• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas pengolah susu (IPS) pada rasio 50 : 50 (DINAS PETERNAKAN, 2007). Namun s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas pengolah susu (IPS) pada rasio 50 : 50 (DINAS PETERNAKAN, 2007). Namun s"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENERAPAN STANDAR KUALITAS SUSU

TERHADAP KINERJA USAHA KOPERASI SUSU DI

KABUPATEN BANDUNG

(The Effect of Milk Quality Standard Implementation to the Milk

Cooperative Capability in Bandung District)

DEDI SUGANDh, BUDIMAN', dan RoCHADI TAwAF2

'Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 2Fakultas Peternakan Universilas Pad]adjaran

ABSTRACT

Development of dairy cattle business were stagnant after regulation of milk quality standard issued by milk processing industry (IPS) to milk cooperative. Cooperative business were intrupted, ever through some still survived. Therefore, one assessment were conducted to find out the impact of IPS regulation to cooperative business performances in Bandung Regency, West Java, from the end of 2007 to beginning of 2008 . The methods were survey to three categories of milk cooperatives : big, medium, and small. The

analysis showed that the quality standard implementation by IPS could trigger technical capability of dairy cattle farmer and business performances . The cooperatives were able to implement the milk quality standard : dry weight material value, and fatty concentrate, while the amount of bacteric still below standard . Negative effect of IPS quality standard implementation, were overcome through internal management improvement and better services to members . It is recommended that the implementation of IPS quality standard to cooperative should be conducted gradually (step by steps) to minimize the losses of dairy cattle farmers . Keywords : Quality, performances, cooperative, and dairy milk

ABSTRAK

Perkembangan sektor usaha sapi perah di Indonesia mengalami stagnasi, terutama setelah adanya aturan pemberlakuan persyaratan kualitas susu oleh industri pengolah susu (IPS) kepada koperasi . Stabilitas usaha koperasi mengalami gangguan, namun masih ada beberapa koperasi yang mampu bertahan . Untuk itu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui tentang dampak penerapan persyaratan IPS terhadap kinerja usaha koperasi dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap beberapa koperasi susu yang dikelompokkan dalam tiga kriteria yaitu besar, sedang dan kecil . Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan standar kualitas susu oleh IPS dapat menjadi pemicu bagi peningkatan kcmarnpuan teknis peternak dan kinerja usaha koperasi. Koperasi telah mampu menerapkan persyaratan kualitas susu yang terdiri dari nilai kadar bahan kering, bahan kering tanpa lemak, dan kandungan lemak, sedangkan untuk jumlah kuman dalam susu masih di bawah standar. Dampak negatif yang timbul akibat penerapan standar kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi dapat diatasi melalui pembenahan mananjemen internal dan peningkatan layanan pada anggota . Disarankan, penerapan standar kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi dilakukan secara bertahap dalam upaya meminimalkan kerugian peternak sapi perah rakyat .

Kata kunci : Kualitas, kinerja, koperasi, dan susu

PENDAHULUAN

sehingga keberadaan koperasi betul-betul merupakan tulang punggung dalam Pembangunan industri sapi perah di pembangunan peternakan sapi perah rakyat . Indonesia tidak dapat terlepas dari peran Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan dalam koperasi sebagai wadah pembinaan dan meningkatkan produksi susu lokal pada pelayanan bagi anggota dalam hal penyedia periode 1989-1994 hingga menyamai volume sarana, penanganan dan penyaluran hasil, bahan baku susu impor oleh kalangan industri

(2)

pengolah susu (IPS) pada rasio 50 : 50 (DINAS PETERNAKAN, 2007). Namun selama periode sepuluh tahun sejak dicapainya rasio tersebut, perkembangan usaha ini mengalami stagnasi, sehingga untuk memenuhi permintaan produk susu yang terus meningkat terpaksa harus dipenuhi oleh bahan baku asal impor . Pada tahun 2001, dilaporkan bahwa kontribusi produksi susu lokal hanya mampu memenhi 30% dari kebutuhan nasional (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2001 dalam DINAS PETERNAKAN, 2007). Kondisi ini lebih diperparah oleh pemberlakuan persyaratan kualitas susu oleh IPS kepada koperasi pada tahun yang menetapkan syarat minimal harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh GKSI (GABUNGAN KOPERASI Susu INDONESIA, 1995). Persyaratan tersebut adalah nilai berat jenis 1,028, kadar total nilai bahan kering atau Total Solid (TS) berkisar antara 11-18%, bahan kering tanpa lemak atau Solid Non

