NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99
CAHAYA DI LANGIT EROPA
(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
NURHIDAYAH
NIM 111 11 136
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706.323433 Fax 323433Salatiga
50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : NURHIDAYAH
NIM : 11111 136
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAN DALAM
NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN)
telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, Agustus 2015
Pembimbing,
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag.
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN) DISUSUN OLEH
NURHIDAYAH NIM:111 11 136
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. Bahroni, M.Pd.
Sekretaris Penguji : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag
Penguji I : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.
Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M. Si
Salatiga, 29 Agustus 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NURHIDAYAH
NIM : 111 11 136
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : S1-Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat-pendapat atau temuan
dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2015
Yang menyatakan,
NURHIDAYAH
MOTTO HIDUP
“Hidup ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya yang
tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikanlah
ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkan.
Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logikasebagai pendayung kapalmu,
ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai
jangkar dalam setiap badai cobaan.”(Ali bin AbiThalib)
PERSEMBAHAN Untuk Bapak (alm Mashudi), Ibu Siti Juariah, kakak-kakak dan andik-adikku tercinta yang menjadi inspirasi dan semangatku.
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang dengan rahmad, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa (Telaah Kajian Dari
Aspek Unsur-Unsur Pendidikan) Karangan Hanum Salsabila Rais dan Rangga
Almahendra ini bisa terselesaiakan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda
Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspirasi penuh keteladanan yang
senantiasa dinantikan syafa’atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam
juga disampaikan kepada keluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa
Istiqomah di jalankebaikan .
Penulis menyadarai bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya
Olehkarenanya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan kepada semuapihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberi wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M.Pd.,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan
3. Ibu Siti Ruhayati, M,Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr.H. Muh Saerozi, M.Ag. selaku pembimbing yang telah
meluangkan watunya untuk mengarahkan dan membimbing menulis
dalam proses penulisan skripsi.
5. Ibu Eva Palupi, S.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang
dengan kesabaranya, membimbing penulis dari waktu kewaktu.
6. Bapak dan Ibu dosen karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Sahabat perjuang disafira tercinta, dan najwa yang senantiasa mendukung,
memotivasi saya disetiap waktunya.
8. Terimakasih mbak Endang dan akh Fikri yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan, membimbing, dan memotivasi saya
semoga kalian menjadi pasangan serasi dengan ikatan yang suci.
9. Sahabat perjuang di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) Salatiga tetaplah pada semangat nafas perjuangan menegagkan
dinnul Islam.
10.Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2011, terkhusus kelas D,
temen-temen PPL dan KKN terimakasih atas semua motivasi
kawan-kawan semua untuk senantiasa berjuang menjadi agen muslim yang
11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas
motivasinya semoga Allah senantiasa membalas kebaikan teman-teman
dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik secara subtansitif
ataupun teknis. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk
kedepanya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca
khususnya kepada penulis.
ABSTRAK
Nurhidayah. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa (telaah kajian dari aspek unsur-unsur pendidikan)karya Hanum
Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr.H. Muh Saerozi, M.Ag.
Kata Kunci: Nilai-nilaiPendidikan Islam, Novel 99 Cahaya di Langit Eropa.
Pendidikan Islam adalah suatu komponen inti dalam dunia pendidikan. Karena manusia membutuhkan tidakhanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spiritual keagamaan agar terbentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Pendidikan didapat tidak hanya melalui sekolah formal saja. Pendidikan didapat dari mana saja. Salah satunya melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas yaitu novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. 2) Relevansi pendidikan Islam novel 99 Cahaya di Langit Eropa dalam kehidupan masyarakat muslim.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan interview dan documenter. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis (content analysis).
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Penegasan Istilah ... 12
G. Sistematika Penulisan... 14
BAB II BIOGRAFI NOVEL A. Biografi Pengarang ... 16
B. Latar Belakang Penulisan Novel... 18
C. Dasar Pemikiran Pengarang Novel ... 20
D. Hasil Karya Hanum Salsabila Rais Dan Rangga Almahend 20
A. Unsur Pendidikan... 23
B. Nilai Pendidikan ... 37
1. Nilai Pendidikan Aqidah... 37
2. Nilai Pendidikan Ibadah ... 45
3. Nilai Pendidikan Akhlaq ... 49
BAB IV RELEVANSI DALAM PENDIDIKAN MASYARAKAT MUSLIM Relevansi dalam Kehidupan Masyarakat Muslim ... 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
2. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
3. Lembar Bimbingan Sekripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 bahwa entitas
manusia diciptakan di bumi adalah sebagai khalifah. Dalam sebuah kisah yang
diabadikan dalam Al-Qur’an tersebut, ketika Allah SWT mengatakan hal
tersebut kepada para malaikat, mereka protes. Mereka berpikir bahwa manusia
ini adalah makhluk yang suka berbuat kerusakan di bumi dan suka saling
membunuh satu sama lain. Kemudian Allah SWT menunjukkan kepada para
malaikat tersebut tentang keistimewaan Adam, yang merupakan manusia
pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Keistimewaan tersebut adalah
tentang ilmu yang diberikan Allah SWT kepada Adam (QS.
Al-Baqarah:30-32).
Sebuah entitas sebagai seorang khalifah yang bertugas mengelola dan
memimpin diberikan pengertian bahwa tugas tersebut bisa dilakukan dengan
bekal ilmu. Sehingga tugas sebagai seorang khalifah bisa terlaksana dengan
baik dan bisa memberikan kemanfaatan. Sedemikian pentingnya ilmu, maka
tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi
Allah maupun manusia (QS. Al Mujadilah:11). Bahkan syaithanpun kewalahan
terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah
Ilmu merupakan hal abstrak yang bisa dimiliki manusia ketika dia
menangkap ilmu tersebut. Semisal ilmu tentang komputer, seseorang akan
memiliki ilmu mengenai hal tersebut lantaran dia belajar atau diajari
bagaimana mengoperasikan sebuah komputer. Semisal juga ilmu tentang
berdagang, seseorang bisa memiliki kemampuan berdagang lantaran dia
mengamati atau belajar kepada ahlinya mengenai ilmu tersebut. Begitu juga
dengan ilmu agama seperti ilmu tentang shalat, wudhu, puasa, haji, membaca
Al-Qur’an, dan sebagainya.
Ilmu bisa didapatkan dari sebuah proses yang kemudian dinamakan
pendidikan. Pendidikan merupakan proses di mana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dia hidup.
Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan
untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan Islam adalah salah satu
komponen inti dalam dunia pendidikan. Karena manusia membutuhkan tidak
hanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spiritual keagamaan agar
terbentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.
Namun, di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak
hanya bisa didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan
bisa didapat dari mana saja. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang
bermutu dan berkualitas. Di era sekarang, sudah ada beberapa karya sastra
hiburan semata namun juga banyak sekali mengandung nilai-nilai moral dan
pendidikan.
