• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

SPESIFIKASI TEKNIS PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT

TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPONE SYSTEM (KTS)

Kelompok : A ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI YANG

TIDAK MENGGUNAKAN FREKUENSI RADIO

Nomor Urut : 6

NOMOR SURAT KEPUTUSAN : 61/DIRJEN/1999

TANGGAL DITETAPKAN : 29 MARET 1999

DITERBITKAN OLEH :

DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI JL. MEDAN MERDEKA BARAT N0.17

JAKARTA PUSAT 10110

Hak Cipta

DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

Dilarang merubah, menambah atau mengurangi isi dokumen ini dalam bentuk apapun, tanpa seijin tertulis dari penerbit.

(2)

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

JL. MEDAN MERDEKA BARAT 17

JAKARTA 10110 TEL : (021) 3838339 3838537 FAX : (021) 3860754 3860781 3844036

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 61/DIRJEN/1999

T E N T A N G

PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT

TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS)

DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan, perlindungan dan pengamanan penyelenggaraan telekomunikasi, alat/perangkat telekomunikasi diperlukan ketentuan pelaksanaan standar sebagai persyaratan teknis;

b. bahwa sehubungan pada butir a. di atas, maka perlu ditetapkan standar persyaratan teknis alat/perangkat telekomunikasi untuk pesawat key telephone system.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi;

2. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 37 Tahun 1991 tentang Perlindungan dan Pengamanan Penyelenggaraan Telekomunikasi;

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 8 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi;

4. Keputusan Presiden RI Nomor 362/M Tahun 1997 tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi; 5. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

Nomor : KM. 102/OT.001/MPPT-96 tentang Sertifikasi dan penandaan Alat dan/atau perangkat Pos dan Telekomunikasi;

(3)

6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 58/HUB-98 tentang tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Departemen Perhubungan;

7. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor : KM. 84/OT.001/MPPT-97 tentang Uraian Tugas Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;

8. Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor : 34/Dirjen/1995 tentang Ketentuan Pelaksanaan Sertifikasi dan Penandaan alat/Perangkat Telekomunikasi.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN

TELEKOMUNIKASI TENTANG PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS).

PERTAMA : Mengesahkan persyaratan teknis alat/perangkat

telekomunikasi untuk pesawat key telephone system (KTS) sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Memberlakukan standar persyaratan teknis alat/perangkat telekomunikasi sebagaimana tersebut dalam Diktum Pertama sebagai pedoman dalam melaksanakan sertifikasi pengujian alat/perangkat telekomunikasi di Indonesia.

KETIGA : Apabila setelah ditetapkannya keputusan ini ternyata dalam perkembangan teknologi pada persyaratan pesawat key telephone system (KTS) terdapat perubahan, maka keputusan ini dapat ditinjau kembali.

(4)

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 20 Mei 1999 a

DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI,

T T D SASMITO DIRDJO

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Perhubungan;

2. Sekjen Dephub; 3. Irjen Dephub;

4. Ka Badan Litbang Dephub;

5. Para Kadit dan Sekditjen di lingkungan Ditjen Postel; 6. Para Direksi Penyelenggara Telekomunikasi;

(5)

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

Nomor : 004/Dirjen/1999

Tanggal : 12 Januari 1999

PERANGKAT KEY TELEPHONE SYSTEM

(KTS)

DIREKTORAT BINA STANDAR POS DAN TELEKOMUNIKASI

DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

(6)

PERSYARATAN TEKNIS

PERANGKAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS)

1. UMUM 1.1. Judul

Perangkat Key Telephone system, disingkat KTS

1.2. Ruang Lingkup

Persyaratan teknis ini meliputi definisi, lambang, singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi, syarat bahan baku, syarat konstruksi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat keselamatan dan kesehatan, syarat penandaan serta cara pengernasan untuk pesawat Key Telephone System (KTS).

2. TEKNIS 2.1. Definisi

KTS adalah sistem switching di sisi pelanggan yang dalam operasinya dapat dihubungkan dengan PSTN dan menggunakan pesawat key phone sebagai perangkat terminalnya dapat dikatakan sebagai mini PABX.

2.2. Lambang

2.3. Singkatan

AC : Alternating current

dBm : Decibel relatifmiliwatt Co : Central Office = Sentral lokal

DC : Direct current

DP : Decadic Pulse

DTMF : Dual Tone Multi Frequency.

mA : Mili ampere

OREM : Overall Reference Equivalent Measurement S T K

(7)

PCB Printed Circuit Board

PPS : Pulse per second

PSTN : Public Switch Telephone Network

RLR Receive Loudness Rating

ROLR : Receive Objective Loudness Rating RRE : Receiving Reference Equivalent SIRE Side tone Reference Equivalent

SLJJ : Sambungan Langsung Jarak Jauh. SLR : Send Loudness Rating

SOLR Side tone Objective Loudness Rating

SRE Send Reference Equivalent

STMIR : Side Tone Masking Rating

TOLR : Transmit Objective Loudness rating

VAC : Volt AC

VDC : Volt DC

2.4. Istilah

• Utas Ekstermal : Sarana untuk membentuk

sambungan/hubungan eksternal.

• Utas Internal : Sarana untuk membentuk

sambungan/hubungan internal.

• CO line : Unit perangkat (antar muka) KTS

yang berhubungan dengan PSTN.

• First Digit Block : Pencegahan digit awal pada saat

pemilihan digit.

• Main equipment : Bagian utama dari KTS untuk

menjalankan fungsi utama (switching) KTS.

• On-hook Kondisi perangkat membentuk loop

arus searah terbuka dan siap menerima panggilan masuk.

• Off-hook : Kondisi perangkat membentuk loop

arus searah tertutup.

• Pesawat key phone : Pesawat telepon khusus yang

tersambung dengan saluran cabang KTS.

• Sambungan internal : Sambungan antar perangkat

terminal (key phone) dengan satu KTS.

• Sambungan ekstemal : Sambungan antar perangkat

terminal (key phone) KTS dengan mitranya di luar KTS.

(8)

• Sambungan tersamping

dan pemindahan : Sambungan yang memungkinkan suatu perangkat terminal dalam kondisi berhubungan dengan perangkat lain dapat melakukan hubungan dengan perangkat lainnya yang kemudian apabila perlu memindahkan hubungan tersebut ke perangkat terminal lain yang dimaksud.

• Saluran cabang : Saluran yang menghubungkan

perangkat terminal dengan KTS.

2.5. Spesifikasi 2.5.1. Fungsi

Harus mampu rnelaksanakan fungsi utama sebagai berikut :

2.5.1.1. Sambungan Internal 2.5.1.2. Sambungan eksternal

2.5.1.3. Sambungan tersamping (inquiry) dan pemindahan (transfer).

2.5.2. Catu daya

Harus dapat beroperasi menggunakan catu daya yang berlaku umum (110/220 V-ac; 50 Hz)

2.5.3. Signaling

2.5.3.1. Outgoing

KTS harus menyediakan fasilitas signalling DTMF untuk melakukan panggilan keluar (kearah PSTN). Karakteristik DTMF mengacu ke persyaratan mutu butir 2.9.5.2. Apabila perangkat menyediakan fasilitas DP, karakteristik DP mengacu ke persyaratan mutu butir 2.9.5.1.

2.5.3.2. Incoming

KTS harus mampu rnendeteksi karakteristik sinyal panggil masuk (bel) meliputi :

(9)

2.5.3.2.1. Tegangan : 60 Vac 2.5.3.2.2. Frekuensi : 25Hz.

2.5.3.2.3. Tahanan pengganti saluran 1500 Ω 2.5.3.2.4. Periode ring: ≤ 1 detik

2.5.4. Kapasitas utas ekstemal (CO line)

Harus menyediakan sirkit utas ekstemal (CO line) minimum 10% dari jumlah pesawat cabang.

2.5.5. Pembatas SLJJ

Dalam hal KTS memiliki fasilitas pembatas SLJJ, hanya diijinkan dengan sistem First Digit Block setelah pendudukan utas eksternal.

2.5.6. Indikasi

Harus memiliki indikasi sebagai berikut :

2.5.6.1. Pendudukan line : audible atau visual atau keduanya.

2.5.6.2. Panggilan internal berhasil :

2.5.6.2.1. Pemanggil : audible (ringing tone)

2.5.6.2.2. Yang dipanggil : audible atau visual atau keduanya.

2.5.6.2.3. Panggilan internal gagal : audible (busy tone)

2.6. Klasifikasi

Penggolongan KTS adalah dengan menyebutkan kapasitas utas eksternal dan utas internal.

2.7. Syarat Bahan Baku

Baik perangkat sisi sentral, perangkat sisi langganan maupun perangkat pengulang harus memenuhi persyaratan-persyaratan bahan baku sebagai berikut :

2.7.1. Perangkat terbuat dari bahan yang kuat dan ringan sesuai dengan iklim tropis, antara lain : bahan anti karat, tahan terhadap suhu dan kelembaban iklim tropis, detergen serta bahan-bahan kimia umum.

(10)

2.7.2. Komponen-komponen perangkat mempunyai kualitas tinggi solid state, khusus dirancang untuk perangkat telekomunikasi.

2.7.3. Papan Rangkaian Tercetak (PCB)

Papan rangkaian tercetak dibuat dari bahan “Phenol Fiber Copppercladsheet” atau bahan lain yang sama mutunya atau lebih baik. Sistem penyambungan pada terminal penyambungan mudah dilaksanakan dan mempunyai sifat kelistrikan yang baik.

2.8. Syarat Konstruksi

Baik perangkat sisi sentral, perangkat sisi langganan maupun pengulangan harus memenuhi persyaratan-persyaratan konstruksi sebagai berikut :

2.8.1. Bagian-bagian perangkat harus disusun dengan baik, rapi, serasi, disusun dalam bentuk kabinet yang kompak.

2.8.2. Perangkat terlindung dari kemungkinan masuknya benda-benda lain, serangga dan sebagainya; misalnya dengan cara menutup lubang-lubang dengan kasa.

2.8.3. Perangkat harus kedap terhadap air, dalam arti tahan rembesan untuk perangkat yang dirancang untuk dipasang di manhole, tahan semprotan untuk perangkat yang dirancang dipasang di atas tanah.

2.8.4. Perangkat harus tahan terhadap pengaruh panas (khusus untuk perangkat sisi langganan dan/atau perangkat pengulang).

2.8.5. Harus dilengkapi terminal-terminal penyambung seperlunya. 2.8.6. Perangkat harus mudah diinstalasi, dibongkar atau

diangkat-angkat.

2.9. Syarat Mutu

2.9.1. Tahanan isolasi (kebocoran)

Tahanan isolasi (kebocoran) CO line dalam keadaan on-hook diukur dengan tegangan 100 Vdc, sebagai berikut :

(11)

2.9.1.1. Antara kawat a dan b : ≥1 MΩ 2.9.1.2. Antara kawat a dan tanah : ≥1 MΩ 2.9.1.3. Antara kawat b dan tanah : ≥1 MΩ 2.9.2. Impedansi

2.9.2.1. Keadaan on-hook

Impedansi CO line untuk frekuensi 25 Hz, diukur dengan tegangan 70 Vac, minimal 4000 Ohm.

2.9.2.2. Keadaan Off-hook.

Impedansi Co line untuk arus searah (DC) maksimum 400 Ohm untuk frekuensi suara (300 – 3400 Hz), pengukuran dilakukan pada kondisi tegangan catu 48 Vdc, arus catu 20 mA dan penggenggaman CO line oleh pesawat cabang keyphone.

2.9.3. Kebocoran tegangan

Kebocoran tegangan dan catu daya KTS di CO line dalam keadaan on-hook dan off-hook, maksimum 1 Volt (AC/DC).

2.9.4. Return Loss

Return loss yang disebabkan oleh ketidaksamaan impedensi perangkat terhadap impedensi jaringan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Untuk frekuensi : 300 ~ 600 Hz ≥ 12 dB. Untuk frekuensi : 600 ~ 3400 Hz ≥ 15 dB.

Pendudukan dan penggenggaman CO line oleh pesawat cabang keyphone tanpa interferensi ear piece ke mouth piece atau keadaan mute on, tegangan catu CO line 48 Vdc, arus catu 20 mA, referensi impedensi 600 Ohm (resistif) dan level pengukuran -10 dBm dan 0 dBm.

2.9.5. Signaling

Dengan tegangan catu 48 Vdc dan arus catu 20 mA, output signalling CO line sebagai berikut :

2.9.5.1. DP

2.9.5.1.1. Kecepatan pulsa : 10 (± 1) pps. 2.9.5.1.2. Make ratio : 40 ±7%.

(12)

2.9.5.1.3. Waktu antar digit : 650 ~1300 ms. 2.9.5.1.4. Jumlah make pulse : 1 pulsa untuk

angka 1, 2 pulsa untuk angka 2, demikian selanjutnya 10 pulsa untuk angka 0.

2.9.5.2. DTMF

Frekuensi dengan toleransi ± 1,8% : 2.9.5.2.1. High Group Frequency

F1 : 1209 Hz (1187~ 1231 Hz) F2 : 1336 Hz (1312 ~ 1360 Hz) F3 : 1477 Hz (1450 ~1504 Hz) 2.9.5.2.2. Low Group Frequency :

F1 : 697 Hz (684 ~ 710 Hz) F2 : 770 Hz (756 ~ 784 Hz) F3 : 941 Hz (924 ~ 958 Hz) 2.9.5.2.3. Level

Power/level harus berada pada daerah -11 s/d -4 dBm untuk KTS yang levelnya tetap, sedangkan untuk yang levelnya dapat diprogram, harus dapat diprogram pada daerah -11 s/d -4 dBm.

2.9.5.2.4. Beda Level

Level kelompok frekuensi tinggi harus lebih besar 2 ± 1,5 dB dari level kelompok frekuensi rendah.

2.9.5.2.5. Panjang dan selang sinyal Panjang sinyal 40 ~ 500 ms. Selang antar sinyal 40 ~ 500 ms. 2.9.6. Redaman Bicara Silang

Redaman bicara silang eksternal-eksternal untuk frekuensi 1000 Hz atau 1026 Hz. minimal 65 dB.

2.9.7. Elektro Akustik

Persyaratan karakteristik elektro akustik perangkat key phone diukur di CO Iine, harus memenuhi salah satu spesifikasi yang tercantum dalam penjelasan persyaratan elektro akustik di akhir lampiran ini.

(13)

2.10. Cara Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh benda uji dilakukan secara random (acak) oleh instansi penguji dengan jumlah sampel minimal : 2 unit.

2.11. Cara Uji

Cara pengujian ditetapkan oleh Institusi Penguji yang disetujui oleh Direktorat Jenderal Pos dan telekomunikasi dan harus mampu memperlihatkan secara kualitatif dan kuantitatif bahwa benda uji memenuhi segala ketentuan dalam persyaratan teknis ini.

2.12. Syarat Lulus Uji

Hasil pengujian dinyatakan LULUS UJI, jika sernua benda uji memenuhi ketentuan seperti tercantum dalam persyaratan teknis ini. Jika benda uji dinyatakan TIDAK LULUS UJI, maka semua kelompok yang termasuk dalam benda uji dinyatakan juga tidak lulus.

2.13. Syarat Keselamatan dan Kesehatan

Perangkat KTS harus dirancang bangun sedemikian rupa sehingga pemakai terlindung dari gangguan listrik, magnetik maupun elektromagnetik sesuai standar World Health Organization (WHO).

2.14. Syarat Penandaan

Setiap terminal ditandai, memuat nama pabrik dan negara pembuat, merk, type dan nomor seri serta memenuhi ketentuan sertifikasi Direktorat Jenderal.

2.15. Cara Pengemasan

Ukuran pengemasan tergantung pabriknya, tetapi harus memperhatikan unsur estetika dan efisiensi ruangan.

(14)

PENJELASAN PERSYARATAN ELEKTRO AKUSTIK

1. Loudness rating I

1.a. SLR, RLRdan STMR.

Nilai yang dapat ditenma untuk SLR, RLR dan STMR adalah sebagai berikut:

1.a.1 SLR-0.4~ 8.1 (dB) 1.a.2 RLR -8.7~ -1.7(dB) 1.a.3 STMR 1 ~ 17 (dB) 1 .b. Sending sensitivity

Sensitifitas kirim berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 1

Gambar 1 : Koridor sensitifitas kirim

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 kHz 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 dB rel 1 V/Pa

(15)

1 .c. Receiving sensitivity

Sensitifitas kirim berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 2.

Gambar - 2 : Koridor sensitifitas terima

2. Loudness rating II (Austel Technical Standard) 2.a. SLR, RLR, dan STMR.

Nilai yang dapat diterima untuk SLR, RLR, adalah yang berada dalam batas sesuai Tabel - 1, sedangkan untuk STMR adalah Tabel – 2

Tabel – 1

SLR (dB) RLR (dB)

Line Length Line Length

Cable (mm)

Zero Average Limit Zero Average Limit

0.4 7 ± 4.5 7 ± 4.5 11 ± 4.5 -6 ± 4.5 -6 ± 4.5 -2 ± 4.5 0.64 7 ± 4.5 7 ± 4.5 11 ± 4.5 -6 ± 4.5 -6 ± 4.5 -2 ± 4.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 kHz 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 dB rel 1 V/Pa

(16)

Tabel – 2

STMR (dB) Line Length Cable (mm) Load (Ohm)

Zero Average Limit

0.4 600 5 6 8

0.64 600 5 5 4

Catatan

2.a. 1 Average panjang saluran (tembaga) 1,6 Km, diameter 0,4 mm atau 2,5 Km, diameter 0,64 mm.

2.a.2 Limit : panjang saluran (tembaga) 4,2 Km, diameter 0,4 mm atau 7 Km, diameter 0,64 mm.

2.b. Sending Frequency Response

Tanggapan frekuensi kirim untuk simulasi saluran panjang 1.6 kilometer dan diameter 0.4 milimeter, berada dalam koridor (mask)

sesuai Gambar 3.

Gambar - 3 : Koridor tanggapan frekuensi kirim

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kHz 0 5 10 15 20 25 30 35 40 dB rel 1 V/Pa

(17)

2.c. Receiving Frequency Response

Tanggapan frekuensi terima untuk simulasi saluran panjang 1.6 kilometer dan diameter 0.4 milimeter, berada dalam koridor (mask)

sesuai Gambar 4.

Gambar - 4: Koridor tanggapan fekuensi terima

3. OLR (Electronic Industries Association) 3.a. TOLR, ROLR dan SOLR

Nilai yang dapat diterima untuk TOLR, ROLR dan SOLR adalah yang berada dalam batas sesuai Tabel 3.

Tabel –3

LOLR ROLR SOLR Loop (kFr)

Min. Max. Min. Max. Min. Max.

0 -59 -41 +54 +38 0 30 -9 -56 -53 +54 +40 0 30 -15 -32 -49 +54 +43 0 30 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kHz 0 5 10 15 20 25 30 35 40 dB

(18)

3.b. Transmitting frequency response

Tanggapan frekuensi kirim untuk simulasi saluran panjang 0 kilofeet, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 5.

Gambar - 5 : Koridor tanggapan frekuensi kirim

3.c. Receiving frequency response

Tanggapan frekuensi terima untuk simulasi saluran panjang 0 kilofeet, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 6.

Gambar - 6 : Koridor tanggapan frekuensi terima

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 kHz -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 Level (dB relative to 1 kHz) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 kHz 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 Level(dB relative to 1 kHz)

(19)

4. OREM

4.a. RRE, SRE, dan SIRE

Nilai yang dapat diterima untuk RRE, SRE dan SIRE adalah yang berada di dalam batas sesuai Tabel - 4.

Tabel – 4 : Artificial Line (Km) RRE (dB) RRE (dB) SIRE (dB) 0 -3..+6 -5.5..+3 -5..+15 4 -3 .. +6 -5.5.. +3 -5.. +15 6 -3.. +6 -5.5.. +3 -5.. +15

4.b. Response Frequency Transmit

Tanggapan frekuensi kirim harus berada dalam batas sesuai Tabel 5

Tabel –5 : Frequency (Hz) Lower Limit (dB) Upper Limit (dB) 200 -17 +3 250 -13 +3 315 -10 +3 400 -5 +3 500 -4.5 +3 630 -4 +3 800 -3.5 +3 1000 -12 0 1250 -1.5 +5.5 1600 0 +9 2000 2.5 +12 2500 4 +15 3150 4 +15 4000 4 +12

(20)

4.c. Response Frequency Receive

Tanggapan frekuensi terima harus berada dalam batas sesuai Tabel 6. Tabel – 6 : Frequency (Hz) Lower Limit (dB) Upper Limit (dB) 200 -99 -7 250 -99 -3.5 315 -99 -1 400 -10 +3 500 -4 +3 630 -4 +3.5 800 -4 +3.8 1000 0 12 1250 -4 +4.3 1600 -4 +4.5 2000 -8 +4.8 2500 -9 +5 3150 -12 +5 4000 -99 +1.5 Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 29 Maret 1999a

DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI,

T T D SASMITO DIRDJO

Gambar

Gambar 1 : Koridor sensitifitas kirim
Gambar - 2 : Koridor sensitifitas terima
Gambar - 3 : Koridor tanggapan frekuensi kirim        0        1         2         3         4           5          6         7        8        9        10                                                              kHz 0510152025303540dB rel 1 V/Pa
Gambar - 4: Koridor tanggapan fekuensi terima
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan ekonomi makro (misalnya penggunaan kebijakan fiskal dan moneter) untuk menstabilkan ekonomi jangka panjang (atau untuk meredam siklus bisnis) yang disebut sebagai

Penelitian ini menggunakan instrumen split beam acoustic system (sistem akustik bim terbagi) yang merupakan salah satu generasi instrumen akustik terbaru untuk menentukan

Hasil penelitian Fadli et al., (2012) yang mengkaji komposisi ikan karang pada lokasi transplantasi karang di pulau Rubiah, kota Sabang, Aceh, menunjukkan bahwa famili ikan

Pada parameter amonia dapat diketahui bahwa secara keseluruhan stasiun pengamatan baik pada saat pasang tertinggi maupun surut terendah memiliki konsentrasi dan

Perairan Kecamatan Mantang masih berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk kegiatan KJA bila dibandingkan dengan hasil penelitian Noor (2009) yang mendapatkan luas

Kader Dasar adalah anggota yang telah mengikutu kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Cabang.. Kader Madya adalah

DAFTAR TABEL

Instrumen penelitian yang disebut valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang