• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN

(

Lantana camara

Linn) SECARA KROMATOGRAFI GAS –

SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

SKRIPSI

SILVIA YULIANI

110822031

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn) SECARA KROMATOGRAFI GAS-

SPEKTROMETRI MASSA (GC-MS)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SILVIA YULIANI 110822031

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul :ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn.) SECARA KROMATORAFI GAS – SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

Kategori :SKRIPSI

Nama :SILVIA YULIANI

Nomor Induk Mahasiswa :110822031

Program :SARJANA (S1) EKSTENSI KIMIA

Departemen :KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KOMPONEN MINYAKATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana

camara Linn.) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillaahi robbil’aalamiin bersyukur pada-Mu Ya Alloh atas segala nikmat, rahmat, hidayah serta kasih sayang –Mu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara

kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains.

Teristimewa untuk keluarga atas doa, nasihat, serta bantuan materi selalu diberikan Ibunda Hj.Yasmarni S.PdI dan ayahanda H.Wilmar Damhuri. Semoga setiap tetesan keringat mereka menjadi embun penyejuk saat dahaga dan surga-Mu lah balasannya Amin yaa Robbal ‘aalamiin. Motivasi dan dorongan yang diberikan Kakanda Hengki Ferdianto dan Widya Yulastri kepada penulis agar tetap semangat dan selalu melakukan yang terbaik.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 2. Bapak Drs.Albert Pasaribu, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Bapak Drs. Philippus H. Siregar, M. Si, selaku Pembimbing I yang banyak memberikan

motivasi.

4. Ibu Dr.Sovia Lenny, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan waktu dengan penuh kesabaran selama penulis menyusun skripsi ini.

5. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D. selaku ketua Laboratorium Kimia Bahan Alam yang telah membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Rekan – rekan Mahasiswa Kimia Ekstensi angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

(6)

ABSTRAK

(7)

ANALYSIS OF COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF TEMBELEKAN LEAF (L. camara Linn.) BY

GAS CHROMATOGRAHPY – MASS SPECTRA (GC – MS)

ABSTRACT

(8)
(9)

3.3. Prosedur Penelitian 19

3.3.1. Persiapan Sampel 19

3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Daun Tembelekan dengan 20

Alat Stahl 3.3.3. Bagan Penelitian 21

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 22

4.1.1. Hasil Analisa dengan GC-MS 22

4.2. Pembahasan 24

4.2.1. Analisis Data Spektrum GC-MS 24

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid 7 Tabel 2.4. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan 11 untuk terapi-aroma

Tabel 4.1. Data Spektrum GC-MS 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Daun Tembelekan (L.camara Linn) 5 Gambar 4.1. Kromatogram minyak atsiri daun Tembelekan 22 Gambar 4.2. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 25.600 24 Gambar 4.3. Fragmentasi Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol 25 Gambar 4.4. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 28.668 26 Gambar 4.5. Fragmentasi Senyawa α-Terpineol 27 Gambar 4.6. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 35.142 28 Gambar 4.7. Fragmentasi Senyawa Benzeneetanol 29 Gambar 4.8. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 37.622 29

Gambar 4.9. Fragmentasi Senyawa Fenol 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A. Hasil Identifikasi Tumbuhan Tembelekan 37 Lampiran B. Spektrum GC-MS Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol 38 Lampiran C. Spektrum GC-MS Senyawa α-Terpineol 39 Lampiran D. Spektrum GC-MS Senyawa Benzeneetanol 40

Lampiran E. Spektrum GC-MS Senyawa Fenol 41

Lampiran F. Spektrum GC-MS Senyawa Asam Heksadekanoat 42

(13)

ABSTRAK

(14)

ANALYSIS OF COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF TEMBELEKAN LEAF (L. camara Linn.) BY

GAS CHROMATOGRAHPY – MASS SPECTRA (GC – MS)

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia banyak sekali terdapat jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri, tetapi

banyak pula yang belum diolah dan dimanfaatkan (Koensoemardiyah, 2010). Salah satu

kekayaan flora Indonesia adalah tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) yang daerah asalnya

semula dari daerah Amerika Latin yang juga beriklim tropis, hingga menyebar ke kawasan

Indonesia. Tanaman ini biasanya tumbuh pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar

matahari atau agak ternaung, misalnya di pagar-pagar rumah sehingga kita dengan sangat mudah

untuk mendapatkannya.

