• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terutama bagi remaja yang berdampak secara fisik dan sosial cukup serius yang mengakibatkan depresi, perasaan bersalah, kehamilan tidak diinginkan dan mengugurkan kandungan. Persoalan perilaku seksual remaja yang banyak disoroti adalah tentang kesehatan reproduksi sebab secara fisiologis remaja sudah mengalami dorongan seksual, menurut Santrock (2003) remaja pada umumnya memiliki ketertarikan dan ingin mempunyai hubungan seksual dengan lawan jenis. Namun budaya di Indonesia menyebutkan bahwa hubungan seksual diperbolehkan apabila sudah menikah. Kondisi remaja yang memiliki dorongan seksual dan larangan untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, memicu terjadinya perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 1971 mendefinisikan masa remaja sebagai masa transisi yang terjadi pada usia 10-24 tahun. Demikian juga yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (2011) bahwa usia remaja pada usia antara 10-24 tahun. Santrock (2003) dan hasil BPS dan ORC Marco (2013) menyebutkan bahwa usia remaja sangat rentan terhadap perilaku berisiko atau kenakalan remaja, seperti berkelahi, tawuran, narkoba, dan seks bebas.

(2)

2

Data sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk terbesar pada usia muda 10-24 tahun yaitu 27,6% dari jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (BPS, 2010). Besarnya jumlah penduduk remaja akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk pada masa akan datang. Kelompok umur remaja (10-24 tahun) memasuki usia reproduksi, akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di tahun mendatang. Proyeksi penduduk di Indonesia pada tahun 2035 menunjukkan bahwa kelompok umur 10-24 tahun merupakan kelompok umur paling banyak di antara kelompok umur yang lain, yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun 22,5 juta jiwa, kelompok umur 15-19 tahun 23,2 juta jiwa dan kelompok umur 20-24 tahun 23,7 juta jiwa.

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2007 (BPS, 2008) menunjukkan bahwa remaja (15-24 tahun) pernah melakukan hubungan seks pranikah, perempuan sekitar 2,7% dan laki-laki sekitar 14,2%. Terjadi penurunan di tahun 2012 pada remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah hanya 1 % untuk remaja laki-laki dan sekitar 4,3 % untuk remaja perempuan. Didukung dengan penelitian Bogale dan Seme (2014) menyebutkan bahwa rata-rata remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah pada umur 16 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwatiningsih dan Fury (2010) menyebutkan bahwa selama melakukan hubungan seksual sebagian remaja sudah mengenal alat kontrasepsi. Fakta tersebut didukung oleh penelitian Prasetyo (2012) menyebutkan bahwa remaja perempuan yang mempunyai pengetahuan tentang kontrasepsi lebih cenderung melakukan hubungan seks pranikah.

(3)

3

Kontrasepsi adalah alat, obat, efek, atau tindakan yang dimaksud untuk mencegah kehamilan atau pencegahan konsepsi. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hubungan seksual pranikah adalah persepsi dari sikap negatif tentang nilai keperawanan, dalam data SKRRI 2012 menyebutkan bahwa remaja dapat menerima wanita yang sudah tidak perawan lagi. Menurut Santrinawati (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah umumnya adalah remaja yang mempunyai sikap negatif terhadap nilai-nilai keperawanan.

Remaja ingin sekali mencari pengalaman terhadap hal-hal yang mereka anggap baru, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan orang dewasa, termasuk hubungan seks pranikah dan pornografi (Situmorang, 2001). Hal ini yang menimbulkan dorongan seksual terhadap lawan jenis, mulai dari ketertarikan perubahan bentuk tubuh hingga menyukai dan mencintai lawan jenis. Perilaku remaja dalam membuktikan bentuk cinta terhadap lawan jenis melalui seks pranikah, mengakibatkan kehamilan pada remaja baik yang melalui pernikahan atau tanpa adanya pernikahan. Menurut Hurlock (1973) terdapat aktifitas lain yang umumnya dilakukan para remaja untuk menyalurkan dorongan seksual agar mendapatkan kepuasan jasmaniah adalah dengan melihat majalah atau film porno atau berfantasi seksual.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, secara fisik dan psikologi remaja berbeda dengan anak-anak dan dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Pada masa remaja, seorang individu mulai