Fat (SNF) minimal 7,8%, kandungan lemak (Fat) antara 3,2-3,5% dan jumlah kandungan

kuman dalam susu (TPC) dibawah 10

juta/mililiter susu (HERMAWAN, 2003) . Berdasarkan nilai-nilai persyaratan tersebut, dapat ditentukan harga susu yang akan diterima oleh koperasi . Apa bila temyata kualitas susu berada diatas ketentuan yang disyaratkan, maka akan mendapat harga diatas harga standar, namun apa bila kualitas susu berada dibawah standar yang ditentukan, maka akan mendapat harga di bawah harga standar, atau ditolak sama sekali oleh pihak IPS . Ketentuan tersebut sebetulnya masih dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 yang mensyaratkan nilai SNF minimal 8%, dan jumlah kuman terkandung maksimal I juta/ml susu (h ttp ://www.win2pdf com, 2008) . Sejak saat itu stabilitas usaha koperasi sebagai tulang punggung pembangunan industri petemakan sapi perah rakyat mengalami gangguan, bahkan terdapat sebelas koperasi di Jawa Barat yang mengalami stagnasi hingga tidak dapat melakukan kegiatan usahanya (GKSI, 2003) .

Meningkatnya harga susu akhir-akhir ini mengakibatkan sebagian petemak anggota koperasi ada yang menjual basil produksinya melalui jalur non koperasi dengan alasan harga jual lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditetapkan oleh koperasi . DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA BARAT (2003) menyatakan bahwa produksi susu di Jawa Barat pada tahun

Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

2003 sebanyak 207 .854 ton, sedangkan GKSI menyampaikan hal tersebut sebesar 152 .805 ton . Perbedaan jumlah produksi sebesar 55 .049 ton (26% dari total produksi) diduga merupakan jumlah susu yang dijual melalui jalur non koperasi. Namun demikian ternyata masih ada koperasi yang mampu bertahan, bahkan seolah-olah tidak terpengaruh oleh kejadian yang sedang berkembang . Hal ini mendeskripsikan adanya fenomena menarik untuk dikaji, khususnya tentang knerja koperasi susu yang hingga saat ini masih mampu bertahan dan tetap melakukan usaha dalam bidang usaha peternakan sapi perah rakyat .

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008, menggunakan metode survey terhadap koperasi susu dengan kriteria besar, sedang, dan kecil. Kriteria tersebut didasari pada ketentuan sebagai berikut : (1) Koperasi besar adalah koperasi yang dalam jangka waktu dua tahun terakhir menunjukan jumlah anggota aktif lebih dari 5 .000 orang peternak, (2) Koperasi sedang adalah koperasi yang dalam waktu dua tahun terakhir memiliki jumlah anggota aktif antara 1 .000 - 5 .000 orang peternak, dan (3) Koperasi kecil adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir memiliki anggota aktif kurang dari 1 .000 orang peternak.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor GKSI Jawa Barat (2003), terpilih Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang mewakili koperasi dengan kriteria besar, KUD Sarwa Mukti Cisarua mewakili koperasi dengan kriteria sedang, dan KUD Pasir Jambu mewakili koperasi dengan kriteria kecil .

Pengamatan dilakukan terhadap

karakteristik dan kinerja koperasi yang dicerminkan dari perkembangan jumlah anggota, dan jumlah populasi temak, kapasitas produksi, serta kualitas susu yang dihasilkan . Kinerja usaha koperasi dilihat dari data perkembangan neraca keuangan tahunan dan hasil analisis rugi laba usaha . Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

(3)

Karakteristik koperasi terpilih

Karakteristik koperasi susu dalam penelitian ini dilihat dari kinerja anggota maupun manajemen

koperasi yang

Tabel 1 . Karakteristik koperasi terpilih berdasarkan perkembangan jumlah anggota, populasi temak, produksi, dan kualitas susu, tahun 2003-2007

Keterangan : 1)n.a. : data tidak tersedia

2) Data diolah dari Laporan tahunan KPSBULembang,KUDSarwa Mukti, danKUDPasir Jambu, tahun 2003-2007

Tabel 1 menunjukan bahwa karakteristik dan produksi susu. Kualitas susu yang koperasi dengan kriteria besar yang diwakili dihasilkan oleh anggotanya sejak diberlakukan oleh KPSBU Lembang, memberikan gambaran persyaratan dari IPS, cenderung mengalami adanya peningkatan jumlah anggota, populasi peningkatan dan telah memenuhi persyaratan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

dicerminkan dari perkembangan jumlah anggota dan jumlah ternak sapi perah, produksi serta kualitas susu yang dihasilkan oleh anggotanya. Secara rinci karakteristik koperasi susu terpilih dengan kriteria besar, sedang, dan kecil di sajiken pada Tabel 1 .

No. Tolok ukur Keragaan pada tahun

2003 2004 2006 2007

A. 1 .

Koperasi dengan kriteria besar

Jumlah anggota/petemak (orang) 5 .305 5.797 6.163 6.226 2 . Jumlah populasi sapi perah (ekor) 16.980 16 .533 16 .741 3 . Jumlah sapi Iaktasi (ekor) 9 .920 7.466 8 .632 9.419 4 . Produksi susu (ribu It/thn) 31 .858 . 31 .662 35 .148 37 .425 5 . Kualitas susu (%) : - TS 11,82 11,88 12,34 12,17 - SNF 7,92 7,92 8,13 8,19 - Fat 3,90 3,95 4,21 3,98 - TPC (jt/ml) 5,94 5,39 0,64 0,70 B . 1 .

Koperasi dengan kriteria sedang

Jumlah anggota/petemak (orang) 1 .624 1 .247 1 .234 1 .367 2. Jumlah populasi sapi perah (ekor) 8.290 3 .857 n .a. n .a. 3 . Jumlah sapi laktasi (ekor) 2.659 2 .600 n .a n .a. 4. Produksi susu (ribu It/tahun) 11 .464 . 12.304 . 8 .598,6 6 .983,2 5 . Kualitas susu (%) : - TS 10,82 11,42 11,03 11,2 - SNF 7,45 7,67 7,47 7,66 - Fat 3,36 3,50 3,56 3,36 - TPC (it/ml) 8,19 n .a n .a. B . 1 .

Koperasi dengan kriteria kecil

Jumlah anggota/peternak (orang) 2.920 600 420 621 2 . Jumlah populasi sapi perah (ekor) 3 .606 3 .998 2 .217 2 .292

3 . Jumlah sapi laktasi (ekor) 1 .700 1 .718 802 877

4. Produksi susu (ribu It/tahun) 7 .132.1 6.274 .5 2 .777 3 .072 5 . Kualitas susu (%) :

- TS 10,76 11,60 11,24 11,16

- SNF 7,20 8,02 7,59 7,60

- Fat 3,56 3,58 3,65 3,52

(4)

yang ditentukan oleh GKSI. Bahkan, sejak tahun 2006 mampu melampaui standar SNI 01-3141-1998 .

Karakteristik koperasi dengan kriteria sedang yang diwakili KUD Sarwa Mukti, menunjukan gambaran perkembangan jumlah anggota dan populasi sapi perah serta produksi susu yang menurun . Kualitas susu yang dihasilkan meliputi TS, dan kadar lemak (Fat), relatif meningkat dan umumnya telah memenuhi persyaratan, kecuali untuk kandungan SNF masih sedikit dibawah ketentuan yang disyaratkan GKSI sebesar 7,8% . Jumlah TPC tidak tersedia data secara reguler . Karakteristik koperasi dengan kriteria kecil yang diwakili KUD Pasir Jambu, menunjukan gambaran adanya penurunan jumlah anggota aktif, populasi sapi perah, dan produksi susu. Penurunan anggota mencapai sekitar 80% pada periode 2003-2006, dan mulai meningkat kembali pada tahun 2007 . Kualitas susu, meliputi kandungan TS dan Fat sudah memenuhi standar yang disyaratkan, sedangkan kandungan SNF baru tercapai pada tahun 2004 dan kembali menurun sampai akhir tahun 2007 . Kandungan TPC baru dapat dipenuhi pada tahun 2006 hingga akhir tahun 2007 masing-masing sebesar 10 juta/ml susu dan 2,23 juta/ml susu .

Gambaran tersebut menunjukan bahwa dampak penerapan standar kualitas susu terhadap koperasi nengakibatkan turunnya produksi susu bagi koperasi kriteria kecil . Hat ini disebabkan karena turunnya jumlah peternak yang menjadi anggota sekaligus sebagai produsen dan pemasok susu bagi koperasi. Hal ini terlihat dari kejadian turunnya jumlah anggota yang berdampak pada penurunan produksi susu pada koperasi . Hal yang serupa juga terjadi pada KUD Sarwa Mukti yang mewakili koperasi dengan kriteria sedang . Sebaliknya koperasi dengan kriteria besar seperti KPSBU Lembang, dengan kelengkapan sistem organisasi dan sarana pendukung memadai, penerapan aturan tersebut tidak menjadi kendala yang berdampak pada penurunan kinerja. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan aturan ini harus dilakukan, dalam upaya menyediakan produk pangan berkualitas dan hygienis, terlebih dalam menghadapi tantangan pasar global . Namun demikian implementasi peraturan ini perlu dilakukan secara bertahap

Semitoka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

dan harus disosialisasikan secara terus menerus dan konsisten kepada seluruh pelaku industri persusuan, utamnya peternak sapi perah rakyat.

Kinerja usaha koperasi

Keragaan kinerja usaha koperasi digambarkan melalui perkembangan neraca keuangan tahunan dan hasil analisis rugi-laba pelaksanaan usaha. Tabel 2 menyajikan gambaran kinerja usaha koperasi berdasarkan perkembangan neraca keuangan tahunan dalam empat tahun terakhir . Data ini menunjukan bahwa koperasi dengan kriteria besar mengalami perkembangan usaha yang meningkat . Koperasi dengan kriteria sedang, juga menunjukan kinerja yang posotif walaupun pada awalnya mengalami sedikit penurunan . Kinerja koperasi dengan kriteria kecil menunjukan perkembangan menurun selama periode tersebut .

Kinerja keungan diukur berdasarkan rasio likuiditas dan solvabilitas . Menurut DoWNEY dan ERiCKSON, (1992), rasio likuiditas adalah kemampuan koperasi dalam melunasi hutang jangka pendek, sedangkan rasio solvabilitas meliputi kemampuan koperasi dalam membayar klaim/hutang jangka panjang . LEE et al. (1988) meyatakan bahwa suatu peruyahaan disebut likuid apabila asset yang dimiliki saat ini (aktiva lancar) dapat menutupi kewajiban hutang saat ini (kewajiban lancar) . Dalam hal ini dapat ditunjukan oleh rasio lancar (current ratio) . Nilai rasio lancar diperoleh dari hasil bagi antara nilai aktiva lancar (total current assets) dengan nilai kewajiban lancar (total current liabilities). Sedangkan Solvabilitas adalah komponen modal pinjaman dan dana-dana (kewajiban jangka pendek ditambah kewajiban jangka panjang) untuk mengoperasionalkan/ membelanjakan kegiatan-kegiatan usahanya . Rasio ini dapat dilihat dari net capital ratio yang diperoleh dari hasil bagi total assets dengan total liabilities .

Koperasi dengan kriteria besar pada akhir 2007 menghasilkan ratio liquiditas sebesar 1,11 dan solvabilitas 0,56 . Keadaan ini menggambarkan bahwa pihak koperasi memiliki rasio kemampuan membayar hutang jangka pendek oleh aktiva lancar sebesar 1,11,

(5)

sedangkan rasio kemapuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya oleh semua harta yang dimilikinya adalah sebesar 0,56 . Ini

Tabel 2 . Keragaan neraca keuangan koperasi susu dengan kriteria besar, sedang, dan kecil, tahun anggaran 2003-2007 No Tolok ukur A Koperasi besar Aktiva (Rp) : 1 . Aktiva lancar 2. Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap

4. Aktiva lain-lain

Jumlah aktiva Passiva :

1 . Kewajiban lancar 2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih Jumlah passiva B Koperasi sedang Aktiva (Rp): 1 . Aktiva lancar

2 . Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap

4. Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Passiva:

1 . Kewajiban lancar

2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih Jumlah passiva C Koperasai kecil Aktiva (Rp): 1 . Aktiva lancar

2 . Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap

4. Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Passiva :

1 . Kewajiban lancar 2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih

Jumlah passiva

Dari Tabel 2 dapat pula dilihat gambaran rasio liquiditas maupun solvabilitas koperasi

SemilokaNasionalProspekIndustri SapiPerah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

mengandung arti bahwa setiap Rp . 1 ; aktiva dapat digunakan untuk menjamin Rp . 0,56 kewajibannya .

Nilai anggaran (Rp) pada tahun

2003 2004 2006 2007 13 .409 .644 .289 13 .748 .326 .418 15 .829 .887.034 18 .125 .528 .754 1 .174.780 .844 1 .263 .683 .454 1 .383 .762.732 1 .446 .351 .332 11 .058 .358 .556 13 .355 .818 .466 8 .508 .271 .272 11 .161 .316.178 797 .230.135 n.a . 10 .316 .200 18 .730 .723 21 .427 .683 .624 22 .517.915 .969 25 .732 .237.239 30.751 .926.987 5 .144 .841 .246 7 .416 .303 .384 10 .800 .764 .665 16.276 .318 .914 4 .060.746.797 2.596.853 .450 1 .984.150 .925 1 .096 .968 .202 12 .222 .095 .580 12 .504 .759 .135 12.983 .321 .648 13 .378 .639 .871 21 .427 .683 .624 22 .517 .915 .909 25 .732 .237.239 30 .751 .926 .987 12 .721 .631 .831 12 .932 .919 .867 12.605 .524 .019 14 .820 .844 .434 1 .270 .494.773 1 .185 .235 .940 803 .005 .571 808 .210.208 1 .579 .884.424 1 .362 .468.782 1 .041 .318 .675 1 .155 .219 .176 105 .829.700 105 .829 .700 102 .329.700 102 .329.700 15 .677.840 .730 15 .586 .454 .289 14 .552 .117 .966 16 .86 .603 .619 6.839 .720.025 6.713 .525.756 5 .766 .353 .590 6 .538.148 .488 3.689 .193 .736 3 .454.189.818 2 .658 .285.919 2 .814.832.542 5 .148 .926.968 5 .418 .738 .714 6 .127 .538.455 7 .533 .622 .590 15 .677.840 .930 15.586 .454 .289 14 .552 .177 .966 16 .86.603.619 2.637 .046 .361 2 .637 .046.361 1 .762 .859.015 1 .508.076 .843 453 .143 .080 453 .143 .080 278.004 .630 238 .098 .933 1 .139 .036.384 1 .139.036.384 1 .639 .718.086 1 .734.488 .086 1 .418 .508.028 1 .418 .508.028 1 .038 .280.573 459.116 .482 6.120 .022 .253 5 .647.833 .255 4 .718 .862 .305 3 .936 .780 .345 2.976 .147.911 2 .528 .894.181 1 .406.341 .185 1 .233.496 .757 760.255 .063 656 .546 .154 2 .754 .257.212 2 .692 .988005 2 .383 .619 .279 2 .462 .388 .529 558 .263 .908 10 .295 .582 6.120 .022.253 5 .647.833 .255 4 .718 .862.305 3 .936.780 .345

Sumber : Laporan RAT KPSBU Lembang, KUD Sarwa Mukti Cisarua, dan KUD Pasir Jambu, tahun 2003-2007

dengan kriteria sedang maupun kecil, masing-masing 1,92 dan 1,88 pada koperasi kriteria

(6)

Semiloka Nasional Prospek /ndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

sedang 1,22 dan 1,00 untu koperasi kriteria untuk memperbaiki kinerja ekonominya hingga kecil . Keadaan ini menggambarkan bahwa diatas rasio yang ditunjukan oleh koperasi pada akhir tahun 2007, koperasi dengan dengan kriteria maju .

kriteria sedang maupun kecil telah berhasil

Tabel 3 . Analisa rugi-laba usaha peternakan sapi perah pada koperasi terpilih, tahun anggaran 2007

Gambaran tersebut menunjukan bahwa dampak penerapan kebijakan kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi, tidak saja berpengaruh terhadap kinerja produksi, juga berpenganih terhadap kinetja usahanya . Hal ini terlihat dari adanya perubahan alokasi penggunaan anggaran oleh masing-masing koperasi sebagai dampak dari kejadian teknis yang pernah dialaminya. Seperti kejadian perubahan anggaran yang dilakukan koperasi dengan katagori kecil pada tahun 2006 dan 2007, sebagai langkah untuk menanggulangi kerugian akibat penurunan produksi pada tahun 2003 . Demikian pula yang dialami KUD Sarwa Mukti dari kelompok koperasi dengan kriteria sedang, mengalami kerugian akibat penurunan produksi yang terjadi pada tahun 2006 .

Cara lain untuk melihat kinerja koperasi adalah melalui pendekatan perhitungan rugi

Sumber :LaporanRAT KPSBULembang,KUDSarwaMuktiCisarua, danKUDPasir Jambu, tahun2007

laba dengan penghitungan analisis ratio profitabilitas (DoWNEY dan ERiCKSON, 1992) . Ratio profitabilitas adalah rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan maupun fihak manajemen dalam melakukan tidakan efisiensi . Tabel 3 menunjukan hasil analisis rugi laba dari ketiga koperasi pada tahun anggaran 2007 . Data tersebut, menunjukan bahwa masing-masing koperasi dapat menghasilkan nilai laba (sisa hasil usaha/SHU) sebagai berikut : Koperasi dengan kriteria besar sebesar Rp. 1 .210 .334 .633,50 . Kopersi dengan kriteria sedang sebesar Rp . 48 .578 .745,80 dan koperasi dengan kriteria kecil senilai Rp . 68.954 .646,- . SHU diperoleh dari selisih hasil penjualan komponen utama berupa susu, ditambah konsentrat, dan yang lainnya, lalu dikurangi dengan beban/biaya dan harga pokok No . Tolok ukur Data keuangan (Rp) pada koperasi dengan kriteria

Besar Sedang Kecil

1 . Pendapatan usaha 153 .309 .117 .416,3 21 .791 .351 .348. 246 .471 .666 Penjualan susu 110 .943 .931 .706,4 19 .437 .235 .228 220 .150 .250 Penjualan konsentrat 27.616.222 .900,0 1 .712.800 .875 Kredit temak 25 .035 .767,7 Pembibitan temak 407.006.000,0 - -Waserda 14 .316.921 .042,1 378 .761 .400 36.750 Sewa bangunan 13 .350.000 Simpan pinjam 29 .627.135 -Lain-lain 1 .095 .367.474,7 232.926 .709 12 .934 .666 2 . Harga pokok penjualan

133 .730 .849 .977,7 18 .672 .818.568 8.088 .100 Susu 95 .165 .535.767,5 2.716 .090.037 8 .088.100 Konsentrat 25 .131 .394.013,0 1 .603 .110 .125 Kredit temak Pembibitan 334 .275 .000,0 Waserda 348 .583 .252 Lain-lain 13 .099.645 .197,1 3 . Margin kotor 20.673 .634.913,4 3 .118 .532 .780 238.383 .566 4. Biaya usaha 19 .463 .300 .279,9 276.716 .998 6 .674 .800 5 . Biaya umum - 1 .068 .321 .091 162 .754 .120 6 . Penyusustan barang inventaris

- 1 .724 .915.944 7 Sisa hasil usaha/laba

(7)

penjualan . Nilai SHU koperasi dengan kriteria sedang menunjukan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan koperasi kriteria besar maupun kecil . Apabila ditarik benang merah kasus kejadian mulai dari penurunan jumlah peternak anggota, penurunan produksi, dugaan pemberlakukan harga terkait dengan capaian kualitas produk, serta alokasi penggunaan anggaran tahunan, diduga bahwa kasus kerugian usaha yang menimpa koperasi tersebut ada kaitannya dengan penerapan aturan kualitas yang dilakukan oleh IPS terhadap koperasi dalam kaitannya dengan penentuan harga. Melalui upaya perbaikan manajemen internal yang dilakukan oleh kedua koperasi, saat ini menunjukan kemampuan untuk kembali bangkit dan berhasil memperoleh keuntungan .

