• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pengalaman yang saya alami jatuh ke dalam jeratan riba dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang riba baik dari segi hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berdasarkan pengalaman yang saya alami jatuh ke dalam jeratan riba dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang riba baik dari segi hukum"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Berdasarkan pengalaman yang saya alami jatuh ke dalam jeratan riba dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang riba baik dari segi hukum dan jenis-jenis riba. Oleh karena itu dalam bab ini saya mencoba memparkan sedikit tentang riba. Sejak zaman dahulu riba telah menjadi salah satu hal yang banyak diperdebatkan terutama kaum muslim. Sebenarnya istilah riba yang dikenal dalam islam juga dikenal oleh bangsa lain pada zaman sebelum perkembangan islam. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan riba dan bagaimana hukum riba menurut islam. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan berikut ini. Kata riba sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab, yang berarti tambahan, berkembang, meningkat atau membesar. Dalam suatu ungkapan masyarakat Arab kuno menyebutkan arba fulan ‘ala fulan idza azada ‘alaihi yang artinya seseorang melakukan riba kepada orang lain jika ia meminta tambahan. Sedangkan menurut istilah atau terminologi ilmu fiqih, riba diartikan sebagai tambahan khusus yang diberikan sebagai imbalan atas balas jasa atau atas pinjaman yang diberikan. Dalam bahasa inggris, riba dikenal dengan istilah “Usury” yang berarti tambahan uang atas modal yang diberikan dari seseorang dan tidak sesuai dengan syariah atau kaidah yang berlaku.

Islam merupakan satu-satunya agama yang masih melarang praktek riba dan jelaslah bahwa riba diharamkan oleh Allah SWT. Umat islam tidak boleh mengambil riba baik dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Sedangkan agama lain yang juga melarang riba pada zaman dahulu kini telah berangsur-angsur melemah dan hanya menganggap riba dalam jumlah yang besar sedangkan dalam jumlah sedikit tidak dianggap sebagai riba. Pada zaman India Kuno dimana hukum yang dilaksanakan sesuai ajaran Weda, atau kitab suci agama Hindu mengutuk riba sebagai perbuatan dengan dosa yang besar. Demikian halnya dengan kitab taurat yang melarang umat yahudi untuk melakukan riba dan juga injil yang melarang praktek tersebut selama lebih dari 1400 tahun. Kini ajaran dan larangan tersebut telah melemah. Hukum pelarangan atau haramnya riba saat ini hanya berlaku bagi umat muslim dan di sebagian negara islam di seluruh dunia. Dengan demikian hukum riba dalam islam dengan jelas melarang perbuatan riba dan mengharamkannya seberapapun jumlahnya. Pelaku riba diancam dengan dosa dan

(3)

hukuman di akhirat kelak karena perbuatan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Jenis-jenis Riba

Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua jenis yaitu riba akibat hutang piutang dan riba jual beli yang dijelaskan berdasarkan Alqur’an dan hadits. a. Riba Hutang-Piutang

Riba akibat hutang-piutang tau dikenal dengan sebutan Riba Qard, adalah suatu tambahan atau kelebihan tertentu yang disyaratkan pada seseorang yang hendak meminjam harta berupa uang atau modal atau yang disebut dengan muqtarid sedangkan istilah Riba Jahiliyah yaitu riba atau tambahan hutang yang harus dibayar jika yang berhutang tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah ditentukan.

b. Riba Jual beli

Riba akibat jual-beli atau yang disebut dengan istilah Riba Fadl adalah pertukaran barang sejenisdengan takaran, dan kadar yang berbeda dan barang yang dipertukarkan tersebut termasuk jenis barang ribawi, atau barang yang dapat memunculkan riba sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW bahwa jika seseorang menukar barang seperti emas maka ia harus menukarnya dengan emas pula yang sama kualitas dan bobotnya, menukar perak dengan perak, dan lain sebagainya.

c. Riba Nasi’ah

Sedangkan Riba Nasi’ah adalah tambahan atau kelebihan yang diambil karena adanya penangguhan atas penerimaan suatu barang ribawi yang ditukar dengan barang ribawi lainnya. Riba nasiah biasanya muncul akibat adanya perbedaan kualitas dan takaran barang yang dijadikan sebagai patokan.

Kronologi pengharaman riba yang terdapat dalam Alqur’an : • Tahap pertama

Dalam surat Ar-Rum ayat 39 yang diturunkan pada tahap pertama pelarangan riba, disebutkan bahwa Allah tidak menuikai orang yang melakukan riba dan jika seseorang ingin mendapat ridha Allah maka ia harus menjauhi riba. Allah juga

(4)

menolak mereka yang meminjamkan uang atau hartanya dan mengambil kelebihan sebagai tindakan menolong. Jika seseorang ingin menolong orang lain maka bukan dengan jalan riba melainkan dengan cara bersedekah atau dengan mengeluarkan zakat.

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)” .(QS Ar Rum 39)

• Tahap kedua

Pada tahap kedua pengharaman perbuatan riba, Allah menurunkan surat An-Nisa’ ayat 160-161. Dalam ayat tersebut riba digambarkan sebagai perbuatan yang batil dan merupakan perbuatan dzalim terhadap orang lain. Allah juga menyebutkan balasan atau hukuman terhadap orang yahudi yang melakukan riba sebagai isyarat bahwa riba juga diharamkan pada umat muslim.

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. (QS An Nisa 160-161)

• Tahap ketiga

Pada tahap ketiga Allah menurunkan surat Ali Imran ayat 130. Dalam ayat ini Allah tidak menyebutkan riba diharamkan secara jelas namun Allah melarang segala bentuk pelipat gandaan harta atau uang yang dipinjamkan. Hal ini merupakan kebijaksanaan Allah SWT yang melarang praktek riba di kalangan masyarakat saat itu dan telah mendarah daging diantara mereka.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS Ali Imran ; 130)

(5)

Pada tahap keempat Allah menurunkan surat al-Baqarah ayat 275-279 yang berisi pelarangan riba secara jelas dan tegas. Allah juga dengan menjelaskan pelarangan riba secara mutlak baik dalam jumlah sedikit maupun jumlah yang besar. Dalam ayat tersebut juga disebutkan bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangi orang yang melakukan perbuatan riba.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka

bersedih hati”.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS Albaqarah 275-279)

Dampak Riba

Begitu berbahaya riba dalam kehidupan manusia, secara garis besar berikut merupakan dampak dari Riba:

1. Bahaya buat masyarakat dan dilarang oleh agama

2. Para Ahli ekonomi berpendapat bahwa penyebab utama krisis ekonomi adalah bunga yang dibayar sebagai pinjaman modal atau dengan singkat bisa disebut riba

(6)

3. Riba dapat menimbulkan over produksi. Riba membuat daya beli sebagian besar masyarakat lemah sehingga persedian jasa dan barang semakin tertimbun, akibatnya perusahaan macet karena produksinya tidak laku, perusahaan mengurangi tenaga kerja untuk menghindari kerugian yang lebih besar, dan mengakibatkan adanya sekian jumlah pengangguran 4. Lord keynes pernah mengeluh dihadapan Majelis Tinggi (House of Lord)

inggris tentang bunga yang diambil oleh pemerintah A.S. Hal ini menunjukkan bahwa negara besar pun seperti inggris terkena musibah dari bunga pinjaman Amerika, bunga tersebut menurut fuqaha disebut riba. Dengan demikian, riba dapat meretakkan hubungan, baik hubungan antara orang perorang maupun negara antar negara, seperti Inggris dan Amerika

5. Seringan-ringan dosa riba yaitu seperti halnya kita berjina' dengan ibu kita sendiri

6. Mendapat laknat dan kelak di yaumil qiyamah mereka pelaku riba, Allah dan Rasul-Nya akan memerangi mereka, dibangkitkan dalam keadaan gila dan mereka kekal di dalam neraka.

7. Orang-orang yang mengambil RIBA tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila 8. Rasululloh melaknat orang-orang yang terlibat dalam Riba “Hum

sawaa’un, mereka itu sama yaitu yang mengambil riba, memberinya, menuliskannya, dan yang menjadi saksinya.”

Demikian sedikit gambaran tentang dampak Riba yang saya dapat dari beberapa referensi. Perkara riba bukan hanya sekedar tentang pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki seseorang, melainkan kesungguhan dari diri sendiri untuk meninggalkannya. Karena ada sebagian orang yang sudah tahu dan paham tentang dosa riba tetapi masih tetaptahu dan paham tentang dosa riba tetapi masih tetap memepertahankan dosa riba tersebut dengan alasan-alasan yang ujung-ujungnya kembali kepada kecintaan terhadap dunia. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemampuan oleh Alloh SWT, untuk segera hijrah dari riba dan tetap istiqamah menapaki jalan hijrah riba yang jalannya tidak mudah.

(7)

Di akhir zaman ini riba sudah menjadi semacam virus mematikan yang memiliki banyak jalan untuk menggerogoti umat Islam. Sehingga tidak ada seorang pun yang bisa terlepas dari dosanya. Di semua lini kehidupan kita sekarang ini, hampir tak ada celah kita lepas dari riba. Riba melekat erat dengan kehidupan kita. Empat belas abad yang lalu, Rasulullah saw mengatakan bahwa, “Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya,” (HR Ibnu Majah, hadits No.2278 dan Sunan Abu Dawud, hadits No.3331; dari Abu Hurairah).

Dapat kita saksikan semua orang saat ini tidak bisa lepas dari praktek riba oleh dunia perbankan, lebih-lebih untuk urusan pembiayaan dan kartu kredit yang bunganya cukup fantastik. Kita semua seperti sudah dipaksa harus bertransaksi ke lembaga ribawi. Mau bayar pulsa, bayar litrik, bayar telepon harus lewat bank. Menabung di Bank. Mau belanja online lewat bank. Bayar kuliah lewat bank. Bayar asuransi lewat bank. Mau beli motor pakai leasing motor dananya dibiayaian dari bank. Mau beli mobil pakai leasing mobil dananya dibiayaian bank juga. Mau beli rumah Pakai KPR lewat bank. Mau buka tau ngembangin usaha modalnya harus pinjam dari bank. Gajian tranfer lewat bank. Mau kirim uang ke orang lain harus melalui bank, dan masih banyak transaksi-transaksi lainnya yang membuat semua umat Islam begitu terikat dengan bank yang menghalalkan riba. Sehingga semuanya terlena, seolah-olah tidak berdosa karena sudah terbiasa.

Pada prinsipnya ketika kita masih menggunakan uang kwartal atau uang kertas terbitan pemangku kebijakan keuangan dalam setiap urusan dan transaksi kita, maka kita sudah termasuk bertransaksi riba. Inilah yang kemudian yang disebut oleh Rasululla Saw bahwa tanda-tanda akhir zaman adalah ketika orang-orang yang tidak ingin memakan riba ia tetap akan terkena debunya riba, karena pusat urusan keuangannya masih dikendalikan oleh pemilik riba.

Begitu banyaknya pintu dan ruang riba di sekeliling kita sekarang ini, sebagaimana hadist Rasulullah, “Riba itu mempunyai 73 macam. Sedangkan (dosa) yang paling ringan (dari macam-macam riba tersebut) adalah seperti seseorang yang menikahi (menzinai) ibu kandungnya sendiri,” (HR Ibnu Majah, hadits No.2275; dan Al Hakim, Jilid II halaman 37; dari Ibnu Mas’ud, dengan sanad yang shahih).

(8)

Ga Usah Cari-cari Alasan untuk Membenarkan Riba

Empat belas abad yang lalu, Rasulullah saw mengatakan bahwa, “Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya,” (HR Ibnu Majah, hadits No.2278 dan Sunan Abu Dawud, hadits No.3331; dari Abu Hurairah). Sebagian orang yang masih memihak sistem riba, mereka menjadikan hadis di atas sebagai salah satu dalil untuk mendukungnya. Mereka berargumen, “jika semua orang tidak bisa lepas dari riba, tidak perlu dipaksakan untuk menghindari riba. hari gini mau menghindari riba, mustahil. jadi gak masalah kalaupun makan riba. yang penting gak berlipat-lipat.”

Kita menghargai pendapat ulama yang menilai hadis ini shahih, namun menggunakan hadis ini sebagai dalil pembenar riba, jelas tidak bisa diterima. Ada beberapa alasan untuk itu, Pertama, hadis ini sifatnya menceritakan realita di masa mendatang, dan bukan menjelaskan tentang hukum. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering menyebutkan beberapa realita mengenai penyimpangan yang akan terjadi di tengah umatnya. Beliau menceritakan, umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali satu golongan.. (HR. Ahmad 8396, Turmudzi 2853 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Riba sudah ada sejak masa jahiliyah, dan semakin semarak di masa depan. Tapi ini tidak boleh jadi alasan bagi kita untuk ikut tenggelam. Mereka berkewajiban untuk menghindarinya semampunya, bukan justru mendekatinya atau bahkan menjadi sumber riba bagi yang lainnya. Melakukan penyimpangan, sementara memungkinkan baginya untuk menghindarinya, tentu saja dia berdosa.

Tips Agar terhindar dari Riba

Salam bahagia buat saudara-saudara yang selama ini dan seterusnya tidak bersentuhan atau mengenal dengan yang namanya riba. Kabar yang begitu membahagiakan ketika mendengar ada seseorang yang dalam hidupnya tidak pernah berurusan dengan riba. Ada orang yang tidak tahu apa yang namanya Cc

(9)

(kartu kredit) dan istilah-istilah riba yang lain yang tidak asing di telinga kebanyakan orang zaman nos. Buat saudara-saudara yang masih putih bersih dari riba ada beberapa tips agar bisa terhindar dari riba.

1. Kenali bahaya riba

Dari postingan-postingan sebelumnya sudah dijelas apa itu riba dan apa hukumnya riba. Riba membuat orang-orang banyak terililit hutang karena tingkat bunga yang tinggi. Keberadaan riba membuat hidup orang tidak nyaman dan tidak tentram akibat banyaknya hutang yang menumpuk dan harus di bayar. Fenomenda sekarang yang banyak terjadi sekarang ini uang bulanan atau gajian yang seharusnya digunakan untuk membeli kebutuhan hidup, malah habis digunakan untuk membayar hutang-hutang yang terus berbunga. Dengan berbagai ancaman dosa riba tersebut tidak heran jika seseorang akan merasa gelisah, gundah gulana dan banyak pikiran setiap saat setiap waktu.

2. Cara yang halal bertransaksi

Langkah selanjutnya untuk menghindari riba dapat kita lakukan dengan cara menggunakan cara-cara yang halal ketika melakukan transaksi mualamah. Dalam hal ini tentu anda diharuskan mengerti betul bagaimana transaksi jual beli yang haram ataupun yang halal dalam Islam. Untuk kita setiap orang muslim mempunyai keharusan untuk mepelajari hukum-hukum dalam bermuamalah.

Berikut merupakan hukum-hukum jual beli yang diatur dalam Islam yaitu: Rukun jual beli menurut islam supaya jual beli sah dan halal, transaksi yang dilakukan haruslah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun adalah perkara atau hal yang harus ada didalam transaksi, sedangkan syarat adalah perkara atau hal yang harus terpenuhi dalam rukun tersebut. Adapun rukun jual beli yang ada dalam aturan agama islam adalah adalah sebagai beikut:

a) Adanya pihak penjualan dan pembelia

b) Adanya barang yang hendak di perjualbelikan c) Adanya akad jual beli

(10)

Sedangkan syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli dalam Islam yang pertama adalah ada penjualan dan pembeli. Antara penjualan dan pembeli tersebut harus memenuhi beberapa syarat yakni:

a) berakal, yang dimaksud berakal disini adalah keduanya bisa menbedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik,

b) transaksi yang terjadi atas kemauan sendiri tanpa adanya paksaan, c) keduanya tidak mubadzir,

d) baligh.

3. Melakukan transaksi yang diperbolehkan dalam Islam

Ada beberapa jenis transaksi yang diperbolehkan dalam Islam, yakni:

a) Transaksi mudharabah. Transaksi yang satu ini diperbolehkan untuk menghindari datangnya riba. Transaksi satu ini dapat dilakukan dengan cara kerjasama yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Salah stau pihak sebagai pemodal dan pihak lainnya sebagai orang yang menjalankan usaha. Transaksi ini dapat dilakukan dengan cara membagi hasil sesuai dengan yang disepakati. Ketika terjadi kerugian maka pihak pemodalah yang harus menanggung biaya kerugian sementara pihak lain tidak menanggungnya karena usaha dan tenaga yang dia kerahkan menjadi bagian dari kerugiannya.

b) Transaksi salam adalah ketika jual beli dilakukan dengan cara melakukan pembayaran terlebih dahulu sementara barang yang diinginkan akan diberikan belakangan.

c) transaksi muajjal, transaksi jenis ini dapat dilakukan dengan cara menaikan harga saat berlangsungnya transaksi.

4. Bertransaksi pada lembaga non ribawi

Pada saat ini sudah banyak umat Islam yang sadar akan bahayanya Riba, sehingga mereka berinisiatif untuk membuat lembaga yang dapat menangani utang piutang tanpa riba. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan solidaritas antar umat. Selain masalah hutang piutang, maka bagi anda yang ingin menyimpan uang sebaiknya tidak menggunakan bank yang memberi bunga di

(11)

dalamnya. Carilah bank syariah atau lembaga yang dijalankan dengan cara islami.

5. Ta’awun atau Saling membantu

Saling bantu merupakan hal baik yang dapat dilakukan untuk menghindari riba. Ketika masyarakat saling membantu tentu taraf kehidupan dengan sendirinya akan terangkat sehingga kebutuhan ekonomi serta kesulitannya dapat teratasi. Perbanyak sedekah dan membantu orang fakir merupakan hal baik yang tidak menyebabkan uang atau harta kita berkurang dan malah kebalikannya.

6. Membiasakan sifat qonaah

Memiliki sifat qonaah dapat menghindarkan kita dari bahaya riba. Sifat qonaah dapat dilakukan dengan senantiasa bersyukur atas apapun yang diberikan kepada anda. Sifat bersyukur membantu anda agar terhindar dari perasaan serba kekurangan dan ingin hidup dalam kemewahan. Rasa ingin memiliki sesuatu dan mudah iri dengan apa yang dimiliki oleh orang membuat kita dengan mudah membeli barang walau dengan cara berhutang. Berhenti menatap keatas dan mulailah melihat kebawah. Hal ini menghindarkan anda dari rasa kurang dan akan mulai bersyukur anda tidak berada pada kondisi yang sangat kekurangan. Perlu diingat jika diluar sana ada banyak sekali orang yang kekurangan bahkan lebih dari kita.

8 Langkah Lepas dari Jeratan Riba yang mengerikan

Berikut ini adalah langkah atau pola yang kebanyakan orang dapatkan untuk melepaskan diri dari jerat riba:

1. Taubat

2. Berazzam/Bercita-cita 3. Perbaiki Ibadah secara total 4. Perbanyak doa dan dzikir 5. naikkan pendapatan 6. Tunda Kesenangan

(12)

8. perbanyak sedekah.

Doa yang digunakan untuk mempermudah urusan hutang piutang yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

ALLAHUMA INNI AUDZUBIKA MINAL MA’TSAM WAL MAGHROM Artinya: Ya Allah au berlindung dari dosa dan jeratan hutang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam artikel ini, berbagai macam program pendeteksi celah keamanan aplikasi website telah diperiksa dan dievaluasi secara terperinci untuk mengetahui program scanner

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu diadakan pelatihan pembuatan laporan keuangan (L/R) bagi para pengusaha ternak di daerah tersebut. Dengan

A legtöbb természetes antioxidánsnak azonban több olyan hátránya is van, ami megnehezíti alkalmazásukat: magas ol- vadáspontja a feldolgozás során a polimerbe keverésnél

Hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian mengidentifikasi makna caring perawat pada pasien trauma dengan kondisi kritis (P1) di ruang IGD RSUD Tarakan- Kalimantan Utara

• Petunjuk yang diperlukan untuk dapat menggunakan alat dengan cara yang aman.yang terdapat pada alat atau kemasan.. √ √ √

Dua atau lebih proton dengan lingkungan magnet yang sama akan mempunyai nilai pergeseran kimia yang sama dan hanya menghasilkan satu sinyal proton NMR.. Agenda

Dengan adanya hasil yang menunjukkan kekuatan pengaruh antara variabel pemahaman riba dan bagi hasil sebesar 8,9%, maka hal ini dapat menunjukkan bahwa pemahaman riba dan bagi

Secara umum, media center yang adalah Pusat Informasi dan Komunikasi Publik yang menjadi tempat untuk mengakses informasi, berkomunikasi dan mendapatkan layanan sosial