• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

123 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi

dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar

========================================================

Badrullah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sulawesi Selatan

Email: badrullahbakri@gmail.com ABSTRAK

Menyikapi pembelajaran matematika yang telah dinilai sulit oleh siswa. Sejatinya pembelajaran matematika ini dapat mudah dipahamkan oleh siswa dan dapat berkesan oleh siswa melalui pendekatan yang dibentuk oleh guru. Hal yang menjadi factor kemalasan siswa mempelajari matematika ini karena jauh dari bentuk implementasi dalam kehidupan sehari-harinya. Budaya merupakan hal yang melekat dalam aktivitas siswa dalam bermasyarakat. Apabila materi tersebut tidak jauh dari skema budaya siswa maka pembelajaran tersebut akan bermakna. Etnomatematika ini merupakan jembatan antara matematika dan budaya. Etnomatematika merupakan salah satu solusi bentuk pembelajaran matematika yang bermakna.

Kata Kunci: Matematika, Budaya, Pendidikan Multicultural, Etnomatematika.

ABSTRACT

Addressing the learning of mathematics that has been rated difficult by students. In fact this mathematics learning can be easily understood by students and can be memorable by students through the approaches formed by the teacher. This is a factor of laziness students learn mathematics because it is far from the form of implementation in daily life. Culture is (Prabawati, 2016)inherent in student activities in society. If the material is not far from the student's cultural scheme, the learning will be meaningful. Ethnomatematics is a bridge between mathematics and culture. Ethnomatematics is one solution to a meaningful form of mathematics learning.

Keywords: Math, Culture, Multiculturale Education, Ethnomathematic. PENDAHULUAN

Matematika merupakan pembelajaran yang sampai saat ini telah dinilai menjadi pembelajaran yang sulit bagi siswa. Fitriani, dkk, mengungkapkan pengetahuan yang melekat dalam kehidupan adalah matematika, sebagaimana matematika merupakan perwujudan dari aktivitas matematis. Sedangkan menurut Burton (2010) dalam Lestari, dkk, matematika merupakan ilmu yang dipelajari guna menyelesaikan suatu

Volume 1, Nomor 1, 123-135 Januari-Maret 2020

(2)

124 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Secara sadar ataupun tidak matematika juga berkaitan erat dengan alam. Salah satu contohnyaa ialah geometri.

Bangsa Indonesia dikarunai oleh keanekaragaman kultur (tradisi), bahasa, agama dan kepercayaan. Keanekaragaman budaya di Indonesia dan komplekksitas kehidupan masyarakatnya membawa dampak posiif dan juga dampak negative dalam menciptakan keutuhan bangsa. Dampak positif keanekaragaman budaya memberi kebanggaan tersendiri dalam terciptanya suatu keberagaman budaya yang khas dari bangsa Indonesia. Sehingga memberikan cerminan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang terpelihara secara baik. Namun keterpeliharaan nilai-nilai tersebut yakni nilai budaya dan karakter masih belum berhasil dalam membangun kesadaran kolektif bangsa yang mengakui bahwa keanekaragaman ini merupakan kekayaan milik bersama yang harus selalu dikembangkan, digali, dan dipelihara secara bersama Yaumi (2014) dalam Sirate, dkk.

Prinsip kebhinekaan tunggal ika tengah berada dalam domain parsial, yakni sangat terasa dalam kehidupan perpolitikan atau dalam bentuk kehidupan primordial lainnya. Sehingga, fenomena-fenomena premanisme sangat sering menhiasi layar, kemudian ketiharmonisan dalam wujud intoleransi antar umat agama sangat mengkhawatirkan, demonstrasi anarkis, dan masih banyak lagi. Seolah-olah menjadi keterpurukan bangsa ini dalam memberi isyarat kuat bahwa energi bangsa masih terkuras dalam mengurusi persoalan internal yang secara primordial masih belum terselesaikan. Visi masa depan bangsa masih terbelenggu oleh derasnya arus perbedaan yang sering mengemuka. Kementerian pendidikan nasional memiliki pandangan bahwa salah satu solusi terbaik yang dapat mengeluarkan bangsa dalam bingkai keterpurukan yakni dengan melaksanakan reorientasi terhadap nilai-nilai karakter dan busaya bangsa dalam pengintegrasian nilai-nilai kultur dalam pendidikan.

Etnomatematika dalam sirate, dkk, sebagai pengintegrasian nilai-nilai kulur dalam pembelajaran matematika dan menggagas secara nyata nilai-nilai dari kultur tersebut. Bentuk pengintegrasiannya dimulai dari kurikulum sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu, focus kajian dalam jurnal ini membahas apa itu pendidikan multikultural serta etnomatematika yang, dan bagaimana menggagas suatu model kurikulum yang mengintegrasikan pendekatan etnomatematika.

(3)

125 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

Melalui pendekatan Etnomatetika ini dapat menjadi solusi bagi siswa dalam memahamkan pembelajaran matematika terkhususnya pada kompetensi dasar pola bilang bulat. Satu alasan mengapa etnomatematika menjadi disiplin ilmu yang menjadi perhatian akhir-akhir ini, karena pembelajaran dan pengajaran matematika di sekolah-sekolah bersifat terlalu formal. Hiebert & Capenter dalam Edy Tandililing menyatakan kepada semua pihak yakni pengajaran matematika yang ditemukan anak sangat berbanding terbalik dengan yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, pengajaran matematika memerlukan muatan yang menjembatani antara matematika dengan dunia sehari-hari melalui budaya lokal.

Etnomatematika memiliki gagasan yang dapat memperkaya pengetahuan yang telah ada dalam matematika. Apabila perkembangan etnomatematika ini banyak yang telah mengkaji, maka akan tidak mungkin bila matematika dapat diajarkan secara berkesan dan bersahaja melalui implikasi budaya lokal. Menurut Zulkifli, Matematika sudah sangat lama menjadi bagian dari budaya. Dimulai pada zaman pra sejarah, zaman mesir kuno, zaman bangsa romawi, hingga bangsa Eropa pada masa kini. Menurut Bishop dalam Edy Tandililling menyatakan bahwa matematika adalah suatu wujud budaya, karena telah terintegrasi terhadap seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat dimanapun ia berada. Pelajaran yang berisikan etnomatematika ini sangat memunginkan suatu bahan materi yang akan dipelajari melalui budaya lokal dapat meningkatkan motivasi belajar dan mudah dalam memahami suatu pembelajaran, karena materi tersebut berkaitan langsung dengan budaya dan aktivitas masyarakat sehari-hari.

Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data dari sumber BPS (2005), dalam Fakhrun, dkk, Indonesia memiliki 1331 suku yang tentunya kaya akan keberagaman budaya yang mampu memperkaya pengembangan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi yang strategis sebagai wadah penelitian dalam mengembangkan riset etnomatematika. Etnomatematika sebagai program riset matematika setelah ethnomathematical program yang diluncurkan oleh D’Ambrasio pada abad 19-an sebagai bentuk metodologi dalam pelembagaan pengetahuan matematika dalam berbagai macam system budaya, sehingga etnomatematika ini dapat diartikan sebagai program penelitian sejarah dan filsafat

(4)

126 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

matematika, dengan wujud implikasi untuk pengajaran. Etnomatematika inilah yang kemudian menghubungkan antara matematika dan budaya.

Di sekolah, tujuan guru dalam kegiatan pembelajaran Matematika adalah membuat skema baru, yang sebaiknya dimulai dari skema yang ada pada diri siswa. Sangat tepat apabila pembelajaran Matematika tidak formal lebih yakni yang diterapkan anak dalam masyarakat, terlebih dahulu diterapkan sebelum menuju pada pembelajaran matematika formal. Karena apabila skema matematika telah terbentuk pada diri anak dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya, maka memperkuat skema yang ada dengan menambah pengetahuan kemudian membentuk skema baru.

