• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Botani Tanaman Karet

Tumbuhan Hevea berasiliensis termasuk kepada tanaman daerah tropis yang bila di biarkan tumbuh dapat mencapai ketinggian 30 m. Bila di ikuti pertumbuhan pohon karet akan ternyata bahwa pertumbuhan nya yang cepat dan aktif silih berganti dengan waktu istirahat (dormansi). Tumbuhan karet mempunyai akar tunggang, mempunyai lingkaran kambium tunas bercabang cabang dan daun bersusun tiga dalam satu tangkai .

Berikut ini diuraikan taxonomi dari tanaman karet yaitu : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg

2.2.Syarat Tumbuh Tanaman Karet 2.2.1. Iklim

Tanaman karet dapat di usahakan dengan baik di daerah tropis dan bahkan sub tropis (seperti RRC bagian selatan ) sudah ada diusahakan tanaman karet. Namun untuk pertumbuhannya tidaklah menuntut persyaratan iklim yang ketat, hal ini disebabkan kerana tanaman karet mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang bervariasi. Tanaman karet tumbuh baik pada ketinggian 0 sampai 600 mdpl. Ketinggian yang paling cocok adalah 1 sampai 200 mdpl, maka setiap

(2)

kenaikan 100 m, matang sadap lebih lama 6 bulan. Di daerah – daerah yang lebih tinggi dari 600 m dari permukaan laut, sudah berkurang baik untuk daerah penanaman karet karena pertumbuhannya terhambat dan produksi kurang memuaskan.

Tanaman karet tumbuh baik pada daerah yang mempunyai curah hujan 2000 sampai 4000 mm/thn. Daerah dengan curah hujan sekitar 1500 mm/thn masih mungkin ditanami karet, asal curah hujan turun merata sepanjang tahun pada daerah yang mempunyai curah hujan 5000 sampai 6000 mm pertahun tanaman karet dapat tumbuh baik tetapi hari hujan terlalu banyak sehingga menyulitkan untuk penyadapan dan pencucian sangat efektif. Jumlah hari hujan yang diinginkan adalah 100 sampai 150 hari hujan pertahun (Sianturi, 1990).

Selanjutnya juga menyebutkan bahwa tanaman karet dapat tumbuh pada suhu 25°C sampai 35°C. suhu rata – rata terbaik adalah 28°C(Sianturi, 1990).

Unsur iklim lainnya yang perlu diperhatikan adalah angin. Angin yang kencang pada musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon klon tertentu yang peka terhadap angin yang kencang (Setyamidjaja, 1983).

2.2.2. Tanah

Hasil karet yang maksimal akan dapat pada tanah yang subur. Sebenarnya tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang tinggi, bisa saja ditanam di lahan yang kurang subur. Dibanding tanaman perkebunan lainnya kopi, cokelat, teh dan tembakau. Tanaman karet tergolong tanaman yang paling toleran terhadap tanah yang kurang subur. Untuk membantu pertumbuhannya dapat dilakukan

(3)

penambahan pupuk. Tanah kurang subur seperti Podsolik Merah Kuning yang terhampar luas di Indonesia dan Malaysia, dengan bantuan pupuk dan pengolahan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang memuaskan. Selain jenis podsolik Merah Kuning, tanah Latosol dan Alluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet.

Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar.

Padas boleh terdapat pada lapisan tanah asalkan terletak kedalam 2 – 3 meter. Tanah yang derajat keasaamnnya mendekati normal cocok untuk ditanami karet.

Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5 – 6. Batas toleran pH tanah bagi tanman karet adalah 4 – 8 tanah yang agak masam masih lebih di kehendaki dengan tanah yang bersifat basa (Nazaruddin dan Paimin, 1992)

2.3.Klon Karet Anjuran

Klon karet unggul dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Klon Anjuran Komersial dan Klon Harapan.

a. Klon Anjuran Komersial adalah Klon unggul yang dianjurkan untuk pengembangan komersial dalam skala luas yang menurut Undang-undang No. 12 tahun 1992 disebut sebagai Benih Bina.

b. Klon Harapan adalah klon-klon yang pada pengujian pendahuluan terbukti memiliki sifat keunggulan lebih baik dari klon anjuran komersial, namun belum teruji secara luas. Klon Harapan dianjurkan untuk pengembangan secara terbatas di perkebunan melalui kerjasama dengan Pusat Penelitian Karet.

(4)

Berdasarkan Hasil Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet, yang diselenggarakan pada tanggal 4-6 Agustus 2009 di Batam Provinsi Kepulauan Riau, telah disusun daftar Klon Karet Anjuran periode 2010-2014, sebagai berikut:

a. Klon Penghasil Lateks : IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, dan PB 340

b. Klon Pengasil Lateks – Kayu : IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR119, dan RRIC 100.

c. Klon anjuran untuk batang bawah terdiri dari benih yang berasal dari tanaman monoklonal AVROS 2037, GT 1, PB 260, RRIC 100, PB 330, dan BPM 24. (Siagian, 2006).

2.4.Bahan bibit tanaman

Untuk perkembangan tanaman karet dapat di gunakan dua macam bahan tanam yaitu :

1. Semaian ( seedling ) yaitu bahan tanam yang berasal dari biji kebun benih. Pembiakan dengan biji ini disebut juga dengan pembiakan generatif.

2. Klon yaitu bahan tanaman yang berasal dari dua komponen yaitu tunas bawah yang berasal dari biji dan tunas atas yang berasal dari mata tunas. Kedua komponen ini digabungkan dengan cara okulasi. Pengembangan dengan cara demikian disebut pembiakan secara vegetatif (Rasiddin, 1985)

Berbagai metode perbanyakan vegetatif pada tanaman karet melalui okulasi telah lama di kenal. Tujuannya adalah penyediaan tanaman klonal seefisien mungkin. Dari berbagai cara yang telah dicoba metode okulasi cokelat ( brown budding ) memegang peranan penting, disusul kemudian oleh okulasi hijau ( green budding ) dalam penyediaan bahan tanaman karet. Namun

(5)

sekarang, okulasi dini ( pre green budding ) mulai dikembangkan dipusat penelitian dan pengembangan Tanjung Morawa ( P4TM ).

Okulasi dini dilakukan pada tunas bawah berumur 7 – 8 minggu dengan diameter tunas lebih kurang 5 mm dan di tandai dengan dua payung daun. Kulit tunas semaian masih hijau dan mudah lekang pada waktu pembukaan jendela, tanaman yang kulitnya lengket tidak dapat di okulasi. Pada tingkat umur 2 bulan lazimnya kulit tidak lengket karena belum dipengaruhi masa flush. Untuk pengokulasian dipergunakan mata sisik ( scale bud ) cabang entres yang mempunyai 1 payung berumur 2 bulan dengan payung daun berwarna hijau segar. Mata diambil dari setiap potong cabang entres dapat diperoleh 3 sampai 5 mata sisik (Santoso dan Parlindungan, 1981).

Pertumbuhan diameter tunas dan tinggi okulasi dini setelah 6 bulan ditanam dilapangan sudah dapat mengimbangi okulasi konfensional dengan tunas bawah berumur lebih kurang 10 sampai 12 bulan. Dengan demikian diharapkan okulasi dini agar dapat memperpendek masa TBM selama 6 bulan, bila dihitung umur biologis tanaman sejak tunas bawah ditanam di pembibitan. Setelah 6 bulan, pertautan okulasi sudah mulus dan bekas potongan tunas bawah tidak terlihat lagi (Santoso dan Parlindungan, 1982).

2.5. Karakteristik Klon

Klon adalah bahan tanaman yang di kembangkan secara vegetatif. Okulasi merupakan cara perkembangbiakan vegetatif yang paling umum digunakan pada tanaman karet. Tanaman yang di kembangkan dengan okulasi memiliki sifat seragam (homogen) dan mempunyai karakter yaitu sama dengan asal pohon induk terpilih. Beberapa perbedaan tanaman klon dengan tanaman semaian/ perkebunan rakyat (Woelan, 2005).

(6)

2.5.1. Klon IRR 5

Tanaman karet klon IRR 5 merupakan klon penghasil lateks kayu dan salah satu klon anjuran. Pertumbuhan tanaman sangat jagur dan tahan terhadap kekeringan, klon IRR 5 memiliki produksi 1527 kg/ha/th . Klon IRR 5 memiliki ciri khas kulit tunas berparit melingkar dan warna daun hijau kekuningan yang baku.

2.5.2. Klon IRR 112

Klon IRR 112 merupakan hasil persilangan antara klon IAN 873 x RRIC 110. Klon IRR 112 memiliki pertumbuhan yang sangat jagur dan stabil pada berbagai lokasi. Lateks dari klon IRR 112 cocok di olah untuk menghasilkan produk RSS SIR 5 dan lateks pekat (Rachmawan et al, 2006).

Klon IRR 112 menunjukkan adaptasi yang baik pada kondisi agroekosistem yang lebih luas, dapat ditanam di daerah dengan curah hujan rendah ( 1200-1500 mm/th) sampai dengan curah hujan tinggi ( 3000-3500 mm/th) (Aidi-Daslin dan Sayurandi , 2016). Pada tanaman muda di kebun entres, klon ini memiliki daun hijau mengkilap serta terlihat jelas pinggir daun bergelombang.

2.5.3. Klon PB 260

Tanaman karet klon PB 260 merupakan klon penghasil lateks yang di anjurkan untuk di kembangkan di Indonesia mulai tahun 1991. Karakteristik klon PB 260 adalah pertumbuhan lilit tunas pada saat tanaman belum menghasilkan, tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum dan Oodium). Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi areal 2.107 kg/ha/tahun selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon terhadap stimulan. Lateks

(7)

berwarna putih kekuningan. Pengembangan tanaman dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang dan basah (woelan dkk,1999).

2.6.Media penyimpanan

Media buatan seperti serbuk gergaji, cocopeat dan potongan kertas koran umumnya dimanfaatkan oleh petani jamur untuk pembuatan kompos jamur. Sisa – sisa limbah pertanian dan limbah industri ini dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi jamur merang lebih tinggi dari keadaan media yang cukup kering ( Indrianto, 1984 ).

Media buatan ini juga dapat dipakai sebagai pengganti media penyimpanan dalam pengiriman stump. Dengan media ini biaya pokok penyimpanan stump lebih murah dan beratnya lebih ringan, sehingga lebih mudah ditransportasikan.

2.6.1. Media cocopeat

Cocopeat merupakan media yang kuat menyerap air serta lambat menyerap panas, dengan demikian dapat meningkatkan kelembaban yang tinggi dan dapat menekan proses penguapan semakin kecil. Cocopeat juga mengandung air 53,83%, N 0,25%, P 0%, K 6,73%, Ca 14% Mg 17%, Na 92, Cu 6mg/kg, Fe 159mg/kg, Mn 3mg/kg, dan Zn 4mg/kg. Substrat cocopeat banyak mengikat air dan cukup mengandung zat hara, tetapi cepat terkomposisi (Indrianto, 1984).

2.6.2. Media serbuk gergaji

Menurut penggunaan serbuk gergaji pada penyimpanan stump karet dapat mencegah kematian selama pengangkutan yang ada kalanya memerlukan waktu lama, maka pengemasan stump karet dengan serbuk gergaji lembab (kelembaban 10 %) dapat mempertahankan kesegaran stump tersebut serbuk gergaji juga mengandung unsur N 1,33%, P 0,07%, K 0,60%, Ca 1,44%, Mg 020%, Fe 999mg/kg, Cu 3mg/kg, Zn 41mg/kg, dan Mn 259mg/kg. (Santoso dan Basuki, 1982).

(8)

2.6.3. Media koran

Kertas koran merupakan salah satu bahan media pengemasan stump yang ringan, termurah, dan mudah diperoleh. Serta juga dapat menjaga kelembaban,kertas Koran yg terbuat dari kayu juga mengandung selulosa sebanyak 40%-60%.

2.7.Penggunaan media buatan sebagai bahan penyimpanan stump

Penggunaan media buatan ini dalam penyimpanan stump didasarkan atas beberapa hal, diantaranya :

a. Bahan – bahan dari media tersebut mudah terdapat dan tersebar luas di seluruh Indonesia serta tertumpuk pada suatu tempat sehingga memudahkan dalam hal biaya penyediaannya dan transportasinya.

b. Media buatan yang telah jadi memiliki berat yang ringan sehingga memudahkan dalam proses pengiriman jarak jauh.

c. Dalam media buatan ini juga sudah terdapat kandungan unsur hara dan mudah menyerap air.

Referensi

Dokumen terkait

47 Atatürk’ün Tamim, Telgraf ve Beyannameleri , s.285-286.. larsa, Türkiye Hükümeti de, yayılmacı Ermeni Hükümeti üzerine askeri hareket yapmayı ve Azerbaycan hükümetinin

Retardasi mental merupakan ketidakmampuan fungsi intelektual dan perilaku maladaptif selama pengembangan. Ada beberapa orang tua dapat menerima anak- anak mereka tetapi ada

Terdapat enam hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (i) Konsentrasi kepemilikan memiliki pengaruh negatif dengan kemungkinan terjadinya financial distress , (ii)

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah model guided discovery learning adalah : (1) pendahuluan, guru berusaha untuk menarik perhatian siswa agar

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat 4 dalam Aqib (2009: 60) kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat 2

Berdasarkan hasil angket respon siswa kelas eksperimen lebih dari 50% siswa setuju pembelajaran menggunakan multimedia membantu siswa dalam memahami konsep

Judul PTK : Penerapan Metode VCT untuk Meningkatkan Sikap dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IX G Semester 2 SMP Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran

Hasil penelitian ini diharapkan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Abdya agar dapat memperhatikan hal-hal yang mendukung meningkatnya kinerja pemerintah