• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta Di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta Di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ROBUSTA DI DESA HARJOKUNCARAN KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG. Oleh ADE CHYNTIA H SITORUS. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2018.

(2) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ROBUSTA DI DESA HARJOKUNCARAN KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG. Oleh Ade Chyntia H Sitorus 145040100111081. SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1). JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018.

(3) PERNYATAAN. Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.. Malang, Mei 2018. Ade Chyntia H Sitorus.

(4)

(5)

(6) RINGKASAN Ade Chyntia H Sitorus. 145040100111081. Analisis Kelayakan Usahatani Kopi Robusta di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, MS. selaku pembimbing utama dan Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA. selaku pembimbing pendamping Kabupaten malang memiliki kawasan produksi kopi yaitu AMSTIRDAM (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo dan Dampit). Keempat kabupaten ini menjadi pemasok sebagian besar kopi dari Jawa Timur. Namun pada saat ini, kecamatan Dampit memiliki popularitas serta pangsa pasar yang lebih luas dan lebih dikenal oleh masyarakat luas dikarenakan kecamatan Dampit sudah dijadikan pusat pengumpulan kopi sejak dari pemerintahan Hindia Belanda. Namun dengan semakin meningkatnya peminat kopi dan semakin berkembangnya zaman, kecamatan lain juga semakin memperkenalkan dan meningkatkan produksi kopi daerah sendiri. Desa Harjokuncaran yang terletak di kecamatan Sumbermanjing Wetan merupakan desa dengan penghasil kopi robusta yang mulai diperhitungkan. Hampir sebagian besar warga didesa ini mengubah komoditi utama yang ditaman. Komoditi utama yang ditanam adalah tebu dan jagung. Namun seiring tingginya permintaan akan kopi maka sebagian besar petani di Desa Harjokuncaran mulai beralih dengan menanam kopi. Namun terdapat kendala dalam produktivitas kopi pada desa ini. Berdasarkan fenomena tersebut maka penting sekali dilakukan penelitian untuk menjawab permasalahan tentang kelayakan finansial usahatani kopi sumawe di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, (2) Untuk menganalisis tingkat sensitivitas usahatani terhadap peningkatan harga jual dan peningkatan jumlah produksi, peningkatan harga jual dan penurunan jumlah produksi, peningkatan jumlah produksi dan penurunan harga jual serta penurunan harga jual dan penurunan produksi. Metode penentuan responden adalah probability sampling dengan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin sehingga didapatkan hasil sebanyak 41 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif guna mendeskripsikan karakteristik responden dan menggambarkan hasil analisis kelayakan finansial. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa usahatani kopi robusta layak dikembangkan dengan rata-rata produksi 1546 kg/ha/tahun dengan jumlah penerimaan dengan rata-rata Rp 44.179.141 per hektar/tahun dan jumlah pendapatan rata-rata mencapai Rp 37.574.425 per hektar/tahun. Usahatani kopi i.

(7) robusta ini layak dikembangkan karena nilai NPV positif sebesar Rp 85.045.664 , nilai Net B/C Ratio yang bernilai 3 ( Net B/C Ratio>1) dan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu sebesar 24% dengan waktu pengembalian modal selama 6 tahun 4 bulan. Hasil analisis sensitivitas dengan kondisi kenaikan harga jual sebesar 25% dan penurunan produktivitas sebesar 25% menunjukkan proyek pengembangan usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak dilakukan dengan NPV bernilai positif sebesar Rp 74.301.130 Net B/C Ratio sebesar 2,7 (Net B/C Ratio>1) dan nilai IRR sebesar 23% atau lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku yakni 12%. Hasil perhitungan dengan kondisi kenaikan harga jual sebesar 25% dan kenaikan produktivitas sebesar 25% menunjukkan bahwa usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak untuk dilakukan karena nilai NPV menunjukkan nilai positif yaitu Rp 181.746.472, Net B/C Ratio lebih besar dari 1 yaitu sebesar 5,3 dan nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku (12%) yaitu sebesar 34%. Hasil perhitungan dengan kondisi penurunan harga jual sebesar 25% dan kenaikan produktivitas sebesar 25% menunjukkan bahwa usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak untuk dilakukan karena nilai NPV menunjukkan nilai positif yaitu Rp 74.074.916, Net B/C Ratio lebih besar dari 1 yaitu sebesar 2,7 dan nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku (12%) yaitu sebesar 23%. Hasil perhitungan dengan kondisi penurunan harga jual sebesar 25% dan penurunan produktivitas sebesar 25% menunjukkan bahwa usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak untuk dilakukan karena nilai NPV menunjukkan nilai positif yaitu Rp 9.835.297, Net B/C Ratio lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,2 dan nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku (12%) yaitu sebesar 14%.. ii.

(8) SUMMARY Ade Chyntia H Sitorus. 145040100111081. Robusta Coffee Feasibility Analysis in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency. Under the guidance of Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, MS. as the lead coach and Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA. as mentor companion. Malang Regency has coffee production area AMSTIRDAM (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo and Dampit). These four districts are supplying most of the coffee from East Java. However, at this time, Dampit subdistrict has a wider popularity and market share and is better known by the wider community because Dampi district has been used as the center of coffee pepper since the Dutch government. But with the growing interest in coffee and the growing age, other sub-districts are also increasingly introducing and increasing their own coffee production area. Harjokuncaran Village located in Sumbermanjing Wetan sub-district is a village with robusta coffee producers that start to be taken into account. Almost the majority of residents of this village change the main commodities in the park. The main commodities grown are sugarcane and maize. But along with the high demand for coffee, most of the farmers in Harjokuncaran Village start to switch by growing coffee. However, there are constraints in coffee productivity in this village. Based on the phenomenon it is very important to do research to answer the problem about the feasibility of finance ial Sumawe coffee farming in the Village Harjokuncaran Sumbermanjing Wetan Malang Regency . The objectives of this research are: (1) To analyze the financial feasibility of Robusta coffee farming in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Subdistrict , Malang Regency , (2) To analyze the sensitivity level of farming to increase of selling price and increase of production quantity, increase of selling price and decrease of production amount , increase in production and decrease of selling price and decrease of selling price and decrease of production. The method of determining the respondent is probability sampling the determination of the amount of sample use slovin formula is obtained by 41 respondent. Data analysis technique used is descriptive analysis to describe the characteristics of respondents and describe the results of financial feasibility analysis. Based on the analysis of robusta coffee is known that farming should be developed with an average production of 1546 kg/ha/yr d ith the amount of revenue with an average of Rp 44.179.141 /hectare/year and the average amount of income reached Rp 37.574.425 /hectare/year . Robusta coffee farming is feasible to develop due to the positive NPV value of Rp 85 . 045664 , the value of Net B/C Ratio is 3 (Net B/C Ratio > 1) and the IRR value is greater than the prevailing interest rate is 24 % with payback period for 6 years 4 month. iii.

(9) The result of sensitivity analysis with 25% selling price increase and 25% decrease of productivity shows Robusta coffee farming development project in Harjokuncaran Village is feasible to do with NPV with positive value Rp 74.301.130, Net B/C Ratio of 2.7 (Net B/C Ratio >1) and an IRR of 23 % or greater than the prevailing bank interest rate of 12%. The result of the calculation with 25% selling price increase and 25% increase in productivity indicates that Robusta coffee farming in Harjokuncaran Village is feasible to do because NPV value shows positive value that is Rp 181.746.472 , Net B/C Ratio is greater than 1 amount 5,3 and the IRR value is greater than the prevailing bank interest rate 12% which is 34 %. The result of calculation with the condition of 25% decrease of selling price and productivity increase by 25% indicate that Robusta coffee farming in Harjokuncaran Village is feasible to do because NPV value shows positive value that is Rp 74.074.916 , Net B/C Ratio greater than 1 of 2.7 and the value of IRR is greater than the prevailing bank rate 12% that is equal to 23 %. The result of the calculation to the condition of the selling price declines of 25% and a decrease in productivity of 25% indicates that robusta coffee farm in the village of Harjokuncaran feasible because NPV value indicates positive value of Rp 9,835,297, Net B/C ratio is greater than 1 is of 1.2 and the value of IRR is greater than the interest rate 12% that is equal to 14 %.. iv.

