• Tidak ada hasil yang ditemukan

Energi Auditing Pada Sistem Pltu Dengan Menggunakan Energi Balance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Energi Auditing Pada Sistem Pltu Dengan Menggunakan Energi Balance"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ENERGI AUDITING PADA SISTEM PLTU

ENERGI AUDITING PADA SISTEM PLTU DENGAN

DENGAN

MENGGUNAKAN ENERGI BALANCE

MENGGUNAKAN ENERGI BALANCE

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

FX ADEODATUS ALFA FEBRIANT FX ADEODATUS ALFA FEBRIANT

PT. PLN (PERSERO) PT. PLN (PERSERO)

PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN SELATAN PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN SELATAN

SEKTOR PEMBANGKITAN OMBILIN SEKTOR PEMBANGKITAN OMBILIN

PLTU OMBILIN PLTU OMBILIN

2014 2014

(2)

A. Pengertian Energi Audit

Energi auditing merupakan suatu metode dalam suatu Pembangkit listrik untuk mengetahui kinerja dari suatu pembangkit maupun performa dari pembangkit tersebut. metode audit energi yang digunakan adalah metode  Energy Balance dimana terdapat input serta output dimana pada output tersebut dapat diketahui besar losses yang terjadi dan hasil  produk dari pembangkit tersebut. Sehingga kita dapat mengetahui losses mana yang terbesar dan dapat menjadi rencana kedepan untuk bisa menurunkan losses terebut sehingga kinerja  pembangkit dapat membaik dan efisiensi pun dapat meningkat pula.

Dalam suatu pembangkit, neraca massa adalah berimbang dimana energi input pada  pembangkit adalah sama dengan nilai energi output dari pembangkit tersebut. Dimana seperti

yang telah dijelaskan diatas bahwa nilai energi output meliputi produk dan losses yang ada  pada pembangkit tersebut.

UDARA BAHAN BAKAR SUPERHEAT STEAM  GAS BUANG LOSSES  PADA BOILER EXT 5 EXT 4 EXT 3 EXT 2 EXT 1 CONDENSOR GENERATOR

Gambar 1. Sistem aliran energi pada pembangkit tenaga uap

Berdasarkan dari diagram gambar 1, maka dapat dilihat bahwa input dari pembangkit tersebut adalah dari energi yang terdapat pada batu bara (bahan bakar) dan energi yang terkandung di dalam udara pembakaran itu sendiri. Sedangkan untuk output pada sistem  pembangkit tersebut adalah berupa energi steam, dan nantinya akan menjadi produk energi listrik pada generator, namun terdapat juga losses yang ada dalam produksi tersebut, yaitu  berupa gas buang, losses pada boiler, losses karena ekstraksi uap, losses yang terdapat pada

(3)

1. Perhitungan Nilai Input

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa besarnya nilai input pada pembangkit listrik berasal dari bahan bakar dan udara, sehingga untuk perhitungan nilai input harus dicari secara terpisah, berikut adalah perhitungan nilai inputnya :

a. Input pada Bahan Bakar

Pada PLTU, bahan bakar yang digunakan adalah batu bara sedangkan yang diperlukan dalam perhitungan nilai input pada bahan bakar adalah besarnya nilai kalor pada bahan bakar tersebut. Untuk mengetahui besarnya nilai tersebut perlu diadakan sampling batu bara untuk diketahui kandungannya sehingga kita dapat menghitung besarnya nilai kalor yang terdapat didalamnya. Terdapat 2 macam analisa dalam uji lab batu bara :

Analisa Proximasi

Analisa proksimasi adalah analisa yang sederhana karena hasil dari analisa  proximasi adalah kandungan dari sifat batu bara itu sendiri, sehingga hasil dari analisa proximasi itu sendiri adalah  Fixed Carbon , Volatile matter, Ash,  Moisture, Sulphure.

Analisa Ultimasi

Analisa ultimasi adalah analisa yang lebih mendalam mengenai batu bara dimana hasil dari analisa tersebut adalah unsur unsur yang terdapat dari batu bara tersebut, sehingga hasil dari analisa ultimasi adalah kandungan C, H2, O2, N, dan S. Analisa ultimasi juga dapat diperoleh dari analisa proximasi yang nantinya dihitung kembali dengan menggunakan rumus, berikut adalah rumus untuk mencari nilai kandungan batu bara dari analisa proximasi :

C = 0,97 FC + 0,7 (VM +0,1A) –  M (0,6 –  0,01M)

H2 = 0,036 FC + 0,086 (VM  –  0,1A) –  0,0035M2 (1-0,02M)  N2 = 2 10 –  0,02 VM

O2 = 100 –  (C + H2 + N2 + S + M + A) Dimana :

C = Nilai karbon pada batu bara (%Wt)

H2= Nilai kadar hidrogen pada batu bara (%Wt)  N2= Nilai kadar Nitrogen pada batu bara (%Wt) O2= Nilai kadar Oksigen pada batu bara (%Wt) S = Nilai kadar Sulfur pada batu bara (%Wt) FC= Fixed Carbon (%Wt)

(4)

VM = Volatile Matter (%Wt)

A = kandungan abu pada batu bara (%Wt) M = kandungan Moisture pada batu bara (%Wt)

Setelah diketahui nilai dari kandungan batu bara tersebut, maka dapat diperoleh nilai kalori batu bara. Terdapat 2 macam nilai kalori batu bara, yaitu HHV ( High Heating Value) dan LHV ( Lower Heating Value). Perbedaannya adalah HHV merupakan nilai kalori batu bara dengan memperhitungkan nilai moisture yang ada pada batu bara tersebut, sedangkan LHV adalah nilai kalori batu bara tanpa memperhitungkan nilai moisture pada batu bara tersebut, berikut adalah persamaannya:

HHV = 33950 C + 144200 (H2 - ) + 9200 S Dimana :

HHV = Nilai High heating Value batu bara (Kj/kg)

C = Kandungan carbon pada batu bara (%Wt)

H2 = Kandungan hidrogen pada batu bara (%Wt)

O2 = Kandungan Oksigen pada batu bara (%Wt)

S = Kandungan Sulfur pada batu bara (%Wt)

LHV = HHV –  2400 (9H2 + M) Dimana :

LHV = Nilai Lower Heating Value batu bara (Kj/kg) HHV = Nilai High Heating Value batu bara (Kj/kg) H2 = Kandungan hidrogen pada batu bara (%Wt)

M = Kandungan moisture pada batu bara (%Wt)

Setelah diketahui besarnya nilai kalori batu bara, maka besarnya nilai energi input  pada bahan bakar dapat di peroleh dengan persamaan :

Qfuel = ṁfuel HHV Dimana :

Qfuel = Energi input pada bahan bakar (MW)

ṁfuel = Besarnya laju aliran masa batu bara (kg/s)

(5)

b. Input pada Udara

Energi lain selain bahan bakar yang masuk menuju boiler adalah energi dari udara  pembakaran. Udara pembakaran ini merupakan udara hasil pemanasan oleh air

heater . Sebelum mengetahui besarnya energi udara yang masuk ke dalam boiler,  perlu juga diketahui besarnya masa udara teoritis untuk masuk ke dalam boiler,

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ATH = 11,6 C + (34,8 (H2

 -

 )) + 4,35 S

Dimana :

ATH = Theoritical Air (kg air/ kg fuel)

C = presentase kandungan karbon pada batu bara (%Wt) H2 = presentase kandungan hidrogen pada batu bara (%Wt) O2 = Presentase kandungan oksigen pada batu bara (%Wt) S = Presentase kandungan sulfur pada batu bara (%Wt)

Dengan diketahuinya theoritical air yang dibutuhkan dalam pembakaran pada boiler , maka besarnya masa udara yang masuk dalam boiler adalah :

Aact = (100 + EA)/100 Ath

Aact = Udara aktual yang masuk ke dalam boier (kg air / kg fuel) EA = Excess Air  (%)

Ath = Theoritical Air (kg air / kg fuel)

Setelah mendapatkan nilai udara aktual yang dibutuhkan dalam pembakaran, maka  besarnya masa udara yang masuk dalam boiler dapat didapatkan dengan

menggunakan persamaan :

ṁair  = Aactṁfuel Dimana :

ṁair  = laju aliran udara yang masuk dalam boiler (kg/s)

Aact = udara aktual yang dibutuhkan dalam pembakaran (kg air/kg fuel)

ṁfuel = laju aliran masa bahan bakar (kg/s)

Dengan diketahuinya parameter tersebut, maka dapat dihitung nilai energi input yang terdapat dalam udara pembakaran :

(6)

Dimana :

Qair  = Energi yang terkandung dalam udara pembakaran (MW)

ṁair  = laju aliran udara masuk ke dalam boiler (kg/s) Cpair  = nilai kalor spesifik dari udara (Kj/kg 0C)

Tf  = Temperatur udara keluar air heater  (0C) Ta = Temperatur udara ambien (0C)

2. Perhitungan nilai output (lossesdanproduct )

 Nilai output dalam energi auditing adalah berupa losses dan produk yang dihasilkan oleh  pembangkit.  Losses yang terdapat dalam pembangkit adalah losses di dalam boiler, losses karena gas buang , losses karena ekstraksi uap,  losses karena panas buang pada kondensor, losses karena adanya rugi rugi pada sambungan turbin  –   generator, sedangkan produk akhir adalah listrik yang dihasilkan oleh generator. Berikut adalah  perhitungan untuk nilai output :

a. Output pada boiler (l ossespada gas buang dan boiler)

Dalam menghitung nilai losses yang diperlukan adalah produk akhir dari boiler dan input pada boiler, produk akhir dari boiler adalah energi steam, sehingga nilai masing masing dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Energi steam

Energi steam merupakan energi yang dihasilkan oleh boiler. Uap hasil dari boiler ini nantinya digunakan untuk memutar turbin, dimana sifat uap yang diperlukan adalah uap  superheat . besarnya nilai energi  steam dapat diperoleh dengan  persamaan :

Qsteam = ṁms h1 –  (ṁms + ṁmu) hf  Dimana :

Qsteam = energi yang terkandung dalam uap superheat 

ṁms = laju aliran massa uap masuk turbin (kg/s)

ṁmu = laju aliran make up water (kg/s)

h1 = enthalpy uap masuk turbin (Kj/kg)

hf = enthalpy feedwater (Kj/kg)

L osses  Total pada boiler

 Losses total pada boiler merupakan gabungan dari losses karena gas buang dan losses yang terdapat pada boiler itu sendiri, nilai losses total dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

(7)

QLT = Qinput –  Qsteam Dimana :

QLT = Energi losses total pada boiler (MW) Qinput = Energi input pada boiler (MW)

Qsteam = Energi yang terkandung di dalam steam (MW)

L osseskarena gas buang

Salah satu losses yang terdapat dalam boiler adalah losses karena adanya gas  buang, dalam perhitungannya diperlukan mengetahui besar laju aliran massa dari gas buang itu sendiri dan dibutuhkan beberapa parameter dalam menghitung  besarnya laju aliran massa gas buang

 Massa karbon dioksida Mass CO2 =     Dimana :

C = Kadar karbon dalam batu bara (%Wt)

Mr CO2 = Massa molar karbon dioksida (kg/mol)

Mr C = Massa molar karbon (kg/mol)

Mass CO2 = Massa karbon dioksida pada flue gas (kg/kgfuel)

 Massa Nitrogen :

Mass N2 = mass N 2 in fuel  + mass of N 2 in combustion air supplied Mass N2 = N2 + Aact

 

Dimana :

 N2 = kadar nitrogen dalam batu bara (%Wt)

Aact = massa udara aktual yang dibutuhkan dalam pembakaran (kg air/kg fuel)

Mass N2 = massa nitrogen dalam flue gas (kg / kgfuel)

 Massa Sulfur dioksida

Mass SO2 = 



 

 

Dimana :

S = kandungan sulfur dalam batu bara (%Wt)

Mr SO2 = Massa molar sulfur dioksida (kg/ mol)

(8)

Mass SO2 = massa sulfur dioksida dalam flue gas (kg/kg fuel)

 Massa Oksigen pada flue gas Mass O2 = (Aact –  Ath)  Dimana :

Aact = udara aktual yang disuplai (kg air / kg fuel) Ath = udara teoritis yang dibutuhkan (kg air / kg fuel)

Mass O2 = Massa oksigen yang terdapat pada flue gas (kg /kg fuel)

Atau,

Mass O2 = O2 



Dimana :

O2 = Besar kandungan O2 dalam flue gas by volume (%Wt)

