• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN) SKRIPSI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99

CAHAYA DI LANGIT EROPA

(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR

PENDIDIKAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NURHIDAYAH

NIM 111 11 136

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706.323433 Fax 323433Salatiga

50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : NURHIDAYAH

NIM : 11111 136

Fakultas : Tarbiyah

Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAN DALAM

NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR

PENDIDIKAN)

telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, Agustus 2015

Pembimbing,

Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag.

(3)

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA

(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN) DISUSUN OLEH

NURHIDAYAH NIM:111 11 136

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Drs. Bahroni, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag

Penguji I : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M. Si

Salatiga, 29 Agustus 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NURHIDAYAH

NIM : 111 11 136

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : S1-Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat-pendapat atau temuan

dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, Agustus 2015

Yang menyatakan,

NURHIDAYAH

(5)

MOTTO HIDUP

“Hidup ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya yang

tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikanlah

ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkan.

Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logikasebagai pendayung kapalmu,

ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai

jangkar dalam setiap badai cobaan.”(Ali bin AbiThalib)

PERSEMBAHAN Untuk Bapak (alm Mashudi), Ibu Siti Juariah, kakak-kakak dan andik-adikku tercinta yang menjadi inspirasi dan semangatku.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang dengan rahmad, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa (Telaah Kajian Dari

Aspek Unsur-Unsur Pendidikan) Karangan Hanum Salsabila Rais dan Rangga

Almahendra ini bisa terselesaiakan.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda

Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspirasi penuh keteladanan yang

senantiasa dinantikan syafa’atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam

juga disampaikan kepada keluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa

Istiqomah di jalankebaikan .

Penulis menyadarai bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya

Olehkarenanya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan kepada semuapihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga yang

senantiasa memberi wejangan inspirasinya.

2. Bapak Suwardi, M.Pd.,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan

(7)

3. Ibu Siti Ruhayati, M,Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr.H. Muh Saerozi, M.Ag. selaku pembimbing yang telah

meluangkan watunya untuk mengarahkan dan membimbing menulis

dalam proses penulisan skripsi.

5. Ibu Eva Palupi, S.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang

dengan kesabaranya, membimbing penulis dari waktu kewaktu.

6. Bapak dan Ibu dosen karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

7. Sahabat perjuang disafira tercinta, dan najwa yang senantiasa mendukung,

memotivasi saya disetiap waktunya.

8. Terimakasih mbak Endang dan akh Fikri yang telah meluangkan

waktunya untuk mengarahkan, membimbing, dan memotivasi saya

semoga kalian menjadi pasangan serasi dengan ikatan yang suci.

9. Sahabat perjuang di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) Salatiga tetaplah pada semangat nafas perjuangan menegagkan

dinnul Islam.

10.Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2011, terkhusus kelas D,

temen-temen PPL dan KKN terimakasih atas semua motivasi

kawan-kawan semua untuk senantiasa berjuang menjadi agen muslim yang

(8)

11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas

motivasinya semoga Allah senantiasa membalas kebaikan teman-teman

dengan sebaik-baiknya balasan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik secara subtansitif

ataupun teknis. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk

kedepanya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca

khususnya kepada penulis.

(9)

ABSTRAK

Nurhidayah. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa (telaah kajian dari aspek unsur-unsur pendidikan)karya Hanum

Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr.H. Muh Saerozi, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai-nilaiPendidikan Islam, Novel 99 Cahaya di Langit Eropa.

Pendidikan Islam adalah suatu komponen inti dalam dunia pendidikan. Karena manusia membutuhkan tidakhanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spiritual keagamaan agar terbentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Pendidikan didapat tidak hanya melalui sekolah formal saja. Pendidikan didapat dari mana saja. Salah satunya melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas yaitu novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. 2) Relevansi pendidikan Islam novel 99 Cahaya di Langit Eropa dalam kehidupan masyarakat muslim.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan interview dan documenter. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis (content analysis).

(10)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Penegasan Istilah ... 12

G. Sistematika Penulisan... 14

BAB II BIOGRAFI NOVEL A. Biografi Pengarang ... 16

B. Latar Belakang Penulisan Novel... 18

C. Dasar Pemikiran Pengarang Novel ... 20

D. Hasil Karya Hanum Salsabila Rais Dan Rangga Almahend 20

(11)

A. Unsur Pendidikan... 23

B. Nilai Pendidikan ... 37

1. Nilai Pendidikan Aqidah... 37

2. Nilai Pendidikan Ibadah ... 45

3. Nilai Pendidikan Akhlaq ... 49

BAB IV RELEVANSI DALAM PENDIDIKAN MASYARAKAT MUSLIM Relevansi dalam Kehidupan Masyarakat Muslim ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

2. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

3. Lembar Bimbingan Sekripsi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 bahwa entitas

manusia diciptakan di bumi adalah sebagai khalifah. Dalam sebuah kisah yang

diabadikan dalam Al-Qur’an tersebut, ketika Allah SWT mengatakan hal

tersebut kepada para malaikat, mereka protes. Mereka berpikir bahwa manusia

ini adalah makhluk yang suka berbuat kerusakan di bumi dan suka saling

membunuh satu sama lain. Kemudian Allah SWT menunjukkan kepada para

malaikat tersebut tentang keistimewaan Adam, yang merupakan manusia

pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Keistimewaan tersebut adalah

tentang ilmu yang diberikan Allah SWT kepada Adam (QS.

Al-Baqarah:30-32).

Sebuah entitas sebagai seorang khalifah yang bertugas mengelola dan

memimpin diberikan pengertian bahwa tugas tersebut bisa dilakukan dengan

bekal ilmu. Sehingga tugas sebagai seorang khalifah bisa terlaksana dengan

baik dan bisa memberikan kemanfaatan. Sedemikian pentingnya ilmu, maka

tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi

Allah maupun manusia (QS. Al Mujadilah:11). Bahkan syaithanpun kewalahan

terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah

(14)

Ilmu merupakan hal abstrak yang bisa dimiliki manusia ketika dia

menangkap ilmu tersebut. Semisal ilmu tentang komputer, seseorang akan

memiliki ilmu mengenai hal tersebut lantaran dia belajar atau diajari

bagaimana mengoperasikan sebuah komputer. Semisal juga ilmu tentang

berdagang, seseorang bisa memiliki kemampuan berdagang lantaran dia

mengamati atau belajar kepada ahlinya mengenai ilmu tersebut. Begitu juga

dengan ilmu agama seperti ilmu tentang shalat, wudhu, puasa, haji, membaca

Al-Qur’an, dan sebagainya.

Ilmu bisa didapatkan dari sebuah proses yang kemudian dinamakan

pendidikan. Pendidikan merupakan proses di mana seseorang mengembangkan

kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dia hidup.

Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan

untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak

yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan Islam adalah salah satu

komponen inti dalam dunia pendidikan. Karena manusia membutuhkan tidak

hanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spiritual keagamaan agar

terbentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

Namun, di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak

hanya bisa didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan

bisa didapat dari mana saja. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang

bermutu dan berkualitas. Di era sekarang, sudah ada beberapa karya sastra

(15)

hiburan semata namun juga banyak sekali mengandung nilai-nilai moral dan

pendidikan.

