• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Praktek Ukur Tanah I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Praktek Ukur Tanah I"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.0

.'a^-''

I

l{1

\ .qp,,

-\ pux I

xEI,IENTRIAN pENDtDtKAN NAstoNAL

,l

I

POLTTEKNTK

NEGERI

KUPANG

MODUL

PRAKTEK

ILMU

UKUR TANAH

I

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK

NEGERI

KUPANG

(2)

Alhamdzulillah,

puji dan

syukur dipanjatkan kepada

Allah

SWT atas

rahmatNya sehingga penulis

bisa

menyelesaikan Modul Praktek

llmu

Ukur

Tanah I ini" Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada :

1.

Bekak Kolimon, ST., MT selaku Direktur Politeknik Negeri Kupang.

2.

Melchior Bria,

ST., MT

selaku Ketua Jurusan Teknik

Sipil

Politeknik Negeri Kupang.

3.

Teman-teman Politeknik Negeri Kupang,

atas

segala bantuan yang diberikan.

4.

Akhir

kata, penulis mengharapkan semoga karya sederhana

ini

bisa

memberikan manfaat

baik ilmu

pengetahuan maupun pemanfaatan praktis.

Kupang,

01

April

2011

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I

TINJAUAN MATA KULIAH

Halaman i ii 1 1 1 1 1 2 2 3 4 15 15 15 16 16 5 5 5 5 5 7 10 10 10 10 15 il ilt Diskripsi Singkat

Tujuan Mata Kuliah

1.1

Batasan-batasan Pengukuran

1.2

Dimensi-dimensi Yang Dapat Diukur

1.3

Prinsip Dasar Pengukuran

1.4

Kesalahan-kesalahan di Dalam Pengukuran

1.5

Satuan Ukuran Panjang, Luas dan Sudut

1.6

lsyarat Tangan

PENGUKURAN JARAK (LINIER}

2.1

Pendahuluan

2.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

2.1.2

Learning Objective (LO)

2.2

Peralatan Pengukuran Jarak

2.2.1

Pengukuran Jarak Pada Garis Yang Panjang

2.3

PelaksanaanPraktek

2.3.1

Peralatan / Perlengkapan

2.3.2

Petunjuk Umum

2.3.3

Langkah Kerja

MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN DENGAN RINTANGAN

3.1

Pendahuluan

3.1-1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

3.1.2

Learning Objective (LO)

3.2

Membuat Sudut Siku-siku di Lapangan

3.2.1

Pembuatan Sudut Siku-siku di Tengah-tengah Garis Lurus

3.2.2

Pembuatan Sudut Siku-siku di Luar Garis Lurus

3.2.3

Peralatan Sederhana Guna Pembuatan Sudut

Siku-siku

3.2.3.1Salib Sumbu

3.2.3.2 Cermin Sudut dan Prisma

3.2.4

Rintangan

3-2.4.1 Rintangan Pada Pembuatan Garis Lurus

3.2.4.2 Rintangan Yang Dapat Dihindari Dengan Memindahkan Garis Ukur

3.2.4.3 Rintangan Yang Tidak Dapat Dihindari

Dengan Memindahkan Garis Ukur

3.3

PelaksanaanPraktek

3.3.1

Peralatan 17 18 18 19 22 22 23 24 25 25

ii

(4)

JARAK

4.1

Pendahuluan

4.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

4.1.2

Learning Objective (LO)

4.2

Pengukuran Bertahap

4.3

PelaksanaanPraktek

4,3"1

Peralatan

4.3.2

Petunjuk Umum

4.3.3

Langkah Kerja

PENGUKURAN LENGKUNG MENDATAR SEDERHANA

5.1

Pendahuluan

5.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

5.1.2

Learning Objective (LO)

5.2

Lengkung Mendatar sederhana

5.3

PelaksanaanPraktek

5.3.1

Peralatan

5.3.2

Langkah Kerja

MENGUKUR SITUASI DENGAN KOORDINAT SIKU-SIKU

6-1

Pendahuluan

6.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

6.1.2

Learning Objective (LO)

Pengukuran Siku-siku atau Empat Persegi Panjang

Pelaksanaan Praktek

6.3.1

Peralatan

Petunjuk Umum Langkah Kerja

ALAT - ALAT WATERPASS

7.1

Pendahuluan

7.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

7.1.2

Learning Objective (LO)

7.2

Komponen-komponen DariAlat Sipat DatarMaterpass

7.2.1

Syarat Yang Baik Untuk Jenis Waterpass

7.2.2

Syarat Bacaan dengan Alat Waterpass

7.3

Pelaksanaan Praktek

7.3.1

Peralatan / Perlengkapan

7.3.2

Persiapan

7.3.3

Penggunaan

7.4

Keselamatan kerja

7.5

Penyimpanan Alat PENGUKURAN PROFIL

8.1

Pendahuluan

8.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

29 29 29 29 30 30 30 30 33 33 33 33 33 35 35 35 42 42 42 42 42 43 43 43 43 43 45 46 46 47 47 47 V 36 36 36 36 36 38 38 39 39 6.2 6.3 VI

vil

vilt

11t

(5)

8.1.2

Leaming Objective (LO)

8.2

Beda Tinggi

8.2.1

$yarat Pengukuran Waterpass Memanjang

8.2.2

Pengukuran Beda TinggiAntara Dua Titik

8.2.3

Sipat Datar Berantai

8.3

PelaksanaanPraktek

8.3.1

Peralatan

8.3.2

Petunjuk Umum

8.3.3

Langkah Keria DAFTAR PUSTAKA 47 47 48 48 51 52 52 52 53 59 1V

(6)

BAB I

TINJAUAN MATA KULIAH

Deskripsi singkat

:

Mata

Kuliah

llmu

Ukur

Tanah

I

ini

membahas

tentang

pengukuran

jarak, sudut

siku-siku, garis

lurus

di

lapangan, lengkung mendatar sederhana,

koordinat, pengukuran siku-siku atau empat persegi

panjang, dan pengukuran beda tinggi.

Tujuan Mata Kuliah

:

Setelah mengikuti kuliah llmu Ukur Tanah I ini, siswa

dapat mengukur

jarak

lurus, membuat sudut

siku-siku,

dapat

menentukan

koordinat

tititk

dan

menghitung beda tinggi dan jarak di lapangan.

Definisi Ukur Tanah (Surveying) : ilmu dan seni menentukan letak nisbi dari

titik-titik di atas dan di bawah permukaan bumi.

atau

Ukur tanah dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang meliputi semua

metode untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang bumi

dan lingkungan fisis.

1.1

Batasan-batasan Pengukuran.

Batasan-batasan

pengukuran

dalam

lingkup

Teknik

Sipil

dan

Konstruksi bangunan meliputi :

a.

Melakukan pengukuran sederhana.

b.

Menstransfer data dalam bentuk gambar dan hitungan di lapangan.

1.2

Dimensi-dimensi yang dapat

diukur

:

a.

Jarak.

Dapat

diukur

dengan mistar,

pita ukur dan alat

optis

seperti

Pesawat Penyipat Datar (PPD), Theodolite, Electronic Distance

Measuring (EDM) dan Total Station.

(7)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

b.

Ketinggian.

Dapat diukur dengan waterpass, rambu ukur, altimeter

dan

alat

optis seperti Pesawat Penyipat Datar (PPD).

c.

Sudut.

Dapat diukur dengan busur derajad, penta prisma dan alat optis seperti Theodolite.

1.3

Prinsip Dasar Pengukuran.

Karena didalam pekerjaan pengukuran pada waktu yang bersamaan

harus dilakukan bermacam-macam pekerjaan dan pengamatan, maka

kesalahan-kesalahan

baik yang kecil

maupun

besar

mungkin saja terjadi.

Untuk menghindari

hal

ini,

maka tugas pengukur harus didasarkan

pada prinsip dasar pengukuran yaitu :

a.

Perlu adanya pengecekan yang terpisah,

tidak

cukup

satu

kali

pengukuran.

b.

Tidak ada kesalahan-kesalahan di dalam pengukuran.

1.4

Kesalahan-kesalahan di Dalam Pengukuran.

Pada pekerjaan pengukuran, biasanya menimbulkan beberapa bentuk

kesalahan

yang

sebenarnya

tidak perlu

terjadi

jika

dilaksanakan

dengan hati-hati.

Kesalahan-kesalahan

ini

kemungkinan

disebabkan

kerena

kecerobohan

atau

kurang pengalaman,

juga

keadaan

cuaca

akan

mempengaruhinya, atau karena alat itu sendiriyang salah.

a.

Kesalahan-kesalahan dapat dibagi :

a)

Kesalahan Alamiah.