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis rasio profitabitas yang diperoleh dari perhitungan dengan cara membandingkan antara laba dengan total penjualan, bahwa rasio prifitabilitas koperasi dengan kriteria besar, sedang, dan kecil adalah berturut-turut 0,79, 0,22, dan 27,6 . Gambaran ini menunjukan bahwa tingkat efisiensi usaha pada tahun anggaran 2007, yang dilakukan koperasi maju dan sedang tidak dalam keadaan baik karena memiliki ratio profitabilatas kurang dari 1, sedangkan koperasi dengan katagori kurang maju menunjukan tingkat efisiensi usaha yang

sangat baik. Hal ini menunjukan pula bahwa upaya perbaikan manajemen yang sunggu-sungguh oleh koperasi dengan kriteria kecil dapat memberi arti bagi peningkatan kinerja usahanya .

Dari uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

1 . Penerapan standar kualitas susu oleh IPS dapat menjadi pemicu bagi peningkatan kemampuan teknis peternak dan kinerja usaha koperasi . Hal ini harus dibarengi dengan upaya pembenahan mananjemen internal dan peningkatan layanan pada anggota. 2 . Secara umum koperasi telah mampu

menerapkan persyaratan kualitas susu yang terdiri dari nilai kadar bahan kering (TS), bahan kering tanpa lemak

KESIMPULAN DAN SARAN

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

(SNF), dan kandungan lemak (Fat), namun untuk persyaratan jumlah kuman yang terkandung dalam susu (TPC) masih berada dibawah standar . 3 . Disarankan, penerapan standar kualitas

susu oleh IPS terhadap koperasi dilakukan secara bertahap dan dilakukan sosialisasi yang terus menerus dan konsisten bagi pelaku industri persusuan, khususnya peternak sapi perah rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

CRAMER G .L ., C .W . JENSEN ., and D .D . SOUTHGATE . 2000. Agricultural economic and agribusiness . John Wiley & Sons. Inc . New York.

DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT . 2003 . Laporan Tahunan. Bandung.

DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT . 2007. Road map pengembangan peternakan Provinsi Jawa Barat, Kerja sama Fakultas Petemakan UNPAD dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat .

DOWNEY, W .D ., S .P . ERICKSON . 1992 . Agribusiness management. McGraw-Hill, Inc

GABUNGAN KOPERASI Susu INDONESIA (GKSI) . 2003 . Perkembangan koperasi persusuan dan KUD unit susu per 5 tahun . BPPU-GKSI Jakarta .

(http :/hvww .win2pdf.com, 2008 . Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 .

HERMAWAN ., HERI SUPRTAMAN., ROCHADI TAWAF., dan BRAM KUSBIANTORO. 2003 . Perbaikan metode pemerapan dan mutu konsentrat dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi susu sapi perah . Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat .

LEE, F.W., M .D. BOEHLJE., A .G . NELSON ., and W .G . MURRAY . 1988. Agricultural finance, eighth edition, Iowa State University Press/AMES .

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kepuasan mahasiswa atas elemen-elemen marketing mix yang dijalankan STIE SN adalah sebagai berikut: Untuk elemen produk tingkat kepuasan rata-rata 73,4ada

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh breakthrough leadership terhadap kinerja organisasi dengan motivasi dan kepuasan karyawan sebagai variabel

Selain itu, terdapat penelitian tentang peran media massa dalam pemasyarakatan istilah bahasa Indonesia oleh Syamsudin (2015). Penelitian tersebut memperlihatkan

Peranan pimpinan perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan mutu dosen adalah suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, karena motivasi ekstrinsik akan sangat

Untuk nilai RMSE terkecil terdapat pada model standar 46 daun tanaman obat saja sebesar 13.6580%, namun model ini tidak dapat digunakan untuk merekonstruksi reflektans

Jika kontraktor-kontraktor tempatan dapat menyerap sistem binaan dan pengurusan yang baik dan dapat pula mendirikan syarikat-syarikat pembinaan yang lebih besar dan cukup

Indikator untuk mengukur pemanfaatan puskesmas jika dikatakan baik dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang memanfaatkan puskesmas dan jumlah tersebut dapat melebihi dari target

Bedasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi daya dukung pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Gianyar adalah cukup baik