• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPANSI DAN MIGRASI Studi Kasus Negeri Besi Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPANSI DAN MIGRASI Studi Kasus Negeri Besi Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPANSI DAN MIGRASI

Studi Kasus Negeri Besi Kabupaten Maluku Tengah

Propinsi Maluku

Charles Y. Pesurnay

(Program Pascasarjana Antropologi Sosiologi Universitas Pattimura)

Abstrak

Seram island is the largest island in Mollucas propinves, which is a many differences tribe was live in it. Alune and Wemale is the biggest tribe in Seram island, also there’s other tribe beside it. The other tribe we can found it Seram island is from Bali, Buton, Bugis, Jawa, etc. Patasiwa and Patalima is a part of society group in Seram island are very famous, further this group Patasiwa and Patalima always fi ghting one to each other, just for depend there land. Patalima group is very polite, and very kind for anybody who come to island for living, especially for a guess, Patasiwa is opposite. Patasiwa territorial from south to west seram island, Patalima territorial from north to east seram island. For both group Patasiwa and Patalima always war, so many people they migration out of the siklus war for get a good living and future, from south to north. As well as Opin village and Besi village. The true is, this both village exactly in south seram.

Keywords: Seram Island, migration, Opin Village and Besi Village

Pendahuluan

Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Asley Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.

Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Di samping nilai-nilai, kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Di kalangan antropologi ada 3 pola yang dianggap sangat penting; evolusi, difusi, dan akulturasi. Landasannya adalah penemuan atau inovasi. Penemuan paling menentukan dalam pertumbuhan kebudayaan dalam arti penemuan sesuatu atau

(2)

secara etimologis ”menerima” sesuatu yang baru”. Menurut Koeber, kebutuhan dan faktor kebetulan kecil sekali peranannya dalam menghasilkan penemuan. Sumber terbesarnya adalah “permainan dorongan hati” (impulse).

Menurut Ahmadi Abu (1996:91) masyarakat pada dasarnya merupakan sekumpulan individu yang saling berinteraksi. Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa sebuah individu, seperti juga individu tidak dibayangkan tanpa adanya masyarakat. individu dan masyarakat adalah komplementer. Hal ini dapat kita lihat dari suatu kenyataan; pertama, manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan dirinya. Kedua, individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan perubahan besar sosial masyarakat. Masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internalnya. Di tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan kultur. Di tingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi. Di tingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual.

Sztompka (2008:4), mengatakan bahwa bila dipisah-pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan, salah satunya adalah Perubahan komposisi (misalnya migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi gerakan sosial, bubarnya suatu kelompok), dan Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus, lenyapnya sistem bipolar internasional).

Teori Sztomka ini berdampak pada migrasi suatu kelompok masyarakat untuk melangsungkan hidup di tempat yang lebih baik, inilah permulaan dari hubungan-hubungan antara Kelompok-kelompok yang berbeda, tanpa adanya jalur kekerabatan di dalam satu kelompok baru lalu terjadi saling pengaruh antara budaya masyarakat pendatang dan masyarakat asli. Misalnya adanya suatu kelompok melakukan migrasi ke suatu tempat atau lahan kosong, yang sebetulnya lahan kosong itu merupakan lahan yang dikuasai kelompok lain (masyarakat asli) hanya saja tidak terolah, disinilah terjadi kontak antar 2 (dua) kelompok tersebut, kontak yang terjadi ini bisa positif maupun secara negatif bisa terjadi tergantung penerimaan masyarakat asli terhadap kelompok masyarakat pendatang ini. Karakteristik-karakteristik tertentu dari situasi ini dapat membentuk migrasi baru dari kontak yang dihasilkan oleh migrasi. Sumber Daya dan karakteristik-karakteristik dari kelompok yang berpindah tempat seperti bahasanya, budayanya yang berbeda membuat

(3)

kelompok pendatang baru (imigran) disambut secara kritis. Migrasi terjadi karena ada masalah yang sangat besar terhadap daerah asal para imigran-imigran ini, bisa saja terjadi perang, kelaparan, terserang wabah atau virus, terjadi bencana alam besar dan hal-hal lain yang membuat mereka berfi kir untuk tidak tinggal di daerahnya, dan mencari daerah baru yang lebih baik.