Aspek –aspek farmakologis tanaman tembelekan ini sangat banyak, sehingga tanaman ini

dapat digunakan sebagai obat. Diantaranya akar berkhasiat sebagai pereda demam (antiperetik),

penawar racun (antitoksik), penghilang nyeri (analgesik), dan penghenti perdarahan (hemostatis).

Daun berkhasiat menghilangkan gatal (anti-pruritus), anti-toksik, menghilangkan bengkak dan

perangsang muntah. Sedangkan bunga tembelekan berkhasiat sebagai penghenti perdarahan

(www.blog.uad.ac.id)

Studi perbandingan efek anti bakteri dari minyak atsiri daun L.camara Linn dan daun

Piper betle Linn yang dilakukan oleh Tedjo Narko, 1996, menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun L.camara Linn mempunyai efek anti bakteri yang lebih besar dari minyak atsiri daun

(16)

aktif tumbuhan saliara (L. camara Linn) yang dilakukan Pian Sopyan Nurochman, 1996,

menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon dari hasil pemeriksaan

fitokimia terhadap daun dan bunga saliara.

Diantara manfaat dari tumbuhan ini yaitu untuk menyembuhkan flu, menyembuhkan

demam, menyembuhkan TBC, menyembuhkan rematik, menyembuhkan bengkak, paru-paru,

sesak napas dan lainnya (Suparni, 2012). Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk

mengisolasi dan menganalisis minyak atsiri dari daun Tembelekan dengan menggunakan alat

Stahl sehingga dapat memberikan informasi ilmiah tentang komponen kimia dan dapat

berrmanfaat bagi masyarakat.

1.2. Permasalahan

Komposisi senyawa kimia apa sajakah yang terdapat dalam minyak atsiri dari daun Tembelekan

yang diisolasi menggunakan alat sthal.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui komposisi senyawa kimia dari minyak atsiri yang diperoleh dari daun

Tembelekan dengan metode GC-MS.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposisi minyak atsiri

dari daun Tembelekan.

1.5. Lokasi Penelitian

 Tempat pengambilan sampel

(17)

 Tempat melakukan penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara-Medan sedangkan analisis

GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM-Yogyakarta.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan sebagai objek penelitian adalah daun

Tembelekan. Sampel daun tumbuhan tersebut diambil dari Sunggal, Deli Serdang, Sumatera

Utara. Daun yang masih segar diiris-iris dan ditimbang sebanyak 400 gram. Kemudian

didestilasi uap menggunakan alat stahl selama 4 jam. Minyak yang diperoleh dari hasil

proses destilasi masih mengandung air. Minyak atsiri yang masih mengandung air tersebut

diekstraksi dengan pelarut eter dengan menggunakan corong pisah.Pada lapisan eter bersama

minyak ditambahkan Na2SO4 anhidrat lalu disaring.. Filtrat yang diperoleh diuapkan

sehingga diperoleh minyak atsiri dari daun Tembelekan.. Minyak atsiri dianalisis dengan alat

GC-MS.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) 2.1.1. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) secara morfologi merupakan herba menahun, batang

semak, berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi batang mencapai 4 m, daun

berhadapan , warna hijau, bundar telur, permukaan atas daun berambut banyak dan permukaan

bawah berambut jarang. Pinggir daun bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan

lebar 3-5 cm. Perbungaan mengelompok, tersusun dalam bulir yang padat pada ketiak daun.

Warna bunga beragam ,seperti putih, kuning, merah, merah muda, dan jingga. Buah bergerombol

di ujung tangkai, kecil, bulat, warna hijau ketika mentah, hitam kebiruan dan mengkilap ketika

matang. Di dalam satu buah terdapat satu biji. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji.

Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis pada lahan terbuka sebagai tanaman liar atau tanaman

untuk pagar. Tumbuhan dari dataran rendah sampai ketinggian 1700 m di atas permukaan laut

(Djauhariya, 2004).

Klasifikasi tembelekan hasil identifikasi tumbuhan di laboratorium Herbarium

Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

(19)

Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae

Genus : Lantana

Spesies : Lantana camara Linn

Nama Lokal : Tembelekan

Gambar 2.1. Daun Tembelekan (Lantana camara Linn)

2.1.2. Manfaat tumbuhan Tembelekan

Pemanfaatan tembelekan untuk pengobatan berbagai penyakit digunakan dengan dua cara yaitu

pengobatan dari dalam dan pengobatan dari luar. Pengobatan dari dalam dengan cara merebus

bagian yang diperlukan dengan ukuran secukupnya, dicuci bersih dan direbus dengan air

secukupnya. Setelah itu, disaring dan didinginkan. Dalam kondisi hangat diminum oleh

penderita. Hal ini dilakukan secara rutin setiap hari sampai sembuh. Ini digunakan untuk

menyembuhkan penyakit sesak napas, kencing nanah dan lain-lain. Sedangkan untuk

pengobatan luar biasanya untuk penyakit bisul, luka dan lain-lain yang terlihat dari luar caranya

(20)

Balurkan hasil tumbukan tersebut pada bagian yang sakit. Manfaat tembelekan diantaranya yaitu

menyembuhkan flu, menyembuhkan demam, menyembuhkann TBC, menyembuhkan rematik,

menyembuhkan bengkak, menyembuhkan paru-paru dan sesak napas (Suparni,2012).

2.2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut minyak terbang. Minyak

atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri

juga disebut essential oil (dari kata essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada

tanaman (Koensoemardiyah, 2010).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran

senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang

beragam, penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu

campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau

berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo,

2004).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena.

Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk

dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada

banyak tanaman (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal,

tetapi tersusun dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester, aldehida, dan

terpena. Bau khas yang ditimbulkan nya sangat tergantung dari perbandingan komponen

penyusunnya, demikian pula khasiatnya sebagai obat. Sebagai contoh, minyak atsiri yang banyak

mengandung fenol (misalnya minyak sirih, Piper betle)berkhasiat sebagai antiseptik. Minyak

sirih ini mampu membunuh kuman seperti halnya karbol atau lisol sehingga minyak atsiri ini

sering digunakan sebagai obat cuci hama (Gunawan, 2007).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya

(21)

minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alcohol, oksida, ester, aldehida dan eter. Sangat sedikit sekali

yang mengandung satu jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang

menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun

begitu, kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya

perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa

terpen/terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden & Fessenden,1992):

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid

No Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)

1.

Monoterpen merupakan kandungan utama minyak atsiri yang banyak terdapat dalam tanaman

dan berfungsi memberikan aroma. Kelompok senyawa ini memiliki aroma dan rasa yang sangat

khas dan banyak digunakan dalam industri makanan dan kosmetik sebagai citarasa dan parfum.

Monoterpen terdapat dalam kelenjar daun tanaman serta di kulit dan kupasan buah. Minyak atsiri

dalam tanaman bersifat sangat kompleks dan analisis dengan Kromatografi Gas (KG) dapat

membuktikan adanya ratusan komponen tunggal, banyak diantaranya berupa monoterpenoid.

Monoterpen dapat berupa senyawa alifatik (asiklik atau rantai lurus) atau siklik (jenuh, sebagian

tak jenuh atau sepenuhnya aromatik) (Heinrich,et al., 2009). Beberapa struktur kimia

(22)

H

Menthol α-Terpineol

Gambar 2.2. Struktur Monoterpen

Seskuiterpen memiliki sifat-sifat yang mirip dengan monoterpen dan merupakan kandungan

dalam banyak minyak atsiri (Heinrich,et al.,2009). Beberapa struktur seskuiterpen dapat dilihat

pada gambar 2.3.

α-Bisabolene β-Selinene

(23)

2.3. Sumber Minyak Atsiri

Minyak atsiri terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dari bagian tertentu dari

tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu, dan rimpang. Kandungan minyak atsiri

tidak akan selalu sama antara bagian satu dengan bagian lainnya. Misalnya kandungan minyak

atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga

maupun daun. Berikut ini beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri dan bagian tanaman

yang mengandung minyak atsiri:

• Akar : akar wangi, kemuning.

• Biji : alpukat, kasturi, lada, pala,seledri, wortel, nagasari. • Buah : adas, jeruk, jintan, kemukus, ketumbar.

• Bunga : cempaka kuning, cengkih, daun seribu, kenanga, melati, sedap

malam, srikanta, srigading.

• Daun : cemara gimbul, cemara kipas, cengkih, sereh wangi, kaki kuda, kemuning,kunyit, selasihan, semanggi, sirih.

• Kulit kayu: kayu manis, akasia, kayu teja, selasihan. • Ranting : cemara gimbul, cemara kipas

• Rimpang : jahe, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu hitam, temu lawak • Seluruh bagian : akar kucing, bandotan, inggu, selasih, sudamala, trawas (Tony,1994).

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan

sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan

minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan

menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik (Agusta,2000).

Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan dalam berbagai

organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat dalam kelenjar minyak atsiri.

Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam tanaman (disebut kelenjar internal) dan di luar

(24)

yang semula ada di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel disekitarnya sehingga terbentuklah

saluran semacam organ dengan minyak atsiri di dalamnya. Ada kemungkinan sel-sel di

sekitarnya kemudian larut dan membentuk kelompok sel yang disebut kelenjar dan kemungkinan

suatu deretan sel terlarut sehingga membentuk saluran yang didalamnya berisi minyak atsiri.

Kelenjar eksternal berupa sel-sel permukaan (lazim disebut sel epidermis). Produk dari kelenjar

(minyak atsiri) biasanya tertimbun di antara kutikula (lapisan sel terluar) dan dinding sel antara

suatu sel dengan sel yang lain. Kutikula berupa lapisan tipis, bila kutikula pecah minyak atsiri

akan keluar sehingga bau minyak atsiri akan menyebar (Koensoemardiyah, 2010).

2.4. Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang

industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun,

pasta gigi, sampo, lotion), dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau

penambah cita rasa, dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak

wangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri), dalam

industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida (Tony, 1994).

Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap bakteri,

virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu,

2012). Minyak daun sirih (Piper betle) adalah salah satu minyak atsiri yang bersifat sebagai

antibakteri. Minyak ini dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan

seperti Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella. Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus (Eucalyptus globulus)dapat digunakan sebagai

antiseptik (Agusta, 2000).

Minyak gandapura, chamomil, cengkih, lavender, dan permen termasuk jenis-jenis

minyak atsiri yang mempunyai efek sebagai analgesik sehingga minyak tersebut sering

(25)

minyak yang mengandung senyawa citronella seperti minyak serai wangi, Cinnamomum

camphora dan eucalyptus memiliki aktivitas sebagai insektisida. Minyak atsiri yang berkhasiat

sebagai antiinflamasi (menghilangkan peradangan) adalah minyak lavender. Minyak ini biasanya

hanya digunakan untuk mengatasi inflamasi ringan, seperti luka bakar. Senyawa lain dalam

minyak yang direkomendasikan efektif untuk menghilangkan bau badan/ deodoran adalah

geraniol, patchoulol, dan linalool. Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak nilam, jahe,

pala, dan serai wangi (Yuliani dan Satuhu, 2012). Beberapa khasiat minyak atsiri yang sering

digunakan untuk terapi-aroma dapat dlihat pada tabel berikut (Agusta, 2000).

Tabel 2.4. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk terapi-aroma

Nama Tumbuhan Nama daerah Khasiat

Abies alba

(26)

Isolasi minyak atsiri adalah usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman atau bagian tanaman

asal. Minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian dalam rambut kelenjar dan sel kelenjar.

Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri tetap berada dalam kelenjar pada batang tanaman

sehingga sukar untuk dipisahkan. Minyak atsiri hanya dapat dipisahkan dari sel tanaman bila ada

uap air atau pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut, yang selanjutnya akan

membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan. Agar minyak atsiri itu lebih cepat

kontak dengan penyari maka bagian-bagian tanaman harus dipotong-potong (Koensoemardiyah,

2010). Pada dasarnya pemotongan merupakan upaya menjadikan bahan tanaman menjadi lebih

kecil hingga mempermudah lepasnya minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus uap

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.1. Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua macam

campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri yang

tidak larut dalam air (Yuliani dan Satuhu, 2012). Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga

metode penyulingan (hidrodestilasi) yaitu :

1. Penyulingan dengan air (water distillation)

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan

air mendidih. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air

mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung (Tony, 1994).

Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat seimbang, sesuai dengan

kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan

pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat

celah yang mengakibatkan uap keluar (Armando, 2009).

2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam

suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas

(27)

bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas.

Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang

mendidih (Sastrohamidjojo, 2004). Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada

prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah. Keuntungan

dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan

suhu dapat dipertahankan sampai 1000 C. Lama penyulingan relatif lebih singkat,

randemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak

hasil dari system penyulingan dengan air (Armando, 2009).

3. Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya mirip dengan kedua alat

penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan

lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari

hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan

kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.2. Ekstraksi Minyak atsiri

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang terkandung

dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen

aktifnya. Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction)

Prinsipnya sederhana yaitu minyak atsiri yang terkandung di dalam bahan dilarutkan

dalam pelarut organik yang mudah menguap. Cara kerja ekstraksi menggunakan pelarut

menguap yaitu dengan memasukkan bunga yang akan diekstraksi ke dalam alat

ekstraktor khusus, kemudian ekstraksi berlangsung pada suhu kamar dengan

menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bunga sehingga melarutkan

(28)

minyak yang diproses dengan cara ini akan menghasilkan minyak dengan warna kuning

kecoklatan (gelap) karena mengandung pigmen alami yang tidak mudah menguap.

2. Ekstraksi dengan lemak dingin (enfluorasi)

Enfluorasi merupakan cara terbaik untuk menarik minyak atsiri yang terdapat dalam

bunga. Hal itu karena prosesnya dilakukan dalam suasana dingin sehingga kandungan

minyak atsirinya tidak cepat menguap. Untuk proses enfluorasi dibutuhkan lemak dingin

yang berfungsi sebagai adsorban atau penyerap minyak atsiri dari bunga.

3. Ekstraksi dengan lemak panas (maserasi)

Maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi yang dilakukan melalui perendaman

bahan baku dengan pelarut organik (Yuliani dan Satuhu, 2012). Cara maserasi dapat

digunakan untuk bahan yang lunak dan untuk bahan yang keras (telah dirajang). Selama

perendaman minyak atsiri yang keluar dari bahan (sampel) akan berinteraksi dengan

lemak, minyak atsiri kemudian dipisahkan. Untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak,

diekstraksi dengan alkohol (Guenther, 1997).

2.5.3. Pengepresan

Sistem pengepresan pada umumnya dilakukan untuk bahan berbentuk biji.. Alat ini

bekerja dengan menekan atau mengepres bahan baku sehingga sel-sel di dalam bahan akan pecah

dan mengeluarkan minyak atsiri (Yuliani dan Satuhu, 2012).

2.6. Kromatografi Gas – Spektrometer Massa

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC (Gas

Cromatografi berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak atsiri dan MS (Mass

Spektra) berfungsi untuk menentukan berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi.

Ketika suatu uap senyawa organik dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa

ini akan ditembak dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi tinggi

dan melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan elektronnya ini akan

membentuk ion positif yang disebut ion molekul (Dachriyanus, 2004). Pada sistem GC – MS

(29)

sistem ionisasi, dimana Electron Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta,

2000).

