Chart, untuk sedikit meningkatkan sistem dari setiap karakteristik/ prilaku. 3. Pemenuhan alokasi kebutuhan, ini adalah naik turunnya kerusakan sistem

ukuran kebutuhan untuk beberapa kesatuan fungsional (produk/ proses) dalam sistem hierarki fungsional. Ini sangat penting untuk mengidentifikasikan pencapaian performansi, efektivitas, masukan atau keluaran, keseluruhan keluaran, kecepatan dan faktor lain untuk masing-masing blok fungsional.

Contoh diagram pareto dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut:

T in g k a t K e ru s a k a n P e rc e n t

Nam a Kom pone n C ount 19,1 12,7 10,0 C um % 32,4 58,2 77,3 90,0 100,0 255 203 150 100 79 Pe rce nt 32,4 25,8 E D C B A 800 700 600 500 400 300 200 100 0 100 80 60 40 20 0

P e ne ntua n Kompone n Kr itis

Gambar 2.3. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah suatu diagram berupa jenjang (tangga) yang mempunyai fungsi untuk menentukan dan melihat perbedaan tingkat prioritas dari beraneka masalah yang akan dipecahkan. Dengan memakai diagram pareto dapat terlihat masalah mana yang dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalahnya, yang menjadi kriteria dan pertimbangan dalam menentukan diagram pareto ini adalah frekuensi kerusakan, ongkos perbaikan, total ongkos perawatan dan harga komponen yang diganti

(29)

Adapun fungsi dari diagram pareto ini adalah:  Menunjukkan masalah utama yang dominan.

 Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan masalah.

 Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas.

 Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.

 Memberikan informasi secara grafis, dimana informasi itu akan lebih efisien dan efektif serta lebih mudah dipahami, karena prioritas dari suatu permasalahan akan jelas.

 Memudahkan penelitian serta melihat pencapaiannya sebelum dan sesudah pelaksanaan penanggulangan.

4. Mengidentifikasikan jenis kerusakan, pada konteks analisis ini, jenis kerusakan mempunyai arti dimana sistem dari sebuah elemen gagal untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh; gagal membuka atau menyalakan sebuah mesin.

Pendekatan umum pelaksanaan FMECA dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut:

Gambar 2.4. Pendekatan Umum Pelaksanaan FMECA Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994

(30)

5. Menentukan penyebab dari kerusakan, analisis ini melibatkan seluruh proses atau produk yang dibutuhkan untuk membatasi penyebab dari kerusakan pada umumnya. Kelompok pemenuhan melaksanakan FMECA untuk memfasilitasi proses identifikasi dari kumpulan penyebab yang potensial lainnya. Ketika pengalaman dengan sistem serupa memiliki keterbatasan yang lebih untuk memenuhi langkah-langkah pada proses analisis, teknik seperti diagram sebab dan akibat ishikawa juga dikenal dengan diagram tulang ikan, bisa membuktikan efektivitas yang tinggi untuk menggambarkan penyebab potensial untuk setiap kerusakan.

Diagram fishbone atau diagram sebab akibat merupakan suatu alat untuk menganalisa mutu dengan tujuan untuk mengetahui secara menyeluruh hubungan antara kecacatan dengan penyebabnya. Adapun contoh diagram sebab akibat dibawah ini :

Contoh diagram sebab akibat dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut:

Gambar 2.5. Diagram Sebab Akibat Sumber: Benjamin S. Blanchard, 1994

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat adalah sebagai berikut:

b. Menentukan masalah atau karakteristik mutu yang akan dikendalikan dan diperbaiki pada tulang kepala ikan.

c. Menuliskan karakteristik mutu pada sisi kanan. Gambarkan tanda panah besar dari sisi kiri kesisi kanan.

(31)

d. Menuliskan faktor-faktor utama dari kerusakan yang akan diperbaiki pada cabang anak panah, misalkan; Manusia, Mesin, Metode, Material dan Lingkungan

e. Menuliskan sub faktor kerusakan secara terperinci pada masing-masing cabang sehingga berbentuk ranting-ranting cabang.

6. Menentukan efek dari kerusakan. Dampak kegagalan sering terjadi dalam beberapa cara, efektivitas dan pencapaian tidak hanya berhubungan dengan unsur fungsional, tapi juga keseluruhan sistem, ketika melaksanakan FMECA sangat penting untuk mempertimbangkan efek kegagalan pada level tinggi berikutnya, mengukur kesatuan fungsional bersamaan dengan dampak pada keseluruhan sistem. Pada posisi lain, ketika menganalisa suatu proses, sangat penting untuk menunjukkan kegagalan yang mempengaruhi sebuah proses. 7. Menilai keburukan dari jenis kerusakan. Pada konteks analisis ini

berhubungan dengan efek atau akibat yang serius terhadap jenis kerusakan pada umunya. Mengidentifikasi pendeteksi kerusakan yang berarti, pada kontek ini, sebuah proses dengan orientasi FMECA, menunjuk pada pengendalian aliran proses yang bisa mendeteksi terjadinya kegagalan atau cacat. Bagaimanapun, ketika FMECA terfokus pada perancangan ini menunjukkan pada eksistensi dari beberapa jenis perancangan, bantuan, ukuran, pembacaan atau prosedur verifikasi yang akan mendeteksi hasil dari jenis kerusakan yang potensial. Pada standar pengukuran MIL-STD-1629A. Tujuan dari pengklasifikasian efek kerusakan dapat dibagi menjadi 4 jenis kerusakan, yaitu:

a. Akibat Kecelakaan: Sebuah kerusakan yang dapat mengakibatkan hilangnya sebuah kehidupan pribadi dan kerugian terhadap suatu sistem yang lengkap.

b. Kritis: Kerusakan yang berpotensial menyebabkan kerugian yang serius dan sistem kerusakan yang signifikan dan kehilangan dari sistem fungsional.

c. Marginal: Kerusakan yang bisa menyebabkan kerugian personil, sistem kerusakan dan degradasi sistem fungsional.

(32)

d. Minor: Kerusakan yang tidak cukup menyebabkan kerugian secara personil atau sistem, tetapi menghasilkan kebutuhan terhadap beberapa pemeliharaan korektif.

Tabel 2.1. Tingkat Keburukan Jenis Kerusakan, Frekuensi dan Deteksi Probabilitas Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994

a. Efek Buruk Tingkat

Minor/ Sangat rendah; Tidak Memberikan alasan bahwa harapan terhadap alam sebagai pelengkap ini mempunyai banyak efek pada sistem performansi. Pelanggan mungkin saja tidak menerima kegagalan.

1 2

Low/ Rendah; Tingkat keburukan rendah untuk penyebab kerusakan alam, hanya melalaikan ganguan pelanggan. Pelanggan mungkin hanya sedikit melihat keburukan pada sistem performansi.

3 4

Moderate/ Sedang; Penyebab kerusakan adalah ketidak puasan pelanggan. Pelanggan membuat ketidak nyamanan/ gangguan terhadap kerusakan pelanggan akan melihat keburukan pada sub-sistem performansi.

5 6 High/ Tinggi; Tinggi berarti ketidakpuasaan pelanggan terhadap kerusakan

seperti sistem yang tidak bisa dioperasikan, bagaimana tidak, keamanan sistem dilanggar atau gagal memenuhi sesuatu sesuai dengan peraturan pemerintah.

7 8

Very high/ Sangat tinggi; Tingkat keburukan ketika jenis kerusakan yang potensial mempengaruhi keamanan fungsi sistem atau penyebab kegagalan memenuhi sesuatu sesuai peraturan pemerintah

9 10

b. Frekuensi Kejadian Jenis Kegagalan Tingkat Probabilitas

Kerusakan

Remote/ Sangat rendah; Kerusakan yang tidak disukai 1 <1 in 106 Low/ Rendah; Sedikit kerusakan yang relatif 2

3

1 in 20.000 1 in 4.000 Moderate/ Sedang; Kerusakan sesekali

4 5 6 1 in 1.000 1 in 400 1 in 80 High/ Tinggi; Kerusakan berulang 7

8

1 in 40 1 in 20 Very high/ Sangat tinggi; Kerusakan yang hampir tidak bisa

diacuhkan/ dibiarkan

9 10

1 in 8 1 in 2

c. Deteksi Probabilitas Tingkat

Very high/ Sangat tinggi; Perancangan verifikasi atau arus proses pengendalian hampir mendeteksi jenis kerusakan yang potensial secara pasti

1 2 High/ Tinggi; DV atau PCs sekarang mempunyai kesempatan yang baik

untuk mendeteksi jenis kerusakan yang potensial

3 4 Moderate/ Sedang; DV atau PCs sekarang dapat mendeteksi jenis kerusakan

yang potensial.

5 6 Low/ Rendah; DV atau PCs sekarang tidak menyukai/ memilih jenis

kerusakan yang potensial.

7 8

(33)

Very low; DV atau PCs sekarang mungkin tidak akan mendeteksi Jenis

Kerusakan yang Potensial. 9

Absolute certainty of nondetection; Kepastian bukan pendeteksi yang mutlak

DV atau PCs sekarang tidak bisa mendeteksi jenis kerusakan yang potensial. 10

8. Menilai frekuensi dari jenis kerusakan, ini memberikan fungsi atau komponen fisik dimana sebuah sistem yang sering mengalami kerusakan. Langkah ini ditujukan pada frekuensi jenis kerusakan secara individual. Pada dasarnya jumlah dari frekuensi untuk sebuah elemen sistem harus sebanding dengan nilai kerusakannya. Standar Pengukuran MIL-STD 1629A, ada dua tujuan pendekatan, pertama secara kualitatif dan kuantitatif, ini bertujuan untuk menentukan frekuensi jenis kerusakan. pendekatan kualitatif hanya merekomendasikan kerusakan yang spesifik. Tabel berikut menjelaskan peringkat kualitatif terhadap kerusakan, jenis kerusakan FMECA, sebagai performansi dimana sebuah industri otomotif meningkatkan peringkat frekuensi jenis kerusakan pada skala 1-10.

Tabel 2.2. Tingkat Kualitatif Probabilitas Kerusakan Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994

Tingkat Nama dan Penjelasan

A

Frequent/ sering; Probabilitas yang tinggi dari suatu kejadian masing-masing operasi komponen. Probabilitas tinggi dapat berarti sebagai probabilitas jenis kerusakan yang lebih besar dari 0,20 dari keseluruhan probabilitas kerusakan komponen.

B

Reasonably; Probabilitas tingkat sedang dari suatu kejadian masing-masing operasi, kemungkinan pada konteks ini berarti probabilitas jenis kerusakan satu komponen lebih dari 0,10 tapi kurang dari 0,20 dari keseluruhan probabilitas kerusakan komponen.

C

Occasional; Probabilitas kejadian dari masing-masing operasi komponen berarti probabilitas jenis kerusakan tunggal lebih dari 0,01 dari keseluruhan probabilitas masing-masing jenis kerusakan.

D

Romote; Probabilitas yang tidak disukai dari suatu kejadian masing-masing operasi komponen probabilitas ini berarti probabilitas jenis kerusakan tunggal lebih dari 0,001 tapi lebih rendah dari 0,01 dari keseluruhan probabilitas dari kerusakan komponen.

E

Extremely unlikely/ sangat tidak disukai; Jenis kerusakan yang probabilitas kejadian terhadap masing-masing operasi komponen. Sangat tidak disukai ini memiliki arti probabilitas kerusakan tunggal kurang dari 0,001 dari

keseluruhan probabilitas kerusakan komponen.

9. Menilai probabilitas kerusakan yang akan dideteksi, ini berhubungan dengan probabilitas dimana sebuah perancangan dan prosedur verifikasi akan mendeteksi jenis kerusakan yang potensial pada waktu yang sesuai pada sistem. Tingkat kerusakan kerusakan pada analisis ini memiliki orientasi

(34)

terhadap proses tertentu disuatu tempat yang akan mendeteksi posisi dan mengelompokkan kerusakan sebelum dikirim dan diproses kembali hingga berakhir dikonsumen.