Mass O2 = Massa oksigen yang terdapat pada flue gas (kg / kg fuel)

Setelah diketahui besar massa dari penyusun  flue gas, maka besarnya massa flue  gas yang mengalir dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

ṁfg = (mass CO2 + Mass N2 + mass SO2 + mass O2)ṁfuel Dimana :

ṁfg = laju aliran massa flue gas (kg/s)

mass CO2 = massa karbon dioksida yang terdapat dalam flue gas (kg/kg fuel) Mass N2 = massa nitrogen yang terdapat dalam flue gas (kg/kg fuel)

Mass SO2 = Massa sulfur dioksida yang terdapat dalam flue gas (kg/kg fuel) Mass O2 = massa oksigen yang terdapat dalam flue gas (kg/ kg fuel)

ṁfuel = laju aliran massa bahan bakar (kg/s)

Dengan diketahuinya massa  flue gas  maka besarnya energi  flue gas dapat diketahui dengan persamaan :

Qfg = ṁfg Cpfg (Tfg –  Ta) Dimana :

Qfg = energi dalam flue gas (MW)

ṁfg = laju aliran massa flue gas (kg/s) Cpfg = Kalor Spesifik flue gas (Kj/Kg0C)

(9)

Tfg = Temperature flue gas keluar air heater  (0C)

Ta = Temperature udara ambien (0C)

Losses di dalam boiler

Selain flue gas, terdapat juga losses lain yang terdapat pada boiler, losses tersebut merupakan losses yang tersisa setelah total losses pada boiler dikurangkan dengan losses yang terjadi karena  flue gas, berikut adalah persamaan untuk mengetahui besarnya losses tersebut :

Qlb = QLT –  Qfg Dimana :

Qlb = Energi losses boiler (MW)

QLT = Energi losses total (MW)

Qfg = Energi dalam flue gas (MW)

b. Output pada Turbin (Power Ou tput ,l osseskarena ekstraksi, losseskondensor) Turbin merupakan salah satu bagian utama dari sebuah PLTU dimana turbin  berfungsi sebagai  prime mover yang bertugas untuk memutar generator. Secara

umum, bagian turbin dapat digambarkan sebagai berikut

ṁExt5 ṁExt4 ṁExt3 ṁExt2 ṁExt1 hcond ṁms hExt5 hExt4 hExt3 hExt2 hExt1 hms ṁcond

(10)

 Losses yang terjadi pada turbin adalah karena adanya uap ekstraksi dan energi panas dalam uap yang dikeluarkan pada kondenser, berikut adalah perhitungan untuk mengetahui besar losses untuk masing masing:

L osseskarena Ekstraksi uap

Pada dasarnya ekstraksi uap sangat dibutuhkan dalam sistem PLTU. Ekstraksi uap ini sendiri berfungsi untuk memanaskan air umpan yang akan masuk ke dalam boiler yang nantinya akan diubah fasanya menjadi uap kering. Pemanasan ini diperlukan supaya tidak terjadi adanya thermal stress pada pipa boiler. Berikut adalah sistem pemanasan air umpan

Gambar 3. Sistem pemanas air umpan pada PLTU

Untuk mengetahui besar losses ekstraksi perlu diketahui besar masa uap ekstraksi yang digunakan sebagai pemanas air umpan tersebut pada masing masing  pemanas.

 HP 5

Prinsip energi pada pemanas air umpan adalah keseimbangan energi dimana energi masuk heater akan sama dengan energi keluar heater sehingga dapat digunakan persamaan :

Energi in = Energi out

hext5 y5 + hf3 = hf  + hd5 y5 hext5 y5 - hd5 y5 = hf  –  hf3 y5 (hext5 –  hd5) = hf  –  hf3

y5 =

 

 

Dimana :

(11)

hext5 = enthalpy uap ekstraksi ke HP5 (Kj/Kg)

hd5 = enthalpy drain water dari HP5 menuju ke HP4 (Kj/Kg) hf  = enthalpy final feedwater (Kj/kg)

hf3 = enthalpy feedwater masuk HP5 (Kj/Kg)

Setelah diketahui besar rasio dari massa uap ekstraksi ke HP5 maka besarnya laju aliran massa uap ekstraksi menuju HP5 dapat diketahui :

