• Tidak ada hasil yang ditemukan

morfologi jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "morfologi jagung"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Tanaman Jagung (

Biologi Tanaman Jagung ( Zea mays Zea maysL.)L.)

Tanaman jagung (

Tanaman jagung ( Zea  Zea maysmays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhanL.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan menurut Warisno (2007) adalah sebagai berikut :

menurut Warisno (2007) adalah sebagai berikut : Kingdom

Kingdom : : PlantaePlantae Divisio

Divisio : : SpermatophytaSpermatophyta Class

Class : : MonocotyledonaeMonocotyledonae Ordo

Ordo : : PoalesPoales Family

Family : : PoaceaePoaceae Genus

Genus : : ZeaZea

Species :

Species : Zea mays Zea mays L.L.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap  pertumbuhan

 pertumbuhan vegetatif vegetatif dan dan paruh paruh kedua kedua untuk untuk tahap tahap pertumbuhan pertumbuhan generatif.generatif. Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan  buah (Wirawan

 buah (Wirawan dandanWahab, 2007).Wahab, 2007).

Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam

(2)

tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat  pernapasan.

 pernapasan. Akar Akar jagung jagung termasuk termasuk dalam dalam akar akar serabut serabut yang yang dapat dapat mencapaimencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).

yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan  jumlah

 jumlah ruas ruas bervariasi bervariasi antara antara 10-40 10-40 ruas. ruas. Tanaman Tanaman jagung jagung umumnya umumnya tidaktidak  bercabang.

 bercabang. Panjang Panjang batang batang jagung jagung umumnya umumnya berkisar berkisar antara antara 60-300 60-300 cm,cm, tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Rukmana, 1997).

mengandung lignin (Rukmana, 1997).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara  pelepah

 pelepah dan dan helai helai daun daun terdapat terdapat ligula. ligula. Tulang Tulang daun daun sejajar sejajar dengan dengan ibu ibu tulangtulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan

(Wirawan dandanWahab, 2007).Wahab, 2007).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas  bunga

 bunga dari dari suku suku Poaceae, Poaceae, yang yang disebut disebut floret. floret. Bunga Bunga jantan jantan tumbuh tumbuh di di bagianbagian  puncak

 puncak tanaman, tanaman, berupa berupa karangan karangan bunga bunga (inflorescence). (inflorescence). Serbuk Serbuk sari sari berwarnaberwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh

(3)

menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga (Suprapto, 1999).

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung  pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21oC-30oC. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan  pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah

sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Warisno, 2007).

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang  basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o-50o LU hingga 0o

-40o  LS. Jagung bisa ditanam di daerah dataran rendah sampai di daerah  pegunungan yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1800 meter dari  permukaan laut. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 meter dari

(4)

Waktu fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (AAK, 1993).

Tanah

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman  jagung. Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol, tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah  berpasir (AAK, 2006).

Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah 5,5-7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang pH nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan pH (Warisno, 2007).

(5)

Penyakit-penyakit Penting pada Daun Tanaman Jagung

1. Penyakit Hawar Daun ( Leaf Blight) ( Helminthosporium maydis Nisik) Sistematika jamur penyebab penyakit hawar daun  Helminthosporium maydis Nisik diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Myceteae Divisio : Eumycota Class : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Family : Dematiaceae Genus : Helminthosporium

Species : Helminthosporium maydis Nisik (Dwidjoseputro, 1978).

Konidiofor terbentuk dalam kelompok, sering dari stomata yang datar,  berwarna coklat tua atau hitam. Konidiofor lurus atau lentur. Kadang-kadang

mempunyai bengkokan seperti lutut. Konidium jelas bengkok berbentuk seperti  perahu, mempunyai 5-11 sekat palsu dan kebanyakan mempunyai panjang

70-160 μm (Dwidjisepotro, 1978).

Konidia berbentuk curva yang meruncing ke ujung seperti perahu, stadia sempurnanya disebut Cochliobolus heterostrophus. Ukuran konidia 120-170 x 15-20 μm berwarna coklat pucat sampai coklat emas. Konidianya terbentuk dalam kelompok sering dari stomata yang datar. Konidia bisa terbawa angn atau  percikan air pada tanaman (Shurtleff, 1980).

(6)

Gambar 1. Jamur H. maydis Nisik, a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980)

Gejala serangan untuk H. maydis menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kelabu atau berwarna seperti jerami yang dapat meluas ke seluruh  permukaan daun. Ukuran bercak dapat mencapai 4 cm dengan lebar 0,6 cm. Sisi-sisinya lebih kurang sejajar dengan tulang daun utama. Jika terjadi infeksi yang  berat beberapa bercak dapat bersatu dan membentuk jaringan mati yang lebar.

Bercak terutama terdapat pada daun bawah (Semangun, 1993).

Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat (PangasaradanRahmawati, 2007).

a

(7)

Epidemiologi penyakit H. Maydis ini akan menjadi sangat berbahaya pada kondisi yang cukup hangat dengan suhu antara 20-320C. Musim panas yang  panjang dan cuaca antara hujan dan panas tidak sesuai untuk perkembangan  penyakit  H. maydis  ini. Pada kelembaban 97-98 % jamur dapat membentuk  banyak konidium (Shurtleff, 1980).

Gambar 2. Gejala serangan H. Maydis Sumber : Silitonga, dkk,(2007)

Pengendalian terhadap penyakit  H. Maydis dapat dilakukan dengan  pergiliran tanaman dilakukan guna menekan meluasnya jamur, pengendalian secara mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab, secara kimiawi dengan pestisida seperti Daconil 75 WP, Difolatan 4 F,  penanaman jagung dilakukan bila curah hujan rata-rata selama 10 hari kurang dari 55 mm. Menanam varietas tahan yaitu Arjuna, Antasena, Lamuru (Semangun, 1993).

(8)

2. Penyakit Hawar Daun ( Leaf Blight) ( Helminthosporium turcicum Pass.) Sistematika jamur penyebab penyakit hawar daun  Helminthosporium turcicumPass. diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Myceteae Divisio : Eumycota Class : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Family : Dematiaceae Genus : Helminthosporium

Species : Helminthosporium turcicumPass. (Dwidjoseputro, 1978).

 Helminthosporium turcicum  atau biasa disebut  Exserohilum turcicum. Konidium berbentuk lurus atau agak melengkung, jorong, halus, berukuran 300 x 7-9 μm dengan jumlah sekat 4-9 buah yang berwarna coklat jerami. Stadium sempurnanya disebut Trichometasphaeria turcica. Konidiumnya mempunyai hilum yang menonjol yang merupakan cirri khas dari genus  Exserohilum (Shurtleff, 1980).

(9)

Gambar 3. H. turcicumPass., a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980)

Konidium dipencarkan oleh angin. Di udara konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Wakman, 2004).

Penyakit hawar daun H. turcicum  dapat berkembang dengan baik pada suhu/temperature 18-270C dan banyak embun di tanaman untuk perkembangan  penyakit. Suhu yang kering atau panas akan menghambat perkembangan penyakit

(Shurtleff, 1980).

Gejala serangan H. turcicum, mula-mula menyebabkan terjadinya bercak- bercak kecil, jorong, hijau tua atau hijau kelabu kebasah-basahan yang kelak akan  berwarna coklat pada daun. Bercak mempunyai bentuk yang khas yaitu berbentuk kumparan atau perahu dengan lebar 1-2 cm dan panjang 5-10 cm. Beberapa

a  b

(10)

 bercak dapat bersatu yang dapat membunuh seluruh daun dan menimbulkan gejala seperti terbakar (Semangun, 1993).

Gambar 4. Gejala serangan H. turcicum Sumber : Silitonga, dkk,(2007)

Cara pengendalian yang biasa dilakukan untuk mengendaliakn  penyakit  H. turcicum dapat dilakukan dengan cara melakukan pergiliran tanaman, mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab sehingga dapat menekan meluasnya serangan penyakit ini, dan pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Daconil 75 WP, Difolan 4 f (Warisno, 2007).

(11)

3. Penyakit Bulai ( Downy mildew) ( P. maydis (Rac.) Shaw)

Menurut Dwijoseputro (1978) jamur penyebab penyakit ( P. maydis (Rac.) Shaw) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Myceteae Divisio : Eumycota Class : Oomycetes Ordo : Peronosprorales Family : Peronosporaceae Genus : Peronosclerospora

Species :Peronosclerospora maydis(Rac.) Shaw

Suku peronosporaceae mempunyai sporangiosfor yang berbeda jelas dari hifa yang biasa. Sporangiosfor mempunyai sumbu yang jelas, umumnya mempunyai percabangan. Sporangiosfor waktu permukaan berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit (Semangun, 2000).

Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Konidium yang masih muda berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat menjadi  jorong, konidium berukuran 12-19 x 10-23 μm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 μm.

Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah. Sporangiosfor pada sclerospora panjang dan bercabang-cabang dekat dengan ujung. Sporangium tumbuh pada ujung cabang-cabang. Peronosporaceae tidak menghasilkan sporangium terus menerus tetapi sekali saja. Sporangium boleh dikatakan seragam, semuanya serupa jeruk nipis (Dwidjoseputro, 1978).

(12)

Gambar 5. P. maydisRac. Shaw, a : sporangia, b : sporangiosfor Sumber : Shurtleff (1980)

P. maydis tidak dapat hidup secara saprofitik. Pertanaman di bekas  pertanaman yang terserang berat dapat sehat sama sekali. Jamur ini harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup. Jamur dapat terbawa ke dalam biji tanaman sakit, namun ini hanya terjadi pada biji yang masih muda dan basah pada  jenis jagung yang rentan (Karendan Ruhl, 2007).

Jamur menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata dan lentisel. Perkembangan jamur sangat baik pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, dan  pemupukan N yang berat. Spora disebarkan oleh angin pada cuaca kering.

Konidium berkecambah paling baik pada suhu 30oC (Pracaya, 1999).

Daun yang telah terinfeksi menjadi bergaris-garis putih sampai kekuningan. Pada tingkat akhir warna daun menjadi kecoklatan dan kering. Pertumbuhan menjadi terhambat, bila yang terserang tanaman jagung yang baru saja tumbuh pada umur 2-3 minggu setelah tanam biasanya daun menjadi

a

(13)

kerdil dan mati serta tidak bisa berbuah. Bagian bawah daun kelihatan ada tepung  putih yang berasal dari sisa konidia dan konidiofor. Bila umur tanaman sudah kira-kira satu bulan, walaupun sudah diserang oleh jamur, namun masih bisa tumbuh dan berbuah, hanya tongkolnya tidak bisa besar, kelobot tidak membungkus secara penuh pada tongkol. Ujung tongkol masih kelihatan, kadang-kadang bijinya tak penuh atau ompong (Pracaya, 1999).

Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah dan jarang terdapat di daerah-daerah yang lebih tinggi dari 900-1200 m dari permukaan laut. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah yang ditanam pada musim hujan dengan curah hujan lebih dari 100 mm/tahun. Infeksi hanya terjadi kalau ada air,  baik air embun, air hujan atau air gutasi. Infeksi juga ditentukan oleh umur

tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup tahan terhadap infeksi dan makin muda tanaman makin rentan (Pangarasa danRahmawati, 2007).

(14)

Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap penyakit bulai pada jagung adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan varietas tahan terhadap penyakit ini seperti Kalingga, Wijasa, Bromo, Parikesit, dan jagung hibrida.

2. Bila musim hujan datang, udara lembab, dan serangan bulai banyak maka tanaman yang terserang segera dicabut

3. Melakukan rotasi tanaman, dimaksudkan untuk memutus siklus hidup  penyakit

4. Pengobatan benih dengan menggunakan Ridomil 35 SD atau Saromyl 35 SD, untuk pertanaman digunakan Ridomil Gold 350 EC

5. Pemupukan bersamaan saat tanam juga dapat membantu mencegah serangan  penyakit. Tanaman akan tumbuh sehat dan kokoh sehingga mempunyai

kekuatan untuk menangkal penyakit (Semangun, 1993).

4. Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghiSchw.)

Sistematika jamur Puccinia sorghi Schw. menurut Dwidjoseputro (1978) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Myceteae Divisio : Eumycota Class : Basidiomycetes Ordo : Uredinales Family : Pucciniaceae Genus : Puccinia

(15)

Urediospora berbentuk bulat atau jorong, 24-29 μm x 22-29 µm,  berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus. Teliospora jorong, berbentuk tabung atau gada. Aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24 µm,  berdinding hialin (Semangun, 1993).

Gambar 7. P. sorghiSchw., a : urediospora, b : teliospora Sumber : Shurtleff (1980)

P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang-kadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun (PangasaradanRahmawati, 2007).

Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. P. sorghi mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora yang

a  b

(16)

dibantu oleh tiupan angin dan tetap dapat hidup karena sporanya kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal (Semangun, 1993).

Penyakit dapat berkembang pada suhu 16oC-23oC. Urediospora terdapat di udara paling banyak pada waktu siang, tengah hari, dan setelah tengah hari. Infeksi terjadi melalui mulut kulit, yang umumnya dengan pembentukan apresorium (Semangun, 1993).

P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang-kadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit

karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun

(PangasaradanRahmawati, 2007).

Tanaman jagung yang terserang jamur ini memperlihatkan gejala bercak kuning kemerahan (seperti karat) pada daun, bunga, dan kelobot buah. Jika serangan berat maka tanaman dapat mengalami kematian (Tjahjadi, 2005).

(17)

Gambar 8. Gejala seranganPuccinia sorghi Sumber :Warisno (2007)

Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan mengatur kelembaban pada areal tanam, menanam varietas unggul atau varietas tahan terhadap penyakit, melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung, secara kimiawi dengan menggunakan pestisida seperti Daconil 75 WP, Difolatan 4 (PangasaradanRahmawati, 2007).

Pengaruh Pemberian Pupuk N Terhadap Tanaman Jagung

Tanaman jagung agar bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal, maka  perlu diberi pupuk secukupnya. Manfaat pupuk unsur Nitrogen (N) untuk tanaman  jagung ini adalah :

a. Unsur hara N merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan  produksi

 b. Tanaman jagung yang masih muda lebih banyak menyerap N dalam bentuk amonium dan setelah tua menyerap nitrat

c. Unsur hara N diperlukan dari mulai tanaman muda sampai tanaman tua d. Untuk jagung hibrida pupuk N yang dianjurkan adalah pupuk urea (Warisno, 2007).

(18)

Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan atau pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan bahkan mengundang hama dan  penyakit (Sutejo, 1995).

Kesehatan tanaman secara langsung berhubungan dengan serangan hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama dan penyakit, sebaliknya pemupukan yang berlebihan juga akan memudahkan tanaman terserang hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang berlebihan memberikan daya tarik bagi hama dan mendorong populasi hama berkembang lebih besar, pertumbuhan tanaman akan berlebihan tetapi rapuh terhadap serangan hama (Sutanto, 2002).

Pupuk itu harus disesuaikan dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Pemupukan dengan pupuk N dilakukan 3 kali, yaitu yang pertama pada saat  penanaman benih sebagai persediaan makanan di dalam tanah setelah  berkecambah, yang kedua setelah tanaman kira-kira berumur 1 bulan dengan tujuan memacu pertumbuhan tanaman, dan yang ketiga dilakukan setelah tanaman  berumur kira-kira 2 bulan, terutama ditujukan untuk pengisian biji (AAK, 2006).

Tanaman jagung mengambil N sepanjang hidupnya. Karena nitrogen dalam tanah sudah tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat dianjurkan. Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai  pematangan biji, sehingga tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus

(19)

 Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga  bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat. Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai  proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Anonimus, 2009).

Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses  pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat nitrogen tampak kecil, kering, tidak sukulen, dan sudut terhadap batang sangat runcing. Urea termasuk pupuk nitrogen yang higroskopis. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Urea mudah larut dalam air dan jika diberikan ke tanah maka mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Pemberian urea pada tanah bias

(20)

dilakukan 2-3 kali lebih efisien dengan dosis yang tidak terlalu tinggi karena  jika demikian akan mengakibatkan daun akan terbakar (Anonimus, 2009).

Gambar

Gambar 1. Jamur H. maydis Nisik, a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980)
Gambar 2. Gejala serangan H. Maydis Sumber : Silitonga, dkk, (2007)
Gambar 3. H.  turcicum Pass., a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980)
Gambar 4. Gejala serangan H. turcicum Sumber : Silitonga, dkk, (2007)
+5

Referensi

Dokumen terkait

luas daun, hal ini diduga akibat pupuk urea mengandung unsur hara Nitrogen yang sangat penting dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman, hal ini sesuai dengan literatur Damanik,

Ditambahkan oleh (Anonymous, 2008e), unsur nitrogen yang baik untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yang telah diaplikasikan dengan baik dan telah berpengaruh dengan

Pupuk kandang sapi mempunyai unsur hara yang lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro seperti.. nitrogen, fosfor serta kalium

Nitrogen merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman karena 16-18% protein terdiri dari nitrogen dan dalam pertumbuhan masa vegetatif

Nitrogen, posfor, dan kalium merupakan unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman dimana nitrogen berperan dalam memacu aktifitas klorofil daun dan

Pemberian pupuk anorganik mampu memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sawi sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman baik jumlah daun, tinggi tanaman, dan luas daun

unsur hara makro bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun (Sutedjo, 2002), fosfor (P)

Dimana pada pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah membutuhkan unsur hara untuk melangsungkan proses pertumbuhan, sumbangan unsur hara atau peran dari pupuk kandang sapi diperlukan