Suku atau etnis yang dominan di Sekolah seringkali sulit menambah pengetahuan terkait matematika bila menggunakan Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, guru harus mengkreasikan pembelajaran Matematika dengan menggunakan istilah bahasa daerah setempat sebagai bahasa pengantar, tanpa menghilangkan esensi dari bahasa Indonesia itu sendiri. Misalnya pada daerah tertentu istilah untuk kata “berhitung, ditambah, dikurang, dibagi,..” memiliki istilah tersendiri. Adapun angka bilangan bulat yang zmemiliki penyebutan berbeda di masing-masing daerah, seperti di daerah Jawa penyebutan angka satu, dua, dan tiga yakni siji, loro, dan tallu. Setelah mengenalkan konsep bilangan bulat dalam Matematika secara tidak formal baruah kemudian mengenalkan konsep bilangan bulat secara tidak formal.

PEMBAHASAN

Pengertian Budaya

Budaya telah didefenisikan menjadi bagian dari seluruh aspek yang berada dalam kehidupan manusia, sehingga nilai-nilai karakter tidak terlepas dari nilai-nilai budaya, serta nilai-nilai budaya tersebut tidak terlepas dari budaya itu sendiri. Budaya dapat difenisikan sebagai seluruh aspek kehidupan manusia karena untuk memahami dan mengintrpretasikan lingkungan, dan untuk mendorong dan menciptakan wujudnya kelakuan melalui keseluruhan pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149) dalam Wahyuni, dkk. Menyebutkan bahwa budaya adalah pikiran, adat distiadat, dan akal budi. Sedangkan

(5)

127 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

kebudayaan adalah hasil dari kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, misalnya berupa kesenian, kepercayaan, dan adat istiadat. Ahli sosiologi dalam Wahyuni, dkk menafsirkan kebudayaan yakni keseluruhan kecakapan yang mencakup adat, akhlak, kesenian, ilmu, dsb. Sedangkan menurut Ahli sejarah menafsirkan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Serta, ahli antropologi menafsirkan kebudayaan sebagai tata hidup, kelakuan, dan way of life.

Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan memiliki jangkauan yang cukup luas. Sehingga, Ermst Cassier dalam Wahyuni, dkk, mempermudah pembahasan yakni menjadikan kebudayaan menjadi lima aspek: (1) kehidupan spiritual; (2) kesenian; (3) bahasa dan kesustraan; (4) sejarah; (5) ilmu pengetahuan. Sehingga dapat diperoleh sebuah pengertian dari kebudayaan yakni sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan melalui ide atau gagasan yang diperoleh dari dalam pikiran manusia. Oleh karenanya, dalam kehidupan sehari-hari menjadikan kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan wujud dsri kebudayaan itu sendiri adalah benda-benda yang dirancang oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, untuk ditujukan dalam membantu manusia melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Budaya merupakan ide dan system nilai untuk penghayatan sekelompok manusia dalam lingkungan hidup atau kurun tertentu yang dinyatakan oleh Daoed Joesoef (1982). Sehingga melalui konteks ini budaya dapat ditinjau melalui tiga aspek, pertama, budaya universal yakni budaya yang berkaitan dengan nilai unibersal yang berkembang sejalan dalam kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Kedua, budaya nasional, yakni nilai-nilai dalam masyakarakat Indoenesia secara nasional. Ketiga, budaya lokal yakni nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat setempat.

Konsep Pendidikan Multikultural

Pendidikan multicultural tidak terlepas dari pembicaraan etnomatematika, hal ini dikarenakan etnomatematika merupakan sub bagian dari pendidikan multicultural. Sehingga dikatakan bahwa pendidikan multicultural ini memiliki tujuan utama yang menciptakan kesempatan pendidikan yang sama untuk siswa yang berasal dari etnis, kelas sosial, ras, dan kelompok-kelompok budaya yang berbeda. Multikulturalisme

(6)

128 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

memiliki dua pengertian yang mengandung makna yaitu multi yang berarti plural, serta kulturalisme yang berisikan pengertian dari budaya (culture).

