• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Model Context, Input, Process and Product (CIPP) Program Baca Tulis Al-Qur an di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Model Context, Input, Process and Product (CIPP) Program Baca Tulis Al-Qur an di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Model Context, Input, Process and Product (CIPP) Program Baca Tulis Al-Qur’an di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

Muhammad Mufid

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan m.mufid@iainpekalongan.ac.id

Abstract:

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan pelaksanaan program BTQ di IAIN Pekalongan dengan menggunakan evaluasi model CIPP (context, input, process, product). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif dengan pendekatan diskriptif kuantitatif. Teknik dan instrumen pengumpulan data melalui observasi dan angket yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan presentase setiap komponen dan dianalisis dalam setiap indikator. Hasilnya menunjukkan bahwa aspek konteks program BTQ masuk kategori sangat baik. Adapun aspek input program BTQ masuk kategori sangat baik, hanya saja terdapat satu indikator yaitu sarana prasarana (modul pembelajaran) yang belum maksimal dengan persentase 17,97% cukup, 7,03% rendah dan 10,94% sangat rendah. Sedangkan aspek proses program BTQ masuk dalam kategori cukup khususya indikator yang kurang efektif dan efesien yaitu dalam hal pelaksanaan pembelajaran (alokasi waktu) dengan persentase 14,06% cukup, 5,47% rendah, dan 20,31% menyatakan sangat rendah. Terakhir aspek produk program BTQ masuk dalam kategori cukup khsusnya dalam bidang psikomotorik (kemampuan menulis) belum maksimal dengan persentase 6,25% cukup, 13,28% rendah, dan 13,28% sangat rendah. Kata kunci: Evaluasi, Model CIPP, Program BTQ

Abstrak :

This articels aims to uncover the effectiveness of the BTQ program implementation at IAIN Pekalongan by using the CIPP evaluation model (context, input, process, product). This type of research is evaluative research with quantitative descriptive approach. Data collection techniques and instruments through observation and questionnaires are presented in the form of tables and percentages of each component and analyzed in each indicator. The results of this study indicate that aspects of the BTQ program context are categorized as very good. The input aspect of the BTQ program is in the very good category, only there is one indicator, which is infrastructure which has not been maximized with a percentage of 17.97% enough, 7.03% low and 10.94% very low. Whereas aspects of the BTQ program process fall into the category of quite specifically the indicators that are less effective and efficient, namely in terms of implementation of learning (time allocation) with a percentage of 14.06% sufficient, 5.47% low, and 20.31% stated very low. The last aspect of BTQ program products is included in the category of quite specifically in the field of psychomotor (writing ability) has not been maximized with a percentage of 6.25% is enough, 13.28% is low, and 13.28% is very low.

(2)

2 A. PENDAHULUAN

Surat Al-alaq ayat 1-5 telah jelas bahwa untuk pertama kalinya terjadi proses pengajaran antara malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad. Dalam pengajaran tersebut keadaan nabi belum bisa membaca sedikitpun dan Malaikat Jibril menyuruh dan menuntun secara berkesinambungan agar Nabi membacanya hingga akhirnya Nabi tidak hanya mampu membaca melainkan mampu menghafal al-Qur’an dengan baik dan benar. Membaca dan menulis dalam arti yang demikianlah lebih terarah dan sistematis Fitrhia ni (2014: 414). Lebih lanjut Dian Rif’iyati (2019: 298) mengatakan proses tersebut merupakan sebuah keterampilan yang harus diajarkan melalui program pendidikan dan pengajaran yang terencana dan memiliki target capaian.

Pembelajaran Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksana kan dan ditumbuhkembangkan bagi setiap individu muslim, karena terkait langsung dengan ibadah ritual seperti shalat, haji dan do’a. Inilah hal mendasar perlunya ketrampila n membaca sebagai prioritas pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Ironisnya sebagian umat Islam tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, sehingga banyak mahasiswa belum mampu baca tulis Al-Qur’an sedangkan baik dan benarnya bacaan Al-Qur’an merupakan salah satu syarat kesempurnaan Ibadah.

