• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

ROLE PLAYING

TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP IPA SISWA KELAS V SD SELAT GUGUS VII KECAMATAN SUKASADA

Made Oka mahendra

1

,I Dw. Kade Tasra

2

, I Nym. Jampel

3 1

Jurusan PGSD,

2,3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: okamahendra69@yahoo.com

1

,tastradewe@yahoo.com,

Nyoman.Jampel@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran Role Playing dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah enam kelas dengan jumlah siswa 101 siswa. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 2 kelas dengan jumlah 35 siswa, yang ditentukan dengan cara simplerandom sampling. Data kemampuan pemahaman konsep dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep berbentuk esay Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji-t dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 for Windows.Semua pengujian statistik dilakukan pada taraf signifikansi 5%.Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metode Role Playing berada pada kualifikasi baik, sedangkan pemahaman konsep kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berada pada kualifikasi cukup Hasil uji-t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metoede Role Playing dan pemahaman konsep kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung=3,42> ttabel=2,021; db=40).Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa yang

dibelajarkan dengan metode Role Paying lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional.

Kata kunci: metode Role Playing, konvensional, dan pemahaman konsep

Abstract

This research is to know difference between understanding of concepts of the student who study using Role playing metode approach and students who study using conventional study in sains subject. The research is false experiment with post test only control group design plan. This research population is all of 5tn grader student in SD gugus VII Sukasada, Buleleng, academic year 2014/2015 which has 6 classes and 101 students. The sampel is 2 classes with 35 students, which be gotten by simplerandom sampling. The data was collected by essay. Data is analyzed by descriptive statistic and t-test by Microsoft Excel 2007 for Windows. All test was done in 5% significancy level. The understanding of concepts that students who study using Role Playingis metode in good qualification meanwhile understanding of concepts students who study by conventional sytem are in enough qualification T-test understanding of concepts that there is a difference between studying using Role playing metode conventional system (tcount=3,42> ttable=2,021; db=40). It means that Role playing is better then conditional

usay.

(2)

PENDAHULUAN

Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak ada hentinya, sebab jika manusia berhenti melakukan pendidikan, sulit dibayangkan apa yang terjadi pada sistem peradaban manusia. Berdasarkan ilustrasi ini, baik pemerintah maupun masyarakat berupaya untuk melaksanakan pendidikan dengan standar kualitas yang diinginkan untuk memberdayakan manusia. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Selain itu, pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal. Pengelolaan pendidikan sangat diperlukan agar mampu mewujudkan pendidikan yang bermutu dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global (Tahmir, 2006).

Delor (dalam Busnawir dan Suhaena, 2006), menyatakan bahwa harapan kualitas hasil belajar siswa dalam bidang IPA merujuk pada tujuan pendidikan nasional dan empat pilar UNESCO, yaitu 1) siswa memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses IPA yang memadai (learning to know), 2) siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses IPA (learning to do), 3) siswa mampu memahami, menghargai, dan mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai keindahan akan produk atau proses IPA (learning to be), 4) siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dalam IPA (learning to live together).

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan pemerintah memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melaksanakan pendidikan. Penerapan KTSP di sekolah

diharapkan mampu mewujudkan

pelaksanaan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik sekolah. Dengan kata lain, pihak sekolah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakannya.

Marpaung (dalam Tahmir,

2006),menjelaskan terdapat banyak faktor

yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu pembelajaran pada umumnya masih bersifat mekanistik yang hanya menghasilkan pemahaman instrumental. Siswa tidak diberdayakan untuk berpikir kreatif, kemampuan yang dikembangkan hanyalah kemampuan menghafal dan kemampuan kognitif tingkat rendah. Rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap konsep IPA dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya pembelajaran yang masih menggunakan model konvensional yaitu guru mengajar

dengan metode ceramah dan

mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal disertai dengan penyelesaian soal-soal aplikasi baik dari buku teks, LKS, maupun soal-soal yang dibuat sendiri oleh guru (Sutarto 2005). Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sampai sekarang ini, sebagian besar di dominasi oleh guru, siswa hanya dijadikan objek pembelajaran. Guru berusaha memberikan informasi sebanyak-banyaknya, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk merenungkan apa yang diberikan oleh guru, dan yang penting bagi mereka adalah siswa dapat menyelesaikan soal-soal berdasarkan contoh-contoh soal yang telah diberikan sebelumnya, sehingga pembelajaran berlangsung secara mekanistik tanpa makna (Sutarto, 2005).

Sering siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengkonstruksi pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya adalah karena tidak terjadinya hubungan antara pengetahuan yang baru diterima dengan pengetahuan yang di sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal yang dimiliki siswa merupakan syarat dan menjadi sangat penting bagi siswa.

KKM mata pelajaran IPA di setiap sekolah. KKM adalah Kriteria ketuntasan minimal yang dimiliki oleh masing-masing mata pelajaran dan ditentukan oleh masing-masing sekolah.

(3)

Tabel 1. Kriteria ketuntasan minimal dan rata-rata skor ulangan Semester 1 Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Sukasada

No Nama Sekolah Nilai Rata-rata KKM

1 SD No 1 selat 68,6 70 2 SD No 2 selat 70,85 73 3 SD No 3 selat 70,55 70 4 SD No 4 selat 70,22 70 5 SD No 5 selat 69,92 70 6 SD No 6 selat 69,61 70

Berdasarkan hasil observasi di semua sd di desa selat kecamatan sukasda kabupaten buleleng bahwa pembelajaran maih di dominasi oleh pendekatan yang meniti beratkan pada model pembelajaran yang bersifat ekspositoris,seprti ceramah,sehingga kurang efektif merangsang siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.salah satu cara agar siswa aktip dalam proses pembelajaran adalah melalui model pembelajaran Role Playing

METODE PENELITIAN

Penelitian ini di kategorikan ke dalam penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment) karena tidak semua vaeiabel dan kondisi eksperimen dapat di atur dan di control secara ketat.penelitian ini menguji

perbedaan antara siswa yang

menggunakan metode role playing dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variable terikat.digunakan dalam penelitian ini adalah post test only control-group design. Desain penelitian ini dipilih

karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan bukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar antara kedua kelompok sehingga dalam penelitian ini tidak memperhatikan skor pretest.

Populasi menurut Babbie dalam Sukardi (2008:53) adalah “elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian”. “Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian” (Agung, 2011:47). Menurut Sudjana dalam Agung (2011:47) menyatakan “yang dimaksud dengan populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V SD gugus VII Kecamatan Sukasada Kabupaten buleleng Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang terdiri dari delapan kelas disajikan pada table 2.

Tabel 2. Distribusi Anggota Populasi

No Nama Sekolah Jumlah siswa

1. SD No 1 selat 15 2. SD No 2 selat 22 3. SD No 3 selat 14 4. SD No 4 selat 20 5. SD No 5 selat 15 6. SD No 6 selat 15 Total Populasi 101

(Sumber: Tata Usaha SD di Gugus VII Kecamatan Sukasada, 2014) “Sampel adalah sebagian populasi

yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan

menggunakan teknik tertentu” (Agung, 2011:47). Apabila populasinya tak terbatas maka satu-satunya jalan yang dapat

(4)

dilakukan adalah menggunakan sampel sebagai data untuk menarik suatu kesimpulan. Agar kesimpulan-kesimpulan dari teori penarikan dan metode statistika menjadi sahih (valid) maka cara pemilihan sampel harus sedemikian rupa sehingga dapat mewakili populasi. Pemilihan teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Suatu teknik pengambilan sampel dapat mencerminkan mutu atau hasil akhir suatu penelitian.

adalah tehnik simple rangdom sampling.tehnin ini di gunakan karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak mungkin untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi

Sampel dalam penelitian ini dipilih dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling, kelas yang muncul dalam undian langsung dijadikan kelas sampel. Seluruh

kelas yang ada akan dirandom untuk menentukan dua kelas sebagai sampel penelitian. Kemudian dari dua kelas tersebut, dirandom lagi untuk menentukan kelas yang mendapat pendekatan model pembelajaran Role Playing dan kelas yang

mendapat perlakuan pendekatan

pembelajaran konvensional. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Deskripsi data hasil penelitian meliputi deskripsi data penelitian post test kelompok eksperimen dan deskripsi data penelitian post test kelompok control

Data hasil post test hasil belajar siswa kelompok eksperimen menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 41 dan skor terendah adalah 26. Sebelum menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, terlebih dahulu ditentukan banyak kelas (k), rentang data (range), dan panjang kelas interval.

Adapun distribusi data hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 Distribusi Fekuensi Hasil Post test Kelompok Eksperimen kelas interval (k) Nilai Tengah (x) f fk fx x² fx² 23 – 26 24,5 2 2 49 600,25 1200,5 27 – 30 28,5 4 6 114 812,25 3249 31 – 34 32,5 5 13 162,5 1056,25 5281,25 35 – 38 36,5 7 19 255,5 1332,25 9325,75 39 – 42 40,5 4 22 162 1640,25 6561 ∑ 22 743 25617,5

Keterangan: f = frekuensi, fk = frekuensi kumulatif Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut di atas diperoleh modus sebesar 35,7, median sebesar 33,5 dan mean sebesar 33,45. Hal ini menunjukan bahwa modus lebih besar daripada median dan mean (Mo>Md>M), dengan standar deviasi dari kelompok eksperimen adalah 4,76, maka dapat dikatakan bahwa skor dari kelompok eksperimen cenderung tinggi. Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar 1.1 sebagai berikut.

Gambar 1.1. Kurva Data Hasil Post test Kelompok Eksperimen Mo = 35,7 Md =33,5 M = 33,45 0 1 2 3 4 5 6 7 8 23-26 27-30 31-34 35-38 39-42 F r e k u e n si Interval Kelas

(5)

Untuk menentukan katagori skor hasil post test siswa kelompok eksperimen maka terlebih dahulu ditentukan rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi)

seperti tabel 4 sebagai berikut.

Mi = ½ (Skor maksimal ideal + skor

Minimal Ideal)

= ½ (48 + 0) = 24

SDi = 1/6 (Skor maksimal ideal + skor

Minimal Ideal)

= 1/6 (48+0) = 8

Tabel 4 Kriteria Rata-rata Ideal dan Standar Deviasi Ideal Kelompok Eksperimen

Rentangan Skor Klasifikasi/ Predikat

Mi + 1,5 SDi < Mi + 3,0 SDi Sangat Baik

Mi + 0,5 SDi < Mi + 1,5 SDi Baik

Mi - 0,5 SDi < Mi + 0,5 SDi Cukup

Mi - 1,5 SDi < Mi - 1,5 SDi Tidak Baik

Mi - 3,0 SDi < Mi - 1,5 SDi Sangat Tidak Baik

(Koyan, 2012:21) Berdasarkan perhitungan yang

dilakukan dengan mengikuti kreteria

tersebut di atas maka diperoleh hasil seperti tabel 5 sebagai berikut .

Tabel 5 Kategori Hasil Post test Kelompok Eksperimen

Interval Kategori Frekuensi Presentase (%)

36 < 48 Sangat baik 8 36,36

28 < 36 Baik 10 45,45

20 < 28 Cukup 4 18,18

12 < 20 Tidak baik 0 0

0 < 12 Sangat tidak baik 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat diketahui bahwa 36,36% berada pada katagori sangat baik, 45,45% berada pada katagori baik, 18,18% berada pada katagori cukup, dan 0,00% berada pada katagori tidak baik dan sangat tidak baik.

Berdasarkan katagori tersebut dan sesuai dengan nilai rata-rata siswa yaitu M = 33,45, maka pemahaman konsep siswa setelah dibelajarkan dengan model role playing berada pada katagori baik, yaitu

pada rentang skor 28 – 36 sebanyak 10 orang siswa atau 45,45%.

Data hasil post test hasil belajar siswa kelompok kontrol menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 38 dan skor terendah adalah 18. Sebelum menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, terlebih dahulu ditentukan banyak kelas (k), rentang data (range), dan panjang kelas interval.

Adapun distribusi data kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelompok kontrol disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kelompok Kontrol

Kelas interval (k) Nilai Tengah (x) f fk fx x² fx²

14 – 18 16 2 2 32 256 512 19 – 23 21 4 6 84 441 1764 24 – 28 26 6 12 156 676 4056 29 – 33 31 4 16 124 961 3844 34 – 38 36 4 20 144 1296 5184 ∑ 20 540 15360

(6)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas diperoleh modus sebesar 25,5, median sebesar 26,18 dan mean sebesar 27,5. Hal ini menunjukan bahwa modus lebih kecil daripada median dan mean (Mo<Md<M), dengan standar deviasi dari kelompok kontrol adalah 6,477, maka dapat dikatakan bahwa skor dari kelompok kontrol cenderung rendah. Apabila divisualisasikan kedalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar 1.2 sebagai berikut.

Gambar 1.2. Kurva Data Hasil Post test Kelompok Kontrol

Untuk menentukan katagori skor hasil post test siswa kelompok kontrol maka terlebih dahulu ditentukan rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) seperti

pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Mi = ½ (Skor maksimal ideal + skor

Minimal Ideal)

= ½ (48 + 0) = 24

SDi = 1/6 (Skor maksimal ideal + skor

Minimal Ideal)

= 1/6 (48 + 0) = 8

Tabel 7 Kriteria Rata-rata Ideal dan Standar Deviasi Ideal Kelompok Kontrol

Rentangan Skor Klasifikasi/ Predikat

Mi + 1,5 SDi < Mi + 3,0 SDi Sangat Baik

Mi + 0,5 SDi < Mi + 1,5 SDi Baik

Mi - 0,5 SDi < Mi + 0,5 SDi Cukup

Mi - 1,5 SDi < Mi - 1,5 SDi Tidak Baik

Mi - 3,0 SDi < Mi - 1,5 SDi Sangat Tidak Baik

(Koyan, 2012:21) Berdasarkan perhitungan yang

dilakukan dengan mengikuti kreteria

tersebut maka diperoleh hasil seperti tabel 8 sebagai berikut.

.

Tabel 8 Kategori Hasil Post test Kelompok Kontrol

Interval Kategori Frekuensi Presentase (%)

36 < 48 Sangat baik 4 20,00

28 < 36 Baik 6 30,00

20 < 28 Cukup 7 35,00

12 < 20 Tidak baik 3 15,00

0 < 12 Sangat tidak baik 0 0,00

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 1.8 di atas dapat diketahui bahwa 20,00% berada pada

katagori sangat baik, 30,00% berada pada katagori baik, 35,00% berada pada katagori

0 1 2 3 4 5 6 7 14-18 19-23 24-28 29-33 34-38 F r e k u e n si Interval Kelas Mo = 25,5 Md = 26,18 M = 27,5

(7)

cukup, 15,00% berada pada katagori tidak baik dan 0,00% berada pada katagori sangat tidak baik.

Berdasarkan katagori tersebut dan sesuai dengan nilai rata-rata siswa yaitu M = 27,5, maka kemampuan pemahaman konsep siswa setelah dibelajarkan dengan model konvensional berada pada katagori cukup, yaitu pada rentang skor 20 – 28 sebanyak 7 orang siswa atau 35,00%. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t, diketahui nilai thitung yaitu

3,42 dengan db = n1 + n2 – 2 = 22 + 20 – 2 = 40 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel yaitu 2,021, dari hasil perhitungan

tersebut diketahui thitung > ttabel (3,42 >

2,021), ini berarti bahwa hasil penelitian adalah signifikan.

Menurut hasil analisis uji t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemahaman konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan metode role playing dengan siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukan bahwa model role playing berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa.

Besarnya pengaruh antara model role playing dengan model pembelajaran konvensional dapat dilihat dari perbedaan hasil analisis statistik deskriptif antara kedua kelompok sampel. Secara deskiptif rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelompok eksperimen lebih tinggi yaitu sebesar 33,45 dibandingkan dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelompok kontrol sebesar 27,5. Kemampuan pemahaman konsep siswa setelah dibelajarkan dengan model Role Playing berada pada katagori baik, yaitu pada rentang skor 28 - 36 sebanyak 10 orang siswa atau 45,45%. Sedangkan Model Role Playing setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional berada pada katagori cukup, yaitu pada rentang skor 20 – 28 sebanyak 7 orang siswa atau 35,00%.

Perbedaan yang signifikan pemahaman konsep antara siswa yang menggunakan Model Role Playing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Karen (dalam Cahyono, 2009) yang mengemukakan langkah-langkah pendekatan Model Role Playing meliputi (1) klarifikasi masalah, (2) pengungkapan gagasan, (3) evaluasi dan seleksi, dan (4) implementasi. Pembelajaran dengan model Role Playing) menekankan pada aktivitsas belajar siswa lebih banyak daripada aktivitas guru,

sedangkan pada pembelajaran

konvensional menurut Suryosubroto (2002) lebih banyak dilakukan dengan pemberian cramah, pemberian contoh soal, tanya jawab dan penugasan yang berlangsung secara terus menerus. Guru dalam pembelajaran konvensional berperan sebagai sumber informasi bagi siswa sehingga guru lebih aktif dan mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa cenderung pasif menerima pelajaran. Selanjutnya, guru dalam pembelajaran konvensional tidak banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tanya jawab multi arah dan guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam belajar, sehingga kurang melatih kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran konvensional bersifat satu arah (dari guru kepada siswa), guru sebagai penentu jalannya proses pembelajaran, pembelajaran bersifat abstrak dan teoritis

karena penyampaian informasi

menggunakan metode ceramah, serta pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya sebagai penerima pasif.

Penggunaan model pembelajaran

Role Playing)dapat mengubah

pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centerd) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centerd). Hal ini disebabkan dalam model pembelajaran Role Playing siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

(8)

mediator dalam pembelajaran, sementara siswa aktif melakukan proses belajar mulai dari menemukan solusi permasalahan, diskusi kelompok, dan presentasi hasil diskusi. Seperti yang dinyatakan oleh Karen (dalam Cahyono, 2009) yang menyatakan bahwa guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok, siswa mengkaji permasalahan yang ada dalam LKS untuk dipecahkan di dalam kelompoknya dan guru mengarahkan siswa untuk menemukan jawab dari penyelesaian masalah yang diberikan, siswa mendiskusikan permasalahan yang diberikan dengan setiap anggota dalam

kelompok mengemukan

gagasan-gagasannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian siswa mengevaluasi gagasan-gagasan yang sudah disampaikan dan memilih gagasan yang paling baik dan tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, gagasan yang dipilih siswa kemudian digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut. Semua kegiatan yang dilakukan siswa membawa dampak yang positif dalam menumbuhkan dan melatih kemampuan pemahaman konsep siswa.

Pernyataan tersebut

menggambarkan bahwa Model

pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan kerjasama dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga dapat melatih kemampuan pemahaman konsep siswa. Model Pembelajaran Role Playing menekankan bagaimana siswa dapat menumbuhkan cara berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan atau yang ditemukan dalam belajar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dicapai oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing dengan kemampuan pemecahan masalah yang dicapai oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa model Role Playing dapat dengan baik karena pemahaman konsep

berada mencapai 45,.45%,

diimplementasikan sebagai upaya untuk menumbuhkan dan melatih kemampuan Model Role Playing pada mata pelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep dengan model Role Playing dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukan oleh thitung 3,42 > ttabel

2,021 dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar menggunakan model Role Playing terhadap pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD

Gugus VII Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. “Penelitian Konvensional (Eksperimental dan Non Eksperimental)”. Makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Kampus PGSD FIP Undiksha. Singaraja 27 September 2010.

Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekaan Praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya

Gita ,I N,2008,.Pengaruh penerapan pembelajaran konstektual terhadap pemahman konsep dan kempuan komunikasi matematika siswa smpn 2 singaraja.laporan penelitian( tidak di terbitkan)lembaga penelitian UNDIKSHA singaraja

(9)

Sanjaya ,Wina.2009.strategi pembelajaran berstandar proses pendidikan .Cetakan ke 6 jakarta:Kencana Pranada Media Group

Sudjana, I W.(2007) Pengaruh model pembelajaran dan strategis belajar kooperatif .

Suryosubroto, B. 2006. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 1. Kriteria ketuntasan minimal dan rata-rata skor ulangan Semester 1 Mata Pelajaran  IPA Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Sukasada
Tabel 3 Distribusi Fekuensi Hasil Post test Kelompok Eksperimen  kelas  interval (k)  Nilai  Tengah (x)  f  fk  fx  x²  fx²  23 – 26  24,5  2  2  49  600,25  1200,5  27 – 30  28,5  4  6  114  812,25  3249  31 – 34  32,5  5  13  162,5  1056,25  5281,25  35
Tabel 5 Kategori Hasil Post test Kelompok Eksperimen  Interval  Kategori  Frekuensi  Presentase (%)
Gambar  1.2.  Kurva  Data  Hasil  Post  test  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Fakta tersebut melatarbelakangi Mercy Corps Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Kota Semarang dan Yayasan Bintari mengembangkan kegiatan yang bertujuan

Tidak ada interaksi antara konsentrasi dan lama penyimpanan sehingga tidak mempengaruhi viskositas lotion.Analisis Tukey menunjukkan bahwa lotion minyak atsiri

Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafratis pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda,

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala yang terdiri dari dua buah skala, yaitu skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dan

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya , hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pemberian mikoriza Glomus fasciculatum dengan dosis 25 gram meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman euphorbia serta

Berdasarkan hasil identifikasi waste dengan menggunakan metode waste assessment model, value stream mapping dan process activity mapping , dapat diketahui bahwa 3

Kelompok kedua yang terbentuk yaitu wilayah Surabaya Barat dengan nilai ZNT 3 yaitu dengan kisaran harga tanah antara 3 hingga 4,9 juta rupiah memiliki jumlah fasilitas