10. Menganalisa jenis kerusakan kritis, objek pada langkah ini memeperkuat informasi yang dihasilkan sampai sekarang. Pada usaha untuk membuat sket pada aspek kritis lainnya pada perancangan sistem kekritisan pada konteks analisis ini adalah fungsi dari frekuensi dari jenis kerusakan, keburukan dan probabilitas yang akan dideteksi pada suatu waktu untuk menghalangi dampak pada pengukuran sistem.

Pada sisi komersil dari spektrum terutama pada industri otomotif, penggunaan dibuat dari suatu metrik jumlah prioritas resiko atau RPN, yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

RPN = (Tingkat Keburukan) x (Tingkat Frekuensi) x (Tingkat Probabilitas dan Tingkat Deteksi)

RPN berupaya merefleksikan jenis kerusakan kritis, pada dasarnya jenis kerusakan dengan frekuensi tinggi dengan dampak yang signifikan dengan sistem performansi dan sangat sulit untuk dideteksi karena memilki tingkat RPN yang sangat tinggi, karena itulah disebut kekritisan tingkat tinggi.

Tabel 2.3. Proses FMECA

Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994

Proses FMECA Dari Komponen-Komponen Kritis

Nama Komponen Jenis Kerusakan yang Potensial Penyebab Potensial dari Kerusakan Efek Potensial Kerusakan Terhadap Sebuah Proses Efek Potensial Kerusakan Terhadap Pelanggan Pengendalian Kejadian Jenis Kegagalan Keburukan Terhadap Proses Keburukan Terhadap Pelanggan Deteksi Probabilitas RPN Alternatif Tindakan Pengendalian Tanggapan A Aus Gesekan - - - 4 4 10 1 160 - - B Aus Pemakaian - - - 3 4 10 1 120 - -

(35)
(36)

Bab 3

Metodologi Pemecahan Masalah

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan dilalui seperti tersaji pada gambar 3.1.

(37)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Dalam langkah-langkah penyelesaian masalah ini penyelesaian berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

3.2.1. Observasi

Pada proses observasi ini, dilakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap kegiatan perawatan mesin-mesin yang ada diperusahaan salah satunya mesin Die Casting. Pertama kali penelitian dimulai yaitu melakukan pengamatan dilapangan seperti mengamati kegiatan produksi dilantai produksi dan kegiatan perawatan yang dilakukan dibagian permesinan serta wawancara dengan bagian operator mesin untuk mengidentifikasi jenis kerusakan pada komponen sistem hidrolik mesin Die Castig.

3.2.2. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka berupa konsep-konsep dan teori-teori yang dijadikan landasan berfikir untuk mendukung penelitian. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan dari beberapa sumber media baik cetak maupun elektronik, sehingga masalah yang diteliti dapat dipahami dengan lebih baik dan penelitian dilaksanakan dengan terarah sesuai dengan teori yang ada.

3.2.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Perawatan yang dilakukan perusahaan selama ini meliputi kegiatan preventive berupa kegiatan perawatan rutin untuk setiap jenis mesin Die Casting. Dalam penelitian ini, pokok dari masalah yang dihadapi adalah sering terjadinya kerusakan pada komponen sistem hidrolik mesin Die Casting. Permasalahan ini dikarenakan perawatan yang dilakukan kurang baik, sehingga sering terjadi perbaikan penggantian komponen mesin serta kurangnya sistem perawatan yang lebih memadai dan terjadwal.

(38)

3.2.4. Tujuan Penelitian

Setelah melakukan identifikasi masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis kerusakan yang terjadi, mengidentifikasi efek yang ditimbulkan akibat kerusakan serta memberi usulan perbaikan bagi perusahaan dalam menyelesaikan permasalahannya.

