10 Volume 19 No. 1 Juni 2014
Agri
m
edia
Rubrik Utama
PERTANIAN MENGHADAPI AEC 2015
Oleh:
Dr. Bayu Krisnamurthi
Wakil Menteri Perdagangan RI
Dr. Ir. Kasan Muhri, MM
Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan
Rubrik Utama
11
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. Dalam perkembangannya, melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh negara-negara anggota ASEAN, dihasilkan kesepakatan yang cukup menonjol, yaitu disepakatinya Common
Efective Preferential Tariff - ASEAN Free Trade Area
(CEPT-AFTA) yang diimplementasikan pada tahun 2002 dan disepakatinya konsep ASEAN Economic
Community (AEC) yang akan diimplementasikan pada
tahun 2015.
Dalam rangka persiapan implementasi AEC 2015, maka perlu dirumuskan arah kebijakan dalam rangka mengisi pasar ASEAN bukan hanya fokus pada produk manufaktur, tetapi juga untuk produk pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dari sisi pembangunan ekonomi nasional, bukti empiris menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peran penting terhadap ekonomi nasional, yang dapat dilihat dari kontribusi terhadap produk domestik bruto, penyerapan tenaga kerja, perdagangan luar negeri, penyedia bahan pangan, bahan energi, pakan dan bahan baku industri, serta sumber pendapatan masyarakat dan negara. Bahkan tidak hanya itu, perkembangan sektor pertanian juga menjadi isu strategis yang dihadapi oleh dunia terkait krisis pangan dan energi dunia.
Perkembangan Terakhir AEC
AEC atau juga disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dilatarbelakangi oleh berdirinya Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers). Dalam KTT ASEAN ke-9 tahun 2003 di Bali, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik
Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tahun tersebut, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap negara anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.
Pencapaian MEA 2015 melalui rencana aksi yang tertuang dalam 4 pilar, yaitu:
1. Pasar tunggal dan basis produksi regional: arus barang, jasa, dan investasi yang bebas, tenaga kerja yang lebih bebas, arus modal yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta pengembangan sektor food-agriculture-forestry; 2. Kawasan berdaya saing tinggi: kebijakan
persaingan, perlindungan konsumen, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, e-Commerce; 3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang
merata: pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam-CLMV);
4. Integrasi dengan perekonomian dunia: pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global.
12 Volume 19 No. 1 Juni 2014
Agri
m
edia
Rubrik Utama
Elemen pasar dan basis produksi tunggal pada MEA 2015 terdiri dari arus bebas perdagangan barang, arus bebas jasa, investasi, tenaga terampil, dan arus bebas modal. Arus bebas perdagangan barang diatur dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Sejak tanggal 1 Januari 2010, berlaku penghapusan tarif untuk ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand) dimana hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%, sedangkan untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam tarif 0% berlaku pada tahun 2015. Selain itu, diberlakukan pula
Alternative Rules of Origin (ROO) dimana pelaku bisnis
dapat menerapkan beberapa pilihan ROO.
Pada 1 November 2010, Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self Certification
Pilot Project (SCPP) I, sedangkan Indonesia, Laos,
Filipina bergabung pada SCPP II yang diimplementasikan pada 1 Januari 2014. Tujuan dari SCPP adalah menyederhanakan prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan mempercepat prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice
declaration perusahan. Penyederhanaan SKA Form-D
pun dimulai pada 1 Januari 2014, sehingga eksportir tidak perlu menulis FoB pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional
Value Content (RVC) 40%. Demi kepastian usaha dan
disiplin kebijakan, ASEAN akan mengoperasikan ASEAN
Trade Repository (ATR) tahun 2015 didukung oleh
pembentukan National Trade Repository di setiap anggota. Indonesia merupakan anggota yang paling siap dalam pengembangan ASEAN Single Window (ASW, operasional tahun 2015) dengan telah beroperasinya NSW-Indonesia (INSW).
Selain arus perdagangan barang, dalam MEA juga diatur tentang arus perdagangan jasa melalui ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS). Liberalisasi
Jasa dilakukan melalui “Paket-Paket Komitmen”. Negara anggota ASEAN telah melakukan negosiasi dan telah menghasilkan 8 paket komitmen dari 10 paket komitmen yang dijadwalkan akan rampung pada tahun 2015. Pada tahun 2015 juga, sebanyak 128 subsektor jasa (ditambah subsektor keuangan dan non bank serta jasa angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan ASEAN Foreign Equity Participation (FEP) maksimum 70%, serta tidak adanya hambatan untuk cross border
supply dan consumption abroad.
Sementara itu, untuk memfasilitasi pertukaran tenaga kerja yang terkait kegiatan perdagangan dan investasi di antara anggota, disusunlah ASEAN Agreement on
Movement of Natural Persons (ASEAN MNP) dengan
batasan :
1. Negara Anggota ASEAN (AMS) tetap memiliki otoritas untuk menerapkan peraturan nasional masing-masing dalam melaksanakan implementasi perjanjian.
2. Pelaksanaan komitmen liberalisasi diatur dalam
Schedule of Commitment (SoC) masing-masing
negara.
3. Implementasi hanya berlaku untuk sektor-sektor pekerjaan yang dikomitmenkan ke dalam SoC. 4. Perpindahan tenaga kerja terampil sesuai dengan
kategori natural persons yang sudah diatur, hanya dapat dilakukan melalui kontrak kerja sama antar badan hukum (juridical persons) di ASEAN atau melalui investasi badan hukum satu negara ASEAN di negara ASEAN lainnya.
Pada tingkat ASEAN, Indonesia mengkomitmenkan beberapa jenis tenaga kerja dan dibatasi secara
cross sectoral sesuai UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan juga peraturan imigrasi, kecuali untuk sektor-sektor yang menuliskan unbound. Sementara itu, untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mencapai kesamaan/ kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi, maka disusun
ASEAN Mutual Recognition Arrangement (ASEAN
MRA).
Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah dalam rangka persiapan MEA 2015 antara lain:
Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi »
Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan »
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan »
Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN Program pembangunan seperti MP3EI »
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas) »
Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing »
Policy Paper
» mengenai kesiapan Indonesia
menghadapi AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015 »
Rubrik Utama
13
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014dan restrukturisasi industri, dan lain-lain.
Peningkatan iklim usaha yang kondusif dan »
mengurangi ekonomi biaya tinggi, reformasi bidang perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi;
Reformasi kebijakan: penyesuaian, persiapan dan »
perbaikan regulasi ;
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di »
birokrasi, dunia usaha ataupun professional vide sistem pendidikan nasional;
Pengembangan industri prioritas yang berdampak »
luas dan komoditas unggulan;
Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan; »
Pengembangan sektor energi yang akan mendukung »
produksi nasional; Penciptaan
» national social safety net melalui
kerangka kebijakan pengamanan;
Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI »
6 (enam) koridor keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri dan jasa, pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi nasional, proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan, minyak, gas dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan, energi dan tambang nasional;
comprehensif dan masif;
Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas »
Negeri (inisiatif pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri).
Perkembangan Pertanian Indonesia
Sebagai negara agraris, sektor pertanian memegang peranan yang penting sebagai penggerak perekonomian nasional. Peran pertanian tersebut ditunjukkan melalui besarnya kontribusi PDB Pertanian terhadap PDB Nasional, yakni 15,03% dari PDB Nasional pada Triwulan I 2014 (Tabel 1). Selain itu, sebagian dari hasil pertanian juga berfungsi sebagai bahan baku baik bagi industri kecil dan menengah maupun industri besar makanan dan minuman olahan. Data BPS menyebutkan bahwa 82,2% impor pertanian tahun 2013 digunakan sebagai bahan baku/penolong industri. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber utama pendapatan mulai dari pendapatan rumah tangga di pedesaan (bagi petani) sampai sebagai sumber pendapatan negara sebagai penghasil devisa melalui ekspor produk pertanian.
