Desa Inklusif: Berbagi Praktik Baik &
Menggagas Replikasi
Suharto, S.S., M.A. Direktur SIGAB Indonesia Email: suharto@sigab.or.id
Disampaikan dalam Seminar “Desa Inklusif: Membedah Indikator dan Regulasi, Merumuskan Strategi untuk Mereplikasi”
LATAR BELAKANG
• SOSIAL
– Sebagian besar difabel hidup di desa
– Stigma negatif, masyarakat tak tahu isu difabel.
– Minim akses terhadap pendidikan berkualitas, kesehatan, mata pencaharian. – Minim akses untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan.
– Minim kesempatan untuk menjadi perangkat desa.
• KEBIJAKAN
– Undang-Undang Desa Nomor 6/2014
– Undang-Undang Penyandang Disabilitas Nomor 8/2016 – Permendesa No 11/2019 -> Permendes No. 7/2020
Masyarakat yang inklusif…..
• Masyarakat yang
heterogen
, meliputi perbedaan agama,
warna kulit, suku bangsa, agama, status ekonomi, kondisi
fisik/mental dll, tetapi…
– Saling menghargai
– Saling menerima
•
Tidak membeda-bedakan
dan mendiskriminasikan
• Tersedianya
aksesibilitas
dan
akomodasi yang layak
• Kesempatan untuk
berpartisipasi
MIMPI MASYARAKAT INKLUSIF
• Menerima perbedaan sebagai keragaman --> Difabel
bagian dari keragaman.
• Merangkul dalam keragaman untuk harmoni.
• Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
• Aksesibilitas dan akomodasi yang layak agar difabel dan
yang lain dapat berpartisipasi.
• Hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati
pembangunan.
MIMPI DESA INKLUSIF
Desa inklusif adalah desa yang ...• Masyarakat dan pemerintahnya menerima perbedaan sebagai keragaman --> Difabel bagian dari keragaman.
• Masyarakat dan pemerintahnya merangkul setiap keragaman untuk menciptakan harmoni.
• Pemerintahnya memberi kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
• Pemerintahnya menjamin aksesibilitas dan akomodasi yang layak agar difabel dan yang lain dapat berpartisipasi.
• Pemerintahnya menjamin hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati pembangunan.
• Pemerintahnya memberikan difabel kesempatan yang sama untuk bekerja layak, termasuk menjadi perangkat desa bagi yang berkompetensi.
• Pemerintahnya memiliki kebijakan dan mengalokasikan anggaran yang proporsional dalam bidang disabilitas.
STRUKTUR PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Level Pemerintahan Kepala Eksekutif Lembaga Perwakilan Rakyat
1. Nasional Presiden Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI)
2. Provinsi Gubernur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
3. Kabupaten/Kota Bupati/Walikota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota
4. Kecamatan Camat Tidak ada
5. Desa/Kelurahan Kepala Desa / Lurah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) /
Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Kota (LPMK)
PROYEK RINTISAN DESA INKLUSIF
KULON PROGO 15 villages
SLEMAN 5 villages
DIREPLIKASI OLEH CSO/DPO
3 District 1 District 1 City 2 Districts 3 Districts 1 District 2 DistrictsAktor pendukung…..
➢Kelompok difabel di desa.
➢Masyarakat & kader desa
termasuk Toga dan Tomas.
➢Pemerintah Desa & BPD.
➢Tim Asistensi Desa.
➢DPO / CSO / Lembaga
desa yang punya ketertarikan
mereplikasikan model desa inklusi.
➢Pemerintah di level
kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga pusat.
9 INDIKATOR DESA INKLUSIF DIFABEL
1. Data & info Desa dan data difabel yang komprehensif dan ter-update. 2. Ada wadah bagi warga difabel yang setara dengan lembaga desa
lainnya.
3. Keterlibatan difabel dalam pengambilan kebijakan. 4. Anggaran yang inklusif difabilitas.
5. Regulasi yang mendukung (PERDES).
6. Kesetaraan akses pada layanan umum di Desa (AKSESIBILITAS LAYANAN).
7. Keberadaan sarana fisik yang lebih aksesibel (AKSESIBILITAS FISIK). 8. Adanya tanggung jawab sosial dari Masyarakat (PENERIMAAN
TERHADAP DIFABEL).
1. Data & info Desa dan data difabel yang
komprehensif dan ter-update
• Data pilah difabel
– Dimanfaatkan untuk pembangunan – Pendataan difabel secara akurat – Update data difabel
• Informasi program pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan
– Aksesibel bagi difabel
• Data program dan anggaran pembangunan
– Peluang pekerjaan dan lowongan kerja
• Data profil desa
– Data geografis dan tempat-tempat umum – Data kependudukan yang komprehensif – Data aset desa
– Data lokasi rawan bencana
2. Ada wadah bagi warga difabel yang setara
dengan lembaga desa lainnya
• Dibentuk KDD atau organisasi difabel desa. • Melibatkan semua difabel.
• SK Kades mengakui keberadaan KDD setara dengan lembaga desa lainnya.
• Support dana untuk kegiatan KDD.
• Pemberdayaan / capacity building KDD:
– Membuat usaha bersama.
– Pendataan potensi dan kebutuhan.
3. Keterlibatan difabel dalam pengambilan
kebijakan
• Keterlibatan di RT/RW, Musdus, Musdes.
• Keterlibatan dalam Musrenbangdes.
• Keterlibatan dalam Tim RKP Desa.
• Kesempatan menjadi anggota BPD.
• Kesempatan menjadi perangkat desa.
4. Anggaran yang inklusif difabilitas
• Anggaran khusus:
– Pengadaan ternak: kambing, ayam, bebek. – Pelatihan keterampilan bagi difabel.
– Pertemuan rutin KDD.
– Pembuatan ramp dan toilet akses.
• Anggaran mainstream:
– Pembangunan gedung baru mempertimbangkan aksesibilitas. – Posyandu menganggarkan deteksi dini difabilitas.
5. Regulasi yang mendukung
• SK Kepala Desa tentang KDD.
• Perdes tentang difabel.
• Memastikan difabilitas masuk dalam RPJM Desa.
• Memastikan anggaran untuk difabilitas dalam APBDes.
• Memastikan keterlibatan difabel dalam penganggaran
– Anggaran sesuai kebutuhan. – Anggaran dapat dimanfaatkan.
6. Kesetaraan akses pada layanan umum di Desa
(AKSESIBILITAS LAYANAN)
• Layanan kependudukan:
– Memastikan semua difabel punya Akte Kelahiran, masuk ke KK, punya KTP dst. – Layanan jemput bola untuk difabel berat.
• Layanan pendidikan:
– Pendidikan inklusif sedini mungkin. – Volunteer / GPK dari desa.
• Layanan kesehatan:
– Memastikan difabel punya BPJS-Kes.
– Sistem rujukan dan penerimaan kembali ODDP. – Deteksi dini difabilitas untuk balita.
• Layanan sosial:
– Memastikan difabel masuk data BDT/DTKS.
7. Keberadaan sarana fisik yang lebih aksesibel
(AKSESIBILITAS FISIK)
• Fasilitas umum yang aksesibel
– Balai desa / balai dusun: ruang pertemuan, ruang pelayanan, dst. – Tempat ibadah: tempat sembahyang, tempat wudhu, TPA
– Sekolah – Fasilitas kesehatan • Aksesibilitas: – Ramp – Toilet aksesibel – Pintu – Jalan masuk
8. Adanya tanggung jawab sosial dari Masyarakat
(PENERIMAAN TERHADAP DIFABEL)
• Keluarga yang tangguh:
– Penerimaan terhadap difabilitas
– Menghilangkan pembatasan & pemasungan – Menghindari overproteksi
– Tidak membeda-bedakan
• Menghilangkan stigma:
– Peran Toga dan Tomas: khotbah, pengajian, penyuluhan, dsb.
• Menghilangkan diskriminasi:
– Menghilangkan syarat sehat jasmani dan rohani dalam seleksi perangkat desa – Akomodasi yang layak dalam proses seleksi
• Partisipasi difabel dalam kegiatan sosial dan budaya:
9. Adanya ruang untuk berinovasi dan berjejaring
• Inovasi:
– Terobosan baru, misal:
• Perdes tentang difabilitas,
• Legalisasi KDD dengan SK Kades, • Rumah antara untuk ODDP
– Program untuk non-difabel diberlakukan bagi difabel, seperti: • Pengelolaan e-Warung,
• Ternak untuk difabel, • Angkringan untuk difabel
• Jejaring:
– Studi banding kesa inklusif lain
– Membangun jaringan dengan OPD, industri, CSR dst.
AKTIVITAS KUNCI
Penguatan dan pemberdayaan kelompok difabel desa.
Pendataan difabel dengan platform Washington Group.
Penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat desa:
Sistem Informasi Desa.
Penguatan kapasitas teknis penyedia layanan publik di desa.
Pendampingan dalam penyusunan standar pelayanan minimal desa yang inklusif.
Mendorong Pelembagaan inklusi sosial di desa melalui regulasi (Peraturan Desa)
ADVOKASI TINGKAT KABUPATEN
• Pelatihan penganggaran yang berperspektif difabel untuk OPD. • Mendampingi Dinkes dalam penyusunan Pedoman Pelaksanaan
Layanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas.
• Advokasi Inbup tentang Penyusunan Roadmap Penerapan Nilai-nilai Inklusif di Kabupaten Kulon Progo (No. 4/2019).
• Pendataan difabel di tingkat kabupaten di Kulon Progo. • Implan data difabel ke SID Bela Beli Kulon Progo.
CAPAIAN KUNCI
Terbangunnya perspektif difabilitas serta inklusi di masyarakat dan pemerintah desa, kecamatan & kabupaten.
Adanya inisiatif desa dalam mewujudkan layanan & program inklusif.
Aksesibilitas infrastruktur,
Advokasi pendidikan inklusif,
Advokasi aksesibilitas Puskesmas,
Layanan kependudukan jemput bola.
Munculnya aktor-aktor perubahan dari kelompok KDD maupun unsur pemerintah dan masyarakat.
Perluasan model desa inklusi di kabupaten Sleman dan Kulon Progo. Perdes Desa Inklusi di 2 desa.
Anggaran untuk pemberdayaan, training vokasi, dan pengembangan lapangan kerja bagi difabel.
BAGAIMANA MEMULAINYA?
• SIAPA YANG MULAI?
– Pemerintah Desa. – Kelompok Difabel.
– Masyarakat: Tomas, Toga, Kader
• JALUR/STRATEGI
– Jalur Politik
– Jalur Sosial-budaya – Jalur Ekonomi
• KAPAN DIMULAI?
– Ikan Sepat Ikan Gabus
MEMPERHITUNGKAN INTERSEKSIONALITAS
Interseksi antara dua atau lebih identitas minoritas dapat
mengakibatkan
diskriminasi ganda bahkan multi.