BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1 Sejarah Garuda Indonesia
Jejak Garuda Indonesia mulai terlihat sekitar akhir tahun 1940an, dimana pada saat itu rakyat Indonesia sedang berjuang melawan penjajahan Belanda untuk memperoleh kemerdekaan. Dengan semangat perjuangan inilah rakyat Aceh memberikan kontribusi dalam membeli pesawat terbang DC-3 senilai 120.000 dolar Malaysia atau sama dengan 20 kilogram emas. Pesawat terbang DC-3 ini diharapkan dapat membantu rakyat Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Pada tanggal 26 Januari 1949 yang juga merupakan tanggal lahirnya Garuda Indonesia, lahirlah perusahaan penerbangan pertama milik Indonesia dengan nama “Indonesian Airways”. DC-3 Seulawah merupakan armada pertama Indonesia Airways dengan registrasi RI-001 yang berarti gunung emas untuk pertama kalinya melakukan penerbangan dengan jalur penerbangan Jakarta – Seulawah.
Indonesian Airways kemudian berubah nama menjadi NV Garuda Indonesia Airways setelah menjalin kerjasama dengan perusahaan penerbangan Belanda, KLM, pada tanggal 31 Maret 1950. Pada akhir tahun 1950, armada yang dimiliki oleh NV Garuda Indonesia Airways bertambah menjadi dari “22 pesawat DC-3/C-47, delapan pesawat PBY-Catalina Amphibi, dan delapan Covair 240s”. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada tahun 1953 jumlah pesawat Garuda kembali bertambah hingga 46 pesawat (Convair 340s bertambah delapan buah dan De Havilland Heronswere bertambah 14 buah).
Pada tahun 1956 Garuda berhasil melayani penerbangan internasional untuk pertama kali dengan tujuan penerbangan mengantar jemaah haji ke Mekah. Tahun 1960-an Garuda mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan dibukanya jalur menuju bandara internasional Kai Tak di Hong Kong. Pada tahun 1965 Garuda memiliki pesawat jet DC-8 yang digunakan untuk jalur penerbangan ke bandara Schiphol di
Haarlemmeer, Belanda, Eropa. Pada tahun yang sama pula saham Garuda akhirnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia sehingga statusnya berubah menjadi Perusahaan Negara (PN).
Garuda pada tahun 1970-an memiliki 24 pesawat DC-9 dan 36 pesawat jet kecil F28 untuk melayani jalur penerbangan domestik. Garuda juga merupakan operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat F28. Pada tahun 1975, status perusahaan diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Pesawat DC-10-pun dimiliki pada tahun 1969 untuk memperkuat jajaran armadanya yang disusul dengan 6 Boeing 747-200 pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 1983, Garuda menambah pesawat Airbus A300 yang disusul dengan A300-600, B737-300, MD11, dan B737-400 pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an.
1.2 Lingkup Bidang Usaha
Lingkup bidang usaha Garuda Indonesia adalah pelayanan jasa pengangkutan udara yang meliputi:
Penerbangan berjadwal untuk penumpang komersial, kargo, dan surat domestik dan internasional.
Penerbangan tidak berjadwal untuk penumpang komersial dan kargo domestik dan internasional.
Perbaikan dan perawatan pesawat, milik Garuda maupun perusahaan penerbangan lainnya, dan menyediakan fasilitas pendukung
Dukungan pelayanan yang berhubungan dengan operasi penerbangan Pelayanan sistem informasi terkait dengan operasi penerbangan
Konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang berhubungan dengan penerbangan Pelayanan kesehatan untuk karyawan perusahaan
1.2.1 Penerbangan Domestik Berjadwal
Jalur penerbangan domestik yang dilalui adalah 23 kota tujuan, dengan 21 kota tujuan dilayani Garuda Indonesia dan 8 kota tujuan yang dilayani oleh Citilink.
Kota tujuan Garuda Indonesia:
Banda Aceh, Ampenan, Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Mataram, Makasar, Manado, Biak, Jayapura, dan Timika
Kota tujuan Citilink:
Bandung, Ampenan, Batam, Balikapapan, Medan, Pekanbaru, Suarabaya, dan Tarakan
1.2.2 Penerbangan Berjadwal Internasional
Jalur penerbangan yang dimiliki oleh Garuda Indonesia adalah 22 kota tujuan, yaitu: Asia: Bangkok, Hong Kong, Kuala Lumpur, Singapura, Seoul,
Shanghai, Ghuangzhou, Beijing, dan Ho Chi Minh City Japan: Tokyo, Nagoya, dan Osaka
South West Pasific: Auckland, Adelaide, Brisbane, Melbourne, Perth, dan Sydney Middle East: Jeddah, Dhahran, dan Riyadh (Gambar 1.1)
Gambar 1.1 Penerbangan Berjadwal Internasional
Pada jalur penerbangan internasional, Garuda Indonesia menggunakan sistem Joint Service Passenger, dimana sistem ini bekerjasama dengan perusahaan penerbangan internasional lainnya dalam hal pelayanan transfer penumpang antar maskpai penerbangan. Adapun kerjasama Joint Service Passenger yang dijalin oleh Garuda Indonesia dengan maskapai lain adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Joint Service Passenger Garuda Indonesia
Partner Date
Started Details
Silk Air June 1997
Soft block
Silk Air as an operating airline on Singapore – Balikpapan VV
China Airline Aug 1995
Soft block
China Airline as an operating airline on Jakarta – Taipei – Jakarta VV China Southern Airline Dec 2001 Soft block
China Southern Airline as an operating airline on Guangzhou – Jakarta VV
Korean Air Aug 2000
Soft block
Korean Air as an operating airline on Seoul – Jakarta Garuda Indonesia an operating airline on Denpasar - Seoul
VV Malaysian Airline System Feb 2000 Soft block
Malaysian Airline System as an operating airline on Kuala Lumpur – Jakarta/Denpasar/Surabaya/Medan/Padang VV
Medan – Penang VV
Kuala Lumpur – Kinabalu – Manado VV Kuching – Pontianak VV
Kuala Lumpur – Frankfurt/London/Manchester/Paris VV
Garuda Indonesia as an operating airline on
Denpasar – Darwin VV Philippine Airline Feb 2001 Soft block
Philippine Airline as an operating airline on Manila – Jakarta VV Qatar Airways Mar 2003 Soft block
Qatar Airways as an operating airline on Doha – Jakarta VV Singapore – Doha VV
Garuda Indonesia as an operating airline on Jakarta – Singapore VV
Sumber: Garuda Indonesia 2006
1.2.3 Penerbangan tidak berjadwal
Pelayanan penerbangan tidak berjadwal yang paling sering dilakukan Garuda Indonesia adalah melayani penerbangan jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang dilayani oleh Garuda Indonesia dari tahun 1995-2006 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.2 Penerbangan Jemaah Haji Garuda Indonesia
Year Pilgrim
Flight Group
Total
A/C Type A/C
1995 198,851 454 23 13 B-747, 6 MD-11, 4 DC-10 1996 193,194 461 23 11 B-747, 6 MD-11, 6 DC-10 1997 199,680 474 24 11 B-747, 4 MD-11, 2 B-767, 7 DC-10 1998 199,729 455 25 16 B-747, 6 MD-11, 3 B-767 1999 43,671 118 7 3 B-747, 4 B-767 2000 111,730 293 14 4 B-747, 6 B-767, 4 MD-11 2001 112,212 302 15 3 B-747, 5 B-767, 2 A-330, 2 A-340, 3 MD-11 2002 107,478 304 15 2 A-330, 4 B-747, 9 B-767 2003 105,125 294 15 3 B-742, 9 B-767, 2 A-330, 1 B-744 2004 109,508 298 17 4 B-747, 9 B-767, 4 A-330 2005 105,333 280 14 3 A-330, 5 B-737, 6 B-767 2006 103,919 275 13 4 B-747, 4 B-767, 5 A-330
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 1999 yang dikarenakan adanya kerjasama dengan maskapai penerbangan Saudi Arabia (Saudi Air) dalam penyelenggaraan penerbangan jamaah haji. Tetapi seiring dengan adanya perubahan regulasi pada pengangkutan jemaah haji Indonesia, maka jumlah jemaah haji yang dilayani mengalami peningkatan pada tahun 2000 dan seterusnya.
1.2.4 Kargo
Unit Usaha Garuda Cargo (SBU Cargo Center) adalah unit usaha strategis yang mengelola kegiatan Cargo Transportation Services serta kegiatan-kegiatan kargo udara baik domestik maupun internasional. Servis dan fasilitasnya meliputi:
a. Closed Circuit Television (CCTV), sebagai alat monitor untuk meningkatkan keamanan barang atau kargo yang diangkut melalui gudang Garuda.
b. X-ray, sebagai security screening untuk keselamatan gudang kargo Garuda.
c. IOSA Certification atau IATA Operational Safety Audit, merupakan standar aspek audit keselamatan penerbangan dan mendapat pengakuan dari ICAO, FAA, dan lembaga internasional lainnya yang berkepentingan dengan keselamatan penerbangan.
d. Carega (Cargo Automation & Reservation System Garuda), merupakan sistem yang terintegrasi, mulai dari reservation, acceptance, movement, manifesting, outgoing, incoming, marketing, dan accounting.
e. CCS (Cargo Community System), merupakan software yang khusus digunakan oleh agen-agen kargo, diharapkan dengan CCS ini semua informasi dan data kargo yang akan dikirimkan lebih cepat, lebih realtime karena semua proses input data dapat dilakukan melalui kantor masing-masing.
f. Cargo-COPS (Cargo-Claim Online Process System), merupakan program yang memberi kemudahan dan kecepatan penyelesaian klaim bagi pelanggan dan membantu bagi airlines dalam mengambil keputusan yang cepat, tepat, dan akurat maupun terhadap pihak
“claimant” dalam hal kecepatan dan kepastian jawaban atas klaim yang diajukan.
1.2.5 Perbaikan dan perawatan pesawat
Pelayanan perbaikan dan perawatan pesawat untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga ini tidak dikelola langsung oleh Garuda Indonesia melainkan dikelola oleh anak perusahaan dari Garuda Indonesia yaitu PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia yang bertempat di bandara Soekarno-Hatta.
1.2.6 Dukungan Pelayanan yang Berhubungan dengan Operasi Penerbangan
PT. Gapura Angkasa merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia yang menangani dalam hal ground handling.
Aerowisata memegang peran sebagai penyedia jasa pendukung bagi induk perusahaannya, Garuda Indonesia. Namun, situasi industri keramahtamahan yang dinamis telah menciptakan berbagai kesempatan bagi perkembangan bisnis.
Sebagai hasilnya, Aerowisata berhasil tumbuh, hingga kini menjadi penyedia layanan terintegrasi yang mencakup manajemen hotel dan resor, jasa boga, biro perjalanan, perwakilan perusahaan penerbangan, kargo dan jasa transportasi darat. Unit bisnis ini tersebar di beberapa kota – dari Medan hingga Balikpapan, dari Sydney hingga Tokyo, menjadikan Aerowisata sebagai salah satu pemain utama dalam industri keramahtamahan Indonesia.
Adapun yang termasuk dalam group PT. Aerowisata adalah: PT. Angkasa Citra Sarana Catering Service (100%) PT. BPW Satriavi Tours & Travel (100%)
PT. Aero Jasa Perkasa Cargo (100%) PT. Bina Inti Dinamika (65%)
PT. Mandira Erajasa Wahana (100%) PT. Mertasari Hotel Development (100%) PT. Senggigi Pratama Internacional (100%) Garuda Orient Holiday Pty Ltd (100%)
1.2.7 Pelayanan Sistem Informasi
1.2.7.1 PT Abacus Distribution System Indonesia
Abacus Distribution System Indonesia merupakan perusahaan patungan antara Garuda Indonesia dengan Abacus International, mulai beroperasi Maret 1995 dan menjadi satu-satunya CRS terbesar saat itu yang beroperasi di Indonesia. Beroperasi awal dengan lima travel agent sebagai pilot project, kini dari 2.500 biro perjalanan wisata anggota ASITA (Association of Indonesian Travel Agencies), 85 persen menggunakan jasa Abacus yang dipimpin Iwan Susilo.
Dalam kantor pusat di Wisma Kyoei Prince di lantai 20, selain memberi informasi dan data lainnya, Abacus juga memberi pendidikan dan pelatihan kepada para anggotanya, yaitu salah satu kelebihan lainnya yang diberikan. Dan seiring dengan berkembangnya pasar dan meningkatnya pelanggan di Indonesia, perusahaan ini membuka kantor perwakilannya di Surabaya, serta segera akan menyusul kantor perwakilan keduanya di Medan.
1.2.7.2 PT. Lufthansa System Indonesia
PT. Lufthansa System Indonesia menawarkan jasa IT provider dan IT solution secara komprehensif, fleksibel dan terintegrasi dengan tingkat teknologi informasi yang paling mutakhir, termasuk pula sistem perawatan dan pelatihan SDM.
PT. Lufthansa System Indonesia fokus dalam melaksanakan penggarapan pasar di kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah, mengingat pertumbuhan perusahaan-perusahaan penerbangan tingkat menengah dan kecil di kedua kawasan tersebut cukup signifikan dan sangat cepat, termasuk di Indonesia.
1.2.8 Konsultasi, Pendidikan, dan Pelatihan
SBU Garuda Indonesia Training Center adalah pengelola dari layanan konsultasi, pendidikan, dan pelatihan di bidang penerbangan dan non penerbangan baik untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Pelayanan yang diberikan antara lain:
Flight simulator untuk pesawat F-28, A-330, DC-9, DC-10, B 747-200, MD-11, B 737-300/400
Model mock-up pesawat berbadan lebar dan sempit dimana didalamnya termasuk luncuran darurat atau escape sliding dan kolam renang untuk latihan prosedur darurat
Fasilitas latihan pengoperasian pintu berbadan sempit dan lebar Simulasi pemeliharaan pesawat
Fasilitas latihan prosedur kokpit
Akomodasi penginapan untuk para siswa
1.2.9 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga ini tidak dikelola langsung oleh Garuda Indonesia melainkan dikelola oleh SBU dari Garuda Indonesia yaitu Garuda Medical Center. Pelayanan yang diberikan oleh Garuda Medical Center adalah sebagai berikut:
Aviation Health Medical Check up General Family Health Dental Service
ICU
Physiotherapy Pharmacy
Diagnostic support facilities (laboratories, radiology, USG, audiometric, tympanometri, spirometri, treadmill, medical eyes).
1.3 Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan
Sebagai perusahaan BUMN, Garuda mengemban misi BUMN dan bisnis. Misi Garuda Indonesia sebagai salah satu BUMN dan Visi Garuda Indonesia untuk melangkah jauh depan adalah sebagai berikut:
Visi: Menjadi maskapai penerbangan berkelas internasional dan terkemuka melalui penyediaan jasa penerbangan yang berkualitas kepada penumpang domestik dan internasional dengan keramahtamahan Indonesia.
Misi: Sebagai flag carrier yang berperan untuk mempromosikan Indonesia ke negara-negara lain di dunia serta membantu perkembangan ekonomi nasional dengan menyediakan layanan penerbangan secara professional dan menguntungkan.
Tujuan penetapan misi dan visi adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi, faktor keselamatan penerbangan dan terjaminnya keselamatan kekayaan negara.
Sasaran yang hendak dicapai ialah untuk mempertahankan posisi market leader yang tangguh pada pasar domestik dan dapat mencapai status perusahaan penerbangan berbintang 5 pada pasar internasional untuk mewakili Indonesia sebagai flag carrier.
Strategi: Dengan berdasarkan waktu, rencana strategi Garuda Indonesia saat ini dibagi menjadi tiga langkah yaitu Survival, Turnaround, dan Growth, dimana dalam tiap-tiap langkah terdiri dari item-item yang menjadi pusat perhatian. Rencana strategis memiliki tujuan akhir yaitu siap untuk IPO/Privatisasi.
Ready For IPO/ Privatization
2006 Consolidation 2007 Rehabilitation 2008
Service & Efficiency
2009
Competitiveness 2010+
Expansion & Improvement
Sur viva l Tur nar o und Gr o wth Siap Untuk IPO/ Privatisasi 2006 Konsolidasi 2007 Rehabilitasi 2008
Perlayanan & Efisiensi
2009 Daya saing 2010+
Ekspansi & Perbaikan
Sur viva l Tur nar o und Gr o wth
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Mengurangi Arus Kas negatif
Penataan Rute
SBU Citilink menjadi Anak Perusahaan
Persetujuan Strategic Partnership
Suntikan Modal disetujui Pemerintah
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Program Change Management
Perbaikan Operasional and Layanan
Implementasi Strategic Partnership
Divestasi Anak Persh / Korporatisasi SBU / Wujudkan JV
Arus Kas Positif / Penguatan Basis Modal
Ready For IPO/ Privatization
2006 Consolidation 2007 Rehabilitation 2008
Service & Efficiency
2009
Competitiveness 2010+
Expansion & Improvement
Sur viva l Tur nar o und Gr o wth Siap Untuk IPO/ Privatisasi 2006 Konsolidasi 2007 Rehabilitasi 2008
Perlayanan & Efisiensi
2009 Daya saing 2010+
Ekspansi & Perbaikan
Sur viva l Tur nar o und Gr o wth
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Mengurangi Arus Kas negatif
Penataan Rute
SBU Citilink menjadi Anak Perusahaan
Persetujuan Strategic Partnership
Suntikan Modal disetujui Pemerintah
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Program Change Management
Perbaikan Operasional and Layanan
Implementasi Strategic Partnership
Divestasi Anak Persh / Korporatisasi SBU / Wujudkan JV
Arus Kas Positif / Penguatan Basis Modal
Gambar 1.2 Rencana Strategis Garuda Indonesia
Sumber: Garuda Indonesia 2006
Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa strategi survival yang meliputi konsolidasi dan rehabilitasi dilaksanakan pada tahun 2006-2007. Strategi turnaround dilaksanakan pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2010 direncanakan untuk pelaksanaan strategi growth yang meliputi ekspansi dan perbaikan. Sementara itu cita-cita privatisasi Garuda Indonesia direncanakan setelah tahun 2010
1.4 Struktur Organisasi
Organisasi perusahaan meliputi Board of Executive Member yang mengelola kelompok usaha, yang terdiri atas Perusahaan dan tiga buah anak perusahaan. Perusahaan memiliki tiga Strategic Business Unit (SBU) yaitu:
Garuda Aviation Training & Education, Garuda Sentra Medika, dan
Garuda Cargo.
Anak perusahaan yang dimiliki adalah : PT Aerowisata,
PT Abacus Distribution System Indonesia, dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia PT. Lufthansa System Indonesia
STRUKTUR ORGANISASI PT. GARUDA INDONESIA
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Garuda Indonesia
Sumber: Garuda Indonesia 2006
1.5 Sumber Daya
Garuda Indonesia memiliki sumber daya berupa sumber daya manusia, teknologi, dan finansial.
1.5.1 Sumber Daya Manusia
Garuda Indonesia memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari Board of Commissioners, Board of Management, dan para personil lainnya (pilot, kru kabin, engineering, dan lain sebagainya).
Board of Commissioners PT. Garuda Indonesia adalah: Abdulgani (Chairman)
Bambang Wahyudi (Members) Aries Muftie (Members) Slamet Riyanto (Members)
Board of Management dari PT. Garuda Indonesia adalah:
Emirsyah Satar (Presiden & CEO)
Sunarko Kuntjoro (EVP Engineering, Maintenance & Information System)
Agus Priyanto (EVP Sales & Marketing) Arya R. Suryono (EVP Services)
Achirina (EVP Business Support & Corporate Affairs) Capt. Ari Sapari (EVP Operations)
Alex M.T. Maneklaran (EVP Finance)
Adapun jumlah personil Garuda Indonesia (berdasarkan data Juli 2005):
Tabel 1.4 Komposisi Personil Garuda Indonesia
Pilot & Copilot 629
Flight Engineer 66
Cabin Crew 2.174
Sales & Promotion 822
Airport Handling 460
Maintenance & Engineering 77
All other Personnel 1.503
Strategic Business Unit:
Garuda Aviation Training 126
Garuda Cargo 388
Garuda Medical Center 87
Citilink 85
Total 6.424
Sumber: Garuda Indonesia
1.5.2 Sumber Daya Teknologi
Sumber daya teknologi yang dimiliki oleh maskapai Garuda Indonesia dapat dibilang memiliki pesawat-pesawat paling canggih dan baik diantara kompetitor Garuda Indonesia di dalam negeri. Pesawat-pesawat milik Garuda Indonesia berasal dari Boeing buatan Amerika Serikat dan Airbus buatan Eropa.
Tabel 1.5 Komposisi Armada Pesawat Garuda Indonesia
No Tipe Pesawat Jumlah Total Kapasitas Tempat Duduk
1 Boeing 747-400 3 405 2 Airbus 330-300 6 293 3 Boeing 737-800 NG 2 180 4 Boeing 737-400 19 124 5 Boeing 737-300 14 104 6 Boeing 737-500 5 92 Total 49
Sumber: Garuda Indonesia
Selain pesawat–pesawat diatas, Garuda Indonesia juga didukung oleh teknologi informasi (IT) yang digunakan dalam proses binisnya.
1.5.3 Sumber Daya Finansial
Laporan laba rugi dan neraca Garuda Indonesia untuk kurun waktu 1999-2003 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.6 Laporan Laba Rugi dan Neraca Tahun 1999-2003
Periode 11 bulan
30 November 2005 30 November 2006
Total Pendapatan 10,000 9,804
Total biaya operasional 10,764 10,466
Kerugian operasional (764) (663)
Pendapatan lain-lain 93 352
Kerugian sebelum pajak (672) (311)
Pajak - 2
Rugi bersih (672) (309)
Sumber: Kompas, Senin, 18 Desember 2006
Catatan: Belum diaudit selama 11 bulan (dalam miliar rupiah)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 1999 Garuda Indonesia mengalami keuntungan sekitar Rp 410 miliar. Tetapi pada tahun 2000 keuntungan yang diperoleh Garuda Indonesia turun menjadi Rp 109 miliar. Akibat melemahnya rupiah terhadap USD dan meningkatnya persaingan industri penerbangan di Indonesia, Garuda Indonesia pada tahun 2001 mengalami kerugian sekitar Rp 130 miliar. Pada tahun 2002 Garuda Indonesia kembali meraih keuntungan sekitar Rp 503 miliar.
1.6 Tantangan Bisnis
Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh kebijakan penerbangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan ini memberikan berbagai kemudahan untuk persyaratan pendirian maskapai penerbangan di Indonesia. Berdasarkan informasi melalui majalah Swa dituturkan bahwa potensi bisnis penerbangan Indonesia tergolong luar biasa. Setelah mengalami penurunan yang sangat tajam di tahun 1999 dengan 6,4 juta penumpang, jumlah penumpang terus merangkak cepat hingga ke angka 29 juta penumpang pada tahun 2005 di lingkup domestik. Angka itu naik 11,5% dibanding tahun sebelumnya (26 juta penumpang). Dilihat dari segi bisnis selama satu dekade terakhir dapat dilihat bahwa persaingan di layanan jasa penerbangan semakin menjamur sehingga persaingan pun semakin ketat.
Akan tetapi, model bisnis low fare (tarif murah) yang diprakarsai Lion Air, disebut-sebut menjadi pemicu yang signifikan. Model bisnis ini menjadi magnet orang berduyun-duyun ke bandara, meninggalkan stasiun kereta dan terminal bus antarkota. Model bisnis ini pula yang memaksa pemain lain mengambil sikap serupa sehingga terjadi perang tarif yang luar biasa, yang kemudian coba ditertibkan dengan berbagai aturan, termasuk regulasi seputar tarif referensi.
Garuda yang merupakan maskapai penerbangan nasional (BUMN) juga mengalami dampak yang kurang baik dengan kondisi persaingan penerbangan saat ini. Walaupun jumlah penumpang yang diangkut Garuda masih yang terbanyak di antara maskapai lainnya. Tahun lalu 6,9 juta penumpang diangkut national flag carrier ini. Lima tahun terakhir (2001-2005), Garuda juga melanjutkan dominasi tahun-tahun sebelumnya sebagai peringkat pertama pengangkut penumpang berdasarkan data yang diperoleh melalui majalah Swa yang dapat dilihat melalui gambar 1.4 dibawah ini.
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 2005 2004 2003 2002 2001 Garuda Indonesia Lion Airlines Adam Air Mandala Airlines Sriwijaya Air Batavia Air Merpati Nusantara Wings Abadi Bouraq Indonesia Awair/Indonesia Air Asia
Gambar 1.4 Grafik Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan di Indonesia 2001 - 2005
Sumber: Majalah SWA 18 Mei 2006 (Burung – burung Besi dalam Seleksi)
Adanya potensi pasar yang cukup besar ini, memang tak bisa dielakkan. Alice Tansari, Direktur Pengelola PT Metro Batavia melihat bisnis penerbangan domestik akan tumbuh sekitar 10% setiap tahun. Dengan catatan didukung kondisi ekonomi dan politik yang stabil. Diperkirakan tahun 2006 tumbuh 17,2% menjadi 34 juta penumpang, dan terus tumbuh dua digit hingga 2010. Dapat dilihat pada gambar 1.5.
Gambar 1.5 Grafik Jumlah Penumpang Penerbangan Domestik 1993 – 2010
Sumber: Majalah SWA 18 Mei 2006 (Burung – burung Besi dalam Seleksi)
Melihat proyeksi tersebut, tak heranlah, para pemain asing amat tertarik menggarap pasar Indonesia. Baik dengan terbang ke tujuan tertentu, maupun terlibat langsung dalam kepemilikan maskapai Indonesia. Buktinya, Air Asia sudah mengambil 49% saham dalam proyek membangkitkan kembali Awair. Air Asia bahkan mengubah nama maskapai ini menjadi Indonesia Air Asia. Qantas kini dalam tahap pembicaraan dengan Adam Air. Sementara Cardig International sudah mengucurkan Rp 300 miliar untuk mengakuisisi 100% saham kepemilikan Mandala Air.
Potensi penerbangan Indonesia telah dilansir International Air Transport Association dalam pertemuan di Singapura, Februari lalu. Indonesia dan Vietnam dipandang sebagai penggerak utama pasar Asia Tenggara, bahkan di Asia Pasifik. Hingga 2014, ditaksir 870 juta penumpang akan bepergian di antara negara-negara Asia. Jumlah itu dua kali lipat dibanding 1999. Dan khusus untuk Indonesia, seperti dinyatakan Alice, proyeksi pertumbuhan ini akan sangat terkait dengan stabilitas ekonomi politik.
Tentu saja tak ada yang bisa memastikan prediksi tersebut secara tepat karena segala kemungkinan bisa saja terjadi di tengah perjalanan bisnis masing-masing maskapai. Yang hampir dapat dipastikan adalah liberalisasi dunia penerbangan Asia Tenggara
terjadi pada 2010, setelah sebelumnya dijadwalkan liberalisasi angkutan kargo pada 2008. “Di tahun 2010, Indonesia sudah harus membuka diri secara regional”. Jadi, penerbangan dari negara-negara ASEAN selayaknya dapat langsung masuk ke berbagai tempat di Indonesia, dan sebaliknya dari Indonesia bisa terbang ke berbagai tempat di 10 negara ASEAN. Tentunya, kepastian ini menjadi persoalan yang tak sederhana. Terlebih masih banyak pelaku bisnis penerbangan yang belum siap bermain di pasar regional. Namun dengan berbekal pengalaman selama lebih dari 50 tahun, diharapkan Garuda Indonesia mampu untuk menghadapi tantangan bisnis di pasar regional.
1.7 Penghargaan
Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang di akui dunia internasional. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya penghargaan yang diterima Garuda Indonesia baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Adapun penghargaan yang pernah diterima oleh Garuda Indonesia dapat dilihat ditabel 1.7 dibawah ini.
Tabel 1.7 Award Garuda Indonesia
YEAR AWARD
2000
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), by Frontier & SWA Air Safety Award (Best Airline Safety)
SAP Indonesia Award - The Best Implementation of 1999
Amsterdam Airport Schiphol Award - Punctuality Intercontinental Airlines
2001
Air finance Award - Deal of the Year by Air Finance Journal, London Experiential Marketing & Emotional Branding Champion (EXEM),
by SWA & Mark Plus & Co.
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), by Frontier & SWA Amsterdam Airport Schiphol Award - Punctuality Intercontinental
Award
Innovator: Crisis Busting Award by Travel Weekly East Magazine
2002
Airbus Reliability Award - Excellence in A330 Operational Reliability for the year by Airbus Industries
PATA ITB award - Best Marketing Effort Airline International by Travel Weekly East
Indonesian Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) by Frontier & SWA Indonesian Most Admired Companies (IMAC) by Frontier & Tempo
2003
Indonesian Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) by Frontier & SWA Super brand by Super brand International
BUMN Award - Strategi Pelayanan - Hari Pelayanan Nasional Indonesia's Most Admired Companies (IMAC) by Frontier &
Business Week
2004
ISO 9001 : 2000 (System Management Quality) From TUV Germany CASR 142/147 From DSKU (DGAC)
Indonesian Best Brand Award (IBBA) 2004, -The Best
Transportation Company - The Most Valuable Brand in Airline Service
2005
Indonesia Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA Indonesia Golden Brand Award by MARS & SWA Super brand Award by Super brand International
Indonesia Customer Loyalty Award (ICLA) by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING
Call Center Award (best call center) by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING
The 4th E-Company Award 2005 dari majalah Warta Ekonomi Indonesian's The Most Admired Company (IMAC)
Innovation Award by MARS, SWA and BPPT
Keterangan:
FRONTIER (Research Consultant) SWA (The Leading Business Magazine) MARS ( Marketing Research Specialist) TEMPO (Weekly Magazine)
BUMN (State Owned Enterprises) MarkPlus & Co (Research Consultant)
Warta Ekonomi (Weekly Business & IT Magazine)
Center Customer Satisfaction & Loyalty (Research Consultant) MARKETING (Weekly Magazine)