• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia lahir, sampai mati. Komunikasi ada dimana-mana: dirumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia lahir, sampai mati. Komunikasi ada dimana-mana: dirumah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

1. 1 Latar Belakang Penelitian

Komunikasi terjadi setiap saat dalam kehidupan manusia. Dimulai sebelum manusia lahir, sampai mati. Komunikasi ada dimana-mana: dirumah ketika anggota-anggota keluarga berbincang dimeja makan, di kampus, di kantor, di masjid, di DPR, dan di taman-taman. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup manusia.1

Dengan komunikasi manusia membentuk saling pengertian menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan komunikasi juga menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, mananamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran. Begitu penting, begitu meluas, dan begitu akrab komunikasi dengan diri manusia sehingga manusia semua merasa tidak perlu lagi mempelajari komunikasi.2

Komunikasi adalah pengiriman pesan dari A ke B yaitu dari komunikator kepada komunikan. Akibatnya perhatian utama terpusat pada medium,

1

Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, Bandung: 2005, Hal. vii

2

(2)

saluran, pengiriman, penerima, gangguan, dan feedback (umpan balik), dimana istilah-istilah tersebut terkait dengan proses pengiriman pesan. Sekarang saatnya perhatian beralih pada komunikasi sebagai penghasil makna dan tidak terlalu fokus pada komunikasi sebagai sebuah proses. Ketika komunikator dan komunikan berkomunikasi, kurang lebih secara akurat komunikan paham arti dari pesan komunikator. Agar komunikasi bisa terjadi komunikator harus membuat sebuah pesan yang terdiri dari berbagai tanda. Pesan ini kemudian menstimulasi komunikan untuk menciptakan makna bagi dirinya sendiri di mana makna tersebut sedikit banyak berkaitan dengan makna yang pada awalnya komunikator ciptakan. Semakin komunikator dan komunikan berbagi kode yang sama, maka semakin mungkin menggunakan sistem tanda yang sama, sehingga kedua ‘makna’ yang dimiliki akan semakin mirip satu sama lain.3

Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoritis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.4

3

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012, Hal 65

4

Dani Vardiansyah , Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, Ghalia Indonesia, Bogor: 2004, Hal. 29

(3)

Selain berdasarkan kategori jenis muatan, konteks komunikasi juga dapat dilihat dari jumlahnya, komunikator atau komunikan dapat dibedakan atas satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau oganisasi), dan massa. Maka berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk antarpribadi, kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi dan massa. Namun, sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam diri komunikator, yang disebut komunikasi intrapribadi. Penggolongan berdasarkan hal ini disebut tataran komunikasi.5

Konteks komunikasi massa yang melibatkan jumlah komunikan dalam jumlah besar dan juga tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama adalah komunikasi massa sebagai komunikator yang dapat berbentuk organisasi. Karna itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antarkomunikan relatif tidak saling mengenal secara pribadi.6 Komunikasi massa terbagi dalam beberapa jenis yaitu surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, film dan internet.7 5 Ibid, Hal. 30 6 Ibid, Hal. 33 7

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi, Simbiosi Rekatama Media, Bandung: 2007, Hal. 103

(4)

Dari berbagai jenis komunikasi massa, film merupakan media hiburan yang lebih dulu populer dibandingkan radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop menjadi aktivitas populer bagi khalayak. Tujuan khalayak menonton film terutama adalah untuk hiburan.8

Film ditemukan dari hasil perkembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika tahun 1903. Tahun 1906 sampai 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman Amerika Serikat, karna pada dekade ini lahirlah pusat perfilman yang dikenal sebagai Hollywood.9

Sejarah perfilman di Indonesia sendiri, dimulai pada tahun 1926 hingga tahun 1930, masyarakat disuguhi film-film bisu. Kemudia setelah itulah film bicara pertama diproduksi. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada pemerintah Jepang, diantaranya adalah NV.Multi film yang diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha, yang selanjutnya memproduksi film feature dan dokumenter. Jepang telah memanfaatkan film sebagai media informasi dan propaganda. Namun, tatkala bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Republik Indonesia. Serah terima dilakukan oleh Ishimoto dari pihak pemerintah militer Jepang kepada pemerintah Indonesia. Sejak tanggal

8

Ibid, Hal. 143-145

9

(5)

6 Oktober 1945 lahirlah berita film Indonesia atau BFI. Bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan Pemerintah Film Negara, yang pada akhirnya berganti nama Perusahaan Film Nasional.10

Seiring dengan berjalannya waktu, film terbagi dalam beberapa jenis genre

untuk mempermudah khalayak menentukan film yang akan ditontonnya. Diantaranya film drama, film aksi/laga, film horror, film fantasy, film musikal, komedi, fiksi ilmiah, petualang, dan animasi.11

Dari berbagai jenis film yang sudah disebutkan sebelumnya, film yang paling banyak diproduksi adalah film drama dengan jumlah produksi 1749 film dimulai tahun 1932 hingga 2014.12 Produksi film drama tersebut tidak terlepas dari ketertarikan khalayak terhadap film drama karna film drama bercerita tentang suasana kehidupan yang nyata. Kisah yang terjadi sering kali dapat menggugah emosi, dan air mata dari penontonnya.13 Film drama sering kali menceritakan tentang kisah percintaan, kasih sayang, perjuangan yang termasuk dalam nilai-nilai kemanusiaan/humanisme. Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata latin humanus dan mempunyai akar kata homo berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. Humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan dan menyelesaikan

10

Ibid, Hal 144-145

11

Javandalasta. Pasca, 5 Hari Mahir Bikin Film(Jangan Cuma Bisa Nonton, Ayo Bikin Filmmu Sendiri), Surabaya, Mumtaz Media: 2001, Hal 18

12

http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/genre/drama#.UxaqfbZYVWg, Rabu, 05 Maret 2014, 11.40 WIB

13

(6)

pemasalahan-permasalahan sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri. Humanisme mencakup segala aspek kehidupan manusia yang mencangkup manusiawi (sikap saling menghargai), berbudaya, halus, egaliter, dan rela berkorban14

Salah satu film bergenre drama dengan nilai-nilai humanisme yang dominan adalah “Semesta Mendukung”. Film ini merupakan film Indonesia yang diperuntukan untuk layar bioskop. Film ini tayang pada 20 Oktober 2011 yang diproduksi oleh Mizan Productions dan Falcon Pictures. “Semesta Mendukung” di sutradarai oleh John De Rantau yang sebelumnya memproduksi film “Denias”. Film “Semesta Mendukung” diperankan oleh artis cilik yang menjadi pemeran utama yaitu Sayef Muhammad Billah sebagai Muhammad Arief dan artis-artis senior seperti Revalina S. Temat sebagai Ibu Guru Tari Hayat, Lukman Sardi sebagai Muslat, Hermaliah Putri sebagai Salmah, Sudjiwo Tedjo sebagai Cak Alul, Ferry Salim sebagai Pak Tio Yohanes, Febby Febiola sebagai Deborah Sinaga, Angga Putra sebagai Muhammad Thamrin dan Dinda Hauw sebagai Clara Annabela. “Semesta Mendukung” oleh Sayef Muhammad Billah mendapat nominasi pemeran anak-anak terbaik dalam ajang penghargaan Indonesian Movie Award 2012.15

Film ini terinspirasi dari kisah-kisah kegemilangan putra-putri Indonesia mengangkat nama bangsa Indonesia di kancah dunia internasional lewat berbagai olimpiade sains.