Memasukkan nilai-nilai pendidikan melalui cerita pun sudah ada sejak

dahulu,misalnya melalui kisah-kisah para nabi yang dikemas dalam sebuah

cerita sehingga anak-anak didik lebih mudah dalam mengambil ibrah dari

tokoh-tokoh para nabi dan mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu media penyampaian ilmu yang menggunakan model cerita ini

adalah novel. Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella artinya sebuah

barang baru yang kecil. Novel dapat mengemukakan sesuatu yang lebih bebas,

menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan banyak

melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks (Jothee, 2013:121).

Novel merupakan sebuah karangan yang panjang dan berbentuk prosa

serta mengandung rangkaian cerita yang sambung menyambung kehidupan

seseorang dengan orang lain di sekelilingnya yang menonjolkan karakter dan

watak pada setiap pelakunya. Dari pengertian lain bahwa novel

mendeskripsikan suatu kejadian dari semua tokoh-tokohnya, dimana

peristiwa-peristiwa itu memunculkan pergolakan batin yang terkadang mengubah

perjalanan nasib masing-masing tokohnya. Selanjutnya bahwa novel cenderung

meluas serta menitikberatkan kepada komplesitas, maksudnya adalah hal

pembawaan karakter, perwatakan, permasalahan yang dialami oleh semua

tokoh-tokohnya, serta perluasan dari latar cerita itu.

Para pakar neorologi melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk

(16)

sebagai sarana penelitian hasilnya menakjubkan, membaca ternyata memberi

efek yang kuat pada mental, memori, serta imajinasi dan kasih

sayang.Membaca novel juga dapat mengurangi stres, dapat meningkatkan kerja

otak, dapat meningkatkan daya ingat, dapat melindungi otak hingga hari tua,

menambah kosokata baru, merubah perwatakan sipembaca, meningkatkan

kreativitas dan masih banyak manfaat dari membaca novel.

Diantara novel Islami yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam,

salah satunya adalah novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila

dan Rangga Almahendra. Novel ini tidak hanya berisi tentang cerita fiktif

belaka, tetapi diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur’an maupun Hadis. Sehingga

cerita yang dipaparkan tidak sebatas imaginer, tetapi juga memiliki misi

edukatif. Misi edukatif ini bisa dilihat dari nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam dialaog-dialog tokoh dan juga cerita sejarah yang ada dalam

novel Best Seller tersebut. Di antara nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam novel ini adalah nilai pendidikan aqidah, ibadah, dan akhlaq

yang dikemas secara estetis dalam bentuk narasi.

Dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropaini dijelaskan tidak hanya

sekedar keindahan menara eiffel, Tembok Berlin, konser mozart, Colosseum

Roma, ataupun gondola-gondola di Venizia saja akantetapi juga sejarah

mengenai Islam yang pernah berjaya di Eropa.Eropa dan Islam, keduanya

pernah menjadi pasangan serasi. Namun kini hubungan keduanya penuh

pasang surut. Berbagai kejadian sejak sepuluh tahun terakhir –misalnya

(17)

Amerika, dan kontroversi kartun Nabi Muhammad- menyebabkan hubungan

dunia Islam dan Eropa mengalami ketegangan yang cukup serius. Masih ada

manusia-manusia dari kedua pihak yang terus memperburuk hubungan

keduanya. Luka dan dendam akibat ratusan tahun perang salib yang masih

membekas sampai hari ini.

Perang tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik saja. Akan tetapi dapat

menorehkan luka pada sejarah. Peristiwa penaklukan konstantinopel misalnya,

jihad tidak hanya menggunakan genjatan atau perang saja akantetapi

bagaimana menjadi agen muslim yang baik yang menebarkan kebaikan. Seperti

dalam Al-Qur’an surat Fushilat ayat 33 yang artinya bahwa “ucapan yang

paling baik adalah ucapan yang menyeru/mengajak kepada kebaikan”

Kisah-kisah tersebut diceritakan dengan bahasa yang menarik sehingga

tidak membosankan ketika dibaca lebih penting secara tidak langsung

kisah-kisah tersebut menginspirasi dan memotivasi karena sarat dengan nilai-nilai

pendidikan khususnya pendidikan Islam.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian dengan mengambil judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN). Judul tersebut penulis ambil dengan harapan bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat secara

umum khususnya umat Islam. Bahwa dimanapun kita berada kita memiliki

komitmen dan keyakinan dan menjadi agen muslim yang menebarkan

(18)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran latar belakang masalah di atas, penulis membuat

beberapa rumusan masalah sebagai langkah awal dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di Langit

Eropa?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di

Langit Eropa terhadap pendidikan Masyarakat Muslim?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel 99 Cahaya

di Langit Eropa.

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99

Cahaya di Langit Eropa terhadap pendidikan Masyarakat Muslim.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat menggali wacana baru

tentang karya-karya sastra yang mempunyai nilai-nilai pendidikan Islam.

Selain itu dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang pendidikan agama Islam, membangun kerangka berpikir aplikatif

(19)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai

berikut:

a. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu acuan penelitian-penelitian yang relevan di masa yang

akan datang.

b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan

efesien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui cara yang

inspiratif dalam mendidik siswa.

c. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan

menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak

hanya memuat tentang kehidupan dan hiburan semata sebagai daya jual

namun juga memperhatikan isi dan masukan pesan-pesan yang dapat

diambil dari karya sastra tersebut.

E.Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara

atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai

upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara

(20)

Metodologi ini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan

dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam

bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan

prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

kebenaran(Mardalis, 2002:24). Adapun komponen dalam metode penelitian ini

adalah:

1. Jenis dan Pendekekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),

dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptif of analyze

research). Deskripsi analisis ini mengenai biografis yaitu pencarian berupa

fakta, hasil dari ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,

menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap

hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005:29).

Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagi objek utama

analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian

dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan dalam

teks-teks dalam novel yang mengandung nilai pendidikan Islam dengan

menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks

yang dideskripsikan.

Penulis juga menggunakan pendekatan sastra dalam mengkaji subjek

penelitian ini yaitu pendekatan pragmatif. Pendekatan pragmatif adalah

pendekatan yang mendasarkan pada nilai guna dan manfaat karya sastra

(21)

Pandangan terhadap karya sastra (seni) secara pragmatis menggeser doktrin

“seni” (hanya untuk seni). Pendekatan ini digunakan karena

mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra (novel) yang

dapat diperoleh pembaca(Mu’min, 2008:28).