Maluku Sebagai Gambaran Multikulturalisme

Daerah Maluku adalah suatu daerah di mana luas da ratan jauh lebih sempit dari luas lautan. Bila diperbandingkan ma ka terlihat bahwa luas daratan adalah 85.728 km2 sedangkan luas lautan adalah 765.272 km² (http//www.google.co.id/gugus pulau). Dengan demikian perbandingan luas daratan dan luas lautan di Maluku adalah kurang lebih 1 : 9. Secara astronomis kepulauan Maluku terletak di antara 30 LU 80 20 LS dan antara 1240 - 1350 Bujur Timur. Batas-batas geo grafi s kepulauan ini adalah sebagai berikut : di sebelah barat ber batasan dengan Pulau Sulawesi, sebelah timur dengan Pulau Irian, sebelah utara dengan Lautan Teduh dan di sebelah selatan dengan Lautan Indonesia. Pulau yang besar di Maluku adalah Pulau Seram, kemu dian Pulau Halmahera, dan disusul dengan Pulau Buru. Selain dari itu Provinsi Maluku juga memiliki serangkaian pulau-pulau sedang dan kecil lainnya. Masyarakat Maluku merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai sukubangsa, yang pada setiap sub-sukubangsanya memiliki adat istiadat masing-masing, berkembang bersamaan dengan perkembangan masyarakatnya, yang menggambarkan kebudayaan daerahnya masing-masing.

Maluku tengah menggambarkan komposisi masyarakat yang Multikultural, karena di samping penduduk asli terdapat juga suku-suku bangsa Indonesia yang lain, seperti suku Jawa, Buton, Bugis, Makasar, Bali dan bahkan ada pula keturunan dari bangsa lain seperti Cina, Arab, dan lainnya. Pada umumnya, secara langsung dan tidak masyarakat pendatang ini mempengaruhi kehidupan adat istiadat serta budaya yang berlangsung karena harus berhadapan dengan kebudayaan dari luar yang dibawa oleh masyarakat pendatang, yang sedikit banyaknya dapat mempengaruhi sikap dan pandangan mereka terhadap adat istiadat itu. Masyarakat Maluku tengah jauh sebelum masuknya agama-agama modern, telah memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan dipimpin oleh seorang Upu Latu dan dibantu oleh Saniri yang terdiri dari para Malessy, dan Kapitan-kapitan. Pengaruh yang masuk dari bangsa luar melalui penyebaran agama dan penjajahan tidak merubah secara fondamental organisasi pemerintahan tersebut.

(4)

Gambaran Pengelompokan Masyarakat Seram

Pulau Seram merupakan salah satu pulau dari kepulauan Maluku, yang meliputi Seram, Buru, Ambon, Banda, Kepulauan Sulu, Kei, Aru, Tanimbar, Babar, Leti, dan Wetar.

Luas pulau Seram 311 mil² atau 17.130 km²; bentuk pulau Seram adalah setengah lingkaran dan memanjang dari barat ke timur (Taurn 1918 : 10). Penduduk atau masyarakat Maluku ada yang bermukim di pesisir pantai dan juga ada yang bermukim di daerah pegunungan.

Soselisa (Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku, 2005 :198), secara garis besar setidaknya ada tiga tipe desa (negeri, kampung) di Maluku yang diidentifi kasikan berdasarkan lokasi dan aktivitas ekonomi utama. Ketiga tipe itu adalah: desa pegunungan atau pedalaman , desa pesisir pantai, dan desa-desa di pulau yang sangat kecil.

Pada umumnya penduduk yang bermukim di pesisir pantai adalah penduduk asli yang bercampur dengan penduduk pendatang yang berasal dari pulau lain di Maluku maupun dari daerah lain di Indonesia. Penduduk yang tinggal di daerah pegunungan pada umumnya adalah masyarakat asli setempat. Di pulau Seram terdapat 2 (dua) suku besar yaitu suku Alune dan Wemale. Kedua suku ini menguasai wilayah yang berbeda; kelompok suku Alune menguasai daerah bagian barat sampai bagian utara pulau Seram, sedangkan sisanya dikuasai oleh kelompok suku Wemale pada bagian selatan dan timur pulau Seram.

Pada bagian Seram sebelah selatan, terdapat beberapa sub-suku dan kelompok masyarakat. Salah satu suku besar yaitu Wemale sebagai mayoritas karena wilayah Seram tengah sampai ke selatan ini merupakan wilayah suku Wemale, kebanyakan yang berada di daerah ini masuk ke dalam Kelompok Patasiwa. Pada perbatasan Seram selatan dan utara, masyarakat Patasiwa dan masyarakat Patalima hidup berdampingan bahkan terjadi perkawinan antara suku-suku dan kelompok yang berbeda pada saat ini. Menurut masyarakat, pada masa lalu hal ini jarang terjadi karena ada larangan dan batas-batas dalam suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat diikuti oleh kelompok masyarakat adat yang lain.

(5)

Ekspansi Sebagai Identitas

Kalau kita berbicara tentang masyarakat Seram pada masa lalu sering terjadi perang, banyak infasi-infasi yang dilakukan oleh kapitan-kapitan besar terhadap negeri-negeri lain untuk memperluas wilayah kekuasaan dan juga hanya sekedar untuk pindah lokasi pemukiman karena jumlah penduduk yang bertambah banyak. Masyarakat Maluku sejak dahulu telah memliki dan menempati teritorial mereka secara sosial- budaya berbeda-beda. Mereka hidup dengan petuanan, bahasa, adat istiadat, budaya, serta bentuk kehidupan sosial, dan lainnya secara sendiri-sendiri.

Banyak hal yang yang terkait dengan kehidupan sosial-budaya yang memiliki nilai kearifan, dewasa ini nyaris terlupakan. Ada ungkapan arif yang mengatakan bahwa,

kalau mau tau tentang Maluku, harus tau tentang Ceram/Seram, sebab kalau seng tau tentang Ceram/Seram, pasti seng akan tau tentang Maluku selama-lamanya. Ungkapan arif ini sengaja mengingatkan kita semuanya bahwa, Pulau Ceram1 /Seram menyimpan

berbagai peristiwa penting bagi kehidupan masyarakat Maluku, baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini, maupun masa depan.

Pada masa lampau suatu kelompok di nilai kehebatan dan ketangguhannya dari besar wilayah kekuasaannya, maka banyak sekali terjadi pertempuran-pertempuran besar dan sangat dasyat antara kapitan-kapitan besar dari kelompok dan suku yang berbeda, hal ini terjadi demi peluasan daerah kekuasaan mereka. Karena hal ini sering terjadi mengakibatkan banyak migrasi terjadi di pulau seram, ada yang migrasi ke wilayah lain di dalam pulau seram bahkan ada yang bermigrasi sampai keluar dari pulau seram akibat tidak di terima oleh kelompok lain. Pulau seram memiliki dua kelompok masyarakat yang dikenal dengan kelompok masyarakat patasiwa dan patalima, pada kelompok masyarakat

patasiwa hitam dan putih, kelompok patalima dikenal ramah terhadap pendatang dan dapat menerima pendatang yang bermigrasi ke wilayahnya dan wilayah mereka berada di bagian utara sampai timur pulau seram sedangkan wilayah patasiwa dari bagian barat sampai selatan pulau seram, dahulu sering terjadi perang di wilayah seram bagian selatan, banyak kelompok masyarakat bermigrasi keluar dari seram bagian selatan ke sebelah utara. Seperti yang di alami oleh negeri Opin dan negeri Besi, sebenarnya negeri asli asal mereka berada di seram bagian selatan.

1 Tulisan asli yang mengandung arti menyeramkan atau menakutkan. Dewasa ini Ceram sudah mengalami perubahan menjadi Seram, baik dalam berkomunikasi di kalangan penduduk maupun dalam berbagai penulisan.

(6)

Ekspansi Kekuasaan di Seram Selatan

Berawal dari penaklukan negeri-negeri patalima di seram selatan, penaklukan dan perang ini bukan tanpa alasan, alasan yang sangat mendasar iyalah mempersatukan semua suku antara patasiwa dan patalima untuk berperang melawan Portugis, maka dikirim beberapa kapitan besar diantaranya 3 (orang) kapitan asal Kerajaan Nunusaku yaitu Timanole, Simanole dan Silaloi, tetapi masyarakat patalima yang berada di seram bagian selatan menolak untuk bergabung, ketika itu ketiga kapitan ini sudah bergabung dengan sebuah negeri kecil disekitar Hatumari yang terdiri dari rumpun orang Pata Siwa dan Pata Lima. Mereka menempati wilayah sekitar pegunungan yang dikepalai oleh Kapitano Lessy. Mendengar mereka tidak mau bergabung maka menyebabkan ketiga kapitan ini menjadi marah. Mereka kemudian menyerang orang-orang Pata Lima bersama-sama kapitano Lessy, Timanole, Simanole, dan Silaloi bersatu melawan mereka. Pecah perang baru antara Pata Siwa dan Pata Lima disekitar Hatumari. Kapitano Waleuru memimpin pasukan untuk menyerang daerah Koako/Amahai, sedangkan Kapitano Marahina melakukan penyerangan ke wilayah pegunungan di atas Ruta. Inu Lete dan Kapitano Soleweno menyerang di atas Tamilou dan Sepa, sedangkan Inu Willa dan Inu Wissa bersama kapitano Lessy menyerang sampai ke Haya. Setelah orang-orang Pata Lima mendengar bahwa, di dalam penyerangan ini ikut bersama-sama Kapitano Lessy adalah ketiga anak dari Kapitan besar penguasa Nunusaku, maka mereka menjadi takut, dan akhirnya semua menyerah. Hal itu nampak dari perintah Timanole bahwa, bagi orang Pata Lima yang menyerah akan di bawa dan ditampung di kampung, sedangkan yang tidak menyerah dan luka-luka haruslah dibunuh.

Akhirnya Pata Siwa dan Pata Lima bergabung kembali, dan mereka membuat kampung baru, dan diberi nama Waiputi. Kampung baru ini dibagi atas dua bagian yaitu, 1). Waiputti Hahan di bawa Gunung Hatumari diduduki oleh Inu Lete, Kapitano Lessy, Kapitano Soleweno dan sebagian rakyat ; 2). Waiputti Yohun di atas Gunung Hatumari diduduki oleh kapitano Waleuru, Kapitano Marahina dengan sebagian rakyat. Mereka kemudian mengangkat Timanole sebagai Upu Latu. Lama sudah Timanole bersama rakyatnya tinggal di Waiputti Hahan, karena jumlah rakyat yang semakin bertambah banyak maka ia berkeinginan untuk mendirikan kampungnya di wilayah yang lebih besar dan di dekat air. Lalu ia menginginkan sebuah wilayah yang sangat strategis dan bagus, tetapi tanah ini masuk ke dalam wilayah petuanan milik Orang Besi. Demi perluasan

(7)

wilayahnya Maka timanole dan para kapitannya menyerang negeri Besi, perang berlangsung sangat sengit para kapitan dari Besi juga merupakan kapitan-kapitan tangguh, tetapi sia-sia perlawanan yang diberikan oleh orang-orang Besi mereka terpaksa di pukul mundur, mereka terpaksa mengungsi di daerah pegunungan, tetapi perlawanan orang Besi tidak sampai di situ, mereka mulai mengumpulkan kekuatan, dengan bantuan para bajak laut mereka mulai menyerang, ketika itu wilayah sudah dikuasai oleh Timanole dan pasukannya dan tempat itu sudah diberi nama Tamilouw yang artinya kota raja, perlawanan dari Besi membuat Timanole dan pasukannya marah, tetapi karena dasyatnya perlawanan yang diberikan orang-orang Besi maka di utuslah seorang kapitan mencari bantuan dari Amahai pada sat itu diambil kapitan-kapitan tangguh dari irian yang bermukim di Koako, lalu ketika kembali ke Tamilouw mereka langsung mengatur strategi, dari tiga orang kapitan dari Koako ini salah satunya berkhianat dan membantu Besi, hal ini membuat kedua saudaranya menjadi marah dan membencinya.

Ekspansi Perluasan Wilayah dan Migrasi Orang Besi

Perang dan pembantaian terus berlanjut, Orang Besi berbalik mengalami penyerangan yang sangat dasyat dari Orang Tamilouw, ketika kedua Kapitan dari Koako membunuh saudaranya sendiri yang berkhianat, seketika Orang Besi mengalami kengerian dan takut yang sangat, karena Melihat keganasan serangan Orang Tamilouw, terjadi pembantaian besar-besaran yang menyebabkan pasukan Orang Besi mundur dan masyarakatnya melakukan migrasi kearah sebelah utara, tetapi itu tidak membuat para kapitan dari Tamilouw berhenti mengejar dan membunuh para kapitan dan pasukan Orang Besi, karena perintah yang diberikan oleh Timanole adalah bunuh habis mereka, ketika pengejaran sampai pada wilayah seram bagian utara tiba-tiba mereka dihentikan oleh sekelompok Kapitan dari Sekenima.2 Seperti tuturan sebelumnya Orang Patalima di seram

bagian utara lebih terbuka untuk menerima pendatang, karena mereka telah mengetahui peristiwa yang dialami oleh masyarakat Besi maka mereka memutuskan untuk menolong orang Besi dan mereka melarang Orang Tamilouw untuk masuk kewilayahnya, dan mereka tidak mau ada pertumpahan darah di wilayah mereka, lalu mereka menyarankan para kapitan dari Tamilouw untuk kembali. Kemudian kembalilah para kapitan –kapitan dari Tamilouw, dan Orang Sekenima memberikan tanahnya kepada Orang Besi untuk 2 Orang Sekenima merupakan penjaga batas antara Patasiwa dan Patalima, Sekenima artinya dalam bahasa Indonesia Gerbang

(8)

tinggal sampai pada saat ini tetapi karena ada pemekaran kecamatan pada saat ini maka Besi tidak lagi menjadi Dusun dari Sekenima/Huaulu tapi sekarang Besi menjadi dusun di bawah Negeri Sawai. Sedangkan Tamilouw sampai sekarang tetap berada di daerah yang dulunya adalah Negeri Besi, dan orang Koako diambil oleh orang Tamilouw untuk menjaga negeri Tamilouw dan diberikan tanah Yang sekarang menjadi anak dusun dari Tamilouw dengan nama Jalahatan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Barth, Federik. 1969. Etnic groups and Boundaris-The Social Organization of Culture Difference. London. Universities Forlaget.

Deodatus, Taurn O. Terjemahan T Hermelin, 2001; Patasiwa dan Patalima – Pulau Seram dan Penduduknya Sebuah Sumbangan Untuk Ilmu Bangsa-Bangsa Maluku. Maluku-Ambon. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon.

Ellen, Roy. 1988. Ritual Identity and Menagement of Interecthic Relation on Seram-Time Past, Time Present, Time Future Perspective On Indonesian C u l t u r e. Holland/USA. Foris Publication.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat lama waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan semua skala, kemudian peneliti menggunakan 83 skala untuk dianalisa data.. Namun setelah 83 skala dianalisa, ternyata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1peran guru madrasah diniyah dalam implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan hadrah al-banjari di Madrasah Diniyah Darul Hijrah

Keputusan pembelian merupakan hal yang dipertimbangkan konsumen dalam proses pemenuhan akan barang maupun jasa. Dalam usaha mengenal konsumen, perusahaan perlu mempelajari

Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah independensi auditor berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hasil tersebut menunjukan bahwa

Tetapi praktik passing off yang ditemukan dalam digital platform marketplace bukan pendaftaran merek yang merupakan hasil dari pendomplengan merek terkenal melainkan

Penelitian skripsi Marganing Fatamah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul Penyimpangan Moral dalam Novel “Negeri Para Bedebah” Karya Tere Liye:

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari badan atau perwakilan dari Negara asing dan organisasi internasional yang

Asumsi masyrakat mengenai banyak anak banyak rezeki serta gender tertentu lebih tinggi derajatnya harus dapat diatasi dan harus di rubah sudut pandang pola fikiran masyarakat bisa