• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PRODUKSI BIBIT RUMPUT LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI PRODUKSI BIBIT RUMPUT LAUT"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Gracilaria gigas

DENGAN METODE

KULTUR JARINGAN

Penulis :

Siti Fadilah, S.Si.,M.Si ISBN : 978-602-72533-2-2

Editor :

Andi Faharuddin, A.Md Pustika Ratnawati, S.Pi

Penyunting :

Dr. Alimuddin, S.Pi., M.Sc

Desain Sampul dan Tata Letak

Handy Burase, S.Pi

Penerbit :

Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Redaksi :

Jl. Pelabuhan Etalase Perikanan, Desa Tabulo Selatan Boalemo 96265

Tel +81241348584

Email :lppbrl@yahoo.com

Distributor Tunggal :

Jl. Pelabuhan Etalase Perikanan, Desa Tabulo Selatan Boalemo 96265

Tel +81241348584

Email :lppbrl@yahoo.com Cetakan pertama, Oktober 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

(2)

Page | i

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat, hidayah dan izinNya sehingga penyusunan buku petunjuk teknis Pengembangan Kebun Bibit Hasil Kultur Jaringan Rumput Laut Gracilaria gigas ini dapat diselesaikan. Buku petunjuk teknis ini dibuat untuk menyebarluaskan informasi tentang teknik kultur jaringan rumput lautGracilaria gigasyang telah dihasilkan dalam penelitian sehingga dapat dimanfaatkan secara luas untuk pengembangan produksi bibit rumput laut.

Buku petunjuk ini berisi tentang proses produksi bibit rumput laut secara massal dengan teknik kultur jaringan. Bibit yang dihasilkan dari teknik tersebut selanjutnya melalui tahap aklimatisasi dan tahap perbanyakan di kebun bibit. Produksi bibit di kebun bibit diharapkan dapat menjadi upaya dalam penyediaan bibit yang berkelanjutan.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang mendukung pembuatan dan penyelesaian buku petunjuk teknis ini. Semoga buku petunjuk teknis ini memberi manfaat. Penulis menyadari bahwa buku petunjuk teknis ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan buku ini di masa mendatang.

Boalemo, September 2015 Penyusun

(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakng ... 1

1.2. Tujuan dan Sasaran ... 2

BAB II. KULTUR JARINGAN ... 2

BAB III. ALAT DAN BAHAN ... 4

3.1. Alat ... 4

3.1.1. Alat Kultur Talus ...………. 4

3.1.2. Alat Aklimatisasi ... 9

3.1.2. Alat Budidaya Bibit ... 10

3.2. Bahan ... 10

BAB IV. TAHAPAN KEGIATAN ... 13

4.1. Kultur TalusGracilaria gigas ... 13

4.1.1. Seleksi Tanaman Induk ... 13

4.1.2. Pembuatan Media Kultur ... 14

3.1.2. Kultur Talus ... 14

4.2. Aklimatisasi Hasil Kultur ... 15

4.3. Budidaya Bibit di Kebun Bibit ... 16

(4)

Page | iii

Gambar 1. Peralatan untuk aerasi kultur yaitu (A) blower, (B) batu

aerasi, (C) selang aerasi, (D) pengatur aerasi ……… 5

Gambar 2. Refraktometer……… 5

Gambar 3. Timbangan digital ……… 5

Gambar 4. Rak kultur dengan lampu TL ………. 6

Gambar 5. Timbangan analitik ………. 6

Gambar 6. Mikropipet ……….. 7

Gambar 7. Bermacam ukuran gelas ukur ……… 7

Gambar 8. Pinset ujung bengkok ………. 8

Gambar 9. Pengaduk magnetik dan batang magnet ……….. 8

Gambar 10. Bermacam ukuran gelas piala ……… 8

Gambar 11. Filter bag dan filter kapas ………. 9

Gambar 12. Rumput lautGracilaria gigas ……….. 11

Gambar 13. Pengepakan rumput laut ……….. 13

Gambar 14. Potongan eksplan rumput laut ………. 14

Gambar 15. Tunas-tunas baru yang tumbuh dari eksplan ………. 15

Gambar 16. Aklimatisasi indoor (A) dan outdoor (B) ………. 16

Gambar 17. Pertumbuhan bibit setelah 6 minggu aklimatisasi outdoor .. 16

Gambar 18. Konstruksi satu unit wadah budidaya ……….. 18

Gambar 19. Contoh desain kebun bibit rumput laut di Perairan Desa Tabulo Selatan, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Gorontalo ………. 19

