1. DEFANI ISMIRIAM 2014-237
2. JENNI ELIANI 2014-245
3. ARI PRASETYO 2014-258
4. INTAN G LEONITA 2014-254 5. LYNDA FATMAWATI 2014-289
PENGERTIAN
Fanatik/fanatisme adalah suatu keyakinan keyakinan
atau suatu pendangan tentang sesuatu yang
positif
atau yang
negatif,
pandangan yang tidak memiliki
sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut
secara mednalam sehingga susah diluruskan atau
dirubah secara psikologis, seseorang yang fanatik
biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada
diluar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang
atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat
selain yang mereka yakini. ( Rizkita, 2012 )
Globalisasi yang meyebabkan masuknya banyak
budaya ke indonesia yang kemudian banyak budaya,
nilai-nilai serta kebudayaan ini masuk tanpa adanya
batasan dan
filter
yang baik dari masyarakat Indonesia
yang kemudian hal ini menimbulkan dampak seperti
perilaku FANATIK/FANATISME. Melihat perilaku
fanatisme yang semakin berkembang di indonesia
inilah yang akhirnya membuat kelompok kami
memilih tema Fantisme.
TUJUAN ASESMEN
1.
Untuk mengetahu apakah subjek termasuk orang
yang fanatik
2.
Untuk mengetahui alasan menjadi orang yang
fanatik
3.
Untuk mengetahui Bagaimana dinamika seseorang
yang fanatik
Tanggal 23 Septembaer 2016 telah dilakukan wawancara oleh subjek yang berinisial “I”. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tingkat fanatic subjek terhadap agama yang dianutnya. Subjek yang diwawancara adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi berbasis Islam di Kota Malang. Subjek mengambil jurusan Ekonomi Islam. Ketika wawancara subjek mengatakan bahwa subjek sudah memiliki kepercayaan atau agama Islam sejak dilahirkan. Subjek juga mengatakan bahwa hampir semua anggota keluarganya menganut kepercayaan agama Islam. Anggota keluarganya rata-rata juga menempuh pendidikan di Pondok Pesantren. Seperti salah satunya adik kandung nya yang saat ini sedang menempuh pendidikan SMP di Pondok Pesantren. Subjek juga bercerita bahwa keluarga besarnya sering mengadakan pengajian rutin dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pada Allah S.W.T dan seluruh keluarganya. Menurut subjek pengajian yang diadakan oleh keluarga besarnya itu memang memiliki manfaat yang sangat besar yaitu dapat membuat subjek tenang dan memperdalam ilmu pengetahuannya tentang Islam. Subjek sangat mengutamakan pengajian tersebut dibanding acara yang lain. Hal ini terbukti ketika subjek mempunyai acara dengan temannya, namun saat itu jadwal pengajian yang selalu subjek ikuti berganti jadwal sama seperti acara dengan teman subjek, seubjek memilih mengikuti pengajian dan membatalkan acara dengan temannya.
Selain pengajian rutin subjek juga mengikuti organisasi
Islam kampus dan komunitas Islam di Kota Malang yang
bernama “RiatulJannah”. Subjek mengikuti komunitas
tersebut sejak ia duduk di SMP. Pertama mengikuti
komunitas tersebut karena diajak oleh saudaranya. Subek
menyatakan bahwa mengikuti Komunitas Islam seperti ini
adalah salah satu dakwah orang Islam. Subjek menyatakan
bahwa ia sering mengikuti pengajian yang diadakan
komunitas tersebut sampai ke luar kota. Subjek pernah
merelakan tidak masuk sekolah untuk mengikuti pengajian
yang diadakan komunitas tersebut di LuarKota.
Saat wawancara subjek juga menceritakan pengalaman subjek yang
bersekolah di sekolah Negeri dan memiliki teman yang tidak seagama
dengan subjek. Ketika subjek kerja kelompok dengan teman yang tidak
seagama dengannya dan kerja kelompok tersebut dilakukan di Rumah
teman nya, subjek dihidangkan makanan yang menurut subjek
makanan tersebut bisa jadi terbuat dari bahan yang tidak boleh
dimakan oleh orang Islam. Seketika itu subjek menolak makanan yang
dihidangkan dan selanjutnya subjek selalu tidak nyaman ketika
bersama temannya yang tidak seagama dengan subjek. Menurut apa
yang dikatakan oleh subjek, sebelumnya ketika ia makan bersama
dengan temannya yang tidak seagama ia merasa tidak ada rasa
canggung ataupun khawatir dengan makanan yang ia makan. Hal ini
berawal ketika Ibu subjek melarang makan makanan yang didapat dari
orang yang tidak seagama terutama makanan dari orang-orang cina.
Perintah dari ibu subjek tersebut sangat melekat dipikiran subjek.
Subjek tidak akan memakan makanan dari orang yang tidak seagama
dengannya. Ini juga terbukti ketika subjek diajak oleh temannya ke
restoran yang menyediakan makanan chinesses. Subjek tidak memesan
makanan apapun ditempat tersebut untuk menghargai temannya ia
hanya memesan minum. Hal ini membuat subjek menjadi orang yang
pemilih terhadap orang yang akan menjadi temannya.
Subjek adalah orang yang memiliki keyakinan agama
Islam sejak lahir
Subjek mengikuti komunitas agama Islam sejak SMP,
berawal dari subjek diajak oleh saudaranya.
Subjek sangat mengorbankan apapun demi mengikuti
komunitas tersebut.
Subjek mulai tidak nyaman dengan orang-orang yang
tidak seagama dengannya.
Subjek juga menjadi orang pemilih dan terlalu selektif
dengan sesuatubarang atau makanan yang ditawarkan
oleh temannya, terutama dari temannya yang tidak
seagama denga subjek.
DINAMIKA PERILAKU
SUBJEK “I”
Fanatisme yang muncul pada subjek “I” yaitu pandangan
yang mendalam terhadap agama yang diyakininya.
Pandangan yang mendalam ini membuat perilaku yang
kadang tidak dapat difahami. Seperti salah satu perilaku
subjek yang mengorbankan tidak masuk sekolah demi
mengikuti pengajian atau kegiatan komunitas Islam yang
ada di luar kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goddard
(2001) bahwa aspek fanatisme berdasarkan beberapa hal
yaitu besarnya minat dan kecintaannya terhadap sesuatu.
Minat dan kecintaan ini muncul pada subjek dikarenakan
dukungan seluruh keluarganya dan intensitas waktu
bertemu dengan anggota komunitas Islam tersebut.
DINAMIKA PERILAKU
SUBJEK “I”
Subjek yang saya wawancari berisinial A, usianya 20 tahun, dan
subjek masih aktif menjadi mahasiswi di salah satu Perguruan
Tinggi Negeri di Kota Malang. Saya berniat untuk melakukan
wawancara, untuk mengetahui apakah subjek termasuk orang
yang fanatik terhadap kosmetik atau tidak, dan untuk mengetahui
alasan mengapa subjek bisa sampai menjadi fanatic terhadap
kosmetik. Dari hasil wawancara yang didapatkan, subjek tegolong
orang yang fanatic terhadap kosmetik. Dikarenakan pada saat
wawancara berlangsung subjek banyak menjelaskan mengenai
kosmetik-kosmetiknya. Subjek bercerita bahwa semasa SMA
subjek tidak pernah menggunakan kosmetik. Dikarenakan semasa
SMA subjek tinggal di asrama dan belum terlalu mengenal
kosmetik. Tetapi semenjak memasuki dunia perkuliahan subjek
mulai mengenal kosmetik. Subjek juga mengatakan bahwa awal
subjek menggunakan kosmetik Karena adanya beberapa dosen
yang menuntut subjek untuk menggunakan makeup saat kuliah.
Akirnya subjek mulai ber makeup saat pergi ke kampus.