ṁext5 = y5 ṁf  Dimana :

ṁext5 = Laju aliran massa uap ekstraksi menuju ke HP5 (kg/s) y5 = rasio massa uap ekstraksi menuju HP5

ṁf  = Laju aliran massa final feedwater  (kg/s)

Besarnya nilai energi yang digunakan untuk ekstraksi pada ekstraksi HP5 dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan

Qext5 =ṁext5 (hext5 - hf ) Dimana :

Qext5 = Energi panas yang ada dalam uap ekstraksi menuju HP5 (MW)

ṁext5 = Laju massa aliran uap ekstraksi menuju HP5 (kg/s) hext5 = Enthalpy uap ekstraksi menuju HP5 (Kj/Kg)

hf = Enthalpy akhir feedwater (Kj/Kg)

 HP 4

Energi in = Eergi Out

hext4 y4 + hd5 y5 + hf2 = hf3 + hd4 (y5 + y4) hext4 y4 + hd5 y5 + hf2 = hf3 + hd4 y5 + hd4 y4 hext4 y4 –  hd4 y4 = hd4 y5 –  hd5 y5 + hf3 –  hf2 y4 (hext4 –  hd4) = y5 (hd4 –  hd5) + (hf3 –  hf2)

y4 =

  

 

Dimana :

hext4 = Enthalpy uap masuk ke HP 4 (Kj/Kg)

hd4 = Enthalpy drain water dari HP 4 ke deaerator (Kj/Kg)

(12)

hf3 = enthalpy feedwater keluar HP 4 (Kj/kg)

hf2 = enthalpy feedwater masuk HP 4 (Kj/Kg)

y4 = rasio massa uap ekstraksi menuju HP 4

Perhitungan massa laju uap ekstraksi menuju HP 4

ṁext4 = y4 ṁf  Dimana :

ṁext4 = Laju aliran massa uap ekstraksi menuju ke HP 4 (kg/s) y4 = rasio massa uap ekstraksi menuju HP 4

ṁf  = Laju aliran massa final feedwater  (kg/s)

Besarnya energi yang terkandung di dalam uap ekstraksi Qext4 =ṁext4 hext4 –  (ṁext4+ ṁext5) hd4

 Deaerator

Berbeda dengan pemanas lainnya, deaerator merupakan pemanas dengan sistem terbuka dimana uap dan air bercampur dalam satu vessel , selain itu deaerator  juga berfungsi untuk menghilangkan kadar O2  pada air umpan,  berikut adalah persamaan dalam mencari energi deaerator  :

Energi in = Energi Out

Hext3 y3 + hd4 (y4+y5) + hcw3 (1-(y5 + y4 + y3)) = hf1

Hext3 y3 + hd4 y4 + hd4 y5 + hcw3 –  hcw3 y5 –  hcw3 y4 –  hcw3 y3 = hf1 Hext3 y3 –  hcw3 y3 + hd4 y4 –  hcw3 y4 + hd4 y5 –  hcw3 y5 + hcw3 = hf1 Y3 (hext3 –  hcw3) + y4 (hd4 –  hcw3) + y5 (hd4 –  hcw3) = hf1 –  hcw3 Y3 (hext3 –  hcw3) = (hf1 –  hcw3) –  y4 (hd4 –  hcw3) –  y5 (hd4 –  hcw3) Y3 =

( )    

 

Dimana :

Hext3 = enthalpy uap masuk deaerator  (Kj/kg)

Hd4 = enthalpy drain water dari HP4 menuju deaerator (Kj/kg)

Hf1 = enthalpy feedwater keluar deaerator  (Kj/kg)

Hcw3 = enthalpy feedwater masuk deaerator (Kj/kg)

Y3 = ratio massa uap ekstraksi masuk deaerator 

(13)

Y5 = ratio massa uap ekstraksi masuk HP 5

Setelah diketahuinya nilai ratio massa ekstraksi, maka besarnya nilai laju aliran massa uap ekstraksi menuju deaerator dapat dihitung dengan  persamaan :

ṁext3 = y3 ṁf  Dimana :

ṁext3 = laju aliran massa uap ekstraksi masuk deaerator  (kg/s) y3 = ratio massa uap ekstraksi masuk deaerator 