(5)

Tabel 1. Pembuatan larutan stok komponen pembuat media kultur 11 Tabel 2. Komposisi bahan dalam 1000 mL larutan stok media kultur 12 Tabel 3. Persyaratan lokasi untuk budidaya bibit rumput laut 17

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumput laut adalah salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya yang penting di Indonesia. Usaha budidaya rumput laut dapat meningkatkan devisa negara dan pendapatan masyarakat pembudidaya. Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia prospektif, mengingat luasnya kawasan laut Indonesia dan kekayaan spesies rumput laut untuk dibudidayakan. Permintaan rumput laut semakin berkembang dari tahun ke tahun sehingga kebutuhan bibit semakin meningkat. Penggunaan bibit yang baik dapat mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Kebutuhan bibit selama ini dipenuhi umumnya dari fragmentasi sebagian hasil panen. Perkembangbiakan secara vegetatif seperti ini lebih memudahkan pembudidaya untuk mendapatkan bibit. Penggunaan bibit hasil fragmentasi ini biasanya dilakukan terus menerus setiap kali panen. Namun demikian, cara ini menimbulkan permasalahan. Pengulangan perkembangbiakan vegetatif tersebut dapat menurunkan keragaman genetik, laju pertumbuhan, kandungan karaginan, kekuatan gel dan daya tahan terhadap penyakit (Hurtado & Cheney 2003). Oleh karena itu, upaya pengadaan bibit yang sistematis diperlukan.

Keberadaan kebun bibit merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam penyediaan bibit yang berkelanjutan, khususnya produksi bibit budidaya yang siap tebar (Parenrengi et al. 2011). Bibit rumput laut dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik. Salah satu teknik yang dapat menjadi alternatif yaitu kultur jaringan.

Salah satu tujuan dari teknik kultur jaringan adalah memperbanyak jumlah tanaman. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan telah diaplikasikan pada berbagai tanaman industri, hortikultura dan spesies tanaman langka. Dengan menggunakan teknik ini, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan penyediaan bibit secara konvensional. Pembibitan rumput laut melalui teknik kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan bibit yang berkualitas

(7)

dalam skala massal dengan waktu yang relatif singkat, tanpa dibatasi siklus musim. Kultur jaringan dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan bibit.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan petunjuk teknis ini adalah untuk menjadi acuan bagi masyarakat danstakeholder (pengusaha, investor, akademisi dan pemda) yang akan menerapkan perbanyakan bibit Gracilaria gigas dengan teknologi kultur jaringan. Sasaran penulisan petunjuk teknis ini adalah sosialisasi dan distribusi informasi teknologi kultur jaringan rumput laut Gracilaria gigas bagi pengembangan produksi bibit rumput laut di Indonesia.

BAB II

KULTUR JARINGAN

Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik mengisolasi bagian tanaman tertentu dan menumbuhkannya pada media buatan sehingga bagian tanaman tersebut dapat berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan didasarkan pada teori “totipotensi” yang menyatakan bahwa sel tanaman sebagai unit terkecil dapat tumbuh dan berkembang jika dipelihara dalam kondisi yang sesuai. Hal ini disebabkan semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel.

Salah satu tujuan kultur jaringan adalah mikropropagasi (perbanyakan tanaman secara mikro). Jaringan tanaman dalam jumlah sedikit dapat menghasilkan banyak tanaman secara terus menerus (kontinu). Teknik ini telah digunakan dalam skala industri di berbagai negara untuk memproduksi jenis tanaman komersial seperti tanaman hias, tanaman buah, tanaman industri dan kehutanan. Dengan menggunakan teknik kultur jaringan, bibit tanaman dalam jumlah besar dengan sifat genetik yang sama dapat diperoleh tanpa memerlukan jumlah tanaman induk yang banyak.