(10) KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak untuk dikembangkan dari segi finansial. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: 1. Bapak Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, MS. dan Ibu Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, nasehat, dan arahanya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, 2. Segenap warga yang ada pada lokasi penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan informasi selama kegiatan penelitian, 3. Rekan-rekan satu tempat penelitian yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, dan 4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan, masukkan, dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.. Malang,. Mei 2018. Ade Chyntia H Sitorus. v.

(11) RIWAYAT HIDUP. Ade Chyntia H Sitorus lahir pada tanggal 7 Juni 1996 di Rantau Prapat Provinsi Sumatera Utara. Ia adalah mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan S-1 di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Pendidikan sebelumnya ditempuh di tanah kelahirannya. Jenjang Sekolah Menengah Atas ditempuhnya di SMA Negeri 7 Medan, jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan dan SekolahDasar di SD Swasta Santo Thomas 1 Medan. Penulis adalah insanak ademis yang tidak hanya berfokus pada kegiatan akademis saja, melainkan juga aktif dalam berbagai organisasi. Organisasi yang diikut sertai oleh penulis antara lain PERMASETA (Perhimpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) yang bergerak dalam bidang Sosial Masyarakat FP-UB, dan CHRISTIAN COMMUNITY FP UB yang merupakan organisasi kerohanian. Keikutsertaan penulis dalam organisasi di atas sebagai anggota dan juga turut aktif menjadi pengurus dan berperan dalam berbagai kepanitiaan.. vi.

(12) DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN ............................................................................................ SUMMARY. i iii. KATA PENGANTAR ................................................................................ v. RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi. DAFTAR ISI ............................................................................................... vii. DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix. DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi. I.. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.5 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 1 3 5 5 6. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ......................................................... 7 2.2 Teori Usahatani ............................................................................ 9 2.2.1 Pengertian Usahatani .......................................................... 9 2.2.2 Pendapatan Usahatani ......................................................... 2.4.1 Kualitas 10 Produk 2.3 Analisis Arus Uang Tunai (Cash Flow) ........................................ 10 2.3.1 Biaya Total Produksi ........................................................... 10 2.3.2 Penerimaan Usahatani ......................................................... 11 2.3.3 Pendapatan Usahatani ......................................................... 11 2.4 Analisis Kelayakan Finansial ......................................................... 12 2.4.1 Net Present Value (NPV) .................................................... 12 2.4.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ........................................ 13 2.4.3 Internal Rate of Return (IRR) ............................................. 13 2.4.4 Payback Period (PP) ........................................................... 14 2.5 Analisis Sensitivitas ...................................................................... 14 2.6 Tinjauan Umum Kopi ................................................................... 15. vii.

(13) III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Teoritis .......................................................................... 3.2 Hipotesis ....................................................................................... 3.3 Definisi Konsep, Operasional dan Pengukuran Variabel ............... 21 23 23. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Pendekatan Penelitian ................................................................... 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 4.3 Metode Penentuan Responden ...................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 4.5 Metode Analisis Data .................................................................... 4.5.1 Tujuan Pertama ................................................................... 4.5.2 Tujuan Kedua ....................................................................... 25 25 25 26 26 26 30. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................ 5.1.1 Keadaan Geografis Desa Harjokuncaran............................. 5.1.2 Distribusi Penduduk dan Penggunaan Tanah ..................... 5.2 Karakteristik Responden ............................................................... 5.3 Analisis Pendapatan dan Cash Flow ............................................. 5.3.1 Penerimaan dan Pendapatan ................................................ 5.4 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta ............... 5.4.1 Analisis Kriteria Investasi .................................................. 5.4.2 Payback Period .................................................................. 5.5 Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi Robusta .............................. 5.5.1 Perubahan Kenaikan Harga Jual Sebesar 25% dan Penurunan Produktivitas Sebesar 25% ........................................ 5.5.2 Perubahan Kenaikan Harga Jual Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% .......................................... 5.5.3 Perubahan Penurunan Harga Jual Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% .......................................... 5.5.4 Perubahan Kenaikan Harga Jual Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% ........................................... 32 32 32 36 42 45 50 50 52 53 54 56 57 59. VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 6.2 Saran .............................................................................................. 61 62. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN ................................................................................................ 63 67. viii.

(14) DAFTAR TABEL. Nomor. Halaman Teks. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18. 19. 20. 21. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 33 Pembagian Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ................................................. 33 Tata Guna Tanah di Desa Harjokuncaran ........................................................ 34 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Harjokuncaran ................................. 34 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Harjokuncaran ............................. 35 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .............................................. 36 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................... 37 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ............................................................................................. 39 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan..................................... 40 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Dalam Berusahatani ..................................................................................................... 40 Pendapatan Responden per-bulan .................................................................... 41 Biaya Tetap Usahatani Kopi Robusta .............................................................. 42 Biaya Tidak Tetap Usahatani Kopi Robusta ................................................... 44 Rata-Rata Hasil Produksi dan Penerimaan Usahatani Kopi Robusta ....... ..................................................................................................... 46 Rata-Rata Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Usahatani Kopi Robusta/Ha/Tahun .................................................................. 49 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta ................................... 51 Nilai Payback Period Usahatani Kopi Robusta per Hektar ............................. 53 Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi Robusta terhadap Peningkatan Harga Jual sebesar 25% dan Penurunan Produktivitas Sebesar 25%. ............................................................................. 55 Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi Robusta terhadap Kenaikan Harga Jual Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25%/ha ……………………………………………….. 56 Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi robusta terhadap Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% dan Penurunan Harga Jual Sebesar 25% /ha ........................................................................................ 57 Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi robusta terhadap Penurunan Jumlah Produksi 25% dan Penurunan Harga Jual Sebesar 25%/ha ............................................................................................... 59. ix.

(15) DAFTAR SKEMA. Nomor. Halaman Teks. 1. Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Finansial Usahatani 22 Kopi Robusta .................................................................................................... x.

(16) DAFTAR LAMPIRAN. Nomor. Halaman Teks. 1 2 3 4 5 6 7 8 9. Cash Flow /ha/tahun ........................................................................................ 68 Biaya Investasi/ha Kopi Robusta di Desa Harjokuncaran................................ 69 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta di Desa Harjokuncaran .................................................................................................. 70 Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Kopi Sebesar 25% dan Penurunan Produktivitas Sebesar 25% ................................ 72 Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Jual Kopi Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% ................................. 74 Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Kopi Sebesar 25% dan Kenaikan Produktivitas Sebesar 25% .................................. 76 Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Jual Kopi Sebesar 25% dan Penurunan Produktivitas Sebesar 25% ................................ 78 Kuisioner Penelitian ........................................................................................ 80 Dokumentasi .................................................................................................... 83. xi.

(17) 12. 12.

