• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta)"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

JAROT HARJANTO NIM . 41807119

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iii

(Suatu Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta). Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tujuan, rencana, kegiatan, proses dan umpan balik komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh abdi dalem pada Keraton Yogyakarta agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif metode penelitian deskriptif yakni merupakan metode yang dipakai utnuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, teknik pengumpalan data dan teknis analisis data. Subjek pada penelitian ini adalah guru,Sehingga informan yang dipilih sebanyak 4 orang yaitu para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan faktor pendukung utama abdi dalem dalam menjalankan seluruh aktivitasnya di Keraton Yogyakarta. Tujuan Komunikasi interpersonal yang dilakukan agar pesan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Rencana komunikasi Interpersonal yang dilakukan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kegiatan Komunikasi interpersonal yang dilakukan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Proses Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dapat memahami komunikasi interpersonal, Umpan Balik yang dimaksud adalah abdi dalem memberikan respon balik kepada budaya keraton. bahwa abdi dalem dapat melakukan semua yang mencakup sub unsur komunikasi interpersonal.

Kesimpulan Penelitian, komunikasi interpersonal merupakan pokok komunikasi yang dilakukan oleh abdi dalem dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dengan berpedoman terhadap budaya keraton, budaya adat dan toto kromo pada keraton Yogyakarta dengan adanya penyelenggaraan kegiatan pawiatan.

(3)
(4)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Rassululah, Nabi Muhamad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama dan Papa tercinta yang telah memeliharaku dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai dengan sekarang, serta serta ketiga kakaku dan kedua Adikku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

(5)

vi

melakukan aktivitas perkuliahan maupun saat mengurug berbagai yang perizinan cukup membantu kelancaran penulis dalam pengembangan pada skripsi untuk dapat disidangkan, serta banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat,M.Si selaku Dosen wali sekaligus Ketua Pelaksana Sidang yang telah banyak memberi masukan, ide, dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis pada saat penulis mngalami kesulitan

4. Yang Terhormat Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai. Terimakasih juga atas nasehat dan dorongan yang membuat peneliti tetap betahan ditengah gempuran masalah yang tak kunjung selesai.

5. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si selaku Dosen yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan. Terimakasih.

(6)

vii

melaksanakan penelitian di lingkungan SLBC Nurani Cimahi.

9. Terimakasih kepada seluruh staff pengajar SLBC Nurani Cimahi atas segala informasi yang diberikan, serta keikhlasan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi

10.Terimakasih kepada kelima saudaraku, Eko Sasih, Ani Suryani, Evi Ana juga kedua adik-adiku Agung Permana dan Syarif Maulana.

11.Buat teman-teman IK Humas yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi belajar bagi penulis.

Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu penulis untuk kesempurnaan penelitian ini, Peneliti senantiasa menanti kritik dan saran dari semua pihak dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terimakasih

Bandung, Juli 2010

(7)

v

(A Descriptive Study About Interpersonal Communication Abdi Dalem Sultan Palace). on the Sultan Palace. To find out more about the objectives, plans, activities, processes and feedback interpersonal communication conducted by the courtiers in the palace of Yogyakarta to match what is expected.

This research approach is qualitative research method that is descriptive method was used separately to explain and describe phenomena that occur.Sampling technique used was purposive sampling, pengumpalan engineering data and technical data analysis. Subjects in this study are teachers, so that informants are selected as many as 4 people namely the Abdi Dalem Sultan Palace.

The results of this study indicate that interpersonal communication is a major supporter of the courtiers factor in running all its activities in Yogyakarta Palace.The goal of interpersonal communication that can be done so that messages received by Abdi Dalem Sultan Palace, Interpersonal communication plan that can be accepted by Abdi Dalem Sultan Palace, interpersonal communication activities undertaken can be accepted by Abdi Dalem Sultan Palace, interpersonal communication process performed by Abdi Dalem PalaceYogyakarta can understand interpersonal communication, feedback is meant is the courtiers give a response back to the palace of culture. that courtiers can do all that includes a sub element of interpersonal communication.

(8)

vi

Dengan segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif

Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Program Studi

Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih

sedalam-dalamnya untuk kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan dukungan

dan do’a dan kasih sayang, kakak dan adik ku yang sudah membantu baik moril

maupun materil serta dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan fasilitasi kepada peneliti

untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Kampus UNIKOM.

2. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kepada

(9)

vii

Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

4. Yth. Melly Maulin S.Sos., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah

memberikan dukungan dan kemudahan serta ilmu-ilmunya, arti hidup

dan semangat kepada peneliti selama ini.

5. Yth. Ojie Kurniadi Drs., M.Si selaku pembimbing peneliti yang telah sabar membimbing peneliti hingga terselesainya penyusunan skripsi ini,

serta selalu memberikan saran kepada peliti dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Yth. Rismawaty S.Sos., M.Si selaku Dosen Wali peneliti yang telah memberikan pengalaman berorganisasi, memberikan dukungan dan

semangat kepada peneliti selama ini.

7. Yth. Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si selaku Dosen Kemahasiswaan yang selalu memberikan semangat, nasehat serta motivasi kepada

peneliti dalam penyusunan Skripsi ini dan selalu menjadi tempat

sharing yang menyenangkan.

(10)

viii administrasi perkuliahan.

10. GBPH Joyokusumo selaku Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang telah memberikan izin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian di lingkungan Keraton Yogyakarta.

11. KR.T Haji Jatiningrat SH selaku Pengageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta yang telah memberikan informasi mengenai

Abdi Dalem dan Kraton Ngayogyakarta, serta memberikan nasehat

serta motivasi kepada Peneliti.

12. Abdi Dalem Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta yang telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk memberikan data-data

penelitian yang peneliti lakukan selama di Kraton Ngayogyakarta.

13. My Lovely “Mega Indah” yang tak henti-hentinya memberikan semangat, perhatian dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan

skripsi ini.