(8)

Kultur jaringan dapat menjadi solusi untuk tanaman yang terbiasa dikembangkan dengan cara vegetatif, seperti halnya rumput laut. Walaupun rumput laut juga mempunyai cara perkembangbiakan secara generatif, namun perkembangbiakan generatif dapat menghasilkan tanaman yang dapat berbeda dari induknya. Perbedaan tersebut dapat berarti lebih baik atau bahkan lebih buruk daripada tanaman induknya. Sementara itu perkembangbiakan secara vegetatif menghasilkan tanaman yang sama dengan tanaman induknya. Untuk itu, tanaman induk yang akan diperbanyak dengan cara kultur jaringan haruslah tanaman pilihan dan berkualitas baik.

Kultur jaringan terdiri atas banyak tipe kultur, diantaranya kultur spora, kultur talus dan embriogenesis somatik. Kultur spora telah dilakukan pada rumput lautGracilaria verrucosa(Suryatiet al2009), kultur talus padaGracilaria verrucosa (Mulyaningrum et al 2014) dan embriogenesis somatik pada

Kappaphycus alvarezii(Sulistiani dan Yani, 2015).

Tahap kegiatan kultur jaringan yang terdapat dalam petunjuk teknis ini adalah tipe kultur talus. Jaringan yang digunakan adalah berupa talus muda rumput laut. Melalui organogenesis langsung, pembentukan tunas terjadi secara langsung tanpa melalui tahap pembentukan kalus. Dengan demikian proses pembibitan diharapkan dapat terjadi lebih efisien dan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa berbagai ukuran potongan talus rumput laut Gracilaria verrucosa dapat tumbuh saat dipelihara langsung di tambak (Pong-Masaket al.2015). Hal ini memberikan asumsi bahwa kultur talusGracilaria sp. dapat dilaksanakan tanpa proses aseptis seluruhnya. Pada kultur talus ini, Loka Litbang Budidaya Rumput Laut telah melakukan uji coba kultur tanpa proses aseptis. Hal ini dilakukan agar metode kultur talus yang relatif mudah dilakukan ini dapat diadopsi oleh masyarakat pembudidaya.

(9)

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

3.1.1 Alat Kultur Talus

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kultur talusGracilaria gigas

yaitu :

1. Toples kaca

Toples kaca berfungsi sebagai wadah kultur rumput laut (Gambar 4). Bahan kaca dipilih agar cahaya dapat menembus sampai jaringan rumput laut. Cahaya dibutuhkan rumput laut untuk melakukan fotosintesis pada siang hari.

2. Air pump(blower)

Blower berfungsi sebagai peniup udara (Gambar 1A). Pemakaian blower ini menggantikan rotary shaker pada kultur aseptis yang digunakan untuk mengaduk media kultur.

3. Batu aerasi

Batu aerasi berfungsi mengalirkan gelembung-gelembung udara ke media kultur (Gambar 1B). Pori-pori pada batu aerasi dapat memecah gelembung udara besar dari blower menjadi gelembung-gelembung kecil sehingga dapat mengaduk media kultur.

4. Selang aerasi

Selang aerasi berfungsi mengalirkan udara dari aerator (Gambar 1C). Ukuran selang aerasi dipilih sesuai dengan besarnya sambungan batu aerasi dan pengatur aerasi.

5. Pengatur aerasi

Pengatur aerasi berfungsi untuk mengatur kekuatan udara yang mengalir ke dalam wadah kultur (Gambar 1D).

(10)

Gambar 1. Peralatan untuk aerasi media kultur yaitu (A) blower, (B) batu aerasi, (C) selang aerasi, (D) pengatur aerasi

6. Refraktometer

Refraktometer berfungsi untuk mengukur salinitas air laut (Gambar 2).

Gambar 2. Refraktometer 7. Timbangan digital

Timbangan ini berfungsi untuk mengukur bobot eksplan rumput laut di awal kultur dan setiap kali sampling (Gambar 3). Timbangan yang digunakan sebaiknya dengan tingkat ketelitian sampai 0,1 g.

Gambar 3. Timbangan digital 8. Rak kultur

Rak kultur berfungsi untuk menyimpan kultur-kultur eksplan (Gambar 4). Lampu TL dipasang diatas rak sebagai cahaya buatan.

(11)

Gambar 4. Rak kultur dengan lampu TL 9. Lampu

Lampu TL berfungsi untuk memberikan intensitas cahaya buatan bagi pertumbuhan rumput laut (Gambar 4). Intensitas cahaya yang diberikan sekitar 1500 lux dengan fotoperiode 12 jam terang dan 12 jam gelap. Kondisi ini diberikan mirip dengan habitat rumput laut di alam.

10. Air Conditioner(AC)

AC berfungsi untuk membuat ruang kultur berada dalam kisaran suhu yang diharapkan untuk pertumbuhan rumput laut. AC diatur sehingga suhu ruang kultur sekitar 25°C.

11. Timbangan analitik

Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bahan dengan tingkat ketelitian sampai 0,1 mg (Gambar 5). Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media kultur rumput laut pada umumnya mempunyai konsentrasi sangat kecil.

Gambar 5. Timbangan analitik

Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 2015

(12)

12. Mikropipet

Mikropipet digunakan untuk mengambil larutan stok komponen media kultur dalam jumlah sedikit (Gambar 6). Mikropipet mempunyai beberapa jenis ukuran volume, misalnya 1.000 mL dan 200 µL.

Gambar 6. Mikropipet 13. Gelas ukur

Gelas ukur digunakan untuk menakar bahan berupa cairan seperti akuades, air laut dan stok media kultur (Gambar 7). Gelas ukur mempunyai bermacam ukuran tergantung pada tujuan pemakaian. Selain terbuat dari gelas, gelas ukur juga ada yang terbuat dari plastik. Penggunaannya disesuaikan dengan sifat cairan.

Gambar 7. Bermacam ukuran gelas ukur

14. Pinset

Pinset digunakan untuk memegang dan mengambil eksplan (Gambar 8). Biasanya pinset yang digunakan adalah yang berujung bengkok. Bentuk pinset seperti ini memudahkan dalam pemindahan eksplan.

(13)

Gambar 8. Pinset ujung bengkok 15. Pengaduk magnetik (magnetic stirer)

Pengaduk magnetik berfungsi untuk mengaduk bahan-bahan larutan stok komponen dalam pembuatan stok media kultur (Gambar 9). Pengadukan ini dibantu dengan batang magnet yang berputar dan menghasilkan larutan media yang homogen.

Gambar 9. Pengaduk magnetik dan batang magnet 16. Gelas piala

Gelas piala digunakan dalam pembuatan media kultur (Gambar 10). Ukuran gelas piala ini bermacam-macam tergantung dari jumlah kebutuhan media.

(14)

17. Filter bag dan filter kapas

Filter bag dan filter kapas digunakan untuk menyaring air laut agar terbebas dari kotoran berupa pasir dan alga pengganggu (Gambar 11). Air dilewatkan terlebih dahulu dengan filter bag kemudian dilewatkan melalui filter kapas.

Gambar 11. Filter bag dan filter kapas

3.1.2 Alat Aklimatisasi

Alat yang dibutuhkan dalam aklimatisasi hasil kultur Gracilaria gigas

yaitu :

1. Batang besi Ø 6-8 mm

Batang besi digunakan sebagai kerangka kotak hapa 2. Waring hijau (mesh size sekitar 1 mm)

Waring hijau digunakan untuk menutup kotak hapa sebagai wadah pemeliharaan aklimatisasi secaraoutdoor

3. Tali nilon Ø 1,5 mm

Tali nilon Ø 1,5 mm digunakan sebagai pengikat waring hijau pada kerangka kotak hapa

4. Kontainer plastik volume 25 L, tembus cahaya

Kontainer plastik digunakan sebagai wadah pemeliharaan aklimatisasi rumput laut secaraindoor

5. Batu aerasi 6. Selang aerasi 7. Pengatur aerasi 8. Blower

(15)

3.1.3 Alat Budidaya Bibit

Alat yang dibutuhkan dalam perbanyakan (budidaya) bibit Gracilaria gigasdi kebun bibit yaitu :

1. Tali rafia dan nilon Ø 12 mm, 4 mm dan 1,5 mm

- Tali rafia sebagai tali rumpun

- Tali nilon Ø 12 mm sebagai tali utama konstruksi - Tali nilon Ø 4 mm sebagai tali bentangan

- Tali nilon Ø 1,5 mm sebagai tali cincin (rumpun)

2. Drumstyrofoam

Drumstyrofoamdigunakan sebagai pelampung utama 3. Pelampung bantu

Pelampung bantu digunakan sebagai tambahan pelampung di tali bentangan

4. Terpal

Terpal digunakan untuk membungkusstyrofoam

5. Jangkar

Jangkar digunakan sebagai penahan konstruksi agar tidak terbawa arus 6. Timbangan gantung

Timbangan digunakan untuk mengukur bobot rumput laut.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam tahap kegiatan perbanyakan bibit rumput laut ini adalah:

1. Air laut

Air laut adalah media utama kultur jaringan rumput laut. Air laut yang digunakan adalah air laut alami dengan salinitas berkisar 32-34 g/L. Air laut diambil dari perairan yang bebas dari pencemaran. Sebelum digunakan, air laut disaring dengan filter bag dan filter kapas kemudian disimpan dalam penampung air.