(18) 1. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kopi menjadi salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis (Kadir, A. 2005). Kopi sebagai tanaman perkebunan, memiliki peluang pengembangan yang menguntungkan hingga 25 tahun (Alam,2007). Subsektor perkebunan komoditas kopi merupakan produk perkebunan yang mempunyai peluang pasar yang besar, baik didalam negeri maupun diluar negeri dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia temasuk dalam produsen keempat terbesar kopi dunia setelah Brazil, Vietnam dan Columbia, dengan sumbangan devisa cukup besar. Sejak tahun 1984 pangsa ekspor kopi Indonesia dipasar kopi internasional menduduki nomor tiga tertinggi setelah Brazilia dan Kolombia. Sebagian besar ekspor kopi Indonesia adalah jenis kopi robusta (94%), dan sisanya adalah kopi jenis arabika. Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 ribu ton (19,6%). Harga kopi robusta dan arabika ditingkat global mengalami kenaikan sangat signifikan dalam tiga tahun terakhir (Arifin, 2011). Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 juta ha (Kepala Pusat Komunikasi Publik, 2013) dan dari areal tersebut, 96% merupakan perkebunan rakyat dan 4% milik perkebunan swasta dan pemerintah. Jawa Timur merupakan provinsi dengan peringkat kelima sebagai penghasil kopi di Indonesia dan menjadi daerah yang memiliki luas area penanaman kopi yang paling besar dibandingkan dengan daerah lainnya di pulau Jawa. Luas area dan produksi kopi pada tanaman perkebunan rakyat 2015-2017 di provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2015 luas area sebesar 63.240 dengan produksi 33.661 ton, pada tahun 2016 dengan luas area 63.731 dengan produksi 33.976 ton dan pada tahun 2017 dengan luas area 63.900 dengan produksi 34.000 ton (Direktorat Jendral Perkebunan,2017). Kabupaten malang menjadi tempat penghasil kopi yang menyumbang produksi sebesar 8.952 ton.

(19) 2. dengan rerata produksi 749 kg/ha menunjukkan bahwa kopi sangat diminati dan sedang berkembang di Jawa Timur. Namun jumlah petani yang menanam kopi mengalami perubahan setiap tahun dimana pada tahun 2015 sebanyak 142.256 kepala keluarga petani kopi membudidayakan kopi menurun pada tahun 2016 menjadi 139.804 kepala keluarga dan kembali meningkat pada tahun 2017 menjadi 140.000 kepala keluarga. Berkurangnya petani kopi nyatanya tidak menurunkan produksi kopi Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Malang memiliki kawasan produksi kopi yaitu AMSTIRDAM (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo dan Dampit). Keempat kecamatan ini menjadi pemasok sebagian besar kopi dari Jawa Timur. Namun pada saat ini, Kecamatan Dampit memiliki popularitas serta pangsa pasar yang lebih luas dan lebih dikenal oleh masyarakat luas dikarenakan kecamatan Dampit sudah dijadikan pusat pengepulan kopi sejak dari pemerintahan Hindia Belanda. Namun dengan semakin meningkatnya peminat kopi dan semakin berkembangnya zaman, kecamatan lain juga semakin memperkenalkan dan meningkatkan produksi kopi daerah sendiri. Desa Harjokuncaran yang terletak di kecamatan Sumbermanjing Wetan merupakan desa dengan penghasil kopi robusta yang mulai diperhitungkan. Petani sadar komoditas kopi mempunyai prospek yang cukup cerah di masa mendatang, hal ini terutama dilihat dari prospek pasar yang cenderung meningkat sehingga memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pangsa pasar kopi baik jenis spesialti maupun produk olahan kopi (Harisudin, 2013 dalam Karnasih, dkk 2014). Komoditas kopi tidak termasuk dalam komoditi utama yang ditanam oleh petani di Desa Harjokuncaran namun melihat prospek yang cukup cerah di masa mendatang maka hampir sebagian besar warga didesa ini mulai beralih untuk bercocok tanam kopi. Adanya perubahan jenis komoditi yang ditanam memiliki kendala tersendiri bagi petani. Kendala dalam produktivitas kopi pada desa ini adalah hasil rerata produksi kopi masih mencapai kurang dari 2 ton/ha dengan usahatani yang masih sederhana dan petani biasanya hanya memperhatikan pendapatan untuk saat itu saja. Sementara permintaan kopi robusta sedang meningkat, kondisi tersebut membawa harapan besar bagi petani untuk melanjutkan usahatani kopi robusta..

(20) 3. Petani perlu mengetahui seberapa layak usahatani yang dilakukan agar usahatani dapat bertahan lama dan tetap menguntungkan bagi petani. Berdasarkan fenomena tersebut maka penting sekali dilakukan penelitian untuk menjawab permasalahan tentang apakah usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan sudah tergolong layak dari segi finansial dan petani juga harus mengetahui tingkat kepekaan usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang terhadap perubahan harga jual dan perubahan jumlah produksi yang akan terjadi dimasa depan. 1.2 Rumusan Masalah Dengan semakin berkembangnya zaman dan perubahan pola hidup masyarakat yang menjadikan kopi sebagai minuman wajib sebelum memulai beraktivitas serta menjadi minuman yang menemani selama beraktivitas belakangan. ini. membuat. permintaan. akan. kopi. semakin. meningkat.. Meningkatnya permintaan akan kopi baiknya diikuti dengan meningkatnya hasil produksi kopi. Hasil produksi kopi Indonesia masih cenderung fluktuatif dan masih dibawah negara penghasil kopi yang menjadi pesaing yaitu Vietnam dan Brazil. Produktivitas yang masih rendah juga diikuti dengan nilai ekspor yang masih lemah. Ekspor kopi Indonesia hanya masuk dalam 10 besar negara pengekspor kopi dunia (FAO,2014). Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan merupakan desa penghasil kopi yang turut menyumbang untuk pemenuhan kebutuhan kopi di kabupaten malang selatan. Setiap perkebunan kopi seluas 1 ha di Desa Harjokuncaran dapat menghasilkan 1-2 ton. Rahardjo (2012) menyatakan bahwa perkebunan kopi yang baik pada keadaan normal dapat mencapai produktivitas 12 ton setiap hektarnya. Desa harjokuncaran merupakan desa yang sebagian besar penduduknya merupakan petani, namun komoditi utama yang ditanam adalah tanaman jagung dan tanaman tebu. Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya permintaan kopi, maka sebagian besar petani mengubah komoditi utama menjadi kopi..

(21) 4. Perubahan komoditi memiliki beberapa permasalahan utama. Kondisi lapang menunjukkan bahwa kurang maksimalnya perawatan menyebabkan keberagaman hasil produksi, hal ini disebabkan masih berbeda-bedanya pengetahuan tentang budidaya kopi. Selain kondisi tersebut, faktor dari harga input produksi yang masih cukup tinggi untuk pupuk dan tenaga kerja sehingga mengurangi pendapatan petani dan harga jual yang masih relatif kecil membuat pendapatan petani juga tidak menentu. Menurut Soekartawi (2006) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Untuk pengolahan usahatani yang dilakukan oleh petani agar yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang dikeluarkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Hal ini akan menyebabkan pendapatan petani akan meningkat dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani akan meningkat. Berdasarkan pengamatan lapang dan identifikasi masalah, usahatani kopi robusta memang perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah usahatani masih layak untuk dikembangkan. Pendekatan analisis finansial dilakukan dalam penelitian ini sehingga data yang diolah berdasarkan dari petani langsung. Setelah melakukan analisis kelayakan berdasarkan kriteria investasi, perlu ditambah analisis sensitivitas dengan tujuan untuk melihat kepekaan terhadap usaha yang dijalankan apabila terjadi perubahan nilai berupa penurunan biaya dan peningkatan biaya input produksi (Soekartawi,2006). Perubahan yang sangat sering terjadi dilapang adalah penurunan produksi, kenaikan harga input dan penurunan harga jual. Penurunan produksi biasanya dikarenakan serangan hama dan penyakit ataupun perubahan iklim sedangkan kenaikan harga input produksi terjadi karena perubahan harga pupuk dan pestisida. Penurunan harga jual juga sering menjadi kendala petani terutama saat panen raya. Analisis sensitivitas digunakan agar mengetahui bahwa usahatani masih menunjukkan layak untuk dibudidayakan atau sudah tidak layak untuk dibudidayakan..

