• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9

1

BAB II

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Ibu Hamil 2.1.1 Pengertian

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan kompllikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/ senam hamil (Kemenkes RI, 2012). Kegiatan dalam kelas ibu hamil adalah pembahasan materi buku KIA dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang diikuti diskusi dan tukar pengalaman antara ibu hamil/suami/keluarga dan petugas kesehatan.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta masimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman, tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksankan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil, yang terdiri atas buku KIA, lembar balik (flip chart), pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu hamil. Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang telah mendapakan pelatihan fasilitator kelas ibu hamil atau melalui on job training (Kemenkes RI, 2012).

(2)

Beberapa keuntungan kelas ibu hamil antara lain (Kemenkes RI, 2012) : 1 Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas

ibu hamil yang memuat mengenai (1) pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, (2) persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, (3) pencegah penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat, (4) perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal serta (5) aktifitas fisik ibu hamil.

2 Materi lebih komperhensif sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil sebelum penyajian materi

3 Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu

4 Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik

5 Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan

6 Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan

7 Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.

2.1.2 Tujuan Kelas Ibu Hamil

2.1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta bayi sehat, perawatan bayi baru

(3)

lahir agar tumbuh kembang optimal, serta aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2012).

2.1.2.2 Tujuan Khusus

1 Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu hamil/ suami/ keluarga/ dengan ibu hamil/ suami/ keluarga) dan antara ibu hamil/ suami/ keluarga dengan petugas kesehatan/ bidan tentang (1) pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, (2) persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, (3) pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat, (4) perawaan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal serta (5) aktivitas fisik ibu hamil.

2 Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :

a) Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat (apakah kehamilan itu?, tanda kehamilan, keluhan yang sering dialami ibu hamil, perubahan fisik ibu hamil, perubahan emosional ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan pada ibu hamil, menjaga ibu dan janin sehat, hal-hal yang harus dihindari oleh ibu selama hamil, mitos/tabu, dan persiapan menghadapi persalinan.

b) Persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat (tanda-tanda awal persalinan, tanda-tanda persalinan, proses persalinan, inisiasi menyusu dini (IMD), KB pasca persalinan, pelayanan nifas, menjaga ibu bersalin dan nifas serta bayi seta, hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas)

c) Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan agar ibu dan bayi sehat (penyakit malaria, gejala dan akibatnya, cara penularan malaria, cara pencegahan malaria, infeksi menulas seksual (IMS), gejala umum, HIV dan AIDS, cara pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil, Kurang ebergi kronis (KEK), Anemia,

(4)

tanda bahaya pada kehamilan, tanda bahaya pada persalinan, tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas, dan sindroma pasca melahirkan).

d) Perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optima (tanda bayi lahir sehat, perawatan bayi baru lahir, pelayanan neonates (6 jam – 28 hari), tanda bahaya pada bayi baru lahir, cacat bawaan, perawatan metode kangguru (PMK), posisi dan perlekatan menyusui yang benar, pemberian imunisasi, menjaga bayi agar sehat, hal-hal yang harus dihindari, mitos dan akta kelahiran).

e) Aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2012).

2.1.3 Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta ibu hamil sebaiknya semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut, dengan usia kehamilan 4-36 minggu, atau pada usia kehamilan 22-36 minggu untuk mengikuti kegiatan tambahan dalam kelas ibu hamil yaitu senam hamil. Pada usia kehamilan tersebut ibu sudah cukup kuat, tidak takut terjadi keguguran, dan efektif untuk mengikuti senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lain (Kemenkes RI, 2012).

2.1.4 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat

1. Fungsi dan peran (Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas)

Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran pada masing-masing level yaitu Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas

(5)

2. Fasilitator dan Narasumber

Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (melalui on the job training) dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitas kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan nara sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil adalah ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup, alat tulis menulis, buku KIA, lembar balik kelas ibu hami, buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, alat peraga (KB kit, food model, boneka, dll), tikar/karpet, bantal, kursi, buku senam hamil, dan CD senam hamil.

4. Tahapa Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil a) Pelatihan bagi pelatih

b) Pelatihan bagi fasilitator

c) Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan

steakholder

d) Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil e) Pelaksanaan kelas ibu hamil

f) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1.5 Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan,

(6)

materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dapat dilakukan aktifitas fisik/senam ibu hamil. Aktivitas fisik/ senam ibu hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setalah sampai dirumah diharapkan dapat dipraktekkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit.

2.1.6 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negative pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk menilai dan memantau pelaksanaan kelas ibu hamil. Seluruh pelaksanaan kegiatan dalam kelas ibu hamil dibuatkan pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Semakin baik pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya

(7)

kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas maka akan membuat ibu hamil mampu mengambil keputusan dan menentukan tindakan untuk mengikuti kelas ibu hamil.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Mubarak (2007) adalah :

1). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat dipungkiri makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya.

2). Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik maupun kurang baik akan berpengaruh terhadap psikologis seseorang dan akhirnya dapat membentuk sikap positif maupun negatif dalam kehidupannya.

3). Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Aspek fisik meliputi perubahan ukuran, proporsi, dan ciri-ciri baru. Aspek psikologis atau mental berhubungan dengan taraf berfikir seseorang yaitu semakin bertambah umur makan akan semakin matang dan dewasa.

4). Sumber Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. Informasi dapat diperoleh dari petugas kesehatan, petugas non kesehatan, dan media massa. Menurut Notoatmodjo (2003) bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas

(8)

5). Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan lebih banyak, karena dengan bekerja seseorang akan lebih banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.

2.3 Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Persepsi ibu hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik dari faktor intenal maupun eksternal terhadap objek yang sama, sehingga nantinya akan mempengaruhi perilaku ibu tehadap pelaksanaan kelas ibu hamil. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

2.3.1 Pengertian Persepsi

Kotler (2000) menyebutkan persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambar dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Individu dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena ada tiga persepsi yaitu persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.

Persepsi menurut Wiji Suwarno (2009) adalah suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang, penginderaan ini mengakibatkan manusia mulai memberikan penilaian baik atau buruk, enak atau tidak enak, dan lain-lain. Kemuadian penilaian itu dijadikan suatu kesan yang dapat menstimulus kegiatan untuk

(9)

mengadaptasi diri. Jika penilaian seseorang terhadap sesuatu baik, maka akan mengulangi kegiatan tersebut di kesempatan lain.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan atau menanggapi yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2.3.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut :

1 Adanya Objek yang dipersepsi

2 Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi

3 Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

4 Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya. Menurut Notoatmodjo (2010) Faktor penyebab yang mempengaruhi persepsi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor Eksternal dan Internal

2.3.3.1 Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang

(10)

sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam individu. Faktor ini lebih didominasi oleh keadaan individu tersebut dalam mengartikan dan memahami persepsi. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil persepsi, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan psikologis. Apabila segi fisiologisnya (jasmani) terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 2010). Adapun yang termasuk ke dalam faktor internal adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

1. Pengalaman/Pengetahuan, yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

2. Harapan atau expectation terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

4. Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.

5. Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. 6. Budaya, seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.

(11)

2.3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu. Dalam hal ini adalah stimulus dan lingkungan. Lingkungan yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh pada persepsi, terlebih apabila objek persepsi adalah manusia. Objek yang sama tetapi dengan stimulus sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda (Walgito. 2003). Apa yang kita perhatikan dipengaruhi oleh faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determin (faktor yang menentukan) perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention

getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain

gerakan, intensitas stimuli, hal-hal yang baru, dan peluang.

2.4 Perilaku

Menurut Bimo Walgito perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal yang memberikan respon eksternal. Stimulus internal adalah stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis, dan stimulus eksternal adalah segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respon juga sangat tergantung pada karakteristik seseorang.

Pengertian perilaku dapat disimpulkan sebagai totalitas dari pengahayatan dan reaksi seseorang yang langsung terlihat atau tidak terlihat. Timbulnya perilaku akibat interelasi stimulus internal dan eksternal yang diperoses melalui kognitif, afektif dan motorik.

(12)

2.4.1 Teori Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model (HBM) dikenal sebagai model pengharapan suatu nilai,

yang intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri dalam perilaku sehat bila mereka meniai hasil (menjadi sehat) terkait perilakunya dan mereka berfikir bahwa perilaku tersebut dapat memberikan hasil (Edberg,2007). Berdasarkan teori ini maka ada beberapa pertimbangan yang menetukan perhatian perilaku kesehatan seperti :

1. Perceived Susceptibility adalah anggapan akan adanya ancaman penyakit yang bisa menimpa seseorang. Ini berarti bahwa seseorang baru akan bertindak jika telah dirasakan adanya ancaman suatu penyakit terhadap dirinya.

2. Perceived Severity/ Seriousness yaitu pertimbangan terhadap tingkat keseriusan suatu ancaman. Semakin serius suatu ancaman penyakit maka semakin kuat dorongan seseorang bertindak untuk menghindarinya.

3. Perceived Benefit yaitu pertimbangan keuntungan yang selalu menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil suatu tindakan. Jika tindakan/perubahan perilaku yang dianjurkan dipandang menguntungkan maka seseorang cenderung akan bertindak atau berubah perilakunya. Keuntungan ini bisa berupa pertimbangan bahwa perilaku/tindakan yang diambil akan efektif atau efisien dalam menghindari atau mengobati suatu ancaman penyakit

4. Perceived Barrier yaitu pertimbangan hambatan yang mungkin akan dihadapi dalam mengambil suatu tindakan atau perubahan perilaku. Hambatan tersebut bisa berupa pertimbangan biaya yang mahal, mengandung bahaya, tidak menyenangkan atau memakan waktu yang lama.

(13)

5. Other variabel yaitu variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi tindakan/perilaku seperti faktor umur, pendidikan, psikologi, dan faktor social lainnya.