2. Air tawar

Seringkali air laut yang diambil dari laut mempunyai salinitas yang terlalu tinggi. Biasanya hal ini terjadi saat musim kemarau. Penambahan air tawar dibutuhkan untuk mengatur salinitas air laut dengan prinsip pengenceran.

(16)

3. Populasi stok bibit rumput laut

Jenis bibit rumput laut yang digunakan adalah Gracilaria gigas. Rumput laut ini tumbuh di perairan laut. Warna talus rumput laut ini adalah hijau sampai coklat gelap dengan morfologi rumpun seperti serabut (Gambar 12).

Gambar 12. Rumput lautGracilaria gigas

4. Media kultur

 Pembuatan larutan stok komponen media

Sebelum membuat media kultur, sebaiknya dilakukan pembuatan larutan stok komponen media. Larutan stok komponen dibuat untuk mengurangi kesalahan baik manusia maupun percobaan. Pembuatan larutan stok menjadi prosedur baku. Penimbangan bahan-bahan pembuat media kultur, seperti unsur mikro nutrien, secara langsung dapat menyebabkan formulasi akhir menjadi tidak akurat karena mikro nutrien dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit (mg atau µg, Tabel 1).

Tabel 1. Larutan stok komponen pembuat media kultur Larutan stok Konsentrasi

Jumlah akuades (mL) Jumlah bahan (g) NaNO3 Na(β) Glycerophosphate FeCl3. 6H2O Na2EDTA.2H2O Buffer tris 1 M 0,5 M 0,01 M 0,01 M 0,01 M 0,01 M 10 50 10 10 10 50 0,85 7,65 0,03 0,04 0,012 0,03 Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 201 5

(17)

H3BO3 CuSO4.5H2O ZnSO4. 7H2O Thiamine (Vitamin B1) Biotin Cyanocobalamin (Vitamin B12) 0,005 M 0,005 M 1 mg/mL 1 mg/mL 10 mg/mL 10 10 1 1 1 0,012 0,014 0,001 0,001 0,01

 Pembuatan larutan stok media kultur

Larutan stok komponen media, akuades 1000 mL dan gelas ukur disiapkan. Larutan stok komponen ditambahkan satu per satu ke dalam gelas piala yang telah berisi akuades kira-kira 600 mL sambil diaduk (Tabel 2). Pengadukan menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Selanjutnya akuades ditambahkan hingga larutan mencapai volume 1000 mL. Larutan stok media dimasukkan dalam botol dan disimpan dalam suhu ruang.

Tabel 2. Komposisi bahan dalam 1000 mL larutan stok media kultur Komponen bahan Konsentrasi Jumlah

NaCl NaNO3 Na(β) Glycerophosphate FeCl3. 6H2O Na2EDTA.2H2O Buffer tris H3BO3 CuSO4.5H2O ZnSO4. 7H2O Thiamine (Vitamin B1) Biotin Cyanocobalamin (Vitamin B12) Akuades 2 M 1 M 0,5 M 0,01 M 0,01 M 0,01 M 0,01 M 0,005 M 0,005 M 1 mg/mL 1 mg/mL 10 mg/mL 116,88 g 650 µL 5,2 µL 78 µL 780 µL 66 µL 7,2 mL 14 µL 60 µL 8 µL 0,8 µL 0,16 µL ̴1000 mL

(18)

BAB IV

TAHAPAN KEGIATAN

4.1 Kultur TalusGracilaria gigas

4.1.1 Seleksi Tanaman Induk

Tahap awal dalam pelaksaan kultur talus adalah seleksi tanaman induk sebagai sumber eksplan. Sumber eksplan dapat dipilih dari rumpun yang tumbuh alami atau dari hasil seleksi. Penggunaan rumpun hasil seleksi sebagai sumber eksplan dapat meminimasi kegagalan kultur. Biasanya rumpun hasil seleksi adalah rumpun yang mempunyai potensi pertumbuhan yang baik, segar, bercabang banyak, bersih dari epifit dan kotoran penempel, serta bebas dari penyakit dan mikroorganisme. Jika rumpun diambil dari alam maka juga harus memenuhi kriteria tersebut.