(22) 5. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji didalam penelitian tentang kelayakan finansial usahatani kopi robusta yaitu: 1. Bagaimana kelayakan finansial usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang? 2. Bagaimana tingkat sensitivitas usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang apabila terjadi peningkatan biaya input, penurunan hasil produksi dan penurunan harga jual? 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian perlu adanya. batasan masalah untuk. menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Adapun batasan masalah yang ada pada penelitian berikut ini yaitu: 1. Pengambilan responden dibatasi dengan mengambil petani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang sebagai responden yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Penelitian ini dibatasi pada analisis kelayakan finansial usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dalam mengetahui layak atau tidaknya sebuah usahatani untuk dikembangkan dan analisis sensitivitas 3. Perhitungan aliran arus kas seperti pada pendapatan, penerimaan dan biaya produksi kopi robusta dihitung setiap umur tanaman kopi robusta. 4. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang 2. Untuk menganalisis tingkat sensitivitas usahatani terhadap peningkatan harga jual dan peningkatan jumlah produksi, peningkatan harga jual dan penurunan jumlah produksi, peningkatan jumlah produksi dan penurunan harga jual serta penurunan harga jual dan penurunan produksi..

(23) 6. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumber informasi dan referensi dalam menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan pembawa serta dalam bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya khususnya berkaitan tentang analisis finansial. 2. Dapat memberikan masukan bagi petani dan pihak-pihak terkait mengenai dalam memperhitungan kelayakan usahatani kopi robusta apakah usaha dapat dikatakan layak atau tidak untuk dikembangkan..

(24) 7. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan untuk melihat informasi dan sebagai bahan pertimbangan secara perbandingan bagi peneliti dalam menyusun kerangka berpikir yang jelas agar mendapat keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Pahlevi, Zakaria, dan Kalsum (2014) menganalisis kelayakan usaha agroindustri kopi luwak menunjukkan hasil kelayakan finansial dalam usaha agroindustri kopi luwak di daerah penelitian layak untuk dikembangkan. Usaha agroindustri dibagi menjadi dua skala yaitu skala kecil dan skala mikro. Hal ini dilihat dari NPV yang positif dalam skala kecil dan skala mikro yaitu Rp 2.856.649.889 dan Rp 992.605.326 , nilai IRR yang lebih besar dari discount rate sebesar 85,05% untuk skala kecil dan 64,98% untuk skala mikro. Didukung oleh nilai Net B/C yang lebih besar dari 1 yaitu 5,8 untuk skala kecil dan 4,76 untuk skala mikro. Hasil analisis Gross B/C Ratio dengan skala kecil sebesar 1,76 dan skala mikro sebesar 1,43 Hasil analisis sensitivitas pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan biaya produksi sensitif terhadap IRR dan Net B/C Ratio pada skala kecil dan pada skala mikro pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan biaya produksi peka terhadap nilai Net B/C Ratio dan masih layak untuk diusahakan. Hasil analisis payback period diketahui bahwa jangka waktu pengembalian atas investasi usaha agroindustri kopi luwak adalah selama 4 tahun 2 hari untuk skala kecil dan 4 tahun 3 bulan 9 hari untuk skala mikro. Winantara, Bakar, dan Puspitaningsih (2014) menganalisis kelayakan usaha kopi luwak menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen sumberdaya manusia, aspek legal dan lingkungan serta aspek finasial dan melakukan analisis sensitivitas. Nilai kelayakan finansial diperoleh NPV bernilai positif dan nilai IRR yang dihasilkan lebiih besar dari tingkat suku bunga, serta nilai B/C ratio lebih besar dari 1. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan volume penjualan kopi luwak menunjukkan bahwa penurunanan menyebabkan usaha mengalami kerugian dan batas maksimal penurunan.

(25) 8. mencapai 20,6% dengan nilai IRR=0. Analisis sensitivitas terhadap peningkatan harga bahan baku kopi menyebabkan pendapatan menurun. Peningkatan harga bahan baku kopi maksimal yaitu 175,7% dengan nilai IRR=0. Hasil perhitungan payback period menunjukkan jangka waktu pengembalian modal adalah selama 3 tahun 5 bulan. Gusmawati (2014) menganalisis kelayakan finansial usahatani cengkeh menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis NPV bernilai positif sebesar Rp 51.540.611, nilai IRR sebesar 18% sedangkan nilai perhitungan Net B/C Ratio didapat sebesar 24,05 dan hasil perhitungan payback period menunjukkan jangka waktu selama 3 tahun 4 bulan. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa usahatani cengkeh di layak untuk dikembangkan. Ati Kusmiati dan Devi (2015) menganalisis kelayakan finansial usahatani kopi arabika dan prospek pengembangannya di ketinggian sedang menyatakan bahwa usahatani kopi arabika secara finansial layak untuk diusahakan dengan nilai NPV positif sebesar Rp 3.690.704, nilai Net B/C Ratio sebesar 1,5 serta nilai IRR sebesar 34,38% dan tingkat suku bunga kredit koperasi petani Desa Karangpring sebesar 24%. Hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani kopi arabika apabila terjadi kenaikan biaya pupuk 20% yaitu nilai NPV positif sebesar Rp.3.204.536,9; nilai Net B/C sebesar 1,46, IRR sebesar 32,95%, dengan tingkat suku bunga kredit koperasi petani Desa Karangpring sebesar 24%. Sedangkan hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani kopi arabika di Desa Karangpring apabila terjadi penurunan harga jual kopi arabika 10% yaitu nilai NPV positif sebesar Rp.1.008.193, nilai Net B/C sebesar 1,15, IRR sebesar 27,04% dengan tingkat suku bunga sebesar 24%. Hasil analisis sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa usahatani kopi arabika tidak peka terhadap perubahan peningkatan biaya pupuk 20% dan penurunan harga jual kopi arabika 10%, sehingga usahatani tersebut masih tetap layak untuk diusahakan. Putra Azani (2016) menganalisis finansial perkebunan kopi arabika (cofeea arabica) menunjukan bahwa perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Pantai Cermin ini layak (Feasible) untuk dilaksanakan bila dilihat dari aspek finansial, yang ditandai dengan memperoleh B/C Ratio sebesar 1,98, NPV Rp. 85.237.870 dan IRR 65%. Sedangkan untuk analisis sensitivitas dilihat berdasarkan : (a) Peningkatan biaya 7% (b) penurunan produksi 25% diperoleh IRR > tingkat suku.

(26) 9. bunga artinya usaha perkebunan kopi rakyat ini masih layak untuk dilaksanakan. Sedangkan analisis sensitivitas pada (c) penurunan harga jual hingga Rp 1.000 atau penurunan 83% usaha dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan karena didapatkan IRR < tingkat suku bunga. Beberapa penelitian yang telah diuraikan diatas telah menganalisis kelayakan dengan menggunakan metode yang sama yakni metode kelayakan finansial dengan kriteria kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio Payback Period dan analisis sensitivitas untuk menentukan apakah suatu usaha dapat dikatakan layak atau tidak. Berdasarkan penelitian terdahulu maka peneliti melakukan peneltian yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Kopi Robusta di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.” Penelitian ini mencoba menganalisis kelayakan finansial kopi robusta di Desa Harjokuuncaran. Analisis dilakukan agar petani dapat mengetahui kelayakan usahtani dan dapat menghindari kerugian dengan menggunakan kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost ratio (Net B/C ratio) dan Payback Period . Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan terhadap adanya perubahan serta ketidakpastian usahatani dan dapat mengatasi bila terjadi penurunan produksi serta penurunan harga jual kopi dan mengetahui tingkat berapa persen penurunan produksi namun kenaikan harga jual kopi yang dapat mengakibatkan kerugian secara finansial serta mengetahui pengaruh kenaikan harga jual yang diikuti dengan kenaikan produktivitas kopi serta mengetahui tingkat kepekaan apabila terjadinya peningkatan produksi namun terjadi penurunan harga. 2.2 Teori Usahatani 2.2.1 Pengertian Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (Wanda, 2015)..