Baca tulis Al-Qur’an merupakan salah satu ketrampilan yang harus dipenuh i mahasiswa IAIN Pekalongan khususnya pada mahasiswa yang akan menempuh KKN atau munaqosyah. Hal tersebut BTQ menjadi rukun KKN atau syarat munaqosyah. Program ini terselenggarakan sebagai bentuk dukungan atas visi-misi IAIN Pekalongan “Menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang terkemuka dan kompetitif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan ke-Indonesiaan ditingkat nasional pada Tahun 2036”(Buku Panduan Program,2017:1)

Hal tersebut lebih penting ketika terjadi Transformasi perguruan tinggi, dari Sekolah Tinggi menjadi Intitusi. Sebelumnya, BTQ diadakan lebih kepada trust public kepada lembaga dan tuntutan kepada lulusan yang akan berkiprah kepada masyarakat, maka perubahan itu membuat paradigma BTQ memerlukan penyesuaian sesuai dengan visi-misi IAIN Pekalongan, yaitu tidak hanya peningkatan kapasitas spiritual yang dibicarakan, akan tetapi juga menyoal tentang bagaimana meningkatkan kompetensi keilmuan (Scientific), kewirausahaan (Entrepeneurship) dan menumbuhkan jiwa nasionalisme (Nationality) para mahasiswanya(Buku Panduan Progam,2017:2).

(3)

3

Sedangkan secara kualitas, BTQ sebagai Program non-SKS memiliki beban dan tanggung jawab untuk mengurangii angka ketidakmampuan membaca Quran di IAIN Pekalongan. Masih banyaknya mahasiswa IAIN Pekalongan yang belum mampu membaca Quran, bahkan satu dua di antara mereka masih membaca dengan mengeja. Oleh karena itu, program ini dibuat untuk mengurangi beberapa masalah tersebut.

Keseriusan program BTQ untuk memperbaiki masalah tersebut terlihat dari beberapa tahap yang harus dilalui oleh mahasiswa, placement test, matrikulasi dan bimbingan mandiri. Pada pelaksanaan program BTQ tahun 2017 mendapatkan hasil kurang memuaskan. Jumlah mahasiswa baru IAIN 2017, yang lulus placement test berjumlah 1509, yang tidak lulus atau remidi BTQ berjumlah 1199, dilanjutkan bagi yang remidi mengikuti Matrikulasi BTQ Semester Ganjil, adapun hasil dari ujian akhir semester ganjil matrikulasi BTQ yaitu yang lulus berjumlah 633 dan yang tidak lulus atau yang diwajibkan mengulang kembali pada semester genap berjumlah 566, sedangkan hasil dari matrikulasi semester genap adalah yang lulus berjumla h 255 dan yang tidak lulus berjumlah 311. Berikutnya bagi yang tidak lulus mengikuti matrikulasi kembali pada tahun ajaran 2018 semester ganjil dan hal ini setiap tahun ajaran menyisaka n mahasiswa yang tidak lulus matrikulasi btq sekitar 200 keatas, belum lagi ditambah dengan mahasiswa baru yang tidak lulus dalam Placement Test BTQ(Dokumentasi rekap Data BTQ,2017).

Melihat hasil dari evaluasi pembelajaran tersebut, hal ini tentu tidak baik bagi citra pribadi mahasiswa dan lembaga. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran perlu dikembangkan dan ditingkatkan menjadi evaluasi program. Hal itu diperlukan agar permasalahan yang ada dapat terpetakan dan terselesaikan. Dengan demikian, evaluasi program BTQ menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilaksanakan. Suharsimi (2014: 2) mengatakan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentuka n alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan menurut Cross (2011: 1) Evaluasi merupakan sebuah proses kegiatan yang memiliki tunjuan yang hendak dicapai. Evaluasi memainkan peranan penting dalam analisis kebijakan. Pertama, memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nila i yang melatarbalakangi tujuan dan target (Fatah, 2014: 234).

