• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu dan anak secara tidak langsung, terutamapada daerah tropis dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu dan anak secara tidak langsung, terutamapada daerah tropis dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Infeksi parasit malaria merupakan salah satu kontribusi penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung, terutamapada daerah tropis dan subtropis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Secara umum, sekitar 3,3 milyar penduduk dunia berada di daerah endemis malaria, dan diperkirakan lebihdari 1 juta orang meninggal setiap tahunnya (termasuk anak-anak),sekitar 80% terjadi di Afrika dan 15% di Asia(Depkes RI, 2008a). Diperkirakan, 50 juta wanita tinggal di daerah endemis malaria dan kira-kira 10.000 kematian ibu terjadi setiap tahunnya, sekitar 200.000 bayi meninggal dari ibu yang menderita malaria, terjadi 400.000 kasus anemia berat akibat malaria, 8% hingga 14% dari semua bayi berat lahir rendah, dan 3% hingga 8% dari semua kematian bayi terjadi di Afrika (Houmsou et al., 2010).

Infeksi parasit malaria dalam kehamilan merupakan double trouble karena: lebih sering terjadi pada ibu hamil dibandingkanpopulasi umum. Hal ini terjadi karena gambaran klinis tidak khas adanya perubahan hormonal, imunologi dan hematologi, lebih berat adanya perubahan menjadikan risiko parasitemia meningkat 10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita tidak hamil. Selain itu lebih fatal karena manifestasi dari p.falsifarum dapat menjadi berat dan angka kematian meningkat 2 kali sebesar 13% dibandingkan wanita tidak hamil 6,5%(Kakkilaya, 2006). Pada umumnya, di daerah endemis, rata-rata ibu hamil mengalami infeksi sekali dalam kehamilannya dan akibatnya ibu menjadi kebal, sehingga

(2)

kadang-kadang tidak ditemukan parasit dalam pemeriksaan darah tepi (Clerk et al., 2009, Whitty et al., 2005).

Menurut epidemiologi malaria, pencegahan penularan dilakukan dengan memutuskan mata rantai infeksi pada manusia dan siklus nyamuk. Hal ini berkaitan erat dengan perilaku manusia untuk bertindak dan patuh melakukan praktik pencegahan. Hal ini dapat dilakukan jika individu atau masyarakat mendapat informasi kesehatan secara jelas dari sumber yang tepat. Informasi kesehatan tentang pencegahan dan pengobatan malaria dapat diperoleh dengan cara mengakses ke fasilitas kesehatan, dan informasi akan diberikan melalui konseling yang lengkap dan berkualitas (Akinleye et al., 2009, Mubyazi et al., 2005).

Angka prevalensi malaria di Indonesia secara umum menurun dari 21,2 pada tahun 2000 menjadi 19,67 tahun 2007 (Depkes RI, 2008b). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2012 bahwa angka insiden malaria penduduk Indonesia menurun dari 2,7% tahun 2007 menjadi 1,9% pada tahun 2013. Hal senada juga terjadi di Provinsi Papua tahun 2007 sebesar 28,6% menurun menjadi 9,8% tahun 2013(BPS et al., 2013). Menurut laporan pencapaian MDG’s 2011, target 6C tentang mengendalikan penyebaran penyakit malaria, mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015, pada indikator 6.6a angka kejadian malaria menurun (2011) 1,75 per 1.000 penduduk (status akan tercapai). Papua termasuk urutan 5 besar provinsi pengobatan efektif malaria (50,0%) dan juga termasuk dalam urutan provinsi tertinggi penduduk mengobati sendiri (4,1%). Angka