(27) 10. 2.2.2 Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi (Wanda, 2015). 2.3 Analisis Arus Uang Tunai (Cash Flow) Cash flow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. 2.3.1. Biaya Total Produksi Biaya total (Total Cost/TC) yaitu biaya yang meliputi keseluruhan jumlah. biaya yang dikeluarkan untuk mendanai aktivitas usahatani kopi. Biaya produksi kopi yaitu biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi awal pada usahatani kopi berupa persiapan serta pengolahan lahan, pembelian bibit, sedangkan biaya produksi dibedakan menjadi biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap. Total biaya variabel (Total Variabel Cost/TVC) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani dan bersifat Variabel atau dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak produk yang dihasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Contoh : biaya bahan baku, upah tenaga kerja dan pupuk. Biaya produksi tetap adalah biaya yang meliputi perbelanjaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang tetap jumlahnya, artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap pada usahatani kopi adalah sewa lahan. Secara matematis total niaya produksi dinyatakan sebagai berikut:.

(28) 11. TC = TFC+TVC Dimana:. 2.3.2. TC. = Total biaya usahatani kopi (Total Cost) (Rp). TFC. = Total biaya tetap kopi (Total Fix Cost) (Rp). TVC. = Total biaya variabel usahatani kopi (Total Variabel Cost) (Rp). Penerimaan Usahatani Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani menambah. hasil produksi bila tiap tambahan produksi tersebut menaikkan jumlah penerimaan yang diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya (Boediono, 2002). Berikut adalah rumus penerimaan: TR = P x Q Dimana:. 2.3.3. TR. = Total penerimaan usahatani kopi (Rp). P. = Harga jual kopi (Rp). Q. = Jumlah produksi kopi (Rp). Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi, (1995) menguraikan dan membagi pendapatan. usahatani menjadi dua, yaitu: pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani seperti untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, dan untuk disimpan. Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga yang berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat petani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau.

(29) 12. harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan. Rumus pendapatan adalah: Π = TR – TC Dimana: Π. = Pendapatan usahatani kopi (Rp). TR. = Total penerimaan usahatani kopi (Rp). TC. = Total biaya usahatani kopi (Rp) 2.4 Analisis Kelayakan Finansial. Analisis kelayakan suatu usaha ditinjau dari aspek penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2.4.1 Net Present Value (NPV) Kriteria nilai sekarang bersih atau net present value (NPV), didasarkan atas konsep pendiskonan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskonkan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga pasar saat ini (Iman Soeharto, 2001). Adapun arus kas proyek (investasi) yang akan dikaji meliputi keseluruhan, yaitu biaya pertama, operasi, produksi, pemeliharaan, dan lain-lain pengeluaran. 𝑛. 𝑁𝑃𝑉 = 𝑡=1. [𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 ] (1 + 𝑖)𝑡. 1. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan. 2. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan tidak layak untuk dijalankan..

(30) 13. 3. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan sebesar modal sosial opportunity cost factor produksi normal. Maka, lebih baik modal atau dana tersebut di simpan dibank karena lebih menguntungkan. 2.4.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut benefit cost ratio. Penggunaannya sangat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Perhitungan proyek dengan benefit cost ratio menghasilkan perhitungan selama umur ekonomis proyek. Disini meskipun penekanannya ditunjukan kepada manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini (Iman Soeharto, 2001). 𝑛. 𝑁𝑒𝑡 𝐵 𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =. 𝑛. 𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 >0 (1 + 𝑖)𝑡 𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 <0 (1 + 𝑖)𝑡. 1. Jika Net B/C ≥ 1, berarti usulan investasi layak dilaksanakan, karena arus benefit yang diperoleh lebih besar dari pada arus biaya. 2. Jika Net B/C < 1, berarti usulan investasi tidak layak dilaksanakan, karena arus benefit yang diperoleh lebih kecil dari pada arus biaya. 2.4.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menjadikan sama anatara present value dari penerimaan cash dan present value dari nilai atau investasi discount rate atau tingkat diskonto yang menunjukkan net present value atau sama besarnya dengan nol. Besarnya IRR ini tidak bisa dihitung secara langsung melainkan dengan cara mencoba-coba data. Pertama, dipakai discount rate yang diperkirakan mendekati besarnya IRR. Jika perhitungan ini memberikan NPV yang positif, maka harus dicoba discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya, sampai diperoleh NPV yang bernilai negatif. IRR = 𝑖1 +. 𝑁𝑃𝑉1 (𝑖 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2.

(31) 14. 1. Jika IRR ≥ discount rate, berarti usulan investasi dilaksanakan, karena NPV usulan investasi menghasilkan keuntungan lebih besar daripada di save di bank. 2. Jika IRR < discount rate, berarti usulan investasi tidak layak dilaksanakan, karena NPV usulan investasi memiliki keuntungan yang lebih besar jika di save di bank dari pada diinvestasikan. 2.4.4. Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup. kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas neto (net cash flows). Payback periode dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback periode dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan (Bambang Riyanto, 2001) 𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = Tp − 1 +. Ip − (Bicp − 1) Bp. Semakin kecil Nilai payback period pada proyek yang dijalankan maka akan semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan. 2.5 Analisis Sensitivitas Analisis kepekaan (Sensitivity Analysis) menurut Astanu, Ismono dan Rosanti (2013), adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas penting dilakukan untuk menghadapi risiko di masa yang akan datang. Analisis proyek biasanya didasarkan kepada proyeksiproyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu: a) Perubahan harga jual produk b) Keterlambatan pelaksanaan proyek c) Kenaikan biaya produksi.

(32) 15. d) Perubahan volume produksi Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variable tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986). Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen cashflow (inflow atau outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kriteria investasi. Tujuan analisis sensitivitas adalah : 1. Memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan; 2. Memperbaiki desain proyek sehingga dapat meningkatkan NPV; 3. Mengurangi risiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil. 2.6 Tinjauan Umum Kopi Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012). Sistematika tanaman kopi menurut Rahardjo (2012), adalah sebagai berikut: Kingdom. : Plantae. Sub kingdom : Tracheobionta Divisi. : Magnoliophyta. Kelas. : Magnoliopsida. Sub Kelas. : Asteridae. Ordo. : Rubiaceae. Genus. : Coffea. Spesies. : Coffea spp.

(33) 16. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi. Pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Disamping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (Danarti dan Najayati, 2004). Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman. Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi dan perbedaan genetika subspesies kopi. Terdapat dua jenis kopi yang telah dibudidayakan di provinsi Lampung yakni kopi arabika dan kopi robusta (Cahyono, 2012). 1.. Kopi arabika Kopi arabika masuk ke Indonesia pada tahun 1696 yang dibawa oleh. perusahaan dagang Dutch East India Co. dari Ceylo (Yahmadi, 2007). Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh subur di daerah tinggi sampai ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Jenis kopi ini cenderung tidak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Cahyono, 2012). 2.. Kopi robusta Kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora, pada awalnya. hanya dikenal sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh hingga beberapa meter tingginya. Hingga akhirnya kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898 oleh Emil Laurent. Namun terlepas dari itu ada yang menyatakan jenis kopi robusta ini telah ditemukan lebih dahulu oleh dua orang.