Subjek menceritakan bahwa kedua orang tua subjek mendukung
subjek menggunakan make up, dan ibu subjek juga memberikan
subjek budget tertentu untuk membeli kosmetik disetiap
bulannya. Subjek juga sering menonton
Vlog
ger makeup, dimana
dari situlah subjek dapat mengetahui kosmetik apa saja yang harus
subjek miliki. Tetapi terkadang setelah membeli salah satu
kosmetik, subjek tidak menggunakannya, subjek hanya membeli
untuk mencoba-coba dan ketika nanti pada akhirnya subjek tidak
cocok maka kosmetiknya dianggurkan tidak dipakai begitu saja.
Walau begitu subjek tidak memiliki rasa menyesal setelah
membeli kosmetik yang pada akhirnya tidak dipakai karena
subjek tidak cocok. Sering kali subjek merasa sedih ketika subjek
ingin membeli beberapa kosmetik yang subjek inginkan kemudian
kosmetik itu tidak dapat subjek temukan.
Subjek mulai menyukai kosmetik sejak masuk dunia perkuliahan.
Subjek semakin menyukai kosmetik karena subjek sering melihat Vlogger makeup.
Subjek menggunakan kosmetik awalnya hanya karena sebuah kebutuhan, tetapi pada akhirnya menjadi keinginan subjek sendiri.
Subjek merasa lebih percaya diri dan merasa lebih cantik setelah bermake
up (Menggunakan Kosmetik)
Subjek juga mendapat tanggapan baik dari kedua orang tuanya mengenai
hobinya membeli kosmetik dan subjek yang saat ini selalu bermakeup kemanapun subjek pergi.
Subjek suka mengoleksi semua jenis kosmetik.
Subjek merasa sedih jika tidak dapat membeli kosmetik yang dia inginkan. Subjek rela menghabiskan banyak biaya untuk membeli kosmetik yang
subjek inginkan.
Subjek semakin percaya diri dengan tampil bermakeup karena lingkungan
sekitarnya selalu menanggapi subjek dengan baik.
Subjek kurang merasa percaya diri jika subjek pergi tanpa menggunakan
makeup.
Goddard (2001) mengemukakan bahwa fanatisme memiliki
empat aspek, yaitu (1) besarnya minat dan kecintaan pada satu
jenis kegiatan, (2) sikap individu maupun kelompok terhadap
kegiatan tersebut, (3) lamanya individu menekuni satu jenis
kegiatan tertentu dan, (4) motivasi yang datang dari keluarga
juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya.
Dari hasil wawancara menunjukkan empat aspek fanatisme
menurut Goddard (2001), yaitu aspek besarnya minat dan
kecintaan pada satu jenis kegiatan. Pada wawancara ini subjek
menunjukkan besarnya minat dan kecintaan subjek pada
kosmetikp. Subjek menunjukkan minat dan cintanya melalui
perilaku subjek yang merasa nyaman dan percaya diri jika
menggunakan kosmetik (bermake up). Subjek juga banyak
Aspek yang kedua yaitu, sikap individu maupun kelompok terhadap
kegiatan tersebut. Pada wawancara kali ini, subjek menunjukkan rasa senang yang berlebihan terhadap kosmetik. Dimana menurut orang lain terlihat sedikit berlebihan. Subjek merasa kosmetik adalah suatu hal yang harus dinomersatukan dalam daftar kebutuhan hidupnya. Subjek juga rela mengeluarkan budget yang banyak hanya untuk mendapatkan koleksi-koleksi kosmetik yang sedang trend. Aspek yang ketiga yaitu, lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Pada wawancara kali ini subjek menunjukkan berapa lama subjek menyukai kosmetik. Subjek menyukai kosmetik sejak lulus SMA hingga saat ini, kurang lebih selama 3 tahun hingga saat ini. Aspek yang terakhir yaitu, motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Pada wawancara kali ini subjek menjelaskan bahwa kedua orang tuanya memberi tanggapan yang baik mengenai kesukaannya ini. Kedua orang tuanya justru memberikan budget tertentu setiap bulannya untuk subjek agar subjek dapat membeli kosmetik yang subjek inginkan. Dan kedua orang tuanya juga sangat mendukung subjek untuk mengoleksi kosmetik dan menggunakan kosmetik setiap kali subjek pergi. Dan ibu subjek juga sering kali selalu membicarakan tentang kosmetik-kosmetik yang sedang trend dengan subjek.