6. Self Efficacy, variabel ini menyangkut kemampuan diri seseorang untuk bertindak atau mengubah perilakunya atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk perubahan perilaku yang kompleks yang membutuhkan waktu lebih lama. Berikut adalah bagan teori Health Belief Model :

(14)

Gambar 2.1

Helath Belief Model (dari Backer MH, Haefner DP, Kasl SV, dkk. Model psikososial

dan korelasi yang dipilih berhubungan dengan perilaku kesehatan individu. Med Care 1977 dalam Pender, 1996)

Variabel demografi (umur, jenis kelamin, agama, dll) Variabel sosiopsikologi (kepribadian, kelas social, dll)

Variabel structural (pengetahuan tentang penyakit, lama kontak dengan penyakit, dll

Persepsi manfaat dari tindakan preventif dikurangi persepsi hambatan dari tindakan preventif Kemungkinan mengambil tindakan preventif yang dianjurkan Persepsi ancaman

dari suatu penyakit Persepsi kerentanan

terhadap penyakit dan persepsi keseriusan dari suatu penyakit

Dorongan untuk bertindak - Media massa

- Sarana dari yang lain - Postcard

- Penyakit dari anggota keluarga atau teman

(15)

2.4.2 Proses Adopsi Perilaku

Rogers (1986) seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi melalui proses yaitu :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Interest yaitu orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut dalam dirinya)

4. Trial yaitu seseorang sudah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption adalah orrang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Herri Zan Piter dan Namora Lumongga Lubis (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :

1. Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau perubahan-perubahan secara mendalam dari hasil pengalaman dari rangsangan eksternal dan keadaan fisiologis. Dengan emosi seseorang terangsang untuk memahami objek atau perubahan yang disadari sehingga memungkinkan mengubah sikap atau perilakunya. Bentuk emosi yang berhubungan dengan perubahan perilaku yaitu rasa marah, gembira, bahagia, sedih, cemas, takut, benci dan sebagainya

2. Persepsi adalah pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan yang lain sebagainya. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Melalui persepsi

(16)

seseorang mampu untuk mengetahui atau mengenal objek melalui alat penginderaan. Persepsi dipengaruhi oleh minat, kepentingan, kebiasaan yang dipelajari, bentuk, latar belakang, kontur kejelasan, atau kontur letak.

3. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil motivasi akan terwujud dari perilakunya, karena dengan motivasi individu terdorong memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosial.

4. Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar berkaitan dengan kematanagn dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial dan kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilakunya. 5. Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap

situasi-situasi baru secara cepat dan efektif serta memahami berbagai interkonektif dan belajar dengan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif.

2.5 Penelitian Terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi Handayai, 2014 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil di kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain case control, kasus dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berpartisipasi dalam kelas ibu hamil sedangkan control adalah ibu hamil yang tidak pernah berpartisipasi dalam kelas ibu hamil. Sampel yang digunakan adalah 45 untuk kasus dan 45 untuk control yang dipilih melalui consecutive sampling, data dianalisis secara bivariate menggunakan uji chi square dan secara multivariate menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitiannya adalah faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil di Kota Denpasar tahun 2014 adalah status bekerja, pengetahuan, sikap dan dukungan suami.

(17)

Dukungan suami merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil

Penelitian yang dilakukan oleh Linarsih tahun 2012 tentang Pengaruh Kelas Ibu Hamil Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Ibu Hamil Mengenai Kesehatan Ibu dan Anak Di Wilayah Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan jumlah sampel 42 ibu hamil. Uji statistic yang digunakan adalah paired sampel t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, ketrampilan sebelum dan sesudah pelatihan, sehingga program kelas ibu hamil perlu dikembangkan untuk menekan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ratifah tahun 2013 dengan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tenang kelas ibu hamil dengan motvasi ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil di Puskesmas 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 76 responden ibu hamil dengan cara total sampling.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Struktur histologi jaringan hati ikan jambal siam ( Pangasius hypopthalmus ) yang diberi pakan mengandung ekstrak kurkumin dan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila

Untuk mengetahui perbandingan dari hasil variasi skew angle , blade area ratio serta penambahan Kort Nozzle C Tipe Shushkin Nozzle terhadap pressure dan Streamline

Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa fiqh Syafi’i adalah fiqh yang lahir karena kondisi masyarakatnya sehingga dengan adanya dua kota yang merupakan tempat yang

Namun untuk kepentingan yang bersifat rahasia, komputasi dan penyimpanan datanya dilakukan dalam private cloud, community cloud, atau bahkan infrastruktur tradisional

Untuk contoh basah atau bahan yang berkadar air tinggi dan cairan harus dikeringkan dahulu dalam oven pengeringan dapat juga dengan hotplate atau penangas air.. Tahap

Nya, dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berdosa tidak akan memperbuat dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa tepung daun katuk cenderung menurunkan berat badan pada ayam broiler, tetapi meningkatkan produksi telur pada ayam petelur.. Suplementasi

Faktor koreksi yang digunakan pada model konstanta pengeringan dapat meningkatkan COD antara model dengan pengukuran untuk udara pengering dan menurunkan error