Memasukkan nilai-nilai pendidikan melalui cerita pun sudah ada sejak
dahulu,misalnya melalui kisah-kisah para nabi yang dikemas dalam sebuah
cerita sehingga anak-anak didik lebih mudah dalam mengambil ibrah dari
tokoh-tokoh para nabi dan mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu media penyampaian ilmu yang menggunakan model cerita ini
adalah novel. Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella artinya sebuah
barang baru yang kecil. Novel dapat mengemukakan sesuatu yang lebih bebas,
menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan banyak
melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks (Jothee, 2013:121).
Novel merupakan sebuah karangan yang panjang dan berbentuk prosa
serta mengandung rangkaian cerita yang sambung menyambung kehidupan
seseorang dengan orang lain di sekelilingnya yang menonjolkan karakter dan
watak pada setiap pelakunya. Dari pengertian lain bahwa novel
mendeskripsikan suatu kejadian dari semua tokoh-tokohnya, dimana
peristiwa-peristiwa itu memunculkan pergolakan batin yang terkadang mengubah
perjalanan nasib masing-masing tokohnya. Selanjutnya bahwa novel cenderung
meluas serta menitikberatkan kepada komplesitas, maksudnya adalah hal
pembawaan karakter, perwatakan, permasalahan yang dialami oleh semua
tokoh-tokohnya, serta perluasan dari latar cerita itu.
Para pakar neorologi melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk
sebagai sarana penelitian hasilnya menakjubkan, membaca ternyata memberi
efek yang kuat pada mental, memori, serta imajinasi dan kasih
sayang.Membaca novel juga dapat mengurangi stres, dapat meningkatkan kerja
otak, dapat meningkatkan daya ingat, dapat melindungi otak hingga hari tua,
menambah kosokata baru, merubah perwatakan sipembaca, meningkatkan
kreativitas dan masih banyak manfaat dari membaca novel.
Diantara novel Islami yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam,
salah satunya adalah novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila
dan Rangga Almahendra. Novel ini tidak hanya berisi tentang cerita fiktif
belaka, tetapi diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur’an maupun Hadis. Sehingga
cerita yang dipaparkan tidak sebatas imaginer, tetapi juga memiliki misi
edukatif. Misi edukatif ini bisa dilihat dari nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam dialaog-dialog tokoh dan juga cerita sejarah yang ada dalam
novel Best Seller tersebut. Di antara nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam novel ini adalah nilai pendidikan aqidah, ibadah, dan akhlaq
yang dikemas secara estetis dalam bentuk narasi.
Dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropaini dijelaskan tidak hanya
sekedar keindahan menara eiffel, Tembok Berlin, konser mozart, Colosseum
Roma, ataupun gondola-gondola di Venizia saja akantetapi juga sejarah
mengenai Islam yang pernah berjaya di Eropa.Eropa dan Islam, keduanya
pernah menjadi pasangan serasi. Namun kini hubungan keduanya penuh
pasang surut. Berbagai kejadian sejak sepuluh tahun terakhir –misalnya
Amerika, dan kontroversi kartun Nabi Muhammad- menyebabkan hubungan
dunia Islam dan Eropa mengalami ketegangan yang cukup serius. Masih ada
manusia-manusia dari kedua pihak yang terus memperburuk hubungan
keduanya. Luka dan dendam akibat ratusan tahun perang salib yang masih
membekas sampai hari ini.
Perang tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik saja. Akan tetapi dapat
menorehkan luka pada sejarah. Peristiwa penaklukan konstantinopel misalnya,
jihad tidak hanya menggunakan genjatan atau perang saja akantetapi
bagaimana menjadi agen muslim yang baik yang menebarkan kebaikan. Seperti
dalam Al-Qur’an surat Fushilat ayat 33 yang artinya bahwa “ucapan yang
paling baik adalah ucapan yang menyeru/mengajak kepada kebaikan”
Kisah-kisah tersebut diceritakan dengan bahasa yang menarik sehingga
tidak membosankan ketika dibaca lebih penting secara tidak langsung
kisah-kisah tersebut menginspirasi dan memotivasi karena sarat dengan nilai-nilai
pendidikan khususnya pendidikan Islam.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dengan mengambil judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA(TELAAH KAJIAN DARI ASPEK UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN). Judul tersebut penulis ambil dengan harapan bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat secara
umum khususnya umat Islam. Bahwa dimanapun kita berada kita memiliki
komitmen dan keyakinan dan menjadi agen muslim yang menebarkan
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran latar belakang masalah di atas, penulis membuat
beberapa rumusan masalah sebagai langkah awal dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di Langit
Eropa?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99 Cahaya di
Langit Eropa terhadap pendidikan Masyarakat Muslim?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel 99 Cahaya
di Langit Eropa.
2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel 99
Cahaya di Langit Eropa terhadap pendidikan Masyarakat Muslim.
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat menggali wacana baru
tentang karya-karya sastra yang mempunyai nilai-nilai pendidikan Islam.
Selain itu dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang pendidikan agama Islam, membangun kerangka berpikir aplikatif
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai
berikut:
a. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan penelitian-penelitian yang relevan di masa yang
akan datang.
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan
efesien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui cara yang
inspiratif dalam mendidik siswa.
c. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan
menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak
hanya memuat tentang kehidupan dan hiburan semata sebagai daya jual
namun juga memperhatikan isi dan masukan pesan-pesan yang dapat
diambil dari karya sastra tersebut.
E.Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara
atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai
upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Metodologi ini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan
dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan
kebenaran(Mardalis, 2002:24). Adapun komponen dalam metode penelitian ini
adalah:
1. Jenis dan Pendekekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),
dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptif of analyze
research). Deskripsi analisis ini mengenai biografis yaitu pencarian berupa
fakta, hasil dari ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap
hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005:29).
Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagi objek utama
analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian
dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan dalam
teks-teks dalam novel yang mengandung nilai pendidikan Islam dengan
menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks
yang dideskripsikan.
Penulis juga menggunakan pendekatan sastra dalam mengkaji subjek
penelitian ini yaitu pendekatan pragmatif. Pendekatan pragmatif adalah
pendekatan yang mendasarkan pada nilai guna dan manfaat karya sastra
Pandangan terhadap karya sastra (seni) secara pragmatis menggeser doktrin
“seni” (hanya untuk seni). Pendekatan ini digunakan karena
mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra (novel) yang
dapat diperoleh pembaca(Mu’min, 2008:28).