Subjek yang telah saya wawancara adalah seorang
wanita yang berinisial F, berusia 25 tahun, dan saat
ini bekerja di Kota Malang. Ketika saya melakukan
wawancara, saya ingin mengetahui apakah subjek
merupakan orang yang fanatik, kapan subjek mulai
fanatik terhadap kpop, bagaimana sebenarnya
kefanatikan subjek, bagaimana ia bersikap jika ada
isu tentang idola mereka, dan bagaimana sebenarnya
ia memandang idolanya tersebut.
Saya telah melakukan wawancara dengan seorang fangirl dari fandom
bernama iKONIC. Fandom ini merupakan nama resmi untuk fans iKON, boyband asal Korea Selatan. Subjek merupakan anggota dari iKONIC Malang. Fanatisme subje pada boyband tersebut dapat dikatakan sangat tinggi tetapi dari sudut pandang orang awam, hal tersebut bisa dikatakan berlebihan. Boyband iKON adalah sebuah grup yang seluruh membernya adalah laki-laki dengan kisaran usia 18-22 tahun, berwajah tampan, postur tinggi dengan badan atletis dan memiliki kemampuan bernyanyi dan menari yang memadai.
Pada saat wawancara, subjek bercerita bahwa ia mulai menyukai kpop pada saat subjek masih duduk di bangku SMP. Awalnya, subjek hanya menyukai kpop karena subjek senang mendengar lagu-lagu mereka. Subjek merasa nyaman, subjek merasa senang, subjek merasa baikan ketika subjek mendengarkan lagu-lagunya. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, subjek menjadi semakin menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, subjek juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya. Hal tersebut membuat subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang.
Idol pertama yang subjek idolakan yaitu Super Junior. Subjek mengetahui
super junior dengan melihat music video super junior dengan lagu “sorry sorry” di youtube. Akan tetapi, ketika subjek mengenal mengenal member iKON pada tahun 2010 ketika menjadi trainee di agensi mereka, subjek mulai menyukai iKON. Akhirnya, subjek selalu mengikuti berita tentang iKON. Sekitar pada tahun 2014, subjek melihat sebuah acara dimana para member iKON menjadi salah satu bagian dalam acara tersebut, dimana acara tersebut adalah sebuah acara untuk menentukan siapa yang akan debut terlebih dahulu. Subjek mulai lebih tertarik dan lebih menyukai iKON karena usaha, kerja keras, dan kekompakan para member iKON pada acara tersebut, subjek sampai merasa bahwa “iKON is my life”, iKON adalah hidupnya.
Pada acara tersebut, iKON kalah dari grup boyband yang lain. Ketika
melihat hal tersebut, subjek merasa sedih, marah, dan hancur. Subjek merasa marah dengan pihak agensi dari iKON tersebut. Subjek sampai mengirimkan komentar kepada pihak agensi iKON dan bertanya “kenapa tidak dua-duanya yang debut? tolong debutkan mereka, please”. Hal tersebut mungkin biasa saja bagi subjek, tapi hal itu sangat berlebihan bagi orang awam
Kefanatikan subjek juga dilihat dari berapa banyak koleksi
lagu-lagu,
music video
,
merchandise,
dan kumpulan video yang
berhubungan dengan iKON tersebut. Baru-baru ini, subjek rela
pergi jauh-jauh ke Jakarta hanya demi menonton sang idola
tampil. Subjek rela mengeluarkan banyak uang demi
mendapatkan semua itu. Tidak hanya itu, subjek merasa bahwa
idola mereka tersebut adalah „suami‟ mereka yang tidak boleh
disentuh ataupun dipasang-pasangkan dengan perempuan
manapun. Menurut subjek, iKON adalah milik mereka dan
mereka tidak suka jika iKON menjadi milik orang lain.
Misalnya saja ketika subjek melihat iklan antara member iKON
dengan salah satu member dari
girlgrup
, subjek merasa marah,
kesal, dan sampai membenci idol
girlgrup
tersebut.
