• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Abdi Dalem Keraton dan Makna Gelarnya

N/A
N/A
Rashiqa Raia Ramadhan

Academic year: 2025

Membagikan "Identitas Abdi Dalem Keraton dan Makna Gelarnya"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Tabel 1. Profil Informan

No Nama Jenis Kelamin Keterangan

1 Mulyanto (M)

Laki-Laki Pengurus Abdi dalem dan bergelar Mas Ngabehi Haryo Prasetyo (NHP).

2 Munajat Ari Prasetyo (MAP)

Laki-Laki Pengurus Abdi dalem dan bergelar Kanjeng Raden Aryo (KRA).

Analisis Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan kepada dua informan pada prinsipnya untuk menggali data dengan menjawab pertanyaan penelitian yaitu: a) Identitas abdi dalem, b) Sejarah status, c) Status dan pekerjaan, d) Hubungan patron klien, e) Nilai kemanfaatan fungsional, f) Sistem kepercayaan atau manfaat simbolik dan kultural, g) Keluarga dalam status abdi dalem, h) Identitas

1. Analisis Informan (M) A) Identitas Abdi Dalem

a1) Nama dan Gelar

Nama lengkap Informan adalah Bapak Mulyanto (M), dengan gelar kehormatan Mas Ngabehi Haryo Prasetyo (NHP). Gelar ini menunjukkan posisi penting dalam status sosial beliau sebagai abdi dalem keraton. Sebagai pemegang gelar, ia merasa gelarnya mencerminkan penghormatan sekaligus tanggung jawabnya yang diemban terhadap keraton. Hal ini menunjukkan bagaimana tradisi budaya gelar yang masih menjadi bagian integral dari identitas abdi dalem.

nama saya Bapa Mulyanto. Saya memiliki gelar Mas Ngabehi Haryo Prasetyo”.

a2) Domisili asli Surakarta

Informan M berdomisili asli dari Surakarta yang kemudian beralih lokasi ke Karanganyar Tasikmadu, walaupun masih di lingkup Solo Raya. Hal ini menandakan bahwa walaupun berpindah pemukiman, tetapi untuk tempat tinggal yang saat ini masih juga di sekitaran Surakarta yang berarti masih tetap setia untuk mengabdi di tanah kelahiran.

“Saya asli dari Surakarta, tetapi kemudian pindah ke Karanganyar Tasikmadu”.

a3)

B) Sejarah Status b1) Awal mula

(2)

Menurut informan kami Pak M, beliau mengatakan bahwa sudah mengabdi sejak

tahun 1993. Yang di mana setelah lulus dari jenjang SMP. Yang pasti masih usia belia karena keinginannya mengabdi sebagai anggota dari abdi dalem keraton.

Saya mengabdi sebagai abdi dalem sejak Tahun 1993 b2) Turun-temurun

Menurut informasi dari Pak M, beliau menjadi seorang abdi dalem bukan hanya dari panggilan hati, tetapi juga karena keturunan dari orang tua dan juga leluhurnya. Yang dahulunya sama menjabat sebagai abdi dalem keraton. Jadi, bukan karena keterpaksaan.

Nah, Orang tua saya juga sebagai abdi dalem dan juga turun temurun dari kakek nenek sebagai abdi dalem dahulunya.

b3) Tugas pokok abdi dalem

Informan M mengatakan, jika bertugas sebagai abdi dalam itu memiliki tugas dan tanggung jawab yang perlu diperhatikan seperti guide wisata pada umumnya. Nah, kali ini sebagai abdi dalem yang menjadi panutan bagi wisatawan lokal maupun wisatawan luar, seperti tugas pada bagian penerangan yang memiliki fungsi untuk menjelaskan secara detail semua bagian yang ada di keraton baik secara fungsi utama dan fungsi tambahan. Dan juga beliau menerangkan jika informan M bertugas sebagai abdi dalem sejak tahun 1993.

Iya, gelar abdi dalem bagian penerangan atau guide membawa wisatawan domestic maupun wisatawan. Tugasnya sebagai pemandu peserta wisatawan yang berkunjung ke Keraton. Sejak tahun 1993

C) Status dan pekerjaan c1) Tugas pokok

Informan M mengatakan, jika sebagai abdi dalem itu ya memang sebagai pemandu wisata namun dalam lingkup keraton. Nah, beliau menjelaskan informasi terkait semua hal yang perlu dijaga terlebih barang antik yang kondisinya masih terawat sampai saat ini bisa dipertontonkan kepada khalayak ramai yang berkunjung ke keraton.

“Tugas utama sebagai pemandu wisata yang bertugas memandu peserta wisata yang berkunjung ke Keraton Mangkunegaraan ini dan menjelaskan apa saja sejarah terkait barang antik yang masih dijaga sampai sekarang.”

c2) Tugas tambahan

(3)

Informan M menjelaskan, bahwa seorang abdi dalem bertanggung jawab dan ikut serta tanpa terkecuali untuk menjaga dan merawat kondisi kebersihan lingkungan keraton. Agar pengunjung yang datang bisa nyaman dan menikmati suasana asri keraton dengan mengikuti SOP yang berlaku untuk tidak merusak atau mengambil barang antik yang berada di seluruh kawasan keraton.

Tugas tambahannya ya seperti pemandu wisata pada umumnya terlebih abdi dalem keraton dan juga tugas nya tambahan menjaga kebersihan lingkungan keraton

D) Hubungan patron klien

d1) Tidak ada pembedaan struktur

Menurut pendapat informan M, bahwa di lingkup keraton tidak ada pembedaan secara personal maupun dari segi jabatan. Baik dari struktur keluarga raja dengan abdi dalem maupun petugas lain yang mengabdikan dirinya di lingkungan keraton.

Sejajar tidak ada perbedaan sama sekali karena kesejajaran yang dianut oleh budaya keraton, sehingga tidak ada perbedaan antara keluarga raja dengan abdi dalem bahkan petugas yang lain.”

d2) Rasa kekeluargaan yang tinggi

Rasa solidaritas dan kekeluargaan yang tercermin digambarkan dengan tidak ada pembedaan strata yang mencolok di lingkungan keraton. Semua dianggap sama rata yang melambangkan bahwa antara keluarga raja dan abdi dalem petugas keraton itu saling merakyat dan harmonis di dalamnya.

“kami ini dianggap seperti keluarga, tidak ada perbedaan yang mencolok.”

d3) Minimnya bahkan tidak ada senioritas

Berbeda dengan kondisi saat ini yang menjamur, kehidupan sebagai abdi dalem di keraton sama sekali tidak ada yang mencontohkan sikap senioritas dan mau menang sendiri. Bahkan antara beliau yang memang sudah lama menjabat sebagai abdi dalem maupun yang baru saja bertugas. Saat kenaikan pangkat sama sekali tak ada perbedaan sikap kepada sesama pejabat abdi dalem.

“Di sini sama sekali tidak ada senioritas. Ada kenaikan pangkat jabatan tergantung lama menjadi abdi dalem.”

E) Nilai kemanfaatan fungsional

1. Manfaat fungsional dari bekerja sebagai abdi dalem

Informan “M” merasa bahwa menjadi abdi dalem memberikan jaminan pekerjaan yang relatif stabil dan di lingkungan kraton sendiri setiap abdi

(4)

dalem memiliki peran dan tanggung jawab yang spesifik sesuai dengan kedudukannya.

“ Memberikan stabilitas pekerjaan dan memiliki peran serta tanggung jawab yang terstruktur dalam lingkungan keraton.”

2. Manfaat Abdi Dalem di Era Modern

Menurut pendapat Informan “M” secara eksplisit membandingkan pengalamannya sebagai abdi dalem dengan lingkungan kerja modern seperti pabrik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka merasakan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal nilai-nilai yang dianut dan pengalaman yang diperoleh.

“Menjadi abdi dalem memberikan pengalaman berbeda yang tidak bisa didapat di lingkungan kerja modern, seperti pabrik. Saya merasakan menjadi abdi dalem lebih ngerasa memiliki kedekatan dengan nilai-nilai budaya dan tradisi keraton yang lebih dari pada orang umumnya.”

3. Manfaat Non Materi

Informan “M” berpendapat bahwa menjadi abdi dalem tidak hanya sekedar pekerjaan, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas sosial informan. Kedekatan dengan lingkungan keraton dan keluarga keraton menciptakan rasa memiliki dan keterikatan emosional yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa peran sebagai abdi dalem melampaui aspek material semata, melainkan juga memberikan kepuasan psikologis yang mendalam melalui pembentukan identitas sosial dan jaringan sosial yang kuat.

“Ada rasa bangga dan kebahagiaan karena saya bisa berada di lingkungan keraton dan dekat dengan teman serta keluarga keraton, yang memberikan rasa kedamaian dan kepuasan emosional.”

F) Sistem kepercayaan atau manfaat simbolik dan kultural 1. Manfaat Abdi Dalem terkait spiritualisme

Menurut pendapat Informan “M” hubungan antara abdi dalem dengan aspek spiritualisme ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai abdi dalem bukan hanya sekedar mencari nafkah, tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam spiritualitas dan memperoleh berkah. Hal ini mengindikasikan adanya dimensi religius yang kuat dalam motivasi dan kepuasan kerja informan.

“Saya yakin bahwa menjadi abdi dalem itu membawa berkah serta ketenangan batin yang lebih besar, berhubungan dengan keyakinan agama dan spiritualitas yang lebih mendalam.”

2. Kepercayaan Informan

Informan “M” menghubungkan pekerjaan sebagai abdi dalem dengan aspek spiritualitas dan keyakinan agama. Menurut pendapat Informan “M’

menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai abdi dalem bukan hanya sekedar

(5)

mencari nafkah, tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam spiritualitas dan memperoleh berkah. Hal ini mengindikasikan adanya dimensi religius yang kuat dalam motivasi dan kepuasan kerja informan.

“Saya percaya bahwa pekerjaan ini bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga membawa berkah dan keberkahan yang lebih tinggi sesuai kepercayaan mereka.”

3. Pandangan terkait Keraton dan Keluarga Raja

Menurut pendapat Informan “M”, informan sangat ,memiliki rasa hormat dan loyalitas terhadap keluarga keraton. Informan “M” memiliki harapan yang tinggi agar keluarga keraton senantiasa menjalankan kepemimpinannya dengan bijaksana, menjaga nilai-nilai luhur, dan melestarikan tradisi keraton. Hal ini menunjukkan adanya ikatan emosional yang kuat antara Informan “M” dengan institusi keraton, serta keyakinan bahwa keluarga keraton memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan budaya dan nilai-nilai tradisional.

“Saya memandang keluarga keraton dengan hormat dan berharap mereka selalu baik dan memimpin dengan bijaksana, menjaga nilai dan tradisi keraton.”

4. Arti hidup

Informan “M” menghubungkan pengalamanya sebagai abdi dalem dengan pencapaian ketenangan batin dan ditemukannya makna hidup yang lebih dalam. Pelayanan dan dedikasi terhadap nilai-nilai keraton menjadi pusat dari makna hidup mereka. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi abdi dalem bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga merupakan panggilan jiwa yang memberikan kepuasan spiritual dan emosional.

“Mengabdi di keraton membawa ketentraman hati, memberikan arti hidup yang berfokus pada pelayanan dan dedikasi terhadap nilai-nilai keraton.”

G) Keluarga dalam status abdi dalem 1. Adanya status turun temurun

Menurut pendapat dari informan “M” bekerja sebagai abdi dalem sudah merupakan tradisi yang mengalir dalam keluarganya selama beberapa generasi.

“Ya, orang tua saya juga merupakan abdi dalem, sehingga tradisi ini sudah mengalir dalam keluarga saya selama beberapa generasi.”

2. Faktor pengaruh orang tua

Informan “M” menganggap bahwa orang tua dalam menanamkan nilai-nilai dan tradisi keraton pada generasi selanjutnya merupakan peran yang krusial. Orang tua menjadi agen sosialisasi utama yang mentransfer pengetahuan, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur keraton.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai keraton diturunkan secara turun-temurun melalui proses sosialisasi keluarga.

(6)

Nggih mbak orang tua saya itu berperan penting dalam membentuk nilai dan tradisi ini, beliau itu mengajarkan pentingnya pengabdian kepada keraton dan menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar”

H) Identitas

1. Adanya sikap ingin bertahan

Menurut pendapat Informan “M” menjadi abdi dalem bukan hanya sekedar pekerjaan, melainkan juga merupakan bagian penting dari identitas diri Informan “M”. Ketertarikan emosional yang kuat dengan keraton menjadi alasan utama mengapa Informan”M” ingin terus mengabdi. Hal ini mengindikasikan adanya rasa bangga dan memiliki yang mendalam terhadap Keraton.

“Saya peribadi berkeinginan untuk tetap menjadi abdi dalem karena kebanggaan dan kedekatan emosional dengan keraton.”

2. Rasa nyaman

Informan “M” mengungkapkan rasa nyaman dan puas dengan lingkungan keraton. Ini menunjukkan di tempat lain. Hal Ini bisa berupa lingkungan sosial yang harmonis, nilai-nilai yang sejalan, atau bahkan aspek material tertentu yang disediakan oleh keraton.

“Waduh sepertinya tidak ya mbakk, Soalnya saya juga sudah nyaman berada di lingkungan kraton ini..”

3. Rasa bangga

Informan “M” juga menyatakan adanya rasa bangga dan senang bekerja di lingkungan keraton. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan kerja di keraton memberikan kepuasan yang tinggi bagi Informan”M”, baik dari segi nilai-nilai yang dianut maupun hubungan sosial yang terjalin.

“Menurut saya peribadi mbak rasa bangga dan senang bisa bekerja di keraton itu yaa berada di lingkungan yang mendukung dan menghargai nilai budaya serta kedekatan personal dengan teman-teman sesama abdi dalem gitu…”

4. Adanya pemimpin yang menjadi rujukan

Menurut Informan “M”, ia menyatakan bahwa atasan atau pimpinan di keraton menjadi panutan dan motivasi dalam menjalankan tugas. ini menunjukan bahwa kepemimpinan yang baik dan inspiratif di lingkungan keraton memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dan semangat kerja para abdi dalem.

“Atasan atau pemimpin di keraton menjadi panutan dan motivasi bagi saya mbak dalam menjalankan tugas.”

2. Analisis Informan (MAP) A. Identitas Abdi Dalem

1. Nama dan Gelar

(7)

Nama lengkap Informan adalah Munajat Ari Prasetyo (MAP), dengan gelar kehormatan Kanjeng Raden Aryo (KRA). Gelar ini menunjukkan posisi penting dan status sosialnya sebagai abdi dalem. Sebagai pemegang gelar, ia merasa gelarnya mencerminkan penghormatan serta tanggung jawabnya terhadap keraton. Hal ini menunjukkan bagaimana tradisi gelar masih menjadi bagian integral dari identitas abdi dalem.

“Nama lengkap saya Munajat Ari Prasetyo, kalau gelarnya saya Kanjeng Raden Aryo (KRA)”.

2. Loyalitas yang Melampaui Batas Geografis

Informan berasal dari Sragen dan saat ini berdomisili di Gentan. Ia menjelaskan bahwa mayoritas abdi dalem berasal dari luar Solo, mencerminkan keraton sebagai pusat budaya yang menarik minat berbagai daerah. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa loyalitas terhadap keraton tidak terbatas pada masyarakat lokal, tetapi meluas ke berbagai wilayah.

“Saya domisili di Gentan kalau aslinya saya asli Sragen. Tapi abdi dalemkan rata-rata kebanyakan malah dari luar Solo”.

3. Dedikasi Sejak Usia Muda

Informan saat ini berusia 38 tahun dan telah mulai melayani keraton sejak tahun 2001 saat masih muda. Meski sempat bekerja dan berkuliah di luar Solo, ia kembali aktif di keraton pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan komitmen dan keterikatan emosional yang kuat terhadap keraton, meskipun sempat mengeksplorasi pengalaman di luar keraton.

“Saya sebenarnya melayani PB-12 itu dari 2001. Sampai 2004, 3 tahun, terus saya kuliah di Yogyakarta, kerja di Jakarta, Bali. Mulai aktif di sini lagi 2016 sampai sekarang. Namanya jik enom kan saya masih kuliah dulu, kerja dulu “

4. Gender Status

Sebagai seorang laki-laki, Informan menggambarkan bagaimana posisinya di keraton mendapatkan pengakuan sosial yang signifikan. Perannya di masyarakat sebagai representasi keraton juga memberikan status yang dihormati, terutama dalam acara-acara masyarakat.

“Pengakuan publik, pengakuan dari masyarakat. Kalau kita lagi di kampung di acara seperti itu, kita yang pegang mic lah ibaratnya.”

5. Perpaduan Tradisi dan Modernitas

(8)

Latar belakang pendidikan Informan adalah perhotelan, yang kemudian ia lanjutkan dengan kuliah di Yogyakarta. Pengalaman pendidikannya menunjukkan bahwa meskipun abdi dalem erat kaitannya dengan tradisi, mereka tetap beradaptasi dengan pendidikan modern.

“Saya kan sekolahnya dulu perhotelan, terus saya kuliah di Yogyakarta, kerja di Jakarta, Bali.”

B. Sejarah status

1. Kembali aktif karena panggilan hati

Meskipun sempat berhenti untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di luar Solo, Informan kembali aktif melayani pada tahun 2016. Hal ini mencerminkan keterikatan emosional dan komitmen terhadap keraton yang tetap kuat meskipun ada jeda waktu.

“Mulai aktif di sini lagi 2016.”

2. Tidak diwariskan langsung oleh keluarga

Informan menjelaskan bahwa tidak ada anggota keluarganya, baik orang tua maupun nenek-kakek, yang menjadi abdi dalem sebelumnya. Namun, terdapat hubungan tidak langsung melalui ibunya yang memiliki trah dari PB II. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi abdi dalem bukan sepenuhnya berdasarkan warisan, tetapi juga atas keputusan individu.

“Kalau saya enggak. Cuma memang rata – rata turun temurun abdi dalem itu. jadi ibu saya masih ada trah dari Pakubuwono II, tapi itu jauh, kalau mau diurus ribet, jadi mending saya tempuh yang kekansingan, daripada dipupuk”.

3. Dipilih karena kepercayaan

Informan menjadi abdi dalem setelah melayani PB-12. PB-12 dikenal sangat selektif dalam memilih siapa yang melayaninya. Kepercayaan ini akhirnya membawa Informan untuk berkomitmen sebagai abdi dalem.

“Dan sinuwun almarhum PB-12 itu kan nggak sembarangan mau dilayani.

Hanya oleh orang-orang tertentu.”

4. Panggilan hati sebagai motivasi utama

Informan menyatakan bahwa keputusan untuk menjadi abdi dalem sepenuhnya didasari oleh panggilan hati. Tidak ada pengaruh langsung dari orang lain, meskipun nilai-nilai keluarga dan tradisi keraton tetap menjadi latar yang mendukung keputusan tersebut.

(9)

“Panggilan hati. Di sini semua ngalap berkah. Jadi nggak money oriented nek kalkulator manusia angka segitu apa cukup.”

C. Status dan Pekerjaan 1. Fokus pada ritual

Tugas pokok Informan adalah melaksanakan caos dahar, yaitu menyediakan persembahan seperti makanan, bunga, dupa, dan kemenyan untuk Gusti Timur setiap tengah malam. Tugas ini menunjukkan peran abdi dalem sebagai penjaga tradisi dan spiritualitas keraton.

“Kalau saya caos dahar itu saya jam 12 malam saya ngladosi, melayani Gusti Timur, KGR Timur putri tertuanya Pakubuwono yang ke-13.”

2. Bersifat fleksibel sesuai kebutuhan acara

Selain tugas pokok, Informan juga membantu berbagai kebutuhan lain di keraton, seperti membawa sesaji, mengawal acara adat, dan menjaga keamanan. Hal ini mencerminkan peran abdi dalem yang multifungsi dalam menjaga kelangsungan operasional keraton.

“Ya kayak acara tadi kan kita bawa enek gendong uborampe sesaji terus pengamanan juga karena di sini abdi dalem itu ya juga keamanan juga menjaga.”

3. Tanpa kontrak formal

Status keanggotaan abdi dalem bersifat fleksibel tanpa adanya kontrak formal atau ikatan tertulis. Hal ini memungkinkan Informan untuk melakukan pekerjaan di luar keraton jika diperlukan.

“Flexible jadi misal saya dapet kerjaan luar kota, ya udah pamit gitu aja, nggak ada hitam di atas putih nggak ada.”

4. Gaji yang sangat rendah

Informan menerima gaji antara Rp50.000 hingga Rp150.000 per bulan, jauh di bawah upah minimum. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi abdi dalem lebih didasari oleh niat pengabdian daripada orientasi finansial.

“Perbulan itu range-nya antara 50-150 ribu. Per bulan. Beda beda nggak sampai UMR jauh. Angka itu nomor sekian kalau udah jadi abdi dalam, kesini tendensinya angka? Ya maaf salah tempat. ”

5. Kesadaran akan tradisi tanpa pemberitahuan

Abdi dalem diwajibkan hadir dalam setiap acara keraton tanpa perlu diundang secara khusus. Kesadaran untuk datang sendiri menunjukkan kedekatan spiritual dengan tugas mereka.

(10)

“Jadi setiap keraton punya acara hadjat nggak usah perlu japri di WA atau gimana langsung kesadaran sendiri.”

6. Mematuhi aturan pakaian dan perhiasan

Abdi dalem harus menyesuaikan cara berpakaian, melepas perhiasan, dan tidak menggunakan senjata seperti keris saat melayani keraton. Aturan ini menunjukkan penghormatan kepada lingkungan keraton dan rajanya.

“Semua mau ratu, mau putri nggak boleh polanya lereng... semua wajib melepas perhiasan, gelang, cincin, dan keris.”

7. Tidak boleh menghadap raja dengan perhiasan atau senjata

Menghadap raja dengan membawa keris atau mengenakan perhiasan dianggap tidak sopan. Hal ini menunjukkan tingginya penghormatan terhadap raja dalam tradisi keraton.

“Kalau menghadap raja pakai keris itu nggak sopan, di sini ada tiga pantangan: keris, perhiasan, emas.”

D. Hubungan Patron Klien

1. Adanya hierarki yang jelas

Informan menegaskan bahwa posisinya sebagai abdi dalem berada di bawah keluarga raja. Meskipun berperan sebagai pelayan, ia tetap merasa bangga dan menghormati struktur hierarki keraton dan tidak peduli jika di cap feodal. Hal ini mencerminkan kesadaran tentang perannya dalam sistem patron-klien di keraton.

“Itu saya di bawahnya dong, saya kan abdi dalem penderek, bawahannya.

Mau dibilang feodal ya monggo kami ikhlas menjalani itu kok gak apa-apa”.

2. Mengutamakan kesopanan

Dalam berkomunikasi dengan keluarga raja, Informan selalu mendahului dengan izin melalui chat WhatsApp atau bertemu langsung saat acara. Hal ini menunjukkan adanya aturan tidak tertulis tentang tata krama yang dijunjung tinggi dalam hubungan dengan keluarga raja.

“Kalau saya telepon duluan ya nggak berani, biasanya WA dulu, mohon izin kepada Gusti.”

3. Fleksibilitas dalam interaksi

Meskipun ada tata krama yang ketat, interaksi dengan keluarga raja, seperti Gusti Timur, cenderung tidak kaku. Informan menilai hubungan ini tetap santai tetapi penuh penghormatan, kecuali saat berhadapan langsung dengan Sinuwun.

(11)

“Seringnya ya kalau acara langsung aja ketemu. Kalau sama Gusti Timur ya seperti itu. Ini juga bentar lagi acara, kan kantor-kantor juga ada di dalem. Gak ada yang kaku gimana gitu. kecuali dengan sinuwun ya”

4. Menghormati senioritas sebagai budaya kerja

Informan menjelaskan bahwa aturan hubungan dengan abdi dalem senior mirip dengan budaya umum menghormati orang yang lebih tua. Hal ini mencerminkan adanya penghormatan terhadap pengalaman dan hierarki dalam struktur abdi dalem. Tidak ada aturan tertulis, tetapi dijunjung tinggi. Hubungan ini tidak diatur secara formal, melainkan berjalan secara natural sebagai bagian dari nilai-nilai yang hidup di keraton.

“Ya, seperti lazimnya kita menghormati orang yang lebih tua atau senior dengan kita lah.”

E. Nilai kemanfaatan fungsional

1. Manfaat fungsional dari bekerja sebagai abdi dalem

Salah satu manfaat fungsional yang diungkapkan oleh Informan “MAP”

adalah mendapatkan pengakuan publik dan peran sosial yang mereka jalankan dalam acara-acara keraton. Ini menunjukkan bahwa abdi dalem tidak hanya berfungsi sebagai pelayan keraton, tetapi juga sebagai figur publik yang memiliki peran penting dalam acara-acara budaya. Mereka menjadi pusat perhatian dan dihormati dalam berbagai kegiatan masyarakat, memberikan mereka status dan pengakuan di mata masyarakat.

"Ya... pengakuan publik, pengakuan dari masyarakat. Ibaratnya, kalau kita lagi di kampung di acara seperti itu, kita yang pegang mic lah ibaratnya ya."

2. Manfaat Abdi Dalem di Era Modern

Abdi dalem memiliki peran penting sebagai komunitas adat yang menjaga tradisi dan sejarah, terutama di tengah perkembangan kota Surakarta yang semakin modern. Hal ini menekankan bahwa abdi dalem berfungsi sebagai penjaga warisan budaya dan sejarah yang sangat penting bagi identitas kota Surakarta. Mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai yang telah ada sejak lama. Di era modern, banyak perubahan yang terjadi di Surakarta, namun abdi dalem tetap berpegang pada peran mereka sebagai penghubung antara masa lalu dan

(12)

masa kini. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka adalah bagian dari sejarah nasional dan bahwa mereka memiliki hak untuk diakui dalam konteks modern.

"Ya, kami adalah komunitas adat. Gimana ya? Kalau nggak kami siapa lagi? Kalau nggak dari sekarang, mau kapan lagi? Negara ini lahir dari Surakarta."

3. Manfaat Non Materi

Salah satu manfaat non-materi yang dirasakan oleh abdi dalem adalah ketenangan batin. banyak abdi dalem yang merasa bangga dan mendapatkan kepuasan spiritual dari peran mereka, meskipun secara finansial tidak memadai. mencerminkan bahwa menjadi abdi dalem memberikan rasa damai dan kepuasan spiritual yang tidak dapat diukur dengan materi. Menurut informan, ia mendapatkan kepuasan spiritual dari peran mereka dalam melayani keraton.

“Manfaatnya, ketenangan batin.”

F. Sistem kepercayaan atau manfaat simbolik dan kultural 1. Manfaat Abdi Dalem terkait spiritualisme

Menjadi abdi dalem memberikan manfaat spiritual yang mendalam bagi individu tersebut. KRA Munajat menyatakan:

"Di sini semua ngalap berkah. Jadi nggak money oriented nek kalkulator manusia angka segitu apa cukup?"

Pernyataan ini menunjukkan bahwa banyak abdi dalem merasakan ketenangan batin dan kepuasan spiritual dari pengabdian mereka. Mereka tidak hanya melihat pekerjaan ini sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai cara untuk mendapatkan berkah dan menjalani hidup dengan tujuan yang lebih tinggi.

2. Kepercayaan yang Diyakini Informan

Informan MAP percaya bahwa menjadi abdi dalem adalah bagian dari panggilan hati dan memiliki makna yang lebih dalam. Ia menekankan:

"Kalau nggak kami siapa lagi? Kalau nggak dari sekarang, mau kapan lagi?"

Ini menunjukkan bahwa ia merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikan tradisi dan budaya keraton, serta percaya bahwa peran mereka sangat penting dalam konteks sejarah dan identitas masyarakat.

(13)

3. Pandangan Informan Terhadap Kraton dan Raja

Pandangan KRA Munajat mencerminkan realitas kompleks yang dihadapi oleh keraton saat ini, di mana tantangan finansial bertemu dengan harapan akan perbaikan hubungan kekeluargaan. Meskipun keraton menghadapi kesulitan, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik jika hubungan internal dapat terjaga dan dikelola dengan baik. Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan keraton sebagai simbol budaya dan sejarah bagi masyarakat Surakarta meskipun dalam konteks modernisasi yang terus berkembang.

"Sekarang? Secara finansial, keraton saat ini sekarat. Secara finansial ya. Tapi untuk kekeluargaan alhamdulillah sudah sangat lebih baik dibanding beberapa tahun yang lalu."

4. Arti hidup

Secara keseluruhan, pandangan Informan MAP tentang arti hidup mencerminkan filosofi yang tenang dan optimis. Ia percaya bahwa hidup harus dijalani dengan santai tanpa terlalu banyak tekanan dari target atau ekspektasi.

Keyakinan akan takdir dan penerimaan terhadap keadaan saat ini menjadi bagian integral dari cara pandangnya terhadap kehidupan sebagai individu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia menjalani peran sebagai abdi dalem dengan segala tantangannya, ia tetap menemukan makna dan kebahagiaan dalam pengabdian serta pencapaian keluarganya. Informan juga menjelaskan bahwa banyak sekali abdi dalem yang gajinya hanya sedikit, namun mempunyai anak-anak yang sukses.

"Saya bikin santai sih, gak pernah target, gak pernah idealis sih saya, bukannya kok ngelokro, letoy, santuy, nggak, tapi ada pepatah Jawa, ngelaras ilining banyu, mengalirnya air, ngeli nanging ora keli, menghanyut, tapi jangan sampai terhanyut.”

“"Anake wes dadi polisi, wes jadi PNS, sawahnya di rumah sudah berpatok-patok.”

G. Keluarga dalam status abdi dalem 1. Tidak secara turun temurun.

Informan menjelaskan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang sebelumnya menjadi abdi dalem. Namun, ibunya masih memiliki trah dari Pakubuwono II.

Hubungan ini tidak langsung membuatnya menjadi abdi dalem. Ia lebih memilih

(14)

untuk mengikuti proses kekansingan (penobatan) daripada merepotkan diri dengan warisan keluarga.

"Bukan, tapi ibu saya masih ada trah dari Pakubuwono II, tapi itu jauh, kalau mau diurus ribet, jadi mending saya tempuh yang kekansingan, daripada dipupuk."

2. Hubungan erat dengan tradisi dan budaya.

Meskipun tidak ada anggota keluarga yang sebelumnya menjadi abdi dalem, KRA Munajat memiliki latar belakang yang kuat dalam seni dan budaya keraton.

Ibunya yang memiliki keturunan dari Pakubuwono II telah memupuk minatnya terhadap kesenian dan tarian sejak kecil. Ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga yang mendukung dan mempromosikan kesenian telah membantu dalam formasi identitas dan minatnya. Selain pengaruh keluarga, KRA Munajat juga memiliki minat pribadi yang kuat terhadap kesenian dan budaya keraton. Ia telah berlatih nari semenjak SMA dan masih memiliki kemampuan yang baik.

"Ada, dari kecil kan, keluarga saya itu pecinta kesenian, wayang, tarian..."

H. Identitas

1. Keinginan untuk tetap menjadi abdi dalem

Informan mengungkapkan keinginannya untuk terus berperan sebagai abdi dalem, menunjukkan komitmen dan kecintaannya terhadap peran tersebut.

Pernyataannya mencerminkan bahwa bagi KRA Munajat, menjadi abdi dalem bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi merupakan bagian integral dari identitas dan jiwanya.

Ia merasa terikat secara emosional dengan peran ini dan tidak ingin meninggalkannya.

“Kalau boleh minta, saya pengen tetap begini, hati saya sudah di sini, bagi Abdi Dalem tuh, hatinya itu udah di sini, nggak, ibaratnya ngomah ditinggal, blas.”

2. Komitmen emosional

Informan menekankan bahwa hatinya sudah terikat pada peran sebagai abdi dalem. Ini menunjukkan bahwa ia menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaannya, yang memberikan kepuasan batin. Ketika ia menyebutkan "ngomah ditinggal," ia menggambarkan perasaan kehilangan yang akan dirasakannya jika harus meninggalkan peran ini. Meskipun ia pernah bekerja di Jepang selama setahun, pengalamannya tidak mengubah keinginannya untuk kembali dan melayani sebagai

(15)

abdi dalem. Ia merasa tidak ada kontrak formal yang mengikatnya untuk tetap di luar keraton.

"Pernah tak tinggal, aku tahun 2018 itu kerja di Jepang setahun..."

3. Identitas dan kebanggaan

Informan MAP juga mengekspresikan kebanggaannya dalam mengenakan pakaian adat dan menjalani tradisi keraton. Ini menunjukkan bahwa identitas budaya sangat penting baginya dan menjadi bagian dari kebanggaan sebagai abdi dalem.

"Yang saya banggakan? Ya saya masih memakai baju adat, ijik belangkonan gini saya bangga..."

4. Rujukan hidup

Ketika ditanya tentang rujukan hidupnya, KRA Munajat menyatakan:

"Ya Gusti Allah lah, kita makhluk Tuhan kok."

Ini menunjukkan bahwa ia melihat Tuhan sebagai sumber inspirasi dan panduan dalam hidupnya. Ia juga merasa bertanggung jawab untuk mendidik generasi muda tentang nilai-nilai tradisi keraton.

Tabel 2. Taksonomi Hasil Wawancara

No Dimensi Penelitian Informan 1

“M”

Informan 2

“MAP”

1 SEJAK KAPAN JADI ABDI

DALEM? Tahun 1993 Tahun 2001 dan 2016

2 APAKAH ORANG TUA JUGA ABDI DALEM

Iya, terlebih kakek nenek juga sebagai abdi dalem.

Keluarga sama sekali tidak ada yang menjadi abdi dalem, tetapi masih trah dalam silsilah dari pihak Ibu 3 BILA IYA, GELARNYA APA,

TUGASNYA PADA BAGIAN APA, SUDAH BERAPA LAMA

Iya, Mas Ngabehi Haryo Prasetyo. Pada bagian penerangan sudah 31 tahun sejak tahun 1993.

Kanjeng Raden Aryo (KRA).

Melayani PB-12 dari 2001 sampai 2004 kemudian aktif lagi 2016.

4 BAGAIMANA SEJARAH BISA MENJADI ABDI DALEM

Karena keluarganya dari orang tua dan kakek nenek menjadi abdi dalem.

Didasari oleh panggilan hati dan mencari berkah

(16)

5 SIAPAKAH YANG BERPERAN PENTING DALAM MEYAKINKAN INFORMAN MENJADI ABDI DALEM

Keteguhan hati nurani dan orang tua serta sesepuh yang menjabat sebagai abdi dalem.

Diri sendiri didasari panggilan hati

7 APA TUGAS POKOK YANG

DILAKUKAN Tugas utama sebagai

pemandu wisata yang bertugas memandu peserta wisata yang berkunjung ke Keraton Mangkunegaraan ini dan menjelaskan apa saja sejarah terkait barang antik yang masih dijaga sampai sekarang.

Caos Dahar

8 APA TUGAS TAMBAHAN ATAU TUGAS LAIN LAIN YANG DILAKSANAKAN

Menjaga ketertiban dan menjaga nama baik.

Membantu apapun kebutuhan lain di keraton atas kesadaran diri dan tanpa pemberitahuan.

9 BERAPA GAJINYA Rp 200.000- Rp300.000 Rp. 50.000 - 150.000 10 BERAPA LAMA

KONTRAKNYA Tidak ada kontrak yang

mengikat Tidak ada hitam diatas putih 11 RITUAL ATAU KEBIASAAN

APAKAH YANG SELALU ATAU WAJIB DILAKUKAN OLEH ABDI DALEM

Disiplin, menjaga nama baik keraton, dan menjaga tingkah laku.

Hadir dalam setiap acara keraton tanpa

pemberitahuan, Mengenakan pakaian adat sesuai aturan, Melepas perhiasan seperti cincin, gelang, dan keris saat melayani, Tidak

menggunakan pola kain tertentu seperti lereng dan parang.

12 LARANGAN APAKAH YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH ABDI DALEM

Tidak ada larangan apapun, hanya saja tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga nama baik keraton

Tidak boleh membawa benda beroda ke area Balai Roto, Mengenakan keris saat menghadap raja, masuk rumah ibadah, atau melayat, Mengenakan perhiasan seperti emas atau batu mulia saat bertugas,

Menggunakan kain bludru atau pola menyamping jika bukan dari keluarga raja.

(17)

13 BAGAIMANA HUBUNGAN INFORMAN DENGAN RAJA ATAU PUTRA-PUTRI RAJA.

SEJAJAR ATAU HERARKI PATRON KLIEN

Sejajar tidak ada

perbedaan sama sekali Saya di bawahnya/penderek, mau dibilang feodal tidak masalah

14 BAGAIMANA CARA

HUBUNGAN ABDI DALEM DENGAN RAJA DAN

PUTRA PUTRI RAJA,

Dianggap seperti keluarga, Melalui izin terlebih dahulu melalui pesan wa, dengan sikap sopan dan

penghormatan penuh 15 BAGAIMANA ATURAN

HUBUNGAN ABDI DALEM DENGAN ABDI DALEM YANG LEBIH SENIOR ATAU LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA

Sama sekali tidak ada

senioritas. Mirip dengan budaya umum menghormati orang yang lebih tua

16 APA MANFAAT FUNGSIONAL DARI BEKERJA SEBAGAI ABDI DALEM

Memiliki pekerjaan yang terstruktur, peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan keraton

Pengakuan publik dan peran sosial dalam masyarakat

17 APAKAH DI TENGAH KOTA SOLO YANG TUMBUH MODEREN APAKAH MANFAAT BEKERJA SEBAGAI ABDI DALEM

Mempertahankan tradisi di tengah

modernisasi,memaknai pekerjaan diluar kerangka ekonomi modern, menjaga kesinambungan budaya

Menjaga tradisi dan budaya keraton, Rasa bangga menjadi bagian dari komunitas adat, Akses ke literatur dan pengetahuan tradisional di keraton.

18 APAKAH MANFAAT NON MATERIIL DARI BEKERJA MENJADI ABDI DALEM

Rasa bangga dan kebahagiaan, kedekatan dengan keluarga keraton, kepuasan emosional

Ketenangan batin dan

kedamaian jiwa, Kesempatan ngalap berkah, Merasa bangga masih bisa melestarikan budaya, Kedekatan spiritual dengan tradisi keraton.

19 SELAIN MANFAAT PEKERJAAN, APAKAH MANFAAT LAIN MENJADI ABDI DALEM TERKAIT SPIRITUALISME

Keyakinan akan berkah spiritual, ketenangan batin yang lebih mendalam, pandangan bahwa

pekerjaan memiliki makna di luar materi

Kepuasan spiritual yang tidak dapat diukur dengan materi, membawa

ketenangan hidup, dan ngalap berkah.

20 APA KEPERCAYAAN YANG DIYAKINI INFORMAN DENGAN MENJADI ABDI DALEM

Hidup bermakna melalui pelayanan, dedikasi terhadap nilai-nilai tradisional, ketentraman hati melalui pengabdian

Merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikan tradisi dan budaya keraton, serta percaya bahwa peran mereka sangat penting dalam

(18)

konteks sejarah dan identitas masyarakat.

21 APAKAH PANDANGAN INFORMAN TERKAIT KERATON DAN RAJA SERTA KELUARGA RAJA

Rasa hormat pada

keluarga keraton, harapan akan kepemimpinan bijaksana,menjaga nilai dan tradisi keraton

Memiliki pandangan akan tantangan finansial yang bertemu dengan harapan akan perbaikan hubungan kekeluargaan di keraton.

22 APAKAH ARTI HIDUP INI BAGI INFORMAN

Kedekatan dengan nilai-nilai budaya dan tradisi

keraton,pengalaman berbeda dari lingkungan kerja modern

Mempercayai bahwa hidup harus dijalani dengan santai tanpa terlalu banyak tekanan dari target atau ekspektasi.

23 APAKAH ORANG TUA (BAPAK ATAU IBU ATAU KAKEK, NENEK) JUGA ADBI DALAM

Abdi dalem sebagai tradisi keluarga,pewarisan

nilai-nilai dari generasi ke generasi

Tidak secara turun temurun menjadi abdi dalem, namun ibu memiliki darah keraton.

Mengabdi karena keinginan sendiri dan kecintaannya terhadap adat dan budaya.

24 APAKAH ADA PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBUAT INFORMAN MENJADI ABDI DALEM

Membentuk nilai-nilai pengabdian,mengajarkan pentingnya hubungan dengan

keraton,mendorong pelestarian budaya

Tidak secara langsung, namun lingkungan keluarga mendukung dan

mempromosikan kesenian telah membantu dalam formasi identitas dan minatnya.

25 APAKAH INFORMAN AKAN TETAP BERTAHAN MENJADI ABDI DALAM ATAU MAU BERUBAH

Identifikasi kuat dengan peran ,tidak berkeinginan untuk berubah profesi, merasa cocok dan nyaman dengan status

Keinginan untuk terus berperan sebagai abdi dalem, komitmen terhadap peran tersebut.

26 BILA ADA KESEMPATAN DAN BERUBAH, INGIN JADI APA

Ketidak inginan pindah profesi dikarenakan sudah ada rasa nyaman berada di lingkungan kraton

Pengalaman bekerja di Jepang selama setahun, tidak mengubah keinginannya untuk kembali dan melayani sebagai abdi dalem.

27 APA YANG

DIBANGGAKAN MENJADI ABDI DALEM

Mempertahankan tradisi di tengah modernisasi, memaknai pekerjaan diluar kerangka ekonomi modern, menjaga

kesinambungan budaya

Kebanggaan dalam mengenakan pakaian adat dan menjalani tradisi keraton. Bangga menunjukkan identitas budaya.

28 SIAPAKAH RUJUKAN Pemimpin/atasan di Melihat Tuhan sebagai

(19)

HIDUPNYA. keraton sebagai panutan, motivasi internal untuk mengabdi

sumber inspirasi dan panduan dalam hidupnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tujuan, rencana, kegiatan, proses dan umpan balik komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh abdi dalem pada Keraton

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tema, konsep, visualisasi teknik, dan bentuk kegiatan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sebagai sumber inspirasi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami secara mendalam mengenai peran abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta dalam melakukan sosialisasi nilai-nilai Jawa

lain yang dihadapi oleh abdi dalem keraton yaitu berkaitan dengan gaji yang akan3. mereka terima untuk menghidupi keluarga, dimana gaji yang mereka

Berdasarkan latar belakang perihal melestarikan tradisi abdi dalem perempuan di Keraton Yogyakarta yang merepresentasikan budaya Jawa, maka rumusan ide dalam

Berdasarkan latar belakang perihal melestarikan tradisi abdi dalem perempuan di Keraton Yogyakarta yang merepresentasikan budaya Jawa, maka rumusan ide dalam

Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, mayoritas dari abdi dalem ini sudah bekerja dari muda

Salah satu mitos atau kepercayaan mitis kejawen dari para abdi dalem keraton yaitu adanya kekuatan besar yang dipercaya sebagai kekuatan supra- natural dari Kanjeng Ratu Kidul, yang