Tabel 1. PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha
Sumber : BPS
13
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014Lapangan Usaha 2012 2013 2013 1-2014Triw Triw I Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,50 14,43 15,13 12,24 15,03 2. Pertambangan dan Penggalian 11,80 11,24 11,52 11,82 11,21 3. Industri Pengolahan 23,97 23,69 23,67 24,10 23,56 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,76 0,77 0,79 0,79 0,85
5. Konstruksi 10,26 9,99 9,90 10,23 9,71
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,96 14,33 14,17 14,55 14,36 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,67 7,01 6,79 7,28 7,23 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 7,27 7,52 7,57 7,56 7,72
9. Jasa-jasa 10,81 11,02 10,46 11,43 10,33
PDB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDB Tanpa Migas 92,21 92,65 92,39 92,31 92,40
14 Volume 19 No. 1 Juni 2014
Agri
m
edia
Rubrik Utama
Berdasarkan OECD statistical databases (2011), Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia dan merupakan produsen terbesar ke-10 dalam bidang pertanian. Luas lahan pertanian di Indonesia tercatat sebesar sepertiga dari luas lahan pertanian di dunia dengan sumber air yang cukup melimpah. Di Indonesia, petani-petani kecil lebih banyak menghasilkan produksi tanaman pangan sementara pertanian komersial yang besar menghasilkan produksi tanaman perkebunan seperi kelapa sawit, karet, dan kakao. Dilihat dari sektor pembuka lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian merupakan yang terbesar dari sektor lainnya, yakni sebesar 35,05% dari total penduduk yang bekerja di tahun 2013 (BPS). Namun, kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan rata-rata 1,42% per tahun selama 2004–2013.
Neraca perdagangan sektor pertanian secara keseluruhan mengalami defisit sejak tahun 2007 dan mencapai USD 2,9 miliar di tahun 2009. Laju pertumbuhan ekspor pertanian selama periode 2004–2013 sebesar 9,5% per tahun sementara laju perumbuhan impor 16,9% per tahun (Tabel 2). Sebesar 50% dari total ekspor pertanian di tahun 2013 adalah komoditas udang, kopi, dan kakao, sementara impornya berupa gandum, kapas, dan kedelai.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa selama 2004–2012 terus terjadi peningkatan investasi di sektor pertanian. Selama periode tersebut, persetujuan investasi di sektor pertanian primer baik PMDN maupun PMA naik masing-masing 27% dan 24% per tahun. Peningkatan tersebut mendekati angka pertumbuhan investasi PMDN dan PMA nasional. Dapat disimpulkan
bahwa investor memiliki ketertarikan yang sama untuk berinvestasi di sektor ekonomi dan pertanian.
Mengacu pada Rencana Kinerja Tahunan Kementerian Pertanian 2014, program swasembada dan peningkatan produksi komoditas strategis, diversifikasi pangan, serta peningkatan nilai tambah daya saing dan ekspor merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Terdapat komoditas pertanian yang menjadi prioritas sebagai komoditas strategis untuk mengembangkan pertanian Indonesia. Komoditas prioritas tersebut antara lain padi, jagung, kedelai, daging, dan tebu. Selain komoditas utama tersebut, terdapat pula komoditas strategis lainnya yang menjadi fokus perhatian pembangunan pertanian, yaitu kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, kopi, jambu mete, cengkeh, teh, tembakau, kapas, lada, susu (sapi perah), kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging, itik, cabai, bawang merah, kentang, tanaman obat, jeruk, mangga, manggis, durian, pisang, anggrek, dan krisan. Produksi komoditas strategis tersebut mengalami peningkatan selama 2004–2014, kecuali kacang tanah.
Adapun tantangan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia di tahun 2014 antara lain adanya perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian seperti meningkatnya serangan hama dan penyakit hewan, serta menurunnya produktivitas dan kualitas hasil panen. Selain itu, kurangnya kualitas dan hasil produksi berdampak pada peningkatan harga pangan yang menyebabkan tingginya tingkat inflasi dan juga peningkatan tingkat kemiskinan. Ditambah dengan tingginya kebutuhan domestik akan bahan pangan Tabel 2. Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia terhadap Dunia
Sumber : BPS
Keterangan: yang dimaksud pertanian adalah produk segar pertanian
Rubrik Utama
15
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014importasi bahan pangan. Oleh karena itu, perlu peran dan dukungan pemerintah daerah secara optimal untuk menyediakan fasilitas pembiayaan pertanian yang mudah diakses petani/peternak, memperbaiki infrastruktur lahan dan sistem irigasi air serta memberikan penyuluhan pertanian yang efektif kepada para petani.
Perkembangan Perdagangan Sektor Pertanian
Indonesia di ASEAN
Selama periode 2004–2013, neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia terhadap ASEAN mengalami surplus dan cenderung meningkat. Pada Tahun 2013, ekspor produk pertanian Indonesia ke ASEAN mencapai US$ 1,41 miliar, sedangkan impor produk pertanian Indonesia hanya sebesar US$ 0,35 miliar sehingga surplus US$ 1,06 miliar (Gambar 1).