14. The Base Camp Agrie “Mocin”, Leni “Lenonk”, Ryu “Kyosuke”, Dedih “Awis”, Dani “Menk”, Wendi “Kewenk”, Hengki “Qiew”, Yoga

“Ogon” dan Dedi “Makibao”. Yang selalu menemani hari-hari peneliti

dengan canda dan tawa. We are one… and we are fighter

15. Teman-teman Angkatan 2007 Humas 1, Humas 2, Humas 3 dan Jurnalistik yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang saling

(11)

ix

17. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah

membantu dan mendukung peneliti selama ini semoga kebaikan dibalas

oleh Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunianya

Kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan serta

dukungannya. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga

peneliti dengan hari terbuka menerima kritik dan saran untuk perbaikan

yang lebih baik lagi.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pihak lain khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang akan melakukan

penelitian pada bidang yang sama dengan peneliti.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

(12)

x

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual... 16

(13)

xi

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal ... 61

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 61

2.2.2 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal ... 62

2.2.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal ……… 63

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Interpersonal ……….. 66

2.3 Tinjauan Tentang Abdi Dalem ... 70

BAB III OBYEK PENELITIAN ... 76

3.1 Tinjauan Tentang Keraton Yogyakarta ... 76

3.1.1 Sejarah Keraton Yogyakarta ... 77

4.2.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem ... 120

(14)

xii

4.2.5 Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem 131

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 133

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 139

5.1 Kesimpulan ... 139

5.2 Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA... ... xv

LAMPIRAN-LAMPIRAN... ... xvii

(15)

xiii

(16)

xiv

Halaman

Gambar 3.1 Keraton Yogyakarta ... 80

Gambar 3.2 Peta Keraton Yogyakarta ... 83

Gambar 3.3 Alun-alun Lor ... 85

Gambar 3.4 Taman Sari ... 94

Gambar 3.5 Simbol Keraton ... 103

Gambar 4.1 KR.T Haji Jatiningrat SH ... 115

Gambar 4.2 R. Riyo Dwijo Bakri Wijoyo ... 116

Gambar 4.3 M.L Yuda Wigeno... 118

(17)

xv

Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan ... 142

Lampiran 2 Surat Research ... 143

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ... 144

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ... 145

Lampiran 5 Lembar Revisi... 146

Lampiran 6 Surat Permohonan Wawancara ... 147

Lampiran 7 Pedoman Wawancara ... 148

Lampiran 8 Biodata KR.T Jatiningrat SH ... 160

Lampiran 9 Biodata R. Riyo Dwijo Bakri Waluyo S.Pd ……….. 161

Lampiran 10 Biodata M.L Yuda Wigeno ………... 162

(18)

1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan manusia. Dapat dikatakan komunikasi merupakan kebutuhan hakiki

bagi kehidupan manusia. Banyak orang berpendapat bahwa salah satu alasan

mengapa kita berkomunikasi adalah untuk memperoleh informasi dan

mengetahui terhadap suatu yang menarik perhatian kita, sekaligus berinteraksi

dengan orang lain.

Menurut Hovland yang dikutif Effendy mendefinisikan komunikasi

sebagai berikut :

Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan) atau dalam bahasa asingnya “The process by wich and individuals“ (the communicator) transmit stimuli the behavior of other indivisual (communicate). (Hovland dalam Effendy, 1992 : 2)

Pada defenisi di atas menyatakan bahwa komunikasi adalah proses

dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang

(biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) untuk merubah tingkah laku

(19)

Dalam menyampaikan lambang-lambang tersebut maka seorang

komunikator akan lebih efektif menyampaikannya dengan komunikasi

interpersonal, seperti yang dijelaskan oleh Devito definisi komunikasi

Interpersonal dalam bukunya ‘The Interpersonal Book”, adalah

“proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

(Sumber : Devito 1984 :4)

Pada pernyataan di atas disebutkan bahwa proses komunikasi

interpersonal dapat dilakukan oleh dua orang atau sekelompok kecil secara

langsung tanpa melalui media. Hal ini salah satu menjadi komunikasi yang

paling efektif karena umpan balik dapat langsung diterima.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi interpersonal seringkali

dilakukan oleh kita mulai dari bangun hingga kita tidur, misalnya seorang sales

dengan calon pembelinya komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi

interpersonal secara langsung (tatap muka), efek yang ditimbulkannya adalah

respon yang disampaikan dapat diterima langsung tanpa membutuhkan waktu

yang lama.

Komunikasi interpersonal dalam kehidupan soSial memegang peranan

yang sangat penting karena menentukan perubahan sikap, sifat dan perilaku.

Hal yang sama dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta, kehidupan

(20)

Abdi dalem dan Keraton Yogyakarta adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahkan baik itu sebagai suatu ikatan ataupun sebuah pengabdian, karena

abdi dalem memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Keraton Yogyakarta. Bisa

dikatakan Keraton Yogyakarta tanpa adanya abdi dalem memiliki suatu

kekurangan. Karena dalam semua kegiatan dan komunikasi yang dilakukan

oleh Keraton Yogyakarta kepada Masyarakatnya tidak lepas dari peran abdi

dalem. Untuk tercapainya suatu informasi yang diberikan Keraton Yogyakarta

kepada masyarakat membutuhkan abdi dalem sebagai perantaranya. Oleh

karena itu, tentunya seorang abdi dalem harus memiliki komunikasi yang baik

agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh abdi dalem itu

sendiri, pemangku adat dan sultannya.

Abdi Dalem adalah hamba istana yang bekerja dan mengabdikan dirinya

untuk Keraton Yogyakarta. Bagi kebanyakan orang, mereka adalah pekerja

biasa saja. Setiap hari, abdi dalem melakukan pekerjaan mereka seperti biasa.

Mereka melakukan semua tugas yang dititahkan oleh Sultan dan kraton

Yogyakarta. Namun perbedaan antara abdi dalem dan pekerja biasa lainnya

adalah loyalitas mereka untuk Sultan dan Keraton Yogyakarta. Komitmen

mereka untuk menjaga budaya Yogya lebih besar dari yang lain.