(4)

4

memasuki masa pubertas, yang pada masa ini seseorang mulai merasakan meningkatnya dorongan seksual. Permasalahan yang kemudian timbul akibat meningkatnya dorongan seksual ini adalah secara normatif mereka yang belum menikah tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual. Pada sisi lain dengan adanya peningkatan status gizi, usia kematangan seksual semakin cepat, sedangkan remaja menunda usia pernikahan karena alasan menuntut pendidikan serta ingin berkarir. Keadaan di mana remaja menghadapi kebutuhan seksual yang belum dapat terpenuhi ini mendorong remaja melakukan hubungan seksual pranikah.

1.2. Perumusan Masalah

Remaja dalam studi kesehatan reproduksi merupakan kelompok yang menarik karena pertama, secara fisik telah mencapai kematangan organ seksual dan memiliki dorongan seksual serta terdapat larangan untuk tidak melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Kedua, hidup dalam globalisasi termasuk informasi dan komunikasi sehingga banyak informasi yang terkait dengan kesehatan reproduksi dapat diakses dengan mudah, sementara itu lembaga yang secara khusus menangani persoalan keluarga berencana kehilangan eksistensinya. Kondisi remaja yang mengalami perubahan fisik dan dengan adanya globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan sikap perilaku remaja yang mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti peningkatan perilaku seksual remaja sebelum menikah yang diiringi dengan penyebaran penyakit kelamin, kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Hal ini yang

(5)

5

menjadi masalah sosial bagi masyarakat dan pemerintah, dalam mengatasi remaja yang mengalami akibat-akibat dari tingkah laku seksual yang tidak semestinya.

Beberapa penelitian yang terkait dengan remaja di Indonesia umumnya meneliti kehidupan remaja berhubungan dengan sikap terhadap hubungan seksual pranikah, HIV/AIDS dan NAPZA, kehamilan, dan aborsi. Namun dalam penelitian ini lebih mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia dalam ilmu kependudukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti membuat pertanyaan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi latar belakang remaja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan KB, dan paparan media massa di Indonesia?

2. Bagaimana hubungan kondisi latar belakang remaja terhadap perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia melalui variabel antara?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah remaja di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui latar belakang remaja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan KB, dan paparan media massa di Indonesia. 2. Mengetahui hubungan kondisi latar belakang remaja terhadap perilaku

seksual pranikah remaja di Indonesia melalui variabel antara.

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah remaja di Indonesia.

(6)

6 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dari sisi teoritis dan praktis empiris. Manfaat teoritis penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu kependudukan dari sisi remaja sebagai ilmu pengetahuan remaja tentang perilaku seks remaja di Indonesia. Mampu menjelaskan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada remaja menurut karakteristik latar belakang.

Manfaat praktis empiris hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revitalisasi program BKKBN yang terkait dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia dalam mensosialisasikan kesehatan reproduksi remaja dan dampak dari perilaku seks pranikah remaja. Penelitian ini juga dapat digunakan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan data SKRRI 2012.

1.5. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian digunakan sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian sebelumnya yang sejenis serta untuk menghindari plagiatisme dalam penulisan penelitian ini. Penelitian yang sejenis yang terkait dengan perilaku seksual remaja terdapat empat penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu :

Hasil penelitian dari Purwatiningsih dan Furi (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memilih pacar atau pasangannya untuk melakukan hubungan seksual. Sebagian kecil yang memilih dengan pelacur/pekerja seks komersial (PSK) yang rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS) maupun

(7)

7

HIV/AIDS. Temuan yang lain bahwa remaja sudah cukup permisif dengan pengetahuan tentang upaya pencegahan kehamilan melalui kontrasepsi berupa kondom yang banyak dipilih. Perilaku seksual remaja laki-laki cenderung lebih permisif daripada remaja perempuan. Peran sosial yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja yaitu remaja lebih nyaman membicarakan kesehatan reproduksi dengan teman atau sahabat setelah itu dengan guru di sekolah dan ibu di keluarga.