(4)

4

Apabila dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Suharmisi, 2014: 3). Evaluasi program dikembangkan dari evaluasi secara umum, yaitu proses pengumpulan data, analisis, dan digunakannya untuk pengambilan keputusan terhadap objek ataupun subyek yang

dievaluasi. Selain itu

evaluasi program juga dikembangkan dari berbagai pilar manajemen atau pengelolaan yang lebih spesifik, yaitu pilar monitoring, evaluasi, dan kontrol (Sukardi, 2015: 9).

Evaluasi program merupakan proses identifikasi, klarifikasi, dan aplikasi kriteria yang kuat untuk menentukan nilai program yang dievaluasi (keberhargaan atau manfaatnya) berdasarkan kriteria. Kriteria keberhasilan dalam evaluasi program dibuat dengan alasan untuk (1) menambah kemantapan evaluator dalam melakukan evaluasi, (2) mempertanggungjawabkan hasil evaluasi dan memungkinkan orang lain mengkaji ulang, (3) membatasi unsur subjektivitas evaluator, (4) memungkinkan pelaksanaan evaluasi pada waktu yang berlainan, dan (5) mengarahkan evaluator yang jumlahnya lebih dari seorang (Ihwan, 2011: 116). Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistemat is tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu objek (Muryadi: 2017:3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi mempunyai konotasi kegiatan pengumpulan data atau informasi tentang pencapaian tujuan, proses dan pelaksanaan program yang dilakukan secara sistematik dan metodik ilmiah sehingga menghasilka n data yang akurat dan objektif.

Berangkat dari problematika yang ada, program BTQ dapat dikategorikan sebagai program pembelajaran prespektif Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2014:51) maka model evaluasi yang tepat untuk mendeteksi pencapaian pelaksaan program adalah model evaluasi CIPP (context, input, process, product) yang dikembngkan oleh Stufflebeam di Ohio StateUniversity. Model CIPP disimpulkan lebih mengarah pada peran formatif dan inti dari model ini adalah definisi evaluasi yang diberikan oleh Stuffebeam (1983: 161), bahwa: “evaluasi merupakan proses menggambarkan, menghasilkan, dan menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat untuk penetapan alternatif-alternatif keputusan”.

(5)

5

Stuffebeam telah menentukan 4 tipe keputusan berdasarkan pada model CIPP, yaitu: Satu, Evaluasi context bermanfaat dalam fase awal pengembangan program, mengidentifikasi kebutuhan dan mendesain rasionalitas program tersebut. Dua, Evaluas i input akan bermanfaat dalam penyediaan informasi pada alokasi sumber-sumber yang diperlukan untuk usulan program. Evaluasi input berguna dalam menentukan hal apa yang diperlukan secara aktual mencapai tujuan seperti ditentukan dalam evaluasi konteks. Tiga, Evaluasi process berguna dalam mengetahui kekuatan dan kelemahan dari program yang mungkin tidak diketahui sebelumnya. Data yang dihasilkan di sini dapat digunakan untuk memperbaiki program sebelum terlambat. Empat, Evaluasi product terjadi selama dan juga setelah program dengan penekanan pada pengumpulan dari informasi yang diperlukan untuk keputusan yang dibuat yakni apakah program seharusnya dilanjutka n, dimodifikasi atau diakhiri (1983: 162).

Model CIPP berpijak pada pandangan bahwa tujuan terpenting dari evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan meningkatkan (to improve) (Ihwan: 2011: 119). Karenanya, model ini juga dikategorikan dalam pendekatan evaluasi yang berorientasi pada peningkatan program. Menurut Weiss (1972:4) kegunaan penelitian evaluasi adalah : (1) menunjukkan pada menggunakan metode penelitian, (2) menekankan pada hasil suatu program atau dampak program, (3) penggunaan kriteria untuk menilai dan (4) kontribusi terhadap pengambilan keputusan dan peningkata n perencanaan program di masa mendatang menunjuk pada tujuan sosial.

Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data atau informas i akurat dan objektif tentang pelaksanaan suatu program. Informasi tersebut dapat mengenai dampak atau hasil yang dicapai, proses, efisiensi atau pemanfaatan pendayagunaan sumber daya. Untuk pemanfaatan dapat tertuju pada program itu sendiri atau untuk pertanggung jawaban administrasi program guna memperoleh simpati dan pengakuan masyarakat luas. Tujuan evaluasi program pembelajaran baca tulis Quran (BTQ) ini adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang pelaksanaan pembelajaran baca tulis Quran yang ditekankan pada prosesnya dan pada gilirannya dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan program ini serta dampaknya bagi mahasiswa.

Berdasarkan berbagai masalah yang dapat diidentifikasi dari pelaksanaan program BTQ di IAIN Pekalongan, maka dalam penelitian evaluasi model CIPP program BTQ ingin mengungkap bagaimana pemahaman dosen terhadap konteks program BTQ baik

(6)

6

secara kuantitatif dan kualitatif, memaparkan input program BTQ yang meliputi isi program pembelajaran baca tulis quran, kualifikasi dosen dan sarana dan prasarana yang mendukung dideskripsikan secara kuantitatif dan kualitatif, mengurai proses pelaksanaan program BTQ yang berhubungan dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, serta pemanfaatan alat/media pembelajaran selain dianalisis secara kuantitatif deskriptif dengan presentase juga dinila i hailnya dari data dokumentasi dan observasi, dan menganalisis produk tingkat keefektivan pelaksanaan program BTQ serta mengevaluasi hasil program BTQ.

B. Pembahasan

Penilain model evaluasi CIPP pada program BTQ dilakukan dengan menggunakan 15 indikator dan 61 pertanyaaan, yang disebar kepada semua dosen pengampu pembelajaran BTQ dan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Pekalongan yang mengikuti matrikulasi BTQ. Kriteria indikator dalam pelaksanaan program BTQ adalah sebagai berikut:

No Kategori Rumus

1 Sangat rendah X < Mi – 1,5 Sdi

2 Rendah Mi – 1,5 Sdi ≤ X < Mi – 0,5 Sdi 3 Cukup Mi - 0,5 Sdi ≤ X < Mi + 0,5 Sdi 4 Tinggi Mi + 0,5 Sdi ≤ X < Mi + 1,5

Sdi

5 Sangat tinggi X ≥ Mi + 1,5 Sdi

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka data dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Adapun proses identifikasi setiap aspek adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Aspek Conteks Program BTQ

Pada variabel context yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BTQ, pemahaman terhadap inti pembelajaran BTQ, dan struktur kurikulum pembelajaan BTQ yang diketahui dengan menggunakan angket yang diberikan kepada 8 dosen dan 128 mahasiswa, secara terperinci sebagai berikut:

a. Pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BTQ

Hasil yang diperoleh dari data yeng diberikan kepada 8 dosen penga mp u pembelajaran BTQ menunjukkan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BTQ sangat tinggi atau sangat baik dengan persentase sebesar 50%. Sedangkan hasil yang diperoleh berdasarkan data yang diambil dari 128 mahasiswa mengena i pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BTQ diketahui sebanyak 52,34%

(7)

7 0 20 40 60 80 100 120 P er se n ta se ( % ) Kategori

CONTEXT

PERSENTASE (%) C1 PERSENTASE (%) C2 PERSENTASE (%) C3

mahasiswa menyatakan sangat tinggi atau baik, 31,25% baik, 9,38% cukup, 2,34% rendah dan 4,69% menyatakan sangat rendah.