(3)

prevalensi malaria di Papua berdasarkan data diagnosis gejala sebesar 65,5% dan berdasarkan diagnosis sebesar 18,7%. Angka prevalensi pada Kabupaten Jayapura menurut diagnosis gejala sebesar 78,1% dan berdasarkan diagnosis sebesar 17,1% (Bappenas, 2012). Upaya penting untuk percepatan pencapaian target MDG’s 2015, terdapat 8 kegiatan utama dan urutan ke 7 adalah penguatan sumber daya manusia, dan dalam upaya mengurangi angka kejadian malaria, terutama didaerah endemis tinggi adalah pencegahan dan pengobatan merupakan kunci utama. Salah satu upaya pencegahan penyebarluasan malaria, yaitu: mengurangi penularan melalui perlindungan kepada usia rentan seperti bayi, anak-anak usia balita, serta ibu hamil dari gigitan nyamuk penular malaria dengan penggunaan kelambu berinsektisida (Bappenas, 2012).

Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura tahun 2011 (tidak dipublikasi), ada perubahan angka AMI (annual clinic malaria incidence) dan API (annual parasite incidence). Pada tahun 2006 AMI 420/1.000 penduduk turun menjadi 125 (2010), dan naik menjadi 165 (2011), sedangkan API(2006) sebesar 195 turun menjadi 103 (2010), tahun 2011 naik menjadi 158. Kenaikan AMI dan API pada tahun 2011, disebabkan kurang efektifnya kelambu berinsektisida yang dibagikan pada tahun 2008. Dengan menurunnya angka prevalensi dari tahun ke tahun, diharapkan dapat menunjang program pemerintah untuk tujuan eliminasi malaria pada tahun 2030 (BPS et al., 2013).

Merujuk program pemerintah dengan kegiatan utama diantaranya upaya penguatan SDM dan upaya perlindungan pada kelompok sasaran usia rentan, perlu dipertimbangkan adanya kegiatan pemberian informasi kepada petugas

(4)

maupun masyarakat dapat berupa penyuluhan secara umum ataupun secara individu. Konseling merupakan bagian dari suatu proses komunikasi 2 arah dalam rangka pembelajaran atau pemberdayaan pada sasaran dengan tujuan akhir adalah perubahan perilaku yang positif. Ada anggapan bahwa kualitas konseling akan meningkatkan pemahaman ibu, sehingga kemungkinan untuk melakukan tindakan pencegahan malaria dan komplikasinya dalam kehamilan akan lebih efektif (Geertruyden et al., 2005, Gies et al., 2008, Haileselassie and Ali, 2008). Miaffo et al. (2004) menyatakan bahwa masih ada ibu hamil yang belum memahami manfaat antenatal secara baik.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas konseling di puskesmas adalah: waktunya sangat singkat, sehingga informasi yang diberikan terbatas, dan tergantung pada kualifikasi petugas kesehatan yang tersedia (Boller et al., 2003, Pembe et al., 2010). Informasi yang diberikan hendaknya secara ilmiah (berdasarkan teori/keilmuan), benar, bermutu, serta sikap yang sopan, penuh keramahan dan kesabaran dari petugas (Smith et al., 2010). Faktor lain yang berpengaruh dan menunjang proses penyampaian informasi kesehatan atau konseling adalah media atau alat peraga. Media sangat membantu petugas dan klien dalam proses interaksi untuk penyampaian dan penerimaan pesan kesehatan dan memudahkan klien memahami materi yang diberikan, terutama bagi klien yang berpendidikan rendah. Konseling sebaiknya diberikan secara jelas dan berulang-ulang agar klien dapat memahami dengan baik, sehingga tujuan untuk perubahan perilaku dapat tercapai (Azwar, 2006, Suharjo et al., 2003).

Konseling tentang pencegahan infeksi parasit malaria menggunakan media, diasumsikan akan berdampak positif bagi ibu-ibu yang berada di daerah

(5)

endemis, terutama bagi ibu hamil yang lebih berisiko seperti: pada kehamilan pertama, ibu hamil yang berusia muda, usia kehamilan pada trimester pertama dan kedua (Browne et al., 2001, Singh et al., 2005, Ter Kuile et al., 2003). Program pencegahan infeksi parasit malaria dalam kehamilan rekomendasi WHO adalah: pemberian obat pencegah malaria secara berkala atau intermittent preventive treatment (IPT), pembagian kelambu berinsektisida atau insecticide treated nets (ITN) secara gratis dan merata, dan pelaksanaan manajemen kasus malaria dan anemia secara efektif. Program ini dilaksanakan di fasilitas kesehatan, yang terfokus pada antenatal care (ANC), terutama pada kunjungan pertama dan kedua (Gitau and Eldred, 2005, Wagbatsoma and Omoike, 2008, WHO, 2004, Yartey, 2006).

Dalam pelayanan antenatal, selain pemeriksaan fisik secara rutin dengan standar minimal, pelayanan penyuluhan dan konseling wajib diberikan terutama yang berkaitan dengan kondisi daerah-daerah endemis penyakit tertentu. Tujuannya adalah untuk memberi penjelasan dan pemahaman kepada klien akan kesehatannya dan upaya menjaga kesehatannya, sehingga diharapkan ada perubahan sikap. Menurut beberapa hasil penelitian, ketika pelayanan pemberian pengobatan dilakukan bersamaan dengan promosi atau penjelasan, maka hasilnya menurunkan angka prevalensi parasitemia secara bermakna dan kunjungan antenatal meningkat 3 kali dibandingkan dengan pelayanan pengobatan tanpa promosi atau penjelasan (Gies et al., 2008; 2009;Menéndez et al., 2007). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian informasi kepada klien merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu pelayanan kesehatan.

(6)

Berdasarkan beberapa penelitian tentang pemanfaatan kelambu, belum semua masyarakat melakukan dengan baik dan sesuai, cakupan masih rendah hanya 27% ibu hamil yang tidur menggunakan kelambu dari 109 negara endemis malaria, walaupun telah diberi penyuluhan secara berulang (Haileselassie and Ali, 2008, Sam-Wobo et al., 2008, Sukowati et al., 2003). Berbagai alasan tidak menggunakan kelambu antara lain: panas, kelambu mengandung zat kimia yang dapat membahayakan ibu dan anak. (Menéndez et al., 2007, Mubyazi et al., 2005). Bahkan, ada kelambu yang tidak dirawat secara baik, tetapi digunakan untuk mainan anak-anak dan hewan piaraan di kebun (Suharjo et al., 2003). Menurut hasil penelitian lain, penggunaan kelambu tidak efektif untuk mencegah anemia(Houmsou et al., 2010, Singh et al., 2005), dan tidak mengurangi malaria klinis dan berat badan lahir rendah (Menéndez et al., 2007).

Diasumsikan bahwa dengan pelayanan konseling secara langsung akan meningkatkan status kesehatan ibu hamil. Asumsi tersebut belum sepenuhnya didukung dengan bukti, bahkan ada ibu hamil yang masih ragu-ragu akan manfaat dari pengobatan pencegahan malaria (Haileselassie and Ali, 2008). Alwi (2007), mengemukakan bahwa masih ada ibu yang memilih memeriksakan kehamilan bukan ke petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh pendapat Ouma et al. (2007), bahwa kadang-kadang kunjungan dilakukan setelah umur kehamilan di atas 5 bulan, sedangkan sebelumnya ibu telah terkena infeksi parasit malaria dan anemia dan masih banyak ibu yang hamil pada usia muda.

Menurut Ghosh et al. (2006), pemberian pendidikan kesehatan yang benar dan informasi ilmiah pada masyarakat sangat bermanfaat dalam peningkatan

(7)

pengetahuan dan perubahan perilaku, terutama pencegahan melalui modifikasi lingkungan. Menurut (McPherson et al., 2010), pendekatan yang lebih efektif adalah dengan menggunakan media bergambar, namun belum banyak penelitian tentang konseling yang menggunakan media untuk pencegahan infeksi parasit malaria dalam kehamilan. Keberhasilan dari suatu proses konseling yang efektif adalah: materi konseling dengan media sebaiknya yang berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal di daerah pedesaan dan jenis rumah (Dicko et al., 2003). Selain itu, faktor perilaku kepatuhan dari masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan merupakan hal yang mendasar.

Berdasarkan analisis situasi perkembangan penyakit malaria di Papua, saat ini malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang memberikan sumbangan yang cukup tinggi terhadap angka kesakitan dan angka kematian ibu dan anak serta menurunkan produktivitas kerja. Penderita pada umumnya ditemukan di daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan dan sebagian besar adalah masyarakat berpenghasilan rendah dan tingkat pendidikan rendah. Kasus terbanyak adalah malaria tropika sebesar 59%, tersiana 34% dan sisanya adalah malariae dan campuran (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2006). Gambaran kondisi masyarakat secara umum berdasarkan laporan Litbang Provinsi Papua (tidak dipublikasikan, 2006), adalah perilaku masyarakat di Kabupaten Jayapura dalam pencegahan infeksi malaria masih rendah, terlihat dari kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari. Didukung dengan habitat spesies nyamuk an. koliensis, an. punctulatus, an. farauti, yang kesukaannya sebagai antrofofili, eksofagi, dan eksofili. Spesies ini

(8)

kebiasaan hidupnya pada tempat berair seperti rawa-rawa, sawah, selokan dengan permukaan air yang tenang (Suprapto, 2010, Yamtana et al., 2006). Jenis bangunan rumah dari papan yang memiliki celah pada dinding memudahkan nyamuk masuk keluar rumah. Kondisi geografis juga mendukung tingginya prevalensi malaria, karena area untuk pemukiman penduduk hanya 0,29%, dan sisanya masih berupa hutan, belukar, lahan terbuka, danau, rawa, yang sangat berpotensi sebagai tempat perindukan yang subur dari vektor nyamuk anopheles. Curah hujan rata-rata 162,6 mm2 perbulan dan hari hujan rata-rata 18,8 hari perbulan, suhu udara minimal 25.38 0C dan maksimal 31.89 0C rata-rata perbulan 28.64 0C (BPS Kabupaten Jayapura, 2013).

Berdasarkan laporan seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, data menunjukkan bahwa cakupan K1 sebesar 45% dan K4 sebesar 30%, ibu hamil anemia sekitar 65%, dan ibu malaria p.falsifarumtahun 2007 sebesar 13% menurun menjadi 10% (2008) dan 7% (2010). Pemeriksaan darah dilakukan menggunakan mikroskop dan rapid diagnostic test (RDT). Pada studi awal bulan Oktober 2009 pada 2 puskesmas di Kabupaten Jayapura, ditemukan dari 27 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, semua pernah mengalami sakit malaria. Hal-hal yang berkaitan dengan risiko malaria adalah tingkat pendidikan ibu sampai dengan SMA sebanyak 23 orang atau 85%, upaya mencari pertolongan pada petugas kesehatan 22 orang, upaya pencegahan dengan menggunakan kelambu 24 orang dan ada juga menggunakan obat anti nyamuk bakar, semprot dan oles. Pada studi awal ini tidak dilakukan wawancara mendalam dan observasi tentang pola mencari pengobatan dan perilaku pencegahan infeksi parasit malaria.

(9)

Pada awal Januari 2011, dilakukan observasi pada petugas puskesmas (5 orang) yang melakukan konseling pada ibu hamil, yaitu: konseling tanpa media dengan rentang waktu 4-6 menit, dan konseling dengan media dilakukan dengan rentang waktu 10-15 menit. Media yang digunakan adalah lembar balik (rata-rata 15 menit), dan media poster (sekitar 8-10 menit). Konseling dilakukan langsung di meja anamnesis setelah dilakukan pemeriksaan fisik, tidak dilakukan dalam ruangan khusus karena fasilitas terbatas dan tidak dilakukan respon dari ibu hamil. Perhitungan waktu untuk konseling dengan rasio petugas dan kunjungan ibu hamil per minggu rata-rata 1:10-15 orang, dan rata-rata waktu konseling 12-15 menit menggunakan media lembar balik.

Pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil pada kunjungan pertama adalah: pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan standar minimal, pemeriksaan darah malaria pada ibu kunjungan baru dan kontrol, jika positif segera diberikan pengobatan sesuai dengan jenis plasmodium dan dianjurkan kembali setelah 3 hari (setelah dosis obat malaria habis) untuk pengecekan darah ulang. Pada praktik sekarang, pengobatan pencegahan berkala tidak diberikan bagi ibu hamil yang hasil darahnya negatif, karena diasumsikan bahwa pengobatan pencegahan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi terhadap regimen obat anti malaria, dan ibu hanya diberi kelambu sebagai upaya pencegahan.

B. Permasalahan

Kajian-kajian yang telah dilakukan adalah tentang unsur-unsur kerangka konsep menjelaskan bahwa ibu hamil yang berisiko terinfeksi parasit malaria, adalah yang bertempat tinggal di desa, tingkat pendidikan rendah, tingkat

(10)

penghasilan rendah, kesadaran untuk berperilaku hidup sehat yang rendah. Sebagian besar penelitian mengaji faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan karena kurangnya pengetahuan, dan solusinya adalah perlu diberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan, sedangkan kajian tentang bentuk penyuluhan dan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan masih terbatas.

Merujuk uraian di atas, penelitian ini mencoba untuk meningkatkan pengetahuan dan memberdayakan ibu hamil agar mampu secara mandiri melakukan pencegahan infeksi parasit malaria. Hal ini dilakukan melalui konseling menggunakan media lembar balik yang berisi gambar dan penjelasan tentang malaria dan pencegahan, agar ibu hamil lebih mudah memahami informasi lewat gambar. Kajian tentang pengaruh konseling menggunakan media pencegahan infeksi parasit malaria dalam kehamilan dan memberdayakan ibu untuk mampu dan patuh melakukan tindakan pencegahan masih sangat terbatas, baik yang dilakukan di negara-negara berkembang maupun Indonesia, terutama di Papua.

Merujuk pada gambaran dan kondisi masyarakat di Papua yang diuraikan di atas, dan masih terbatasnya kajian dalam penelitian tentang pencegahan infeksi parasit malaria dalam kehamilan, penelitian ini difokuskan pada: 1. Identifikasi kondisi dan karakteristik ibu hamil yang berisiko terinfeksi parasit malaria terhadap perilaku melakukan tindakan pencegahan, 2. Pengetahuan ibu hamil yang rendah menyebabkan ketidakberdayaan, dan 3. Dapat tidaknya teknik konseling menggunakan media lembar balik meningkatkan pengetahuan ibu

(11)

hamil, sehingga ibu mampu dan berdaya untuk melakukan pencegahan infeksi parasit malaria.

Berdasarkan batasan masalah di atas, rencana penelitian yang akan dilakukan dengan rancangan eksperimen adalah memberi perlakuan berupa konseling kepada ibu hamil dengan menggunakan media lembar balik dengan metode SATU TUJU. Metode tersebut telah lama digunakan oleh BKKBN untuk menjelaskan jenis alat kontrasepsi kepada akseptor baru (Kim and Lettenmaier, 1995). Metode SATU TUJU adalah metode konseling berupa langkah-langkah disingkat menjadi kata SATU TUJU, yaitu: SA: memberi salam, T: menanyakan identitas dan hal yang berkaitan dengan kondisi klien, U: uraikan tentang hal-hal berkaitan dengan masalah yang dihadapi, TU: membantu klien melakukan tindakan disesuaikan dengan kondisi rumah dan keluarga, J: menjelaskan cara pencegahan dan penggunaan obat, U: mengulangi penjelasan dan membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang atau merujuk jika perlu.