ṁf  = laju aliran massa feedwater  (kg/s)

dengan diketahuinya nilai laju aliran massa uap ekstraksi pada deaerator maka dapat dihitung nilai losses unutk uap ekstraksi :

Qext3 =ṁext3 hext3 –  (ṁext3+ ṁext4+ṁext5) hf1 Dimana :

Qext3 = Nilai losses karena ekstraksi pada deaerator  (MW)

ṁext3 = Laju aliran massa uap ekstraksi menuju deaerator (kg/s) hext3 = enthalpy uap ekstraksi menuju deaerator (Kj/kg)

 LP2

Seperti halnya dengan heater yang lain, LP ( Low Pressure heater ) berfungsi untuk menaikkan temperatur dari feedwater .

Untuk menentukan besarnya ratio massa uap ekstraksi dapat digunakan  persamaan :

Hext2 y2 + hcw2 (1-(y5+y4+y3)) = hd2 y2 + hcw3 (1- (y5+y4+y3))

Hext2 y2 + hcw2 –  y5 hcw2 –  y4 hcw2 –  y3 hcw2 = hd2 y2 + hcw3 –  y5 hcw3 –  y4 hcw3 –  y3 hcw3 Hext2 y2 - hd2 y2 = hcw3 –  y5 hcw3+ y5 hcw2 –  y4 hcw3+ y4 hcw2 –  y3 hcw3+ y3 hcw2 - hcw2 y2(Hext2 - hd2) = hcw3- hcw2 –  y5 (hcw3- hcw2) –  y4 (hcw3- hcw2) –  y3 (hcw3- hcw2)

y2 =      

 

Setelah kita ketahui nilai ratio massa uap ekstraksi, maka besarnya nilai laju aliran massa uap ekstraksi dapat kita peroleh :

(14)

Dimana :

ṁext2 = Laju aliran massa uap ekstraksi (kg/s) y2 = Ratio massa uap ekstraksi

ṁf  = laju aliran massa feedwater (kg/s)

Setelah diketahui nilai laju aliran massa uap ekstraksi, besarnya nilai losses ekstraksi dapat diperoleh :

Qext2 =ṁext2 (hext2 –  hd2) Dimana :

Qext2 = Nilai losses karena ekstraksi pada LP 2 (MW)

ṁext2 = Laju aliran massa uap ekstraksi menuju LP 2 (kg/s) hext2 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 2 (Kj/kg)

 LP1

Untuk menentukan besarnya ratio massa uap ekstraksi pad LP 1 dapat digunakan persamaan :

hext1 y1 + hcw1 (1-(y5+y4+y3)) + hd2 y2 = hd1 (y1 + y2) + hcw2 (1- (y5+y4+y3))

hext1 y1 + hcw1 –  hcw1 y5 –  hcw1 y4- hcw1y3 + hd2 y2 = hd1 y1 + hd1 y2 + hcw2 - hcw2 y5 –  hcw2 y4 –  hcw2 y3

hext1 y1 - hd1 y1 = hd1 y2- hd2 y2 + hcw2 - hcw1 - hcw2 y5 + hcw1 y5 –  hcw2 y4+ hcw1 y4 –  hcw2 y3+ hcw1y3

y1 (hext1 - hd1) = y2(hd1- hd2) + (hcw2 - hcw1) - y5(hcw2 - hcw1) –  y4(hcw2 - hcw1) –  y3(hcw2 - hcw1)

y1 =     

 

Setelah kita ketahui nilai ratio massa uap ekstraksi, maka besarnya nilai laju aliran massa uap ekstraksi dapat kita peroleh :

ṁext1 = y1 ṁf  Dimana :

ṁext1 = Laju aliran massa uap ekstraksi (kg/s) y1 = Ratio massa uap ekstraksi

ṁf  = laju aliran massa feedwater (kg/s)

Setelah diketahui nilai laju aliran massa uap ekstraksi, besarnya nilai losses ekstraksi dapat diperoleh :

Qext1 =ṁext1 hext1 –  (ṁext1+ ṁext2) hd1 Dimana :

Qext1 = Nilai losses karena ekstraksi pada LP 1 (MW)

(15)

hext1 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 1 (Kj/kg)

- Power Output pada Turbin Uap

Turbin Uap menggunakan tenaga potensial yang terdapat dalam uap  superheat dan nantinya akan digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan sebuah daya, berdasarkan dari gambar 2, maka besarnya nilai kerja turbin dapat digunakan persamaan :

Stage 1

PT1 = ṁ1 (h1 –  hext5) Dimana :

PT1 = Tenaga yang dihasilkan oleh turbin stage 1 (kW)

ṁ1 = Laju uap main steam (kg/s)

h1 = enthalpy uap masuk turbin (Kj/Kg) hext5 = enthalpy uap menuju HP5 (Kj/ kg) Stage 2

PT2 = (ṁ1 -ṁext5) (hext5 –  hext4) Dimana :

PT2 = Tenaga yang dhasilkan oleh turbin pada Stage 2 (kW)

ṁ1 = laju uap main steam (kg/s)

ṁext5= laju uap mennuju HP 5 (kg/s)

hext5 = enthalpy uap ekstraksi menuju HP5 (kj/kg) hext4 = enthalpy uap ekstraksi menuju HP4 (kj/kg) Stage 3

PT3 = (ṁ1 -ṁext5 - ṁext4) (hext4 –  hext3) Dimana :

PT3 = Tenaga yang dhasilkan oleh turbin pada Stage 3 (kW)

ṁ1 = laju uap main steam (kg/s)

ṁext5= laju uap mennuju HP 5 (kg/s)

ṁext4= laju uap mennuju HP 4 (kg/s)

hext4 = enthalpy uap ekstraksi menuju HP4 (kj/kg) hext3 = enthalpy uap ekstraksi menuju deaerator (kj/kg) Stage 4

PT4 = (ṁ1 -ṁext5 - ṁext4 - ṁext3) (hext3 –  hext2) Dimana :

(16)

PT4 = Tenaga yang dhasilkan oleh turbin pada Stage 4 (kW)

ṁ1 = laju uap main steam (kg/s)

ṁext5= laju uap mennuju HP 5 (kg/s)

ṁext4= laju uap mennuju HP 4 (kg/s)

ṁext3= laju uap menuju deaerqtor  (kj/kg)

hext3 = enthalpy uap ekstraksi menuju deaerator (kj/kg) hext2 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 2 (kj/kg) Stage 5

PT5 = (ṁ1 -ṁext5 - ṁext4 - ṁext3 - ṁext2) (hext2 –  hext1) Dimana :

PT5 = Tenaga yang dhasilkan oleh turbin pada Stage 5 (kW)

ṁ1 = laju uap main steam (kg/s)

ṁext5= laju uap mennuju HP 5 (kg/s)

ṁext4= laju uap mennuju HP 4 (kg/s)

ṁext3= laju uap menuju deaerqtor  (kj/kg)

ṁext2= laju uap menuju LP 2 (kj/kg)

hext2 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 2 (kj/kg) hext1 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 1 (kj/kg) Stage 6

PT6 = (ṁ1 -ṁext5 - ṁext4 - ṁext3 - ṁext2-ṁext1) (hext1 –  hcond) Dimana :

PT6 = Tenaga yang dhasilkan oleh turbin pada Stage 6 (kW)

ṁ1 = laju uap main steam (kg/s)

ṁext5= laju uap mennuju HP 5 (kg/s)

ṁext4= laju uap mennuju HP 4 (kg/s)

ṁext3= laju uap menuju deaerqtor  (kj/kg)

ṁext2= laju uap menuju LP 2 (kj/kg)

ṁext1= laju uap menuju LP 1 (kj/kg)

hext1 = enthalpy uap ekstraksi menuju LP 1 (kj/kg) hcond = enthalpy uap masuk condenser (kj/kg)

Dengan diketahuinya semua nilai kerja turbin di masing masing  stage maka  besarnya kerja total turbin dapat diperoleh :

(17)

Dimana :

Pout = Daya total turbin (MW)

PT1 = Daya turbin pada stage 1 (MW)

PT2 = Daya turbin pada stage 2 (MW)

PT3 = Daya turbin pada stage 3 (MW)

PT4 = Daya turbin pada stage 4 (MW)

PT5 = Daya turbin pada stage 5 (MW)

PT6 = Daya turbin pada stage 6 (MW)