Keberadaan keraton dengan segala isinya sangat bergantung kepada abdi

dalem, dimana di dalam Keraton terdapatnya komponen adat atau budaya

missal adanya Sultan, Putra Mahkota, Pangeran serta Kesultanan, termasuk

dengan tradisi yang dilakukan misalnya tumplak wajik, gregeg, sekaten dan

(21)

Peneliti Memilih Komunikasi Interpersonal karena abdi dalem memiliki

berbagai macam kegiatan di Keraton Yogyakarta yang tidak terlepas dari

komunikasi khususnya komunikasi interpersonal agar dalam prosesnya dapat

fokus dan menghindari kesalah pahaman dalam komunikasi tersebut, proses

komunikasi yang terjadi antara abdi dalem dengan abdi dalem, abdi dalem

dengan ketua adat dan abdi dalem dengan sultannya. Sehingga dengan

komunikasi interpersonal mampu menjaga komunikasi yang baik dan yang

diharapkan.

Abdi dalem memiliki sesuatu yang memiliki pandangan yang berbeda

mengenai budaya yang ada, sebut saja sikap abdi dalem di dalam keraton

Yogyakarta sangat menghormati antara satu dengan lainnya, melalui bahasa

dan sikap yang dipadukan dengan budaya jawa sehingga sikap toto kromo

seorang abdi dalem terlihat dengan baik. Proses komunikasi yang dilakukan

pada abdi dalem dapat berjalan sesuai dengan apa yang disampaikan sehingga

satu sama lain dapat mengerti tentang pesan yang disampaikan.

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan peranan yang sangat

penting, karena komunikasi merupakan wahana utama dari kegiatan dan

kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi adalah alat hidup bagi kepentingan

manusia, karena manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri,

(22)

manusia yang satu dengan yang lain selalu mengadakan hubungan dan

kerjasama untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing sebagaimana

dikemukakan oleh Rahmat (1997), mengatakan sebagai berikut:

Komunikasi selalu hadir dalam bidang kehidupan manusia, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan hubungan antara manusia,melalui komunikasi manusia dapat mengadakan tukar menukar pengetahuan dan pengembangan kerjasama. (Jalaluddin Rahmat, 1997 : 54)

Menurut Hovland yang dikutip oleh Effendy (1992) mendefinisikan

komunikasi sebagai berikut :

Proses dimana seseorang (Komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lembaga dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (Komunikan) atau dalam bahasa asingnya “The procces by wich and individual”(The communicator) transmit stimuli the behavior of other individual (Communicates)

(Hovland dalam Effendy, 1992 : 2).

Pada definisi diatas,nampak lebih jelas dinyatakan bahwa komunikasi

adalah proses dimana seseorang (Komunikator) menyampaikan

perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) untuk merubah

tingkah laku orang lain, sehingga seseorang dapat merubah sikap, pendapat,

dan prilaku orang lain. Apabila komunikasi yang dilangsungkan memang

komunikatif. Disini peneliti lebih memfokuskan kepada komunikasi

Interpersonal, sehingga penulis ingin lebih lanjut mengenai proses komunikasi

(23)

Sehingga komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai berikut :

Dalam proses komunikasinya abdi dalem mengutamakan bahasa untuk menyampaikan pesan. Karena dalam kesehariannya hal utama yang digunakan adalah bahasa jawa, oleh sebab itu yang berpengaruh dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan adalah bahasa, sebagaimana disebutkan oleh Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat ditarik rumusan

masalahnya sebagai berikut :

”Bagaimana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif

tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta)?”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas pertanyaan pada

perumusan masalah yang masih bersifat umum. Dengan subfokus-subfokus

yang terpilih, sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka,

identifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Pada

Keraton Yogyakarta?

2. Bagaimana Rencana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada

Keraton Yogyakarta?

3. Bagaimana Kegiatan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada

Keraton Yogyakarta?

4. Bagaimana Proses Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada

(24)

5. Bagaimana Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada

Keraton Yogyakarta?

1.3 Maksud dan Tujuan

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian

dari penelitian sebagai ranah yang perlu diketahui kedepannya, adapun maksud

dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai

“Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta”, sebagai suatu

studi deskriptif yang perlu dikaji secara mendalam dan jelas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi

masalah sebagai arah peneliti pada penelitian ini. Maka, tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem

Pada Keraton Yogyakarta

2. untuk mengetahui Rencana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem

pada Keraton Yogyakarta

3. untuk mengetahui Kegiatan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem

pada Keraton Yogyakarta

4. untuk mengetahui Proses Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem

(25)

5. untuk mengetahui Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi

Dalem pada Keraton Yogyakarta

1.4 Kegunaan Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat

atau kegunaan yang digunakan oleh maslahat luas, adapun kegunaan

penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Pada penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis, semoga

dapat memberikan dan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu

yang diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik.

Baik Ilmu Komunikasi secara umum dan studi tentang Komunikasi

interpersonal dan bagian dari bentuk Komunikasi secara khusus yaitu,

tentang “Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton

Yogyakarta”.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa

menjadi bahan bagi mereka yang tertarik atau memang terlibat dengan

para abdi dalem. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai

(26)

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan

pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang

diterima oleh peneliti secara teori. Dalam hal ini khususnya

mengenai “Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton

Yogyakarta”.

2. Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi

Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai

literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya,

yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

3. Bagi Masyarakat (Abdi Dalem secara khusus)

Pada kegunaan penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai

berikut :

- Secara umum, diharapkan dapat memberikan saran atau

referensi bagi masyarakat luas secara umum untuk lebih

mengetahui serta memahami maksud dari komunikasi

interpersonal abdi dalem di Keraton Yogyakarta di segala

aktivitas dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan

menjadi lebih baik lagi serta sesuai dengan lingkungan saat

(27)

- Secara khusus, diharapkan dapat dijadikan bahan

pemahaman serta saran bagi abdi dalem Keraton

Yogyakarta mengenai interaksi sosial yang dilakukan

khususnya dengan komunikasi interpersonal yang menjadi

tema pada penelitian ini dalam Komunikasi interpersonal

Abdi Dalem Dalam Peranannya Di Keraton Yogyakarta.