Untuk menilai peningkatan pengetahuan dilakukan pre-test dan post-test tentang pencegahan infeksi parasit malaria. Kegiatan ini dilakukan di fasilitas kesehatan ketika ibu hamil berkunjung untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Untuk mengevaluasi efek perlakuan dan efek media, akan dibuat catatan perkembangan tentang kegiatan ibu di rumah, setiap kali ibu hamil melakukan kunjungan ulang, dan akan dibandingkan dengan kelompok yang menerima konseling tanpa media lembar balik.

(12)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum:

Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil melalui pemberian konseling menggunakan media lembar balik dengan metode SATU TUJU agar patuh melakukan tindakan pencegahan infeksi malaria di Kabupaten Jayapura. 2. Tujuan khusus:

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil yang berisiko terinfeksi parasit terhadap tindakan pencegahan.

b. Mengkaji pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan infeksi parasit malaria.

c. Mengkaji sikap ibu hamil melakukan pencegahan infeksi parasit malaria. d. Mengkaji hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan tindakan

pencegahan infeksi parasit malaria.

e. Mengkaji pengaruh konseling menggunakan media lembar balik terhadap kepatuhan melakukan pencegahan infeksi parasit malaria.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis

Pembuktian secara ilmiah bahwa konseling menggunakan media lembar balik akan lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman dan memberdayakan ibu hamil untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat untuk melaksanakan tindakan pencegahan infeksi malaria, hubungannya dengan menurunkan kejadian komplikasi dalam kehamilan.

(13)

Konseling pada kunjungan pertama di fasilitas kesehatan merupakan langkah awal untuk memberdayakan ibu, dan setelah itu diikuti dengan pengawasan melalui catatan perkembangan kegiatan ibu yang berkaitan dengan tindakan pencegahan, serta mengetahui tingkat pemahaman tentang kesehatan khususnya malaria. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya, dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang model konseling menggunakan media sebagai sarana komunikasi dan informasi yang baik terhadap pencegahan dini pada malaria.

2. Secara praktis

Konseling menggunakan media lembar balik akan lebih efektif dan lebih bermanfaat dalam pelaksanaan program pencegahan terhadap infeksi parasit dan komplikasi malaria dalam kehamilan. Bagi pemberi pelayanan diharapkan menjadi lebih profesional dan dapat diaplikasikan secara tepat, pada sasaran yang tepat dengan situasi yang tepat. Memberi kontribusi informasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola kebijakan penanggulangan malaria dalam kehamilan untuk mempertimbangkan model konseling menggunakan media tepat guna dan tepat sasaran di Kabupaten Jayapura, dan membantu percepatan program eliminasi malaria tahun 2030 di Papua. Bagi ibu hamil dan keluarga, untuk memberdayakan dan meningkatkan kemandirian dalam upaya praktik pencegahan dini terhadap infeksi parasit malaria dan komplikasinya.

(14)

E. Keaslian Penelitian

Beberapa hasil penelitian yang merupakan rujukan dalam penelitian ini antara lain :

1. McPherson et al. (2010), melakukan penelitian berjudul, Process evaluation of a community-based intervention promoting multiple maternal and neonatal care practices in rural Nepal. Penelitian tersebut mengevaluasi masyarakat setelah dilakukan promosi di tingkat rumah tangga. Promosi dilakukan dengan menggunakan kartu bergambar, hasilnya merupakan pendekatan yang efektif untuk menyampaikan pesan kesehatan, dapat diterima dengan mudah dan meminimalisasi pemahaman berganda, namun materi dalam media gambar tersebut berisi beberapa topik. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pemberian konseling menggunakan media gambar. Perbedaannya pada materi konseling yang terfokus pada malaria dalam kehamilan, diberikan di puskesmas dan diamati menggunakan catatan perkembangan, tempat penelitian di Kabupaten Jayapura Papua.