Subjek mulai menyukai kpop pada saat subjek masih duduk di bangku
SMP
Subjek menyukai kpop karena subjek senang mendengar lagu-lagu
mereka.
Subjek merasa nyaman, subjek merasa senang, subjek merasa baikan ketika subjek mendengarkan lagu-lagunya.
Subjek menjadi semakin menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, subjek juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya.
Subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang.
Ketika melihat idolanya sedih, subjek akan merasa sedih dan hancur.
Subjek rela mengeluarkan modal yang banyak hanya untuk memiliki
banyak koleksi lagu-lagu, music video, merchandise, dan kumpulan video yang berhubungan dengan idola. Serta, subjek juga rela mengeluarkan tenaga yang besar demi bertemu dengan idolanya.
Dari hasil wawancara menunjukkan tiga dari empat aspek fanatisme menurut Goddard (2001), yaitu aspek besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan, sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut, dan lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tersebut. Aspek yang pertama yaitu, besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Pada wawancara ini subjek menunjukkan besarnya minat dan kecintaan subjek pada kpop. Subjek menunjukkan minat dan cintanya melalui perilaku subjek yang merasa nyaman, dan merasa senang ketika mendengarkan lagu-lagu kpop, ia juga menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, tetapi juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya.
Aspek yang kedua yaitu, sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut. Pada wawancara kali ini, subjek menunjukkan perilaku yang berlebihan menurut orang awam. Subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang, subjek merasa sedih dan hancur ketika melihat idolanya sedih. Tidak hanya itu, subjek rela mengeluarkan modal yang banyak hanya untuk mendapatkan banyak koleksi lagu-lagu, music video,
merchandise, dan kumpulan video yang berhubungan dengan kpop. Serta, subjek juga rela mengeluarkan tenaga yang besar demi bertemu dengan idola kpop.
Aspek yang ketiga yaitu, lamanya individu
menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Pada
wawancara ini, subjek menunjukkan berapa
lamanya ia menyukai kpop. Subjek menyukai kpop
mulai dari duduk di bangku SMP hingga saat ini,
kurang lebih selama 10 tahun subjek menyukai
kpop.
Subjek menjadi fans sebuah klub sepakbola sejak duduk di
kelas 3 SMP. Alasan subjek menyukai klub tersebut adalah
adanya pemain idolanya yang bermain disana dan gaya
permainan yang berbeda dari klub lain.
Pada kelas 1 SMA, subjek bergabung ke dalam sebuah fans
klub yang membuat kecintaanya semakin besar pada klub
tersebut.
Wujud dari kecintaannya pada klub tersebut ditunjukkan
dengan pembelian jersey dan merchandise, menonton setiap
pertandingan dan mengikuti perkembangan berita terkini klub
tersebut. Seperti dalam kutipan wawancara
“10% hasil
penjualan dari jersey akan menjadi pemasukan klub”
FANATIK BOLA
Ketika ditanya masa depan klub tersebut, subjek sangat yakin ada
progress cemerlang dan saat ini tidak ada klub lain yang
menyaingi. Seperti dalam kutipan wawancara
“untuk saat ini saya
yakin madrid akan memiliki masa depan cerah. Untuk klub lain
saya rasa saat ini masih belum mampu seperti madrid”
Saat klub idolanya memenangkan suatu pertandingan, subjek
bangga dan merasa semangat untuk semakin mendukung klub
tersebut.
Berbeda ketika klub tersebut mengalami kekalahan, subjek
menungkapkan bahwa dia kecewa mengapa klub nya kalah dan
terkadang kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan sikap malas
untuk menjalani aktivitas sehari-hari, menyendiri dan mudah
marah.