1.5 Kerangka Pemikiran

Memahami Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh abdi dalem

dalam melaksanakan peranan dan fungsinya di keraton Yogyakarta serta

melihat bagaimana komunikasi interpersonal abdi dalem berjalan sesuai

dengan harapan. Hal ini menarik diteliti dan dipandang untuk bisa

menjelaskan dan menggambarkan suatu pengalaman yang diamati di

lapangan, maka pada penelitian ini sebagai bahan acuan ranah pemikiran dari

peneliti yang mendasari tersusun pada kerangka pemikiran secara teoritis dan

praktis. Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan praktis, sebagai

berikut :

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Setiap masyarakat akan memiliki sistem komunikasi

sendiri-sendiri, demi kelangsungan hidupnya setiap masyarakat dapat

membentuk kebudayaannya. Bahasa menjadi inti dari komunikasi

sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia. Dengan komunikasi

(28)

bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada

manusia.

Dilihat dari prosesnya komunikasi interpersonal merupakan

proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada

komunikan melalui berbagai media atau saluran komunikasi untuk

kemudian komunikan memberikan umpan balik atau feedback kepada

komunikator untuk mengetahui apakah pesan tersebut dapat dipahami

atau tidak.

Komunikasi antar persona/antar pribadi merupakan komunikasi

yang berlangsung antara seseorang dengan orang lain, biasanya

melibatkan dua pihak dengan jarak yang dekat karena tidak

menggunakan media.

Pengertian komunikasi antar persona (interpersonal

communication) menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari

Joseph A. Devito sebagai berikut :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan atara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa elemen dan beberapa umpan balik seketika”. (Onong Uchjana Effendy, 2003 : 60)

Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi interpersonal dapat

berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan

seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang

dalam suatu pertemuan, misalnya antara teller bank dengan salah

(29)

Menurut Alo Liliweri yang dikutip dari Effendy mengenai

pengertian komunikasi interpersonal sebagai berikut :

“Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis”. (Liliweri, 1997 : 12)

Sifat dialogis tersebut ditunjukan melalui komunikasi lisan dalam

percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jika

komunikator yang mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu

juga komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang

dia kirimkan itu diterima atau di tolak , berdampak positif atau negatif.

jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan

seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.

Jadi dapat dijelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah

komunikasi yang diadakan dan berlangsung dalam dalam situasi yang

dialogis, komunikasi diadik adalah komunikasi yang melibatkan dua

orang atau berinteraksi secara sadar, langsung dan tatap muka.

Sedangkan yang dimaksud dengan situasi yang dialogis adalah situasi

yang berbagi dalam banyak hal, dapat berupa berbagai informasi,

kegembiraan, kesedihan dan dalam komunikasi interpersonal tidak

melihat adanya perbedaan status sosial atau ekonomi dari

(30)

Dalam situasi seperti ini terasa adanya kemurnian dialog yang

dapat mengungkapkan berbagai pendapat, perasaan dan kepercyaan

dari individu-individu yang terlibat.

Proses tersebut dipengaruhi oleh persepsi individu baik

komunikator maupun komunikan yang tidak dapat dilepaskan dari

faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan, maupun sikap terhadap

ide, gagasan, atau objek yang dipersepsikannya.

Tujuan pada hakekatnya adalah langkah apa saja yang akan

dilakukan. Sehingga tujuan awal dapat berjalan sesuai dengan

rencana, tujuan yang dinyatakan melalui perubahan sikap, prestasi,

sifat dan kualitas.1

Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif

kepentingan yaitu kepentingan/ sumber/ pengirim/ komunikator dan

kepentingan penerima/ komunikan. Dengan demikian tujuan

komunikasi yang ingin dicapai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

1. Memberikan Informasi 1. Memahami Informasi

2. Mendidik 2. Mempelajari

1

(31)

3. Menghibur 3. Menikmati

4. Menganjurkan Suatu tindakan

persuasi

4. Menerima atau menolak

anjuran

Sumber : Wilbur Schramm (1974)

Dalam berkomunikasi baik di Lingkungan Keraton maupun di

luar Abdi dalem harus memiliki rencana, sehingga pesan yang

disampaikan oleh Keraton dapat diterima dan dipahami.

Rencana merupakan rancangan tentang apa yang akan atau harus

dilakukan dalam menghadapi kendala/masalah, langkah-langkah

tersebut dirumuskan dalam bentuk rencana maupun program.

Rencana Komunikasi merupakan serangkaian tindakan tentang

bagaimana proses komunikasi akan diterapkan, apa saja rencana

komunikasi yang akan dilakukan. Agar komunikan dapat menerima

pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Selain rencana abdi dalem juga harus mampu melaksanakan

kegiatan yang sudah ada, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh abdi

dalem agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan oleh

komunikator.

Kegiatan adalah acara/susunan acara, yaitu perincian waktu yang

diatur menurut urutan tertentu tentang pelaksanaan langkah-langkah

(32)

Kegiatan komunikasi merupakan suatu proses komunikasi yang

dilakukan agar rencana komunikasi yang diterapkan dapat berjalan

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Proses Komunikasi adalah suatu kegiatan yang berlangsung

secara dinamis, sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berari

unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak

statis (Berlo, 1960).

Proses komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Proses Komunikasi Primer

Berlaku tanpa alat yaitu komunikasi secara langsung dengan

menggunakan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus,

aba-aba dan lainnya.

2. Proses Komunikasi Sekunder

Berlakun dengan menggunakan alat agar dapat melipat

gandakan jumlah penerima pesan, yang berarti pula mengatasi

hambatan-hambatan geografis (berupa alat, radio, televisi)

serta hambatan waktu (telepon, majalah), alat-alat tersebut

merupakan media massa.

Umpan Balik menurut Aubrey Fisher memperlihatkan empat

variasi fundamental dalam konteks umpan balik, yaitu :

1. Umpan balik sebagai respon 2. Umpan balik sebagai peneguh

(33)

1.5.2 Kerangka Pemikiran Praktis

Kerangka pemikiran teoritis diatas diaplikasikan dalam kerangka

pemikiran praktis sesuai dengan penelitian yang akan dikaji mengenai

komunikasi interpersonal abdi dalem. Dengan interaksi sosial yang

tampak pada abdi dalem.

Bahasa, seringkali kali digunakan dalam komunikasi interpersonal

abdi dalem di lingkungan Keraton Yogyakarta, dengan interaksi yang

dilakukan oleh abdi dalem dengan abdi dalemnya sendiri, abdi dalem

dengan ketua adat dan abdi dalem dengan sultan.