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:

a. Metode Penelitian Kepustakaan (library research)

Metode penelitian kepustakaan (library research)yaitu

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari data dan

informasi dengan bantuan macam-macam materi yang terdapat di

perpustakaan, misalnya beberapa buku, majalah, naskah, catatan dan

lain-lain (Kartono, 1990:33). Metode kepustakaan ini diambil karena

dalam hal ini penulis mencoba untuk menelusuri karya sastra yang perlu

ketelitian dan kejelian dalam menjalaninya, sehingga diperlukan

membaca dan memahami literatur-literatur yang ada kaitanya dengan

judul. Dan dengan melalui metode ini pula data-data tersebut penulis

susun menjadi karya ilmiah.

b. Metode Interview

Metode interview atau wawancara yaitu dialog yang dilalukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari orang yang di

wawancarai (Arikunto, 2002:126). Dalam metode interview ini peneliti

mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban

(22)

(Suhartono, 1999:67). Interviewini di lakukan dengan pengarang novel

99 Cahaya di Langit Eropa yaitu Hanum Salsabila dan Rangga

Almahendra. Hal-hal yang di ungkapkan dalam wawancara ini

berdasarkan atas draf yang telah dibuat.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2006:129). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data

yang digunakan adalah beberapa sumber yang releven dengan pembahasan

skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:

a. Data Primer

Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel 99

Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra

yang secara langsung menjadi objek dalam penelitian skripsi ini. Data ini

ditunjang dengan hasil interview dengan narasumber yang bersangkutan

dalam penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi interviewnya adalah

pengarang novel 99 Cahaya di Langit Eropa yaitu Hanum Salsabila dan

Rangga Almahendra.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu berbagai literatur yang berhubungan

dan relevan dengan objek peneliti, baik itu berupa transkip, wawancara,

buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiplay, dan blog

(23)

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah analisis isi,

yaitu dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman

atas teks-teks yang didiskripsikan. Isi dalam metode analisis ini terdiri atas

dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang

terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah

pesan yang terkandung sebagai akibat yang terjadi (Ratna, 2007:48).

Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisa

isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif

memberi perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode

analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode

analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti

menekankan bagaimana pemaknakan isi komunikasi, memaknakan isi

interaksi, simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna,

2007:49).

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel 99 Cahaya di

Langit Eropa yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data

adalah:

a. Langkah Deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel 99 Cahaya

(24)

b. Langkah Interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks adalam novel 99

Cahaya di Langit Eropayang berhungan dengan nilai-nilai pendidikan

Islam.

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel99 Cahaya di

Langit Eropayang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel

99 Cahaya di Langit Eropayang berhungan dengan nilai-nilai pendidikan

Islam.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman penafsiran terhadap judul penelitian

diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang

terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Nilai Pendidikan Islam

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999:667). Nilai (value) dalam pandangan

Brubacher tidak terbatas ruang lingkup. Nilai tersebut sangat erat dengan

pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks sehingga sulit

ditentukan batasannya (Muhaimin, 1993:109). Jadi manusia hidup di dunia

tidak terlepas dari adanya ikatan nilai. Karena nilai itu merekat pada

manusia dan mampu memberi arti bagi manusia.

Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

(25)

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuia dengan norma

Islam (Materi UKL PAI, 2014: 25).

Pendidikan Islam adalah bentuk kepribadian muslim. Cirinya adalah

perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan perunjuk dan ajaran Islam.

Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup

yang menunjang keberhasilannya (Darajat, 2011:27).

Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.

Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu

pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan amal, karena ajaran

Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat,

menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama. Oleh karenanya,

pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat

(Darajat, 2011:28).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpukan bahwa

pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memeilihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta membentuk akhkaq yang baik

sehingga tercipata kepribadian muslim yang berakhlaqul karimag.

2. Novel 99 Cahaya di Langit Eropa

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis adanya naratif.

Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikah, 2013:126). Novel merupakan salah

satu bentuk karya sastra prosa fiksi yang mengandung beberapa unsur

pokok, yaitu: pengarang dan narator, isi penciptaan, media penyampaian isi

(26)

membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi sesuatu wacana. Pada

sisi lain dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya

melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun monolog, dan melalui

perbuatan (action) (Aminudin, 1991:66).

Dalam penelitian kali ini penulis akan meneliti isi dari novel 99

Cahaya di Langit Eropayang diterbitkan oleh Kompas Gramedia sebagai

bahan penelitian yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.

G.Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,

yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri darisampul,

lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman abstrak,

halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian inti atau isi dalam penelitian ini penulis menyususn kedalam lima

bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan

amaslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II BIOGRAFI NOVEL

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: biografi Hanum Salsabila

Rais dan Rangga Almahendra, latar belakang penulisan novel, hasil

(27)

BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Nilai-nilai pendidikan

Islam dan telaah kajian unsur-unsur pendidikan Islam dalam novel

99 Cahya di Langit Eropa.

BAB IV RELEVANSIDALAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

MUSLIM

Dalam bab ini akan disajikan analisis mengenai relevansi nilai-nilai

pendidikan dalam kehidupan masyarakat muslim dalam novel 99

Cahya di Langit Eropa.

BAB V PENUTUP

(28)

BAB II

BIOGRAFI NOVEL

A. Genealogi Keluarga Pengarang 1. Hanum Salsabila Rais

Hanum Salsabila Rais, lahir pada tanggal 12 April 1981 di

yogyakarta anak kedua dari empat bersaudara dari Muhammad Amin

Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu. Hanum di besarkan di Yogyakarta

dan menghabiskan waktunya untuk menulis.

Pengalaman pendidikan Hanum di awali dari SD

Muhamadiayah hingga menempuh pendidikan SMA Muhamadiyah 1

Yogyakarta. Selesai menamatkan SMA Hanum melanjutkan ke UGM

(Universitas Gajah Mada) mengambil jurusan kedokteran gigi hingga

hanum menamatkan sarjananaya pada tahun 2004 di Universias Gajah

Mada (UGM).

Hanum Mengawali karir sebagai jurnalis dan presenter di Trans

TV. memulai petualangan di Eropa selama tinggal di Australia

bersama suaminya Rangga Almahenrda dan bekerja untuk proyek

video Podcast Executive Academy di WU Vienna selama 2 Tahun. Ia

juga tercatat sebagai koresponden detik.com untuk kawasan Eropa dan

sekitarnya.

Tahun 2010, Hanum menerbitkan buku pertamanya, Menapaki

(29)

Sebuah novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga dan mutiara

hidup (R/B/08-08-2015/11.00 WIB).

2. Rangga Almahendra

Rangga Almahendra, lahir pada 25 Januari 1981 di Cilacap anak

pertama dari dua bersaudara dari Marton Muslim dan Henny Listiyani.

Rangga dibesarkan di cilacap dan menghabiskan waktunya sebgai

pengajar Dosen FEB di UGM dan menjadi dirut AdiTV.

Pengalaman pendidikan di awali di SD di Yogyakarta hingga

SMA. Selesai menamatkan studinya di Yogyakarta Rangga

melanjutkan di perguruan tinggi di ITB mengambil Jurusan Teknik

Material di Yogyakarata. Menyelesaikan S1 nya pada tahun 2002 dan

di lanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Pasca Sarjana)

dan selesai pada tahun 2004 dengan nilai cumlaude.

(R/B/S/08-08-2015/11.00 WIB).

Pada tahun 2006 Rangga mendapatkan beasiswa dari pemerintah

Austria untuk studi S3 di WU Vienna, Rangga berkesempatan

berpetualang bersama sang Istri menjelajahi Eropa. Pada tahun 2010

ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar Doktor di bidang

International Busnis dan Management.

Saat ini ia tercatat sebagai dosen di Johanes Kepler University

(30)

PT Astra Honda Motor dan ABN AMRO Jakarta

(R/B/S/08-08-2015/11.00 WIB).

3. Karya-karya Hanum Salsabila Rais

Sebagai seorang penulis dia tergolong seorang penulis yang

produktif. Selama kurunwaktu 3 tahun sudah beberapa buku yang ia

hasilkan. Dan beberapa diantaranya termasuk dalam kategori best

seller. Adapun karya-karya Hanum yang di publikasikan antara lain

adalah:

- Menapak Jejak Amin Rais

- 99 Cahaya di Langit Eropa

- Berjalan di Atas Cahaya

- Bulan Terbelah di Langit Amerika

B. Latar Belakang Penulisan Novel

Pada waktu itu Hanum bekerja di Trans TV sebagai episenter

pada waktu itu Hanum di hadapkan pada dua pilihan untuk melanjutan

karir atau menemani suaminya, dan kemudian Hanum konsultasi

kepada bapaknya (Amin Rais) dan Amin Rais menasehati dengan dua

nasehat yang pertama adalah family must came first (keluarga adalah

yang nomer satu). Tugas seorang istri adalah untuk mendampingi

seorang suami kemanapun suami pergi dan bumi Allah itu luas artinya

rizki itu bisa didapatkan dari mana-mana. Pada akhirnya Hanum

(31)

Kegiatan sehari-hari Hanum di Austria adalah menjadi ibu

rumah tangga memasak untuk suaminya (Rangga) karena di Austria

mencari makan yang halal sangat kesulitan kebanyakan makanan di

Austria adalah babi. Setiap istirahat Hanum membawa makan siang

untuk suaminya, setelah makan siang Hanum tidak langsung pulang

akan tetapi Hanum pergi ke perpustakaan dengan membawa laptop

dan mengetik. Buku pertama Hanum adalah menapak jejak Amin Rais

itu adalah hadiah kado ulang tahun dari seorang putri untuk anaknnya.

Karena pada waktu Hanum ulang tahun Hanum diberi kejutan hadiah

ulang tahun oleh bapaknya berupa kue tart yang membuat Hanum

begitu terharu pada saat itu, karena kali pertama itu bapaknya

memberika kejutan ulang tahun kepadanya, “sederhana tapi

bermakna”, kata Rangga saat diwawancarai, dan terlintas dalam benak

Hanum untuk membalas kebaikan bapaknya maka menulislah buku

yang pertama tadi yaitu menapak jejak Amien Rais dan Rangga pun

mendorongnya buku itu untuk diterbitkan dan akhirnya sukses di

pasaran dengan penjualan lebih dari 2000 buku terjual laris.Kemudian

Rangga sebagai seorang suami terus memotivasi, memberi semangat

istri tercinta dengan menantang Hanum untuk membuat buku yang

lainnya dan akhirnya dengan semangat yang diberikan suaminya

Hanum terus berkarya dengan menulis, hingga terbitlah novel yang

berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa hasil karya Hanum Salsabila Rais

(32)

C. Dasar Pemikiran Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra Kebanyakan masyarakat Islam Indonesia adalah Islam pobia

bahwa masyarakat Indonesia kebanyakan muslim tapi tidak bangga

dengan agamanya sendiri. Kenapa bisa seperti itu karena selama ini

Islam-Islam yang radikal yang diberi kesempatan untuk tampil di

media, buku-buku, koran sehingga kebanyakan yang terjadi adalah

sesama Islam saling bermusuhan dan Islam yang dikenal selama ini

adalah Islam itu diidentikkan dengan yang radikal, violence

“kekerasan”, terorizem, dan sebagainya.

Maka novel 99 Cahaya ini menjadi the foice of moderat Islam

suara Islam yang moderat yang mewakili suara muslim yang cinta

damai, yang sebetulnya 99% banyak yang tidak diwakilkan di

media-media lain. Buku ini akan banyak mengisahkan sejarah peninggalan

Islam. Muslim 99% adalah yang cinta damai bahkan 100% bahwa

muslim cinta damai (R/S/08-08-2015/11.00 WIB).

D. Hasil karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra

Hanum adalah salah satu penulis Indonesia yang sangat produktif

dalam menghasilkan karya sastra yang diantaranya adalah 99 Cahaya di

Langit Eropa yang mendapatkan antusias tinggi di masyarakat Indonesia

(33)

seller,bahkan novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu

yang kini sudah berhasil menembus negara tetangga seperti Malaysia.

Berikut ini salah satu contoh karya-karya Hanum yang telah

diterbitkan dan sudah tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian

karyanya sudah diterjemahkan kedalam bahasa melayu yang mana buku

tersebut banyak mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral salah

satunya adalah Menapak Jejak Amin Rais

Novel ini mengisahkan kedekatan antara anak dan Bapak,

Amin dikenal sebagai seorang tokoh politisi dan juga tokoh

revormasi, akantetapi banyak orang tidak tahu pak Amin adalah

seorang bapak yang bisa mengajarkan tentang mutiara hikmah atau

pesan-pesan untuk anaknya.

Kisah dalam novel ini dimulai ketika keluarga Amin Rais

mendapat tekanan yang luar bisa dari orang suruhan rezim maupun

pasca reformasi, saat Amin Rais mendirikan partai PAN dan

bertarung dalam pemilu demokrasi pertama setelah reformasi,

ketabahan dan ketegaran ibunya dalam men-support perjuangan

bapaknya sangat berpengaruh di dalam kehidupan keluarganya, yang

menjadikan bapaknya berani, tetap kuat dan bisa bertahan hingga

sekarang.

Dalam novel ini dikisahkan pula tentang kenangan-kenangan

(34)

novel ini Hanum juga bercerita soal bagaimana pak Amin seorang

tokoh politik yang sibuk tetapi tidak meninggalkan kewajiban dan

tanggungjawabnya sebagai seorang suami dan Bapak dari

anak-anaknya yang tetap mendidik mereka memberikan teladan yang

(35)

BAB III

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

A.Unsur Pendidikan

Pendidikan Islam adalah mendidik akhlaq, dan jiwa mereka,

menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan

kesopanan yang yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang

suci seluruhnya ikhlas dan jujur (Assegaf, 2014: 225).

Menurut teori Muhadjir (1993:1-4) ada lima unsur-unsur pendidikan

dianatarnya yaitu:

1. Pemberi

Pemberi yang dimaksud di sini adalah pendidik (penulis novel).

Dalam suatu transformasi ilmu, tanpa adanya pendidik maka tidak akan

berlangsung yang namanya transformasi ilmu. Kedua unsur tersebut adalah

pemberi dan penerima keduanya merupakan kunci bagi terjadinya

pendidikan. Maka Hanum dan Rangga dalam konteks novel ini di

kategorikan sebagai subjek atau yang menyalurkan ilmu pengetahuan.

Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik memiliki peran

yang menentukan, sebab bisa dikatakan pendidik merupakan kunci utama

terhadap kesuksesan pendidikan. Untuk itu seorang pendidik harus

memenuhi persyaratan tertentu yang memadai.