Kesalahan

ini

timbul

karena disebabkan

oleh

perubahan-perubahan angin, suhu, kelengasan udara, biasan dan gaya berat.

contoh

:

panjang pita ukur baja berubah karena perubahan suhu.

(8)

b)

Kesalahan lnstrumental.

Kesalahan yang timbul

dari

ketidak sempurnaan konstruksi

atau penyetelan instrumen.

contoh

:

pengecatan warna-warna pembagian skala rambu

ukur mungkin

tidak

sama jaraknya atau rambu itu

sendiri bengkok.

c)

Kesalahan Pribadi.

Kesalahan ini terutama timbul dari keterbatasan manusia dalam

merasa, melihat dan meraba.

1.5

Satuan Ukuran Panjang, Luas dan Sudut.

Di lndonesia umumnya digunakan sistim Metrik, di bawah ini diberikan

tabel tentang satuan ukuran.

abel 1.1 Satuan glt

Paniano Notasi Besaran (m) 1 Kilometer km 1.000 1 Hektometer hk 100 1 Meter m 1 1 Desimeter dm 0,1 1 Centimeter cm 0,01 1 Millimeter mm 0.001

Tabel 1.2 Satuan Luas

Luas Notasi Besaran (m=)

1 Kilometer persegi Km' 1.000.000 1 Hektar Ha 10.000

1 Are Are 100

Tabel 1.3 Satuan Sudut

Sudut Notasi Besaran

1 Lingkaran

o

3600

1 Derajat 1" 601

1 Menit 11 6011

(9)

Modul Praktek / Ilmu Ukur Tanah I

1.6

lsyarat Tangan.

Untuk

mempercepat

pekerjaan

pengukuran, penggunaan isyarat

tangan adalah penting sekali, sebab perintah dengan cara berteriak

pada

jarak yang

panjang

atau

jauh

akan

menimbulkan salah pengertian.

lngat dan hapalkan isyarat-isyarat tangan, semuanya harus dilakukan

dengan

jelas,

sehingga

tidak

diperlukan teriakan-teriakan

di

dalam memberi perintah.

h

Pqhotihon Jalon dicahut falun kearahyang ditanjuk

'r-Koreksijaton Jibn OK Kumpulkan Jalon Tancopkan Jalon Tidsk haik

Gambar

1.1

lsyarat Tangan

Pqgi ke$sh yang diuniuk

L

FJ

ru

Pindahkan jalon

(10)

BAB

II

PENGUKURAN JARAK (LINIER)

2.1 Pendahuluan.

Pengukuran jarak adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan di

dalam pekerjaan pengukuran,

yang

pada dasarnya menitik beratkan

kepada ketelitian menentukan panjang.

2.1.1 Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

a. Mahasiswa mengetahui

apa

yang

dimaksud suatu

jarak

di

lapangan.

b. Mahasiswa mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk

membuat jarak di lapangan.

c. Mahasiswa

terampil

membidik (mengincar)

lurus

dalam

menancapkan jalon-jalon atau patok-patok di lapangan.

d.

Mahasiswa

mengetahui

dan

dapat

mengatasi

adanya

kesukaran-kesukaran dalam pembuatan jarak di lapangan

e. Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif dalam bekerja.

2.1.3

Learning Objective (LO) :

a. Mahasiswa

dapat

membuat

jarak

lurus

antara

dua titik

di

lapangan.

b. Mahasiswa dapat memperpanjang jarak lurus di lapangan.

c.

Mahasiswa dapat membuat

jarak

lurus dengan bidikan tidak langsung.

d. Mahasiswa dapat menetukan titik potong antara dua jarak lurus

di lapangan.

2.2 Peralatan Pengukuran Jarak.

Peralatan pengukuran jarak akan mempunyai tingkatan-tingkatan yang

langsung dapat dibaca dengan

jelas

sehingga

tidak

mendua artikan gambaran.

(11)

Modul Praktek/ llmu Ukur Tanah I

abel2.1 Peralatan Jarak

Jenis alat

Penqukuran

Panjang (m)

Tinqkatan

Besar (mm) Menenoah (mm) Kecil(mm) Mistar Kayu 1,2 10 5 1

Pita Baja Saku (metrol) 2,5,10 10 5 1

Pita Ukur Baia 10,20,30 10 5 1

Pita Ukur Sintetis/linen 20,30,50,100 100 50 10

Catatan untuk lnstrukturlDosen :

Perlihatkan pada srswa : mistar, pita ukur dan terangkan cara menggunakannya (titik nol).

Pada pekerjaan ukur tanah, sebagian besar dari garis yang akan diukur

biasanya sangat panjang dan lebih panjang dari panjang pita ukur itu

sendiri.

Untuk pengukuran seperti ini, diperlukan peralatan tambahan yaitu jalon,

pen dan kaki segitiga.

a. Jalon.

Jalon mempunyai panjang

2

m, bulat terbuat dari tongkat kayu, besi

atau

alumunium,

salah

satu

ujungnya

runcing

dan

mempunyai

tingkatan sampai 200 mm yang

di

cat selang-seling dengan warna

merah dan putih.

b. Pen.

Pen terbuat dari besi bulat sepanjang 400 mm, mempunyai tingkatan

sampai 50 mm yang

di

cat selang-seling dengan warna merah dan

putih, runcing

pada

salah

satu

ujungnya

dan

ujung

lainnya

dilingkarkan untuk tempat mengikatkan pita warna, sehingga mudah

terlihat dari kejahuhan.

Terhuat dari logam

rB

r

I

oo,l5

Panjang 2 meter

Gambar2.1

J a

lo

n

(12)

I

Diatasnya diberi

Pita berutarns

Gambar2.2

Pen

Gambar

2.3

Kaki Segitiga

2.2.1 Pengukuran Jarak Pada Garis Yang Panjang.

Jika suatu jarak A-B akan diukur, langkah pertama yang dilakukan

adalah :

a. Memasang jalon pada masing-masing titik (A dan B)

Jika

suatu

jalon

harus ditancapkan pada tanah keras maka

akan mengalami kesulitan, untuk itu dapat ditegakkan dengan

bantuan kaki segitiga.

b. Pembantu memegang

titik nol dari pita

ukur dan ditetapkan pada as jalon di titik A.

400 mm I I I l

(13)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

c.

Kemudian kepala regu menarik pita ukur kearah titik B.

Jika pita ukur sudah kencang, maka kepala regu memegang

jalon

untuk

siap

dipasang, sementara

itu

pembantunya

memberikan aba-aba

siap

ditegakkan

jika

jalon tepat

pada

garis lurus AB.

Kemudian pita ukur ditarik kuat dan sebuah pen ditancapkan kedalam

tanah pada ujung pita ukur.

Tahapan diatas diulang sampai mendekatititik B.

Sambil mengikuti,pembantu bertugas mengumpulkan pen ukur yang kemudian dihitung jumlahnya.

Bagian jarak yang tersisa, yaitu diantara pen terakhir dan titik B diukur panjangnya kemudian ditambahkan kejumlah panjang sebelumnya untuk mendapatkan panjang totalnya.

Tabel2.1 Pengukuran Jarak Lurus

Proyek : Lokasi : Tanggal Penqukr Nomor Titik Pengukuran I (m) Nomor Titik Pengukuran ll {m) keterangan

I

T Rata-rata =

(14)

Titik nol iluri pikt ukur

Gambar

2.4

Pengukuran Jarak Pada Garis Yang Panjang

pito ukur

(15)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

2.3 Pelaksanaan Praktek.

2.3.1

Peralatan / Perlengkapan.

Jalon, patok/pen dan paku, palu, alat tulis/catatan, unting-unting

atau water pass tukang, parang

2.3.2

Petunjung Umum.

a.

Perhatikan dengan seksama lembaran kerja ini dan langkah-langkah kerjanya.

b.

Mengincarlah selalu dari dua posisijalon (kiri dan kanan).

c.

Pemancangan jalon harus vertikal dan tepat pada titik yang

telah ditentukan.

Untuk membuat

jalon

vertikal

ini,

dapat dilakukan dengan

menggunakan unting-unting,

waterpass,

atau

dengan

membandingkan

pada

keadaan sekitar

seperti

bangunan, pohon tegak, dsb.

d.

Semua alat-alat ukur tanah tidak boleh digunakan untuk

main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.

e.

Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.

f.

Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat-alat.

2.3.3

Langkah Kerja.

1)

Membuat Jarak Lurus Antara Dua Titik.

a.

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.

b.

Tancapkan

jalon

di

titik

P & Q

pada

titik

yang

telah

ditentukan (lihat gambar 1,2,3).

c.

