ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN (Skripsi)
Oleh
WAHYU HADI SASONGKO
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG
TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
NAMA MAHASISWA : WAHYU HADI SASONGKO
NPM : 0514021051
JURUSAN : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
FAKULTAS : PERTANIAN
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. NIP 19620623 198603 1 003 NIP 19691003 199403 1 004
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. ………
Sekretaris : Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. ………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S ………
2. Dekan Fakultas Pertanian Unila
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PEASAWARAN
Oleh
Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. (2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi terhadap NPV,
IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di
Desa Sungai Langka. (3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung kepada petani. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa instansi yang terkait. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usahatani
dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period,
dan Sensitivitas, analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point
usahatani Kakao, analisis efisiensi pemasaran, serta analisis elastisitas transmisi harga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun. (2) Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut. (3) Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka belum efisien, karena : (a) Struktur pasar yang terbentuk adalah oligopsoni. (b) Perilaku pasar petani, yaitu sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar. (c) Keragaan pasar, yaitu
terdapat tiga saluran pemasaran kakao, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin
(RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et) bernilai > 1 yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna.
Kata kunci: kelayakan finansial, pemasaran, kakao
1. Sarjana Pertanian Universitas Lampung
ABSTRACT
ANALYSIS FINANCIAL FEASIBILITY AND CACAO MARKETING IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDONG TATAAN SUBDISTRICT
PESAWARAN REGENCY By
Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2
The objectives of this study were: ( 1) to know feasibility of cacao plantation in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Sub district Pesawaran Regency. ( 2) to know the sensitivity level and changing of production cost cacao plantation on NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period in Sungai Langka Village. (3) to know the efficiency of cacao marketing in Sungai Langka Village.
The location was choose purposively. Data used in this study were primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct interview to farmer. Secondary data was obtained from various literatures and some interrelated institution. The data was taking in May to April 2010. The analysis used in this study were farming system feasibility such as NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, and Sensitivity, break event point, farming profit analysis, marketing efficiency analysis, and also price transmission elasticity analysis.
The results of this study were: ( 1) cacao farming system was feasible financially to developed, because value NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > rate of interest level, and the capital return less than 20 years. ( 2) Sensitivity became of the degradation produce and the degradation selling cacao price, so cacao farming system improper. ( 3) cacao marketing system in Sungai Langka Village was inefficient, because : ( a) the market Structure is oligopsonistic. ( b) the market behavior, that is payment method is cash and through bargaining process. ( c) There are three cacao marketing channels, margin and Ratio Profit Margin marketing (RPM) was not distributed evenly, and also the price transmission elasticity (Et = 1,05) indicating that the existing market was inperfect competition.
Key words : financial feasibility, marketing, cacao
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
WAHYU HADI SASONGKO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juni 1987, sebagai anak
ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Hadi Suripto dan Ibu Marilin.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Sejahtera IV Bandar Lampung diselesaikan
tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Sejahtera IV Bandar
Lampung pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN
2 Bandar Lampung pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di
SMUN 2 Bandar lampung pada tahun 2005.
Tahun 2005, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Unila melalui jalur SPMB. Selama menjadi
mahasiswa, peneliti aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian (BEM FP) dan Organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
Pertanian (HIMASEPERTA) di Unila. Pada tahun 2007, peneliti pernah terpilih
menjadi anggota Liaison Officer (LO) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
MOTTO
Dibalik kesulitan ada kemudahan
Jadikan kesulitanmu adalah tantangan dan
Kemudahanmu adalah hadiahnya
(No Name)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
maka apabila engkau telah selesai (dari suatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain) dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.
Persembahan
Alhamdulillahirobbilalamin
Kupersembahan karya kecilku ini untuk
Papah Mamahku tercinta
& Kakak-kakak ku tersayang
Buat Seseorang yang kucintai dan kusayangi,
I just wann
a say “
makasih ya huny
”.
Sahabat
–
sahabatku yang selalu setia memberi bantuan
beserta dukungan
Para pendidik ku atas segala ilmu yang telah diberikan
Almamater tercinta
Dan semua yang
turut berperan dalam hidupku
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Dan
Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran”. Penelitian skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini telah mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus Pembimbing
Pertama, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.
3. Bapak Ir. Teguh Endaryanto, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas
bimbingan, arahan dan nasehatnya.
4. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini sekaligus
5. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin,
Mba Ai, Mas Bukhari, Mas Kardi, Pak Margono dan Mas Boim).
6. Kedua orang tuaku Tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan kasih
sayang dan do‟a tak henti-hentinya, semoga ALLAH SWT selalu memberikan perlindungan dan kasih sayangnya untuk Papa dan Mama.
7. Kakak-kakakku Tercinta Wahyu Marifia Ningsih dan Wahyu Damar Pambudi,
atas perhatian, do‟a, dan kasih sayang kepada peneliti.
8. Keponakanku tercinta Nur Afifah Arini Putri, M. Fachri Nurfizan, dan Alya
Salsabila Ramadhani, atas semangat dan keceriaan yang diberikan.
9. Novia Khomaini, terima kasih atas ketulusannya menemani dan
mendukungku, atas kesabarannya menghadapiku serta do‟anya untukku.
10.Sahabat-sahabatku Oki, Erwin, Awank, Angga, dan Nai, atas kebersamaan,
keceriaan, suka dan duka selama ini. Pengalaman tak ternilai bersama kalian
cuy.
11.Sahabat dan saudaraku SOSEK 05, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu, terima kasih atas semangat, kebersamaan, kecerian, bantuan yang
telah diberikan selama ini.
12.Teman-teman SOSEK 03, 04, 06, 07, dan 08 yang telah memberikan saran,
motivasi, bantuan, kepada peneliti.