3.2.5. Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, dilakukan beberapa tahap pengambilan data yang mendukung penelitian ini. Diantanranya adalah data-data yang diperlukan yaitu:

1. Data umum perusahaan, yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi dan produk yang dihasilkan.

2. Data kondisi kerja, data ini diperlukan untuk mengetahui kegiatan yang ada di perusahaan dan lamanya waktu bekerja.

3. Data komponen mesin untuk mengetahui fungsi-fungsi setiap komponen sistem hidrolik yang ada dalam mesin Die Casting serta dapat mengetahui nama-nama komponen yang dianggap kritis.

Adapun komponen yang dianggap kritis pada sistem hidrolik mesin Die Casting adalah komponen yang sering mengalami kerusakan.

4. Data kerugian mesin karena tidak beroperasi, data ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kerugian perusahaan jika mesin tidak beroperasi.

5. Data waktu perawatan yang meliputi waktu perawatan perbaikan dan penggantian spare part, pencegahan dan waktu perawatan penggantian kerusakan.

6. Data harga tiap komponen sistem hidrolik mesin Die Casting, data ini diperlukan untuk mengetahui harga komponen-komponen pada mesin Die Casting yang dianggap sering mengalami kerusakan.

7. Data waktu antar kerusakan (Time to Failure), data ini digunakan untuk mengetahui tingkat frekuensi kerusakan pada sistem hidrolik mesin Die Casting.

(39)

3.3. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data ini, data dikumpulkan sesuai dengan metode yang dipilih untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti. Langkah-langka pengolahan data tersebut yaitu:

1. Menentukan komponen mesin yang paling keritis yang disajikan dalam bentuk diagram pareto

2. Menentukan jenis kerusakan dari komponen kritis sistem hidrolik mesin Die Casting

3. Menentukan sebab dan akibat dari komponen kritis sistem hidrolik mesin Die Casting dengan bantuan Fish Bone.

4. Menentukan efek dari kerusakan komponen kritis sistem hidrolik mesin Die Casting 5. Menilai keburukan dan jenis kerusakan karena dari kerusakan yang terjadi

menimbulkan keburukan terhadap komponen serta menyebabkan kerugian yang besar dari sistem fungsi mesin. Menilai keburukan dari komponen-komponen kritis dilihat dari seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan dari komponen tersebut. 6. Dari kerusakan yang terjadi pada komponen dapat diukur frekuensi kejadian

kegagalannya yang memberikan gambaran bahwa komponen tersebut kritis dari sebuah sistem yang ada.

7. Probabilitas kerusakan dari komponen-komponen kritis merupakan suatu perancangan atau prosedur untuk mendeteksi jenis kerusakan yang potensial pada waktu yang sesuai pada sistem.

8. Menghitung RPN (Risk Priority Number) yaitu metode untuk melihat seberapa besar resiko kerusakan dengan memprioritaskan nilai RPN yang lebih tinggi, karena itulah disebut kekritisan tingkat tinggi.

3.4. Failure Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA)

Dalam mengidentifikasi komponen-komponen kritis dan melihat sejauh mana komponen tersebut menyebabkan gangguan terhadap suatu mesin atau sistem, hal yang harus dilakukan yaitu dengan menerapkan metode FMECA yaitu dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(40)

2. Pemenuhan analisis fungsional, ini melibatkan pendefinisian sistem pada fungsi terminologi.

3. Pemenuhan alokasi kebutuhan, ini adalah naik turunnya kerusakan sistem ukuran kebutuhan untuk beberapa kesatuan fungsional (produk/ proses) dalam sistem hierarki fungsional.

4. Mengidentifikasikan jenis kerusakan. 5. Menentukan penyebab dari kerusakan. 6. Menentukan efek dari kerusakan. 7. Menilai keburukan dari jenis kerusakan.

3.5. Analisis

Analisis dari pembahasan ini, berisi tentang hal-hal yang ingin di capai. Diantaranya adalah interval waktu yang optimum dalam melakukan penggantian pencegahan komponen kritis pada mesin Die Casting dengan kriteria minimasi ongkos.

3.6. Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data yang telah diperoleh untuk menemukan pemecahan dari masalah yang akan dicapai.

(41)

Bab 4

Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpualan Data

Pengumpulan data pada tugas akhir ini, secara graris besar terdiri dari gambaran umum perusahaan, data-data perusahaan yang dibutuhkan berhubungan dengan permasalahan yang akan diselesaikan.

4.1.1. Data Umum Perusahaan

4.1.1.1.Sekilas tentang PT. WIKA INTRADE A. Sejarah Singkat PT. WIKA IN-TRADE

PT. WIJAYA KARYA adalah suatu Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tahun 1960, yang pada saat ini merupakan sebuah perusahaan dengan diversifikasi bidang usaha yang luas, yaitu meliputi jasa konstruksi, industri, manufaktur, dan fabrikasi, perdagangan serta realti dan property. Pada akhir tahun 90-an secara bertahap PT. WIJAYA KARYA mulai merubah unit kerja usahanya dari bentuk divisi-divisi menjadi anak perusahaan. Salah satu anak perusahaan tersebut adalah PT. WIKA IN-TRADE yang terbentuk pada awal tahun 2000, sebagaimana tersebut dalam Akta Notaris Imas Fatimah, SH. NO 16 tanggal 20 Januari 2000. Sesuai dengan kondisi persaingan dunia usaha yang makin mengglobal diharapkan dengan menjadi anak perusahaan maka kemampuan daya saing perusahaan akan semakin meningkat, baik di pasar nasional dan internasional.

PT. WIKA IN-TRADE ini merupakan hasil penggabungan 2 divisi yang ada di PT. WIJAYA KARYA, yaitu Divisi Produk Metal dan Divisi Perdagangan. Divisi Produk Metal merupakan divisi yang memiliki bidang usaha Fabrikasi Metal (Ferrous dan non-Ferrous), fabrikasi plastik (Engineering Plastic) dan fabrikasi produk kelistrikan. Khusus produk alumunium casting untuk otomotif telah mendapatkan pengakuan dari standar internasional yaitu dengan diperolehnya sertifikat QS 9000 pada tahun 1999 dan diperbaharui dengan sertifikat ISO/TS 16949:2002 pada tahun 2004. Sedangkan divisi perdagangan berpengalaman

Gambar

Gambar 2.1. Kebijakan Perawatan  Maintenance Preventive Maintenance Corrective Maintenance  Time Directed Maintenance  Condition Directed Maintenance Failure Finding Run To Failure  RCM
Gambar 2.2. Histogram Frekuensi Relatif Sumber: Jardine, AKS, 1973
Gambar 2.3. Diagram Pareto
Gambar 2.4. Pendekatan Umum Pelaksanaan FMECA  Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah a) meningkatkan pelaksanaan pembelajaran akuntansi keuangan dengan metode praktek langsung, b) meningkatkan pola pengajaran guru, c)

a) Positivity, merupakan sikap membuat interaksi yang menyenangkan seperti memberikan pujian dan menyemangati lawan bicara. b) Openness, sikap terbuka yang ditujukan

Sejumlah pihak menilai, pembentukan Kodam baru mengindikasikan peningkatan pendekatan keamanan yang justru akan kontraproduktif dengan upaya penyelesaian masalah

Berat badan rata-rata rusa timor jantan dewasa dalam mini ranch umur 8 tahun dapat mencapai berat badan 70 kg dengan berat karkas 31 kg, sedangkan berat badan rusa umur 12 tahun pada

Untuk mencari modus, lihat kembali data pada tabel dan temukan bilangan dengan frekuensi paling banyak (data yang paling sering muncul). Bilangan 163 muncul dua kali,

Nah, bagaimana sinergisitas mata kuliah Produksi Garmen dan mata pelajaran Pembuatan Busana Industri dalam komitmen kurikulum SMK 2013 yang bertumpu pada

Nestacionarne pojave izazvane trenutnim ispadom pumpe Diplomski rad Dijagram 4.2 – YUHPHQVNDSURPMHQDWODNDXNDUDNWHULVWLþQLPþYRURYLPD

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sehingga ia bertumbuh ke arah konjungtiva tarsal dan