Salah satu ciri fanatisme yaitu menganggap individu di
luar kelompoknya selalu salah tidak ditunjukkan oleh
subjek. Seperti dalam kutipan wawancara
“ya dengan fans
klub lain tidak pernah ada permusuhan, toh ya kita
sama-sama saling mendukung”
Interest
(Kesukaan)
Bergabung dalam
sebuah kelompok
(in group)
Antusiasme
Solidaritas
Ekspresi emosi
Perubahan
perilaku
Dari hasil asesmen yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa subjek memiliki
fanatisme yang tinggi terhadap klub bola. Hal tersebut dikarenakan subjek telah menyukai
dan mencintai klub bola tersebut hampir selama 5 tahun. Dengan alasan dia menyukai
klub tersebut ditambah lagi dengan dia bergabung dengan kelompok pecinta klub sama
membuat fanatismenya semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan aspek fanatisme yang
diungkapkan Goddard (2001) yaitu besarnya minat dan kesukaan, sikap pribadi dan
kelompok dan lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu.
Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman yang berlebihan,
kemudian yang membanggakan kelebihan yang ada pada diri dan kelompoknya dan
selanjutnya pada tingkatan tertentu berkembang menjadi rasa tidak suka (Adolf dalam
Sudharsono, 2008). Berbeda dengan subjek yang justru menunjukkan perubahan perilaku
ketika klub kesayangannya memenangkan pertandingan dengan ekspresi senang yang
berlebihan dan sebaliknya subjek justru menunjukkan rasa kecewa yang mendalam dengan
perilaku-perilaku yang telah dijelaskan di slide sebelumnya. Namun untuk tingkatan rasa
tidak suka terhadap kelompok fans klub yang lain, subjek tidak menunjukkan perilaku
tersebut.
Subjek seorang wanita berusia 19 thn, inisial AL
Subjek termasuk orang yang fanatik enime ini
dibuktikan dari hasil wawancara dimana subjek
fanatik anime dalam bentuk drama anime dalam
genre
romance
dan aktif mengikuti kegiatan
cosplay.
Subjek juga memiliki banyak koleksi anime di
laptopnya yang berjumlah > 80 drama anime, subjek
juga rutin mendownload dan memperbaharui anime
yang dimiliki serta update pada anime-anime
terbaru.
Subjek sudah menggemari anime sejak masih sd,
Subjek beranggapan bahwa drama anime memiliki
alur cerita yang menarik, tokoh yang tampan, dan
menghilangkan kebosanan, alasan itulah yang
membuat subjek bertahan menjasi fan anime selama
ini. Dalam menonton enime subjek juga sering kali
terbawa perasaan sedih, marah, malu dan bahagia
saat mengikuti alur cerita anime bahkan subjek
mencintai tokoh pria dalam anime-anime tersebut.
Dinamika Perilaku
Subjek merasa kegiatan yang dilakukan setiap harinya terasas membosankan, yang kemudian subjek menemukan minat terhadap anime yang memiliki alur yang menarik dan kemudian dari awalnya gemar menonton anime ini berkembang dengan subjek megikuti perkumpulan otaku (penyebutan untuk fans anime) dan mengikuti acara cosplay dimana hal ini mengindikasikan subjek seseorang yang fanatik terhadap anime karna sesuai dengan orientasi seseroang yang fanatik adalah berbuat sesuatu atau menempuh sesuatu atas hal yang dia gemari. Subjek juga merasa bahagia dan bangga saat mengikuti kegiatan-kegiatan bersama member otaku.
Keluarga subjek juga mendukung hobby subjek, motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang dalam bidang kegiatanya. ( Goddard, 2001 )
Subjek yang seorang wanita saat itu berminat terhadap genre anime romence, minat subjek terhadap anime mempengaruhi kriteria pasangan ideal subjek, fanatik terhadap anime ini juga menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial subjek seperti, prioritas kegiatan sehari-hari, dan kehidupan percintaan. Hal ini terkait dengan bahwa seorang fanatik akan bertingkah tidak rasional atau memiliki keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menerima akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. ( Goddard, 2001 ). Dalam hal ini yaitu subjek yang menganggap bahwa tokoh pria anime sebagai “manusia” yang sebenarnya dan “tampan” sehingga menjadikan beberapa tohoh pria anime sebagai kriteria pasangan secara fisik menurut subjek.