(34) 17. pengembara Inggris bernama Richard dan John Speake pada tahun 1862 (Yahmadi, 2007). Kopi robusta banyak dibudidayakan di Afrika dan Asia. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas dari pada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi ini dapat ditumbuhkan di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter diatas permuakaan laut. kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah (Cahyono, 2012). Penanaman kopi Robusta memiliki syarat tumbuh ketinggian 400-800 mdpl, rata-rata temperatur harian 21-24 o C. Untuk curah hujan rata-rata membutuhkan 2000-3000 mm/tahun dan pH atau keasaman 5,5 - 6,5. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa proses yang berkesinambungan. Proses-proses itu antara antara lain adalah sebagai berikut: 1.. Persemaian Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk. sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk mendapatkan biji untuk benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lender dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan pasir tebal kirakira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepersemaian lapangan. 2.. Penanaman Penanaman dilakukan pada musim hujan. Untuk itu tiga sampai enam bulan. sebelumnya harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Pembuatan lubang dan luasnya tergantung pada struktur tanah. Makin berat struktur tanah makin lama lubang harus dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu baru dilakukan penanaman.

(35) 18. serta diberi serasah. Untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu diperhatikan. Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe iklim. Untuk tanah lebih subur atau yang mempunyai iklim lebih basah diperlukan jarak tanam lebih lebar dari pada tanah yang kurang subur atau mempunyai iklim kering. 3.. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan. agar diperoleh hasil yang optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi : a.. Pemeliharaan Tanah atau Lahan Pemeliharaan tanah dimaksudkan untuk menjaga agar media tanam kopi. tetap dalam kondisi baik. Disini yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan gulma yang dapat menyaingi pengambilan makanan. Untuk itu pemberian serasah perlu dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma. Serasah dapat diperoleh baik dari rembesan pohon pelindung atau dari hasil siangan. b.. Pemeliharan Tanaman Pokok Pemeliharaan dapat berupa pemangkasan dan penyulaman. Tujuan. pemangkasan adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi serta pemangkasan rejuvinasi. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Pemangkasan produksi bertujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan bentuk. Sementara itu, pemangkasan rejuvinasi bertujuan untuk peremajaan batang. Dilihat dari jumlah batang terdapat dua sistem dalam pemangkasan yaitu pemangkasan berbatang ganda dan pemangkasan berbatang tunggal. Pemangkasan berbatang ganda dilakukan biasanya diperkebunan rakyat sedangkan pemangkasan berbatang tunggal dilakukan di perkebunan besar. Sistem pemangkasan batang dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi yang banyak membentuk cabang-cabang sekunder. Oleh karena itu bila peremajaan batang kurang diperhatikan produksi cepat menurun karena pohon menjadi berbentuk payung. Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan.

(36) 19. batang. Oleh karena itu lebih sesuai bagi daerah yang basah dan letaknya rendah dimana pertumbuhan batang baru berjalan lebih cepat. Peremajaan tidak hanya mengganti tanaman yang rusak atau tua dengan tanaman yang baru, tetapi juga perlu pergantian varietas atau klon yang unggul serta perbaikan kultur teknis. Rejuvinasi sebaiknya dilakukan pada akhir suatu panen besar, pada waktu akhir musim kemarau. Rejuvinasi dilakukan secara total, yaitu mengganti seluruh pohon kopi dari suatu area. Rejuvinasi juga dapat dilakukan secara selektif, yaitu rejuvinasi selektif yang dipilih pada pohon-pohon yang jelas sudah tua atau rusak dan produksinya rendah. Rejuvinasi dapat dilakukan secara sistematis, yaitu peremajaan bertahap untuk diremajakan seluruhnya. c.. Pemupukan Pupuk diperlukan karena adanya pengambilan hara oleh tanaman dan. persediaan dalam tanah. Kopi mengambil hara dalam tanah untuk pertumbuhan vegetatif serta untuk pertumbuhan buah. Tujuan pemupukan adalah : . Memperbaiki kondisi tanaman, tanaman yang dipupuk secara optimal dan teratur akan memiliki daya tahan lebih besar, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan yang ekstrim.. . Peningkatan produksi dan mutu, walaupun pada tahun pertama pemupukan lebih. banyak. berpengaruh. terhadap. pertumbuhan. vegetatif,. tetapi. pemupukan ini juga meningkatkan mutu yaitu besarya biji kopi dan rendemen lebih tinggi. . Stabilisasi produksi, tanaman kopi bersifat biannual bearing (panen raya setiap empat tahun sekali). Oleh karena itu untuk menjaga agar produksi tidak turun terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan jenis pupuk harus disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak hanya tidak efektif tetapi juga menurunkan produksi. Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan. kebutuhan tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan. 4.. Panen dan Pasca Panen Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan. sekali saja. Untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah,.

(37) 20. yaitu pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menghasilkan mutu yang tinggi yaitu : a.. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia delapan bulan.. b.. Panen raya atau sistem petik merah, yakni pemetikan buah yang sebenarnya, pemetikan sistem petik merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan dengan giliran sepuluh sampai 14 hari.. c.. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih, petik ini dilakukan bila sisa kopi dipohon masih berkisar 10 persen. Setelah kopi dipetik perlu dilakukan penggilingan. dua. tahap. (Tjokrowinoto, 2002).. kemudian. penjemuran. kira-kira. 36. jam.

(38) 21. III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN. 3.1 Kerangka Teoritis Kebutuhan terhadap kopi sangat meningkat tajam pada saat ini. Minum kopi sudah menjadi gaya hidup yang dimiliki sebagian besar penduduk kota Malang. Kopi yang berasal dari Kabupaten Malang juga sedang menjadi primadona bagi para pecinta kopi. Rasa yang khas membuat kopi malang semakin menarik untuk dinikmati. Budidaya kopi juga menjadi sorotan untuk terus dikembangkan. Dahulu para petani kopi tidak terlalu mendapatkan keuntungan yang besar karena harga jual kopi masih tergolong kecil namun saat ini permintaan kopi semakin meningkat dan mulai mengangkat harga jual kopi yang semakin menguntungkan bagi para petani kopi. Banyak petani di Desa Harjokuncaran yang mulai merubah tanaman utama untuk ditanam menjadi kopi akibat semakin meningkatnya permintaan akan kopi. Tanaman utama yang ditanam oleh petani di Desa Harjokuncaran adalah tanaman tebu dan jagung. Perbedaan cara budidaya dan perlakuan yang diterapkan dalam menanam tanaman tebu dan kopi menjadi salah satu kendala yang dialami petani. Perubahan tanaman oleh petani tidak disertai dengan pengetahuan budidaya kopi yang memadai. Hanya beberapa petani kopi yang sudah sangat berpengalaman di Desa Harjokuncaran dikarenakan petani tersebut telah membudidayakan tanaman kopi sejak lama sehingga sudah memahami budidaya kopi. Akibat dari kurangnya pengetahuan serta keterampilan dalam budidaya kopi menyebabkan hasil produktivitas kopi di Desa Harjokuncaran masih berada dibawah taraf normal dimana produktivitas kopi normal mencapai 2 ton/ha. Hasil produktivitas tersebut masih dirasa kurang untuk memenuhi permintaan akan kopi yang sedang meningkat. Perlunya juga upaya untuk meningkatkan serta mengevaluasi usahatani kopi apakah tergolong layak untuk diusahakan pada masa mendatang. Analisis usahatani kopi dapat digunakan untuk melihat apakah usahatani memang layak untuk terus dijalankan kemasa mendatang dan dapat mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam usahatani kopi sehingga dapat diperbaiki serta melihat pengaruh yang akan terjadi dimasa depan bila ada perubahan harga.

(39) 22. jual kopi atau peningkatan biaya produksi sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani masih layak untuk dikembangkan atau tidak layak. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat digambarkan dalam diagram alur: Fakta Lapangan (Kendala) - Produktivitas rendah - Pengetahuan budidaya yang masih terlalu sederhana. Potensi - Peminat kopi tinggi - Pemenuhan kebutuhan akan kopi. Usahatani Kopi s Analisis Cash Flow. Analisis kelayakan finansial (NPV,IRR, Net B/C ratio dan Payback Period). Layak; NPV>1 IRR>12% Net B/C Ratio>1. Tidak layak; NPV<1 IRR<12% Net B/C Ratio<1. Analisis Sensitivitas Keterangan : = Alur Analisis = Alur Pemikiran Skema 1. Alur Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Robusta.