2. Gies, et al. (2008),melakukan penelitian berjudul A community effectiveness trial of strategies promoting intermittent preventive treatment with sulphadoxin-pyrimethamine in pregnant women in rural Burkina Faso. Penelitian tersebut menggunakan rancangan eksperimen dengan kelompok pembanding. Intervensi atau perlakuan berupa pemberian pengobatan malaria bersamaan dengan promosi kepada ibu hamil dibandingkan dengan pemberian obat tanpa promosi. Hasilnya, penggunaan pengobatan berkala menunjukkan hasil 2 kali lebih baik pada ibu yang mendapat pengobatan

(15)

dengan promosi (70%) dibandingkan dengan pengobatan tanpa promosi (49%). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah memberi konseling kepada ibu hamil di fasilitas kesehatan. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan ini menggunakan media dan pengamatan menggunakan catatan perkembangan di puskesmas, tempat penelitian di Kabupaten Jayapura Papua.

3. Mbonye, et al. (2008), melakukan penelitian berjudul “Intermmitent preventive treatment of malaria in pregnancy: a community-based delivery system and its effect on parasitemia, anemi and low birth weight in Uganda”. Pendekatan dengan melakukan kampanye pencegahan malaria dalam kehamilan yang diberikan kepada masyarakat. Hasilnya ibu lebih patuh dan lebih percaya pada petugas yang mengunjungi dan mengawasi pasien di rumah. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pemberian informasi pencegahan malaria kepada ibu hamil. Perbedaannya, penelitian ini dilakukan di puskesmas dan menggunakan media dan diamati menggunakan catatan perkembangan, tempat penelitian di Kabupaten Jayapura Papua. 4. Pembe, et al. (2010), melakukan penelitian berjudul Quality of antental care

in rural Tanzania: counselling on pregnancy danger signs. Konseling dilakukan di puskesmas untuk memperbaiki kualitas pelayanan antenatal. Klien sadar bahwa tanda bahaya pada kehamilan itu penting, namun, informasi yang diberikan terbatas karena waktu sangat singkat. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pemberian informasi kepada ibu hamil di puskesmas. Perbedaannya, penelitian ini dilakukan di puskesmas dan

(16)

menggunakan media lembar balik dan diamati menggunakan catatan perkembangan, tempat pelaksanaan di Kabupaten Jayapura Papua.

Referensi

Dokumen terkait

X : Treatment model problem solving Pada tahap uji coba ini dilakukan 3 kali pertemuan di dalam kelas untuk memperoleh data mengenai ketuntasan belajar siswa

Kajian Maryetti (2007) juga berupaya untuk melihat aspek struktur dalam makanan tradisional Minangkabau. Akan tetapi perspektif struktur yang dipakai.. Maryetti tampak jauh

Untuk mengetahui apakah sediaan lipstik ekstrak etanolik mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) tidak menyebabkan iritasi primer pada hewan uji... Daunnya

Pulasan IHK p53 dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam membedakan adenokarsinoma serosum high grade yang berkembang pada jalur patogenesis tipe II,

Di sisi lain, ayam kampung memiliki sifat kualitatif yang seragam hanya pada warna bulu dan kerlip bulu ayam kampung jantan, sedangkan pada warna bulu ayam

Dari proses pengujian diatas dapat dilihat bahwa Aplikasi JIBAS yang digunakan oleh SMA Negeri 9 Padang dapat memenuhi kebutuhan dari pihak sekolah dan laporan

Ada tambahan grafik soal yang berisi daya beda butir soal objektif, essay, dan gabungan; tingkat kesulitan soal objektif, essay dan gabungan, dan kualitas butir soal objektif,

Modul ini dikembangkan dengan tujuan agar mahasiswa mengerti, memahami masalah Penggunaan Obat yang Rasional ( POR ); memahami dan berkemampuan cara mengidentifikasi masalah POR;