• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PEMBERIAN HUKUMAN OLEH ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA. Telah Disetujui Pada Tanggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PEMBERIAN HUKUMAN OLEH ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA. Telah Disetujui Pada Tanggal"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PEMBERIAN HUKUMAN OLEH ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________________

Dosen Pembimbing Utama

(2)

HUBUNGAN PEMBERIAN HUKUMAN OLEH ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

Kholiza Nur Santi Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara pemberian hukuman oleh orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara pemberian hukuman oleh orangtua dengan kecenderungan agresif pada remaja. Semakin tinggi pemberian hukuman oleh orangtua maka semakin rendah kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Sebaliknya semakin rendah pemberian hukuman oleh orangtua maka semakin tinggi perilaku agresif pada remaja.

Subjek pada penelitian ini adalah remaja SMK yang bersekolah di Yogyakarta, berusia antara 15 – 18 tahun. Adapun skala pemberian hukuman oleh orangtua dan skala kecenderungan perilaku agresif yang digunakan adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala kecenderungan perilaku agresif disusun berdasarkan teori Medinus dan Johnson, sedangkan skala pemberian hukuman oleh orangtua disusun berdasarkan teori Telep.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.00 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara pemberian hukuman oleh orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,329 yang artinya da hubungan yang signifikan antara pemberian hukuman oleh orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Jadi hipotesis penelitian diterima.

Kata kunci : Pemberian Hukuman Oleh Orangtua, Kecenderungan Perilaku Agresif

(3)

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Pada era reformasi saat ini memang tidak dapat disangkal lagi seperti yang diberitakan di banyak media massa bahwa akhir-akhir ini banyak sekali peristiwa-peristiwa yang sangat memprihatinkan mengenai problem-problem sosio-kultural. Tindak kriminal yang meningkat dari tahun ke tahun, merupakan perwujudan dari problem sosial, dimana pelaku tindak kriminal tersebut sebagian besar adalah remaja (Yulianah, 2001). Mengamati pola kehidupan remaja saat ini, membuat bertambah risau. Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa semakin banyak remaja berperilaku agresif dimana perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja tersebut sudah mengarah pada bentuk kejahatan. Perkelahian pelajar secara massal di kota-kota besar cukup mengganggu masyarakat sekitar karena telah menjurus pada pengrusakan, bahkan tidak sedikit kejadian perkelahian pelajar tersebut pada akhirnya menelan korban jiwa.

Berdasarkan catatan Kanwil Depdiknas DKI Jakarta, selama tahun ajaran 1999/2000, jumlah pelajar yang terlibat tawuran pelajar tercatat 1.369 orang. Dari jumlah itu sebanyak 26 pelajar tewas, sedangkan yang luka berat 56 orang dan luka ringan 109 orang (Suara Pembaruan, 26 Agustus 2005). Pada tahun 2004, rata-rata 5 kasus kriminalitas baik itu pencurian ataupun penjambretan tiap bulan dilaporkan ke Polsek Danurejan Yogyakarta, dimana pelaku tindak kriminalitas tersebut sebagian besar adalah para remaja (Kompas, 14 Maret 2005).

(4)

Remaja adalah sosok individu yang sedang dalam proses perubahan dari masa anak ke dewasa. Salah satu tugas perkembangan usia remaja adalah menemukan identitas dirinya melalui figur-figur dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya, baik berupa pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Secara umum dan dalam kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit untuk ditempuh, baik secara individual maupun kelompok, sehingga remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur yang bermasalah (Sarwono, 1994).

Pengaruh-pengaruh negatif pada remaja sangat beragam, yang pada akhirnya mengarahkan remaja untuk berperilaku agresif. Perilaku agresif pada remaja antara lain seperti perkelahian, tawuran, saling mencaci dan bentuk-bentuk perilaku agresif lainnya.

Di Jakarta, Ade sutisna salah satu korban tawuran antar pelajar dua sekolah menengah kejuruan berbeda di Jakarta Timur, tewas setelah hampir sepekan dirawat di Rumah Sakit Harapan Bunda. Pelajar kelas tiga ini menderita luka bacok yang serius di pinggang kanan. Selain Ade, korban luka lainnya dari sekolah yang sama, M Agung terpaksa menjalani operasi akibat luka tusuk di pantat kiri (http//www.kompas.com). Sementara di Tasikmalaya Sembilan pelajar dari beberapa sekolah yang tengah merayakan kelulusan di sekitar Alun-alun, digelandang ke Mapolresta Tasik. Petugas terpaksa mengamankan mereka karena dari sembilan pelajar itu, selain terlibat perkelahian ada juga yang kedapatan mabuk dan membawa miras (http//www.pikiran-rakyat.com).

(5)

Menurut Godall (Koeswara, 1988) remaja lebih menunjukkan perilaku agresif daripada anak-anak dan orang dewasa. Dalam masa yang masih labil, remaja mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk berperilaku agresi.

Menurut Berkowitz (2003) sebagian orang yang berkecenderungan kekerasan akan terus menjadi agresif selama bertahun-tahun karena mereka mendapat imbalan dari perilaku seperti itu. Mereka cukup sering menyerang orang dan mendapati bahwa kebanyakan perilaku agresif mereka ada hasilnya. Perilaku yang mendapatkan imbalan cenderung bertahan. Anak-anak tidak hanya cenderung mempertahankan tindakan kekerasan, tetapi perilaku ini sering memberikan manfaat bagi mereka.

Tujuan remaja dalam berperilaku agresif adalah untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Perilaku agresif yang mereka lakukan cenderung akan bertahan apabila mereka mendapatkan apa yang menjadi tujuannya. Hal ini tentu saja tidak bisa dibiarkan terus berkelanjutan, untuk itu perlu adanya tindak pencegahan. Keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dari remaja mempunyai peranan penting dalam mengendalikan perilaku agresif pada remaja.

Menurut Myers (1990) ketika hukuman diikuti dengan penghargaan untuk perilaku yang diinginkan, maka hukuman tersebut dapat menghalangi munculnya perilaku agresif. Sementara menurut Baron (Sarwono, 2002) hukuman yang keras, langsung, dan pasti kepada perilaku agresif yang diikuti dengan ganjaran yang positif terhadap perilaku yang dikehendaki sehingga perilaku agresif itu ditinggalkan atau dihindari oleh pelakunya sendiri.

(6)

Tujuan pemberian hukuman oleh orangtua adalah untuk mendidik remaja agar tidak lagi berperilaku agresif dalam memenuhi keinginannya. Menurut Gharini (2004) agar anak tidak mengulangi perbuatannya, kadang orangtua memaki, dalam beberapa kasus sampai memukul anak. Orangtua harus memperkenalkan anak tentang norma-norma dan peraturan dengan cara mendidik anak. Hanya dengan cara demikian, anak bisa tumbuh menjadi anak yang baik. Dalam mendidik, orangtua harus memberikan pengertian dan nasehat kepada anak. Seringkali pengertian dan nasehat orangtua tidaklah cukup. Jika anak tetap melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang, tidak ada pilihan lain bagi orangtua untuk memeberikan hukuman.

Masa remaja adalah masa dimana individu tidak bisa lagi disebut sebagai anak-anak, tetapi belum bisa juga disebut sebagai dewasa. Pada masa ini remaja berada pada keadaan yang labil dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi. Dalam masa perubahan ini remaja mempunyai kecenderungan untuk berperilaku agresif, dan untuk mengontrol perilaku agresif tersebut orangtua memegang peranan penting karena orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak agar berperilaku baik. Salah satu cara untuk mengontrol perilaku agresif pada remaja adalah dengan memberikan hukuman agar remaja tidak lagi mengulang perilaku agresifnya.

(7)

B. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Agresif

Baron (Berkowitz, 2003) agresi adalah semua bentuk perilaku yang diarahkan ketujuan merugikan atau menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan seperti itu. Sementara menurut Breakwell (2002) agresi adalah setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa agresi adalah kegunaan atau manifestasi dari kekuatan fisik dan verbal, oleh seseorang terhadap orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan keinginan sipengguna kekerasan itu sendiri.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Thorndike (Koeswara, 1988) dalam proses belajar atau pembentukan suatu tingkah laku , hadiah (reward) dan hukuman (punishment) memainkan peranan penting. Tepatnya law of effect itu menerangkan bahwa individu cenderung mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang menyenangkan (rewarded), dan sebaliknya individe tidak akan mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi dirinya (punished). Jika law of effect ini kita gunakan untuk menerangkan pembentukan agresi, maka bisa dikemukakan bahwa agresi terbentuk dan diulang dilakukan oleh individu karena dengan agresinya itu individu tersebut memperoleh efek atau hasil yang menyenangkan. Adapun apabila dengan agresinya itu individu memperoleh efek

(8)

yang sebaliknya, yakni efek atau hasil yang tidak menyenangkan, maka agresi itu tidak akan diulang.

b. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kecenderungan Perilaku Agresif Medinus dan Johnson (Dayakisni dan Hudaniyah, 2001) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu: (a) menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit. Meninju, memarahi dan merampas, (b) menyerang suatu obyek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang, (c) secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut, (d) pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

2. Hukuman

Bedau (2003) berpendapat bahwa Hukuman merupakan sanksi yang dibebankan kepada seseorang yang dipercaya telah melakukan suatu perbuatan yang salah. Tujuan dari pemberian hukuman ini yaitu untuk menimbulkan perasaan bersalah pada perilaku. Sedangkan Telep (1999) berpendapat bahwa hukuman adalah salah satu unsur disiplin yang bertujuan untuk menghentikan perilaku anak yang tidak diinginkan dengan cara membuat mereka tidak nyaman atau menyakitkan untuk membuat mereka berhenti melakukan hal tersebut. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukuman adalah sanksi hukuman fisik maupun psikis sebagai tindakan pembalasan terhadap pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan pihak lain. Pemberian hukuman

(9)

dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan.

a. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pemberian Hukuman

Menurut Telep (1999) pada dasarnya ada empat macam hukuman, yaitu: 1) Hukuman fisik adalah bentuk hukuman yang dilakukan dengan tujuan untuk

menyakiti fisik subjek seperti tamparan, memukul pantat, memukul menggunakan rotan, dan memukul menggunakan ikat pinggang.

2) Hukuman lisan adalah bentuk hukuman yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti mental subjek seperti menertawakan, menggunakan kata-kata kejam, atau perkataan “aku tidak mencintaimu”.

3) Menunda rewards adalah bentuk hukuman yang dilakukan dengan menghalagi subjek untuk mendapatkan apa yang diinginkan sebelum subjek melakukan hal-hal yang dikehendaki pihak lain seperti “kamu tidak bisa menonton tv jika kamu tidak melakukan pekerjaan rumahmu”.

4) Penalties adalah bentuk hukuman yang dilakukan dengan mengharuskan subjek untuk menanggung akibat dari perilakunya seperti “ karena kamu telah memecahkan jendela itu, maka kamu harus menggantinya”.

(10)

3. Hubungan Pemberian Hukuman Oleh orang Tua Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Pada Remaja

Masa remaja ialah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa), mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock, 1980)

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan pada sejumlah aspek perkembangan meliputi fisik, fisiologis, emosi, intelektual, moral dan sosial. Remaja harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan sikap lamanya masa kanak-kanak (Sulastri, 1984)

Thorndike (Koeswara, 1988) dengan law of effect menekankan bahwa dalam proses belajar atau pembentukan suatu tingkah laku, reward dan punishment memainkan peranan penting. Agresi terbentuk dan diulang dilakukan oleh individu kerena dengan agresinya itu individu tersebut memperoleh efek atau hasil yang menyenangkan. Adapun apabila dengan agresinya itu individu memperoleh efek yang sebaliknya, yakni efek atau hasil yang tidak menyenangkan, maka agresi itu tidak akan diulang.

(11)

Menurut Berkowitz (2003) meskipun beberapa macam perilaku orangtua bisa mendukung pola tindak antisosial anak, kita harus ingat bahwa anak-anak tidak hanya menerima secara pasif apa pun yang dilakukan ibu dan ayahnya. Mereka bereaksi terhadap tindakan orangtua, dan respon mereka kemudian bisa mempengaruhi tindakan orangtua selanjutnya. Kehidupan keluarga bisa merupakan serangkaian aksi dan reaksi, di mana para anggota keluarga terus-menerus saling mempengaruhi.

Dalam kehidupannya, anak belajar mengulangi perbuatan yang benar dengan memperhatikan apakah ia memperoleh hadiah atas perbuatannya, dan ia belajar menghindari perbuatan yang keliru dengan memperhatikan bahwa ia tidak memperoleh hadian atas perbuatannya. Sebagaimana diketahui secara intuisi oleh orangtua, jika anak melakukan perilaku agresif dan bebas tanpa hukuman, maka kemungkinan ia akan melakukannya lagi. Keberhasilan merupakan hadiah baginya, dan dengan demikian muncullah sebuah pola “mencapai tujuan melalui kekerasan” (Bailey, 1988)

Menurut Sears (2004) rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa menekan perilaku agresif. Individu akan memperhitungkan akibat agresi di masa mendatang, dan berusaha untuk tidak melakukan perilaku agresif bila ada kemungkinan mendapat hukuman. Efek dari hukuman atau pembalasan yang diantisipasi tidak sederhana. Kadang-kadang hal itu menekan agresi, bila secara rasional orang ingin menghindari rasa sakit di masa mendatang.

Keluarga selaku lingkungan terdekat dari remaja memberikan hukuman dengan muksud untuk meminimalisasikan perilaku-perilaku agresif yang muncul pada

(12)

remaja. Diharapkan dengan adanya pemberian hukuman dari orangtua, remaja dapat lebih mengontrol perilakunya.

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan jenis kelamin pria dan wanita. Sampel diambil dari siswa SMU yang berusia 15-18 tahun. Subjek penelitian ditentukan oleh pihak sekolah

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Metode ini digunakan mengingat variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu hukuman keras dan kecenderungan perilaku kekerasan dapat lebih mudah diangkat dengan metode skala. Selain itu metode skala juga memiliki bentuk yang langsung mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson yang diproses dengan menggunakan program SPSS for windows 11.00.

(13)

HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Statistik Data Penelitian

Tabel 1

Deskripsi Data Penelitian

Hipotetik Empirik

Variabel

Min Max Mean sd Min Max Mean Sd Pemberian Hukuman Oleh Orang Tua 24 96 60 12 41 83 61,0703 6,41502 Kecenderun gan Perilaku Agresif Pada Remaja 20 80 60 10 26 64 40,5234 6,55319 Tabel 2

Kategori Skor Variabel Pemberian Hukuman Oleh Orang Tua

Kategori Skor Nilai f

Sangat rendah 24 - 38,4 X = (60 – 1,8 (12)) 0 Rendah 38,4 - 52,8 (60 – 1,8 (12)) < x = (60 - 0,6 (12)) 9 Sedang 52,8 - 67,2 (60 - 0,6 (12)) < x = (60 + 0,6 (12)) 102

Tinggi 67,2 – 81,6 (60 + 0,6 (12)) < x = (60 + 1,8 (12)) 16 Sangat tinggi 81,6 - 96 X = (60 + 1,8 (12)) 1

(14)

Tabel 3

Kategori Skor Variabel Kecenderungan Perilaku Agresif

Kategori Skor Nilai f

Sangat rendah 20 - 32 X = (50 – 1,8 (10)) 13 Rendah 32 - 44 (50 – 1,8 (10)) < x = (50 - 0,6 (10)) 90 Sedang 44 - 56 (50 - 0,6 (10)) < x = (50 + 0,6 (10)) 23 Tinggi 56 - 68 (50 + 0,6 (10)) < x = (50 + 1,8 (10)) 2 Sangat tinggi 68 - 80 X = (50 + 1,8 (10)) 0 2. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas sebaran ini berguna bertujuan untuk melihat distribusi sebaran skor variable yang dianalisis apakah membentuk kurve normal atau tidak. Hasil uji normalitas sebaran dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pemberian hukuman oleh orang tua mempunyai sebaran yang normal dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test = 0,762 dan p = 0,606 maka p > 0,05. Variabel kecenderungan perilaku agresif juga mempunyai distribusi sebaran yang normal dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test = 1,201 dan p = 0,112 maka p > 0,05.

Hasil selengkapnya dapat dilihat dihalaman terlampir. b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah sebaran nilai variabel-variabel penelitian ini menunjukkan suatu hubungan linier antara variabel-variabel penelitian. Hasil uji linearitas pada skala pemberian hukuman oleh orang tua dan kecenderungan perilaku agresif yang

(15)

diperoleh adalah F = 18,009 serta p = 0,00 (p < 0,05) dan deviation of linearity dengan F = 1,804 serta p = 0,018 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut membentuk satu garis linier.

3. Uji Hipotesis

Analisis korelasi menggunakan program product moment dari Pearson. Analisis product moment dilakukan pada skor total pemberian hukuman oleh orang tua dan kecenderungan perilaku agresif diperoleh nilai r = -0,329 dan p = 0,00 (p<0,01). Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara pemberian hukuman oleh orang tua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Semakin tinggi pemberian hukuman oleh orang tua, maka semakin rendah kecenderungan perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah pemberian hukuman oleh orang tua maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif pada remaja.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara pemberian hukuman oleh orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Hal ini berarti hukuman yang diberikan oleh orangtua dapat meminimalisasi perilaku agresif pada remaja.

Anak belajar bahwa sebagian di antara hadiah diperoleh karena perilaku buruk. Kerap kali agresi merupakan cara yang paling efektif, terkadang bahkan satu-satunya cara untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Kalau kekerasan mendatangkan hadiah, maka tmpaknya cukup sederhanalah cara

(16)

untuk mencegah kekerasan jenis itu, yakni dengan meniadakan hadiahnya. Peniadaan hadiah yang diinginkan merupakan hukuman, dan sudah lama hukuman digunakan untuk mempengaruhi perilaku (Bailey, 1988)

Di samping penanaman nilai-nilai dan norma-norma, dalam usaha mengendalikan agresi individu yang disosialisasikan para agen sosialisasi bisa menggunakan sanksi-sanksi atau hukuman apabila individu melakukan agresi. Hukuman itu bisa berupa hukuman fisik seperti pukulan, pemenjaraan dan bisa pula berupa hukuman sosial seperti kemarahan, pengucilan, pencabutan priviles untuk sementara waktu (Koeswara, 1988)

Menurut Baron (2005) hukuman dapat berhasil dalam mencegah individu untuk terlibat di banyak bentuk perilaku. Agar hukuman yang diberikan dapat berhasil, maka terdapat beberapa kondisi yang harus dipenuhi, yaitu harus mengikuti tindakan agresif secepat mungkin, probabilitas bahwa hukuman akan menyertai agresi haruslah tinggi, cukup kuat untuk dirasa tidak menyenangkan bagi penerimanya, dan harus dipersepsikan oleh penerimanya sebagai justifikasi atau layak diterima. Sementara menurut Berkowitz (2003) pemberian hukuman dapat efektif jika selain bertindak konsisten dan memberikan penjelasan, waktunya juga harus tepat, ada alternatif tindakan bagi anak-anak dan harga diri anak tidak terpukul.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku agresif remaja rendah. Hal ini berarti berkurangnya perilaku agresif pada remaja seperti tawuran, kekerasan fisik dan lain sebagainya. Remaja juga lebih dapat mengembangkan sisi positif dalam dirinya.

(17)

Perilaku agresif pada remaja dapat dianggap merupakan salah satu bentuk pengungkapan diri. Dengan bertingkah laku agresif, remaja menyalirkan emosi-emosinya, kekesalannya, kegembiraan, maupun keinginannya. Emosi yang paling banyak ditampilkan remaja adalah marah, cemburu, iri, ingin tahu, dan gembira. Remaja akan menjadi marah apabila mereka merasa dipermainkan, dikritik dan diperlakukan secara tidak baik (Rialida, 2005)

Bentuk dari kecenderungan perilaku agresif adalah amarah. Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem syaraf para simpatik disebabkan karena adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Pada saat seseorang itu marah ada perasaan ingin menyerang, memukul, melempar atau bahkan menghancurkan objek yang dipersepsi sebagai penyebab marahnya. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan atau ancaman sering memancing marah dan akhirnya memancing agresi. Anak-anak remaja sering melakukan adegan ejekan lalu ada balasan mengejek dan tidak jarang ditambahi dengan kata-kata jorok dan cabul. Pada akhirnya bila salah satu tidak dapat menahan amarahnya maka mulai berupaya menyerang lawannya (As’ad, 2004)

Remaja menggunakan perilaku agresif sebagai cara atau jalan untuk mendapatkan apa yng mereka inginkan. Perilaku agresif ini dirasakan efektif oleh remaja, karena dengan berperilaku agresif remaja berhasil memperoleh apa yang mereka inginkan. Berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh, maka perilaku agresif tersebut cenderung bertahan dan trus diulang. Hal ini sesuai dengan teori dari Thorndike (Koeswara, 1988) bahwa dalam proses belajar atau pembentukan

(18)

suatu tingkah laku , hadiah (reward) dan hukuman (punishment) memainkan peranan penting. Tepatnya law of effect itu menerangkan bahwa individu cenderung mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang menyenangkan (rewarded), dan sebaliknya individu tidak akan mengulang suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi dirinya (punished). Jika law of effect ini kita gunakan untuk menerangkan pembentukan agresi, maka bisa dikemukakan bahwa agresi terbentuk dan diulang dilakukan oleh individu karena dengan agresinya itu individu tersebut memperoleh efek atau hasil yang menyenangkan. Adapun apabila dengan agresinya itu individu memperoleh efek yang sebaliknya, yakni efek atau hasil yang tidak menyenangkan, maka agresi itu tidak akan diulang.

Dengan adanya pemberian hukuman oleh orangtua sebagai cara pencegahan perilaku agresif pada remaja, tentunya remaja dapat lebih baik dalam mengaktualisasikan diri dan diharapkan dapat menjadi batasan dalam berperilaku untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sehingga tidak lagi terjebak dalam perilaku agresif.

(19)

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara pemberian hukuman oleh orang tua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja yang signifikan dimana semakin tinggi pemberian hukuman oleh orang tua maka semakin tinggi pula kecenderungan perilaku agresif pada remaja dan sebaliknya semakin rendah pemberian hukuman oleh orang tua maka semakin rendah pula kecenderungan perilaku agresif pada remaja.

B. Saran

Berdasarkan dari penelitian ini penulis hendak mengajukan saran-saran untuk subjek dan juga untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya antara lain sebagai berikut :

1. Untuk Subjek Penelitian

Disarankan untuk subjek agar lebih mengembangkan sikap saling menghormati, lebih menghargai sesama dan juga lingkungan, mencoba untuk menyelesaikan permasalahan dengan jalan diskusi atau membahas masalah yang dihadapi bukan lagi dengan kekerasan, tawuran maupun perkelahian. Diharapkan juga subjek bisa memilih sikap dan perilaku mana yang patut untuk ditiru dan yang tidak patut untuk ditiru.

(20)

2. Kepada Orang Tua

Dalam memberikan hukuman kepada anak, orangtua diharapkan lebih konsisten dengan memberikan penjelasan secukupnya kepada anak tentang mengapa mereka dihukum dan sedapat mungkin memberikan hukuman yang sifatnya mendidik anak.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mengandung kelemahan, yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengungkap kecenderungan perilaku agresif pada remaja mengarah pada skala untuk mengukur perilaku delinkuen sehingga skala tersebut kurang bisa mengungkap kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Diharapkan peneliti selanjutnya lebih mengembangkan lagi baik variabel dependent maupun variabel independent penelitian. Diharapkan untuk lebih meluaskan ruang lingkup pelaku pemberi hukuman seperti pengalaman frustasi, kognisi, suasana hati dan suku bangsa.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, M. SU. 2004. Opini Publik: Debat Opini Peran Informasi Kerjasama BID DIY – KR (2) ; Informasi dan Perilaku Agresif Anak Muda. http//www.kr.co.id

Bailey, R.H. 1988. Kekerasan dan Agresi. diterjemahkan oleh Wirono S., Jakarta: Tira Pustaka.

Baron, R. A & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi 10. Jakarta: Erlangga Bedau, H. A. 2003. Punishment. http//www.plato.stanford.edu

Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior. diterjemahkan oleh Hartatni Woro Susiatni., Jakarta: PPM

Dayakisni, T & Hudaniah. 2001. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press ELN. 2006. Tawuran, Satu Pelajar Tewas. http//www.kompas.com

Gharini, P. P. R. 2004. Kekerasan pada Anak Ditinjau Dari Aspek Medis. http//kharisma.com

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Koeswara, E. 1988. Agresi manusia. Bandung.: PT. Eresco

Rialida, H. 2005. Hubungan Sikap Demokratis Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas psikologi Universitas Islam Indonesia

Sulastri, M. S. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja dari Segi Kehidupan Sosial. Bandung: Bima Aksara.

(22)

Telep, V. 1999. Discipline for Young Children. http//www.ext.vt.edu

Yulianah, 2001. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecenderungan Berperilaku Delikuen Pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Pusat Kota Rawan Pencurian dan Penjambretan. Dalam Harian Kompas. 14 Maret 2005

Terdapat 37 Titik Rawan Tawuran Pelajar di Jakarta Selatan Bagi Pelajar yang Terlibat, Nyawa Seolah-olah Tidak Ada Artinya. Dalam Harian Suara Pembaruan. 26 Agustus 2005

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi LP2M STKIP PGRI Bangkalan dalam eksistensi tridarma perguruan tinggi. Pada kegiatan LP2M STKIP PGRI Bangkalan belum sepenuhnya

Hal yang sama juga terjadi pada kecepatan 4,56 L/jam, dimana terjadi penurunan konsentrasi bioetanol pada output bioreaktor dibandingkan dengan input

Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu

Ketiga mata kuliah yang berkaitan dengan kemahiran menulis ini dapat dikatakan telah cukup komunikatif karena tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan

Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Keown (2011) yang menyatakan bahwa seseorang yang tinggal sendiri cenderung memiliki tingkat literasi keuangan pribadi yang

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif korelatif, yaitu penelitian yang darahkan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah disiplin kerja, komunikasi dengan pimpinan, lingkungan kerja, motivasi kerja, insentif dan kepuasan kerja karyawan.. Dari

Puji syukur serta banyak terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala pertolongan dan lindunganNya bagi penulis selama masa studi di