Orang pertama berdiri dibelakang salah satu jalon, misal

P,

+

100

cm dan

memandang kearah

titik Q,

sambil

memberi aba-aba kepada orang ke dua.

d.

Orang

ke dua

memegang

jalon

A

dan

mendirikannya

diantra titik

P

&

Q

sambil mengikuti aba-aba dari orang

pertama, sehingga jalonnya berada segaris dengan jalon

PQ kemudian menancapkan jalon tersebut pada titik yang

telah didapat.

(16)

e.

Orang pertama mengincar kembali posisi

jalon

apakah

jalon PAQ benar-benar telah berimpit.

f.

Demikian untuk jalon-jalon B,

C

... dst.

g.

Pekerjaan selesai, dan bila jalon-jalon P,

A,

B,

C

...O.

tampak berimpit maka titik-titk P,

A,

B,

C

... Q terletak

pada satu garis lurus.

2)

Memperpanjang Jarak Lurus di Lapangan.

Bila dilakukan oleh dua orang.

a.

Buat garis lurus PQ dengan memasang jalon pada titik P

& Q yang telah ditentukan.

b.

Orang pertama membidik dari P

& Q

untuk memberikan

aba-aba kepada

orang

ke

dua

dan

orang

kedua

memasang jalon-jalon a, b, c ... dst pada perpanjangan

garis PQ.

Bila dilakukan satu orang.

a.

Buat garis lurus PQ seperti di atas.

b.

Dengan meluruskan garis bidikan dari

jalon

a

kearah

jalon

QP,

kemudian

jalon

a

ditancapkan, demikian seterusnya dengan jalon b, c, ... dst.

3)

Membuat Jarak Lurus

Antara

Dua titik Yang Terletak Pada Bangunan.

a.

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.

b.

Pasang

jalon pada

titik

P

&

Q

yang telah ditentukan (lihat gambar 4).

c.

Orang

pertama menancapkan

jalon

A

dengan

sudut

sekecil mungkin terhadap garis PQ.

d.

Orang

ke

dua

menempatkan

jalon

B

pada garis

AQ

dengan petunjuk orang pertama.

e.

Orang pertama

(A)

pindah

ke

posisi A1 pada garis BP

dengan petunjuk orang ke dua.

f.

Orang ke dua pindah ke posisi 81 pada garis ArQ dengan petunjuk orang pertama.

(17)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

g.

Begitu seterusnya sampai didapatkan titik An dan Bn tepat

pada garis

PQ

yaitu bila dibidik dari An

jalon

Bn lurus

dengan garis AnQ dan dibidik dari Bn juga jalon An lurus

dengan BnP.

4)

Menentukan

Titik

Potong

Antara

Dua

Garis

Lurus

di

Lapangan.

a.

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh 3 orang.

b.

Tancapkan jalon di titik-titik

A,

B, P

& Q

pada titik yang

telah ditentukan (lihat gambar 5).

c.

Orang pertama

(l)

membidik

jalon

A

ke

B

dan

orang kedua (ll) membidik jalon P ke Q.

d.

Orang ke tiga

(lll)

menempatkan jalon R segaris dengan

AB (mengikuti aba-aba orang ke l).

e,

Orang

ke

lll

memperpanjang garis

AR ke

arah

B

dan

berhenti

di

titik

S

atas aba-aba orang

ke

ll

sedemikian

rupa sehingga titik S segaris dengan PQ.

t.

Titik S adalah titik potong garis AB dan PQ.

(18)

ll

PA

Bc0

j

iri

e

G GAMBAR

l.lo

1 GAMBAR

l.lo

2 Nr.

IA

MEMBUAT

GARIS

LURUS

DI

LAPANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

politeknik neqeri

kupanq

Nama:

Kelas: Tanggal,

(19)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

/At

/=2

%

A

titik

yong diketohui

GAMBAR

{

r

.-\\,

- .\\

GAMBAR Nr.

IB

MEMBUAT

GARIS

LURUS

DI

LAPANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

politeknik neqeri

kupanq

Nama:

Kelas:

I Tanggal,

(20)

BAB

III

MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN DENGAN RINTANGAN

3.1 Pendahuluan.

Banyak masalah-masalah yang dijumpai dalam membuat

garis

lurus

maupun untuk pengukuran

jarak,

sering dijumpai rintangan-rintangan

sepanjang garis tersebut dilapangan, misalnya :

a)

Kesulitan dalam menempatkan titiktitik

b)

Kesulitan membuat perpanjangan ataupun pengukuran jarak

dari dua buah titik dan sebagainya.

Kesulitan-kesulitan mungkin disebabkan

adanya

halangan-halangan

atau rintangan-rintangan, misalnya :

a)

Pohon-pohon,

b)

Bukit-bukit,

c)

Perbedaan kemiringan tanah,

d)

Sungai,

e)

Bangunan gedung-gedung dan lain sebagainya.

3.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

a.

Mahasiswa dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus di lapangan.

b.

Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya

kesukaran-kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis dilapangan.

c.

Mahasiswa menjadi teliti, hati-hati kepada alat-alat maupun pekerjaannya.

3.1.2

Learning Objective (LO):

a.

Mahasiswa dapat membuat garis sejajar di lapangan.

b.

Mahasiswa dapat membuat garis tegak lurus di lapangan.

c,

Mahasiswa dapat membuat garis lurus yang terhalang oleh bangunan/rintangan.

(21)

Modul Praffiek / llmu Ukur Tanah I

3.2

Membuat Sudut Siku-siku

di

Lapangan.

untuk

mengatasi

rintangan-rintangan

ada

beberapa

cara

untuk

penanggulangannya,

yaittu dengan

membuat

segi

tiga

siku-siku

dilapangan atau dengan menggunakan beberapa alat sederhana.

3.2.1

Pembuatan Sudut Siku-siku di Tengah-tengah Garis Lurus.

Pada Gambar 3.1 titik B adalah titik pada garis lurus AC yang

akan dibuat sudut siku-sikunya (garis tegak lurus AC).

Dari B buatlah jarak BX sama dengan BY yang masing-masing

terletak di kiri dan kanan titik B pada garis AC.

Dari

titik

X

dan

titik

Y

dengan

jarak

yang sama

()<Z

=

yZ)

buatlah garis yang saling berpotongan dititik-titik Z.

Dengan demikian BZ akan tegak lurus pada garis lurus AC.

Gambar

3.1

Sudut Siku-siku di Tengah-tengah Garis Lurus

Suatu segi

tiga

siku-siku dapat dibuat dengan

prinsip

Pythagoras,

dimana

hubungan dasar dasar ketiga sisinya) adalah :

(2n+

1)

:

2n(n+ 1)

:

2n(n+

1)+

1

Bila

n

=

1

maka

dari

perbandingan diatas perbandingan:

3:4:5

menggunakan (perbandingan

akan

didapat

(22)

Pada Gambar

3.2,

AB

adalah garis lurus yang diukur dan B

adalah titik yang akan dibuat sudut siku-sikunya.

Dari titik B kearah A, ukurlah jarak 6 m, misal di titik C, dimana C

terletak pada garis AB.

Kemudian ujung pita ukur yang tertulis nilai nol ditempatkan di

titik

B

dan

panjangkan

pita

ukur

sampai dengan

angka

menunjukkan 18 m dan ikatkan pada titik C.

Pada pita ukur yang menunjukkan angka

I

m, kita pegang dan

kita tarik, sehingga angka 0-8 dengan 8-18 sama-sama kencang,

misalkan titik yang menunjukkan angka

I

m tersebut adalah D.

Maka BCD adalah segi tiga siku-siku dengan panjang BD = 8 m

dan CD = 10 m, sedangkan BC sudah diukur sepanjang 6 m.

Maka segitiga tersebut mempunyai perbandingan sisi-sisinya adalah 3 : 4

:5

dengan sudut siku-siku di titik B.

BC

Gambar

3.2

SegiTiga Siku-siku (Prinsip Phytagoras)

3.2.2 Pembuatan Sudut Siku-siku di Luar Garis Lurus.

Titik X adalah titik yang berada di luar garis AB, sedangkan AB sendiri adalah garis lurus yang diukur.

lkatkan ujung pita ukur

di

titik

X,

dengan panjang sembarang,

tarik pita ukur sehingga memotong garis AB, misalkan di titik C,

kemudian dengan memegang pita ukur tersebut kita bergerak,

(23)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

sehingga memotong garis AB di titik D (dimana XC = XD), jarak

CD kita bagi dua sama panjang, misalkan di titik E, maka bila

titik E dihubungkan dengan titik X, maka EX

r

AB atau segi tiga

XED adalah segitiga siku-siku dengan siku-siku

dititik

E

Gambar

3.3

Sudut Siku-siku di Luar Garis Lurus.