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
a. Metode Penelitian Kepustakaan (library research)
Metode penelitian kepustakaan (library research)yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari data dan
informasi dengan bantuan macam-macam materi yang terdapat di
perpustakaan, misalnya beberapa buku, majalah, naskah, catatan dan
lain-lain (Kartono, 1990:33). Metode kepustakaan ini diambil karena
dalam hal ini penulis mencoba untuk menelusuri karya sastra yang perlu
ketelitian dan kejelian dalam menjalaninya, sehingga diperlukan
membaca dan memahami literatur-literatur yang ada kaitanya dengan
judul. Dan dengan melalui metode ini pula data-data tersebut penulis
susun menjadi karya ilmiah.
b. Metode Interview
Metode interview atau wawancara yaitu dialog yang dilalukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari orang yang di
wawancarai (Arikunto, 2002:126). Dalam metode interview ini peneliti
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban
(Suhartono, 1999:67). Interviewini di lakukan dengan pengarang novel
99 Cahaya di Langit Eropa yaitu Hanum Salsabila dan Rangga
Almahendra. Hal-hal yang di ungkapkan dalam wawancara ini
berdasarkan atas draf yang telah dibuat.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2006:129). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data
yang digunakan adalah beberapa sumber yang releven dengan pembahasan
skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data Primer
Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel 99
Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra
yang secara langsung menjadi objek dalam penelitian skripsi ini. Data ini
ditunjang dengan hasil interview dengan narasumber yang bersangkutan
dalam penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi interviewnya adalah
pengarang novel 99 Cahaya di Langit Eropa yaitu Hanum Salsabila dan
Rangga Almahendra.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder, yaitu berbagai literatur yang berhubungan
dan relevan dengan objek peneliti, baik itu berupa transkip, wawancara,
buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiplay, dan blog
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah analisis isi,
yaitu dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman
atas teks-teks yang didiskripsikan. Isi dalam metode analisis ini terdiri atas
dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang
terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah
pesan yang terkandung sebagai akibat yang terjadi (Ratna, 2007:48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisa
isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif
memberi perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode
analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode
analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti
menekankan bagaimana pemaknakan isi komunikasi, memaknakan isi
interaksi, simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna,
2007:49).
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel 99 Cahaya di
Langit Eropa yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data
adalah:
a. Langkah Deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel 99 Cahaya
b. Langkah Interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks adalam novel 99
Cahaya di Langit Eropayang berhungan dengan nilai-nilai pendidikan
Islam.
c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel99 Cahaya di
Langit Eropayang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel
99 Cahaya di Langit Eropayang berhungan dengan nilai-nilai pendidikan
Islam.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah fahaman penafsiran terhadap judul penelitian
diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Nilai Pendidikan Islam
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999:667). Nilai (value) dalam pandangan
Brubacher tidak terbatas ruang lingkup. Nilai tersebut sangat erat dengan
pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks sehingga sulit
ditentukan batasannya (Muhaimin, 1993:109). Jadi manusia hidup di dunia
tidak terlepas dari adanya ikatan nilai. Karena nilai itu merekat pada
manusia dan mampu memberi arti bagi manusia.
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuia dengan norma
Islam (Materi UKL PAI, 2014: 25).
Pendidikan Islam adalah bentuk kepribadian muslim. Cirinya adalah
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan perunjuk dan ajaran Islam.
Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup
yang menunjang keberhasilannya (Darajat, 2011:27).
Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu
pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan amal, karena ajaran
Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat,
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama. Oleh karenanya,
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat
(Darajat, 2011:28).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpukan bahwa
pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memeilihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta membentuk akhkaq yang baik
sehingga tercipata kepribadian muslim yang berakhlaqul karimag.
2. Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis adanya naratif.
Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikah, 2013:126). Novel merupakan salah
satu bentuk karya sastra prosa fiksi yang mengandung beberapa unsur
pokok, yaitu: pengarang dan narator, isi penciptaan, media penyampaian isi
membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi sesuatu wacana. Pada
sisi lain dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya
melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun monolog, dan melalui
perbuatan (action) (Aminudin, 1991:66).
Dalam penelitian kali ini penulis akan meneliti isi dari novel 99
Cahaya di Langit Eropayang diterbitkan oleh Kompas Gramedia sebagai
bahan penelitian yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
G.Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri darisampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman abstrak,
halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini penulis menyususn kedalam lima
bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan
amaslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: biografi Hanum Salsabila
Rais dan Rangga Almahendra, latar belakang penulisan novel, hasil
BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Nilai-nilai pendidikan
Islam dan telaah kajian unsur-unsur pendidikan Islam dalam novel
99 Cahya di Langit Eropa.
BAB IV RELEVANSIDALAM PENDIDIKAN MASYARAKAT
MUSLIM
Dalam bab ini akan disajikan analisis mengenai relevansi nilai-nilai
pendidikan dalam kehidupan masyarakat muslim dalam novel 99
Cahya di Langit Eropa.
BAB V PENUTUP
BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Genealogi Keluarga Pengarang 1. Hanum Salsabila Rais
Hanum Salsabila Rais, lahir pada tanggal 12 April 1981 di
yogyakarta anak kedua dari empat bersaudara dari Muhammad Amin
Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu. Hanum di besarkan di Yogyakarta
dan menghabiskan waktunya untuk menulis.
Pengalaman pendidikan Hanum di awali dari SD
Muhamadiayah hingga menempuh pendidikan SMA Muhamadiyah 1
Yogyakarta. Selesai menamatkan SMA Hanum melanjutkan ke UGM
(Universitas Gajah Mada) mengambil jurusan kedokteran gigi hingga
hanum menamatkan sarjananaya pada tahun 2004 di Universias Gajah
Mada (UGM).
Hanum Mengawali karir sebagai jurnalis dan presenter di Trans
TV. memulai petualangan di Eropa selama tinggal di Australia
bersama suaminya Rangga Almahenrda dan bekerja untuk proyek
video Podcast Executive Academy di WU Vienna selama 2 Tahun. Ia
juga tercatat sebagai koresponden detik.com untuk kawasan Eropa dan
sekitarnya.
Tahun 2010, Hanum menerbitkan buku pertamanya, Menapaki
Sebuah novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga dan mutiara
hidup (R/B/08-08-2015/11.00 WIB).
2. Rangga Almahendra
Rangga Almahendra, lahir pada 25 Januari 1981 di Cilacap anak
pertama dari dua bersaudara dari Marton Muslim dan Henny Listiyani.
Rangga dibesarkan di cilacap dan menghabiskan waktunya sebgai
pengajar Dosen FEB di UGM dan menjadi dirut AdiTV.
Pengalaman pendidikan di awali di SD di Yogyakarta hingga
SMA. Selesai menamatkan studinya di Yogyakarta Rangga
melanjutkan di perguruan tinggi di ITB mengambil Jurusan Teknik
Material di Yogyakarata. Menyelesaikan S1 nya pada tahun 2002 dan
di lanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Pasca Sarjana)
dan selesai pada tahun 2004 dengan nilai cumlaude.
(R/B/S/08-08-2015/11.00 WIB).
Pada tahun 2006 Rangga mendapatkan beasiswa dari pemerintah
Austria untuk studi S3 di WU Vienna, Rangga berkesempatan
berpetualang bersama sang Istri menjelajahi Eropa. Pada tahun 2010
ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar Doktor di bidang
International Busnis dan Management.