b. Pemahaman terhadap inti pembelajaran BTQ

Hasil yang diperoleh dari data yeng diberikan kepada 8 dosen penga mp u pembelajaran BTQ menunjukkan sangat baik dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan data yang diambil dari 128 mahasiswa adalah 59,375% sangat baik, 31,25% baik, 3,91% cukup, 0% rendah dan 5,47% menyatakan sangat rendah. Hal ini berarti

c. Struktur kurikulum pembelajaran BTQ

Hasil yang diperoleh dari data yeng diberikan kepada 8 dosen penga mp u pembelajaran BTQ menunjukkan bahwa struktur kurikulum pembelajaran BTQ sangat baik dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan data yang diambil dari 128 mahasiswa adalah 41,41% mahasiswa menyatakan sangat baik, 29,69% baik, 18,75% cukup, 4,69% rendah dan 5,47% menyatakan sangat rendah.

Berdasarkan indikator-indikator yang menyusun aspek context pada data yang diperoleh, dapat terlihat bahwa pada aspek context yaitu indikator pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BTQ, pemahaman terhadap inti pembelajaran BTQ, dan struktur kurikulum masuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat baik. Hal ini menunjukka n bahwa aspek context pada pembelajaran BTQ di IAIN Pekalongan sudah termasuk dalam kategori sangat baik.

(8)

8 2. Identifikasi Aspek Input Program BTQ

Pada variabel input yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu isi program BTQ, kualifikasi dosen pengampu, dan sarana prasarana pendukung yang diketahui dengan menggunakan instrumen angket. Angket yang digunakan sebagai instrumen diberikan kepada 8 dosen dan 128 mahasiswa

a. Isi program BTQ

Hasil yang diperoleh dari data yeng diberikan kepada 8 dosen penga mp u pembelajaran BTQ mengenai isi program BTQ menunjukkan bahwa persentase 50% dosen mengatakan sangat baik, 25% baik, dan 25% cukup. Sedangkan data yang diambil dari 128 mahasiswa adalah 62,5% mahasiswa menyatakan isi program BTQ sangat baik, 21,88% baik, 6,25% cukup, 3,91% rendah dan 5,47% menyatakan sangat rendah.

b. Kualifikasi dosen pengampu

Dapat diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan kualifikasi dosen pengampu BTQ sangat baik dengan persentase sebesar 25% dan 75% menyatakan baik. Sedangkan sebanyak 50,78% mahasiswa menyatakan bahwa kualifikasi dosen pengampu BTQ sangat baik, 30,47% baik, 1,56% cukup, 12,5% rendah dan 4,69% menyatakan sangat rendah.

c. Sarana prasarana pendukung

Diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan sarana dan prasaran pendukung sangat baik dengan persentase sebesar 62,5% dan 37,5% menyatakan baik. Sedangkan sebanyak 37,5% mahasiswa menyatakan sangat baik, 26,56% baik, 17,97% cukup, 7,03% rendah dan 10,94% menyatakan sangat rendah. Bisa dikatakan melihat data angket mahasiswa khususnya berkenaan dengan pernyataan tersedianya handout/modul/rujukan pembelajaran BTQ belum maksimal atau patut dibicaraka n dalam upaya pembenahan program BTQ.

Berdasarkan indikato r-indikator yang menyusun aspek input pada data yang diperoleh yaitu indikator isi program BTQ dan sarana prasarana masuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat baik. Sedangkan, indikator kualifikasi dosen pembimb ing masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aspek input pada pembelajaran BTQ di IAIN Pekalongan sudah termasuk dalam kategori sangat baik.

(9)

9

Gambar 2.