3.2.3

Peralatan Sederhana Guna Pembuatan Sudut Siku-siku.

Peralatan sederhana

ini

cukup

dipegang

dengan

tangan,

sehingga mudah sekalidibawa oleh sipengukur.

Alat-alat

ini

sering digunakan dalam pekerjaan pemasangan pada pembuatan sudut siku-siku.

3.2.3.1 Salib Sumbu.

Alat

sederhana salib sumbu

ini

terdiri dari

dua

buah

metal yang saling berpotongan tegak lurus satu sama lain, ada bentuk lain darijenis terbaru dari peralatan ini,

yaitu

berbentuk silinder yang berlubang pada kanan

dan kirinya serta saling tegak lurus, lubang ini berfungsi sebagai garis bidik.

Pada alat tersebut dilengkapi dengan tangkai sehingga

mudah ditancapkan pada tanah atau pada suatu titik

(24)

pada

garis

pengukuran, dimana

akan dibuat

suatu sudut siku-siku.

Dari

salah

satu

lubang

pembidikan

kita

impitkan

dengan

garis yang

kita

ukur,

kemudian

dari

lubang

pembidikan yang lainnya kita bisa membuat sudut

siku-sikunya.

salib

sumbu.

tipe

b

Gambar

3.4

Salib Sumbu

3.2.3.2 Cermin Sudut dan Prisma.

Cermin

sudut

dan

prisma

yang

dirancang sebagai

peralatan tangan digunakan secara luas.

Prinsip

kerjanya

adalah sama,

yaitu sinar

cahaya

dipantulkan oleh dua permukaan yang tersusun secara

tetap satu sama

lainnya

dan akan

merubah arah jalannya.

Sinar sebesar dua kali sudut antara permukaan cermin,

walaupun arah cermin diputar dua permukaan pantul

diatur

dengan

sudut 45o,

sehingga

garis

sinar dibelokkan 90o.

Biasanya digunakan

prisma karena

sudut-sudutnya

tidak berpengaruh terhadap kesalahan garis arah.

L--..i

lr

lt

/i

rl L_j

aru.

(25)

Modul Pral<tek / llmu Ukur Tanah I

Bila suatu obyek dilihat pada

alat

akan menjadi g0o

terhadap obyek

yang dilihat

secara langsung yang

terlihat secara nyata pada garis ukur.

Cermin sudut

dipegang

pada

garis

lurus

sambil membidik dua titik (patok atau jalon).

Pengamat mengerakgerakkan

alat

sepanjang garis

ukur hingga bayangan dari obyek yang telah ditentukan

seperti

sudut

bangunan

dan

sebagainya, berimpit

dengan bayangan dua titik sebelumnya.

Selanjutnya

digunakan

unting-unting

yang

digantungkan

pada

bagian bawah

alat

untuk

menetukan posisi titik sudtnya.

Prisma rangkap dapat ditempatkan pada garis antara dua titik, transit dan jalon.

Bila bayangan dari dua titik pada masing-masing ujung

garis diimpitkan pada alat, alat telah berada pada garis

lurus.

Pengamat mengerak-gerakkan prisma sepanjang garis

hingga obyek (sudut bangunan dan sebagainya) terlihat

secara langsung (antara prisma di atas atau di bawah)

berada

pada

satu

garis

dengan

dua

bayangan sebelumnya.

Catatan untu k lnstruktur/Dosen .'

Peragakan pada siswa peralatan, dan bagaimana cara menggunakannya, beri kesempatan mereka untuk mencobanya.

(26)

Cermin

double-.

pentaprisma.

;a191

I f

.ez4

Rumah

Dasar

dari

dua bayangan

r Sinar ke

pojok

sd _-i--

sc'\

banqunan

---i---f\

Y

bayangan

n

Gambar

3.5

Cermin Sudut dan Prisma

(27)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

3.2.4

Rintangan.

Secara

garis besar

rintangan tersebut

dapat dibagi

dalam

beberapa kelompok diantaranya :

3.2.4.1 Rintangan Pada Pembuatan Garis Lurus.

Yaitu

bila

suatu

garis ukur

sudah ditentukan, tetapi

kedua ujung garis tersebut tidak dapat saling terlihat,

sedangkan

pada garis tersebut harus

ditentukan

beberapa

titik

perantara

sebelum

dapat

dilakukan pengukuran.

Pada Gambar 3.1 titik-titik A dan D tidak saling terlihat karena terhalang oleh tumpukan tanah. Dalam hal ini

dilakukan dengan pertolongan

titik

bantu

Br

dan

Cr

yang tidak terletak pada garis lurus

A

dan

D.

Pada

kedudukan inititik Cr harus dapat terlihat dari titik D.

Titik Br dipindahkan pada garis C1A yaitu pada titik Bz

sehingga membentuk

garis

lurus AB2C1, selanjutnya

titik

Ci

dipindahkan

ke titik

C2 sehingga membentuk

garis lurus BzC2D kemudian Bz dipindahkan lagi ke Bs

yang terletak pada garis

AC2 demikian seterusnya

sehingga suatu saat titik

A,

B,

C

dan

D

membentuk satu garis lurus.

Gambar

3.6

Dua Titik Tidak Saling Terlihat

(28)

3.2.4.2 Rintangan Yang Dapat Dihindari Dengan Memindahkan

Garis Ukur.

Sebuah kolam yang terletak pada arah garis ukur XY.

Dalam

hal ini

ada bagian dari garis ukur yang tidak

mungkin dapat diukur langsung.

Pada titik A dekat kolam sebuah sudut siku-siku dibuat

dan menetukan

titik

B, dengan salah satu cara yang

telah diuraikan terdahulu dan jarak A

-

B diukur. Jarak dari titik B ke titik C diukur pula.

Dengan menggunakan dalil Pythagoras jarak AC dapat

dihitung dari persamaan :

AC2

=

Bc2-

AB2

Gambar

3.7a

Rintangan Yang Dapat Dihindari

Pada Gambar 3.7b diperlihatkan kemungkinan lain cara

pengukuran jarak yang melalui kolam seperti diatas.

Pada titik

A

dan

D

dibuat garis

AB dan

DC

masing-masing tegak lurus garis

X

-

Y

sehingga terbentuk empat persegi panjang ABCD, dimana BC dapat diukur

langsung dan AB = DC dan AD = BC.

Gambar

3.7b

Rintangan Yang Dapat Dihindari

(29)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

3.2.4.3

Rintangan

Yang

Tidak

Dapat

Dihindari

Dengan

Memindahkan Garis Ukur.

Rintangan semacam

ini

sering

dijumpai

pada

pengukuran

yang

melalui sungai-sungai

yang

besar,

galian

jalan

kereta api, yang mempunyai lebar lebih

besar dari panjang pita ukur itu sendiri.

Suatu garis ukur

X

-

Y

yang memotong galian jalan kereta api. Pada titik A dibuat garis AB tegak lurus XY

dan kemudian dibagi dua pada titik C.

Pada titik B dibuat garis BD tegak lurus AB, sehingga

terdapat

dua

buah segitiga yang sebangun, yaitu,

ABDC

-

A

AEC

Dengan demikian

jarak

AE

dapat

dihitung dengan

perbandingan sisi-sisi

pada

kedua segitiga siku-siku tersebut,

Gambar 3.8a Rintangan Yang Tidak Dapat Dihindari

Kemungkinan lain untuk melakukan pengukuran dalam

hal seperti di atas diperlihatkan pada gambar 3.8b.

Pada titik

A

dibuat garis AB yang tegak lurus XY dan

pada garis BC dibuat garis BD yang tegak lurus BC

dimana D terletak pada garis XY (sudut CBD siku-siku) dan jarak BD dan AD diukur.

(30)

AABD

-CDIBD CD CD Jadi:

CA+AD

=

BD2/AD

CA =BD2/AD-AD

Gambar 3.8b Rintangan Yang Tidak Dapat Dihindari

3.3 Pelaksanaan Praktek.

3.3.1

Peralatan.

a. Jalon.

b.

Metrol, pita ukur atau rantai ukur.

c.

Patok-patok, paku dan palu.

d.

Prisma dan untung-unting.

e. Alat tulis/catatan.

3.3.2

Petunjuk Umum.

a. Laksanakan sesuai dengan langkah kerja.

b. Perhatikanlah

lokasi

pengukuran apakah

ada

benda-benda

tajam atau binatang berbahaya.

c.

Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.

d. Berhati-hatilah

waktu

pemasangan alat-alat

yang

digunakan untuk keselamatan alat dan pengukur sendiri.

e. Bersihkan alat-alat sesudah dipakai.

A

CBD

=

BDIAD

= BD2IAD

=CA+AD

(31)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

3.3.3

Langkah Kerja.

1)

Misaltitik yang kita ukur itu titik P dan Q.

2)

Tancapkan jalon di titik P dan di titik Q tersebut.

3)

Buatlah garis sejajar dengan PQ.

Cara Membuat Garis Sejajar:

a.

Tancapkan jalon sembarang di R sehingga dapat melihat

ke P dan Q.

b.

Bagi PR menjadi bagian-bagian yang sama

misal : 3 bagian, jadi RS = 1/3 PR.

kemudian bagi QR

juga

menjadi

3

bagian yang sama,

sehingga RT = 1/3 QR.

c.

Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang

ST//PQ-4)

Buatlah garis tegak lurus pada perpanjangan garis ST.

Cara Membuat Garis Tegak Lurus :

a)

Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segitiga

siku-siku yang perbandingan sisinya 3

:4

: 5

a.

Tancapkan

jalon

di

titik

A

yang

terletak

pada

perpanjangan garis TS.

b.

Buatlah AD = 3 m, jalon D terletak pada garis lurus TS.

c.

Sisi

A

menghimpitkan nol ujung pita ukur atau rantai

ukur pada titik A, si E memegang pita ukur pada angka

4

rn, dan

si

D

memegang pita ukur pada angka

g

m

dan diimpitkan pada titik D.

d.

Bila satuan meter dari pita ukur tadi

cukup tegang

ke

A=0dan12m.

D = 9 m maka tancapkan jalon ke E = 4 m.

e.

Sehingga segi tiga AED merupakan segi tiga siku-siku

dimana

AD:AE:DE

=

3:4:5.

Sehingga

garis

AE

tegak lurus pada

perpanjangan

garis TS.

(32)

b)

Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segi tiga

sama kaki.

a.

Tancapkan jalon F di luar garis perpanjangan ST.

b.

Melalui F kita buat segitiga sama kakidengan

(33)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I .!-!€ tb,

*.

Perismo

tunggot A

;-gBl{.

Nr.

IA

MEMBUAT

GARIS

LURUS

DI

LAPANGAN DENGAN

RINTANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

politeknik neqeri

kupang

Nama

Kelas Tanggal,

(34)

BAB

IV

MENGUKUR

JARAK

MENDATAR

DI

LAPANGAN

4.1 Pendahuluan,

Salah satu cara untuk pengukuran jarak mendatar

di

lapangan adalah

cara pengukuran bertahap. Cara ini adalah cara yang paling sederhana

untuk mengukur jarak mendatar pada bidang miring.

4.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

a.

Mahasiswa mengerti dan dapat mengukur jarak di lapangan.

b.

Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang

digunakan untuk mengukur jarak.

c.

Mahasiswa mengerti dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam mengukur jarak di lapangan.

4.1.2

Learning Objective (LO) :

a.

Mahasiswa dapat mengukur jarak pada lapangan datar.

b.

Mahasiswa dapat mengukur jarak pada lapangan miring.

4,2 Pengukuran Bertahap.

Salah satu ujung rambu ukur ditempatkan di atas titik tertinggi, yaitu titik

permukaan pengukuran.

Diatas rambu ukur pada tengeh-tengahnya ditempatkan alat waterpass.

Jika

rambu

ukur

sudah

dalam

keadaan mendatar

dan

ditempatkan

dengan baik, sebuah unting-unting digantungkan pada ujung lainnya,

kemudian dijatuhkan keatas tanah dan jaraknya diukur.

Salah

satu

kemungkinan

lain

adalah

pengukuran

dengan

mempergunakan pita ukur.

Kerugian dalam pengukuran ini adalah :

a.

Diperlukannya orang yang banyak.

b.

Sulit dalam mendatarkan pita ukur secara sempurna.

Perhatian:

Pengukuran iarak sebaiknya dilakukan bolak-balik sebagai koreksi untuk menghilangkan kesalahan.

(35)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

4.3 Pelaksanaan Praktek.

4.3.1

Peralatan :

1)

Pita ukur / rol meter.

2)

Jalon dan patok pembantu I pen.

3)

Rambu ukur.

4)

Waterpass tukang, unting-unting, palu, parang dan paku.

5)

Alat-alat tulis.

4^3.2 Petunjuk Umum :

1)

Pelajari dan kerjakan sesuai dengan langkah kerja.

2')

Periksalah alat-alat sebelum dipakai

dan

perhatikan skala

pada pita ukur/rol meter tersebut.

3)

Hindarkan

lendutan

dan

hembusan

angin

dalam melaksanakan pengukuran.

4)

Dalam

menarik/mengencangkan

pita

ukur jangan

terlalu

kencang hingga putus, asalkan tidak kendor, cukup mendatar saja.

5)

Hati-hati dalam melakukan pengukuran, sebaiknya pakailah

sepatu lapangan.

6)

Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.

7\

Bersihkan alat-alat sesudah dipakai.

4.3.3

Langkah Kerja.

A.

Mengukur Jarak Pada Lapangan Datar :

1)

Pengukuran ini dapat dikerjakan oleh dua orang.

2)

Orang ke satu dan ke dua menancapkan jalon pada titik A dan

B yang akan diukur.

3)

Orang ke satu memegang ujung pita meter dan ditempelkan pada titik A.

4)

Orang ke dua dengan jalan dan memegang ujung pita ukur

yang sebelah sambil menarik kencang jangan sampai terjadi

lendutan, sampai jarak sepanjang pita ukur dan segaris lurus

(36)

dengan garis

AB

atas

aba-aba

orang

ke

satu,

kemudian

menancapkan patoupen 1.

5)

Orang

ke

satu

pindah

ke

patoUpen

1

dan

orang

ke

dua

berjalan sambil memegang

dan

menarik

pita

ukur tersebut sampai jarak sepanjang pita ukur dan segaris lurus dengan

AB atau atas aba-aba orang ke satu, kemudian menancapkan

patoUpen 2.

6)

Begitu seterusnya pengukuran dilakukan sampai pada titik B.

Hasil pengukuran jarak dicatat dan dihitung yang kemudian

dibuatkan laporan.

7)

Pengukuran

sebaiknya dilakukan

paling sedikit

2

kali

sehingga mendapatkan hasil yang seteli mungkin.

B.

Mengukur Jarak di Lapangan Miring :

1)

Pengukuran dapat dilakukan oleh tiga orang.

2)

Orang ke satu dan ke dua menancapkan jalon pada

titik

A

dan

titik B

yang akan diukur.

3)

Orang ke tiga menancapkan jalon-jalon pada daerah anatara

A

&

B sehingga segaris lurus dengan AB atas aba-aba dari

orang ke satu.

4)

Orang ke dua menggantikan jalon-jalon yang dipasang oleh

orang ke tiga dengan patoUpen sebagai pertolongan untuk memudahkan pengukuran.

5)

Orang

ke

satu

memegang

ujung

nol

pita

ukur

dan

mengaitkannya pada paku patok/pen A.

6)

Orang ke dua sambil menarik pita ukur berjalan ke pen yang

lain dan

membawa unting-unting, kemudian menancapkan

jalon padaldidekat patoklpen

a.

Dan merentangkan pita ukur

dengan pertolongan jalon tersebut.

7l

Orang

ke tiga

memegang waterpass

dan

diimpitkan pada

bagian tengah pita ukur dan memberi aba-aba kepada orang

ke dua sehingga pita ukur benar-benar mendatar.

(37)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

8)

Orang

ke

dua

dengan

bantuan

unting-unting

yang

ditempatkan pada paku/patok

pen

a

membaca angka ukur untuk kemudian dicatat oleh orang ke tiga.

9)

Dengan cara yang sama kerjakan pengukuran ab, bc dan cB.

10) Catat hasil pengukuran dalam buku catatan data dan hitung hasil pengukuran tersebut.

11) Jarak datar AB = Ap + aq + br + cs

12) Untuk mendapatkan ketelitian, pengukuran dilakukan lebih

dari satu kali.

(38)

BAB

V

PENGUKURAN LENGKUNG MENDATAR SEDERHANA

5.1

Pendahuluan.

Dalam teknik

sipil

konstruksi

bangunan, lengkungan sederhana

digunakan pada bangunan jalan raya, sungai, saluran, jalan kereta api

dan sebagainya.

5.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

1)

Mahasiswa

mengerti

dan

dapat

mengukur

lengkungan

sederhana di lapangan.

2)

Mahasiswa

dapat

mengenal

dan

menggunakan alat-alat

yang digunakan untuk mengukur lengkung sederhana.