Adapun interaksi yang dilakukan oleh abdi dalem tentang

kesehariannya, tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh abdi

dalem, abdi dalem di dalam lingkungan keratin memiliki cara

berkomunikasi sendiri baik itu verbal dengan cara menggunakan

bahasa pokok yaitu bahasa jawa dan komunikasi non verbal yang

dilakukan dengan gerakan tangan dan badan kepada sultannya.

Komunikasi interpersonal menurut Devito dalam bukunya “The International Book” adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). (Devito, 1984 : 4)

Dalam berkomunikasi abdi dalem membutuhkan tujuan, rencana

dan kegiatan untuk dapat memahami proses komunikasi interpersonal

yang dilakukan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima

(34)

Tujuan :

Tujuan komunikasi interpersonal abdi dalem dapat memahami dan

memaknai budaya kraton, budaya adat dan toto kromo. Sehingga

dapat mengaplikasikannya untuk rencana dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta.

Rencana :

Rencana yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem

dalam memahami dan memaknai akan budaya kraton, budaya adat

dan toto kromo adalah dengan menyelenggarakan pawiatan. Adanya

koordinasi yang baik antar abdi dalem dengan dibentuknya pengirit

(pengawas/coordinator di lapangan).

Kegiatan :

Kegiatan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem

ialah agar abdi dalem dapat memahami dan memaknai budaya kraton,

budaya adat dan toto kromo. Yang dilakukan abdi dalem dalam kantor

adalah dengan menata arsip, menerima wawancara dan menjadi gaek

(memberikan informasi kepada tamu Keraton Yogyakarta. Sedangkan

yang dilakukan abdi dalem di lapangan adalah dengan menentukan

lokasi dan melaksanakan adat seperti grebeg, labuhan, tumplak wajik

dan sekaten.

Proses :

Proses yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem

(35)

budya adat dan toto kromo, sehingga abdi dalem dapat menerima

pesan komunikasi interpersonal.

Umpan balik :

Umpan balik yang dilakukan oleh abdi dalem untuk Keraton

Yogyakarta adalah abdi dalem memberikan respon terhadap budaya

kraton, budaya adat dan toto kromo, sehingga dapat melaksanakan

kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini diajukan sebagai upaya dalam perolehan

informasi yang lebih jelas, dan pertanyaannya adalah:

a. Tujuan Komunikasi Interpersonal

1. Apa saja perubahan yang diperoleh dari komunikasi interpersonal

oleh Abdi Dalem?

2. Menurut bapak/ibu, langkah seperti apa yang dilakukan untuk

mencapai komunikasi interpersonal tersebut?

3. Apa yang diharapkan dari langkah yang dilakukan oleh Abdi

Dalem dari komunikasi interpersonal tersebut?

4. Apakah komunikasi interpersonal sudah berjalan sesuai dengan

yang diharapkan?

5. Siapa saja yang terlibat atau menyukseskan tujuan komunikasi

(36)

b. Rencana Komunikasi Interpersonal

6. Apa saja rancangan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta

untuk dilaksanakan oleh abdi dalem?

7. Apa saja rencana yang dibuat oleh Keraton Yogyakarta agar abdi

dalem dapat menerima pesan komunikasi interpersonal?

8. Apakah komunikasi interpersonal sudah berjalan dengan efektif?

c. Kegiatan Komunikasi Interpersonal

9. Apa saja kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta?

10.Apakah kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

Abdi Dalem kepada pihak luar Keraton Yogyakarta?

11.Apa saja hambatan dalam komunikasi interpersonal Abdi Dalem?

d. Umpan Balik Komunikasi Interpersonal

12.Bagaimana umpan balik yang diterima oleh Abdi Dalem ketika

proses komunikasi interpersonal dilakukan?

13.Apakah komunikasi interpersonal Abdi Dalem memberikan

(37)

1.7 Subjek dan Informan Penelitian

1.7.1 Subjek Penelitian

Spradley menjelaskan subjek penelitian merupakan :

“social situation atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu :

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis.” (Spradley dalam Sugiono, 2009 :215)

Subjek penelitian atau situasi social pada penelitian ini adalah Abdi Dalem

Keraton Yogyakarta yang dalam melakukan komunikasi interpersonal

memperhatikan nilai-nilai bahasa dan kebudayaan Jawa yang kental.

1.7.2 Informan Penelitian

Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Rachmat

Kriyantoro dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, adalah:

“Persoalan utama dalam teknik purposive sampling dalam menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawancara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan” (Kriyantono, 2007:154-155)

Di antara beberapa informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci

(key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang-orang yang

paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang

(38)

Peneliti memilih informan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang,

informan dipilih sesuai dengan waktu dan masa jabatan kerja beserta

pengalaman yang dimiliki oleh informan. Sehingga informan dapat

memberikan informasi banyak bagi peneliti tentang kasus yang sedang diteliti

oleh peneliti.

Adapun informan penelitian ini adalah ketua adat abdi dalem yang terpilih

dalam lingkungan keraton Yogyakarta, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 1.2

Informan n=3

No Nama Keterangan

1. KR.T H. Jatiningrat SH Pengageng Tepas Dwarapura

2. R. Riyo Dwijo Bakri Wijoyo S.pd Abdi Dalem Keprajan

3. M.L Yuda Wegeno Abdi Dalem Punokawan

Sumber : peneliti 2011

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian desktriftif yang menggambatrkan tentang karakteristik individu,

situasi atau kelompok tertentu. Penelitian ini relatif sederhana yang tidak

memerlukan landasan teori rumit atau pengajuan hipotesis tertentu. (Ruslan,

(39)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

deskriftif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak

mencari atau menjelaskan tentang hubungan, tidak menguji hipotesis atau

membuat prediksi (Rahmat, 2004 : 24) dan pada tahap akhir metode deskriftif

harus sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas data penelitian

(Surachmand, 1970 : 52)

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk melihat kondisi

alami dari suatu fenomena. Pendekatan kualitatif bertujuan memperoleh

pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks (Nasution, 1992 : 3)

Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data-data deskriftif brupa kata-kata tertulis atau

lisan yang didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan

diarahkan pada latar dan individu secara utuh.

Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang

berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta berubah-ubah. Sehingga

biasanya, rencana penelitian tersebut tidak di susun secara rinci dan pasti

sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula pengertian kualitatif

sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan

(40)

Kirk dan Miller menyebutkan bahwa :

“penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

social yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasa dan tulisan”. (Kirk dan Miller (1986 : 26)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam

bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di

analisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan,

sebagai berikut :

1. Wawancara

Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk

dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung,

dengan salah satunya adalah melalu wawancara.

Menurut Berger (2000:11), wawancara adalah percakapan

antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan

informan-seseorang uang diasumsikan mempunyai informasi

paling penting tentang suatu objek. Wawancara dibagi dua :

a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai

(41)

b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan

kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan

data kualitatif yang mendalam. (Kriyantono, 2007:96)

Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-sata dengan

salah satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi

yang benar-benar relevan dari narasumber terkait, dengan itu

mengetahui kebenaran dan menjadikan keyakinan bagi peneliti.

2. Observasi

Pada pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan salah

satunya melalui observasi dengan melihat dan mengamati

individu-individu atau kelompok yang menjadi informan pada penelitian

ini.diantaranya melihat dan mengamati komunikasi interpersonal non

verbalyang mereka lakukan.

“Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara

langsung”2

Dalam observasi ini, tidak hanya melihat apa yang informan

lakukan atau sampaikan. Melainkan dari definisi diatas adalah

menganalisis, mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

2

(42)

tingkah laku dengan merekam keadaan yang ada atau menggunakan

catatan lapangan, mengamati individu atau kelompok tersebut.

Sehingga dengan ini, informasi-informasi yang diperoleh pun relevan.

3. Studi Pustaka

Memahami apa yang di teliti, maka upaya untuk menjadikan

penelitian tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh

dari pustaka-pustaka lainnya.

Menurut J.Supranto studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan materi data atau informasi melalui jurnal

ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia

diperpustakaan”. (Ruslan, 2003:31)

Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi

baik karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti

melainkan pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau

penulis lainnya. Sehingga bisa dibandingkan serta referensi yang dapat

memberikan arah kepada peneliti.

4. Penulusuran Data Online

Pada penelitian apapun bisa juga dalam pengumpulan data

dilakukan secara online atau media internet dengan mencari dan

mengumpulkan informasi-informasi berupa data-data yang berkaitan

dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Diantaranya

(43)

wikipedia.com, jurnal-jurnal elektronik, berita-berita online dan

lain-lain.

5. Dokumentasi

Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk

menafsirkan segala hal yang ditemukan dilapangan, perlu adanya

dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.

Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. 3

Pada penelitian ini, peneliti turut mendokumentasikan segala

kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fokus

penelitian yang dikaji, dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal

abdi dalem. Dari dokumentasi-dokumentasi tersebut kemudian

dianalisis, dicermati segala komunikasi interpersonal yang informan

lakukan sebagai data yang menjadi pendukung dalam penelitian ini.

3

(44)

1.10 Teknik Analisa Data

Setiap penelitian perlu adanya data-data sebagai penunjang dari penelitian

tersebut, maka data penelitian yang sudah terkumpul perlu diolah untuk

diorganisasikan data-data tersebut yang kemudian dijelaskan sesuai dengan

maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dan model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompesional, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan (Grounded theory research). (Sarwono, 2006:261)

Dalam hal ini analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. (Moleong, 2007:280)

Baik Hymes maupun Seville-Troike tidak menjelaskan bagaimana teknik

analisis data dalam etnografi komunikasi. Bagi etnografi komunikasi

menemukan hubungan antara komponen komunikasi sudah merupakan analisis

data yang utama, karena berdasarkan itulah pola komunikasi itu dibuat.

Berikut akan dipaparkan teknik analisis data dalam penelitian etnografi

yang dikemukakan oleh Creswell:

1. Deskripsi

Menjadi tahap pertama bagi peneliti dalam menuliskan laporan

etnografinya. Pada tahap ini etnografi mempresentasikan hasil

penelitiannya dengan menggambarkan secara detil objek penelitiannya.

(45)

penyampaian yang lazim dilakukan, di antaranya menjelaskan day in the

life secara kronologis atau berurutan dari seseorang atau kelompok

masyarakat, membangun cerita lengkap dengan alur cerita dan

karakter-karakter yang hidup di dalamnya, atau membuat seperti cerita misteri yang

mengundang tanda tanya orang yang membacanya.

2. Analisis

Pada bagian ini peneliti menemukan beberapa data akurat mengenai objek

penelitian, biasanya melalaui tabel, grafik, diagram, model yang

menggambarkan objek penelitian. Penjelasan pola-pola atau regularitas

dari perilaku yang diamati juga termasuk pada bagian ini. Bentuk yang

lain dari tahap ini adalah membandingkan objek yang diteliti dengan objek

yang lain, mengevaluasi objek dengan nilai-nilai yang umum berlaku,

membangun hubungan antara objek penelitian dengan lingkungan yang

lebih besar. Selain itu, pada tahap ini juga peneliti dapat mengemukakan

kritik atau kekurangan terhadap penelitian yang dilakukan, dan

menyarankan desain penelitian yang baru apabila ada yang melanjutkan

penelitian atau akan meneliti hal yang sama.

3. Interprestasi

Interprestasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi.

Peneliti pada tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang

dilakukan. Pada tahap ini, peneliti menggunakan kata orang pertama dalam

penjelasannya untuk menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah

(46)

4. Triangulasi Data

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda

(Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu

triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti

terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi

diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik

dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,

peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan

sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk

mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

(47)

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari

penulis serta waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya

sebagai berikut :

1.11.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di Keraton

Kesultanan Ngayogyokarto - Yogyakarta

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan

menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung

mulai bulan Maret 2011 sampai Juli 2011, dengan rundown waktu

(48)
(49)

1.12 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan sebagai acuan pada penelitian yang

akan dilakukan, dan memuat tentang apa saja yang ada dalam laporan

penelitian serta hasil pembahasan dari penelitian yang berlangsung. Adapun

sistematika penulisannya, sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan

penelitian secara teoritis dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis

dan praktis, pertanyaan penelitian, metode penelitian, subjek dan

informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, lokasi

dan waktu penelitian, dan sistematika sebagai acuan dari penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang tinjauan-tinjauan secara teoritis yang

berkaitan dengan fokus masalah dan objek penelitian dari judul yang

diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Isi bab ini, penulis sekaligus

peneliti menguraikan beberapa yang berkaitan dengan penelitian yaitu,

mengenai ilmu komunikasi secara umum, komunikasi interpersonal,

komunikasi interpersonal, dan etnografi komunikasi.

Bab III Objek Penelitian

Bab ini membahas apa yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu abdi

dalem Keraton Yogyakarta. Dimana penulis memuat tentang pengertian

(50)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini memuat dari hasil lapangan penelitian dengan

pendekatan kualitatif dan menggunakan metode etnografi komunikasi.

Penulis pun memuat sekilas profil tentang abdi dalem terpilih yang

menjadi informan serta hasil wawancara dengan informan kemudian

dibahas sesuai dengan teori-teori yang ada, adapun bila hasil penelitian

ini mendekati atau menemukan model atau teori yang relevan maka akan

dikaitkan dengan model atau teori tersebut.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang keseluruhan dari hasil pembahasan pada

bab-bab sebelumnya serta kesimpulan dari hasil penelitian dan

(51)

34 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh Berger dan

Chafee memberikan 3 (tiga) pokok pikiran :

“Pertama, objek pengamatan jadi fokus perhatian dan ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.

Kedua, ilmu komunikasi bersifat ilmiah-empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dan dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum. Ketiga, ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.” (Senjaya, 2007 : 111)

Berdasarkan defenisi Berger dan Chafee serta uraian-uraian

yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya tentang ciri-ciri ilmu,

dapat dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah ilmu

pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui

penelitian secara sistematis, serta kebenarannya, diuji dan

digeneralisasikan.

Seperti dijelaskan bahwa sistematis merupakan ciri ilmu yang

paling terlihat dalam manifestasi fungsinya, begitu pula dalam ilmu

(52)

komunikasi yang menjadi esensi dari perkembangan dan

pemanfaatannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Hovelland :

“Ilmu komunikasi merupakan suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan prinsip secara tegas dan atas dasar prinsip-prinsip tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap.” (Hovland dalam Cangara dalam Dewi, 2007 : 2)

Berger dan Chafee mencoba untuk lebih merinci hal-hal yang

diperoleh, diproses dan ditampilkan oleh ilmu komunikasi yaitu

lambang yang menjadi objek dari sistematika tersebut. Setelah lambang

tersebut disistematisasi akan menghasilkan sebuah produk yang

nantinya akan menjadi dasar analisa fenomena di lingkungan. Berger

dan Chafee menjelaskan :

“Ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sitem tanda dan lambang.” (Berger dan Chafee dalam Senjaya, 2007 : 110)

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Setelah membahas mengenai ilmu, maka pada sub judul ini akan

mencoba membahas mengenai komunikasi yang pada saat ini sudah

menjadi kata yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Untuk

mengetahui penggunaan kata komunikasi itu sudah sesuai dengan yang

(53)

“komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku. Berasal dari bahasa latin communication yang berarti pergaulan, persatuan, peran serta kerjasama, bersumber dari istilah

communis yang berarti sama makna.” (Effendi, 1989 : 60)

Lambang dalam hal ini bahasa/pesan yang disampaikan kepada

orang lain menjadi bagian pokok dalam pengertian komunikasi di atas,

lambing tersebut adalah isi komunikasi yang kemudian disampaikan

melalui media baik tatap muka maupun menggunakan media lain

sebagai perantara. Lambing tersebut jika sengaja disampaikan tentunya

tidak sekedar beralih tempat dari komunikator kepada komunikan

melainkan maksud dari penyampaian tersebut untuk merubah sesuatu

dari komunikasi sesuai dengan keinginan pembicara setelah adanya

persamaan persepsi.

Kesadaran untuk mempengaruhi komunikan pesan dikuatkan

lagi oleh Miller dalam pengertian komunikasinya meskipun tidak secara

detil dijelaskan melalui media apa pesan itu disampaikan. Dalam hal ini

cukup jelas bahwa tujuan komunikasi adalah mempengaruhi komunikan

dengan pemikiran komunikator yang disampaikan melalui pesan dalam

situasi-situasi tertentu yang dapat mendukung penerimaan pesan

(54)

“komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentranmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” (Miller dalam Mulyana, 2008: 60-61)

Lain halnya dengan Tubb dan Moss, mereka lebih menitik

beratkan komunikasi sebagai hasil dari interaksi dan transaksi kemudian

menciptakan suatu makna-makna tertentu dari lambing yang mereka

gunakan, makna tersebut berasal dari proses interaksi antara

komunikator dengan komunikan yang jumlahnya tidak ditentukan dan

melakukan interaksi dan transaksi dalam waktu tertentu sehingga

melahirkan makna.

“komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang

(komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih.” (Tubb dan

Moss dalam Mulyana, 2008 : 65)

Beberapa pakar komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai

proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan

tindakan, perubahan, dan perpindahan. Terdapat kontinuitas dari setiap

unsurnya.

Hampir sama dengan Tubb dan Moss, Wenberg dan Wilmot pun

menerangkan bahwa komunikasi bertujuan untuk mencari makna dari

pesan/lambang yang beredar di antara peserta komunikasi. Dalam

proses pencarian makna tersebut tentunya akan membutuhkan waktu

(55)

peserta komunikasi. Sebagimana disebutkan oleh Wemburg dan Wilmot

dalam buku Mulyana “Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh

makna.”