Menurut Mendelshon dan Baker (2002) dalam Sirate, dkk, memberikan defenisi yakni pendidikan multicultural dapat dipahami sebagai suatu bidang ilmu yang akan mengkaji berbagai macam budaya yang terdapat dlaam bermasyarakat. Kemudian Gollnick dan Chinn dalam Stables (2005) menurukan defenisi bahwa pendidikan multikural sebagai suatu strategi pendidikan yang menggunakan siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran dalam kelas dan lingkungan sekolah yang efektif. Adapun dari Parekh yang memberi defenisi yang hamper serupa yakni pendidikan multicultural sebagai bentuk upaya dalam memahami keberadaan diri dan lingkungan dalam mengelola individu-individu dalam membentuk kehidupan kolektif dalam bermasyarakat.

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan multicultural ini memiliki pengertian yang memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan plural yang menandai perlu adanya strategi dalam mengelola potensi keragaman dalam masyarakat yang mewujudkan kehidupan kolektif dalam masyarakat. Sikap dan perilaku yang positif memiliki kesempatan yang sama dari kelompok budaya yang berbeda melalui pembangunan pengetahuan, knowledge construction, dalam memahami kebhinekaan dalam perspektif kehidupan yang plural. Hal ini kemudian menandai perlunya modifikasi strategi pendidikan dalam memfasilitasi terselenggaranya lingkungan yang nyaman dalam pengimplementasian pendidikan multicultural.

Konsep Etnomatematika

Pembelajaran berbasis budaya yang dikemukakan oleh Sardijiyo Paulina Pannen (melalui Supriadi, 2005) merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa melalui berbagai ragam latar belakang budaya yang kemudian di integrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan dalam wujud beragam penilaian hasil belajar. Pembelajaran berbasis budaya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, belajar dengan budaya, belajar tentang budaya, dan belajar melalui budaya. Pembelajaran berbasis budaya ini lebih menekankan pada

(7)

129 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

tercapainya suatu pemahaman yang terpadu (integrates understanding) bukan hanya sekedar pemahaman mendalam (inert understanding).

Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya (Gerdes, 1994). Etnomatematika menurut Gerder (1996) dalam Nisa, dkk, mengungkapkan sebagai suatu jembatan yang mempertemukan antara matematika, pemodelan matematika, dan budaya yang memiliki fungsi dalam proses memahami dan menghubungkan ide-ide matematika dalam aktivitas sehari-hari dalam bermasyarakat yang dapat dikaji secara akademis. Dari definisi seperti ini, maka etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau suku. Jika meninjau melalui sudut pandang riset maka etnomatematika diartikan sebagai antropologi budaya (cultural anropology of mathematics) matematika dan pendidikan matematika.

Etnomatematika menurut D’ AMbrosio (1985) dalam Wahyuni, dkk, yakni studi matematika yang mempertimbangkan budaya melalui pemahaman penalaran dan system matematika yang mereka gunakan. Sedang etnomatematika menurut pandang Shirley (2001) yaitu matematika yang timbul dalam suatu masyarakat dan berkembang sesuai dengan budaya setempat, yang merupakan pusat dari proses pembelajaran dan metode pengajaran. Sehingga, membuka potensi pedagogis dengan mempertimbangkan pengetahuan siswa melalui pembelajaran outdoor (luar kelas).

Rachmawati (2012) dalam Supriatna, dkk mengemukakan etnomatematika merupakan cara-cara khusus yang digunakan oleh suatu kelompok budaya dan masyarakat dalam melakukan aktivitas matematika. Sedangkan Barton (1996) mengungkapkan ide-ide matematika telah tercakup dalam etnomatematika , praktik dan pemikiran yang kemudian dikembangkan melalui semua budaya yang dianggap sebagai program yang memiliki tujuan untuk mempelajari bagaimana siswa dapat memahami, mengolah, mengartikulasikan, dan akhirnya dapat menggunakan ide-ide matematika sebagai wujud implementasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Etnomatematika juga memikliki konsep yang luas dan terkait dengan berbagai aktiitas matematika, yakni berhitung, mengelompokkan, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh D’Ambrosio (1985) mengenai eksistensi dari etnomatematika yakni matematika

(8)

130 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

dilakukan dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika dalam berbagai sektor masyarakat, dan mempertimbangkan aktivitas masyarakat yang berbeda seperti cara mengelompokkan, mengukur, berhitung, merancang bangunan atau alat, bermain, dsb.