3)

Mahasiswa

mengerti

dan

dapat

mengatasi

kesulitan-kesulitan

dalam

mengukur lengkungan sederhana

di

lapangan.

5.1.2

Learning Objective (LO):

Mahasiswa dapat mengukur lengkung sederhana dengan alat-alat sederhana dan menggambarkannya.

5.2

Lengkung Mendatar Sederhana.

Ada beberapa macam lengkungan antara lain :

1)

Lengkungan Sederhana.

2)

Lengkungan Majemuk.

3)

LengkungBolak-balik.

4)

Lengkung Spiral.

Pada bagian ini hanya akan dibicarakan lengkungan sederhana saja.

Macam-macam bagian

dari

lengkungan sederhana

ini

diperlihatkan

pada Gambar 5.1.

(39)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

Gambar

5.1

Lengkung Mendatar Sederhana

R

=

Jari-jari (radius)

u

=

Sudut Pusat

p

=

Sudut Depleksi Tr = Tz

=

Titik Singgung

S

-

Tr

=

S-Tz

=

JarakSinggung

S

-

M

=Jarakluar

M

-

D =OrdinatTengah

Tr

-

M

-Tz=

PanjangLengkung(busur)

Tr

-

D

-

Tz

=Tali Busur

S-Tr =S-Tz

=Rtg%q

R1

S

-

M

=

---

- ft

= R(::-*-

-1)

Cos q/z

M

-

D

=

R(1-

cosal2) CoS o/z q

Tr

-

M

-Tz= :---

nR

1900

Tr-D-Tz=2RsinYzs

(40)

5.3

PelaksanaanPraktek

5.3.1

Peralatan

1)

Penta prisma

2)

Pita ukur

3)

Jalon

4)

Kaki segitiga

5)

Penlpatok

6)

Palu

7)

Unting-unting atau plubling road

8)

Alat tulis.

5-3.2

Langkah Kerja

1)

Ukurkan panjang ST1 dan ST2 pada garis tangennya.

2)

Bagi sudut B menjadi dua bagian sama besar.

3)

Kemudian tarik pada garis bagi B sepanjang SC, maka

didapatkan titik pusat lengkungan.

4)

Buat garis tegak lurus

dariTl

dan T2 sepanjang R, sampai

berpotongan, sehingga di dapat titik C.

5)

Pada garis SC diukurkan panjang SM dan MD, maka

didapatkan titik M dan titik D.

(41)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

BAB

VI

MENGUKUR SITUASI DENGAN KOORDINAT SIKU-SIKU

6,1 Pendahuluan.

Pengukuran siku-siku atau empat persegi panjang ini adalah suatu cara

pengukuran obyek empat persegi panjang

yang

diproyeksikan tegak lurus kepada suatu garis ukur yang dipilih sedemikian rupa, sehingga

jarak-jarak

yang

harus diukur

dan yang

merupakan salah

satu

dari

koordinat titik-titik itu tidak terlalu panhajang. Maka garis ukur sebaiknya letak memanjang dengan daerah yang diukur.

Dengan mempergunakan prisma sudut siku-siku bisa ditentukan sudut

siku dengan teliti, ketelitian kurang lebih 1 menit. Dengan jarak 100 m

maka ketidak telitiannya kurang lebih 3 cm. Tetapi jika digunakan untuk

pengukuran-pengukuran kecil untuk maksud-maksud sederhana cukup

dengan hanya

mempunyai

prisma

sudut

siku-siku,

pita

ukur

dan beberapa jalon.

6.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

1)

Mahasiswa dapat mengenal

&

menggunakan prisma dalam pengukuran.

2)

Mahasiswa dapat merencanakan skema pengukuran.

3)

Mahasiswa

dapat

memecahkan persoalan

yang timbul

di

lapangan.

6.1.2

Learning Objective (LO) :

Mahasiswa dapat mengukur situasi dengan alat-alat sederhana

(dalam hal inidengan prisma) dan menggambarkannya.

6.2 Pengukuran Siku-siku atau Empat Persegi Panjang.

Detail-detail

harus

diproyeksikan

pada

garis ukur

(Gambar

6.1),

tempatkan

jalon tegak lurus

di

A

dan B dan

kurang lebih dua jalon diantaranya, kemudian tentukan semua detail dari obyek empat persegi

(42)

panjang

pada garis ukur dari

A

ke

B

dan

lakukan pengukuran-pengukurannya.

Biasanya pengukuran-pengukuran ditulis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik proyeksi dari detailtersebut.

Jumlah jarak dari

A

sampai

B

musti ditulis didalam kurung, kemudian

jarak-jarak

antara

garis ukur dan detail

dari

obyek musti

diukur,

sedangkan ukuran dari pada obyek, seperti ukuran dari gedung ditulis

sepanjang arah pengukur.

Anak panah dan sejenisnyaharus ditiadakan pada gambaran-gambaran

lapangan, gambar ini harus bersih tanpa pertolongan

4.2

tA

.fFr

qP

v..

.'i:-

"

B3 ;a) J --/ ---o ', . --/ -1-,-'- lt ,-{ 6 ' "tlA -: ','. b ol1 '.

r--:=--,

Gambar

6.1

Situasi Obyek Persegi Panjang

Contoh:

Jika ada suatu daerah dengan bentuk yang tidak teratur, sebuah garis

ukur harus dipilih yang mana semua titik-titk detail dapat diukur tegak

lurus.

Untuk pengontrolon panjang dari batas-batas tersebut diukur, sekarang

dimungkinkan untuk dapat menggambar satuan dari sudut tersebut.

Absis

dan

ordinat

membagi

detail

kedalam bentuk segitiga

dan trapesium. t', qTi

,'''-.'/

-/t ? d\.a

g

'2:-" A

(43)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

Sekarang dua kali luas yang sebenarnya dapat dihitung.

2F

=

"h2

+

b(h2+hs)

+

c(h3+ha)

+

dha +

€h5

+f

(h5+ho)

+

g(ho+hz)

+

hhz

abel 6.1 Hasil

Titik Absis X X,-X, Ordinat Y Yr+Yr 2F=(3)(5) Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 A 0.00 0.00 B 35,60 35,60 23,01 23,01 819,16 c 43,1 5 7.55 12.55 35.56 268.48 D 50.63 7,48 18,66 31,21 233.45 E 63,08 12.45 0.00 18,66 232.32 2553,41 A 0.00 0.00 H 1,61 1,61 17.94 17,90 28,82 G 22.32 20.71 39.87 57.77 1196.42 F 34.44 12.12 22,50 62.37 755,92 E 63.08 28.64 0.00 22.sCI 644,40 2625.56 2F 4178.97 F 2089,48 6.3 Pelaksanaan Praktek.

6.3.1

Peralatan :

1)

Prisma

2)

Jalon

3)

Pita Ukur

4)

Patok-patok Kayu

5)

Alat-alat Tulis & Kertas.

(44)

6.3.2

Petunjuk Umum :

1)

Sebelum memulai pengukuran, tinjau terlebih dahulu keadaan (situasi) di lapangan.

2)

Prisma harus tetap dipegang, tidak diperkenankan meletakkan

disembarang tempat.

Hal

ini

bisa

mengakibatkan kerusakan

prisma atau hilangnya prisma.

3)

Dianjurkan

para

mahasiswa memakai sepatu

&

topi

untuk

keselamatan kerja.

6.3-3

Langkah Kerja:

1)

Terlebih dahulu tentukan garis ukur

AB

yang ditempatkan

sedemikian

rupa,

sehingga jaraknya terhadap bangunan

atau terhadap titik-titik batas disekitarnya akan berimbang.

2)

Bila perlu, buat beberapa garis ukur lagi yang tegak lurus

atau sejajar dengan garis ukur AB.

3)

Jika dibutuhkan garis sejajar tersebut

di

atas, maka perlu

dicarijaraknya terhadap garis ukur AB.

4)

Pasang patok-patok kayu, atau

jalon

pada batas daerah

yang akan diukur (patok 1,

2,

3,

4,

5,

&

6), demikian juga

pada semua titiktitik pada bangunan yang diperlukan.

5)

Tentukan

titik

C

pada garis

ukur

AB,

sebagai pedoman

penentuan lurus arah garis kerja.

6)

Dengan prisma proyeksikan semua patok-patok/jalon di atas

pada garis ukur AB.

7\

Tancapkan patok/jalon pada titik proyeksi tersebut (2', 6', 3',

S',

R',4'dan

5')

8)

Ukur jarak patok/jalon-jalon tersebut terhadap titik 1, dimana

titik

1

dianggap sebagai

titik

awal

pengukuran. Jaraknya

adalah: 1-2',1-6',1-3', 1-S', 1-R', 1-4'dan 1-5'.

