• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE EFFECTIVITY OF ESSENTIAL OIL GEL FROM RIND Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa AGAINST Escherichia coli AND Staphylococcus aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE EFFECTIVITY OF ESSENTIAL OIL GEL FROM RIND Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa AGAINST Escherichia coli AND Staphylococcus aureus"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 1410-5918 Accepted : 29-06-2014

THE EFFECTIVITY OF ESSENTIAL OIL GEL FROM RIND

Citrus nobilis

Lour. Var.

microcarpa

AGAINST

Escherichia coli

AND

Staphylococcus aureus

UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN GEL MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK

(

Citrus nobilis

Lour. Var

. microcarpa

) TERHADAP

Escherichia coli

DAN

S

taphylococcus aureus

Wintari Taurina

*

and Rafikasari

Pharmacy Department, Faculty of Medicine Tanjungpura University, Pontianak, Indonesia

ABSTRACT

Essential oil is a natural substance that has been known as antibacterial. This research aimed to examine the effectiveness of antiseptic gel from essential oil which taken from rind Pontianak orange. Essential oil from rind Pontianak orange are formulated into a gel and it tested its effectiveness as an antibacterial to Escherichia coli and Staphylococcus aureus. Based on the result of the study, the effective concentration of essential oil to inhibit Escherichia coli is 0,5%, while Staphylococcus aureus is inhibited at concentration 0,1%, 0,3% and 0,5%. The results of the gel test stabilization showed that the homogenity of gel, pH value and stable adhesion are good. Coverage gel increased during 30 days of storage. One Way Anova test analysis showed that the dispersive power of each gel formula does not differ significantly.

Keyword : Gel, Essential oil, Pontianak’s orange, Escherichia coli, Staphylococcus aureus

ABSTRAK

Minyak atsiri adalah suatu substansi alami yang telah dikenal memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas sediaan gel antiseptik minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak. Minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak kemudian diformulasikan menjadi sediaan gel, kemudian diuji efektivitas sebagai antibakteri pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi minyak atsiri yang efektif menghambat adalah sebesar 0,5 % terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan Staphylococcus aureus dihambat pada konsentrasi 0,1 %; 0,3 % dan 0,5 %. Hasil dari stabilitas sediaan gelnya menunjukkan bahwa gel memiliki homogenitas, nilai pH dan daya lekat yang stabil. Daya sebar gel meningkat selama 30 hari penyimpanan. Uji analisis One Way Anova menunjukkan bahwa daya sebar setiap formula gel tidak berbeda signifikan.

Kata Kunci : Gel, Minyak Atsiri, Jeruk Pontianak, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN

Jeruk Pontianak merupakan jenis jeruk yang telah lama dikenal menjadi salah satu komoditi unggulan tanaman holtikultura di Pontianak, Kalimantan Barat. Jeruk ini telah dikenal secara luas dan diakui memiliki rasa yang khas, berkulit tipis, manis dengan sedikit rasa asam (Etty, 2007).

Minyak atsiri merupakan suatu zat yang berbau khas dan terdapat pada beberapa tanaman, karena mudah menguap bila dibiarkan terbuka pada suhu kamar maka umumnya minyak atsiri ini disebut dengan minyak menguap (Niluh, 2009).

*Corresponding author : Wintari Taurina

E-mail: [email protected]

Adapun nama lain dari minyak atsiri adalah Volatile oils, Ethereal oils, Esensial oils. Minyak atsiri adalah substansi alamiah yang telah dikenal memiliki aktivitas antibakteri. Minyak tersebut dapat menghambat beberapa bakteri yang

merugikan diantaranya adalah bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Suryaningrum, 2009).

Dalam bidang farmasi minyak atsiri biasa digunakan sebagai bahan obat-obatan (Mustari, 2012), misalnya sebagai bahan untuk obat anti bakteri dan anti jamuryang kuat. Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhanbeberapa jenis bakteri yang merugikan bagi manusia sepertiE. coli, Salmonella sp, S. aureus, Klebsiella sp (Mustari, 2012).

(2)

Sediaan antibakteri yang umum digunakan adalah gel. Gel merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (British, 2009). Penggunaan sediaan gel yang berada dipasaran mengandung zat aktif alkohol bersifat mudah terbakar, sehingga diperlukan zat aktif lain yang lebih aman. Formulasi minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas minyak atsiri setelah diformulasi sehigga memperoleh formulasi gel minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak yang memberikan efektivitas paling baik dengan pengujian stabilitas mikrobiologi

terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus, serta pengujian stabilitas fisika dan kimia sediaan.

METODOLOGI

Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah neraca analitik

(Mettler PM 300®), Laminar Air Flow (LAF)

cabinet (Airtech®), Biologycal Safety Cabinet (BSC)

(ESCO class II type B2®), autoclave (HL-36Ae®),

inkubator (Memert®), dan mikropipet (socorex®).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah

kulit buah jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour.

var. microcarpa), etanol 95%, aquadest steril,

media Nutrien Agar (NA) (Oxoid®), dan natrium

sulfat (Na2SO4 ) anhidrat (Merck®), NaCl steril

0,9%, parafin cair, karbopol, trietanolamin, natrium metabisulfit, dan gliserin.

Pengambilan dan pengolahan sampel

Bahan baku jeruk yang telah dikumpulkan disortasi basah kemudian dicuci dengan air mengalir. Kulit dari buah tersebut dikupas dan dipotong beberapa bagian. Sampel kulit buah jeruk Pontianak dikeringkan diudara terbuka dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Selanjutnya disortasi kering dan ditimbang serta disimpan dalam wadah kedap, kering, dijauhkan dari sinar matahari langsung dan bersih.

Penyulingan minyak dengan metode destilasi uap-air

Sampel didestilasi ±3-4 jam. Destilat dipisahkan dalam corong pemisah, minyak akan memisah dari air membentuk lapisan pada permukaan. Minyak yang diperoleh disentrifugasi

dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat. Minyak

kemudian ditampung dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat serta terlindung dari cahaya.

Selanjutnya dilakukan perhitungan rendemen dan pengujian mutu minyak atsiri dengan mengukur indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri.

Skrining fitokimia

Identifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah identifikasi minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, fenol, steroid, dan terpenoid.

Analisis KLT terpenoid

Analisis senyawa terpen secara KLT dilakukan dengan menotolkan minyak atsiri pada

lempeng KLT silika gel G60 F254. Fase gerak yang

digunakan yaitu etil asetat dan n-heksana (1:9). Diamati dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm.

Kemudian disemprot dengan vanilin dan H2SO4.

Pengujian aktivitas antibakteri

Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri dari

kulit buah jeruk Pontianak dilakukan

menggunakan metode disc diffusion (tes

Kirby-Baurer) dengan variasi konsentrasi 0,1 mg/mL; 0,3 mg/mL dan 0,5 mg/mL terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pada media yang telah memadat biakan bakteri ditanam menggunakan jarum ose. Minyak atsiri diletakkan diatas cakram kertas kemudian cakram kertas dipindahkan ke media uji. Media uji selanjutnya

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2oC

selama 24-48 jam. Setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan disekitar cakram dengan menggunakan jangka sorong.

Tabel I. Formulasi gel minyak atsiri kulit buah jeruk Bahan F1 F2 F3 Minyak atsiri 0,1mg/mL 0,3mg/mL 0,5mg/mL Karbopol 0,25g 0,25g 0,25g Trietanolamin 0,25g 0,25g 0,25g Gliserin 5g 5g 5g Natrium metabisulfit 0,1g 0,1g 0,1g Aquades ad 50g 50g 50g

Formulasi gel minyak atsiri kulit jeruk Pontianak

Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan pada pembuatan gel adalah 0,1 mg/mL; 0,3 mg/mL dan 0,5 mg/mL. Cara pembuatan gel yaitu karbopol dikembangkan di dalam lumpang yang telah berisi air panas hingga homogen, kemudian ditambahkan trietanolamin (TEA) hingga jernih.

(3)

Masukkan gliserin dan natrium metabisulfat kedalam lumpang dan digerus hingga homogen. Akuades ditambahkan sedikit demi sedikit dan digerus homogen hingga diperoleh dasar gel. Minyak atsiri ditambahkan terakhir ke dalam dasar gel dan digerus hingga homogen.

Uji stabilitas sediaan gel

Uji stabilitas fisik dan kimia sediaan gel dilakukan pada hari ke-0, 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, dan 29 pada suhu kamar. Uji stabilitas fisik

meliputi pemeriksaan organoleptik yaitu

pemeriksaan bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual; uji daya lekat dan uji daya sebar. Uji stabilitas kimia meliputi penentuan pH sediaan menggunakan pH meter. Penentuan daya sebar gel dilakukan dengan ekstensometer. Sampel gel sebanyak 1 g diletakkan dipusat antara dua kaca arloji, dimana kaca arloji sebelah atas dibebani dengan meletakkan anak timbangan sehingga mencapai bobot 150 g. Pengukuran dilakukan hingga diameter penyebaran gel konstan. Pengujian daya lekat dilakukan diatas gelas objek yang telah diketahui luasnya. Diletakkan gelas ibjek yang lain diatas gel kemudian ditekan dengan beban 1000g selama 5 menit. Kemudian dilepaskan beban seberat 50g dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek ini terlepas.

Pengujian efektivitas sediaan gel

Uji mikrobiologi meliputi penentuan efektivitas antibakteri sediaan gel minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak terhadap Escerichia coli dan Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan

menggunakan metode disc diffusion (tes

Kirby-Baurer) dengan 3 kali pengulangan. Pada media yang telah memadat biakan bakteri ditanam menggunakan jarum ose. Kemudian 0,1 g gel setiap formula diteteskan dengan 1 tetes akuades steril dan diletakkan diatas cakram kertas. Kemudian cakram kertas dipindahkan ke media uji. Media uji selanjutnya diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 35±2oC selama 24-48 jam.

Setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan disekitar cakram dengan menggunakan jangka sorong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyulingan minyak atsiri dengan metode destilasi uap-air

Proses penyulingan menggunakan metode destilasi uap-air (water and steam distilation). Menghasilkan nilai rendemen yang dihasilkan yaitu sebesar 0,8%w/w (Apriyantono, 1996). Pengujian mutu minyak atsiri menghasilkan bobot jenis 0,84 dan indeks bias sebesar 1,4.

Hasil skrining fitokimia

Data skrining fitokimia menunjukkan hasil positif terhadap minyak atsiri, saponin dan triterpenoid.

Hasil analisis KLT terpenoid

Uji KLT (kromatografi lapis tipis) dilakukan secara kulitatatif untuk pemastian senyawa terpen. Dimana digunakan fase gerak n-heksan-etilasetat (9:1). Hasil KLT menunjukan positif mengandung terpen karena ketika disemprotkan pereaksi asam sulfat pekat dan vanilin membentuk warna unggu (Yuliani, 2011).

Hasil uji aktivitas antibakteri

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak efektif sebagai antiseptik karena dapat

menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus pada

konsentrasi 0,1%; 0,3%, dan 0,5%. Selain itu

dalam pengamatan terhadap E.coli, minyak atsiri

kulit buah jeruk Pontianak sudah dapat menghambat pertumbuhan pada konsentrasi 0,1%; 0,3% dan 0,5%.

Tabel II. Hasil zona hambat uji efektivitas minyak atsiri

Konsentrasi

(%) S.aureus (mm) Zona hambat Zona hambat E.coli (mm)

0,1 8 12

0,3 14 14

0,5 14 14

Gambar 1. (1) Hasil uji aktivitas minyak atsiri terhadap E coli, (2) Hasil uji aktivitas minyak atsiri terhadap S. aureus

Formulasi gel minyak atsiri kulit buah jeruk pontianak

Formulasi minyak atsiri kulit buah jeruk dalam bentuk gel bertujuan memberikan kemudahan dalam pemakaian. Adanya formulasi dalam bentuk sediaan gel, basis gel akan menahan konsistensi ekstrak sehingga akan memberikan efek yang lebih lama. Fungsi dengan adanya pengubahan kedalam bentuk gel, basis yang ada akan menahan penguapan yang terjadi serta menahan hilangnya konsistensi ekstrak pada kulit akibat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemakai.

(4)

Uji efektivitas gel antiseptik minyak atsiri kulit

jeruk terhadap Escerichia coli dan

Staphylococcus aureus

Minyak atsiri dapat merusak dinding sel bakteri dan memiliki kemampuan merubah molekul protein dan asam-asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Suryaningrum, 2009). Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Terpena atau terpenoid memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme antibakteri dari terpena tidak sepenuhnya diketahui, akan tetapi diduga

senyawa ini bekerja pada pengrusakan

membran oleh senyawa lipofilik. Pada uji efektivitas ini digunakan 4 kelompok yaitu gel minyak atsiri kulit buah jeruk yang dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu Gel A (0,1%), Gel B (0,3%), Gel C (0,5%).

Tabel III. Hasil zona hambat uji efektivitas minyak atsiri

Formula Zona hambat

S.aureus (mm) Zona hambat E.coli (mm)

F1 0 12

F2 0 14

F3 20 17

Gambar 2. (1) Hasil uji aktivitas gel minyak atsiri

terhadap E coli, (2) Hasil uji aktivitas gel minyak

atsiri terhadap S. aureus

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Minyak atsiri kulit buah Jeruk Pontianak efektif sebagai antiseptik karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada konsentrasi 0,5%. Selain itu dalam pengamatan terhadap bakteri E. coli, Minyak atsiri kulit buah Jeruk Pontianak sudah dapat menghambat pertumbuhan pada konsentrasi 0,1%; 0,3% dan 0,5%. Dari data zona hambat yang diperoleh, terlihat bahwa setelah diformulasi menjadi sediaan gel, formula 3 (F3) memberikan zona hambat yang paling baik karena selain dapat menghambat kedua bakteri tersebut, nilai zona

hambatnya terhadap S.aureus dan E.coli

meningkat dibandingkan dengan zona hambat minyak atsirinya.

Uji stabilitas sediaan gel antiseptik

Pengamatan organoleptis sediaan gel menunjukkan sediaan gel berwarna putih bening dan beraroma jeruk. Hasil pengukuran pH gel selama 30 hari menunjukkan bahwa gel stabil pada pH 6,9. pH sediaan ini masih memenuhi persyaratan pH sediaan gel ideal berada pada rentang 6-8. Uji daya sebar memiliki tujuan untuk melihat kemampuan menyebarnya gel pada permukaan kulit dimana diharapkan gel mampu menyebar dengan mudah ditempat yang dioleskan tanpa diberikan tekanan yang berarti. Daya sebar yang dihasilkan pada semua formulasi gel menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan maka daya sebar gel semakin meningkat. Daya sebar gel yang baik berada pada rentang 5-7cm. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya sebar gel adalah jumlah dan kekuatan matriks gel. Pengujian daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel melekat dikulit. Semakin besar nilai daya lekat maka semakin besar difusi obat karena ikatan yang terjadi antara gel dengan kulit semakin lama. Berdasarkan data yang diperoleh semua formula gel selama pengamatan 30 hari, menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan daya lekat gel tetap stabil. Sifat gel yang stabil dapat dipengaruhi oleh penggunaan karbopol sebagai basis, dimana fungsi basis ini sebagai pengemulsi dan penstabil sediaan. Uji analisis One Way Anova menunjukkan bahwa daya sebar setiap formula gel tidak berbeda secara signifikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, formula gel minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak efektif

menghambat bakteri S. aureus pada konsentrasi

0,5% dan E. coli pada konsentrasi 0,1%; 0,3% dan

0,5%. Formula gel yang memiliki daya hambat

paling baik adalah formula gel dengan konsentrasi 0,5% yaitu Formula 3 (F3) karena selain dapat menghambat kedua bakteri tersebut, nilai zona

hambatnya terhadap S. aureus dan E. coli

meningkat dibandingkan dengan zona hambat minyak atsirinya. Hasil uji stabilitas sediaan gel menunjukkan bahwa gel memiliki homogenitas, nilai pH dan daya lekat yang stabil. Daya sebar gel meningkat selama 30 hari pengamatan. Uji analisis One Way Anova menunjukkan bahwa daya sebar setiap formula gel tidak berbeda secara signifikan.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Cara Sehat dengan Wewangian

Alami. Jakarta : Penebar Swadaya; Hal : 31-37

British Pharmacopoeia. 2009. British

Pharmacopoeia Vol. 1 % 2. London: Medicine and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Hal: 4788.

Etty, S. 2007. Pentingnya Pengujian Kandungan

Gula Pada Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) sebagai Jaminan Kualitas Rasa. Unit PSMB Dinas Perindag : Pontianak

Suryaningrum, S. 2009. Aktivitas Minyak Atsiri

Terhadap Staphylococcus Aureus dan E.Coli. Skripsi. Surabaya

Mustari, Fitri Nour Aulia.2012. Aktifitas Anti Bakteri Minyak Atsiri Kulit Jeruk

Pontianak terhadap Stapylococus aureus

dan Esceria Coli. Traditional Journal: 18(2).

Niluh., P.F.A,. 2009. Minyak Atsiri dari Kulit Buah Citrus grandis, Citrus aurantium (L.) dan Citrus aurantifolia (Rutaceae) sebagai

Senyawa Antibakteridan Insektisida.

Skripsi.Surabaya: Fakultas Matematika

dan IlmuPengetahuan AlamInstitut

Teknologi Sepuluh Nopember.

Oxoid Microbiology Product (OMP). 2012. Dehydrated Culture Media.Thermo Fisher scientific. Inc.

Yuliani, ratna; Peni Indrayuda dan Septi Sriandita Rahmi. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap S.aureus dan E.coli. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Pharmacon

Gambar

Tabel  I.  Formulasi  gel  minyak  atsiri  kulit  buah  jeruk  Bahan  F1  F2  F3  Minyak atsiri  0,1mg/ mL  0,3mg/mL  0,5mg/mL  Karbopol  0,25g  0,25g  0,25g  Trietanolamin  0,25g  0,25g  0,25g  Gliserin  5g  5g  5g  Natrium  metabisulfit  0,1g  0,1g  0,1g
Tabel II. Hasil zona hambat uji efektivitas minyak  atsiri
Tabel III. Hasil zona hambat uji efektivitas minyak  atsiri

Referensi

Dokumen terkait

KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK BALI (Citrus maxima) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI.. TERHADAP Staphylococcus aureus DAN

Hasil uji ekstrak biji kelor memiliki aktivitas antibakteri untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan konsentrasi hambat minimum masing

Aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans dapat disebabkan oleh adanya kandungan senyawa minyak atsiri,

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa minyak atsiri dari kulit buah jeruk Pontianak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan

Hasil uji ekstrak biji kelor memiliki aktivitas antibakteri untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan konsentrasi hambat minimum masing

Berdasarkan hasil uji Post Hoc, untuk mengetahui konsentrasi efektif minyak atsiri kulit jeruk bergamot dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat fungi endofit mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan diameter hambatan

Berdasarkan hasil uji Post Hoc, untuk mengetahui konsentrasi efektif minyak atsiri kulit jeruk bergamot dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1%