Di antara negera-negara kawasan ASEAN, Malaysia merupakan tujuan utama ekspor produk pertanian Indonesia di tahun 2013 dengan pangsa 35,7% diikuti Singapura (24,4%), Vietnam (17,9%) dan Thailand (17,5%). Pada sisi impor, Indonesia banyak melakukan importasi produk pertanian dari Thailand dengan pangsa (28,7%), diikuti Malaysia (26,0%), Vietnam (19,7%), dan Myanmar (14,0%). Meskipun pangsa impor produk pertanian Indonesia dari Kamboja di tahun 2013 relatif kecil (0,3%), namun mengalami peningkatan yang signifikan (Gambar 2). Pada tahun 2009, impor produk pertanian Indonesia dari Kamboja hanya sebesar US$ 38 namun di tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi US$ 1,1 juta.
0.50 0.57 0.66 0.87 1.18 1.11 1.37 1.30 1.33 1.41 0.35 0.45 0.49 0.54 0.85 0.76 1.01 0.68 0.74 1.06 0.14 0.12 0.17 0.33 0.33 0.34 0.36 0.61 0.58 0.35 -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Miliar US$ Ekspor Neraca Impor Sumber: BPS 15
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014Gambar 1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Indonesia dengan ASEAN
THAILAND 17.5% SINGAPURA 24.4% PILIPINA 4.4% MALAYSIA 35.7% MYANMAR 0.0% KAMBOJA 0.0% BRUNAI DARUSSALAM 0.1% LAOS 0.0% VIETNAM 17.9%
Tujuan Ekspor, 2013
THAILAND 28.7% SINGAPURA 5.3% PILIPINA 5.8% MALAYSIA 26.0% MYANMAR 14.0% KAMBOJA 0.3% BRUNAI DARUSSALAM 0.0% LAOS 0.2% VIETNAM 19.7%Asal Impor, 2013
Tujuan Ekspor, 2013 Asal Impor, 2013
Sumber: BPS
16 Volume 19 No. 1 Juni 2014
Agri
m
edia
Rubrik Utama
Komoditas pertanian Indonesia yang paling banyak diekspor ke ASEAN adalah biji kakao dengan nilai ekspor tahun 2013 mencapai US$ 394,2 juta atau dengan pangsa 27,9% dari total ekspor produk pertanian ke ASEAN. Selain itu, biji kopi juga banyak diekspor ke ASEAN dengan nilai US$ 174,6 juta (pangsa 12,4%) di tahun 2013 (Tabel 3).
Kelengkeng segar adalah komoditas pertanian yang paling banyak diimpor oleh Indonesia dengan nilai mencapai US$ 66,8 juta di tahun 2013 atau dengan pangsa 18,8% dari total impor produk pertanian Indonesia dari ASEAN (Tabel 4). Selain itu, Indonesia banyak mengimpor produk pertanian berupa kacang-kacangan (kacang hitam & khijau), karet alam, serta kopi.
Penutup
Neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia di ASEAN masih menunjukkan surplus, namun neraca sektor pertanian Indonesia terhadap dunia adalah defisit. Hal ini setidaknya merepresentasikan bahwa daya saing produk pertanian Indonesia di ASEAN masih relatif baik dibandingkan kinerja pertanian Indonesia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan sektor pertanian harus diarahkan bukan semata-mata untuk menghadapi MEA 2015, namun diarahkan untuk menjawab permasalahan mendasar sektor pertanian yaitu lemahnya sisi produksi/supply.
Dalam hal ini, petani harus ditempatkan pada posisi sentral yang tidak hanya dibela tetapi juga harus dibekali dengan kemampuan untuk merespon perubahan pasar. Petani harus dipandang sebagai penggerak faktor-faktor produksi sehingga diperlukan dukungan langsung kepada petani melalui pengembangan riset, pemanfaatan teknologi, dan penyuluhan/edukasi. Selain itu perlu dilakukan perbaikan skala ekonomi pangan dan pertanian, pengelolaan rantai pasok produk pangan dan pertanian, peningkatan investasi di sektor pertanian, serta perbaikan pada isu-isu energi, infrastruktur, pertanahan, dan ketenagakerjaan. Pembangunan pertanian ke depan juga akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks dan tidak mudah sehingga memerlukan dukungan dan sinergitas program dan kegiatan dari semua pemangku kepentingan.