Begitu juga dijelaskan oleh Robert dan Kincaid,

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian.” (Robert dan Kincaid dalam Cangara Dewi, 2007 : 2)

Sebagai mahluk sosial tentunya manusia tak bisa lepas dari

interaksi dan transaksi sosial. Pada interaksi dan transaksi tersebut dapat

dipastikan terjadinya komunikasi baik disengaja maupun yang tidak

disengaja dan pada gilirannyaberbagi informasi akan terjadi dengan

sendirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Byker dan Anderson dalam

Mulyana (2008 : 76) “Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi

antara dua orang atau lebih.

Gorden menambahkan gagasan dan perasaan ikut serta dalam

mendukung proses transaksi sosial dengan komunikasi sebagaimana

dijelaskan oleh Byker dan Anderson, gagasan akan melahirkan

pesan/lambang yang beragam untuk disampaikan kepada komunikan.

Sedangkan perasaan untuk menginterpretasikan pesan yang

disampaikan komunikator, “komunikasi sebagai transaksi dinamis yang

melibatkan gagasan dan perasaan.” (Gorden dalam Mulyana, 2008 :

(56)

Pearson dan Nelson dalam menjelaskan pengertian komunikasi

pada prinsipnya tak jauh berbeda dengan Tubb dan Moss dalam usaha

memberikan makna pada komunikasi. Hanya saja dalam pengertiannya,

pemahaman menjadi langkah awal dalam pemberian makna tersebut.

Lebih jelasnya sebagai berikut “komunikasi adalah proses memahami

dan berbagi makna”.(Pearson dan Neson dalam Mulyana, 2008 : 76).

Pada hakikatnya komunikasi tak memiliki awal dan tak

memiliki akhir bahkan ketika peserta komunikasi (komunikator dan

komunikan) telah terpisah komunikasi masih berlangsung. Ini menjadi

indikasi bahwa kontinuitas dan dinamika komunikasi akan terus

berjalan seperti yang dijelaskan Ivy dan Backland dalam Mulyana

(2008 : 76) yaitu :

“komunikasi adalah proses yang berlangsung dan dinamis

menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna”.

Penekanan pengertian komunikasi Book berbeda dengan Ivy dan

Backland jika mereka berdua lebih menitikberatkan komunikasi pada

kontinuitas dan dinamika maka Book lebih menakankan pada proses

pengaturan lingkungan melalui penguatan sikap dan untuk membentuk

penguatan sikap tersebut ditempuh melalui komunikasi. Komunikasi

yang menukarkan pesan secara seimbang dan efektid berdampak pada

(57)

“komunikasi adalah suatu pertukaran, proses simbolik yang menghendaki agar orang-orang mengatur lingkungannya dengan mengatur antar sesame manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah orang lain serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book dalam Cangara dalam Dewi, 2007 : 2)

Tak ada definisi komunikasi yang komprehensif, semuanya

tergantung dari latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman. Hal

tersebut identik dengan sudut pandang komunikasi sehingga melahirkan

definisi yang sifat, skup dan berbeda fungsinya. Keberagaman tersebut

secara garis besar dijelaskan oleh Dewi, sebagai berikut :

“komunikasi pada dasarnya dipandang dari berbagai dimensi. Jika dipandang sebagai proses, komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara dinamis. Secara simbolik komunikasi menggunakan berbagai lambang atau symbol yang dinyatakan dalam bentuk non verbal (isyarat, gerak dan ekspresi) maupun verbal (bahasa lisan dan tertulis). Sementara sistem komunikasi terdiri atas unsur-unsur yang saling bergantung dan merupakan satu kesatuan yang integratif.” (2007 : 3)

2.1.3 Unsur Komunikasi

2.1.2.1 Komunikator

Pada pembahasan sebelumnya disebut adanya peserta

komunikasi yakni komunikator dan komunikan. Namun, pengertian

secara defenitif mengenai peserta komunikasi tersebut akan dibahas

(58)

Inisiator komunikasi adalah komunikator, meskipun pada

prakteknya komunikan pun akan berfungsi sebagai komunikator juga

pada saat interaksi dan transaksi pesan dengan komunikator yang

menginiasiasi tadi. Oleh karena itu, supaya pembahasan kali ini lebih

sistematis sebagaimana ilmu komunikasi membahas permasalahan

komunikasi, maka peneliti akan memulai membahas komunikator

terlebih dahulu.

Effendi selain menegaskan bahwa komunikator adalah orang

yang menyampaikan lambang/pesan yang tentu saja memiliki makna

tersendiri yang akan diterjemahkan secara sadar maupun tidak sadar

oleh komunikan, juga merinci mengenai apa saja yang biasa

disampaikan oleh komunikator/penyampai pesan berupa ide, informasi,

opini, kepercayaan, perasaan. Ini menggambarkan bahwa makna yang

terkandung dalam pesan itu tak hanya satu. Komunikator akan

menyampaikan pesan tersebut kepada komunikan dengan makna yang

secara tersurat atau tersirat pada pesan. Hal tersebutlah yang akan

menentukan arah pembicaraan selanjutnya dengan komunikan. Effendi

menjelaskan bahwa komunikator adalah :

Communicator - Komunikator adalah orang yang

menyampaikan lambang-lambang bermakna atau pesan

yangmengandung ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan

Gambar

Tabel 1.1 Tujuan Komunikasi
Tabel 1.2 Informan n=3
Tabel 1.3
Gambar 3.1 Keraton Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abdi Dalem Punakawan yang memiliki nilai tinggi pada dimensi ini adalah Abdi Dalem Punakawan yang memiliki kehangatan, kepuasan dan kepercayaan dalam berelasi

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tema, konsep, visualisasi teknik, dan bentuk kegiatan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sebagai sumber inspirasi

Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi.. dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami secara mendalam mengenai peran abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta dalam melakukan sosialisasi nilai-nilai Jawa

lain yang dihadapi oleh abdi dalem keraton yaitu berkaitan dengan gaji yang akan3. mereka terima untuk menghidupi keluarga, dimana gaji yang mereka

Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, mayoritas dari abdi dalem ini sudah bekerja dari muda

Abdi dalem dalam aturan Keraton Yogyakarta terbagi dalam dua golongan besar, yaitu Para abdi dalem Punokawan merupakan abdi dalem yang mendapatkan gaji dari pihak kraton

Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, mayoritas dari abdi dalem ini sudah bekerja dari muda