Peran Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika

Salah seorang yang berperan penting dalam melakukan inisiatif-inisiatif perkembangan implementasi etnomatematika tersebut yakni Ubiratan D’ Ambrosio seorang matematikawan Brazil dan guru matematika. Pada periode itu D’Ambrosio meluncurkan Ethnomathematical program sebagai metodologi untuk melacak dan menganalisis proses produksi, pemindahan, penyebaran, dan pelembagaan pengetahuan (matematika) dalam berbagai macam system budaya, yang kemudia D’Ambrosio dikenal sebagai Intellectual Father of The Ethnomathematical Program. D’Ambrosio membedakan matematika akademik yang biasa diajarkan dan dipelajari disekolah dengan etnomatematika yang digambarkan sebagai matematika yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang dapat diindentifikasi seperti masyarakat, suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok tertentu dan kelas professional. Menurut beliau, mekanisme sekolah menggantikan praktekpraktek tersebut dengan praktek-praktek lain yang setara yang telah memperoleh status matematika, yang telah diambil alih dari bentuk aslinya dan kembali disusun menurut versi suatu sistem. Kemudian munculah pertanyaan “Haruskah kita memasrahkan kurikulum sekolah dan menggantinya dengan etnomatematika? Jelaslah tidak”. D’Ambrosio menyatakan bahwa kurikulum matematika sekolah semestinya memasukan etnomatematika sedemikian hingga memfasilitasi siswa untuk mendapat pengetahuan, umtuk memahami, dan menyelaraskan pengetahuannya dengan praktek-praktek (budaya) yang telah dikenal (Gerdes, 1996:912-913).

Bentuk implikasi dari etnomatematika ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang bertujuan mengangkat budaya lokal dan memiliki ciri khas masing-masing daerah. Contohnya dengan mengamai benda-benda budaya yang digunakan pada upacara adat, atau benda budaya (artifak) yang memiliki bentuk geometri, cerita upacara adat, dongeng, hokum aday, dan tata karma upcara adat, maupun berbagai macam aktivitas di bidang seni, pertanian, perkebunan, pertukangan, permainan

(9)

131 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

tradisional di lingkungan sisiwa. Serta aktivitas sehari-sehari siswa di rumah seperti memasak, membuat the atau kopi, dsb. Hal-hal inilah yang kemudian membantu peserta didik dalam melihat keterkaitan langsung antara matematika dalam kehidupan sehari-hari serta matematika formal yang telah diajarkan di sekolah.

Etnomatematika adalah jembatan matematika dengan budaya, yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa etnomatematika melakukan cara-cara yang berbeda saat melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat. Melalui penerapan etnomatematika sebagai suatu pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi pembelajaran yang dipelajari terkait budaya akan lebih mudah dipahami oleh siswa yang merupakan aktivitas sehari-hari mereka dalam bermasyarakat (Wahyuni, dkk. 2013:116). Dengan melakuakan inovasi pembelajaran di kelas merupakan salah satu bentuk penerapann dalam pembelajaran matematika berbasis budaya (etnomatematika).

Istilah dari etnomatematika dalam Bahasa Indonesia sangat jarang ditemukan dalam kamus Bahasa Indonesia maupun dalam kajian matematika yang telah dilakukan oleh para pemerhati disiplin ilmu matematika. Namun sebaliknya, etnomatematika ini telah banyak dikaji dan diterjemahkan dalam bahasa melayu melalui seorang ahli sains dan Malaysia yakni Sharir Mohammad zain yang menorehkan tulisan dalam Berita Harian Online yang menuliskan etnomatemathics merujuk pada upaya mengangkat budaya etnis islam melayu dalam tatanan pengetahuan di dalam bidang sains maupun dalam bidang matematika. Sehingga dalam bahasa melayu etnomatemathics diterjemahkan menjadi ethnomatematik.

Pembelajaran matematika yang efektif membutuhkan suatu pendekatan. Sebagaimana tujuan pembelajaran itu sendiri dilakukan agar peserta didik mampu menguasai konten materi yang diajarkan dan dapat memecahkan masalah. Dan untuk mencapai tujuan pembelajaran ini mesttinya guru lebih memahami factor yang berpengaruh dalam lingkungan belajar siswa. Termasuk materi matematika. Karena apabila suatu materi jauh dari skema budaya mereka, maka akan sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, suatu pendekatan diperlukan yang mampu menghubungkan antara matematika dengan budaya mereka.

(10)

132 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

Gambar 1. Gambar Permainan

Pada gambar permainan ke 1,2,3, dan 5 di atas memiliki nilai matematika yang dapat dimanfaatkan adalah pokok bahasan mengenai kelipatan dan factor bilangan yang merupakan salah satu mata pelajaran matematika di sekolah dasar. Sedangkan permainan ke-4 di atas memiliki aturan permainan pada jumlah pemain yang terdiri dari 2,4, dan 6 orang. Hal ini menunjukkan deretan bilangan kelipatan 2. Sedangkan pada permainan Baguli jumlah pemainnya terdiri dari 2 sampai 10 orang, dalam permainan ini memiliki nilai matematika yang dapat dimanfaatkan pada implikasi materi operasi hitung bilangan diantara lain (1) melakukan operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat (2) membandingkan dan mengurutkan bilangan bulat (3) melakukan pengenalan bilangan asli, dan (4) melakukan pengukuran dengan menggunakan konsep keliling dan luas.

Hasil budaya masyarakat yang memuat konsep matematika memiliki bentuk-bentuk dan dibangun menjadi sebuah pendekatan pembelajaran. Pembelajaran inilah yang disebut sebagai pembelajaran berbasis buday. Sudah barangtentu setiapp bentu etnomatematika akan disesuaikan terhadap konsep yang sepadan tanpa menghambat peserta didik dalam pembelajaran matematika. Oleh karenanya, pembelajaran itu sekiranya perlu untuk dikemas semenarik mungkin.Alfonsa (2015) dalam Ali

(11)

133 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

menyimpulkan terkait konsep matematika telah menjadi milik dan telah dihidupi sejak lama.

Banyak konsep-konsep matematika terutama dalam konsep geometri dan aljabar yang direalisasikan dalam suku Amanuban. Konsep geometri yang direalisasikan dalam kebudayaan masyarakat suku Amanuban yakni lingkaran, persegi, persegi panjang, belah ketupat, kerucut. limas, prisma, segi banyak, balok, tabung dan kubus. Tidak hanya luas permukaan, melainkan konsep volume pun dapat dianalisis berdasarkan bentuk-bentuk etnomatematika yang ada. Operasi bilangan bulat baik itu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan dapat ditemukan pada permainan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Perlu dianalisis secara mendalam juga Konsep peluang dan barisan aritmatika serta konsep yang lain. Meninjau kurikulum 2013 yang telah menanamkan pemikiran ilmiah dan pendidikan karakter, mengintegrasikan etnomatematika dan pembelajaran matematika menjadi rasional. Tulisan ini akan membahas kemungkinan dari pengintegrasian etnomatematika dalam bentuk implementasi kurikulum matematika dan model pembelajaran yang mendukung pembelajarannya.

Contoh di atas itulah yang kemudian menjadi wujud keberhasilan terhadap pembelajaran matematika berbasis budaya (etnomatematika) yang dapat dilakukan oleh guru. Serta sebagai wujud upaya perbaikan pembelajaran matematika. Hal ini berarti nilai-nilai sosio-kultur-budaya tidak terpisah dari ilmu matematika yang dijembatani oleh etnomatematika.

PENUTUP

Dari pembahasan diatas mengenai etnomatematika dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran matematika yang efektif membutuhkan suatu pendekatan. Sebagaimana tujuan pembelajaran itu sendiri dilakukan agar peserta didik mampu menguasai konten materi yang diajarkan dan dapat memecahkan masalah. Dan untuk mencapai tujuan pembelajaran ini mestinya guru lebih memahami factor yang berpengaruh dalam lingkungan belajar siswa. Termasuk materi matematika. Karena apabila suatu materi jauh dari skema budaya mereka, maka akan sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, suatu pendekatan diperlukan yang mampu menghubungkan antara matematika

(12)

134 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

dengan budaya mereka. Etnomatematika inilah yang menjadi jembatan atara matematika dengan budaya.

Menurut Erdes (1994) Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya. Etnomatematika memiliki gagasan yang dapat memperkaya pengetahuan yang telah ada dalam matematika. Apabila perkembangan etnomatematika ini banyak yang telah mengkaji, maka akan tidak mungkin bila matematika dapat diajarkan secara berkesan dan bersahaja melalui implikasi budaya lokal.

Implementasi etnomatematika pada kurikulum di sekolah masih sangat minim. Alangkah lebih baik bila etnomatematika ini dimaksimalkan sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan proses pembelajaran materi matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Abi, Alfonsa M. (2016). Integrasi Etnomatematika dalam Kurikulum Matematika Sekolah. JPMI (jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 1(1), 1-6.

Nisa, F. F., Muhtadi, D., & Sukirwan, S. (2019). Studi etnomatematika pada aktivitas urang sunda dalam menentukan pernikahan, pertanian dan mencari benda hilang. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika), 5(2), 63-74.

Fitriani, Indah Amelia, dkk. (2019). Etnomatematika: Sistem Operasi Bilangan Pada Aktivitas Masyarakat Jawa. Journal of Authentic Research on Mathematics Education (JARME). 2(1). 1-11.

Lestari, N., Sunardi, S., Yudianto, E., Setiawan, T. B., & Trapsilasiwi, D. (2019). Etnomatematika pada Proses Penetasan Telur Penyu Hijau Semi Alami di Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri Sebagai Bahan Ajar Siswa Berbasis Fraktal. Saintifika, 21(1), 61-70.

Mahendra, I Wayan Eka. (2017). Project Based Learning Bermuatan Etnomatematika dalam Pembelajar Matematika. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(6), 106-114. Nuh, Zulkifli M, dan Dardiri. (2016). Etnomatematika dalam Sistem Pembilangan pada

Masyarakat Melayu Riau. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, 2(19), 220-238.

(13)

135 Badrullah. Pendekatan etnomatematika dalam peningkatan kompetensi dasar pola bilangan bulat siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulsel, 1(1), 123-135, 2020.

Nur Prabawati, Mega. (2016). Etnomatematika Masyarakat Pengrajin Rajapolah Kabupaten Taksimalaya. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Sliwangi Bandung, 1(5), 25-31.

Sirate, Sitti Fatimah S. (2015). Menggagas Integrasi Multikultur Pembelajaran Matematika. AULADUNA, 2(2), 246-263.

Supriatna, Apit dan Nurcahyono, Novi Andri. (2017). Etnomatematika: Pembelajaran Matematika Berdasarkan Tahapan-Tahapan Kegiatan Bercocok Tanam. ISBN.978-602-50088-0-1. 26-32.

Tandililing, Edy. Pengembangan Pembelajran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah. ISBN: 978 – 979 – 16353 – 9 – 4. 193-202.

Wahyuni, Astri. dkk. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa. ISBN: 978 – 979 – 16353 – 9 – 4. 113-118.

Gambar

Gambar 1. Gambar Permainan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian agregat halus yang berasal dari Klaten yang dituliskan pada Tabel 1 daiats, dapat diliaht dari parameter pengujian diatas bahwa agregat halus memenuhi syarat

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolahan data yang akhirnya dijadikan patokkan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

Rendahnya jumlah anggota komite audit dengan pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dapat menyebabkan komite audit kurang mampu menganalisa dan mengevaluasi diskresi yang

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam skripsi ini akan dikaji lebih lanjut mengenai tindakan pelanggaran nama domain terhadap merek di dalam perspektif hukum yang

Karena hanya ada satu CI test yang digunakan untuk memeriksa keterhubungan tersebut (arah sudah diketahui dari informasi node ordering), sehingga cut set yang tepat dapat

Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi data prosentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya dianalisa berdasarkan teori dan konsep

Penyajian informasi ketersediaan tiket yang masih manual menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh jasa travel karena calon penumpang harus datang ke agen

 Panduaan  Penataan  Kaawasan  Alun-­‐alun  Semarang..   Restaurant  dan  Segala