Perbandingan Indikator Pada Aspek Input

3. Identifikasi Aspek Process Program BTQ

Pada variabel proses terdapat perbedaan indikator antara data yang diberikan pada dosen dengan data yanng diberikan pada mahasiswa. Indikator pada variabel proses yang diberikan kepada dosen berjumlah 3 sedangkan kepada mahasiswa sebanyak 6 indikator. Variabel proses pada data yang diberikan pada mahasiswa terbagi menjadi 6 indikator yaitu penyusunan rencana pembelajaran BTQ, pelaksanaan, strategi, metode, dan pemanfaatan alat/media pembelajaran BTQ, kefasihan dalam membaca Al-Quran, ketepatan tajwid, ketartilan dalam membaca Al-Quran, dan evaluasi pembelajaran BTQ a. Penyusunan Rencana Pembelajaran BTQ

Dapat diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan penyusunan rencana pembelajaran BTQ baik dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan sebanyak 48,44% mahasiswa menyatakan penyusunan rencana pembelajaran BTQ sangat baik, 21,88% baik, 5,47% cukup, 13,28% rendah dan 10,94% menyatakan sangat rendah.

b. Pelaksanaan, Strategi, Metode, Dan Pemanfaatan Alat/Media Pembelajaran BTQ Diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan pelaksanaan, strategi, metode, dan pemanfaatan alat/media pembelajaran BTQ sangat baik dengan persentase sebesar 62,5% dan menyatakan baik dengan persentase sebesar 37,5%. Sedangkan sebanyak 38,28% mahasiswa menyatakan pelaksanaan, strategi, metode, dan pemanfaatan alat/media pembelajaran BTQ adalah sangat baik, 21,87% baik, 14,06% cukup, 5,47% rendah dan 20,31% menyatakan sangat rendah. Berdasarkan data mahasiswa diatas khususnya dalam pernyataan alokasi waktu pembelajaran BTQ dapat dikatakan belum maksimal memenuhi target capaian.

0 10 20 30 40 50 60 70 PE R SE N TAS E (% ) KATEGORI

I N PU T

PERSENTASE (%) I1 PERSENTASE (%) I2 PERSENTASE (%) I3

(10)

10 c. Evaluasi Pembelajaran

Dapat diketahui dari 8 dosen menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran BTQ baik dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan sebanyak 24,22% mahasiswa menyatakan sangat baik, 35,94% baik, 3,125% cukup, 21,88% rendah dan 14,84% menyatakan sangat rendah.

d. Ketartilan dalam membaca Al-Quran

Dapat diketahui bahwa sebanyak 17,97% mahasiswa menyatakan ketartilan dalam membaca Al-Quran adalah sangat tinggi atau sangat baik, 17,19% baik, 37,5% cukup, 23,44% rendah dan 3,91% menyatakan sangat rendah.

e. Kefasihan dalam membaca Al-Quran

Dapat diketahui bahwa sebanyak 17,97% mahasiswa menyatakan bahwa kefasiha n dalam membaca Al-Quran adalah sangat tinggi atau sangat baik, 17,19% baik, 37,5% cukup, 23,44% rendah dan 3,91% menyatakan sangat rendah.

f. Ketepatan Tajwid

Dapat diketahui bahwa sebanyak 12,5% mahasiswa menyatakan bahwa ketepatan tajwid dalam membaca Al-Quran adalah sangat tinggi atau sangat baik, 14,84% tinggi atau baik, 14,84% cukup, 42,19% rendah dan 15,63% menyatakan sangat rendah.

Berdasarkan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa indikator-indikator yang menyus un aspek proses pada data yang diperoleh dari 128 mahasiswa IAIN Pekalongan sebagai responden dapat terlihat bahwa pada aspek proses yaitu indikator penyusunan rencana yang digunakan paling baik dibandingkan dengan pelaksanaan, strategi, metode, dan alat/ media, ketartilan dalam membaca Al-Quran, kefasihan dalam membaca Al-Quran, ketepatan tajwid, dan evaluasi pembelajaran, bahkan dalam indikator pelaksanaan pembelajaran BTQ khususnya pernyataan alokasi waktu pembelajaran sebagaimana dalam angket mahasiswa dapat dikatakan belum berjalan sesuai dengan waktu standar pembelajaran. Sedangkan, indikator ketepatan tajwid juga tergolonng dalam kategori cukup.