Total Ekspor 1,107.71 1,374.35 1,299.11 1,328.33 1,411.40 4.61 100.0
1 1801000000 Cocoa beans, whole or broken,raw/roasted 608.67 720.88 526.73 337.26 394.25 -15.03 27.9 2 0901111000 Arabica wib or robusta oib, not roasted not decaffeinated 66.76 55.91 83.21 130.92 174.65 31.97 12.4 3 0103920000 Live swine, other than breeding animals, weighing >= 50 kg 39.20 50.34 61.39 62.12 73.59 15.83 5.2 4 0904112000 Black pepper, neither crushed nor ground 10.97 54.19 24.99 94.99 66.45 51.65 4.7 5 0303791090 Other marine fish, excl.fillets, livers and roes, frozen 19.51 50.40 60.08 71.30 61.98 30.46 4.4 6 0904111000 White pepper, neither crushed nor ground 14.42 24.91 34.22 37.05 61.89 39.24 4.4 7 0303430000 Skipjack or stripe-bellied bonito, excl.fillets, livers and roes, 12.06 6.05 13.86 58.98 45.65 63.89 3.2 8 0306130000 Shrimps and prawns, frozen 12.20 17.36 30.42 49.20 37.60 38.99 2.7 9 0302190000 Oth salmonidae fish,excl.fillet,liver and roes, fresh or chilled 16.12 13.14 12.75 26.89 37.25 27.01 2.6 10 0307491000 Cuttle fish and squid, frozen 7.01 13.77 27.80 28.03 31.85 45.35 2.3 11 0303792090 Other freshwater fish, excl.fillets, livers and roes, frozen 0.77 1.33 1.99 23.51 30.04 177.09 2.1 12 0302691090 Other marine fish excl.fillets, livers and roes, fresh or 21.06 21.56 26.21 23.83 25.09 4.61 1.8 13 0908100010 Nutmeg, in shell 0.89 3.65 4.49 21.12 23.33 129.02 1.7 14 0303420000 Yellow fin tunas, excl.fillet, liver & roes, frozen 3.03 3.24 8.76 17.89 22.06 76.42 1.6 15 0802901000 Areca nuts, fresh or dried 12.68 22.51 36.34 25.33 18.67 9.33 1.3 16 0307999000 Oth aquatic invertebrates not crstceans, for human 1.36 6.51 12.34 12.48 18.02 78.96 1.3 17 0902409000 Black tea (fermented), in packing > 3 kg other than leaf 10.06 11.46 11.25 10.15 14.05 5.62 1.0 18 0302692090 Other freshwater fish, excl.fillets, livers and roes, fresh or 3.59 3.08 2.88 8.45 11.68 40.05 0.8 19 1404909000 Other vegetable products not elsewhere specified or 2.20 3.96 7.71 11.12 10.35 51.16 0.7 20 0713319000 Beans (vigna mungo hepper/vigna radiata wilczek), dried, 8.34 8.33 6.89 8.98 10.30 5.08 0.7
Sub total 870.90 1,092.58 994.33 1,059.61 1,168.74 5.74 82.8 Lainnya 236.81 281.76 304.78 268.72 242.66 0.01 17.2 TREND (%) 2009-2013 PANGSA (%) 2013 2009 2010 2011 2012 NO HS URAIAN
NILAI : Juta US$
2013
Tabel 3. Komoditas Ekspor Pertanian Utama Indonesia ke ASEAN
Sumber: BPS (diolah Pusdatin Perdagangan, Kementerian Perdagangan)
Rubrik Utama
17
Agri
m
edia
Volume 19 No. 1 Juni 2014Referensi
ASEAN. 2014. The Asean Declaration (Bangkok Declaration) Bangkok, 8 August 1967. http:// www.asean.org /news/item/the-asean-declaration-bangkok-declaration
BPS. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2014. Berita Resmi Statistik BPS No. 36/05/Th. XVII, 5 Mei 2014
Departmen Perdagangan (Tanpa Tahun). Menuju ASEAN Economic Community. http://ditjenkpi. ke m e n d a g . go . i d / we bs i te _ k p i / U m u m / Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20 ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf Kementerian Perdagangan. 2011. Perkembangan