Menurut Langeveld dalam (Sadulloh, 2014:2) bahwa pendidikan

adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang

(36)

dua manusia yang terkait, yaitu orang dewasa, dialah yanng menjadi

pendidik, dan anak (manusia yang belum dewasa) yang menjadi peserta

didiknya. Jadi pendidik adalah orang dewasa yang secara kodrati atau

karena tugasnya bertugas untuk membimbing anak menjadi dewasa.

Pendidik harus orang dewasa karena tidak mungkin pendidik

membawa anak sebagai manusia yang belum dewasa dibawa kepada

kedewasaannya oleh manusia yang belum dewasa. Jadi pendidik harus

manusia yang sudah dewasa. Membawa anak kepada kedewasaannya bukan

hanya sekedar dengan nasaehat, anjuran, perintah, dan larangan saja,

melainkan yang peretama-tama ialah dengan gambaran kedewasaan yang

senantiasa dibayangkan oleh anak didik, dalam istilah Langeveld disebut

situasi pendidikan.

Orang dewasa benar-benar sadar akan dirinya sendiri, ia sadar siapa

dirinya, ia sadar apa yang diperbuat, baikkah atau burukkah perbuatan itu.

Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan akan menyangkut persoalan moral,

dan persoalan susila dan kesusilaan. Orang dewasa bertanggung jawab atas

segala perbuatannya. Pada dirinya telah terjadi keharmonisan antara jasmani

dan rohani. Kepribadianya, baik psikologi maupun moralnya telah setabil.

Kesetabilan inilah yang memungkinkan orang dewasa dapat melakukan

hubungan masyarakat, seperti memilih pekerjaan, hidup berkeluarga dan

berumah tangga, hidup dalam kebersamaan dalam kehidupan bersama

(37)

Hanum dapat disebut pendidik sebab telah memberi kontribusi yang

baik kepada Masyarakat, yaitu melaui karya tulis yang berupa novel 99

Cahaya di Langit Eropa. Dalam novel tersebut banyak sekali nilai-nilai

pendidikan Islam yang dapat kita ambil manfaatnya.

2. Penerima

Unsur ke dua dalam suatu pendidikan yaitu adanya penerima (peserta

didik/objek). Penerima di sini adalah pembaca novel karangan Hanum

Salsabila dan Rangga Almahendra. Adapun sasaran dari novel 99 Cahaya di

Langit Eropa tidak hanya kaum muslim saja akan tetapi dari kalangan

umum ((R/P/S/08-08-2015/11.00 WIB).

Kaum disini yang di maksud adalah beda agama, suku ras bahasa

ataupun negara, agar pembaca senantiasa menikmati ilmu yang di paparkan

melaui novel ini. Dengan membaca novel ini, pembaca senatiasa akan

penasaran dengan Islam dan sejarah masa lampau sehingga pembaca akan

memcari pengetahuan tentang sejarah peradapan di Eropa.

Dalam berdakwah bukan hanya ke dalam saja akan tetapi juga ke luar

sehingga yang ke dalam itu akan membuat umat muslim semakin bangga

terhadap Islam sedangkan yang ke luar yang tadinya tidak mengenal Islam

yang tadinya menganggap Islam itu radikal, dan menggap agama Islam itu

agama yang tidak baik akan berubah pikiran tentang Islam. Ternyata Islam

itu penuh dengan kasih sayang ucap Rangga saat diwawancarai

(38)

Adapun sasaran novel diantaranya adalah mereka yang berbeda

Agama, suku dan Ras. Di Indonesia banyak sekali beragam agama di

anataranya adalah agama Islam, Hindu, Budha, kristen katolik dan masih

banyak lagi agama. Akantetapi buku ini di tujukan untuk semua kalanagan

baik itu agama, ras ataupun suku karena dalam berdakwah nabipun tidak

memandang strata sosial, maupun agama.

Akantetapi novel ini lebih ditekankan untuk kaum muslim agar kaum

muslim lebih mengenal Islam, tidak hanya sekedar mengetahui ajaran-ajaran

syariat namun lebih dari itu yaitu mengetahui secara kaffah (menyeluruh)

salah satu contohnya yaitu mengetahui sejarah Islam masa lampau dan

mengetahui kontribusi yang telah diberikan generasi Islam pada masa

lamapau. Dengan mengetahui Islam lebih mendalam maka kita sebagai

umat Islam bertambah kecintaaanya terhadap Islam.

3. Tujuan Baik

Kedua unsur tersebut belum memberi rona pendidikan, seperti

majikan-pekerja, penjual-pembeli, penyelenggara-pengunjung pasar

malam,oleh karena itu dipersyaratkan unsur yang ke tiga yaitu, adanya

“tujuan baik” dari yang memberi bagi perkembangan atau kepentingan yang

menerima. Agar anak pandai, agar orang menjadi ahli, agar orang

bertambah cerdas, agar orang berkepribadian luhur, agar orang toleran, agar

anak pandai membaca dll. (Muhadjir, 1993:2)

Tujuan pendidikan menurut Sadulloh (2010:93) adalah lebih

(39)

masyarakat dan bangsa. Dalam pendidikan tentu ada sebuah tujuan yang

hendak dicapai, adapun tujuan pendidikan menurut Sadulloh (2010:74)

harus mengandung tiga nilai yaitu sebagai berikut:

a. Autonomy

Autonomy, yaitu memberi kesadaran, pengetahuan, dan

kemampuan secara maksimal kepada individu maupun kelompok, untuk

dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih

baik. Seperti dalam kutipan novel di bawah ini.

“...kau tentu pernah mendengar tentang Universitas Sorbonne, kan? Sewaktu kuliah dulu, aku sering menghabiskan waktu disini, di daerah Latin Quarter.salah satu tempat favoritku di Paris.”

“jadi dulu kau mengambil kuliah di Sorbane? Bidang apa?”tanya Rangga.

“Aku mengambil jurusan sejarah. Lebih sepesifik lagi Studi Islam abad pertengahan,” kata Marion sambil menghidupkan mesin mobil. Aku dan Rangga langusng mendeduksi mengapa marion akhirnya memilih untuk masuk Islam.

“Jadi itu yang membuatmu mengenal Islam?”tanyaku sambil duduk di sebelah Marion dan mengencangkan sabuk pengaman. Marion menjawab dengan senyum (Rais dan Almahendra, 2011:134).

Dari dialog di atas pengarang ingin menjelaskan tentang

pendidikan Islam, bahwa suatu Ilmu itu datangnya tidak secara tiba-tiba

akantetapi melalui sebuah proses yaitu usaha sadar. Marion adalah

seorang mualaf yang belajar Islam disebuah Universitas Sorbone dengan

bekal Ilmu agama akhirnya Marion memutuskan untuk Masuk Islam. Di

tengah masyarakat non Islam Marion dapat hidup mandiri dan hidup

(40)

b. Equity(Keadilan)

Tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada

seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan

kebudayaan dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan

dasar yang sama. Pendidikan didapatkan dari sekolah formal maupun non

formal. Sehingga pendidikan memberi kesempatan bagi masyarakat

untuk senantiasa belajar dimanapun dan kapanpun kita berada selama itu

baik untuk diri kita dan masyarakat. Seperti kutipan novel dibawah ini

“Lalu Fatma meluncurkan ide untuk mengkaji Al-Qur’an. Kebetulan aku, Latife, dan Fatma sama-sama datang dari Istanbul. Lalu karena aku dan Fatma kurang bisa berbahasa Jerman, kami meminta Latife mengajari kami,”ungkap Oznur menjawab rasa penasaranku tentang awal pertemanan mereka (Rais dan Almahendra, 2011:91).

Dari kutipan di atas penulis berusaha menjelaskan bahwa antara

yang medapatkan pendidikan formal yang lebih tinggi dengan yang tidak

mengenyam pendidikan formal pun dapat belajar bahasa Jerman, bahasa

Inggris dan juga mengkaji Al-Qur’an.

Terkadang orang yang tak mampu untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi adalah orang-oarang yang memiliki

kecerdasan yang tinggi, akantetapi karena ketidak mampuan untuk

membiayai pendidikan maka mimpi-mimpi untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih tinggi mejadi kandas.

c. Survive

Survive yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin

(41)

Pewarisan yang dimaksud di sini tidak hanya berupa harta saja akan

tetapi ilmu yang bermanfaat yang senantiasa diajarkan dari generasi ke

genarasi berikutnya, baik itu berupa ajaran akhlak atau peninggalan

bersejarah seperti masjid, lukisan-lukisan yang mengandung makna

pendidikan agar generasi yang akan datang mengetahui antara yang benar

dan salah.

Seperti dalam kutipan novel di bawah ini

The true city of lights, kota seribu cahaya, Cordoba. Kota yang

mengispirasi banyak orang Eropa. Kami terpana melihat bangunan besar yang ditunjuk Gomez barusan. Cahaya yang paling terang tadi ternyata dipancarkan bangunan yang paling kucari selama ini. Masjid atau Mazquita dalam bahasa sepanyol. Bangunan yang kini telah menjadi gereja. Dan memang nama bangunan itu adalah the katedral adalah the Mosque Cathedral (Rais dan Almahendra, 2011:239).

Suara nyanyian dari bangunan itu lagi-lagi mengingatkanku akan sesuatu. Masjid ini sudah berubah menjadi gereja. Dan bangunan yang terpatri ditengah itu adalah tempat ibadah yang baru, altar gereja yang setiap waktu menggelar misi dan kebaktian (Rais dan Almahendra, 2011:257)

Dari kutipan novel di atas penulis menjelaskan bawa dengan

adanya peninggalan sejarah berupa masjid yang berada di Cordoba.

tentunya umat Islam mengetahu sejarah masjid tersebut menjadi Gereja

tentunya melalui peninggalan ilmu sejarah kita bisa mengetahunya.

Berdasarkan ketiga nilai tersebut pendidikan mengemban tugas untuk

menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang

(42)

4. Cara atau Jalan yang Baik

Setelah diuraikan ketiga unsur di atas maka unsur pendidikan yang

selanjutnya adalah cara atau jalan yang baik. Baik dalam cara/jalan dapat

terkait pada nilai, dapat pula terkait pada hakikat yang menerima

(objek/peserta didik) dan dapat pula terkait pada hakikat yang memberi

(pendidik/penulis novel/subjek) (Muhadjir, 1993:3).

Objek di sini adalah pembaca novel, sedang subjek adalah penulis

novel yang memberikan segenap pikirannya melalui karya tulisan yang bisa

dinikmati bagi pembacanya yang tentunya bisa memberikan kebermanfaatan

bersama. Di sini penulis memilih berdakwah lewat tulisan bukan

semata-mata berdakwah dengan metode ceramah. Di atas juga sudah dijelaskan

bahwa suatu pendidikan itu harus ada yang namanya tujuan baik.Dalam

novel ini banyak mengisahkan tentang arti kejujuran, akhlaq terhadap

tetangga, mendamaikan antara saudara. Kebudayaan Eropa yang tak terlepas

dari kebudayaan Islam, menebar kebaikan dengan siapapun dan masih

banyak hal-hal positif yang lain yang dapat diambil hikmahnya.

Hidup dalam lingkungan minoritas yang membawa misi Islam maka

tidak sepatutnya dengan cara kekerasan, menolak dengan peraturan yang

sudah ada. Sebagai muslim yang baik maka dalam berdakwah hendaklah

dengan cara yang baik, semisal dengan pikiran yang baik, berakhlaq yang

baik, dan juga prestasi yang baik membuat mereka bangga dengan

(43)

Adapun cara penulis agar pembaca memahami isi novel yaitu dengan

menggunakan bahasa sesederhana mungkin dan seolah-olah pembaca di

ajak langsung berkomunikasi dengan penulis novel. Untuk dapat memahami

suatu kalimat yang ada dinovel maka perlu adanya penjelasan tentang

sebuah apresiasi karya sastra. istilah apresiasi sastra berasal dari bahasa latin

apreciatioyang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”.

Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gov

mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan

pemahaman, pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan

yang di ungkapkan pengarang.

Menurut Squire dan Taba dalam buku (Aminudin, 1991:34),

berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi terhadap pendidikan

melibatkan tiga unsur inti yaitu:

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif yaitu berkaitan dengan keterlibatan intelektual

pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraaan yang bersifat

objektif. Unsur-unsur kesastraaan yang bersifat objektif tersebut, selain

dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung

dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan

unsur-unsur di luar teks sastra yang secara langsung menunjang

kehadiran teks sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sastra yang bersifat

objektif itu misalnya tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana

(44)

unsur ekstrinsik yaitu: berupa biografi pengarang, latar, penciptaan,

maupun latar sosial-budaya yang menujung kehadiran teks sastra. Seperti

penggalan kalimat berikut:

Teng...teng..teng....

Nan jauh di kota Wina sana, lonceng gereja bertalu-talu gereja kecil yang ada di Kahnlerberhg pun tak mau kalah menyahut. Suara loncengnya berdentang bertkali-kali

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, mata hari semakin menenggelamkan diri keperistirahatanya. Ekor sinarnya yang berwarna semburat jingga terlihat begitu anggun. Suguhan lukisan alam yang semakin indah pada singga hari. Dari mataku aku mengindra tiga horizon panorama. Paling atas adalah langit gelap dan matahari yang terbenam. Ditengah adalah bangunan-bangaun tinggi bercahaya yang kuyakini sebagian besar adalah gedung pencakar langit dikomples markas besar PBB, Gereja, dan menara pemancar. Paling bawah adalah sungai Danobe, simfoni gemercik airnya bisa terdengar dari atas bukit Kahlenberg. Komposisi pemandangan langka dimataku (Rais dan Almahendra, 2011:32).

Dari penggalan kalimat di atas pembaca diajak untuk senantiasa

memahami makna-makna tersurat yang ada dalam novel 99 Cahaya di

Langit Eropa. Dengan membaca kalimat-kalimat diatas pembaca

seolah-olah diajak untuk meraskan tempat yang di gambarkan penulis secara

langsung.

b. Aspek Emotif

Aspek emotif ini berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi

pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks

sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam

upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu

dapat berupa bahasa atau paparan yang mengandung makna atau bersifat

(45)

tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.

Seperti penggalan dialog berikut:

“...dalam perjalanan kembali ke Wina, aku masih tak menyangka Fatma bisa membalas penghinaan ketiga turis itu dengan cara tak terbayangkan.

Cara berfikir ku tak mampu menggapai berfikir seorang perempuan, ibu rumah tangga, yang takmengenyam pendidikan terlalu tinggi bernama Fatma. Emosi dan persaan tersinggung terkadang terlalu kelam dalam diri, menutupi cara berfikir untuk membalas dendam dengan cara luar biasa elok, elegan, dan jauh lebih berwibawa dari pada sekedar membalas dengan perkataan atau sikap antipati.

“kau menulis apa di kertas itu fatma?”

Hanaya kata-kata itu yang akhirnya terucap dari bibirku setelah sekian lama di dalam bus.

“aku Cuma tau sedikit bahasa inggris, Hanum. Aku hanya menulis ‘hai, i am Fatma, a Muslim from Turke’ lalu kutilis alamat email -ku. Itu saja.”

Hari itu Fatma, orang biasa yang baru kukenal dua minggu lalu dikelas bahasa Jerman, memberiku pelajaran luar biasa. Aku tak perlu mendengarkan para ustadz atau ulama di TV yang mengajarkan arti kesabaran dan menahan Emosi. Aku juga tak perlu mendengarkan khutbah para motivator hidup dan kesuksesan yang semakin menjamur di layar kaca. Aku juga tak perlu membaca kutipan kata-kata wisdom of life dari para tuweet dan face booker. Hari itu Fatma memberiku pesan yang sangat jelas, konkret tentang cara menahan diri yang belum tentu bisa dilakukan sembarang orang.

“bagaimana kau bisa tak marah sedikitpun, Fatma?” tanyaku lagi “tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga jadi Emosi jika mendengar hal yang tak cocok di Negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, Indah, yang membawa keberkahan di komunitas non Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.”

“tapi, bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak -injak?” sanggahku.

Fatma terdiam dia tersenyaum lembut, lalu mengambil nafas dalam-dalam.

(46)

Dari penggalan dialog di atas kita tahu sosok Fatma. Disini penulis

berusaha menjelaskan dengan adanya tokoh Fatma yang senantiasa

berhasil menjadi agen muslim yang baik yang menebarkan kebaikan di

tengah-tengah non muslim.

Ketika membaca dialog di atas pembaca diajak untuk senatiasa

meneladani sifat Fatma yang memilki sifat kasih dan sayang dan

memiliki perilaku yang baik dengan siapapun baik itu beda agama

ataupun sesama muslim. Semua itu bisa dilihat ketika negara Turky

diejek oleh turis akantetapi Fatma tidak membalas dengan ejekan

melainkan dengan kebaikan, yaitu dengan cara membayarkan semua

pesanan makanan si turis tersebut dan memberikan secarik kertas

bertuliskan nama Fatma dan asal tinggalnya, serta diberi alamat email.

Dan akhirnya si turis pun masuk Islam.

Aku yakin, sebagian besar manusia yang berpindah agama untuk

memeluk Islam bukanlah mereka yang terpengaruh debat dan diskusi

antara gama. Bukan terpaksa kerena menikah dengan pasangan beda

Agama. Bukan mereka mendengarkan ceramah agama Islam yang berat

dan terjamah oleh pikiran awam manusia akantetapi sifat keteladananlah

yang membuat orang jatuh cinta dengan Islam.

c. Evaluatif

Berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap

baik buruk, indah tidak indah sesuia tidak sesuai, serta sejumlah ragam

(47)

secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain,

keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga

setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks satra yang dibaca

sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga

mampu melaksankan penilaian.

“...jadi selama kau selalu menyimpan dan memcbaca emailku?” Fatma mengguk pelan. Tiba-tiba rasa bersalah menggejala di diriku. Perjalanan di Eropa adalah obsesi kami berdua. Dan aku merasa bersalah karena selama 3 tahun ini aku telah membuatnya tertinnggal sendirian dengan mimpi-mimpinya karena akhirnya hanya aku sendiri yang menempuh perjalanan itu.

“aku paling geli dengan pengalamanmu meminta izin shalat di Cordoba. Aku tertawa membaca emailmu. Harusku katakan kepadamu, taukah kau siapa yang bernah berurusan dengan polisi Sepanyol karena terlibat insiden dengan petugas di Mizquita? Mereka adalah Latife, Oznur, dan puluhan orang dari komunitas generasi muda Muslim di Austri!”

Aku dam Rangga terhenyak. Kami langsung tertawa.

“tapi kejadian itu dibesar-besarkan oleh media barat, Hanum. Kau tahukan, Dunia sedang demam Islam Phobia. Dan kejadian seperti itu merupakan makanan empuk bagi media kau tahulah, kaukan bekerja sebagai jurnalis. Tapi sudahlah aku hanaya bisa berharap suatu saat nanti Mezquita bisa menjadi musium saja agar tidak pernah ada kontroversi lagi.”

Lagi-lagi kata Fatma, sama persis dengan perkataan sergio. Aku tersadar dengan Islam Phobia yang selama ini terus dinyalakan oleh pihak-pihak yang tak menginginkan perdamaian.

“kau tau Hanum, terkadang Islam Phobia itu di pupuk oleh oknum -oknum saudara muslim kita. Dan kita-kita inalah yang menjadi korbanya. Hanya satu yang bisa kita lakukan, meski itu sepele dimata kebanyakan, sedikit demi sedikit menggerus islam Phobia itu dengan menjadi, kautaulah....” Fatma tersenyum. Aku tau yang dia maksudkan tak lain dan tak bukan:”menjadi agen muslim yang baik”.

(48)

Dari kutipan-kutipan dialog diatas penulis berharap kepada

pembaca untuk senatiasa membaca dengan penuh penghayatan,

merespon dan kemudian meneladani seperti tokoh-tokoh yang disebut di

atas.

5. Konteks yang Positif

Aktifitas pendidikan terjadi tidak hanya antara ke empat unsur dasar

tersebut, ada unsur yang ke lima yaitu konteks positif. Suatu konteks dapat

berperan positif dapat pula negatif. Akan tetapi upaya pendidikan perlu

secara aktif menyisihkan yang negatif atau mengubahnya menjadi positif,

atau mengoptimalkan peran positif agar yang negatif proporsional menjadi

minimal. Konteks dalam keadaan adanya memberi dampak kepada aktivitas

pendidikan. Konteks yang dirancang perankan memberi pengaruh atau efek

pada aktivitas pendidikan (Muhadjir, 1993:4).

Dalam novel ini kata-kata yang sering mucul adalah menjadi agen

muslim yang baik yang menebarkan kebaikan kata-kata tesebut ringan akan

tetapi mengandung makna yang luar biasa. Seperti dalam kutipan dialog

dalam novel sebagai berikut:

“...aku berusaha membaca pesan yang tertera dalam kertas besar tersebut. Bahasa jerman yang rumit membuatku lama berdiri menatatapnya, berusaha menyerap arti kata perkata.

Syiar muslim di Austria

1. Tebarkan senyum indahmu 2. Kuasai bahasa Jerman dan Inggris 3. Selalu jujur dalam berdagang

Aku bertanya-tanya. Apa sebenarnya maksud tulisan ini?

(49)

Dari kutipan di atas maka novel 99 cahaya di Langit Eropa

mengajarkan kita untuk senantiasa menjadi agen muslim yang baik yang

menebarkan kebaikan. Fatma dan ketiga Turki itu mengajarkan jihad

dengan cara yang lebih indah. Mereka memang Cuma berempat. Yang

mereka lakukan juga sesuatu yang sepele. Tapi hal-hal sepele ini membuat

seorang Ezra jatuh cinta dan kemudian memeluk Islam. Mereka adalah

bulir-bulir muslim sejati yang patut diteladani.

B. Nilai Pendidikan 1. Nilai Akidah

Akidah adalah aspek ajaran Islam yang membicarakan pokok

keyakinan tentang Allah Sang Pencipta (Al-Khalik) dengan alam semesta

sebagai ciptaan Allah atau makhluk, termasuk bagaimana hubungan antara

manusia sebagai makhluk dengan makhluk lain berupa lingkungan, rohani,

sosial, maupun jasad (Sa’ud, 2003:144).

Tiap-tiap pribadi pasti memiliki kepercayaan, meskipun bentuk dan

pengungkapannya berbeda-beda. Pada dasarnya manusia memang

membutuhkan kepercayaan, dan kepercayaan itu akan membentuk

pandangan hidup dan sikap. Dalam sejarah umat manusia, akan selalu

dijumpai berbagai bentuk kepercayaan. Proses pencarian kepercayaan oleh

manusia tidak akan berhenti (selalu ada) selama manusia ada. (Zuhairini,

(50)

Manusia yang beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa

mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-Nya yang

sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui

Rasul-Nya, baik langsung dengan wahyu, atau dengan sabda Rasul

(Daradjat, 1996:65).

Dengan demikian iman, aqidah kepercayaan atau keyakinan

sungguh-sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh rasa ragu, sehingga

kepercayaan dan keyakinan itu mengikat seseorang di dalam segala

tindaklanjutnya, sikap dan perilakunya (Kaylani, 2000:44).

Pendidikan yang pertama dan utama dalam pendidikan Islam untuk

dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan

dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik (Zuhrain,

1995:56)

Proses terbentuknya iman dalam diri seseorang tentang sang pencipta

jagad raya ini, yakni Allah SWT artinya bahwa iman itu dapat diperoleh

lewat proses berfikir, perenungan mendalam terhadap alam semesta.

(Assegaf, 2014:38).

Tanpa adanya benteng keyakinan yang kuat dalam hati seseorang akan

mudah goyah dan terpengaruh dengan segala godaan jelek atau berbuat

(51)

Adapun Nilai Aqidah ini terbagi menjadi 2 dua yaitu:

a. Nilai Ubudiyah

1) Ajaran untuk selalu beriman kepada Allah

Kemaha Esaan Allah dalam sifat-sifatNya ini mempunyai arti

bahwa sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada

yang menyamainya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan tidak bisa

diperkirakan. Namun demikian dari Al-Qur’an dapat diketahui 99

nama sifat Tuhan yang biasanya disebut dengan asmaul Husna: 99

nama Allah yang indah.

Adapun di dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang Asmaul Husna

seperti dalam ayat Al-‘Araf ayat 180 bunyi adalah:

Artinya: “Hanya milik Allah asma’ul Husna, maka bermohonlah

kepadaNya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan

tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat

balasan erhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Asma-asma Allah tersebar di mana-mana ini adalah bukti

kekuasaan Allah, tidak ada yang bisa menandingi kekusaan Allah, ini

bisa dilihat dalam kutipan novel berikut:

“sebenarnay tulisan ‘La ilaa haillallah’ di hijab bunda maria masih menjadi kontroversial hingga saa ini. Ilmuan berpendapat untuk memasttikan bahwa inskrip di beberapa lukisan bunda maria memang Pseudo Kufic kalimat Tauhid. Ilmuan hanya sepakat dalam lukisan itu memang terdapat Pseudo Kufic atau coretan-coretan imitasi tulisan arab.”

(52)

dilukisan bunda Maria .. kecuali satu hal ...” mereka tidak berada di tepi sungai Danube yang di kelilingi orang-orang yang sedang menikmati pemandangan. Meraka adalah para manusia berbaju minim yang hampir mendekati telanjang. Ada yang terlentang, tengkurap, atau berpelukan. Mereka adalah orang-orang yang menginginkan hangatnya sinar matahari (Rais dan Almahendra, 2011:111).

Masjid yang letaknya di tengah-tengah banyaknya kemaksiatan dan banyak pula membawa keberkahan tersendiri bagi penikmat keindahan sungai Danube. “inilah adalah keberkahan itu,”imam Hasim mengeliuarkan catatan dari balik lemari tadi.

Thenewcomers to Islam “orang-orang baru saja masuk Islam

(mualaf) (Rais dan Almahendra, 2011:117).

Meraka yang masuk Islam adalah mereka yang tadinya senang berjemur dan menikmati suasana musim panas di tepi Danube. mungkin saja mereka penasaran dengan masjid yang sering mengumandangkan suara azan penasaran apasih masjid itu? Apa sih isinya...?”

Hidayah turun tak pernah tahu dimana dan bagimana. Tidak semua orang yang mengucap syahadat mendapatkanya saat di Sungai Danube. Banyak cara den jalan ketika hidayah itu muncul lalu meresap kedalam hati dan jiwa”.

“Cara seperti apa yang biasanya di alami mualaf ini, imam?maksud saya,..mmm.. apakah semua orang bisa menerima hidayah?” tanya Rangga.

“pada dasarnya semua orang mendaptkan hidayah itu. Pada satu titik dalam kehidupanya, setiap manusia di Dunia ini pada dasarnya pernah berfikir tentang siapakah dirinya, mengapa dan untuk apa dia hidup, dan adakah kekuatan di atas kekuatan hidupnya. Hanya saja ada yang kemudian mencari dan menelisik, ada pula yang membuangnya jauh-jauh atau melupakanya. Yang mencaripun ada yang caranya salah dan keliru dan sebaginya dan sebgainya.”

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kesimpulan berdasarakan analisis penelitian adalah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film Serdadu Kumbang terdiri dari tiga pilar yaitu, Nilai

Adapun kesimpulan berdasarakan analisis penelitian adalah nilai- nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film Serdadu Kumbang terdiri dari tiga pilar yaitu, Nilai

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang deviasi alur yang ada dalam film 99 Cahaya di

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang nilai profetik dan pendidikan Islam humanistik dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela

Jihad tidak dimaknai sebagai hanya perang terhadap kaum yang dianggap kafir/munafik atau yang dianggap agresor terhadap kejayaan Islam masa lalu, tetapi yang lebih

Perjalanan dengan Hanum, Rangga dan Fatma di Istanbul menorehkan filosofi dan pengetahuan baru mengenai peradaban Islam di Turki dan menguak beberapa hal yang akan membuat kita,

Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai materi pendidikan agama Islam yang terkandung pada novel Cinta dalam 99 Nama-Mu karya Asma Nadia dengan

Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy Terhadap Materi Pendidikan Agama Islam Relevansi nilai-nilai pendidikan