13.Tim sukses Elya Djanatiya, Nuriavita, Astari Aulia, Yuni Fransiska, Dina
Iryanti, Elvita Feniarti, Ari Airlangga, Novi Yeni, Indrajati Wasono, S.P.,
Deni Kurniawan, S.P., Arif Setiawan, S.P.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
Semoga segala sesuatu yang telah di berikan secara tulus kepada peneliti, baik
semangat, bimbingan, dan doa, mendapat Ridho dari Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangan, tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukan.
Bandar Lampung, November 2010 Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 8
C. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 10
1. Karakteristik Tanaman Kakao... 10
2. Analisis Proyek... 14
3. Analisis Kelayakan Usahatani... 15
4. Analisis Sensitivitas…... 19
5. Analisis Keuntungan Usahatani... 21
6. Teori Sistem Pemasaran………. 23
7. Efisiensi Pemasaran……… 25
B. Kerangka Pemikiran... 31
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian... 40
C. Jenis dan Sumber Data... 40
D. Metode Analisis Data... 43
1. Analisis Finansial………... 43
2. Analisis Keuntungan………... 47
3. Analisis Sensitivitas…... 48
4. Analisis Efisiensi Pemasaran………. 50
5. Elastisitas Transmisi Harga... 51
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian... 53
B. Topografi dan Iklim... 54
C. Keadaan Sosial Ekonomi... 55
D. Sarana dan Prasarana Wilayah ... 58
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... 60
1. Umur Responden ... 60
2. Tingkat Pendidikan Responden... 61
3. Luas Lahan Usahatani Kakao ... 62
B. Usahatani Kakao Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 62
1. Budidaya kakao di Desa Sungai Langka ... 62
2. Biaya usahatani kakao ... 66
4. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao ... 72
C. Karakteristik Lembaga Perantara ... 74
D. Analisis Finansial ... 78
1. Analisis Net Present Value (NPV) ... 79
2. Analisis Gross B/C Ratio.... 80
3. Analisis Net B/C Ratio ... 80
4. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ... 81
5. Analisis Payback period (Pp) ... 81
6. Analisis Break Event Point (BEP) ... 82
E. Analisis Sensitivitas ... 83
1. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Sebesar 25% ... 83
2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Produksi Sebesar 15% ... 84
3. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 9,17% ... 85
F. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Biji kakao (Organisasi Pasar) ... 87
1. Struktur Pasar (Market Structure) ... 87
2. Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 89
3. Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 90
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat
di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009……… 3
Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat
di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009……. 4
Tabel 3. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan
Gedong Tataan Tahun 1999 –2002……… 5
Tabel 4. Jumlah sampel tiap kelompok umur tanaman... 42
Tabel 5. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan... 54
Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan jenis kelamin 55
Tabel 7. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat usia.. 56
Tabel 8. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat
Pendidikan ... 57
Tabel 9. Sebaran kepala keluarga berdasarkan mata pencaharian utama
di Desa Sungai Langka tahun 2009 ... 58
Tabel 10. Prasarana dan dan sarana di Desa Sungai Langka Tahun 2009 .... 59
Tabel 11. Sebaran umur responden berdasarkan kelompok umur ... 60
Tabel 12. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Sungai Langka, 2010 ... 61
Tabel 14. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Desa Sungai
Langka ... 67
Tabel 15. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Desa
Sungai Langka ... 68
Tabel 16. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani kakao ... 69
Tabel 17. Jumlah rata-rata produksi biji kakao per hektar di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 71
Tabel 18. Produksi dan penerimaan usahatani kakao per hektar di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 72
Tabel 19. Penerimaan dan pendapatan usahatani kakao per hektar di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 73
Tabel 20. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran per hektar
pada tingkat suku bunga 14% (df = 14%) ... 79
Tabel 21. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan harga jual kakao sebesar 25%... 84
Tabel 22. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan produksi kakao sebesar 15% ... 85
Tabel 23. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya
kenaikan biaya produksi kakao sebesar 9,17% ... 85
Tabel 24. Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 14% pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran (harga aktual) ... 87
Tabel 25. Pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran,
tahun 2010 ... 95
Tabel 26. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Tabel 27. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran, tahun 2010 ... 99
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan usahatani dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran……… 34 Gambar 2. Saluran pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Identitas petani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ... 107
2. Laporan inflasi (indeks harga konsumen) berdasarkan perhitungan
inflasi tahunan, tahun 2006 – 2009 ... 113
3. Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ... 114
4. Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ... 119
5. Penyusutan alat-alat usahatani kakao di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ... 124
6. Produksi dan penerimaan rata-rata per hektar per tahun petani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran Tahun 2010 ... 134
7. Tabel cash inflow (analisis finansial) (per ha) ... 136
8. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (df = 14%) (per ha) ... 137
9. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan produksi
sebesar 15% ... 138
10. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah biaya naik sebesar
11. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan harga
sebesar 25% ... 140
12. Tabel perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas... 141
13. Identitas Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar di Desa Sungai
Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran ... 142
14. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran
pemasaran I ... 143
15. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran
pemasaran II ... 143
16. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran
pemasaran III... 144
17. Biaya pemasaran dan harga jual kakao ... 145
18. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran I di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 148
19. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran II di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 148
20. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran III di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 149
21. Daftar harga di tingkat produsen dan konsumen akhir ... 150
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.
Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,
menyumbang devisa, serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku
bagi industri. Untuk itu pembangunan di sektor pertanian menjadi syarat
mutlak bagi pembangunan ekonomi dan nasional.
Kebijakan dasar pembangunan pertanian di era reformasi dan lingkungan yang
serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi, berperan
dalam: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup, (2) mengembangkan
aktivitas ekonomi pedesaan, (3) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang
berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan
kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan
sumbangan besar bagi pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan
mampu sebagai sektor utama penggerak roda perekonomian. Fokus utama
pembangunan pertanian adalah mengarahkan pada upaya pengingkatan
pembangunan wilayah terpadu yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi pedesaan.
Tujuan pembangunan pertanian adalah menghasilkan produk-produk unggulan
berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri secara
saling menguntungkan, memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha
yang berbasis agroekosistem menuju terwujudnya agroindustri dan agribisnis
yang tangguh. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu sektor
pendukung pembangunan pertanian yang perlu ditingkatkan mengingat
perkebunan berperan penting dalam memberikan sumbangan devisa negara
melalui komoditas ekspornya seperti kopi, lada, kakao, dan lain-lain.
Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang sangat penting, mengingat
ada 10 juta rakyat Indonesia menggantungkan penghasilannya dari sub sektor
ini. Perkebunan menjadi perhatian pemerintah terutama dengan
digalakkannya program ”Revitalisasi Perkebunan” sebagai upaya untuk
menghidupkan kembali perkebunan Indonesia, karena salah satu pilar
perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Salah satu propinsi di Indonesia yang mengembangkan komoditas perkebunan
adalah Propinsi Lampung. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah
Propinsi Lampung yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman
perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting
dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat
adalah komoditas kakao (Theobroma Cacao). Sampai saat ini, komoditi
dilihat dari prospek pasar yang cukup baik di pasar domestik dan pasar
mancanegara.
Kakao merupakan komoditas strategis yang belum berperan secara maksimal
dalam subsektor perkebunannya di Propinsi Lampung. Dari 48.902 ha
perkebunan kakao di Lampung, tercatat 4.266 ha adalah perkebunan kakao
rakyat yang ditanam monokultur dengan buahan tanaman yang beragam
tanaman kelapa sebagai tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung lain
seperti gamal dan lamtoro. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
produktivitas dan kemungkinan terjadinya serangan hama dan patogen karena
tanaman monokultur merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan
populasi serangga hama. Tanaman kakao cukup banyak ditanam di Propinsi
Lampung dan menurut Dinas Perkebunan (2009), persentase pertumbuhan
luas areal tanam dan produksi kakao cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, di mana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
2005
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah produksi kakao
kakao merupakan komoditas yang cukup banyak ditanam di propinsi
Lampung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009
Kabupaten/Kota Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran mempunyai
potensi yang cukup besar dangan mengembangkan komoditas kakao. Hal ini
terbukti dengan luas areal, produksi, dan produktivitas kakao pada Kabupaten
Pesawaran mempunyai angka relatif tinggi.
Produktivitas kakao di Kecamatan Gedong Tataan paling tinggi dibanding 6
kecamatan lainnya di Kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu peningkatan
produksi kakao di Kecamatan Gedong Tataan harus terus dikembangkan.
Sekitar tahun 1999 – 2002 terjadi konversi lahan secara besar – besaran yang
dilakukan oleh petani di Kecamatan Gedong Tataan dari komoditi kopi
Tabel 3. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Sumber : BPS Propinsi Lampung, 1999-2002, data diolah.
Pada Tabel. 3 menunjukkan konversi lahan yang terjadi pada tahun 2000 –
2001 di Kecamatan Gedong Tataan. Sebelum konversi pada tahun 2000 luas
areal lahan perkebunan kakao seluas 496 ha, dan setelah konversi pada tahun
2001 luas areal perkebunan kakao menjadi 2.342 ha. Alih fungsi lahan pada
Kecamatan Gedong Tataan secara otomatis meningkatkan jumlah produksi
kakao di daerah tersebut. Sejak saat itu Kecamatan Gedong Tataan menjadi
sentra produksi kakao.
Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa dari 19 desa di Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang menjadi sasaran pembangunan
perkebunan dewasa ini dan memiliki potensi yang cukup baik dalam
pengembangan usaha perkebunan khususnya kakao. Hal ini terbukti dengan
jumlah areal lahan kakao seluas 950 ha, produksi sebesar 925 ton, dan
produktivitas sebesar 974 kg/ha pada Desa Sungai Langka (BPS, 2009). Desa
tersebut mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya di
Kecamatan Gedong Tataan. Desa Sungai Langka mempunyai potensi luas
usahatani kakao yang besar dan didukung oleh keadaan tanah dan iklim yang
tepat untuk usahatani kakao. Oleh karena itu, jika usahatani yang dilakukan
Guna mengembangkan Usahatani kakao oleh rakyat di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka perlu diketahui
seberapa besar usaha tersebut memberikan keuntungan, serta dalam jangka
panjang apakah usaha tersebut layak untuk diteruskan. Hal tersebut terkait
dengan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh para petani serta peluang
pasar komoditas, karena para pemilik modal akan memasuki lapangan usaha
baru atau mengembangkan usahanya apabila lapangan usaha tersebut dapat
memberikan keuntungan yang layak. Selama ini belum diketahui berapa besar
usahatani kakao ini dapat memberikan manfaat, maka perlu diadakan
penelitian tentang kelayakan usahatani kakao secara finansial di Desa Sungai
Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Kegiatan produksi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemasaran.
Pemasaran/tataniaga sama pentingnya dengan kegiatan produksi, karena tanpa
bantuan sistem tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil
produksinya tidak dapat dijual (Nurasa dan Supriatna, 2005). Setelah
memetik hasil panen, para petani penghasil kakao di Desa Sungai Langka
melakukan fungsi pemasaran, diantaranya penjualan, transportasi, dan
penyimpanan.
Dalam jalur pemasaran produksi kakao yang berasal dari perkebunan rakyat,
sering dijumpai beberapa pelaku pemasaran kakao dari petani produsen ke
pabrik pengolah kakao dan eksportir luar negeri. Pelaku pemasaran yang
dimaksud adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang
kabupaten, dan eksportir di tingkat propinsi (Siregar, dkk, 1997). Para
eksportir di tingkat propinsi akan mengekspor kakao ke negara-negara tujuan,
seperti Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, dan Cina (Dinas Koperindag,
2005).
Pentingnya kakao sebagai salah satu komoditi ekspor yang merupakan salah
satu penghasil devisa dan Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah sentra penghasil kakao, maka
selain aspek finansial perlu juga dianalisis mengenai sistem pemasaran kakao
di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Hal ini mencakup analisis mengenai saluran pemasaran, proses pemasaran,
penentuan harga, dan biaya pemasaran pelaku pasar, sehingga dapat diketahui
efisieni pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran.
Berdasarkan uraian tersebut, berkaitan dengan usaha perkebunan dan
pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
(1) Apakah usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan suatu usaha yang layak
secara finansial untuk dilaksanakan?
(2) Bagaimana tingkat sensitivitas dan pengaruh perubahan biaya produksi,
Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?
(3) Apakah pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran telah efisien?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang
ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu :
(1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran secara finansial.
(2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi, harga jual
kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan
Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
(3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Informasi dan bahan pertimbangan bagi pengusaha maupun petani dalam
2. Bahan masukan bagi instansi terkait dalam pengambilan kebijakan
pengembangan usaha perkebunan kakao rakyat.
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
i. Karakteristik Tanaman Kakao
Daerah asal tanaman kakao adalah hulu sungai Amazon yang merupakan
daerah hujan tropis yang lebat, curah hujan cukup tinggi, suhu sepanjang
tahun relatif tinggi. Akibatnya adalah tanaman kakao dapat tumbuh tinggi
tetapi bunga dan buahnya sedikit.
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan
negara. Sistematik tanaman kakao menurut Susanto (1995) adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Kakao termasuk tanaman Kauliflori yang artinya bunga dan buah yang tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat
sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada
bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang
berwarna putih dan memiliki rasa yang manis. Tanaman kakao bersifat
Kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun
pada batang dan cabang – cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama
kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga
(cushion).
Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelompok, 5 daun mahkota, 10 tangai sari
yang tersusun dalam dua lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya
satu lingkaran yang fertile dan 5 buah daun yang bersatu. Bunga kakao
putih – ungu atau kemerah – merahan. Hampir 75% penyerbukan bunga
kakao dibantu oleh serangga Forcipomyia spp, sedangkan 25% dilakukan
oleh serangga – serangga lainnya mirip trip, semut merah, dan aphid
(Susanto, 1995).
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun
vegetatif. Kakao Lindak diperbanyak dengan benih dari klon – klon induk
yang terpilih. Sedangkan Kakao Mulia umumnya diperbanyak dengan
cara vegetatif. Daun kakao mempunyai dua persediaan atau artikulasi
yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini
memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya
hanya ada dua macam yaitu buah muda berwarna hijau putih dan bila
masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah
setelah masak menjadi orange.
Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau
tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas
plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan. Kedua macam
cabang tersebut memiliki perbedaan dalam rumus daun, misalnya cabang
ortotrop memiliki ruas daun 3/8 dan plagiotrop ½, disamping itu juga
ukuran dan tangkai daun. Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari
biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1cm pada umur 1 minggu
tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada satu bulan dan 25cm pada umur 3 bulan.
Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama
kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha
memperbesar atau meningkatkan pendapatan nasional serta penghasilan
petani kakao. Pengembangan usahatani kakao oleh rakyat membutuhkan
modal untuk investasi awal, selain itu usaha ini memerlukan proses
produksi yang cukup lama antara 3-5 tahun sehingga menyerap limpahan
tenaga kerja dan penyediaan biaya produksi yang cukup besar. Menurut
Aritonang (2003), salah satu yang langkah yang ditempuh untuk mencapai
tujuan usaha adalah cara berproduksi yang efisien dan efektif sehingga
yang dikeluarkan. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dalam suatu
usaha akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
Produktivitas yang tinggi hanya akan diperoleh jika petani kakao sudah
dapat menerapkan panca usahatani, yaitu pembibitan unggul, cara
bercocok tanam yang baik, pemupukan yang berimbang, pengairan yang
cukup, dan mampu mengendalikan hama penyakit. Penggunaan bibit yang
unggul akan dapat membantu petani untuk mendapatkan produktifitas
yang tinggi. Karena satu batang pohon kakao yang berasal dari bibit yang
unggul dapat menghasilkan produktivitas 2 kg/ha biji kakao kering. Bibit
unggul yang memiliki produktivitas cukup tinggi dan biasa dipakai petani
kakao adalah bibit kakao varietas hibrida F1 keturunan dari ICS 1. Untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi petani kakao juga perlu
memperhatikan bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Jarak tanam
kakao yang biasa diterapkan adalah 3 x 3 meter dengan pola tanam
segiempat atau bujur sangkar, yang berarti jumlah tanaman kakao dalam 1
ha sekitar 1.100 pohon. Untuk menjaga kesuburan tanah perlu dilakukan
pemupukan pada tanaman kakao.
Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman kakao adalah urea dengan
dosis 2 x 100 gram/tanaman/tahun, TSP dengan dosis 2 x 50
gram/tanaman/tahun, dan NPK dengan dosis 2 x 50 gram/tanaman/tahun.
Penyiraman kakao biasanya dilakukan dua kali sehari sampai umur bibit
kakao 2 bulan, pada umur selanjutnya penyiraman bibit kakao sehari
ulat, belalang, kutu putih, dan hama penggerek buah. Untuk memperoleh
produktivitas yang tinggi, petani kakao harus dapat mengendalikan hama
dan penyakit yang menyerang tanaman kakao miliknya.
Tanaman kakao umumnya dapat dipanen pertama kali pada umur tanam
tahun ke - 4, kemudian akan mengalami peningkatan produksi setiap tahun
apabila didukung dengan sistem pemeliharaan yang baik. Tanaman kakao
akan mengalami puncak produksi (± 1000 kg/ha/tahun) pada umur tanam
ke - 10 hingga tahun ke - 15, sedangkan pada tahun ke - 16 hingga tahun
ke - 20 produksinya relatif konstan (± 850 kg/ha/tahun).
2. Analisis Proyek
Menurut Kadariah (2001), yang dimaksud dengan proyek adalah suatu
kesuluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk
memperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan pengeluaran
biaya dan dengan harapan untuk memperoleh pada waktu yang akan
datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit.
Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objectif) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik
akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya yang penting biasanya
dapat diukur.
Maksud serta tujuan analisis proyek adalah untuk melakukan perhitungan
suatu investasi modal, sebab apabila perhitungan kita salah, berarti akan
gagal usaha untuk memperbaiki tingkat hidup (Djamin, 1992).
Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), manfaat dari suatu proyek dapat
diklasifikasikan menjadi manfaat langsung (direct benefits), manfaat tak
langsung (indirect benefits), dan manfaat tak kentara (intangible benefits). Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi
barang/jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari proyek.
Kenaikan nilai hasil produksi dapat berupa meningkatnya jumlah hasil
(kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Manfaat tak
langsung adalah manfaat yang timbul secara tidak langsung dari suatu
proyek yang merupakan multiplier effect dari proyek. Manfaat tak kentara
dari suatu proyek adalah manfaat yang sukar diukur dengan uang.
3. Analisis Kelayakan Usahatani
Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), ada beberapa metode pengukuran
kelayakan investasi yang akan ditanam pada suatu kegiatan.
Metode-metode tersebut antara lain :
a. Net Present Value
Net Present Value (NPV) yang disebut juga nilai tunai bersih merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau
Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan
kriteria penilaian sebagai berikut :
(a) bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible)
(b) bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible)
(c) bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event
Point (BEP)
Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut :
NPV = PV Benefit – PV Costs
= B - C
Keterangan :
B = benefit yang telah didiscount
C = costs yang telah didiscount
b. Internal Rate of Return
Menurut Kadariah, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu
tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama
dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga
disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
(a) bila IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible)
(b) bila IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible)
(c) bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut :
NPV
IRR = i + (i “ –i‟)
NPV „ –NPV “
Keterangan :
I = discount rate pada saat ini
i” = discount rate terendah yang membuat NPV negatif
i‟ = discount rate yang tinggi yang memberi NPV
positif
NPV „ = NPV positif
NPV “ = NPV negative
c. Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan
nilainya pada saat ini (present value). Kriteria pengukuran dalam
analisis ini adalah :
(a) jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan
(b) jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk
diusahakan
(c) jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut :
∑ PV net B yang positif
Net B/C Ratio =
∑ PV net B yang negatif
Net B =
Net C
d. Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor
dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut :
PV dari gross benefits
Gross B/C Ratio =
PV dari gross costs
Yang dihitung sebagai gross costs adalah biaya modal / biaya investasi
permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan, sedangkan yang
dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa
(salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.
e. Payback Period
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap
jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek (usaha).
Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan
a. Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi.
b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha
yang sejenis.
c. Payback Period harus sesuai dengan target perusahaan.
Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Mengabaikan time value of money.
b. Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa
pengembalian.
Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah :
a. bila masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha,
maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan
b. bila masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha,
maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
4. Analisis Sensitivitas
Ketika suatu usaha telah diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada
perhitungan dan analisa serta pada hasil evaluasi (NPV, B/C, IRR),
ternyata di dalamnya tidak tertutup kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan dalam perhitungan, maupun terjadi perhitungan yang meleset
yang dikarenakan ketidakstabilan harga faktor- faktor produksi maupun
harga biji kakao itu sendiri.
Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus
penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga
tersebut. Tindakan menganalisa kembali ini dinamakan Sensitivity
Analysis.
Sensitivity Analisis bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam
dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat / penerimaan. Analisis kepekaan
ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar
dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang
berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan
manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha,
biasanya didasarkan pada proyeksi – proyeksi yang mengandung banyak
ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Perubahan – perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya
produksi ataupun manfaat memiliki kemungkinan antara lain :
a. Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan,
b. Perubahan dalam harga jual hasil produksi, misalnya karena harga
kakao yang turun atau malah naik di pasaran,
c. Terjadinya kesalahan perhitungan dalam hasil per hektar,
d. Keterlambatan dalam proses pelaksanaan proyek,
e. Adanya perubahan dalam volume hasil produksi,
f. dan lain-lain.
Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap
pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan
nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan
pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat
sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi
dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak
menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).
5. Analisis Keuntungan Usahatani
Mubyarto (1991), menyatakan usahatani merupakan suatu unsur tempat
dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur
produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditunjuk
untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Petani dalam usahatani
bertindak sebagai pengelola faktor-faktor produksi, sebagai pekerja dan
sebagai modal.
Menurut Soekartawi (1990), keuntungan merupakan total produksi yang
dikalikan dengan harga produksi tersebut, sedangkan biaya adalah semua
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi bersangkutan. Biaya ini
dalam kenyataannya diklasidikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap
(seperti sewa tanah, pembelian alat-alat pertanian), dan biaya tidak tetap
(seperti biaya untuk pembelian pupuk, pestisida, dan pembayaran tenaga
kerja). Penerimaan total adalah banyaknya produksi dikalikan dengan
harganya, dan biaya produksi adalah banyaknya input dikalikan dengan
π Y Py XiPxi BTT
Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan
sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan.
Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi.
Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses
produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya
penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis
lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan
nilai sisa yang kemudian dibagi dengan bilangan yang menunjukkan umur
ekonomis alat tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Analisis keuntungan usahatani pada umumnya digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan usaha pertanian. Analisis pendapatan bertujuan
untuk menggambarkan keadaan yang akan datang didalam perencanaan
menguntungkan atau tidak, keberhasilan usaha tani diukur dari besarnya
pendapatan yang diukur dari besarnya pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan tesebut. Selain itu menurut Hernanto (1994), untuk keperluan
analisis keuntungan petani diperlukan empat unsur yaitu, rata rata
inventaris, penerimaan usaha tani, pengeluaran usaha tani, dan penerimaan
dari berbagai sumber.
Untuk mengetahui suatu usaha tani menguntungkan atau tidak digunakan
analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = NPT/BT
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya
NPT = Nilai Produk Total
BT = Biaya Total
Kriteria pengambilan keputusan:
R/C < 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis belum
menguntungkan
R/C > 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan
R/C = 1 : Usaha tani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi
6. Teori Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan
tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang atau faktor-faktor Iingkungan
hubungan perusahaan dengan pasarnya (Swasta dan Irawan 1990).
Selanjutnya menurut Kotler (1989), pemasaran itu sendiri adalah kegiatan
manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran.
Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Menurut Nitisemito (1991) dalam
Hasyim (1994), tataniaga adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk
memperlancar arus barang atau jasa dan produser ke konsumen secara
paling efesien dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif.
Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa permintaan efektif adalah
keinginan untuk membeli yang berhubungan dengan kemampuan untuk
membayar. Efektif juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana jumlah
yang diminta sesuai dengan harga normal.
Tataniaga merupakan kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau
penambahan kegunaan daripada barang dan jasa. Oleh karena itu tataniaga
termasuk tindakan atau usaha produktif (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa produktif bukan
semata-mata mengubah bentuk suatu barang menjadi barang lain. Suatu kegiatan
disebut produktif jika dapat menciptakan barang-barang tersebut lebih,
a. Kegunaan bentuk (form utility)
Kegunaan bentuk adalah kegiatan meningkatkan kegunaan barang
dengan cara mengubah bentuk menjadi barang lain yang secara umum
lebih bermanfaat.
b. Kegunaan tempat (place utility)
Kegunaan tempat adalah kegiatan yang mengubah nilai suatu barang
menjadi Iebih berguna karena telah terjadi proses pemindahaan dan
suatu tempat – ke tempat lain.
c. Kegunaan waktu (time utility)
Kegunaan waktu yaitu kegiatan yang menambah kegunaan suatu
barang karena adanya proses waktu atau perbedaan waktu.
d. Kegunaan milik (posession utility)
Kegunaan milik adalah kegiatan yang menyebabkan bertambah
bergunanya suatu barang karena terjadi proses pemindahan pemilikan
dan satu pihak kepihak lain.
7. Efisiensi Pemasaran
Hanafiah dan Saefuddin (1983), menyatakan pengertian efisiensi
pemasaran atau tataniaga menurut pengusaha swasta berbeda dengan
efesiensi tataniaga menurut konsumen. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan kepentingan antara pengusaha dengan konsumen. Pengusaha
menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila penjualan produknya
konsumen menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila konsumen
mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah.
Sistem tataniaga dianggap efisien jika memenuhi dua syarat, yaitu: (1)
mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah - murahnya, dan (2) mampu mengadakan
pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen
terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi
dan tataniaga barang tersebut (Mubyarto, 1995).
Menurut Hasyim (1994), ada dua konsep dalam efisiensi tataniaga, yaitu
(1) konsep input-ratio, dan (2) konsep analisis struktur, perilaku dan
keragaan pasar. Dalam konsep input output ratio, efisiensi tataniaga adalah
maksimisasi input output ratio. Input adalah berbagai kombinasi dari
tenaga kerja, modal, dan manajemen yang digunakan oleh lembaga niaga
dalam proses tataniaga, sedangkan output adalah kepuasan konsumen
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga tataniaga.
Hasyim (1994) menyatakan bahwa struktur pasar, perilaku pasar, dan
keragaan pasar merupakan tiga komponen dasar organisasi pasar. Secara
terperinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai:
a. Struktur pasar (marketing struktur) adalah karakteristik organisasi dan
suatu pasar, yang untuk prakteknya adalah karakteristik yang
menentukan hubungan antara pembeli dan para penjual, dan hubungan
ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi,
diferensiasi produk, dan rintangan masuk pasar.
b. Perilaku pasar (market conduct) adalah pola tingkah laku dan lembaga
pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan
praktek transaksi, melakukan pembelian dan penjualan secara
horizontal dan vertikal. atau dengan kata lain tingkah laku perusahaan
dan struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang
dibuat oleh manajer dalam struktur pasar yang berbeda.
c. Keragaan pasar (market performance), yaitu sampai sejauh mana
pengaruh riil struktur dan perilaku pasar yang berkenaan dengan
harga, biaya, dan volume produksi.
Kriteria yang digunakan untuk menilai organisasi pasar efisiensi komoditi
di negara berkembang adalah:
a. Struktur pasar :
1) Ukuran jumlah pembeli dan penjual yang dapat menjamin suatu
intensitas persaingan yang memadai dalam hal harga dan kualitas.
2) Bebas keluar masuk pasar.
3) Jumlah penjualan yang memadai untuk mendorong peningkatan
investasi dalam usaha niaga.
b. Perilaku pasar :
1) Praktek-praktek menentukan harga yang mendorong grading dan
standarisasi komoditi.
2) Biaya pemasaran yang seragam.
3) Praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan taktik yang
4) Kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan
meningkatkan kepuasan konsumen
Keragaman pasar :
1) Kemajuan teknologi
2) Orientasi untuk perkembangan lembaga tataniaga komoditi.
3) Efisiensi penggunaan sumber, dan
4) Perbaikan produk maksimisasi jasa dan minimisasi biaya.
Analisis regresi korelasi harga antara harga yang diterima petani produsen
dengan harga yang dibayar konsumen akhir dapat ditunjukkan dari fungsi
penawaran atau fungsi harga (penawaran pedagang pengumpul di tingkat
petani produsen dan pedagang eceran di tingkat konsumen akhir). Secara
matematis analisis korelasi harga tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pf = ao + al………...(1)
Pf = bo + b1……..……...(2)
Dan persamaan (2) dapat dinyatakan jumlah yaitu:
Pr - bo
Q = ………... .(3)
b1
Dengan mensubsitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (1) maka di
diperoleh persamaan berikut:
Keterangan:
Pf = harga yang diterima petani produsen
Pr = harga yang dibayar konsumen akhir
Q = jumlah penawaran
a&b = koefisien korelasi harga
Jika b = 1 pada persamaan (4), berarti harga yang dibayarkan oleh
konsumen dan jumlah yang ditawarkan tidak berpengaruh terhadap
korelasi harga. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa produsen, lembaga
tataniaga, dan konsumen berada pada struktur pasar yang bersaing
sempurna. Jika b < 1, berarti struktur pasar dalam sistem tataniaga
komoditi tertentu tidak bersaing sempurna (oligipsonistik atau
monopsonostik), dan jika b > 1, menunjukkan bahwa fluktuasi kenaikan
harga di daerah produsen lebih besar dari fluktuasi di daerah konsumen.
Analisis korelasi harga digunakan untuk melihat apakah sistem tataniaga
telah bekerja secara efesien atau pasar terintegrasi secara sempurna atau
belum. Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang memberikan
gambaran seberapajauh perkembangan harga suatu barang pada dua
tempat/tingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan dalam
suatu perdagangan. Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut
digunakan persamaan :
n
Pr Pf -
Pr
Pfr =
{ n
Pr2
di mana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah pengamatan
Pf = harga pada tingkat produsen
Pr = harga yang dibayar oleh konsumen akhir
Koefisien korelasi yang tinggi (r = 1), menunjukkan pembentukan harga
antara dua pasar lebih berintergrasi atau menunjukkan bahwa struktur
pasar komoditi tersebut lebih mengarah kepada pasar bersaing sempurna.
`
8. Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Sihombing (2007), perhitungan analisis finansial usahatani kakao
di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus dengan tingkat suku
bunga 10,87%, menghasilkan nilai NPV Rp. 41.758.011; IRR 31,2%;
Gross B/C 1,67; Net B/C 2,79; Payback Period 7,67 tahun, maka
usahatani kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus secara
finansial layak untuk dikembangkan.
Menurut Aritonang (2005), usaha karet remah (crumb rubber) pada PTPN
VII Unit Usaha Kedaton dengan kapasitas produksi 10 ton/hari, secara
finansial layak dan menguntungkan dengan tingkat bunga 14 % diperoleh
NPV sebesar 18,84 milyar rupiah, nilai Net B/C ratio sebesar 1,99, nilai
Gross B/C ratio sebesar 1,06, nilai IRR sebesar 27,86 %, Payback Period
5 tahun 3 bulan dan CTO sebesar 0,284.
Hasil penelitian Kafrawi (2005), tentang analisis pemasaran ubi kayu di
di Kabupaten Way Kanan belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh marjin
pemasaran yang tidak merata, nilai koefisien korelasi harga kurang dari
satu, dan nilai elastisitas harga kurang dari satu, yang berarti kondisi pasar
berbentuk oligopsoni, yaitu keadaan di mana pembeli lebih dari satu tetapi
jumlahnya tidak sebanyak penjual.
Berdasarkan penelitian Hapriono (2003) tentang analisis efisiensi
pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Lampung Selatan ternyata pemasaran kakao di daerah tersebut
belum efisien dan menunjukkan adanya struktur pasar yang bersaing tidak
sempurna.
B. Kerangka Pemikiran
Usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi, yaitu dengan
memasukkan faktor alam dengan faktor produksi lain untuk menghasilkan
output pertanian (barang atau jasa) dari suatu kegiatan. Demikian pula dengan
usaha perkebunan kakao memerlukan input untuk menghasilkan biji kakao.
Input – input tersebut, baik input tetap maupun variabel akan menimbulkan
biaya poduksi yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang
akan diperoleh.
Dengan menjual hasil produksi yang berupa biji kakao ke pasar, maka petani
akan memperoleh penerimaan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besar
Tujuan dari setiap usaha termasuk usaha perkebunan kakao adalah untuk
mendapatkan keuntungan, sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang
telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah
usaha perkebunan kakao menguntungkan atau tidak maka dilakukan suatu
analisis proyek. Dalam analisis proyek, dilakukan perhitungan yang diukur
dari besarnya penerimaan dan biaya bagi usaha perkebunan kakao.
Perhitungan yang dipergunakan adalah analisis finansial.
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), Gross
Benefit/Cost Ratio (Gross B/C Ratio), Payback Period, dan analisis
sensitivitas.
Selain hal-hal tersebut, dilakukan pula analisis dari aspek pemasaran. Hal ini
dikarenakan kegiatan pemasaran juga sama pentingnya dengan kegiatan
produksi. Petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak
dapat dijual, sehingga kegiatan pemasaran sangatlah penting.
Petani menjual hasil produksinya dalam pasar output kepada pedagang
pengumpul dan kemudian para pedagang pengumpul ini juga melakukan
transaksi antara pelaku pasar lainnya, sehingga terbentuklah suatu hirarki yang
pada akhirnya biji kako tersebut siap diekspor. Interaksi antara pelaku pasar
tersebut menimbulkan adanya struktur pasar dan saluran pemasaran.
Para pelaku pasar tersebut juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, seperti
pemasaran. Dengan membandingkan harga beli, harga jual, dan marjin biaya
total, maka akan diketahui marjin keuntungan dari tiap pelaku pasar. Marjin
keuntungan ini juga dapat dijadikan sebuah ukuran apakah usaha pemasaran
yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Kerangka pemikiran Analisis
Kelayakan Finansial dan Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Usaha tani merupakan suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani
untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.
Usahatani kakao adalah suatu bentuk organisasi produksi yang dilakukan di
daerah ladang dengan komoditi kakao.
Petani kakao adalah semua petani yang berusahatani kakao dan memperoleh
pendapatan dari usahataninya.
Analisis proyek adalah suatu metode untuk melakukan penilaian investasi dan
menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan
atau tidak.
Proyek kakao adalah usahatani kakao yang menggunakan modal atau faktor
produksi yang diharapkan memberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka
Manfaat (benefit) adalah penerimaan dari usahatani dan pemasaran kakao yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang
atau jasa-jasa.
Biaya (cost) adalah segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung
mengurangi persediaan atau konsumsi barang-barang/jasa-jasa yang
berhubungan dengan usahatani dan pemasaran kakao.
Penerimaan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari penjualan produk.
Penerimaan total diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi
dengan harga jual per kg, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
Produksi kakao adalah jumlah output atau hasil panen kakao dari luas lahan
petani selama satu tahun yang diukur dalam satuan kg/ha.
Harga produk/output adalah harga biji kakao yang diterima, baik oleh petani
dari hasil produksi kakao maupun oleh para pedagang pengumpul dan
eksportir kakao, berdasarkan harga pasar, diukur dalam satuan Rp/Kg.
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari pekerjaan dan
pengelolaan usahanya. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi
penerimaan usahatani kakao dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
Harga pasar atau harga finansial adalah tingkat harga yang diterima petani
dalam menjual hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam
Harga sarana produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk
melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output. Sarana
produksi yang digunakan meliputi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan,
dan tenaga kerja.
Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan oleh petani untuk
melakukan usahatani kakao yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Jumlah bibit adalah banyaknya bibit yang digunakan petani pada usahatani
kakao. Jumlah bibit diukur dalam satuan bibit/ha.
Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk kandang dan pupuk buatan yang
digunakan oleh petani pada usahatani kakao Jumlah pupuk diukur dalam
satuan kilogram (kg).
Jumlah pestisida adalah banyaknya pestisida yang digunakan dalam usahatani
kakao, diukur dalam satuan gram bahan aktif (gr).
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam usahatani
kakao, terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita diukur dalam satuan hari orang
kerja (HOK).
Umur ekonomis adalah jumlah tahun proyek berjalan sampai proyek tidak
menghasilkan keuntungan, yaitu selama 20 tahun.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi pada
usaha pembibitan kakao sebelum usaha tersebut dijalankan dan diharapkan
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani kakao yang terdiri dari biaya tetap dan variabel.
Biaya tetap adalah seluruh biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi yang
jumlahnya tidak berubah dengan berubahnya output yang dihasilkan, meliputi
biaya pajak, sewa lahan, dan biaya penyusutan. Satuan yang digunakan dalam
rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani kakao
yang jumlahnya berubah sesuai dengan berubahnya output yang dihasilkan.
Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).
Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Satuan
yang digunakan dalam rupiah (Rp).
Harga jual output adalah rata-rata harga jual biji kakao yang berlaku setiap
tahun, pengukurannya dalam Rp/Kg.
Volume penjualan adalah jmlah biji kakao yang dijual pengusaha kakao.
Pengukurannya dalam satuan kilogram (Kg).
Analisis keuntungan adalah suatu analisis untuk membandingkan besarnya
biaya (cost) dan penerimaan (revenue) dari proses produksi pada usahatani
kakao.
Tingkat suku bunga atau discount factor adalah suatu bilangan yang lebih
kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa lalu
Net Present Value (NPV) adalah suatu analisis yang digunakan untuk
menghitung selisih antara present value dari penerimaan dengan present value
dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Internal Rate Return (IRR) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau investasi bersih dalam suatu proyek. IRR
merupakan tingkat bunga (discount rate) yang dapat membuat besarnya NPV
proyek sama dengan nol (0), diukur dalam satuan (%).
Payback Period (PP) atau disebut juga periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur dalam satuan tahun.
Gross B/C adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan
nilainya saat ini.
Net B/C adalah suatu tingkat perbandingan antara jumlah present value
penerimaan dengan present value biaya.
Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat
kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam
perhitungan manfaat dan biaya. Analisis sensitivitas menganalisis kembali apa
yang akan terjadi pada proyek tersebut apabila ada sesuatu yang tidak beres
atau tidak sesuai dengan rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat
rencana suatu proyek sangat dipengaruhi unsur ketidakpastian mengenai apa
yang akan terjadi.
Efisiensi pemasaran adalah situasi pemasaran yang memberikan kepuasaan
kepada produsen hingga ke konsumen melalui mekanisme harga yang efisien.
Elastisitas transmisi harga merupakan nisbah perubahan harga relatif di
tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat produsen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan,
Kabupaten Pesawaran. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan
merupakan salah satu sentra produksi Kakao di Kabupaten Pesawaran.
Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal dan pengambilan data
dilakukan pada bulan Januari 2010 hingga Mei 2010.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani menggunakan kuesioner
(daftar pertanyaan) yang telah disediakan meliputi: data harga kakao, data
produksi, data luas lahan, dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari
instansi atau lembaga yang terkait dan hasil penelitian lain yang relevan
dengan penelitian ini. Sumber data yang diharapkan adalah responden (petani)