Masyarakat Ekonomi ASEAN. http://ditjenkpi. kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/ Buku%20Masyarakat%20Ekonomi%20ASEAN/ Perkembangan%20MEA.pdf
Total Impor 344.51 363.47 614.91 584.17 354.47 5.46 100.0
1 0810901000 Longans, fresh 78.92 62.86 111.76 138.44 66.80 4.67 18.8 2 0713319000 Beans (vigna mungo hepper/vigna radiata wilczek), 19.61 29.00 46.18 37.13 46.81 21.98 13.2 3 4001101100 Natural rubber latex,cont ammonia >= 0.5% catrige 10.05 20.77 22.68 36.61 31.07 32.62 8.8 4 0901111000 Arabica wib or robusta oib, not roasted not decaffeinated 14.94 21.19 22.28 87.23 20.38 22.59 5.8 5 0703102900 Shallots,fresh/chilled,oth than bulbs for propagation 24.48 26.65 62.11 33.58 19.46 -2.25 5.5 6 1201009000 Other soya beans, whether or not broken 36.03 51.29 119.96 47.68 15.47 -16.17 4.4 7 0303740000 Mackerel, excl.fillets, livers and roes, frozen 1.63 4.07 6.02 6.08 11.99 55.11 3.4 8 2401101000 Virginia tobacco, not stemmed/stripped, flue-cured 3.07 0.59 12.36 17.01 11.75 83.00 3.3 9 4403929010 Pulpwood of beech - - 1.74 11.55 - - 3.3 10 1202200000 Ground nuts, shelled 9.41 6.04 6.67 4.97 10.92 1.05 3.1 11 0810909000 Other fruit, fresh 3.97 7.88 11.09 11.11 10.86 26.55 3.1 12 1001901900 Other wheat, for human consumption 0.20 - - 0.07 9.72 - 2.7 13 0810600000 Durians, fresh 35.87 34.66 38.19 28.82 7.27 -28.65 2.1 14 5201000000 Cotton, not carded/combed. 1.64 7.52 5.64 9.03 7.09 36.43 2.0 15 0902409000 Black tea (fermented), in packing > 3 kg other than leaf 1.14 1.67 3.06 2.56 5.39 42.46 1.5 16 0902201000 Green tea (not fermented), in packing > 3 kg, leaf 1.36 0.96 4.03 7.07 4.41 54.53 1.2 17 2401109000 Other tobacco, not stemmed/stripped, not flue-cured 0.66 0.56 2.88 0.90 3.32 44.74 0.9 18 0904112000 Black pepper, neither crushed nor ground 0.10 0.74 4.11 4.68 3.19 142.65 0.9 19 2401103000 Other tobacco, not stemmed/stripped, flue-cured 0.01 0.09 0.69 2.71 3.15 307.99 0.9 20 1207400000 Sesamum seeds, whether or not broken 0.08 0.86 1.62 4.04 3.11 142.25 0.9 Sub total 243.16 277.40 481.33 481.46 303.72 10.47 85.7
Lainnya 101.35 86.07 133.58 102.72 50.75 -11.36 14.3
Sumber: BPS (diolah Pusdatin Perdagangan, Kementerian Perdagangan)
Ditjen KPI, Kementerian Perdagangan. 2014. Menjadi Pemenang pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Bahan Sosialisasi Dana Dekonsentrasi, Maret 2014.
Kementerian Pertanian. 2013a. Laporan Data Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2004-2012. http://ppid.pertanian.go.id/library/content/file /100/0000/0000/0737/0bcaa9c45746449ef395 58f835d055c67413-26-09-2013-13-33-59.pdf Kementerian Pertanian. 2013b. Rencana Kinerja
Tahunan Kementerian Pertanian 2014. http:// www.pertanian.go.id/sakip/admin/data/RKT_ KEMENTAN_2014.pdf
OECD. 2013. Kebijakan-kebijakan dalam bidang Pertanian: Pemantauan dan Evaluasi 2013 Negara-negara OECD dan Negara-negara Berkembang (Indonesia). http://www.oecd. org/tad/agricultural-policies/AgMon_2013_ Indonesia_IDN.pdf
17