9)

Ukur

semua

jarak

patok/jalon terhadap

titik

proyeksinya,

yaitu: lz, {,6, /a,

ls

tR, t4 da'a k.

(45)

Modul Pralfiek / llmu Ukur Tanah I

10)

Untuk menggambarkan bangunannya ukur semua sisi'sisi

bangunan tersebut.

11')

Pengukuran selesai & gambarkan hasilnya,

(46)

ta

Nr.

PENGUKURAN

SITUASI

DENGAN CARA

KOORD]NAT SIKU.SIKU

JURUSAN TEKNIK SIPIL

politeknik negeri

kupans

Nama:

Kelas: Tanggal,

Page 41

(47)

Modul Praktek / Ilmu Ukur Tanah I

BAB

VII

ALAT

-

ALAT

WATERPASS

7.1 Pendahuluan.

Pada bab ini diterangkan mengenai alat sipat datar berupa

komponen-komponennya, serta alat tambahan yang menunjang atau melengkapi peralatan sipat datar.

Dalam bab ini juga diterangkan secara singkat mengenai optik, sebab

peralatan banyak dijumpai

lensa,

prisma,

cermin

yang

menunjang

pengertian dalam penggunaan alat sipat datar.

7.1.1

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

1)

Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan pesawat waterpass.

2)

Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat-alat pada

watwrpass.

3)

Mahasiswa

dapat

mengetahui

dan

mengatasi

kesulitan-kesulitan dalam menggunakan pesawat waterpass.

7.1.2

Learning Objective (LO) :

1)

Mahasiswa

dapat

menempatkan

dan

menyetel

alat

ukur waterpass.

2)

Mahasiswa dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat waterpass.

3)

Mahasiswa dapat membaca

skala

lingkaran pada pesawat waterpass.

4)

Mahasiswa dapat memeriksa pesawat waterpass.

7.2

Komponen-komponen Dari Alat Sipat Datar/Waterpass :

1)

Lensa.

2)

Diafragma

3)

Teropong,

4)

Nivo.

(48)

7.2.1 Syarat alat yang baik untuk jenis waterpass :

1)

Nivo ada dan dapat ditengahkan.

2)

Benang diafragma posisinya betul dan lengkap.

3)

Fokus lensa berjalan normal (alat pengatur).

7.2.2 Syarat bacaan dengan alat waterpass :

1)

Bacaan benang tengah diafragma.

(BA+33;

BT=

+

0,002 m 2 contoh :

BT

=

1.500

BA

=

1.600

BB

=

1.402 atau

1.398

2)

Bacaan benang

diafragma

selalu harus

ke

baak

ukur

belakang dulu, baru setelah itu kearah baak muka.

7.3

Pelaksanaan Praktek

7.3.1

Peralatan/Perlengkapan.

1)

Pesawat waterpass dan perlengkapannya.

2)

Statif.

3)

Unting-unting,

4\

Rambu Ukur.

5)

Pita Ukur.

6)

Jalon.

7)

Patok, Paku dan Palu.

8)

Alat-alat Tulis.

7.3.2

Persiapan.

1)

Mendirikan Statif.

a.

Jarak antara kaki statif membentuk segitiga sama sisi.

(49)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

2)

3)

b.

Kepala

statif

benar-benar

harus

mendatar

(bisa dibuktikan meletakkan pensil di atas kepala statif).

c.

Sekrup

kaki statif

harus benar-benar dalam keadaan

terkunci rapat dan kuat.

d.

Ujung kaki

statif

harus masuk

ke

dalam tanah (injak

secara pelan-pelan dengan kaki anda).

Memasang Pesawat diAtas Statif.

a.

Letakkan Pesawat Penyipat Datar (PPD) di atas kepala

statif kemudian dikunci dengan pengunci yang tersedia di dalam statif.

Menyetel Nivo.

a.

Putar teropong sejajar dengan dua buah skrup penyetel.

c

t75lL=

o

A

o

I

b. c. d.

-1_-

Lingk amn

f

'F

0 etarn buns

\ \-'lo/

Gambar 7.1 Penyetelan Nivo

Putar skrup

A

dan B bersama-sama dengan arah yang

berlawanan, sehingga gelembung nivo masuk kedalam lingkaran.

Putar posisi nivo sudah masuk lingkaran, tetapi condong

kearah skrup

C

atau sebaliknya, maka putar skrup C

sehingga gelembung masuk kedalam lingkaran.

Putar teropong 90o, lihat posisi nivo, apakah posisinya

bergerak, maka stel dengan cara yang sama seperti di

atas.

(50)

e.

Putar lagi dengan 1800, ulangi lagi penyetelan dengan cara yang sama.

f.

Pesawt

siap

dioperasikan

apabila teropong

diputar

segala arah nivonya tetap ditengah lingkaran.

7.3.3

Penggunaan.

1)

Memasang Rambu Ukur.

a.

Memasang rambu ukur pada tempatnya dengan posisi

tegak dan kuat.

ii

Gambar

7.2

Pemasangan Rambu Ukur

Membaca Rambu Ukur.

a.

Arahkan teropong Pesawat Penyipat Datar

ke

rambu ukur kemudian baca hasil pengukuran.

b.

Didalam teropong

terdapat

1

benang

tegak

dan

3

benang

silang,

yaitu

Ba

(benang

atas),

Bt

(benang

tengah) dan Bb (benang bawah).

2)

Ba

Bt

Bb

(51)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

Contoh hasil bacaan :

1.045 1.000

0.955

Gambar

7.3

Pembacaan Rambu Ukur

Keselamatan Kerja.

1)

Jangan memutar sekrup nivo, teropong pesawat penyipat datar sampai dengan batas kemampuan/toleransi sekrup.

2)

Lindungilah pesawat dari cuaca panas maupun hujan.

3)

Dianjurkan para mahasiswa memakai pakaian praktek, sepatu &

topi untuk keselamatan kerja.

Penyimpanan Alat.

1)

Lepaskan sekrup pengunci antara Pesawat Penylpat Datar dengan statif.

2)

Bersihakan Pesawat Penyipat Datar dari debu dan kotoran yang

ada.

3)

Masukkan ke dalam box alat.

4)

Lipat statif dan bersihkan dari kotoran yang ada.

5)

Kumpulkan semua alat yang ada.

6)

Kembalikan ke dalam almari dalam keadaan bersih dan lengkap.

Ba=

Bt=

Bb=

7.4

7.5

(52)

BAB

VIII

PENGUKURAN PROFIL

8.1

Pendahuluan.

Jika dua titik atau lebih mempunyai ketinggian yang berbeda, dikatakan

mempunyai beda tinggi, beda tinggi tersebut dapat diukur dengan

beberapa cara.

8.1.1 Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa :

1)

Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca baak ukur

dengan tepat dalam setiap pengukuran.

2)

Mahasiswa

dapat

mengatasi problem

di

lapangan yang

dijumpai waktu pengukuran.

3)

Mahasiswa dapat mengukur

jarak

dengan cara optis dan beda tinggi suatu tempat.

8.1.2

Learning Objective (LO) :

1)

Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran traversing.

2)

Mahasiswa

dapat

melaksanakan

pengukuran

profil

memanjang dan profil melintang.

3)

Mahasiswa

dapat

menghitung

dan

menggambar hasil pengukuran profil.

8.2

Beda Tinggi.

Sipat datar adalah suatu cara penentuan tinggi relatif dari beberapa titik

di atas atau di bawah suatu bidang acuan, yang disebut datum.

Pada kenyataannya pengukuran beda tinggi dengan alat sipat datar

tersebut, adalah menentukan

jarak dari

titik

tersebut dengan garis

penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.

(53)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

Baak uk'.r

Gambar

8.1

Datum

Dapat dilihat pada Gambar 8.1.

Tinggi titik A di atas Datum adalah :

Tinggititik C adalah :

di atas datum.

Datum disini diambil bidang khayal mendatar yang melalui patok B.

Penting !

Semua pengukuran dengan sipat datar harus dilakukan dua kali untuk kontral (dengan melakukan pengukuran jalu r tertutup).

8.2.1

Syarat pengukuran waterpass memanjang :

1)

Jumlah slag pengukuran genap.

2)

Melakukan/mencari harga koreksi garis bidik sebelum dan

sesudah pengukuran.

3)

Jumlah

jarak

kearah

rambu

belakang diusahakan sama

dengan jumlah jarak kearah rambu muka (IOU =

fdm).