Gambar 13. Pengemasan untuk pengangkutan Rumput lautGracilaria gigas

Rumput laut sekitar 20 kg diangkut dari alam ke laboratorium dengan menggunakanstyrofoamvolume 50 L dalam keadaan lembab dan sejuk (Gambar 13). Penambahan air laut dalam styrofoam pada saat pengangkutan sebaiknya tidak dilakukan, karena dapat menyebabkan jaringan rumput laut membusuk. Di sudut-sudut dalamstyrofoamditambahkan batu es yang masing-masing terbuat dari air laut sekitar 250 mL yang dikemas dalam plastik untuk menjaga kesejukan. Dengan cara seperti ini biasanya rumput laut dapat bertahan dalam perjalanan selama sekitar 30 jam. Setelah tiba, rumput laut harus segera dikeluarkan dari

(19)

styrofoamdan disimpan dalam air laut yang diberi aerasi kuat. Cara ini dilakukan untuk meminimalkan tingkat stres rumput laut.

4.1.2 Pembuatan Media Kultur

Kebutuhan nutrisi setiap spesies untuk melakukan pertumbuhan optimal sangat berbeda. Media kultur mengandung unsur makro dan mikro nutrien yang penting untuk pertumbuhan rumput laut. Unsur makro dan mikro nutrien berada dalam konsentrasi tertentu. Bentuk media yang digunakan dalam kultur talus adalah media cair. Biasanya dalam bentuk media seperti ini akan menumbuhkan tunas secara langsung dari eksplan.

Untuk membuat media kultur, larutan stok media sebanyak 20 mL ditambahkan dengan air laut hasil filter hingga mencapai volume 1000 mL. Jika media kultur cair dibutuhkan dalam jumlah banyak, maka jumlah larutan stok dan air laut disesuaikan.

4.1.3 Kultur Talus

Bagian yang digunakan pada kultur talusGracilaria gigasini adalah bagian talus-talus utama. Talus ini dibersihkan dari cabang-cabang talus. Talus dikumpulkan dalam baskom plastik berisi air laut. Selanjutnya, talus dipotong dengan cutter tajam menjadi eksplan berukuran 1-2 cm. Eksplan-eksplan tersebut ditimbang sebanyak 20-25 g dan dimasukkan dalam toples yang telah diisi 2 L media kultur cair.

Gambar 14. Pemotongan talus menjadi eksplan rumput laut

F ad il ah | L P 2 B R L | 2 0 1 5 Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 2015

(20)

Batu aerasi dan selang aerasi dipasang ke dalam toples. Selang aerasi dihubungkan pada aerator dan kekuatan aerasi diatur dengan pengatur aerasi. Aerasi diatur kuat untuk meningkatkan difusi nutrisi media ke jaringan rumput laut (Luning, 1990). Kultur talus disimpan di rak kultur selama 8 minggu. Suhu ruang kultur diatur sekitar 25°C dan intensitas cahaya ± 1500 lux dengan fotoperiodik 12 jam terang dan 12 jam gelap. Penggantian media, seleksi eksplan yang mati dan penimbangan eksplan dilakukan sekali setiap minggu. Jika pertumbuhan tunas dari eksplan sudah cukup baik maka eksplan dapat dipindahkan ke tahap aklimatisasi.

Gambar 15. Tunas-tunas baru yang tumbuh dari eksplan

4.2 Aklimatisasi Hasil Kultur

Aklimatisasi adalah tahap penyesuaian dari tahap kultur menuju ke lingkungan laut. Aklimatisasi rumput laut hasil kultur dapat dilakukan di laboratorium aklimatisasi dengan menggunakan kontainer pemeliharaan yang lebih besar (indoor) atau langsung di laut menggunakan kotak hapa (outdoor).

Aklimatisasi indoor menggunakan kontainer plastik yang tembus cahaya (Gambar 17). Aklimatisasi dilakukan selama sekitar 3 bulan dalam media air laut sebanyak 20 L. Media air laut diberi aerasi kuat sehingga eksplan rumput laut dapat lebih mudah menyerap nutrisi. Setiap minggu, media air laut ini diperbarui. Pemantauan terhadap kondisi media aklimatisasi harus dilakukan setiap hari. Salinitas air laut dapat meningkat karena penguapan sehingga air tawar perlu ditambahkan. Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 2015

(21)

Gambar 16. Aklimatisasi indoor (A) dan outdoor (B)

Aklimatisasi outdoor dilakukan di KJA laut dengan menggunakan kotak hapa selama 3 bulan (Gambar 17). Kotak hapa berukuran 50x50x50 cm dan pelampung diikat di tengah kerangka kotak. Kondisi lingkungan seringkali berubah sehingga dibutuhkan pemantauan berkala. Saat arus laut lemah,

biofoulingdapat menempel dan menutupi kotak hapa sehingga rumput laut tidak mendapat nutrisi. Oleh karena itu, kotak hapa harus segera dibersihkan atau diganti dengan yang baru. Setelah 2 bulan, bibit dapat dipindahkan ke tahap perbanyakan di kebun bibit.

Gambar 17. Pertumbuhan bibit setelah 6 minggu aklimatisasi outdoor

4.3 Budidaya Bibit di Kebun Bibit

 Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut adalah hal yang penting. Lokasi budidaya untuk kebun bibit harus mempunyai kriteria kelayakan untuk pertumbuhan rumput laut. Berbagai parameter ekologi oseanografi dapat mempengaruhi lokasi budidaya (Tabel 3).

F ad il ah | L P 2 B R L | 2 0 1 5 Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 2015 Fo to : S iti F ad ilah | L P2B RL , 2015

(22)

Tabel 3. Persyaratan lokasi untuk budidaya bibit rumput laut Parameter Kriteria Fisika

Keterlindungan Lokasi terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat, seperti teluk, selat, atau lokasi perairan yang terdapat karang penghalang (barrier reef) atau karang tepi (fringing reef)

Kecepatan arus 20–40 cm/detik

Suhu 29–31oC Substrat Pasir Kedalaman perairan < 15 m Kecerahan perairan 5-8 m Kimia Salinitas 32-34 g/L pH 7,8 Fosfat 0,9-3 mg/L Nitrat 0,02-1 mg/L Pencemaran Nihil Biologi

Indikator biologi Keberadaan komunitas makroalga secara alamiah merupakan indikator lokasi tersebut sesuai untuk budidaya rumput laut

Hewan herbivora

Bebas dari hewan air yang bersifat herbivora dalam jumlah banyak, seperti penyu, ikan baronang dan bulu babi

Non teknis

Keterjangkauan Keterjangkauan jalur transportasi untuk mempelancar akses pengangkutan selama operasional kegiatan

budidaya, kemudahan memperoleh sarana dan prasarana untuk kegiatan budidaya

Ketersediaan tenaga kerja

Ketersediaan tenaga yang ulet, tertarik dan tekun untuk melakukan kegiatan budidaya

Legalitas Lahan yang dipilih tidak menimbulan konflik pemanfaatan dan penggunaan perairan

(23)

 Konstruksi wadah budidaya

Kegiatan budidaya bibit rumput laut menggunakan metode long line. Konstruksi wadah budidaya berukuran luas 15 x 10 m yang memuat 15 tali bentangan dengan panjang 10 m (Gambar 18). Penempatan wadah budidaya ini dapat berdiri sendiri di satu lokasi atau berdampingan dengan wadah budidaya lainnya dalam budidaya laut terpadu berbasis IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) (Gambar 19). Wadah budidaya untuk rumput laut berada di keliling terluar wadah budidaya ikan. Rumput laut berperan sebagai pereduksi hasil limbah kegiatan budidaya ikan, seperti amonia, nitrat dan fosfat. Senyawa tersebut dimanfaatkan oleh rumput laut sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.

(24)

Gambar 19. Contoh desain kebun bibit rumput laut dalam budidaya laut terpadu berbasis IMTA di Perairan Desa Tabulo Selatan, Kecamatan Mananggu, Kabupaten

Boalemo, Gorontalo.  Pengikatan bibit

Bibit rumput laut sebanyak 5 g per rumpun diikat dengan tali rafia. Ikatan bibit ini kemudian diikat ke tali bentangan menggunakan tali nilon. Hal ini dilakukan agar bibit yang masih berukuran kecil tidak mudah terlepas dari tali saat pemeliharaan. Bibit segera ditanam agar tidak layu.

 Pemantauan

Pemantauan bibit dan kondisi lingkungan dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat kondisi lingkungan kurang mendukung, misalnya arus lemah atau salinitas tinggi biasanya biofouling akan menempel pada rumput laut sehingga dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. Untuk itu perlu dilakukan pemindahan bentangan ke lokasi dengan arus lebih deras atau lebih dekat ke arah muara sungai. Kepadatan rumpun juga perlu dijaga. Apabila rumpun sudah mulai terlihat rimbun (biasanya sekitar 200 g), maka rumpun dipisahkan ke tali bentangan yang baru. Dengan demikian akan didapatkan lebih banyak bibit rumput laut.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Hurtado AQ, Cheney DP. 2003. Propagule production ofEucheuma denticulatum

(Burman) Collins et Harvey by tissue culture.Bot Mar. 46: 338-341. Luning K. 1990. Seaweeds : Their environment, biogeography, and ecophysiology.

John Wiley and Sons, Inc. Hamburg. 527 hal.

Mulyaningrum SRH, Daud R, Badraeni. 2014. Propagasi vegetatif rumput laut

Gracilaria sp. melalui kultur jaringan. J Riset Akuakultur. 9(2) : 203-214. Parenrengi A, Rachmansyah, Suryati E. 2011. Budidaya Rumput Laut Penghasil

Karaginan (Karaginofit) : Seri Teknologi untuk Minapolitan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Pong-Masak PR, Parenrengi A, Baturante ER, Syamsudin R. 2015. Studi performansi pertumbuhan, kandungan agar dan kekuatan gel rumput laut

Gracilaria verrucosayang dibudidayakan dengan panjang stek berbeda di tambak. Disampaikan dalam simposium kelautan dan perikanan universitas Hasanuddin, Makassar Mei 2015.

Sulistiani E, Yani SA. 2015. Kultur jaringan rumput laut kotoni (Kappaphycus alvarezii). Seameo Biotrop. Bogor. 128 hal.

Suryati E, Rachmansyah, Mulyaningrum SRH. 2009. Pertumbuhan spora rumput laut Gracilaria verrucosa secara in vitro dengan penambahan hormon pengatur pertumbuhan pada tanaman. J Riset Akuakultur. 4(2) : 307-312.

Gambar

Gambar 2. Refraktometer 7. Timbangan digital
Gambar 5. Timbangan analitik
Gambar 6. Mikropipet 13. Gelas ukur
Gambar 8. Pinset ujung bengkok 15. Pengaduk magnetik (magnetic stirer)
+7

Referensi

Dokumen terkait

kimia reaktan tidak diberikan, tetapi nama-nama kimia. Hal yang tampaknya menjadi &#34;seni yang hilang&#34; adalah keterampilan menerjemahkan nama kimia menjadi

Secara keseluruhannya, hasil dapatan kajian yang dilakukan menunjukkan tahap penguasaan kemahiran membina inferens dan kemahiran mentafsir data dalam kalangan

Kini kebend&amp;n rumah adal Kudus di vilavah (udus Kulon suds!. jarana daplt d&amp;ercnukd Masuknta moderisasi bdsl nelsaLibalko perubahd ,r,g,ales konslruksi rum.n

First, we applied the coherence analysis between the observed zonal currents and the zonal winds over the equatorial region to define the forcing mechanism.Then,

Sеlama kеgiatan produksi bеrlangsung, PT Pupuk Kalimantan Timur sеlalu mеlalukan pеngеcеkan tеrhadap produk yang dihasilkan sеcara rutin dan bеrkala. Hasil produksi

Dengan cara yang sama, setiap orang yang bekerja dalam media atau pada teks media tertentu butuh berhubungan kepada lebih dari satu institusi, lebih dari

Dengan penentuan posisi begitu tepat hingga dapat diatur dengan akurasi ± 0.1mm, berkecepatan tinggi dan kecepatan konveyor variabel dengan kecepatan akurat