2.6.1`. Kromatografi Gas (KG)

Kromatografi gas merupakan proses pemisahan dimana fase geraknya berupa gas dan fase diam

umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat dan zat cair (Depkes RI, 1995). Prinsip

dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam injektor,

pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan

berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989). Komponen-komponen utama pada Kromatografi

Gas :

1. Fase gerak

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah

untuk membawa solut ke kolom (Rohman, 2009). Fase gerak akan membawa campuran

sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak akan berintegrasi dengan fase diam

(Eaton, 1989). Faktor yang menyebabkan suatu senyawa bergerak melalui kolom

kromatografi gas adalah sifat mudah menguap dari cuplikan, aliran gas pembawa melalui

kolom dapat terjadi karena perbedaan tekanan pada ujung masuk dan ujung keluar dari

kolom tersebut. Gas pembawa yang sering dipakai adalah Helium (He), Argon (Ar),

Nitrogen (N2), dan Karbondioksida (CO2). Gas pembawa yang dipakai harus disesuaikan

dengan jenis detektornya (Adnan Mochamad, 1997).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase

diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada KG (Rohman, 2009).

Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemisahan kolom

(Agusta, 2000). Kolom dapat dibuat dari tembaga, kuningan, aluminium, zat sintetik atau

gelas, berbentuk lurus, melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebih menghemat

(30)

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor

merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas

pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah

suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan

komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik (Rohman, 2009). Fungsi detektor

(terletak pada ujung kolom pemisah) untuk mengukur kuantitas dari komponen yang

telah dipisahkan yang ada dalam aliran gas pembawa yang meninggalkan kolom. Kolom

dari detektor diumpan ke sebuah perekam yang menghasilkan suatu kurva yang disebut

kromatogram (Griter,J.Roy, 1991).

5. Komputer Kromatografi Gas

modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software)

untuk digitalisasi sinyal detektor (Rohman, 2009).

2.6.2. Spektrometer Massa

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi masing-masing

molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas (Agusta,2000).

Spektrometer massa adalah suatu instrument yang menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji,

memilah ion tersebut menjadi spektrum sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan

(m/z) dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Spektrometer massa dapat

digunakan untuk mengukur perbandingan massa ion terhadap muatan, untuk menetapkan

kelimpahan ion dan untuk mempelajari proses ionisasi (Depkes RI,1995). Spektrometri massa

pada umumnya digunakan untuk : menentukan massa molekul, menentukan rumus molekul

dengan menggunakan spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan

untuk mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein,et

al.,1986). Spektrometer massa bekerja melalui 4 tahap yaitu :

1. Ionisasi

Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometer massa. Electron Impact

(31)

kondisi hampa udara pada tekanan 10-4 sampai 10-6 mmHg pada suhu tertentu. Sampel

yang berupa uap akan diteruskan ke dalam ruang pengion. Di dalam ruang pengion ini,

sampel dibombardir dengan arus electron sekitar 70 eV sehingga terbentuk ion molekul.

Kemudian ion molekul tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil (Agusta,

2000).

2. Akselerasi

Ion yang terbentuk akan diakselerasi sehingga seluruhnya akan mempunyai energi kinetik

yang sama. Ion positif akan ditolak dari ruang ionisasi dan seluruh ion diakselerasikan

menjadi sinar ion yang terfokus dan tajam.

3. Defleksi

Ion didefleksikan (dibelokkan) oleh medan magnet sesuai dengan massanya. Besarnya

defleksi tergantung pada : massa ion yaitu ion yang memiliki massa kecil akan lebih

terdefleksi dari yang berat dan muatan ionyaitu ion yang mempunyai 2 atau lebih muatan

positif akan lebih terdefleksi dari yang hanya mempunyai satu muatan positif.

Kedua faktor ini digabung menjadi rasio massa/muatan (rasio

massa/muatan). Rasio massa/muatan diberi simbol m/z (atau kadang-kadang dengan

m/e). Sebagai contoh : jika suatu ion memiliki massa 56 dan muatannya adalah 2+ , maka

ion ini akan mempunyai rasio m/z 28.

4. Deteksi

Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik (Dachriyanus, 2004).

Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil analisis kromatografi gas

yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram dan hasil analisis spektrometri massa yang

ditampilkan dalam bentuk spektrum massa. Dari kromatogram dapat diperoleh informasi

mengenai jumlah komponen kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang

ditunjukkan oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram dengan kuantitasnya

masing-masing. Spektrum massa hasil analisis sistem spektroskopi massa merupakan gambaran

mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu komponen kimia. Setiap

fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu komponen kimia memiliki berat molekul yang

(32)

dari hasil analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum massa yang terdapat

(33)
(34)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan sampel

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan Tembelekan yang

diperoleh dari Desa Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.3.2. Isolasi minyak atsiri

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan sebagai objek penelitian

adalah daun Tembelekan. Daun tumbuhan yang masih segar diiris-iris dan ditimbang

sebanyak 400 gram. Kemudian didestilasi uap menggunakan alat stahl selama ± 4 jam.

Minyak yang diperoleh dari hasil proses destilasi masih mengandung air. Minyak atsiri

yang masih mengandung air tersebut diekstraksi dengan pelarut eter menggunakan

corong pisah sehingga diperoleh lapisan eter bersama minyak dan lapisan air. Lapisan

eter bersama minyak ditambahkan Na2SO4 lalu disaring kemudian dibiarkan menguap

sehingga diperoleh minyak atsiri. Minyak atsiri dianalisis kandungan kimianya dengan

(35)
(36)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Analisa dengan GC-MS

Dari hasil analisis terdapat 12 puncak kromatogram (gambar 4.1). Adapun kromatogram GC-MS

adalah sebagai berikut :

(37)

Minyak atsiri daun tembelekan yang dihasilkan dengan metode hidrodestilasi dengan

menggunakan alat stahl dianalisis dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS)

dengan kondisi sebagai berikut :

Gas pembawa : Helium

Total aliran gas He : 20,0 mL/min

Tekanan : 57,4 kPa

Pengionan : EI (Electron Impact) 70 eV

Dari hasil spektrum di atas terdapat 12 jenis senyawa seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Spektrum GC-MS

No. Peak % Area Waktu Retensi

Dari data Spektrum GC-MS di atas terdeteksi 2 senyawa yang mengandung minyak atsiri yaitu

(38)

Tabel 4.2. Data Hasil Analisa GC-MS Minyak Atsiri Daun Tembelekan

4.2.1. Analisa Data Spektrum GC-MS

Untuk menentukan komposisi minyak atsiri daun tembelekan (L. camara Linn) maka hasil

spektrum massa dari masing-masing puncak unknown dibandingkan dengan spektrum massa

senyawa yang ada pada daftar library GC-MS (Wiley 229) dan dilakukan fragmentasi terhadap

senyawa yang terdeteksi.

1. Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol

Dengan persentase 7,13% dan waktu retensi 25.600. Rumus molekulnya adalah C10H18O

(39)
(40)

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah

(41)

2. Senyawa α Terpineol

Dengan persentase 6,77% dan waktu retensi 28.668. Rumus molekulnya adalah C10H18O

dengan puncak - puncak fragmen ion dengan m/z 136, 121, 110, 95, 81, 59, 41, 28.

Gambar 4.4. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 28.668

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah

(42)

H3C

Gambar 4.5. Fragmentasi Senyawa α- Terpineol

Selain senyawa yang mengandung minyak atsiri di atas, dari hasil spektrum GC-MS juga

terdeteksi senyawa Benzenetanol, Fenol dan Asam Heksadekanoat.

3. Benzenetanol

Dengan persentase 8,37 % dan waktu retensi 35.142. Rumus molekulnya adalah C8H10O

(43)

Gambar 4.6. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 35.142

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah

(44)

CH2CH2OH CH2 +

m/z=77 -CH2OH

m/z=91

-CH2

+

+

m/z=51 -C2H2 CH2CH2OH

m/z=122 BM= 122

-2e +e

+

Gambar 4.7. Fragmentasi Senyawa Benzenetanol

4. Fenol

Dengan persentase 5,47 % dan waktu retensi 37.622. Rumus molekulnya adalah C6H6O

(45)

Gambar 4.8. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 37.622

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai

(46)

OH

-CO

H

H

+

m/z=66

C

2

H

3

H

2

C

CH

C

+

m/z=39

OH

m/z=94

BM=94

+

+ e

-2e

Gambar 4.9. Fragmentasi Senyawa Fenol

5. Asam Heksadekanoat

Dengan persentase 31,87 % dan waktu retensi 67.159. Rumus molekulnya C16H32O2

dengan puncak-puncak fragmen ion m/z 256, 227, 213,199, 185, 171, 157, 143, 129, 115,

(47)

Gambar 4.10. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt= 67.159

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai

(48)

CH3-(CH2)14-C

(49)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada daun Tembelekan

mengandung minyak atsiri yaitu 3-Cyclohexen-1-ol (7,13 %) dan α-Terpineol (6,77 %).

Selain minyak atsiri masih ada senyawa lain diantaranya Benzenetanol (8,37%), Fenol

(5,47 %) dan Asam Heksadekanoat (31,87 %).

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengujian antibakteri dan antioksidan terhadap

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB.

Armando,R.2009. Memproduksi Lima belas Minyak Asiri Berkualitas. Cetakan Pertama. Jakarta:

Penebar Swadaya

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang : Andalas University Press.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4 . Jakarta.

Djauhariya,E.,Hernani.2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Eaton,D.C.1989.Laboratory Investigations in Organic Chemistry.USA :Mc Graw –Hill.

Fessenden,R.J. 1982. Kimia Organik. Jilid II. Terjemahan Aloysius Pudjaatmaka. Jakarta :

Erlangga.

Gritter,R.J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung:

Penerbit ITB.

Guenther E. 1987.Essential Oil. Alih bahasa : Ketaren,S. Minyak Atsiri, Jilid 1. Jakarta : Penerbit UI-Press.

Gunawan,D.2007. Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta : Penebar Swadaya

Heinrich,M.,Barnes,J.,Gibbons,S.,Williamson,E.M.,2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Alih Bahasa : Winny R.Syarief. Judul Asli : Fundamentals of pharmacognosy and

phytotherapy. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Herman J.Roth., dan Gottfried Blaschke. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Koensoemardiyah.2010. A to Z Minyak Atsiri untuk industri Makanan,Kosmetik dan Aromaterapi. Yogyakarta : Andi.

Mochamad Adnan. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

(51)

Roy,J. Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit ITB.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UGM – press.

Silverstein,R.M.,Bassler,G.C., dan Morrill,T.C.1986. Laboratory Investigations in Organic Chemistry. Penerjemah : Hartono,Anny Victor Purba. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Jakarta : Erlangga.

Suparni,I.,Wulandari,A.2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Yuliani,S dan Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri. Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tony L dan Yeyet,R.1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar

Swadaya.

www.blog.uad.ac.id diakses tanggal 15 Februari 2013.

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Gambar

Gambar 2.1. Daun Tembelekan (Lantana camara Linn)
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
Gambar 2.2. Struktur Monoterpen
Tabel 2.4. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk terapi-aroma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan sampel berdasarkan literatur dilakukan dengan alasan untuk mengetahui lebih lengkap komponen kimia minyak atsiri dari jeruk bali merah dari berbagai sumber pada bagian

Dari analisis komponen minyak atsiri dengan menggunakan GC-MS diperoleh 7 komponen terbesar penyusun minyak atsiri dari simplisia rimpang kencur yang diperoleh dari petani di

Langkah awal untuk mengetahui apakah daun tumbuhan tembelekan beraktivitas antikanker dilakukan dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test sehingga

Penelitian untuk isolasi minyak atsiri dengan metode hidrodestilasi stahl dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA USU Medan, untuk analisis GC-MS dilakukan di

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN KESTURI (Citrus microcarpa B.) DENGAN.. GC – MS DAN

dibuat sumuran masukan minyak atsiri kosentrasi berbeda. diletakkan sampel pembanding diinkubasi selama

Brum dkk., (1997) juga telah melaporkan bahwa minyak atsiri banyak digunakan sebagai sumber obat- obatan seperti yang dilaporkan dalam hasil uji aktivitas dari minyak atsiri dalam

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki.. komposisi maupun titik didih