8.2.2 Pengukuran Beda TinggiAntara Dua Titik.

Pada penentuan beda tinggi antara beberapa titik darijalur yang

direncanakan, digunakan alat penyipat datar dan rambu ukur.

Titik

A

dan titik B adalah dua titik yang berjarak kira-kira 60 m

yang ditentukan beda tingginya.

1.500

-

0.750 = 0.750 m, dan 1.500

-

1.050 = 0.450 m,

(54)

Alat sipat datar dipasang kira-kira ditengah-tengah antara ke dua

titik

tersebut, kemudian

alat

diatur, pertama

kali

pembacaan

dilakukan

pada

rambu

yang

dipasang

tegak

di

titik

A,

hasil

pembacaan diperoleh 2.500 mm.

Rambu kemudia dipindahkan dan dipasang tegak di titik B, dan

dilakukan pembacaan untuk kedua kalinya, hasil pembacaan

qrpqrgle! o.sQlslm.

sioac

datar

\

oi-cik

Gambar

8.2

Pengukuran Beda Tinggi

Dari sketsa diatas jelas bahwa titik B lebih tinggi, yaitu :

2.500

-

0.500

=

2.000

dari titik

A,

dengan perkataan lain

permukaan tanah naik

darititik

A

ke

titik B

setinggi 2.000 mm

Jika tinggi permukaan tanah

di

A

adalah 95.000 mm

di

atas

datum, maka tinggi titik B di atas datum dapat ditentukan.

Karena permukaan tanah naik 2.000 mm dari

A

ke B,

maka

tinggi titik B haruslah ditambah menjadi 95.000 + 2.000 = 97.000

mm di atas datum.

Cara ini merupakan dasar untuk menentukan ketinggian titik-titik selanjutnya, karena dengan menggunakan prinsip

di

atas cara ini lebih mudah dimengerti.

Pada umumnya dimana tinggi titik-titik

di

atas datum diperoleh

dari pembacaan pada rambu ukur yang ditempatkan pada

titik-titik

tersebut, kemudian dikurangi dengan pembacaan rambu

(55)

Modul Praktek / llmu Ukur Tanah I

berikutnya

yang

ditempatkan

di

atas

titik

yang

diketahui ketinggiannya di atas datum.

Selisih dari pembacaan pada rambu tersebut menunjukkan naik atau turunnya tanah diantara titik-titik tersebut.

Ketinggian

titik

yang tidak diketahui dapat ditentukan dengan

menjumlahkan

kanaikan

dari

permukaan

tanah

atau

mengurangkan penurunan permukaan

tanah

dari

titik

yang diketahui ketinggiannya.

Contoh:

Bila dua buah titik

A

dan

B

mempunyai jarak yang cukup jauh dan

mempunyai kemiringan,

maka untuk

menetukan

beda

tingginya

diperlukan lebih satu pengukuran alat sipat datar.

Pada Gambar

8.3

Titik A da titik B kira-kira berjarak 250 m. Ketinggian

titik A adalah 23.900 mm dan ketinggian titik B akan ditentukan.

Gambar

8.3

Kondisi Lapangan

Tabel B Beda

Titik Bacaan Rambu Beda Tinqqi Tinggi Titik

Jar

ak

Ket.

R. Belakano R. Muka Naik Turun

A 4.244 23.900 A perm tanah

X 4.150 0.700 3.500 27.400 X titik bantu

Y 2.500 0.550 3.600 31.000 Y titik bantu

B 3.700 1.2AO 29.800 B perm tanah

r

10.850

-

4.900

I

4.950

I

7.100

-

1.200

I

{.200 29.800 - 23.900

Kontrol

5.9A0 5.904 5.900

(56)

Akhirnya ketinggian titik akhir dapat dituliskan sebagai berikut :

Tinggi Titik Akhir

=

tinggi

titik

awal

+

semua beda tinggi (naik)

-semua beda tinggi (turun).

Atau

Tinggi Titik Akhir

=

tinggi titik awal

+

jumlah beda tinggi (naik)

-jumlah beda tinggi (turun).

8.2.3

Sipat Datar Berantai.

Jika titik-titik yang akan ditentukan tingginya

itu

banyak, cara

pengukurannya biasanya disebut Sipat Datar Berantai.

Pada Gamabar 8.4 akan ditentukan ketinggian dari keenam

titik-titik dariA sampai F.

Gambar

8.4

Sipat Datar Berantai

Alat dipasang dan diatur dengan tepat dan bidikan diarahkan ke titik A,

jika

A

ini sebagai arah awal dari pengukuran tentunya A

bertindak sebagai rambu belakang yang hasil bacaannya dicatat

pada kolom rambu belakang.

Titik-titik B, C, D dan E merupakan bidikan selanjutnya dan berakhir di titik F.

Titik F sebagai arah bidikan terakhir didefinisikan sebagai rambu muka.

(57)

Modul Praktek / Ilmu Ukur Tanah I

Pembacaan-pembacaan pada B, C, D dan E merupakan bacaan

tengah antara rambu pertama dan rambu terakhir dan disebut rambu tengah.

Hasil pembacaannya ditulis pada kolom rambu tengah seperti

terlihat pada Tabel 8.2.

8.3

Pelaksanaan Praktek.

8.3.1 Peralatan :

1)

Pesawat penyipat datar dan statif.

2\

Baak ukur, pita ukur, alas baak ukur (portable shoes) dan unting-unting.

3)

Alat-alat tulis, parang, patok, paku, palu dan payung.

8.3.2

Petunjung Umum:

1)

Pergunakan semua peralatan menurut aturannya masing-masing.

2)

Baak ukur harus berdiri vertikal

di

atas patok atau

di

atas baak ukur (portable shoes) / tanah.

3)

Setiap pembacaan harus diperiksa yaitu BA + BB = 2 BT.

4)

Perhatikan

lebih

dahulu

pesawat

yang

dipakai

apakah bayangan terbalik atau tidak.

Untuk bayangan terbalik,

maka baak ukur yang

dipakai harus tertulis terbalik, untuk ini BB

-

BT = BT

-

BA.

Untuk bayangan tak terbalik BA

-

BT = BT

-

BB.

abe 8.2 Hasil Perh S Datar Berantai.

Ttk

Bacaan Rambu Ukur Beda Tinooi Tinggi

Titik Jarak Ket.

Belakanq Tenqah Muka Naik Turun

A 0.510 107.524 B 3.724 3.214 104.310 c 0.920 2.800 107.110 D 0.920 107.110 E 2.560 1.640 105.470 F 2.220 0.340 105.810 0.510 2.22A 3.140 4.850 105.810 -2.220 -4.850 -107.52A -1.710 -1.70 -1.714

(58)

5)

Buatlah skema jalannya pengukuran sebagai data.

6)

Turutilah semua keselamatan kerja yang terdahulu.

8.3.3

Langkah Kerja

A.

Traversing / Profil Memanjang.

1)

Tentukan titik-titik

travers yang

akan dibuat

seperti

gambar...

2)

a.Pengukuran Jarak Optis.

a)

Tempatkan dan setel pesawat kira-kira

di

tengah-tengah antara titik T1 dan Tz (slag l).

Penempatan pesawat

harus

satu garis

dengan

TtTz.

b)

Tempatkan baak ukur diatas patok.

Titik T1 sebagai baak belakang dan titik T2 sebagai baak muka.

c)

Bidik teropong

ke

baak belakang (T1) kemudian

baca dan catat BT, BA, dan BB pada buku ukur.

d)

Turunkan baak kemuka tanah pada titik Tr tersebut

dan lakukan pembacaan seperti pada c).

e)

Putar teropong dan bidik baak muka serta lakukan

pembacaan seperti pada c) dan d).

0

Pesawat dipindahkan ke slag ll (antara T2 dan T3).

Dengan cara yang sama dengan langkah a) s/d e)

lakukan

pembacaan

baak

belakang

dan

baak

muka.

g)

Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.

h)

Jarak TrTz adalah jarak pesawat ke baak belakang

+ jarak pesawat ke baak muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya.

2t

b.Pengukuran Jarak Rantai.

a)

Tempatkan dan setel pesawat kira-kira di tengah-tengah antara Tr dan T2 (slag l).

Gambar

Tabel  1.2  Satuan  Luas
Gambar  1.1  lsyarat  Tangan Pqgi ke$shyang  diuniuk L FJ ru Pindahkanjalon
Gambar  2.3  Kaki  Segitiga
Gambar  2.4  Pengukuran  Jarak  Pada Garis  Yang  Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila bak ukur diletakkan diatas permukaan tanah pada awal pengukuran sampai akhir maka tidak akan dapat terlihat secara langsung, oleh sebab itu harus diadakan pengukuran