• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Biaya

Berikut ini beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Bastian dan Nurlela (2013:7) mengemukakan bahwa “ Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu ”.

Menurut Mulyadi (2012:8) mengemukakan bahwa “ Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat (4) unsur pokok dalam definisi biaya tersebut:

a). Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, b). Diukur dalam satuan uang,

c). Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, d). Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

“ Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.”

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahaskan oleh Krista (2009:29) mengemukakan bahwa “ Biaya adalah sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Pengeluaran atau pengorbanan pada saat diakuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain ”.

(2)

Menurut Don R. Hansen dam Maryanne M. Mowen yang diahli bahasakan oleh Deny Arnos Kwary (2009:47) Mengemukakan bahwa “ Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.”

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2012:30) mengemukakan bahwa “ Biaya sebagai suatu alat tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat ”.

Dari beberapa pengertian biaya menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomi atau setara kas yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang mempunyai manfaat dimasa yang akan datang.

2. Klasifikasi Biaya

Berikut ini beberapa pengertian klasifikasi biaya yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Bastian dan Nurlela (2013:12) mengemukakan bahwa “ Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting ”.

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2009:68) mengemukakan bahwa “ Klasifikasi biaya adalah keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis ”.

(3)

Menurut Mulyadi (2012:13) mengemukakan bahwa “ Biaya dapat digolongkan menurut :

a). Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan sablon disebut “ biaya bahan bakar ”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

b). Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi pokok produksi, fungsi pokok pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

1). Biaya Produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku: biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara

(4)

garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.

2). Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).

3). Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, dan biaya photocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).

(5)

c). Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departement. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya yang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1). Biaya Langsung

Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikain biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departement (direct departement costs) adalah semua biaya yang bekerja dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi departemen pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut.

2). Biaya Tidak Langsung

Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak

(6)

mudah diindentifikasikan dengan produk tertentu. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di departement pembangkit tenaga listrik.

d). Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi :

1). Biaya Variabel

Berikut ini beberapa pengertian biaya variabel yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Mulyadi (2012:468) mengemukakan bahwa “ Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan ”.

Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2013:15) mengemukakan bahwa “ Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per-unit tetap.

(7)

Menurut Kamaruddin,Ahmad (2011:89) mengemukakan bahwa “ Biaya variabel adalah total biaya variabel proporsional dengan perubahan volume/kapasitas, makin besar kapasitas yang digunakan semakin besar pula total biaya variabel, demikian pula sebaliknya ”.

Menurut William K. Carter yang diahli bahasakan oleh Krista (2012: 69) yang mengemukakan bahwa “ Biaya variabel adalah biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas.

Menurut Garrison, Ray H, Noreen, Eric W dan Brewer, Peter C yang diahli bahasakan oleh Kartika Dewi (2013:30) yang mengemukakan bahwa “ Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dalam pembagian langsung berdasarkan perubahan tingkat aktivitas.

Dari beberapa pengertian biaya variabel menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa biaya variabel merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dapat berubah-ubah sesuai dengan aktivitas produksi perusahaan.

2). Biaya Tetap

Berikut ini beberapa pengertian biaya tetap yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen yang diahli bahasakan oleh Deny Arnos Kwary (2013:98) mengemukakan bahwa “ Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap sama ketika keluaran berubah ”.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013:15) “ Biaya tetap dalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per-unit berubah ”.

(8)

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2012:68), “ Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun”.

Menurut Mulyadi (2012:465), “ Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiata. Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu ”.

Menurut Garrison, Ray H, Noreen, Eric W dan Brewer, Peter C yang diahli bahasakan oleh Kartika Dewi (2013:31) yang mengemukakan bahwa “ Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh tingkat aktivitas ”.

Dari beberapa pengertian biaya tetap menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tidak berubah atau tetap dalam setiap periode aktivitas perusahaan baik pada saat meningkat maupun menurun.

3). Biaya Semivariabel

Berikut ini beberapa pengertian biaya semivariabel yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2013:15) “ Biaya semi adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel. Biaya semi ini dapat di kelompokan dalam dua elemen biaya, yaitu :

(a). Biaya semi variabel adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel.

(9)

(b). Biaya semi tetap adalah biaya yang berubah dan volume secara bertahap.

Menurut Mulyadi (2012:469), “ Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel didalamnya ”.

Menurut Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro (2013:29) mengemukakan bahwa “ Biaya semivariabel adalah biaya yang samar-samar perilakunya, yaitu tidak mengikuti volume kegiatan sebagai biaya variabel dan tidak bersifat tetap”.

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2009:40) yang mengemukakan bahwa “ Biaya semivariabel adalah beberapa jenis biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan biaya variable ”.

Menurut Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen yang diahli bahasakan oleh Deny Arnos Kwary (2009:102) mengemukakan bahwa “ Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel.

Dari beberapa pengertian biaya semivariabel menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa biaya semivariabel adalah biaya yang secara total mengalami perubahan tetapi tidak signifikan dan biaya tersebut dapat memperlihatkan karateristik yang didalamnya mengandung unsure biaya tetap maupun biaya varibel.

(10)

e). Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

1). Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara depresiai, diamortisasi atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

2). Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

(11)

3. Perilaku Biaya

Berikut ini beberapa pengertian pemisahan biaya semivariabel yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya: Menurut Willian K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2012:72) mengemukakan bahwa “ memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, mengukur atau mengevaluasi biaya pada tingkatan aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Biaya-biaya yang seluruhnya tetap atau yang seluruhnya variabel dalam rentang aktivitas yang diantisipasi harus diindetifikasi, dan komponen tetap serta variabel dari biaya semivariabel harus diestimasi ”.

Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel diperlukan untuk tujuan-tujuan berikut :

a). Perhitungan tarif biaya overhead yang ditentukan sebelumnya dan analisis varians

b). Penyusunan anggaran fleksibel dan analisis varians

c). Perhitungan biaya langsung dan analisis margin kontribusi d). Analisis titik impas dan analisis biaya volume laba

e). Analisis biaya diferensial dan komparatif

f). Analisis maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya jangka pendek g). Analisis anggaran modal

h). Analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan.

(12)

Menurut William. K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista (2009:74), Ada tiga metode perhitungan dalam menentukan elemen tetap dan variabel dari biaya :

a). Metode Tinggi- Rendah (High and Low Points Method)

Dalam metode tinggi-rendah (high and low points), elemen tetap dan variabel dari suatu biaya dihitung menggunakan dua titik. Titik data (periode) yang dipilih dari data historis merupakan periode dengan aktivitas tertinggi dan terendah. Periode-periode ini biasanya, meskipun tidak selalu, memiliki jumlah yang tertinggi dan terendah untuk biaya yang dianalisis. Jika titik dengan tingkat aktivitas tertinggi dan terendah tidak berada pada periode pada periode yang sama dengan titik yang memiliki jumlah biaya tertinggi atau terendah, maka tingkat aktivitas yang seharusnya dipilih karena aktivitas dianggap sebagai pemicu biaya. Periode tinggi dan periode rendah dipilih karena keduanya mewakili kondisi dari dua titik aktivitas yang paling berjauhan. Tetapi, harus hati-hati untuk tidak menggunakan data dari periode yang terdistorsi oleh kondisi-kondisi abnormal.

b). Scattergraph Method

Metode grafik statistikal (statistical scattergraph method) adalah metode pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dengan cara menggambarkan biaya setiap bulan pada sebuah grafik dan menarik satu garis lurus di tengah titik-titik biaya tersebut. Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode ini dibanding metode

(13)

titik tertinggi dan terendah serta metode biaya bersiap, metode grafik statistik lebih teliti karena semua n atau bulan telah diperhitungkan. Sedangkan kelemahan Metode grafik statistik adalah kurang ilmiah karena penarikan garis B dapat berbeda antara orang tertentu dibandingkan orang lain, atau oleh orang tertentu tetapi waktunya berbeda, meskipun dengan menggunakan data kapasitas clan biaya yang sama, jadi sifatnya subyektif.

c). Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)

Metode kuadrat terkecil ( Lease Square Method), kadang kala disebut analisis regresi, menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis regresi linear, melalui sekelompok titik. Garis regresi meminimalkan jumlah kuadrat deviasi setiap titik actual yang diplot dari titik diatas atau dibawahnya dalam garis regresi.

(∑Y) – (b.∑x) (2) (n.∑YX) – (∑X)(∑Y) (3) α = b = n (n.∑x2) – (∑x)2

Y = α + bx (1)

(14)

Keterangan :

X = tingkat aktivitas

Y = total biaya semivariabel a = total biaya tetap

b = biaya variabel per unit aktivitas n = jumlah observasi

∑ = jumlah total observasi

4. Pengertian Volume

Berikut ini beberapa pengertian volume penjualan yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya

Menurut Freddy Rangkuti (2009:207), “ Volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter ”.

Menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Basu Swastha (2008:404) Terdapat beberapa indikator dari volume penjualan yaitu : a). Mencapai volume penjualan

b). Mendapatkan laba

c). Menunjang pertumbuhan perusahaan

Menurut Alamiyah dan Padji (2003:126), menyatakan bahwa “Volume penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan pada periode tertentu ”.

Menurut Assegaf Abdullah (2001:444), menyatakan bahwa “Volume penjualan adalah jumlah unit yang terjual dari unit produksi

(15)

suatu pemindahan dari pihak produsen ke pihak konsumen, dan tetap pada suatu periode tertentu ”.

Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman yang diahli bahasakan oleh Susanto Budidharmo (2000:646), mengemukakan bahwa “ Volume penjualan adalah total penjualan yang didapat dari komoditas yang diperdagangkan dalam suatu masa tertentu ”.

Dari beberapa pengertian volume penjualan menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa volume penjualan adalah suatu pencapaian kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan penjualan yang dinyatakan dalam satuan unit dan volume penjualan mempengaruhi tingkat laba dan pertumbuhan perusahaan.

5. Pengertian Laba

Berikut ini beberapa pengertian laba yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32), menyatakan bahwa “Laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut : Laba = Penjualan- Biaya ”.

Menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) “ Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya ”.

(16)

Menurut M. Nafarin (2007:788) “ Laba adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu ”.

Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2005;139)

“Laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya diukur dengan menghitung selisi antara pendapatan dan biaya”.

Menurut Soemarso (2004:245) “ Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu ”.

Dari beberapa pengertian laba menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa laba adalah suatu keuntungan yang bersih oleh perusahaan dari hasil kegiatan produksi dan kegiatan lainnya.

6. Cost-Volume-Profit Method

a). Pengertian Cost Volume Profit

Berikut ini beberapa pengertian analisis analisis cost-volume-profit yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen yang diahli bahasakan oleh Deny Arnos Kwary (2009:4 ) “ Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan ”.

(17)

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:193) “ Analisis biaya-volume-laba adalah suatu analisis utuk mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan, laba dan bauran produk utuk mencapai tingkat laba yang diinginkan ”.

Analisis biaya-volume-laba ini juga dapat digunakan untuk hal hal sebagai berikut:

1). Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2). Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.

3). Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.

4).Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan.

5). Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.

Menurut Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney yang diahli bahasakan oleh Rahmat Hilman (2011:480), yang menyatakan bahwa “ Ananlisis Cost-Volume-Laba adalah pemeriksaan pergeseran dalam biaya dan volume serta akibat yang dihasilkan dalam biaya ”. Menurut Ray H. Garrison, Eric W. Norren, Peter C. Brewer yang diahli bahasakan oleh Kartika Dewi (2013:208), yang menyatakan bahwa “ Analisis Cost-Volume-Laba adalah alat bantu yang sangat berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume dan laba ”.

(18)

Laba operasi = Pendapatan Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap (4)

Menurut Edward J. Blocher, David E. Stout, dan Gary Cokins yang diahli bahasakan oleh David Wijaya (2011:504), Analisis Cost-Volume-Laba merupakan suatu metode untuk menganalisis bagaimana pengaruh keputusan operasi dan pemasaran terhadap laba berdasarkan pemahaman atas hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output ”.

Dari beberapa pengertian cost-volume-laba menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa cost-volume-laba merupakan alat bantu dalam menganalisis hubungan biaya, volume dan laba dalam perencanaan dan pengambilan keputusan bagi para manajer.

b). Laba Operasi dalam Analisis Cost-Volume-Profit

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut

c). Asumsi-asumsi dalam Analisis Cost Volume Profit

Analisis Cost Volume Profit adalah salah satu model perencanaan laba yang memanfaatkan hubungan serta pengaruh dari tiga faktor tersebut. Namun didalam kenyataannya mekanisme ekonomi tidak dapat secara mudah dikendalikan. Untuk menghindarkan bias (penyimpangan) dari hasil analisis maka untuk penerapannya diperlukan asumsi-asumsi sebagai berikut :

(19)

1). Setiap biaya yang terjadi digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

2). Analisis akan berlaku pada tingkatan relevan range tertentu.

3). Harga jual per unit tidak berubah (konstan) ketika terjadi perubahan kapasitas.

4). Produk yang dijual hanya satu jenis (single product).

5). Jika penjualan lebih dari satu macam produk maka komposisi penjualan (sales mix) masing-masing produk adalah tetap.

6). Tidak terjadi perubahan kebijakan manajemen didalam waktu dekat.

7). Harga umum relatif stabil.

8). Inventory dianggap konstan atau dapat pula sama dengan nol. 9). Tingkat efisiensi didalam jangka pendek relatif normal (tidak

berubah).

7. Analisis Break Even Point

a). Pengertian Break Even Point

Berikut ini beberapa pengertian break-event point atau titik impas yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Krismiaji dan Aryani (2011:170), “ Break Even Point atau titik impas sebagai sebuah titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian pada titk ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi (laba=0) ”.

(20)

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:194), “Break even point atau titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan dan penjualannya sama dengan jumlah total biayanya atau besarnya kontribusi marjin sama dengan total biaya tetap ”.

Menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2009:243), “ Break even point atau titik impas, dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian ”.

Menurut Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney yang diahli bahasakan oleh Rahmat Hilman (2011:477), “ Titik impas adalah tingkat aktivitas, dalam unit atau nominal, pada total pendapatan yang sama dengan total biaya ”.

Menurut Ray H. Garrison, Eric W. Norren, Peter C. Brewer yang diahli bahasakan oleh Kartika Dewi (2013:224), “ Titik impas didefinisikan sebagai tingkat penjualan yang dihasilkan ketika laba perusahaan adalah nol ”.

Dari beberapa pengertian break-even point menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa break-even point adalah titik impas dimana perusahaan tidak memperoleh laba maupun kerugian dan pendapatan dan biaya telah dikeluarkan sama.

b). Metode Perhitungan Analisis Break Even Point

Ada empat metode atau pendekatan yang digunakan dalam menentukan titik impas atau break-even point, yaitu :

(21)

Y = cx – (a + bx) (5) 1). Pendekatan persamaan

Dalam pendekatan persamaan, laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi total biaya, maka dalam persamaannya dinyatakan sebagai berikut :

Keterangan : Y = Laba

a = Total biaya tetap b = Biaya variabel per unit c = Harga jual per unit

x = Jumlah unit yang diproduksi

2). Pendekatan Matematis (Mathemetical Approach)

Rumus pedekatan matematis atau aljabar dimana pendapatan total sama dengan biaya total sebagai berikut :

Perhitungan break-even point dalam unit dapat dilakukan dengan menghitung rumus : TR= TC (6) atau Px = F + Vx (7) FC BEP x = (8) P - V

(22)

Perhitungan break-event point dalam rupiah dapat dilakukan dengan menghitung rumus :

Keterangan :

BEPx = Titik impas dalam unit

BEPs = Titik impas dalam rupiah

TR = Pendapatan total TC = Biaya total P = Harga per unit FC = Biaya tetap

V = Biaya variabel per unit X = Jumlah unit yang diproduksi

3). Pendekatan Grafik (Graphical Approach)

Perhitungan impas dapat dilakukan juga dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan.

FC

BEP s = (9)

(23)

4). Pendekatan Kontribusi Margin

Dalam analisis break event point ada dua macam laba kontribusi : (a). Kontribusi margin per unit (CMU) adalah selisih antara harga

jual per unit dengan biaya variabel per unit yang dapat digunakan untuk menutup total biaya tepat dan laba bersih yang ditargetkan.

CMU = Harga jual/unit - Biaya Variabel/Unit (10)

(b). Rasio Kontribusi Margin (CMR) adalah untuk mengukur pengaruh kenaikan dan penurunan volume penjualan terhadap laba operasi.

Biaya Variabel/unit

CMR = 1 - (11)

Harga Jual/unit

Dengan menggunakan Laba Kontribusi tersebut dapat ditentukan break event point sebagai berikut :

Biaya Tetap BEP unit = (12) CMU Biaya Tetap BEP rupiah = (13) CMR

(24)

8. Margin of Safety

Berikut ini beberapa pengertian margin of safety yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Don R. Hansen Mowen dan Maryanne M.Mowen yang diahli bahasakan oleh Deny Arnos Kwary (2009:28) “Margin of safety adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk yang dihasilkan melebihi volume impas”.

Menurut ,Edward J., David E. Stout, Gary Cokins yang diahli bahasakan oleh David (2007:405-406) memberikan definisi sebagai berikut : “Margin aman atau batas aman (margin of safety) adalah jumlah penjualan (kelebihan) di atas titik impas”.

Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “ Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa ” menyatakan bahwa “ Margin of safety memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi ”.

Menurut Menurut Ray H. Garrison, Eric W. Norren, Peter C. Brewer yang diahli bahasakan oleh Kartika Dewi (2013:225), menyatakan bahwa “ Margin of Safety adalah kelebihan dari nilai penjualan dalam dollar yang dianggarkan atau aktual diatas titik impas nilai penjualan dalam dollar. Margin of Safety merupakan jumlah penjualan yang dapar menurun sebelum kerugian mulai terjadi ”.

Menurut Krismiaji dan Y Anni Aryani (2011: 207), mengemukakan bahwa “ Margin of Safety adalah jumlah unit yang terjual atau diharapkan akan terjual atau pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh atas titik impas ”.

(25)

Dari beberapa pengertian margin of safety menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa margin of safety adalah batas aman perusahaan untuk menghadapi penurunan volume penjualan. Margin of safety mencerminkan daya tahan perusahaan di dalam menghadapi persaingan. Semakin besar margin of safety maka semakin tinggi daya tahan perusahaan.

Rumus Margin of Safety dalam Rupiah

Margin of safety(Rp) = Total Penjualan – Penjualan BEP (14)

Rumus Margin of Safety dalam Rasio

9. Perencanaan Laba

Berikut ini beberapa pengertian perencanaan laba yang dikemukakan oleh ahli ekonomi yang dikutip dari literaturnya :

Menurut Shim, J.K. & Siegel, J.G. yang diahli bahasakan oleh Moh Kurdi (2009:3) memberikan definisi sebagai berikut:“ Planning is determining the activities to be accomplished to achieve objectives and goals”. Artinya perencanaan yaitu menentukan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan.

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diahli bahasakan oleh Krista. (2005:4) menyatakan “ Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan”.

Total Penjualan – Penjualan BEP

Margin of safety = 100% (15) ratio Total Penjualan

(26)

Menurut Simamora, Henry (2002:5) menyatakan “ Perencanaan (planning) berarti penyusunan gambaran financial dan operasional rinci kegiatan-kegiatan yang direncanakan ”

Menurut Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster yang diahli bahasakan oleh Adhariani, D.(2005:73) merumuskan perhitungan matematis mengenai laba operasi sebagai berikut : “ Laba operasi = pendapatan operasi total – harga pokok penjualan dan biaya operasi (tidak termasuk pajak)”.

Dari beberapa pengertian perencanaan laba menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan laba adalah rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Tiga faktor yang mempengaruhi laba, yaitu biaya, harga jual, dan perencanaan laba, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting dalam pemilihan alternative tindakan untuk menilai berbagai kemungkinan pencapaian laba dimasa yang akan datang.. Untuk itu mengambil keputusan tentang perencanaan laba, maka rumus yang dapat digunakan adalah :

Rumus Target Laba dalam Unit

Biaya Tetap + Laba

Target Laba (Unit) = (16)

Harga jual per unit – Variabel per unit Rumus Target Laba dalam Rupiah

Biaya Tetap + Laba

Target Laba (Rp) = (17)

(27)

10. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan acuan terhadap penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut :

TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU

Keterangan Penulis Agia Sofio Agustinus 2011 Nelly Wiharjo 2011 Syarifah Widyaningrum 2010 Dianika Hanggar S 2005 Yuanita Wulandari 2006 Judul Analisis Biaya

Volume Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Analisis Hubungan Cost-Volume-Profit (CVP) Untuk Perencanaan Laba Evaluasi Laba Dengan Menggunakan Analisis Cost-Volume-Profit Break Even Point dan Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Lokasi Penelitian Hotel Sofyan Betawi Hotel Losari Beach PT. Temprina Media Grafika PT.Percetakan Penebar Swadaya Hotel Yogyakarta Metode Penelitian Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif Hasil Penelitian Penggolongan biaya tetap dan biaya variabel dilakukan secara tepat dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan analisis cost-volume-profit sebagai alat bantu perencanaan laba Perubahanvolu me penjualan, biaya tetap dan biaya variabel akan mempengaruhi peningkatan laba Peningkatan laba dipengaruhi oleh semua penjualan, biaya tetap dan biaya variabel Perubahan komposisi produk yang dijual dapat menyebabkan perubahan laba bersih dan juga break even point Perubahan harga jual, biaya tetap, baya variabel akan berpengaruh terhadap break even point

(28)

B. Rerangka Pemikiran

GAMBAR 2.1 RERANGKA PEMIKIRAN LEAST SQUARE METHOD

GAMBAR 2.2 RERANGKA PEMIKIRAN COST-VOLUME-PROFIT METHOD Least Square Method Biaya Tetap Biaya Semivariabel Biaya Variabel Cost- Volume-Profit Method Break Even Point Margin of Safety Perencanaan Laba

Gambar

TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
GAMBAR 2.1 RERANGKA PEMIKIRAN LEAST SQUARE METHOD

Referensi

Dokumen terkait

Kymlicka, Will, “Pengantar” dalam, Teori Keadilan: Suatu Pengantar Ke Arah Filsafat Politik Kontemporer , Pengantar dan Penerjemah: Agus Wahyudi, (dari judul asli:

Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.. Dalam suatu

Yeni Osmanlılar, bundan dolayı, Batılılaşmaya karşı Bihruz Bey tiplerinin eleştirisini üst bürokrasiye karşı ver­ dikleri mücadelede kullandılar, fakat

Secara umum capaian kinerja pada Puskesmas Samigaluh I adalah 75,79 yang termasuk dalam kategori ”Baik”, namun demikian berdasarkan hasil survei Indeks Kepuasan

Didalam pemberian kredit atau masalah gadai, apabila telah sampai pada waktu pelunasan hutang dan penebusan barang jaminan, tetapi penggadai tidak dapat membayar hutangnya,

variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Sig F > 0,05 yaitu 0,541> 0,05, maka dapat

 Batasan simpangan antar lantai Simpangan antar lantai yang dihitung berdasarkan persamaan diatas tidak boleh melebihi 2,5% dari jarak lantai untuk struktur dengan