(11)

11

Gambar 4.5. Perbandingan Indikator pada Aspek Proses

4. Identifikasi Aspek Product Program BTQ

Pada variabel Produk yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada mahasiswa yang diketahui dengan menggunakan instrumen angket

a. Kemampuan Kognitif Mahasiswa

Dapat diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan kemampuan kognit if mahasiswa tinggi atau baik dengan persentase sebesar 87,5% dan menyat aka n cukup dengan persentase sebesar 12,5%. Sedangkan hasil yang diperoleh dari mahasiswa sebanyak 28,13% mahasiswa menyatakan sangat tinggi atau sangat baik, 30,47% baik, 10,16% cukup, 20,31% rendah dan 10,94% menyatakan sangat rendah.

b. Kemampuan Afektif Mahasiswa

Dapat diketahui bahwa dari 8 dosen menyatakan kemampuan afektif mahasiswa tinggi atau baik dengan persentase sebesar 87,5% dan menyatakan cukup dengan persentase sebesar 12,5%. Sedangkan hasil data dari mahasiswa sebanyak 43,75% menyatakan sangat tinggi atau sangat baik, 15,63% tinggi atau baik, 19,53% cukup, 9,38% rendah dan 11,72% menyatakan sangat rendah.

c. Kemampuan Psikomotor Mahasiswa

Dapat diketahui dari 8 dosen menyatakan bahwa dari 8 dosen menyat aka n bahwa kemampuan psikomotor mahasiswa baik dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan dari 128 mahasiswa sebanyak 46,88% menyatakan sangat tinggi atau sangat baik, 20,31% baik, 6,25% cukup, 13,28% rendah dan 13,28% menyatakan sangat rendah. Melihat hasil data dari mahasiswa khususnya dalam pernyataan kemampuan menulis Al-Qur’an dapat dikatakan belum memenuh i 0 10 20 30 40 50 60 P ER S EN T A SE (% ) KATEGORI

PR OCESS

PERSENTASE (%) PS1 PERSENTASE (%) PS2 PERSENTASE (%) PS3 PERSENTASE (%) PS4 PERSENTASE (%) PS5 PERSENTASE (%) PS6

(12)

12 0 10 20 30 40 50 P er se n ta se ( % ) Kategori

PRODUCT

PERSENTASE (%) PD1 PERSENTASE (%) PD2 PERSENTASE (%) PD3

target capaian standar kelulusan.

Gambar 4.7. Perbandingan Tiap Indikator Pada Variabel Produk

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi program Baca Tulis Al-Qur’an di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan Program BTQ di IAIN Pekalongan menunjukkan kategori yang baik. Adapun secara lebih rinci dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hasil evaluasi aspek konteks Program BTQ, Pemahaman terhadap konteks program pembelajaran baca tulis Qur’an di IAIN Pekalongan sangat tinggi atau sangat baik, hal ini dapat dilihat adanya ketersesuaian antara isi program, struktur kurikulum, dan tujuan program dengan pemahaman dosen dan mahasiswa menunjukkan hubunga n yang positif.

2. Hasil evaluasi aspek input program BTQ di IAIN Pekalongan berada pada kategori sangat baik, dengan pertimbangan kualifikasi akademik dan kualifikasi kompetensi agama tenaga pendidik menunjukkan kategori yang baik. hanya saja terdapat satu indikator yang masih perlu diperbaiki yaitu sarana prasarana pendukung program BTQ yaitu berupa tersedianya handout/modul/rujukan pembelajaran BTQ belum maksimal.

3. Hasil evaluasi aspek proses program BTQ di IAIN Pekalongan berada pada kategori cukup, namun dalam pelaksanaan pembelajaran BTQ dalam pernyataan alokasi

(13)

13

waktu pembelajaran belum berjalan sesuai dengan rencana atau belum efektif dan efesien sesuai dengan standar pembelajaran.

4. Hasil evaluasi aspek produk program BTQ di IAIN Pekalongan berada pada kategori cukup. Program BTQ dalam hal ini telah memenuhi target kemampuan membaca al-Qur’an dengan benar sesuai kaedah ilmu tajwid, namun dari sisi kemampuan psikomotorik mahasiswa yaitu kemampuan menulis sesuai dengan data angket pernyataan mahasiswa banyak memilih belum memiliki kamampuan cukup dalam hal menulis al-Qur’an maka perlunya tindak lanjut dalam hal kemampuan menulis al-Qur’an.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: rineka cipta.

Arikunto, Suharsimi, dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul, (2014), Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis dan Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Buku Pedoman Pelaksanaan Kajian Kitab Turast, Tahfidz, Dan Baca Tulis Al-Qur’an, (2017) Ma’had al-Jami’ah IAIN Pekalongan

Gade, Fitrihani, (2014), Implementasi Metode Takrar Dalam Pembelajaran Menghafal Al-Qur’an, Jurnal Didaktika, XIV (2) : 413-425

Fattah, Nanang, (2012), Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Ihwan, Mahmudi, (2011), CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan, Jurnal At-Ta’dib, 6 (1) : 111-125

Muyana, Siti, (2017), Context Input Process Product (CIPP): Model Evaluas i Layanan Informasi, Proseding Seminar Bimbingan dan Konseling, 1 (1): 342-347

Muryadi, Agustanico, Dwi, (2017), Model Evaluasi Program Dalam Penelit ia n Evaluasi, Jurnal Penjas, 3 (1): 1-15

(14)

14

Ragil Agustin A.N, (2009). “Problematika Implementasi Program Baca Tulis Quran di MTsN Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta” Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga.

Rif’iyati, Dian, (2019), Penguatan Baca Tulis Al-Qur’an Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurnal Madaniyah, 9 (2): 297-312)

Sukardi, (2015), Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan, Jakarta: Bumi Aksara Stuflebeam, D.L. & Shinkfield, a. j. (1985). Systematic evaluation: a

self-instructional guide to theory and practice. Kluwer: nijhoff publisher Sugiyono. (2003). Metode penelitian administratif. Bandung: alfabeta.

Sukardi, (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara

Weiss, caroll h. (1972). Evaluation research. Canada: pentice-hall, inc new jersey. Worthen, B.R & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and practice.

Gambar

Gambar  1. Perbandingan  Indikator  Pada Aspek Context
Gambar  4.7. Perbandingan  Tiap  Indikator  Pada Variabel  Produk

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penyusunan skala kecemasan aspek emosi ini, diharapkan dapat menambah wawasan guru, untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan aspek emosi yang dialami oleh siswa kelas

a) Kelas dibagi menjadi delapan kelompok kecil, yaitu kelompok A, B, C, D, E, F, G, dan H. b) Setiap anggota kelompok kecil berjumlah 3-4 orang. c) Tempat duduk diatur

Pengajuan Izin Tinggal baru melalui permohonan Visa sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dilakukan sebelum Izin Tinggal berakhir, dalam hal Orang Asing overstay kurang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya kesehatan dan hikmat sehingga terselesaikannya laporan Skripsi yang berjudul E-Blast: Aplikasi E-mail Blast Berbasis Web

Dalam pembuatan ruangan Pringgitan ini juga dibentuk semi privasi karena berbeda dengan pendapa yang bersifat publik atau terbuka; (3) Dalem, merupakan ruang

Teknik

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki proses berpikir melakukan penyelesaian soal menggunakan pendekatan kontekstual memiliki kecepatan

Dari kesimpulan yang telah dihasilkan, serta pengamatan terhadap jalannya kegiatan branding Hipmi Peduli Jawa tengah berikut beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai