• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Lanskap Budaya

Kebesaran suatu bangsa tidak hanya cukup diukur oleh tingkat kesejahteraan dan kemantapan ekonominya saja tetapi juga oleh apresiasi dan sikapnya dalam melestarikan nilai dan warisan budaya lama serta keanekaragaman biologis dan ekosistemnya. Warisan alam dan budaya, yang memberikan warna dan atmosfer tersendiri dari suatu wilayah atau bagian wilayah, merupakan sumber yang sangat penting bagi eksistensi biologis dan hidup manusia. Kedua bentuk warisan yang dilestarikan ini dapat menggabungkan masa lampau dengan masa kini sehingga menghasilkan kesinambungan yang dapat mengikat satu generasi dengan generasi berikutnya. JJA Worsea seorang ahli hukum muda dari Universitas Kopenhagen, Denmark, pada abad 19 menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak hanya melihat masa kini dan masa datang saja, tetapi juga mau berpaling ke masa lampau untuk menyimak perjalanan yang telah dilaluinya. Hasil dari pernyataan itu ialah gambaran jelas mengenai perjalanan suatu bangsa, kapan dan dari mana bermula, bagaimana dan berapa panjang langkah yang telah ditempuhnya. Hal-ha1 ini selanjutnya dapat menemukan dan mempertebal identitas bangsa, serta dapat mempertinggi rasa nasionalisme (Widianto, 1987).

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor adalah unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds, 1983). Lebih lanjut Rachman (1984) menerangkan bahwa lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan apa

(2)

saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami dan buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, segenap indera dapat menangkap serta sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.

Lanskap budaya (culfural landscape) adalah segala sesuatu yang berada di ruang luar yang dekat dan dapat dilihat. Menurut definisi ini, lingkungan lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia (Lewis, 1978 diacu dalam Melnick, 1983). Selain itu berarti juga istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh budaya manusia. Budaya adalah cipta, karya dan karsa manusia yang mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian lanskap budaya adalah segala bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh manusia.

Lanskap budaya menurut (Sauers, 1978 diacu dalam Tishler 1982) adalah suatu kawasan geografis dimana ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya. Jika kita kehilangan lanskap yang menggambarkan tentang budaya dan tradisi kita, maka kita akan kehilangan bagian penting dari diri kita sendiri dan akar kiia pada masa lalu. Sebagai arsitek lanskap merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan khusus ini, setelah diidentikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu lambang atau simbol warisan sejarah manusia di dunia.

Lanskap budaya menggambarkan perjalanan sejarah suatu kawasan budaya dan akan selalu berubah dengan berubahnya tingkat peradaban manusia yang mendiaminya. Lanskap budaya sangat erat kaitannya dengan lanskap sejarah. Lanskap sejarah dapat diartikan sebagai suatu kawasan geografis yang berupa obyek atau setting dari suatu peristiwa bersejarah dalam manusia.

(3)

2.2. Pelestarian Lanskap Budaya

Kegiatan pelestarian adalah kegiatan konsewasi. Konsewasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konsewasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Sidharta dan Budihardjo, 1989). Motif pelestarian adalah melindungi warisan budaya kita yang mempunyai nilai sejarah. Bila peninggalan masa lalu tidak dilindungi dengan peraturan-peraturan, maka proses-proses perubahan alami akan merubah atau bahkan melenyapkannya, ditambah lagi pembangunan yang semakin pesat

.

Melalui proses identifikasi lanskap maka dapat diketahui informasi mengenai lanskap tersebut dan pengaruhnya terhadap kelompok budaya yang ada. Hal ini memerlukan ahli khusus dari banyak disiplin ilmu yang berbeda yaiiu arsitektur lanskap, arkeologi, antropologi budaya, geografi budaya dan arsitektur sejarah.

2.3. Pemukiman Tradisional

Menurut Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (1979) pemukiman adalah lingkungan yang terdiri dari kumpulan bangunan rumah tinggal dan bangunan lain yang dilatarbelakangi oleh kondisi dan situasi alam dan sekitarnya serta dipengaruhi oleh sosial budaya.

Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelompok manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini (Wayong, 1981). Dibedakan tiga bentuk pola perkarnpungan berdasarkan pemusatan masyarakatnya, yaitu pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal secara menggerombol membentuk suatu kelompok, pola yang penduduknya tinggal mengelompok di sepanjang jalur sungai atau jalur lalu lintas yang

(4)

rnernbentuk sederetan perurnahan, dan pola yang penduduknya tinggal rnenyebar di suatu daerah pertanian. Daerah perbukitan rnenyebabkan penduduk harus rnencari ternpat yang rata untuk rnendirikan rurnah, bila tidak ada rnaka sedikit lahan diratakan, sedangkan lahan pekarangan dibiarkan tetap berbukii.

Tradisional adalah doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari masa lalu yang diturunkan dari generasi berikutnya, yang terdiri dari elemen budaya tradisional. Elernen budaya tradisional dapat berupa bangunan tradisional, kelornpok bangunan, struktur, kelornpok struktur, distrik bersejarah rnaupun obyek yang berdiri sendiri (Parker dan King, 1988). Budaya yang dirniliki oleh suatu rnasyarakat tertentu yang mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan cara hidup, seni, kerajinan tangan dan lernbaga sosial terrnasuk dalarn elernen budaya tradisional. Budaya yang bersifat tradisional berarti kegiatan budaya tersebut sudah berlangsung turun-ternurun.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk rnendapatkan rekreasi (Soernaiwoto, 1996)

Menurut Wahab (1987), pengertian pariwisata rnengandung tiga unsur yaitu :

1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata),

2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup dalarn kegiatan itu sendiri) 3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalarn perjalanan itu sendiri selarna

(5)

MacKinnon et a1 (1986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah:

1. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.

2. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman. 3. Keaslian, keistirnewaanlkekhasan kawasan.

4. Atraksi yang rnenonjol di kawasan tersebut rnisalnya atraksi yang berkaitan dengan kegiatan religi dan budaya, dimana atraksi tersebut dikembangkan menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur kebudayaan rnasyarakat. Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut adalah: 1) sistim religi, 2) sistirn kernasyarakatan, 3), sistern rnata pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa, 6) peralatan dan perlengkapan hidup dan 7) sistim sistim pengetahuan. 5. Daya tank dan keunikan serta penarnpilan kawasan.

6. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi wisatawan. Wisatawan adalah individu atau kelompok yang rnernpertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk melakukan perjalanan rekreasi berlibur. Pada urnumnya wisatawan tertarik dengan motivasi perjalanan yang dilakukan, selain itu untuk rnenarnbah pengetahuan. Pelayanan yang didapatkan dari suatu tujuan wisata kemungkinan dapat menarik pengunjung dirnasa yang akan datang.

2.5. Wisata Budaya

Wisata (tour) adalah perpindahan orang untuk sementara dalarn jangka waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasa tinggal dan bekerja. Pelaku wisata atau wisatawan pergi ke suatu obyek wisata didasari motivasi yang bersifat rekreatif (motif tamasya dan rekreasi) dan non-rekreatif (motif kebudayaan, olahraga, bisnis, konvensi, spiritual, kesehatan, dan interpersonal) (Gunn, 1994).

(6)

Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai

-

nilai alami yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih harmonis, menyenangkan dan mempunyai keindahan (Haber, 1995).

Soekadgo (1996) menyatakan suatu obyek dapat menjadi tujuan wisata budaya karena memiliki atraksi wisata, yang terdiri dari sumber daya kepariwisataan dalam bentuk budaya, yang dapat berupa peninggalan- peninggalan atau tempat-tempat bersejarah (artifact) maupun perikehidupan 1 adat-istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat (kebudayaan hidup)

Wisata budaya merupakan salah satu tumpuan pembangunan kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Untuk menunjang berlangsungnya wisata tersebut maka diperlukan komponen pendukung, salah satunya adalah obyek dan daya tarik budaya (Diparda Kab. Loteng, 2000). Agar kegiatan kepariwisataan dapat terus berlangsung, maka obyek dan daya tarik budaya tersebut perlu untuk dilestarikan.

2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya

Merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold, 1980). Tersedianya rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan pelayanan, sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang kegiatan dan perilaku rekreasi.

Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut (Gold, 1980). Menurut Laurie (1990) di dalam perencanaan tapak terdapat penyesuaian tapak dengan program. Persyaratan

(7)

program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan lainnya, disertai imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak.

Perencanaan multidimensional bertujuan untuk mengintegrasikan semua aspek pendukung, rneliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang terpusat pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang (Gunn, 1994).

Dalam peningkatanl pengembangan wisata yang harus diperhatikan adalah bagaimana menarik turis sekaligus dapat mempertahankan lingkungan, oleh karena itu perencanaan bertujuan agar terdapat integritas I hubungan tirnbal balik antara pengunjung dan aset wisata termasuk yang dilindungi serta komunitas disekiarnya (Gunn, 1994).

Lanskap budaya, seperti halnya lanskap yang lainnya , tidak berdiri sendiri, tetapi secara estetis, ekologi dan fungsionai berkaitan dengan lingkungan sekitarnya membentuk kesatuan organ yang luas. Sehingga dalam perencanaan lanskap budaya perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya yang ada didalamnya agar keberadaannya tetap lestari (Anagnostopoulos, 1985).

2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan di NTB

Kebijaksanaan pernbangunan kawasan pariwisata di daerah Nusa Tenggara Barat dalam Peraturan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No. 9 tahun 1989 tentang pembangunan kawasan pariwisata, telah menetapkan 15 kawasan pariwisata di daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat (Garnbar 2) :

Kawasan pariwisata yang dimaksud adalah: 1. Kawasan Pariwisata Sire, Gili Air, Senggigi 2. Suranadi

3. Gili Gede

4. Kawasan Pantai Kuta, Seger, Aan 5. Selong Belanak

(8)

6. Kawasan Rinjani 7. Gili lndah 8. Gili Sulat 9. Dusun Sade 10. Pulau Moyo 11. Pantai Maluk 12. Pantai Hu'u 13. Sape 14. Teluk Birna

15. Kawasan Pariwisata Tarnbora dan sekitarnya.

(9)

Kawasan pariwisata yang telah disebutkan diatas yaitu no 1

-

9 terletak di Pulau Lombok (Gambar 3) sedangkan kawasan pariwisata no 10

-

15 terletak di Pulau Sumbawa, seperti k i a ketahui bahwa Provinsi NTB terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kawasan pariwisata yang terletak di kedua pulau ini sebagian besar sudah dikenal oleh wisatawan

mancanegara.

Samodra Hindia 2rs2525

Surnber : Bappeda Kabupaten Lombok Tengah,] 994

Legenda.

Batas Kabupaten

m

IbukotaPropinsi NTB Ibukota Kabupaten Kawasan Pariwisata

(10)

Provinsi NTB mempunyai prospek yang sangat baik terhadap kunjungan wisatawan di masa datang, baik wisatawan nusantara maupun dari mancanegara, karena didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana perhubungan I transportasi. Dengan adanya jalur penerbangan langsung ke Bandara Selaparang di Provinsi NTB dari Malaysia dan Singapura, rnaka membuka peluang masuknya wisatawan dari mancanegara semakin mudah, disamping wisatawan yang melalui Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Fasilitas sarana dan prasarana diatas hendaknya didukung pula oleh SDM daerah provinsi NTB khususnya dibidang pariwisata dan perhotelan selain itu faktor keamanan juga perlu ditingkatkan, karena ha1 ini sangat berpengaruh terhadap wisatawan khususnya dari mancanegara.

Obyek wisata yang ada saat ini dapat dengan mudah dikunjungi karena prasaranalsarana perhubunganlangkutan menuju lokasi cukup tersedia. Kemudahan ini menjadi modal awal dalam memperjuangkan adanya suatu bentuk manajemen pengelolaan yang memberikan peluang untuk memfungsikan obyek wisata sebagai mesin pendorong pembangkitan ekonomi masyarakat setempat, penciptaan perkembangan spasial, maupun pembentukan obyek- obyek baru bagi penerimaan daerah dan lain-lain (Diparda, 2000).

2.8.

lklim

dan Kenyamanan

lklirn merupakan salah satu faktor kenyamanan suatu tempat, iklim yang besar pengaruhnya terhadap kenyamanan adalah iklim mikro. Faktor-faktor pengendali unsur iklim adalah:

1. Radiasi surya 2. Suhu udara

3. Tekanan udara

(11)

5. Presipitasi 6. Evaporasi

7. Kelernbaban udara

Kenyamanan adalah pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfir atau iklim terhadap rnanusia dan bersifat subyektif I tergantung penilaian individu. Keadaan yang nyaman dapat diperoleh apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat minimum (Brown and Gillespie, 1995).

Gambar

Gambar 3. Peta Penyebaran Kawasan Pariwisata  di Pulau Lombok.

Referensi

Dokumen terkait

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Anas Ibnu Malik radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam Shahih Al Bukhari pada hadits ke 14 (empat belas)?. Dan dalam shahih Muslim pada hadits ke 44 (empat

• User menekan tombol OK, dan sistem akan melakukan penyimpanan atribut filter untuk digunakan selanjutnya. Skenario

Karena modal memulai usaha Network Marketing yang sangat rendah (terjangkau oleh siapapun juga), memiliki sistem yang telah teruji yang memungkinkan penghasilan

Himpunan semua polinom atas aljabar max- plus yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan polinomial merupakan semi grup komutatif dengan elemen netral, sedangkan dengan operasi

Total bunga yang harus dibayar selama 3 tahun = Rp 2.520.000,- dan total pembayaran selama 3 tahun Rp 7.520.000,-.Jadi walaupun bunga bulanannya rendah tetapi karena

Dari hasil yang diperoleh dari penelirian sebelumnya, ada hubungan kuat dan cukup kuat dan berarti antara iklim komunikasi dengan kinerja karyawan (r=0,446 sig.=0,0000). Selain itu

Sama halnya dengan proses konsep desain, gambar atau produk yang dihasilkan pada tahap ini juga akan mengalami beberapa kali proses revisi dari klien dan pihak lainnya