Perbedaan dari penelitian Purwatiningsih dan Fury (2010) adalah data yang digunakan dan metode analisis statistik. Data penelitian menggunakan SKRRI 2007 sedangkan dalam penelitian yang dilakukan menggunakan data SKRRI 2012. Analisis statistik menggunakan tabel silang atau chi-square sedangkan dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik biner.

Penelitian kedua dari Prasetyo (2012) yang melakukan penelitian di D.I. Yogyakarta tentang perilaku berisiko kesehatan terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah menemukan bahwa remaja pria lebih tinggi melakukan hubungan seksual pranikah daripada remaja perempuan. Perilaku berisiko kesehatan lebih dominan terhadap perilaku remaja pria yang merokok, pernah minum-minuman beralkohol dan pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang lebih cenderung melakukan hubungan seksual pranikah daripada remaja pria yang tidak. Semakin tinggi jenjang pendidikan remaja pria dan wanita akan semakin tinggi kecenderungan untuk melakukan hubungan seks pranikah. Di samping itu, kecenderungan remaja wanita melakukan hubungan seks pranikah

(8)

8

juga didukung oleh pengetahuan mengenai sistem reproduksi dan kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian dan data yang digunakan. Lokasi penelitian berada di DI. Yogyakarta, sedangkan penelitian yang dilakukan secara nasional seluruh Indonesia terdapat 33 provinsi. Data penelitian menggunakan data SDKI 2007 sedangkan dalam penelitian yang dilakukan menggunakan data SKRRI 2012.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Satiti (2013) dengan judul “Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seks Pranikah Remaja Provinsi DIY” menunjukkan bahwa televisi sebagai media massa yang mampu menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS, sehingga remaja yang memperoleh informasi dari televisi mampu mencegah penularan HIV/AIDS. Hasil penelitian yang kedua yaitu menggunakan uji statistik menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang tinggal di daerah perkotaan pernah melakukan hubungan seksual. Uji signifikan yang kedua yaitu pengalaman pacaran remaja merupakan proses eksperimen hubungan seks seperti suami istri. Uji ketiga karena pengaruh teman sebaya yang sama-sama pernah melakukan hubungan seks pranikah.

(9)

9

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil

1

Sri Purwantiningsih

dan Sofia Nur Yulida Furi (Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2010) Permisitivitas Remaja dan Peran Sosial dalam

Perilaku Seksual di Indonesia

1. Mengetahui perilaku seksual remaja 2. Mengetahui peran

keluarga, sekolah dan media massa terhadap perilaku remaja

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. Analisis

deskriptif kuantitatif

1. Perilaku seksual remaja dengan pacar didorong rasa penasaran atau ingin tahu. 2. Umur pertama kali melakukan hubungan

seksual terbanyak antara 15 sampai 19 tahun.

3. Penggunaan alat kontrasepsi berupa kondom cukup tinggi sebagai pencegah kehamilan.

4. Remaja laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas seksual selama pacaran dibanding remaja perempuan.

5. Remaja lebih banyak mengakses informasi di media massa dibanding dari sekolah atau keluarga. 2 Hery Eko Prasetyo (Tesis, 2012) Hubungan Perilaku Berisiko Kesehatan terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Data Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja 2007 ) 1. Mengetahui hubungan perilaku berisiko kesehatan terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah 2. Mengetahui latar belakang remaja terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah

Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat

1. Remaja pria yang mempunyai merokok, pernah minum-minum beralkohol dan pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang kecenderungan lebih tinggi melakukan hubungan seksual pranikah.

2. Semakin tinggi jenjang pendidikan remaja pria maka akan semakin tinggi kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah, dan pernah minum-minum beralkohol.

3. Semakin tinggi pengetahuan remaja wanita mengetahui kontrasepsi maka akan semakin tinggi kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah.

(10)

10 3 Sonyaruri Satiti

(Tesis, 2013)

Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seks Pranikah Remaja Provinsi DIY (Analisis Data SKRRI

2007 dan Survei Indikator Kinerja RPJMN Program Kependudukan dan KB Nasional Indonesia Tahun 2011) 1. Mengetahui pengetahuan HIV/AIDS dan sikap terhadap ODHA pada remaja di Provinsi DIY menurut karakteristik latar belakang

2. Mengetahui sumber informasi HIV/AIDS yang paling banyak diakses oleh remaja di Provinsi DIY 3. Mengetahui faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di Provinsi DIY

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

Tahun 2007 dan data publikasi

Survei Indikator Kinerja RPJMN Program Kependudukan dan KB Nasional Tahun 2011. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.