14

Alfandi, Haryanto, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2011, Hal. 71

15

(7)

Nilai-nilai humanisme yang di maksud adalah nilai-nilai perjuangan seorang anak dari dusun yang hidup dari keluarga kekurangan. Meski tinggal jauh dari kota besar dan bersekolah dengan fasilitas yang serba minim, ia tetap belajar dan bekerja membantu ayahnya mantan petani garam yang beralih profesi menjadi sopir truk serabutan untuk mencari uang. Walau dengan keadaan serba kekurangan tidak lantas membuat Arief patah semangat. Ia mampu mewakili Indonesia di kompetisi sains dalam bidang fisika. Hal itu menunjukan bahwa bangsa Indonesia mampu bersaing dengan anak manapun didunia. Bahwa bangsa Indonesia dapat maju bersama dengan bangsa lainnya didunia.

Untuk melihat nilai-nilai humanisme yang ada dalam film “semesta mendukung” digunakan analisis semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.16

Diantara berbagai konsep/ teori semiotika dalam penelitian ini akan difokuskan melalui teori Charles Sanders Pierce, karna Charles Sander Pierce adalah seorang pemikir yang argumentatif. Menurutnya, tanda memiliki relasi ‘triadik’ dengan object dan interpretant. Pierce menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah icon untuk

16

(8)

kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat, dan simbol untuk asosiasi konvensional.17

Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “representasi nilai-nilai humanisme dalam film ‘Semesta Mendukung’ dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce”

1. 2 Fokus Penelitian

Dari penjelasan yang sudah diuraikan sebelumnya, penulis akan mencoba meneliti representasi nilai-nilai humanisme dalam film “Semesta Mendukung”. Maka Peneliti akan merumuskan masalah: “Bagaimana representasi nilai-nilai humanisme dalam film “Semesta Mendukung” dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce?”

1. 3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi nilai-nilai humanisme dalam film “Semesta Mendukung” dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce.

17

(9)

1. 4 Manfaat Penelitian 1. 4. 1. Manfaat Akademis

Dapat dijadikan referensi dan menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai humanisme khususnya dalam film “Semesta Mendukung” dan dalam mengaplikasikan kajian analisis semiotik dalam media massa film bagi para akademisi khususnya mahasiswa-mahasiswi bidang studi Broadcasting.

1. 4. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi para pembuat insan film dalam membuat karya film agar dapat memberikan pesan dan makna kepada komunikan dalam proses interpretasi melalui tanda-tanda.

1. 4. 3. Manfaat Sosial

Manfaat sosial bagi masyarakat umum, penulis berharap dari penelitian ini, masyarakat bisa mengambil nilai-nilai humanisme dalam film ke kehidupan yang nyata.

Referensi

Dokumen terkait

Edukasi Kreatif yang ditawarkan dari komik kesatria bela negara merancang pembaca webtoon untuk lebih dekat dengan cerita dan karakter karena lebih manusiawi,

Biaya, Risiko dan Potensi Keuntungan yang Lebih Besar Dibandingkan Keputusan pada Tingkat Fungsional.. Chapter 2 External Environment Chapter 3 Internal Environment Strategic

Dari hasil penelitian telah diperoleh membran dengan kinerja optimal sebagai material baru, yaitu membran hasil sintesis poliuretan dari minyak jarak oksidasi- terasetilasi dan

TPK m engum um kan hasil kegiatan dari Pengadaan melalui Penyedia di media informasi yang m udah diakses oleh m asyarakat, sekurang- kurangnya pada papan pengum um

pada pembelajaran memproduksi teks ulasan film adalah metode Mind mapping. Berdasarkan uraian diatas, peneliti sangat tertarik dengan melakukan. penelitian dengan judul “

Sedangkan beberapa fakta analisis hasil UKK Matematika siswa kelas VIII D, terkait tabel 4 di atas adalah sebagai berikut: (1) untuk tingkat kesukaran dengan kategori mudah,

Apa saja kebutuhan user dalam pembuatan rancangan konsep aplikasi mobile game yang persuasif untuk memotivasi mahasiswa untuk berolahraga. Bagaimana pembuatan

Karimunjawa, Teknik Pengamatan Isi Lambung Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Hasil Tangkapan di Das Poso, Sulawesi Tengah, Komposisi Hasil Tangkapan dan Aspek Penangkapan Purse