SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA ABDI DALEM KERATON KASEPUHAN CIREBON
SKRIPSI
Oleh: Yuni Rohmawati
07810187
FAKULTAS PSIKOLOGI
SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA ABDI DALEM KERATON KASEPUHAN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Yuni Rohmawati
07810187
FAKULTAS PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Hasil karya ini saya persembahkan untuk orang tua tercinta, khususnya
untuk almarhum ayahanda tercinta dan untuk ibunda tercinta yang selalu
memberikan do’a, bimbingan, support serta kasih sayang yang tiada hentinya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari tidak mungkin
dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
berguna bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
3. Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan
pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini
4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmunya
5. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si beserta keluarga besar Laboratorium
Psikologi, Mbak Santi, Mbak Ifa, teman-teman asisten dan partime (Rianita
6. Keluarga tercinta, almarhum ayahanda, ibundaku, kakak-kakakku dan
keponakanku yang tercinta Dek Shafira atas dukungan, do’a dan motivasi yang tiada henti selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
7. Risky Andriawan, terimakasih atas do’a, dukungan, motivasi dan kesabarannya menerima keluh kesah selama penyusunan skripsi ini
8. Teman-teman kelas Psikologi D 2007 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu
9. Sahabat-sahabatku yang sudah kuanggap seperti keluargaku, Putri Dewi,
Ghea Rezky, Aulia Zul, Myristica Anatoni, terima kasih atas dukungan kalian
10.Abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon yang menjadi subjek penelitian,
terima kasih untuk Pak Nanang dan keluarga besar Keraton Kasepuhan
Cirebon atas bantuannya selama melakukan penelitian
11.Untuk semua teman-teman ataupun pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Akhir kata, tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 5 November 2011
INTISARI
Rohmawati, Yuni (2011). Subjective Well-Being pada Abdi Dalem Keraton Kasepuhan Cirebon.Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, (2)Yuni Nurhamida, S.Psi, M,Si.
Kata kunci: Subjective Well-Being, abdi dalem
Subjective Well-Being merupakan penilaian seseorang tentang kebahagiaan dan kepuasan hidupnya. Subjective Well-Being atau kesejahteraan subjektif sangatlah penting dalam diri individu karena merupakan salah satu ukuran kualitas hidup individu dan masyarakat. Diener & Suh (1998) mengatakan bahwa Subjective Well-Being adalah salah satu cara untuk menilai kualitas hidup masyarakat yang bisa dilihat salah satunya melalui indikator ekonomi dan sosial. Dengan Subjective Well-Being dapat diketahui bagaimana orang berpikir dan merasakan tentang kehidupan yang telah mereka jalani. Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, mayoritas dari abdi dalem ini sudah bekerja dari muda bahkan dari kecil hingga turun-temurun dengan gaji yang terbatas, tetapi mereka dituntut loyalitas yang tinggi dalam bekerja, dengan kondisi seperti itu mengapa mereka mampu bertahan dengan profesinya dan bagaimana gambaran Subjective Well-Being dari abdi dalem itu sendiri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang merupakan abdi dalem di Keraton Kasepuhan Cirebon. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara. Metode analisa data menggunakan analisa kualitatif. Kebsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan informan dalam penelitian ini adalah keluarga dan rekan kerja dari subjek.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……….………. ... i
LEMBAR PENGESAHAN……….……… ... ii
SURAT PERNYATAAN………. ... iii
KATA PENGANTAR... ... iv
INTISARI……….…...…….... vi
DAFTAR ISI……….…….….. ... vii
DAFTAR TABEL……….………..... ix
DAFTAR LAMPIRAN……….………. ... x
BAB I. PENDAHULUAN……….………. ... 1
A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Rumusan Masalah... ... 5
C. Tujuan Penelitian... ... 5
D. Manfaat Penelitian………. ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 6
A. Subjective Well-Being……….……….. ... 6
1. Pengertian Subjective Well-Being... ... 6
2. Prediktor dalam Subjective Well-Being... ... 8
3. Komponen Subjective Well-Being... 10
4. Kriteria Subjective Well Being Tinggi... 12
B. Abdi Dalem Keraton... ... 12
1. Pengertian Abdi Dalem Keraton ... ... 12
2. Hak Abdi Dalem Keraton ... 13
3. Kewajiban Abdi Dalem Keaton... ... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ... 15
A. Jenis Penelitian... ... 15
B. Batasan Istilah... ... 15
D. Subjek Penelitian... ... 16
E. Teknik Pengumpulan Data... ... 16
F. Prosedur Penelitian... ... 17
G. Analisis Data... ... 18
H. Keabsahan Data………..…………. ... 19
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 20
A. Hasil Penelitian... ... 20
1. Identitas Subjek Penelitian... 20
2. Deskripsi data... ... 20
B. Hasil Analisis Data... ... 31
C. Pembahasan... ... 38
BAB V. PENUTUP... ... 41
A. Kesimpulan... 41
B. Saran... ... 41
DAFTAR PUSTAKA... ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Gaji Abdi Dalem…….………. ... 3
Tabel 1.2 Gaji Abdi Dalem……….. ... 3
Tabel 4.1 Identitas Subjek Penelitian………. ... 20
Tabel 4.2 Gambaran Subjective Well-Being Subjek A……….…………... 31
Tabel 4.3 Gambaran Subjective Well-Being Subjek B……….…………. ... 32
Tabel 4.4 Gambaran Subjective Well-Being Subjek C……….…………. ... 34
Tabel 4.5 Gambaran Subjective Well-Being Subjek D……….…………... 35
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Surat Ijin Penelitian……….… ... 44
LAMPIRAN 2 A. Informed Consent Subjek A………... ... 46
B. Informed Consent Subjek B………... ... 47
C. Informed Consent Subjek C………... ... 48
D. Informed Consent Subjek D……….……….. ... 49
LAMPIRAN 3 Guide Wawancara ... 50
LAMPIRAN 4 A. Hasil Wawancara Subjek A ... 52
B. Hasil Wawancara Subjek B………. ... 59
C. Hasil Wawancara Subjek C………. ... 72
D. Hasil Wawancara Subjek D………... 79
LAMPIRAN 5 A. Hasil Wawancara Keluarga Subjek A ... 85
B. Hasil Wawancara Keluarga Subjek B……… . 87
C. Hasil Wawancara Keluarga Subjek C……… ... 89
D. Hasil Wawancara Keluarga Subjek D……… ... 91
LAMPIRAN 6 A. Hasil Wawancara Rekan Kerja Subjek A ... 93
B. Hasil Wawancara Rekan Kerja Subjek B……… ... 95
C. Hasil Wawancara Rekan Kerja Subjek C……… .... 96
42
DAFTAR PUSTAKA
Argyle, M. (2001).The psychology of happiness. New York: Taylor & Francis Group.
Aryanti, A.D. (2010). Hubungan antara kepuasaan perkawinan dengan subjektif well-being (SWB) pada wanita dual career. (Tesis, Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah).
Biswas, R., & Diener. (2002). Findings on subjective well-being and their implications for empowerment. Oregon: University of Illinois and the Gallup Organization.
Compton, W. C. (2005). An introduction to positive psychology. USA: Thomson Wadsworth.
Diener, Biswas-Diener, Tamir. (2004). The psychology of subjective well-being. Academic Research Library.
Diener, E.,& Biswas-Diener, R. (2008). Happiness: Unlocking the mysteries of psychological wealth. Malden, MA: Blackwell Publishing.
Diener, Ed., Suh, E,.& Oishi, S. (1997). Recent findings on subjective well-being. Indian journal of clinical psychology.
Diener, Ed & Scollon, Christie. (2003). Subjective well-being is desirable but not the summon bonum. Champaign: University of Illinois at Urbana.
Eid, M., & Larsen, R. J. (2008).The science of subjective well-being. New York: The Guilford Press.
Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penulisan skripsi. Malang: UMM Press.
Helliwell, J. F. & Leigh C. P. B. (2010). Measuring and understanding subjective well-being. Massachusetts: National Bureau Of Economic Research.
Majalah Tempo Online. (2004). Abdi tanpa sebutir nasi. Diakses 8 Mei 2011 dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/09/06/SEL/mbm.20040906 SEL87199.id.html
Maniezsweety. (2009). Kesejahteraan Subjektif. Diakses 8 Mei 2011 dari http://maniezsweety.wordpress.com/2009/10/08/kesejahteraan-subjektif/
43
Permanawati, Y. (2010). Kesejahteraan subjektif pada penyandang kanker payudara. (Skripsi, jurusan psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah).
Seligmen, M. E. P. (2005). Authentic happiness: menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif. Bandung: Penerbit Mizan.
Siegrist, J. (2003). Subjective well-being: new conceptual and methodological developments in health-related social sciences. Germany: University of Duesseldorf.
Smith, J. A. (2009). Dasar-dasar psikologi kualitatif. Bandung: Nusa Media.
Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2002).Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press.
Spielberger, C. (2004). Applied psychology. New York: Albert Einstein College of Medicine.
Suara Merdeka. (2005). Lagi, gaji abdi dalem ngadat. Diakses 8 Mei dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0512/06/slo04.htm
Sudaryanto, A. (2008). Hak dan kewajiban abdi dalm dalam pemerintahan kraton Yogyakarta (Skripsi, jurusan Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Subjective Well-Being atau kesejahteraan subjektif berawal dari
penelitian-penelitian para psikolog yang mempelajari kepribadian orang yang
bahagia dan tidak bahagia. Salah satu teori yang memberikan kontribusi adalah
teori psikologi humanistik yang merangsang minat positif terhadap
kesejahteraan. Sejumlah faktor seperti temperamen, adaptasi dengan kondisi dan
tujuan hidup merupakan substansi yang mempengaruhi Subjective Well-Being
pada individu. Dalam hal ini, para peneliti cenderung menyusun Subjective
Well-Being berdasarkan nilai pada dua variabel utama yaitu kebahagiaan dan
kepuasan hidup ( Comptom, 2005).
Subjective Well-Being merupakan penilaian seseorang tentang
kebahagiaan dan kepuasan hidupnya. Sebagai tambahan, orang lain juga menilai
orang-orang itu merasa lebih bahagia dan lebih puas. Subjective Well-Being
mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan mereka yang meliputi
kepuasan hidup, kepuasan perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana
hati dan emosi
(http://maniezsweety.wordpress.com/2009/10/08/kesejahteraan-subjektif).
Subjective Well-Being atau kesejahteraan subjektif sangatlah penting
dalam diri individu karena merupakan salah satu ukuran kualitas hidup individu
dan masyarakat. Diener & Suh (1998) mengatakan bahwa Subjective Well-Being
adalah salah satu cara untuk menilai kualitas hidup masyarakat yang dapat
dilihat salah satunya melalui indikator ekonomi dan sosial. Dengan Subjective
Well-Being dapat diketahui bagaimana orang berpikir dan merasakan tentang
kehidupan yang telah mereka jalani.
Ukuran standar kesejahteraan untuk masing-masing individu tidaklah
sama, misalkan saja dilihat melalui indikator ekonomi, seseorang yang sudah
2
merasa belum bahagia dan puas dengan apa yang sudah dimilikinya, dia masih
ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, ingin memiliki rumah mewah
dan sebagainya, tetapi bisa jadi seseorang yang berpenghasilan tidak terlalu
tinggi tetapi dia sangat mencintai pekerjaannya dan dia merasa bahagia dan puas
dengan apa yang telah dicapainya itu.
Penelitian terdahulu tentang Subjective Well-Being salah satunya adalah “Hubungan antara Kepuasan Perkawinan dengan Subjective Well-Being pada Wanita Dual Career”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa setiap orang
mempunyai Subjective Well-Being (SWB) yang berbeda-beda. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan perkawinan dengan
Subjective Well-Being (SWB) pada wanita dual career. Hipotesis yang diajukan
adalah ada hubungan positif antara kepuasan perkawinan dengan Subjective
Well-Being (SWB) pada wanita dual career. Hasil analisis data dengan
menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh r sebesar 0,363 dengan
p< 0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel
kepuasan perkawinan dengan Subjective Well-Being (SWB). Semakin tinggi
kepuasan perkawinan maka semakin tinggi pula Subjective Well-Being (SWB)
pada wanita dual career. Kepuasan perkawinan pada subjek penelitian ini
tergolong tinggi, sedangkan Subjective Well-Being (SWB) pada subjek
penelitian ini tergolong sedang. Sumbangan efektif variabel kepuasan
perkawinan terhadap Subjective Well-Being (SWB) sebesar 13,2% sehingga
masih terdapat 86,8% faktor lain yang mempengaruhi Subjective Well-Being
(SWB) di luar variabel kepuasan perkawinan.
Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap
kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, yang mana dari abdi
dalem ini mayoritas dari mereka sudah bekerja dari muda bahkan dari kecil
hingga turun-temurun, mereka memperoleh gaji yang terbatas tetapi dituntut
loyalitas yang tinggi dalam bekerja. Umumnya, seseorang apabila memperoleh
pekerjaan yang bergaji rendah pasti tidak puas dan berusaha mencari pekerjaan
3
hari (sandang, pangan, papan), biaya pendidikan untuk anak yang mana kita
ketahui pendidikan saat ini biayanya sangat mahal, biaya kesehatan yang juga
sangat mahal, tabungan untuk masa tua nanti dan diketahui bahwa status sosial
ekonomi yang tinggi juga meningkatkan status sosial dalam masyarakat.
Berdasarkan Harian Online Tempo edisi 6 September 2004, gaji abdi
dalem di Keraton Kasepuhan Cirebon kurang lebih sebesar Rp. 50.000,00
dengan jumlah abdi dalem sebanyak tigapuluhan, sementara di Keraton
Kanoman Cirebon gaji abdi dalemnya tidak bisa dipastikan karena untuk setiap
bulannya gaji mereka tidak tentu. Sementara untuk gaji abdi dalem di Keraton
Yogyakarta, peneliti sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Gaji Abdi Dalem yang bekerja di kantor Keraton Yogyakarta (masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X)
NO PANGKAT GAJI PERBULAN
1.
Yogyakarta berbeda-beda berdasarkan tingkat pangkatnya yang berkisar antara
Rp. 4.600,00 hingga Rp. 35.000,00.
Tabel 1.2
Gaji Abdi Dalem yang bekerja di piket Keraton Yogyakarta ( masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X)
NO PANGKAT GAJI PERBULAN
4
Yogyakarta berbeda-beda berdasarkan tingkat pangkatnya yang berkisar antara
Rp. 2.300,00 hingga Rp. 22.500,00.
Dengan gaji yang tidak begitu besar dan terkadang masih ada kendala
gaji yang bermasalah seperti yang diberitakan dalam Harian Online Suara
Merdeka edisi 6 Desember 2005 bahwa gaji abdi dalem di Keraton Surakarta
sempat bermasalah selama 4 bulan, tetapi para abdi dalem tetap bertahan dengan
pekerjaannya. Kalau dinalar secara logika gaji sebesar itu tidaklah mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari karena kebutuhan hidup saat ini tidaklah murah.
Mereka bekerja sebagai abdi dalem tidaklah mendapatkan gaji yang besar tetapi
mereka mampu mempertahankan pekerjaannya itu.
Selain faktor penghasilan, terdapat hal lain yang melandasi para abdi
dalem untuk mau menjalankan profesinya dengan penuh pengabdian, mereka
mengabdikan dirinya pada Keraton biasanya karena adanya nilai-nilai yang
tertanam dalam diri mereka seperti ingin memperoleh keberkahan, kesehatan,
ingin menjaga kebudayaan Keraton dan sebagainya. Akan tetapi berdasarkan
wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu abdi dalem
Keraton Kasepuhan Cirebon pada tanggal 2 Maret 2010 diperoleh data bahwa
mereka bersedia menjadi abdi dalem karena panggilan hati dan ikhlas dalam
menjalaninya dan hal ini sudah menjadi tradisi untuk menjadi abdi dalam secara
turun-temurun meskipun dengan gaji yang tidak banyak dan mereka merasa
bahagia menjalani pekerjaannya itu. Mungkin menurut masyarakat secara
umum, pekerjaan dengan gaji seperti itu sangatlah kurang, pastinya ingin
memiliki pekerjaan yang mapan hingga bisa membahagiakan keluarga, mampu
memenuhi segala kebutuhannya dan di saat masa tua bisa menikmati hasilnya.
5
Terkait dengan Subjective Well-Being, apakah mereka merasa bahagia dan puas
dengan kehidupannya sebagai abdi dalem? Penelitian ini dilakukan di Keraton
Kasepuhan Cirebon karena sepengetahuan peneliti di Keraton Kasepuhan
Cirebon belum pernah digunakan untuk penelitian. Selain itu kondisi di Keraton
Kasepuhan lebih baik jika dibandingkan dengan Keraton lainnya yang ada di
Cirebon dan jumlah abdi dalem di Keraton Kasepuhan masih banyak, hal inilah
yang menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang Subjective
Well-Being pada abdi dalem di Keraton Kasepuhan Cirebon.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang ingin
diungkap adalah bagaimana Subjective Well-Being pada abdi dalem Keraton
Kasepuhan Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Subjective
Well-Being pada abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan
wacana baru bagi perkembangan ilmu psikologi klinis dan psikologi sosial.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
gambaran Subjective Well-Being pada abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon
kepada masyarakat luas, hal ini bisa dijadikan panutan bahwa profesi dengan
penghasilan yang tidak besar juga mampu memberikan kesejahteraan bagi
individu tersebut, sehingga diharapkan agar setiap individu lebih menghargai