1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan sebagai faktor internal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap ODHA

2. Televisi menjadi media yang paling banyak diakses oleh remaja untuk mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dibandingkan radio maupun surat kabar atau majalah 3. Hasil analisis regresi logistik biner

menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal, jenis kelamin, pengalaman pacaran, dan teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku seks pranikah remaja

4. Alemayehu Bogale dan Assefa Seme (Reproductive Health, 2014) Premarital Sexual Practices and Its Predictors Among

In-School Youths of Shendi Town, West Gojjam Zone, North Western Ethiopia

Menilai praktek seks pranikah dan prediktor di kalangan sekolah remaja di Utara Bagian Barat Ethiopia

Data cross-sectional dengan jumlah sample 826 remaja yang masih

bersekolah dari bulan Desember 2011 hingga

Janurai 2012 di Kota Shendi. Analisis data menggunakan regresi

biner.

1. Sejumlah 19% remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah.

2. Usia pertama kali melakukan hubungan seks pranikah bagi remaja pria (16 tahun) dan perempuan (15 tahun).

3. Praktek seks secara signifikan dipengaruhi oleh remaja yang tinggal bersama teman/kerabat, hidup sendiri tanpa kontrol orangtua dan menonton film pornografi. Lanjutan Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

(11)

11

Perbedaan penelitian berada pada lokasi penelitian, data yang digunakan dan fokus penelitian. Lokasi penelitian berada di DI. Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan berada di seluruh Indonesia mencakup 33 provinsi. Data penelitian menggunakan data SKRRI 2007 dan RPJMN Program Kependudukan dan KB nasional Tahun 2011, sedangkan penelitian ini menggunakan data SKRRI 2012. Fokus penelitian yang dilakukan mengkaitkan dengan pengetahuan dan perolehan informasi HIV/AIDS di DI. Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian ini lebih mengkaitkan dengan perilaku seks pranikah remaja di Indonesia.

Penelitian ke empat adalah penelitian Bogale dan Seme (2014) yang menggunakan data primer dengan sampel 826 remaja sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pertama kali melakukan hubungan seksual lebih cepat perempuan daripada laki-laki yaitu remaja perempuan pada usia 15 tahun dan remaja laki-laki pada usia 16 tahun. Perbedaan dengan berada pada lokasi penelitian dan metode yang digunakan. Lokasi penelitian berada di Kota Shendi, Gojjam Barat, Utara bagian Barat Ethiopia, sedangkan penelitian yang dilakukan berada di Indonesia. Metode yang menggunakan data primer dengan penggambilan sampling dan dilakukan Focus Group Discussion (FGD), sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder dari SKRRI 2012.

Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian diatas adalah terletak pada sumber data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data SKRRI tahun 2012. Jenis dan rancangan variabel yang digunakan juga berbeda, karena

(12)

12

penelitian ini dilakukan dengan mengadopsi teori dari Ajzen (2005) yang mengkaji determinan perilaku seksual pranikah remaja.

Gambar

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Paulus mendaftarkan lima karunia pelayanan yang dimaksudkan untuk memberikan pimpinan dalam gereja. Apakah hanya orang percaya tertentu saja yang memiliki karunia untuk

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat karunia dan hidayah- Nya, sehingga Tesis ini dapat selesai dengan melewati berbagai kendala sehingga dapat

Penelitian merekomendasikan dalam menjalankan fungsi sebagai pembimbing, sekolah dapat memaksimalkan kolaborasi antar guru kelas dalam pengembangan materi dan rencana

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa data tentang laporan keuangan UKM yang mendapat kredit modal kerja berstatus lancar dan

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ]alur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan ucapan. terima

Secara tata organisasi Unit Layanan Pengadaan (ULP) di atur berdasarkan kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembentukan

Kehidupan Boarding School yang lebih modern yaitu sistem pendidikan yang menggabungkan ilmu pendidikan umum dan ilmu agama Islam serta mewajibkan para siswa untuk