(40) 23. 3.2 Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian berikut ini yaitu: 1.. Diduga usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak untuk diusahakan karena memenuhi kriteria kelayakan finansial.. 2.. Diduga usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran tidak sensitif terhadap perubahan kenaikan harga kopi dan kenaikan produtivitas kopi dan sensitif terhadap perubahan penurunan harga kopi dan penurunan produktivitas kopi namun masih layak dilanjutkan. 3.3 Definisi konsep, Operasional dan Pengukuran Variabel. Pengertian variabel penelitian yaitu sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diukur berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1.. Usahatani kopi robusta adalah kegiatan organisasi pada sebidang lahan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mengatur unsurunsur dari alam, modal, dan tenaga kerja dengan tujuan untuk memperoleh hasil dan keuntungan dari komoditas kopi robusta.. 2.. Pendapatan usahatani (π) merupakan selisih total penerimaan usahatani kopi robusta (TR) dikurangi total biaya (TC) dalam satuan rupiah (RP) selama usahatani.. 3.. Penerimaan (TR) adalah total hasil produksi (Y) dari usahatani kopi robusta dikali dengan harga jual produk (Py) yang dinilai dengan satuan rupiah (Rp).. 4.. Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).. 5.. Total biaya usahatani (TC) merupakan total keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan oleh petani selama proses kegiatan usahatani yang terdiri dari biaya tetap (TFC) ditambah dengan biaya variabel (TVC) dinyatakan dalam satuan (Rp/Ha)..

(41) 24. 6.. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).. 7.. Biaya investasi adalah pengeluaran pada tahun ke-0 usahatani kopi robusta yang terdiri dari biaya bibit, peralatan dan biaya tenaga kerja dalam satuan (Rp/Kg).. 8.. Harga kopi robusta merupakan nilai finansial pada produk kopi robusta dalam satuan (Rp/Kg).. 9.. Biaya pupuk adalah biaya yang harus dibayarkan oleh petani dalam pengadaan pupuk selama proses kegiatan usahatani kopi robusta yang dinyatakan dalam satuan (Rp/Kg/Ha).. 10.. Biaya tenaga kerja adalah jumlah pengeluaran yang harus dibayarkan petani sebagai balas jasa kepada tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/HOK).. 11.. Keuntungan kotor proyek adalah perbedaan selisih lebih antara pendapatan dengan biaya pengadaan usahatani kopi robusta sebelum dikurangi upah, pajak dan pembayaran bunga yang dinyatakan dalam satuan (Rp/Tahun).. 12.. Biaya bruto adalah banyaknya biaya kotor pada pengadaan usahatani kopi robusta yang dikeluarkan pada saat itu yang diukur dalam satuan (Rp/Tahun).. 13.. Umur ekonomis proyek adalah umur produktif yang digunakan dalam kegiatan usahatani kopi robusta yang dinyatakan dalam satuan tahun..

(42) 25. IV.. METODE PENELITIAN. 4.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai pendekatan untuk menganalisis permasalahan penelitian. Metode kuantitatif adalah ilmu yang berkaitan dengan metode pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan (Tuban dalam Putriasih, 2016). 4.2 Metode Penentuan Lokasi Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Selatan karena desa Harjokuncaran termasuk desa penghasil kopi robusta dan termasuk dalam salah satu dari AMSTIRDAM (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Dampit) yang sedang mengalami pertumbuhan produksi dan memasok kebutuhan kopi tetapi masih belum banyak yang mengetahui potensi yang dimiliki oleh desa untuk dikembangkan. 4.3 Metode Penentuan Responden Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik. probability. sampling. yaitu. stratified. random. sampling. dengan. menggunakan rumus slovin. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut: n = N / ( 1 + N.(e)2). Dimana: n. = jumlah elemen / anggota sampel. N. = jumlah elemen / anggota populasi. e. = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1 % atau 0,01, 5 % atau 0,05, dan 10 % atau 0,1).

(43) 26. Populasi yang terdapat di Desa Harjokuncaran ada sebanyak 441 orang petani, maka dengan menggunakan rumus slovin didapat jumlah sampel sebanyak 41 orang petani. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini menggunakan tiga macam metode pengumpulan data yaitu melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan penjelasan sebagai berikut: 1.. Wawancara Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi. dengan bertanya secara langsung kepada responden. Data didapatkan melalui wawancara kepada petani kopi di Desa Harjokuncaran dengan memberikan pertanyaan dari kuisioner secara langsung. 2.. Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui fakta yang terjadi di desa. Harjokuncaran berdasarkan pengamatan sendiri. Pengamatan ini dilakukan secara langsung untuk mengetahui proses usahatani kopi. 3.. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan terhadap data-data sekunder yang diperoleh baik. dari penelitian terdahulu, internet maupun sumber lain. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode studi kepustakaan. Selain studi kepustakaan data juga diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Pertanian. 4.5 Metode Analisis Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1.5.1 Tujuan pertama : Menganalisis finansial usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran 1.. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan yang. berhubungan dengan masalah penelitian yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif. Analisis tersebut menggambarkan kegiatan yang berhubungan dengan.

(44) 27. kegiatan usahatani kopi yang meliputi letak geografis, batas administrasi serta keadaan pertanian di Desa Harjokuncaran. 2.. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung aliran arus kas, dan. kelayakan usahatani kopi a.. Aliran Arus Kas Analisis pada aliran arus kas digunakan dalam usahatani kopi untuk. mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani kopi dengan melakukan perhitungan pendapat yang berfungsi untuk mengetahui keuntungan yang diterima petani dalam kegiatan usahatani. 1.. Biaya Tetap Biaya tetap dalam usahatani kopi meliputi biaya sewa lahan dalam setahun. serta biaya penyusustan yang merupakan pengurangan fungsi alat yang digunakan dalam proses usahatani. Rumus mencari biaya penyusutan adalah: 𝐷=. 𝑃𝑏 − 𝑃𝑠 𝑡. Keterangan:. 2.. D. = Penyusutan alat (Rp/tahun). Pb. = Harga beli awal (Rp). Ps. = Nilai akhir (Rp). t. = Umur ekonomis. Biaya Variabel Biaya variabel untuk usahatani kopi meliputi pupuk,pestisida serta tenaga. kerja. Rumus mencari biaya variable adalah: TVC = Q x AVC Keterangan: TVC. = Total biaya variabel (Rp). Q. = Jumlah produksi kopi (kg). AVC = Biaya variabel (Rp).

(45) 28. 3.. Biaya Total Biaya total merupakan hasil dari keseluruhan biaya tetap dan biaya variable.. Rumus mencari biaya total adalah:. TC = TFC + TVC 4.. Penerimaan Penerimaan diperoleh dari cara mengalikan jumlah kopi dengan harga jual. kopi. Rumus mencari penerimaan adalah: TR = P x Q Keterangan:. 5.. TR. = Penerimaan kopi (Rp). P. = Harga kopi (Rp/Kg). Q. = Total produksi kopi (kg). Pendapatan Pendapatan atau keuntungan adalah selisih dari penerimaan kopi dengan. biaya total produksi kopi. Rumus mencari pendapatan adalah: Π = TR – TC Keterangan:. b.. TR. = Penerimaan kopi (Rp). TC. = Total biaya produksi kopi (Rp). Π. = Keuntungan (Rp). Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani. layak diusahakan. Menurut Kadariah (2001); Ermiati, Hasibuan dan Wahyudi (2014), untuk menilai kelayakan finansial suatu usaha, dapat dilihat dari nilai kriteria NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode. 1.. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present. Value dari arus biaya (Soekartawi,1996). Adapaun rumus NPV dituliskan sebagai berikut:.

(46) 29. 𝑛. 𝑁𝑃𝑉 = 𝑡=0. [𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 ] (1 + 𝑖)𝑡. Apabila dalam perhitungan NPV diperoleh lebih besar dari nol atau positif maka ushatani diharapkan menghasilkan tingkat keuntungan sehingga layak untuk diteruskan. 2.. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Agus Sucipto (2011), IRR dapat dihitung dengan rumus: IRR = 𝑖1 +. 𝑁𝑃𝑉1 (𝑖 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2. Keterangan: IRR. = Internal Rate of Return (%). i1. = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV1 (positif) pada usahatani. i2. = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV2 (positif) pada usahatani. NPV1 = Net Present Value yang dihasilkan pada tingkat bunga ke 1 NPV2 = Net Present Value yang dihasilkan pada tingkat bunga ke 2 Apabila nilai IRR > tingkat bunga deposito, maka investasi untuk usahatani kopi diterima. Sedangkan bila IRR < tingkat bunga maka investasi usahtani kopi ditolak. Tetapi jika IRR = tingkat bunga maka tingkat pengembalian investasi sama dengan tingkat bunga yang berlaku. Kondisi ini memberikan arti bahwa investasi bisa ditolak atau diterima tergantung pengambil keputusan. 3.. Net B/C Ratio Net B/C bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya keuntugan dibanding. dengan pengeluaran selama umur ekonomisnya. 𝑛. 𝑁𝑒𝑡 𝐵 𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =. 𝑛. 𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 (𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓) (1 + 𝑖)𝑡 𝑏𝑡 − 𝑐𝑡 (𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓) (1 + 𝑖)𝑡. Keterangan: Bt. = Penerimaan pada tahun ke-t. Ct. = biaya pada tahun ke-t. N. = umur ekonomis. I. = tingkat suku bunga (12%).

(47) 30. Penilaian nilai net B/C ratio adalah sebagai berikut: Net B/C ratio > 1, maka proyek dapat dikatakan layak untuk diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi (Candra, 2014; Kusuma, 2016; Hartarti, 2011). Net B/C ratio < 1, maka proyek dapat dikatakan tidak layak untuk diusahakan. 4.. Payback Period Payback Period adalah suatu metode yang digunakan dalam penelitian. untuk melihat berapa lama investasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat berapa lama investasi akan kembali atau periode yang dibutuhkan untuk menutupi kembali pengeluaan investasi dengan menggunakan aliran kas. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini: 𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = Tp − 1 +. Ip − (Bicp − 1) Bp. Keterangan: Tp-1. = Periode waktu sebelum terdapat PB. Ip. = Investasi setelah diberikan discount factor. Bicp-1 = Net Benefit yang telah diberi discount factor sebelum PB BP. = Jumlah benefit yang telah didiscount factor pada PB. 4.5.2 Tujuan kedua : Menganalisis tingkat sensitivitas usahatani terhadap perubahan harga jual kopi dan hasil produksi kopi robusta Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kondisi usahatani jika terjadi perubahan ketika usahatani dijalankan. Perubahan kondisi usahatani kopi ditunjukkan pada peningkatan harga jual kopi dan peningkatan jumlah produksi kopi. Analisis juga dilakukan ketika adanya peningkatan harga jual kopi tetapi diikuti dengan penurunan jumlah produksi kopi robusta. Perhitungan sensitivitas yang ketiga adalah ketika terjadinya penurunan jumlah produksi namun terjadinya kenaikan harga jual kopi. Perhitungan model yang keempat adalah ketika tejadinya terjadi penurunan jumlah produksi dan juga penurunan harga jual kopi robusta..

(48) 31. Terjadi penurunan maupun kenaikan harga jual dan jumlah produksi disimulasikan dengan skala 25%. Skala diambil karena suatu usahatani perlu dianalisis sensitivitas agar hasil analisis kelayakan tersebut bersifat dinamis, maka perlu dilakukan analisis kepekaan untuk mengakomodasi segala kemungkinan yang dapat terjadi (Ni Luh Made, I wayan, 2015). Penurunan jumlah produksi yang dialami petani dapat mencapai 15% sehingga skala yang diambil dengan skala pesimis penurunan produksi sampai 25%. Kemudian hasil dianalisis dengan kriteria kelayakan yang akan menghasilkan usahatani masih layak ataupun tidak untuk dijalankan. Pertimbangan analisis sensitivitas didasarkan apabila nilai NPV yang dihasiklan positif maka usahatani masih memberikan keuntungan sedangkan jika NPV negatif berarti usahatani tidak layak dilanjutkan..

(49) 32. V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian. 1.1.1 Profil Desa Harjokuncaran Desa. Harjokuncaran. adalah. desa. yang. terletak. di. Kecamatan. Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa ini dibentuk pada tahun 1974 dan memiliki luas 1.805,000 Ha. Awalnya Desa Harjokuncaran terkenal dengan penghasil jagung dan tebu namun saat ini komoditas kopi juga menjadi penyumbang pendapatan bagi Desa Harjokuncaran. yang saat ini. pemasarannya sampai ke berbagai daerah. Kondisi suhu harian yang ada di Desa Harjokuncaran rata-rata mencapai 20-25˚C dengan ketinggian tempat 780.000 meter diatas permukaan laut. Desa Harjokuncaran memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur. : Desa Ringinkembar dan Desa Klepu.. Sebelah Barat. : Desa Sumbermanjing Wetan dan Desa Argotirto. Sebelah Selatan. : Desa Argotirto. Sebelah Utara. : Desa Sumbermanjing Wetan. 1.1.2 Distribusi Penduduk dan Penggunaan Tanah 1.. Jumlah Penduduk. Penduduk adalah jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah. pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Keadaan penduduk suatu daerah mempunyai pengaruh penting terhadap kehidupan sosial ekonomi (Rusli, 1982). Jumlah penduduk Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, hingga akhir tahun 2017 tercatat berjumlah 10.846 jiwa. Jumlah penduduk di Desa Harjokuncaran ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Berikut adalah distribusi penduduk di Desa Harjokuncaran..

Gambar

Tabel 2. Pembagian Jenis Kelamin Berdasarkan Umur
Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Harjokuncaran  No  Jenis Pekerjaan  Laki-Laki
Tabel 7.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan  Keluarga  No  Jumlah Tanggungan  Keluarga (Orang)  Jumlah Responden (Orang)  Persentase (%)  1  0  2  4.87  2  1  20  48.78  3  2  13  31.7  4  3  5  12.2  5  4  1  2.43  Total  41  100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perkembangan produksi kopi robusta kabupaten Tapanuli Utara selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan yaitu sebesar 0,16% atau 0,03% per

Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan harga.. sebesar

Skripsi berjudul: Analisis Kelayakan Finansial dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Robusta KSU Buah Ketakasi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk aspek teknis layout produksi usahatani kopi rakyat tergoong tidak layak karena masih terdapat hambatan dalam layout

Dilihat dari analisis sensitivitas, jika diasumsikan biaya produksi meningkat sebesar 5 dan 10% maka usahatani Kopi Arabika masih memiliki kelenturan untuk menanggung

Berdasarkan fakta ini, maka penelitian ini bertujuan: (1) Apakah ada perbedaan tingkat keuntungan antar strata luas lahan usahatani kopi rakyat robusta di

Produktivitas kebun kopi robusta yang bergantung pada tadah hujan dapat dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim pada lingkungan mikro yaitu kenaikan suhu dan

Hasil penelitian ini memiliki persamaan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Albayan 2019 yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika di Desa Kuyun Kecamatan Celala