Saat ini ia tercatat sebagai dosen di Johanes Kepler University
PT Astra Honda Motor dan ABN AMRO Jakarta
(R/B/S/08-08-2015/11.00 WIB).
3. Karya-karya Hanum Salsabila Rais
Sebagai seorang penulis dia tergolong seorang penulis yang
produktif. Selama kurunwaktu 3 tahun sudah beberapa buku yang ia
hasilkan. Dan beberapa diantaranya termasuk dalam kategori best
seller. Adapun karya-karya Hanum yang di publikasikan antara lain
adalah:
- Menapak Jejak Amin Rais
- 99 Cahaya di Langit Eropa
- Berjalan di Atas Cahaya
- Bulan Terbelah di Langit Amerika
B. Latar Belakang Penulisan Novel
Pada waktu itu Hanum bekerja di Trans TV sebagai episenter
pada waktu itu Hanum di hadapkan pada dua pilihan untuk melanjutan
karir atau menemani suaminya, dan kemudian Hanum konsultasi
kepada bapaknya (Amin Rais) dan Amin Rais menasehati dengan dua
nasehat yang pertama adalah family must came first (keluarga adalah
yang nomer satu). Tugas seorang istri adalah untuk mendampingi
seorang suami kemanapun suami pergi dan bumi Allah itu luas artinya
rizki itu bisa didapatkan dari mana-mana. Pada akhirnya Hanum
Kegiatan sehari-hari Hanum di Austria adalah menjadi ibu
rumah tangga memasak untuk suaminya (Rangga) karena di Austria
mencari makan yang halal sangat kesulitan kebanyakan makanan di
Austria adalah babi. Setiap istirahat Hanum membawa makan siang
untuk suaminya, setelah makan siang Hanum tidak langsung pulang
akan tetapi Hanum pergi ke perpustakaan dengan membawa laptop
dan mengetik. Buku pertama Hanum adalah menapak jejak Amin Rais
itu adalah hadiah kado ulang tahun dari seorang putri untuk anaknnya.
Karena pada waktu Hanum ulang tahun Hanum diberi kejutan hadiah
ulang tahun oleh bapaknya berupa kue tart yang membuat Hanum
begitu terharu pada saat itu, karena kali pertama itu bapaknya
memberika kejutan ulang tahun kepadanya, “sederhana tapi
bermakna”, kata Rangga saat diwawancarai, dan terlintas dalam benak
Hanum untuk membalas kebaikan bapaknya maka menulislah buku
yang pertama tadi yaitu menapak jejak Amien Rais dan Rangga pun
mendorongnya buku itu untuk diterbitkan dan akhirnya sukses di
pasaran dengan penjualan lebih dari 2000 buku terjual laris.Kemudian
Rangga sebagai seorang suami terus memotivasi, memberi semangat
istri tercinta dengan menantang Hanum untuk membuat buku yang
lainnya dan akhirnya dengan semangat yang diberikan suaminya
Hanum terus berkarya dengan menulis, hingga terbitlah novel yang
berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa hasil karya Hanum Salsabila Rais
C. Dasar Pemikiran Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra Kebanyakan masyarakat Islam Indonesia adalah Islam pobia
bahwa masyarakat Indonesia kebanyakan muslim tapi tidak bangga
dengan agamanya sendiri. Kenapa bisa seperti itu karena selama ini
Islam-Islam yang radikal yang diberi kesempatan untuk tampil di
media, buku-buku, koran sehingga kebanyakan yang terjadi adalah
sesama Islam saling bermusuhan dan Islam yang dikenal selama ini
adalah Islam itu diidentikkan dengan yang radikal, violence
“kekerasan”, terorizem, dan sebagainya.
Maka novel 99 Cahaya ini menjadi the foice of moderat Islam
suara Islam yang moderat yang mewakili suara muslim yang cinta
damai, yang sebetulnya 99% banyak yang tidak diwakilkan di
media-media lain. Buku ini akan banyak mengisahkan sejarah peninggalan
Islam. Muslim 99% adalah yang cinta damai bahkan 100% bahwa
muslim cinta damai (R/S/08-08-2015/11.00 WIB).
D. Hasil karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra
Hanum adalah salah satu penulis Indonesia yang sangat produktif
dalam menghasilkan karya sastra yang diantaranya adalah 99 Cahaya di
Langit Eropa yang mendapatkan antusias tinggi di masyarakat Indonesia
seller,bahkan novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu
yang kini sudah berhasil menembus negara tetangga seperti Malaysia.
Berikut ini salah satu contoh karya-karya Hanum yang telah
diterbitkan dan sudah tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian
karyanya sudah diterjemahkan kedalam bahasa melayu yang mana buku
tersebut banyak mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral salah
satunya adalah Menapak Jejak Amin Rais
Novel ini mengisahkan kedekatan antara anak dan Bapak,
Amin dikenal sebagai seorang tokoh politisi dan juga tokoh
revormasi, akantetapi banyak orang tidak tahu pak Amin adalah
seorang bapak yang bisa mengajarkan tentang mutiara hikmah atau
pesan-pesan untuk anaknya.
Kisah dalam novel ini dimulai ketika keluarga Amin Rais
mendapat tekanan yang luar bisa dari orang suruhan rezim maupun
pasca reformasi, saat Amin Rais mendirikan partai PAN dan
bertarung dalam pemilu demokrasi pertama setelah reformasi,
ketabahan dan ketegaran ibunya dalam men-support perjuangan
bapaknya sangat berpengaruh di dalam kehidupan keluarganya, yang
menjadikan bapaknya berani, tetap kuat dan bisa bertahan hingga
sekarang.
Dalam novel ini dikisahkan pula tentang kenangan-kenangan
novel ini Hanum juga bercerita soal bagaimana pak Amin seorang
tokoh politik yang sibuk tetapi tidak meninggalkan kewajiban dan
tanggungjawabnya sebagai seorang suami dan Bapak dari
anak-anaknya yang tetap mendidik mereka memberikan teladan yang
BAB III
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
A.Unsur Pendidikan
Pendidikan Islam adalah mendidik akhlaq, dan jiwa mereka,
menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan
kesopanan yang yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang
suci seluruhnya ikhlas dan jujur (Assegaf, 2014: 225).
Menurut teori Muhadjir (1993:1-4) ada lima unsur-unsur pendidikan
dianatarnya yaitu:
1. Pemberi
Pemberi yang dimaksud di sini adalah pendidik (penulis novel).
Dalam suatu transformasi ilmu, tanpa adanya pendidik maka tidak akan
berlangsung yang namanya transformasi ilmu. Kedua unsur tersebut adalah
pemberi dan penerima keduanya merupakan kunci bagi terjadinya
pendidikan. Maka Hanum dan Rangga dalam konteks novel ini di
kategorikan sebagai subjek atau yang menyalurkan ilmu pengetahuan.
Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik memiliki peran
yang menentukan, sebab bisa dikatakan pendidik merupakan kunci utama
terhadap kesuksesan pendidikan. Untuk itu seorang pendidik harus
memenuhi persyaratan tertentu yang memadai.
Menurut Langeveld dalam (Sadulloh, 2014:2) bahwa pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang
dua manusia yang terkait, yaitu orang dewasa, dialah yanng menjadi
pendidik, dan anak (manusia yang belum dewasa) yang menjadi peserta
didiknya. Jadi pendidik adalah orang dewasa yang secara kodrati atau
karena tugasnya bertugas untuk membimbing anak menjadi dewasa.
Pendidik harus orang dewasa karena tidak mungkin pendidik
membawa anak sebagai manusia yang belum dewasa dibawa kepada
kedewasaannya oleh manusia yang belum dewasa. Jadi pendidik harus
manusia yang sudah dewasa. Membawa anak kepada kedewasaannya bukan
hanya sekedar dengan nasaehat, anjuran, perintah, dan larangan saja,
melainkan yang peretama-tama ialah dengan gambaran kedewasaan yang
senantiasa dibayangkan oleh anak didik, dalam istilah Langeveld disebut
situasi pendidikan.
Orang dewasa benar-benar sadar akan dirinya sendiri, ia sadar siapa
dirinya, ia sadar apa yang diperbuat, baikkah atau burukkah perbuatan itu.
Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan akan menyangkut persoalan moral,
dan persoalan susila dan kesusilaan. Orang dewasa bertanggung jawab atas
segala perbuatannya. Pada dirinya telah terjadi keharmonisan antara jasmani
dan rohani. Kepribadianya, baik psikologi maupun moralnya telah setabil.
Kesetabilan inilah yang memungkinkan orang dewasa dapat melakukan
hubungan masyarakat, seperti memilih pekerjaan, hidup berkeluarga dan
berumah tangga, hidup dalam kebersamaan dalam kehidupan bersama
Hanum dapat disebut pendidik sebab telah memberi kontribusi yang
baik kepada Masyarakat, yaitu melaui karya tulis yang berupa novel 99
Cahaya di Langit Eropa. Dalam novel tersebut banyak sekali nilai-nilai
pendidikan Islam yang dapat kita ambil manfaatnya.
2. Penerima
Unsur ke dua dalam suatu pendidikan yaitu adanya penerima (peserta
didik/objek). Penerima di sini adalah pembaca novel karangan Hanum
Salsabila dan Rangga Almahendra. Adapun sasaran dari novel 99 Cahaya di
Langit Eropa tidak hanya kaum muslim saja akan tetapi dari kalangan
umum ((R/P/S/08-08-2015/11.00 WIB).
Kaum disini yang di maksud adalah beda agama, suku ras bahasa
ataupun negara, agar pembaca senantiasa menikmati ilmu yang di paparkan
melaui novel ini. Dengan membaca novel ini, pembaca senatiasa akan
penasaran dengan Islam dan sejarah masa lampau sehingga pembaca akan
memcari pengetahuan tentang sejarah peradapan di Eropa.
Dalam berdakwah bukan hanya ke dalam saja akan tetapi juga ke luar
sehingga yang ke dalam itu akan membuat umat muslim semakin bangga
terhadap Islam sedangkan yang ke luar yang tadinya tidak mengenal Islam
yang tadinya menganggap Islam itu radikal, dan menggap agama Islam itu
agama yang tidak baik akan berubah pikiran tentang Islam. Ternyata Islam
itu penuh dengan kasih sayang ucap Rangga saat diwawancarai
Adapun sasaran novel diantaranya adalah mereka yang berbeda
Agama, suku dan Ras. Di Indonesia banyak sekali beragam agama di
anataranya adalah agama Islam, Hindu, Budha, kristen katolik dan masih
banyak lagi agama. Akantetapi buku ini di tujukan untuk semua kalanagan
baik itu agama, ras ataupun suku karena dalam berdakwah nabipun tidak
memandang strata sosial, maupun agama.
Akantetapi novel ini lebih ditekankan untuk kaum muslim agar kaum
muslim lebih mengenal Islam, tidak hanya sekedar mengetahui ajaran-ajaran
syariat namun lebih dari itu yaitu mengetahui secara kaffah (menyeluruh)
salah satu contohnya yaitu mengetahui sejarah Islam masa lampau dan
mengetahui kontribusi yang telah diberikan generasi Islam pada masa
lamapau. Dengan mengetahui Islam lebih mendalam maka kita sebagai
umat Islam bertambah kecintaaanya terhadap Islam.
3. Tujuan Baik
Kedua unsur tersebut belum memberi rona pendidikan, seperti
majikan-pekerja, penjual-pembeli, penyelenggara-pengunjung pasar
malam,oleh karena itu dipersyaratkan unsur yang ke tiga yaitu, adanya
“tujuan baik” dari yang memberi bagi perkembangan atau kepentingan yang
menerima. Agar anak pandai, agar orang menjadi ahli, agar orang
bertambah cerdas, agar orang berkepribadian luhur, agar orang toleran, agar
anak pandai membaca dll. (Muhadjir, 1993:2)
Tujuan pendidikan menurut Sadulloh (2010:93) adalah lebih
masyarakat dan bangsa. Dalam pendidikan tentu ada sebuah tujuan yang
hendak dicapai, adapun tujuan pendidikan menurut Sadulloh (2010:74)
harus mengandung tiga nilai yaitu sebagai berikut:
a. Autonomy
Autonomy, yaitu memberi kesadaran, pengetahuan, dan
kemampuan secara maksimal kepada individu maupun kelompok, untuk
dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih
baik. Seperti dalam kutipan novel di bawah ini.
“...kau tentu pernah mendengar tentang Universitas Sorbonne, kan? Sewaktu kuliah dulu, aku sering menghabiskan waktu disini, di daerah Latin Quarter.salah satu tempat favoritku di Paris.”
“jadi dulu kau mengambil kuliah di Sorbane? Bidang apa?”tanya Rangga.
“Aku mengambil jurusan sejarah. Lebih sepesifik lagi Studi Islam abad pertengahan,” kata Marion sambil menghidupkan mesin mobil. Aku dan Rangga langusng mendeduksi mengapa marion akhirnya memilih untuk masuk Islam.
“Jadi itu yang membuatmu mengenal Islam?”tanyaku sambil duduk di sebelah Marion dan mengencangkan sabuk pengaman. Marion menjawab dengan senyum (Rais dan Almahendra, 2011:134).
Dari dialog di atas pengarang ingin menjelaskan tentang
pendidikan Islam, bahwa suatu Ilmu itu datangnya tidak secara tiba-tiba
akantetapi melalui sebuah proses yaitu usaha sadar. Marion adalah
seorang mualaf yang belajar Islam disebuah Universitas Sorbone dengan
bekal Ilmu agama akhirnya Marion memutuskan untuk Masuk Islam. Di
tengah masyarakat non Islam Marion dapat hidup mandiri dan hidup
b. Equity(Keadilan)
Tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada
seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan
kebudayaan dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan
dasar yang sama. Pendidikan didapatkan dari sekolah formal maupun non
formal. Sehingga pendidikan memberi kesempatan bagi masyarakat
untuk senantiasa belajar dimanapun dan kapanpun kita berada selama itu
baik untuk diri kita dan masyarakat. Seperti kutipan novel dibawah ini
“Lalu Fatma meluncurkan ide untuk mengkaji Al-Qur’an. Kebetulan aku, Latife, dan Fatma sama-sama datang dari Istanbul. Lalu karena aku dan Fatma kurang bisa berbahasa Jerman, kami meminta Latife mengajari kami,”ungkap Oznur menjawab rasa penasaranku tentang awal pertemanan mereka (Rais dan Almahendra, 2011:91).
Dari kutipan di atas penulis berusaha menjelaskan bahwa antara
yang medapatkan pendidikan formal yang lebih tinggi dengan yang tidak
mengenyam pendidikan formal pun dapat belajar bahasa Jerman, bahasa
Inggris dan juga mengkaji Al-Qur’an.
Terkadang orang yang tak mampu untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi adalah orang-oarang yang memiliki
kecerdasan yang tinggi, akantetapi karena ketidak mampuan untuk
membiayai pendidikan maka mimpi-mimpi untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi mejadi kandas.
c. Survive
Survive yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin
Pewarisan yang dimaksud di sini tidak hanya berupa harta saja akan
tetapi ilmu yang bermanfaat yang senantiasa diajarkan dari generasi ke
genarasi berikutnya, baik itu berupa ajaran akhlak atau peninggalan
bersejarah seperti masjid, lukisan-lukisan yang mengandung makna
pendidikan agar generasi yang akan datang mengetahui antara yang benar
dan salah.
Seperti dalam kutipan novel di bawah ini
The true city of lights, kota seribu cahaya, Cordoba. Kota yang
mengispirasi banyak orang Eropa. Kami terpana melihat bangunan besar yang ditunjuk Gomez barusan. Cahaya yang paling terang tadi ternyata dipancarkan bangunan yang paling kucari selama ini. Masjid atau Mazquita dalam bahasa sepanyol. Bangunan yang kini telah menjadi gereja. Dan memang nama bangunan itu adalah the katedral adalah the Mosque Cathedral (Rais dan Almahendra, 2011:239).
Suara nyanyian dari bangunan itu lagi-lagi mengingatkanku akan sesuatu. Masjid ini sudah berubah menjadi gereja. Dan bangunan yang terpatri ditengah itu adalah tempat ibadah yang baru, altar gereja yang setiap waktu menggelar misi dan kebaktian (Rais dan Almahendra, 2011:257)
Dari kutipan novel di atas penulis menjelaskan bawa dengan
adanya peninggalan sejarah berupa masjid yang berada di Cordoba.
tentunya umat Islam mengetahu sejarah masjid tersebut menjadi Gereja
tentunya melalui peninggalan ilmu sejarah kita bisa mengetahunya.
Berdasarkan ketiga nilai tersebut pendidikan mengemban tugas untuk
menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang
4. Cara atau Jalan yang Baik
Setelah diuraikan ketiga unsur di atas maka unsur pendidikan yang
selanjutnya adalah cara atau jalan yang baik. Baik dalam cara/jalan dapat
terkait pada nilai, dapat pula terkait pada hakikat yang menerima
(objek/peserta didik) dan dapat pula terkait pada hakikat yang memberi
(pendidik/penulis novel/subjek) (Muhadjir, 1993:3).
Objek di sini adalah pembaca novel, sedang subjek adalah penulis
novel yang memberikan segenap pikirannya melalui karya tulisan yang bisa
dinikmati bagi pembacanya yang tentunya bisa memberikan kebermanfaatan
bersama. Di sini penulis memilih berdakwah lewat tulisan bukan
semata-mata berdakwah dengan metode ceramah. Di atas juga sudah dijelaskan
bahwa suatu pendidikan itu harus ada yang namanya tujuan baik.Dalam
novel ini banyak mengisahkan tentang arti kejujuran, akhlaq terhadap
tetangga, mendamaikan antara saudara. Kebudayaan Eropa yang tak terlepas
dari kebudayaan Islam, menebar kebaikan dengan siapapun dan masih
banyak hal-hal positif yang lain yang dapat diambil hikmahnya.
Hidup dalam lingkungan minoritas yang membawa misi Islam maka
tidak sepatutnya dengan cara kekerasan, menolak dengan peraturan yang
sudah ada. Sebagai muslim yang baik maka dalam berdakwah hendaklah
dengan cara yang baik, semisal dengan pikiran yang baik, berakhlaq yang
baik, dan juga prestasi yang baik membuat mereka bangga dengan
Adapun cara penulis agar pembaca memahami isi novel yaitu dengan
menggunakan bahasa sesederhana mungkin dan seolah-olah pembaca di
ajak langsung berkomunikasi dengan penulis novel. Untuk dapat memahami
suatu kalimat yang ada dinovel maka perlu adanya penjelasan tentang
sebuah apresiasi karya sastra. istilah apresiasi sastra berasal dari bahasa latin
apreciatioyang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”.
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gov
mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan
pemahaman, pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan
yang di ungkapkan pengarang.
Menurut Squire dan Taba dalam buku (Aminudin, 1991:34),
berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi terhadap pendidikan
melibatkan tiga unsur inti yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yaitu berkaitan dengan keterlibatan intelektual
pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraaan yang bersifat
objektif. Unsur-unsur kesastraaan yang bersifat objektif tersebut, selain
dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung
dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan
unsur-unsur di luar teks sastra yang secara langsung menunjang
kehadiran teks sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sastra yang bersifat
objektif itu misalnya tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana
unsur ekstrinsik yaitu: berupa biografi pengarang, latar, penciptaan,
maupun latar sosial-budaya yang menujung kehadiran teks sastra. Seperti
penggalan kalimat berikut:
Teng...teng..teng....
Nan jauh di kota Wina sana, lonceng gereja bertalu-talu gereja kecil yang ada di Kahnlerberhg pun tak mau kalah menyahut. Suara loncengnya berdentang bertkali-kali
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, mata hari semakin menenggelamkan diri keperistirahatanya. Ekor sinarnya yang berwarna semburat jingga terlihat begitu anggun. Suguhan lukisan alam yang semakin indah pada singga hari. Dari mataku aku mengindra tiga horizon panorama. Paling atas adalah langit gelap dan matahari yang terbenam. Ditengah adalah bangunan-bangaun tinggi bercahaya yang kuyakini sebagian besar adalah gedung pencakar langit dikomples markas besar PBB, Gereja, dan menara pemancar. Paling bawah adalah sungai Danobe, simfoni gemercik airnya bisa terdengar dari atas bukit Kahlenberg. Komposisi pemandangan langka dimataku (Rais dan Almahendra, 2011:32).
Dari penggalan kalimat di atas pembaca diajak untuk senantiasa
memahami makna-makna tersurat yang ada dalam novel 99 Cahaya di
Langit Eropa. Dengan membaca kalimat-kalimat diatas pembaca
seolah-olah diajak untuk meraskan tempat yang di gambarkan penulis secara
langsung.
b. Aspek Emotif
Aspek emotif ini berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi
pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks
sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam
upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu
dapat berupa bahasa atau paparan yang mengandung makna atau bersifat
tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.
Seperti penggalan dialog berikut:
“...dalam perjalanan kembali ke Wina, aku masih tak menyangka Fatma bisa membalas penghinaan ketiga turis itu dengan cara tak terbayangkan.
Cara berfikir ku tak mampu menggapai berfikir seorang perempuan, ibu rumah tangga, yang takmengenyam pendidikan terlalu tinggi bernama Fatma. Emosi dan persaan tersinggung terkadang terlalu kelam dalam diri, menutupi cara berfikir untuk membalas dendam dengan cara luar biasa elok, elegan, dan jauh lebih berwibawa dari pada sekedar membalas dengan perkataan atau sikap antipati.
“kau menulis apa di kertas itu fatma?”
Hanaya kata-kata itu yang akhirnya terucap dari bibirku setelah sekian lama di dalam bus.
“aku Cuma tau sedikit bahasa inggris, Hanum. Aku hanya menulis ‘hai, i am Fatma, a Muslim from Turke’ lalu kutilis alamat email -ku. Itu saja.”
Hari itu Fatma, orang biasa yang baru kukenal dua minggu lalu dikelas bahasa Jerman, memberiku pelajaran luar biasa. Aku tak perlu mendengarkan para ustadz atau ulama di TV yang mengajarkan arti kesabaran dan menahan Emosi. Aku juga tak perlu mendengarkan khutbah para motivator hidup dan kesuksesan yang semakin menjamur di layar kaca. Aku juga tak perlu membaca kutipan kata-kata wisdom of life dari para tuweet dan face booker. Hari itu Fatma memberiku pesan yang sangat jelas, konkret tentang cara menahan diri yang belum tentu bisa dilakukan sembarang orang.
“bagaimana kau bisa tak marah sedikitpun, Fatma?” tanyaku lagi “tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga jadi Emosi jika mendengar hal yang tak cocok di Negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, Indah, yang membawa keberkahan di komunitas non Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.”
“tapi, bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak -injak?” sanggahku.
Fatma terdiam dia tersenyaum lembut, lalu mengambil nafas dalam-dalam.
Dari penggalan dialog di atas kita tahu sosok Fatma. Disini penulis
berusaha menjelaskan dengan adanya tokoh Fatma yang senantiasa
berhasil menjadi agen muslim yang baik yang menebarkan kebaikan di
tengah-tengah non muslim.
Ketika membaca dialog di atas pembaca diajak untuk senatiasa
meneladani sifat Fatma yang memilki sifat kasih dan sayang dan
memiliki perilaku yang baik dengan siapapun baik itu beda agama
ataupun sesama muslim. Semua itu bisa dilihat ketika negara Turky
diejek oleh turis akantetapi Fatma tidak membalas dengan ejekan
melainkan dengan kebaikan, yaitu dengan cara membayarkan semua
pesanan makanan si turis tersebut dan memberikan secarik kertas
bertuliskan nama Fatma dan asal tinggalnya, serta diberi alamat email.
Dan akhirnya si turis pun masuk Islam.
Aku yakin, sebagian besar manusia yang berpindah agama untuk
memeluk Islam bukanlah mereka yang terpengaruh debat dan diskusi
antara gama. Bukan terpaksa kerena menikah dengan pasangan beda
Agama. Bukan mereka mendengarkan ceramah agama Islam yang berat
dan terjamah oleh pikiran awam manusia akantetapi sifat keteladananlah
yang membuat orang jatuh cinta dengan Islam.
c. Evaluatif
Berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap
baik buruk, indah tidak indah sesuia tidak sesuai, serta sejumlah ragam
secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain,
keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga
setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks satra yang dibaca
sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga
mampu melaksankan penilaian.
“...jadi selama kau selalu menyimpan dan memcbaca emailku?” Fatma mengguk pelan. Tiba-tiba rasa bersalah menggejala di diriku. Perjalanan di Eropa adalah obsesi kami berdua. Dan aku merasa bersalah karena selama 3 tahun ini aku telah membuatnya tertinnggal sendirian dengan mimpi-mimpinya karena akhirnya hanya aku sendiri yang menempuh perjalanan itu.
“aku paling geli dengan pengalamanmu meminta izin shalat di Cordoba. Aku tertawa membaca emailmu. Harusku katakan kepadamu, taukah kau siapa yang bernah berurusan dengan polisi Sepanyol karena terlibat insiden dengan petugas di Mizquita? Mereka adalah Latife, Oznur, dan puluhan orang dari komunitas generasi muda Muslim di Austri!”
Aku dam Rangga terhenyak. Kami langsung tertawa.
“tapi kejadian itu dibesar-besarkan oleh media barat, Hanum. Kau tahukan, Dunia sedang demam Islam Phobia. Dan kejadian seperti itu merupakan makanan empuk bagi media kau tahulah, kaukan bekerja sebagai jurnalis. Tapi sudahlah aku hanaya bisa berharap suatu saat nanti Mezquita bisa menjadi musium saja agar tidak pernah ada kontroversi lagi.”
Lagi-lagi kata Fatma, sama persis dengan perkataan sergio. Aku tersadar dengan Islam Phobia yang selama ini terus dinyalakan oleh pihak-pihak yang tak menginginkan perdamaian.
“kau tau Hanum, terkadang Islam Phobia itu di pupuk oleh oknum -oknum saudara muslim kita. Dan kita-kita inalah yang menjadi korbanya. Hanya satu yang bisa kita lakukan, meski itu sepele dimata kebanyakan, sedikit demi sedikit menggerus islam Phobia itu dengan menjadi, kautaulah....” Fatma tersenyum. Aku tau yang dia maksudkan tak lain dan tak bukan:”menjadi agen muslim yang baik”.
Dari kutipan-kutipan dialog diatas penulis berharap kepada
pembaca untuk senatiasa membaca dengan penuh penghayatan,
merespon dan kemudian meneladani seperti tokoh-tokoh yang disebut di
atas.
5. Konteks yang Positif
Aktifitas pendidikan terjadi tidak hanya antara ke empat unsur dasar
tersebut, ada unsur yang ke lima yaitu konteks positif. Suatu konteks dapat
berperan positif dapat pula negatif. Akan tetapi upaya pendidikan perlu
secara aktif menyisihkan yang negatif atau mengubahnya menjadi positif,
atau mengoptimalkan peran positif agar yang negatif proporsional menjadi
minimal. Konteks dalam keadaan adanya memberi dampak kepada aktivitas
pendidikan. Konteks yang dirancang perankan memberi pengaruh atau efek
pada aktivitas pendidikan (Muhadjir, 1993:4).
Dalam novel ini kata-kata yang sering mucul adalah menjadi agen
muslim yang baik yang menebarkan kebaikan kata-kata tesebut ringan akan
tetapi mengandung makna yang luar biasa. Seperti dalam kutipan dialog
dalam novel sebagai berikut:
“...aku berusaha membaca pesan yang tertera dalam kertas besar tersebut. Bahasa jerman yang rumit membuatku lama berdiri menatatapnya, berusaha menyerap arti kata perkata.
Syiar muslim di Austria
1. Tebarkan senyum indahmu 2. Kuasai bahasa Jerman dan Inggris 3. Selalu jujur dalam berdagang
Aku bertanya-tanya. Apa sebenarnya maksud tulisan ini?
Dari kutipan di atas maka novel 99 cahaya di Langit Eropa
mengajarkan kita untuk senantiasa menjadi agen muslim yang baik yang
menebarkan kebaikan. Fatma dan ketiga Turki itu mengajarkan jihad
dengan cara yang lebih indah. Mereka memang Cuma berempat. Yang
mereka lakukan juga sesuatu yang sepele. Tapi hal-hal sepele ini membuat
seorang Ezra jatuh cinta dan kemudian memeluk Islam. Mereka adalah
bulir-bulir muslim sejati yang patut diteladani.
B. Nilai Pendidikan 1. Nilai Akidah
Akidah adalah aspek ajaran Islam yang membicarakan pokok
keyakinan tentang Allah Sang Pencipta (Al-Khalik) dengan alam semesta
sebagai ciptaan Allah atau makhluk, termasuk bagaimana hubungan antara
manusia sebagai makhluk dengan makhluk lain berupa lingkungan, rohani,
sosial, maupun jasad (Sa’ud, 2003:144).
Tiap-tiap pribadi pasti memiliki kepercayaan, meskipun bentuk dan
pengungkapannya berbeda-beda. Pada dasarnya manusia memang
membutuhkan kepercayaan, dan kepercayaan itu akan membentuk
pandangan hidup dan sikap. Dalam sejarah umat manusia, akan selalu
dijumpai berbagai bentuk kepercayaan. Proses pencarian kepercayaan oleh
manusia tidak akan berhenti (selalu ada) selama manusia ada. (Zuhairini,
Manusia yang beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa
mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-Nya yang
sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui
Rasul-Nya, baik langsung dengan wahyu, atau dengan sabda Rasul
(Daradjat, 1996:65).
Dengan demikian iman, aqidah kepercayaan atau keyakinan
sungguh-sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh rasa ragu, sehingga
kepercayaan dan keyakinan itu mengikat seseorang di dalam segala
tindaklanjutnya, sikap dan perilakunya (Kaylani, 2000:44).
Pendidikan yang pertama dan utama dalam pendidikan Islam untuk
dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan
dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik (Zuhrain,
1995:56)
Proses terbentuknya iman dalam diri seseorang tentang sang pencipta
jagad raya ini, yakni Allah SWT artinya bahwa iman itu dapat diperoleh
lewat proses berfikir, perenungan mendalam terhadap alam semesta.
(Assegaf, 2014:38).
Tanpa adanya benteng keyakinan yang kuat dalam hati seseorang akan
mudah goyah dan terpengaruh dengan segala godaan jelek atau berbuat
Adapun Nilai Aqidah ini terbagi menjadi 2 dua yaitu:
a. Nilai Ubudiyah
1) Ajaran untuk selalu beriman kepada Allah
Kemaha Esaan Allah dalam sifat-sifatNya ini mempunyai arti
bahwa sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada
yang menyamainya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan tidak bisa
diperkirakan. Namun demikian dari Al-Qur’an dapat diketahui 99
nama sifat Tuhan yang biasanya disebut dengan asmaul Husna: 99
nama Allah yang indah.
Adapun di dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang Asmaul Husna
seperti dalam ayat Al-‘Araf ayat 180 bunyi adalah:
Artinya: “Hanya milik Allah asma’ul Husna, maka bermohonlah
kepadaNya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat
balasan erhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Asma-asma Allah tersebar di mana-mana ini adalah bukti
kekuasaan Allah, tidak ada yang bisa menandingi kekusaan Allah, ini
bisa dilihat dalam kutipan novel berikut:
“sebenarnay tulisan ‘La ilaa haillallah’ di hijab bunda maria masih menjadi kontroversial hingga saa ini. Ilmuan berpendapat untuk memasttikan bahwa inskrip di beberapa lukisan bunda maria memang Pseudo Kufic kalimat Tauhid. Ilmuan hanya sepakat dalam lukisan itu memang terdapat Pseudo Kufic atau coretan-coretan imitasi tulisan arab.”
dilukisan bunda Maria .. kecuali satu hal ...” mereka tidak berada di tepi sungai Danube yang di kelilingi orang-orang yang sedang menikmati pemandangan. Meraka adalah para manusia berbaju minim yang hampir mendekati telanjang. Ada yang terlentang, tengkurap, atau berpelukan. Mereka adalah orang-orang yang menginginkan hangatnya sinar matahari (Rais dan Almahendra, 2011:111).
Masjid yang letaknya di tengah-tengah banyaknya kemaksiatan dan banyak pula membawa keberkahan tersendiri bagi penikmat keindahan sungai Danube. “inilah adalah keberkahan itu,”imam Hasim mengeliuarkan catatan dari balik lemari tadi.
Thenewcomers to Islam “orang-orang baru saja masuk Islam
(mualaf) (Rais dan Almahendra, 2011:117).
Meraka yang masuk Islam adalah mereka yang tadinya senang berjemur dan menikmati suasana musim panas di tepi Danube. mungkin saja mereka penasaran dengan masjid yang sering mengumandangkan suara azan penasaran apasih masjid itu? Apa sih isinya...?”
Hidayah turun tak pernah tahu dimana dan bagimana. Tidak semua orang yang mengucap syahadat mendapatkanya saat di Sungai Danube. Banyak cara den jalan ketika hidayah itu muncul lalu meresap kedalam hati dan jiwa”.
“Cara seperti apa yang biasanya di alami mualaf ini, imam?maksud saya,..mmm.. apakah semua orang bisa menerima hidayah?” tanya Rangga.
“pada dasarnya semua orang mendaptkan hidayah itu. Pada satu titik dalam kehidupanya, setiap manusia di Dunia ini pada dasarnya pernah berfikir tentang siapakah dirinya, mengapa dan untuk apa dia hidup, dan adakah kekuatan di atas kekuatan hidupnya. Hanya saja ada yang kemudian mencari dan menelisik, ada pula yang membuangnya jauh-jauh atau melupakanya. Yang mencaripun ada yang caranya salah dan keliru dan sebaginya dan sebgainya.”