- Losses karena panas yang dibuang pada condenser

Condenser merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mengambil  panas pada uap dan membuangnya sehingga uap tersebut berubah menjadi air,  panas yang dibuang tersebut adalah losses dan dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan :

Qcond = (ṁ1 -ṁext5 - ṁext4 - ṁext3 - ṁext2- ṁext1) (hcond –  hcw1) Dimana :

Qcond = Energi panas yang dibuang oleh condenser (kW)

M1 = laju uap main steam (kg/s)

Mext5 = laju aliran massa uap ekstraksi HP 5 (kg/s) Mext4 = laju aliran massa uap ekstraksi HP 4 (kg/s) Mext3 = laju aliran massa uap ekstraksi deaerator  (kg/s) Mext2 = laju aliran massa uap ekstraksi LP 2 (kg/s) Mext1 = laju aliran massa uap ekstraksi LP 1 (kg/s) Hcond = enthalpy uap masuk ke kondenser (kj/kg) Hcw1 = enthalpy uap keluar kondenser (kj/kg)

- Losses yang tidak dapat dihitung

Losses ini merupakan losses sisa dari perhitungan losses sebelumnya, sehingga nilai losses ini dapat dihitung dengan persamaan :

Qun = Qsteam –  Qext1 –  Qext2 –  Qext3 –  Qext4 –  Qext5 –  Qcond - Pout Dimana :

Qun = Losses yang tidak dapat dihitung (kW) Qsteam = energi panas yang ada di dalam steam (kW)

(18)

Qext2 = energi yang ada pada sistem ekstraksi uap LP2(kW)

Qext3 = energi yang ada pada sistem ekstraksi uap deaerator (kW) Qext4 = energi yang ada pada sistem ekstraksi uap HP4 (kW) Qext5 = energi yang ada pada sistem ekstraksi uap HP5 (kW) Qcond = energi panas yang dibuang oleh kondensor (kW) Pout = daya yang dihasilkan oleh turbin (kW)

c. Output pada Generator

Hasil akhir dari proses konversi energi pada suatu PLTU adalah terciptanya energi listrik yang dihasilkan oleh putaran rotor generator. Besarnya nilai output tersebut dapat terlihat dari CCR, namun seharusnya nilai output generator = nilai daya yang dihasilkan oleh turbin, namun karena adanya rugi rugi sehingga terdapat losses, nilai losses tersebut dapat diperoleh dengan:

QLG = Pout –  Pgen Dimana :

QLG = Losses yang terjadi pada generator (kW) Pout = Nilai daya yang dihasilkan oleh turbin (kW) Pgen = Daya yang dihasilkan oleh generator (kW)

Gambar

Gambar 1. Sistem aliran energi pada pembangkit tenaga uap
Gambar 2. Sistem laju uap pada Turbin beserta losses  nya
Gambar 3. Sistem pemanas air umpan pada PLTU

Referensi

Dokumen terkait

The iden ty of the selected isolates was based on 16S rRNA gene sequence analysis: C38 isolate had a 99% similarity to Bacillus cereus strain HM85, C43 isolate had a 99% similarity

'HQJDQ PHQJDFX SDGD KDVLO SHQHOLWLDQ WHUKDGDSWLJDEHODV.RSHUDVLGL6DODWLJD PDNDGDSDWGLNHPXNDNDQWLGDNEHOXPVHPXD WXQWXWDQ PLQLPDO LQGLNDWRU SHQDWDNHORODDQ .RSHUDVL WHODK GLSHQXKL

Rancangan disusun sedemikian rupa sehingga menuntun peneliti memperoleh jawaban dari hipotesis (Sugiyono 2016, hlm. 42) Menurut Sugiyono (2016, hlm 21) Metode penelitian

tlty, Contract Surveyor, dan Quantlty Surveyor mungkln perlu men dapat tempat dalam khazanah industrl konstruksl Indonesia. Terlalu banyak untuk dlsebutkan satu

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Selayar. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan.

251 Enterprise Resource Planning ‐ Fundamental A1 Cahyo Indraswono, SE, M.Sc., Ak, CA GKU103 GKU104 252 Enterprise Resource Planning ‐ Fundamental

Berdasarkan hasil observasi di beberapa SD se-Kecamatan Gedangsari Gunungkidul peneliti menemukan beberapa masalah, salah satunya yaitu masih banyak guru yang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |