• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Abdullah * Kata kunci: keselamatan, Islam, Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Abdullah * Kata kunci: keselamatan, Islam, Katolik"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi atas Pemahaman Jamaah Masjid Hikmah dan Gereja Katolik Santo Yosep Gotong-gotong

Kelurahan Pisang Selatan Kota Makassar)

Oleh: Abdullah *

Abstrak

Pengertian keselamatan adalah selamat, tidak cacat, damai, keadaan sejahtera serta taat dan tunduk. Semua cendekiawan baik Islam maupun Katolik sama-sama memahami bahwa keselamatan adalah suasana yang dirasakan seorang hamba dalam keadaan damai baik di dunia maupun di akhirat.

Pandangan Jamaah masjid Hikmah tentang keselamatan di dunia adalah keselamatan yang dirasakan oleh jamaah yang taat kepada Allah s.w.t. dalam pengertian luas dan keselamatan akhirat merupakan rahmat-Nya. Golongan yang selamat adalah yang berbuat sesuai syari'at Islam, sedangkan menurut jamaah gereja Gotong-gotong keselamatan di dunia atau akhirat adalah keselamatan kasih-Nya sebagai penebus dosa dan penguasa kerajaan surga, sedangkan golongan yang selamat adalah mereka yang selalu menjadikan diri sebagai saudara Allah.

Kata kunci: keselamatan, Islam, Katolik A. Pendahuluan

Agama dalam relevansinya dengan sosial kemasyarakatan mempunyai dua kekuatan luar biasa. Bisa menjadi kekuatan pemersatu

(centripetal)1 dan bisa juga menjadi kekuatan pemecah belah (sentrifugal)2.

Jika agama dapat menjadi kekuatan pemersatu, maka dalam kehidupan suatu masyarakat plural akan tercapai suatu kondisi kehidupan yang selamat dan damai. Tapi jika agama menjadi sentrifugal, maka cita-cita toleransi dan harmonisasi dalam suatu kehidupan bermasyarakat plural justeru menjadi bencana.

Kedamaian suatu agama, khususnya Islam dan Katolik, merupakan upaya yang harus ditingkatkan dalam rangka mencapai keselamatan. Doktrin Islam senantiasa mengajarkan keselamatan baik keselamatan dunia maupun keselamatan di akhirat. Keselamatan di sini bukan dari

* Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Makasar.

1Sentripetal (pemersatu) dalam pengertian sebagai wadah pemersatu visi dan misi

kebangsaan dalam membangun sains dan teknologi, ekonomi, politik, budaya dan hubungan umat beragama.

2Sentrifugal (pemecah belah) maksudnya apabila agama disalahpahami maka akan

(2)

aspek kemakmuran tetapi keselamatan batin, meskipun kemakmuran tidak dapat diabaikan namun perlu kemakmuran yang religius. Keselamatan seperti ini merupakan bagian dari cita dan pengalaman jamaah masjid Hikmah Kelurahan Pisang Selatan Kota Makassar. Sebagai legitimasi teologis bahwa terdapat ayat-ayat al-Qur'an yang mengajarkan tentang keselamatan, dan volumenya cukup banyak antara lain: keselamatan yang diberikan Allah kepada para nabi-nabi terdahulu seperti Nabi Ibrahim QS: Thaha: 47 dan (QS Hud/11: 69)

ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﺕَﺀﺎﺟ

ﺎﻨﹸﻠﺳﺭ

ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﹺﺇ

ﻯﺮﺸﺒﹾﻟﺎﹺﺑ

ﹸﻟﺎﹶﻗ

ﺍﻮ

ﺎﻣﺎﹶﻠﺳ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻡﺎﹶﻠﺳ

ﺎﻤﹶﻓ

ﹶﺚﹺﺒﹶﻟ

ﹾﻥﹶﺃ

َﺀﺎﺟ

ﹴﻞﺠﻌﹺﺑ

ﺬﻴﹺﻨﺣ

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

Untuk mengetahui lebih jauh tingkat pemahaman umat Islam dan Katolik tentang keselamatan, maka obyek penelitian ini dipusatkan di Masjid Hikmah (Jl. Gunung Nona) dan Gereja Santo Yosep Gotong-gotong (Jl. G. Latimojong) Kelurahan Pisang selatan Kota Makassar Sulawesi Selatan.

B. Epistemologi Keselamatan

Secara etimologi, istilah keselamatan berasal dari bahasa Arab yang

terdiri dari huruf

menjadi

ﻢﻠﺳ

artinya selamat, sejahtera, selamat

dari bahaya,3 sedangkan kata

ﻪﳌﺎﺳ

artinya berdamai atau mengajak damai4.

Kata ini juga menjadi

ﺔﻣﻼﺳﺍ

artinya selamat, keadaan tidak cacat.5 Istilah

keselamatan dalam al-Qur'an sangat bervariasi, baik bentuk maupun maknanya. Penelitian ini membatasi istilah keselamatan dalam bentuk

ﺔﻣﻼﺴﻟﺍ

(salam) artinya selamat, keadaan tidak cacat. Kata ini membentuk

kata

ﻢﻠﺴﻟﺍ

-

ﻢﻠﺴﻟﺍﻭ

yang secara bahasa memiliki pengertian ketentraman,

kedamaian, hormat, selamat, ketundukan6.

3 Istilah salima mengandung arti selamat dari bahaya, damai Lihat, Ahmad Warson

Munawwir, Kamus Almunawwir Arab–Indonesia Terlengkap, Cet. 25; (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), p. 654.

4 Ibid. 5 Ibid., p. 655. 6 Ibid.

(3)

Istilah keselamatan tersebut erat kaitannya dengan kata “Islam” yang berarti “tunduk” atau “menyerah”. Ibn Taimiyyah memberikan penjelasan makna “al-Islam” mengandung dua makna; pertama, ialah sikap tunduk dan patuh, jadi tidak sombong; Kedua, ketulusan dalam sikap tunduk

kepada satu pemilik atau penguasa,7 seperti yang difirmankan Allah QS.

Al-Zumar (39):29. Jadi orang berislam adalah orang yang taat kepada Tuhan dan tidak musyrik serta taat kepada hukum Tuhan istilahasuk di dalam hatinya memiliki kecenderungan damai selalu baik terhadap dirinya, orang lain, sesama mahluk, damai terhadap alam semesta, lebih-lebih selalu merasa damai dalam kasih Tuhannya.

Istilah salam akan dikembangan dalam penelitian ini mencakup

keselamatan individu-kolektif, keselamatan dunia-akhirat, serta

keselamatan lahiriyah dan batiniah. Konsep keselamatan (

ﻢﻠﺳ

) di dalam

al-Qur'an seluruhnya terdapat 157 ayat, antara lain: Surat al-Baqarah (2):71, 102, 112, 128, 131, 132, 133, 136, 208, 233; Surat Ali-Imran (3):19, 20, 52, 64, 67, 80, 83, 84, 85, 102; Surat An-Nisaa’ (4):65, 90, 91, 92, 94, 125, 163; Surat al-Maa-idah (5): 3, 16, 44, 111; Surat al-An’aam (6): 14, 35, 54, 71, 84, 125, 127, 163; Surat al-A’raaf (7):46, 126; Surat al-Anfaal (8): 43, 61; Surat at-Taubah (9): 74; Surat Yunus (10): 10, 25, 72, 84, 90; Surat Huud (11): 14, 48, 69; Surat Yusuf (12): 101; Surat ar-Ra’d (13): 24; Surat Ibrahim (14): 23; Surat al-Hijr (15): 2, 46, 52; Surat an-Nahl (16): 28, 32, 81, 87, 89, 102; Surat Maryam (19): 15, 33, 47,62; Surat Thaaha (20):47; Surat al-Anbiyaa’ (21): 69, 78, 79, 81, 108; Surat al-Hajj (22): 34, 78; Surat an-Nuur (24): 27, 61; Surat al-Furqaan (25): 63, 75; Surat asy-syu’araa’ (26): 89; Surat an-Naml (27): 15, 16, 17, 18, 30, 31, 36, 38, 42, 44, 59, 81, 91; Surat al-Qashash (28): 53, 55; Surat al-Ankabuut (29): 46; Surat Ar-Ruum (30): 53; Surat Luqman (31): 22; Surat al-Ahzab (33): 35, 44, 56; Surat Saba’ (34): 12; Surat Yaasiin (36): 58; Surat ash-Shaaffaat (37):26, 79, 84, 103, 109, 120, 130, 181; Surat Shaad (38): 30, 34; Surat az-Zumar (39):12, 22, 29, 54, 73; Surat al-Mu’min (40):33; Surat az-Zukhruf (43):69, 89; Surat al-Ahqaaf (46):15; Surat Muhammad (47):35; Surat al-Fath (48):16; Surat al-Hujuraat (49):14, 17; Surat Qaaf (50):34; Surat adz-Zaariyaat (51):25, 36; Surat ath-Thuur (52):38; Surat al-Waaqiy’ah (56):26, 91; Surat al-Hasyr (59):23; Surat ash-Shaaff (61):7; Surat at-Tahriim (66):5; Surat al-Qalam (68):35, 43; Surat al-Jin (72):14; Surat al-Qadr (97):5.

7Pandangan Ibn Taimiyyah ini menjadi dalih bagi Nurcholish Madjid dalam

mengembangkan istilah al-Islam kepada pengertian yang lebih rasionil dan universal. Lihat, Nurcholish Madjid et.al., Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, cet. I, (Jakarta: Paramadina, 1991), p. 467.

(4)

Konsep keselamatan dalam Katolik secara etimologi dan epistemologi memiliki persamaan dengan pandangan Islam, yaitu sama-sama berasal dari bahasa Arab. Hal ini terbukti bahwa perspektif Alkitab (Injil) istilah dasar ‘selamat’ berasal dari bahasa Arab yaitu “salam” artinya keadaan baik, keutuhan. Dalam Injil, disebut Al-Salam yang artinya ‘Yang

bebas dari kekurangan apapun; daar al-salam8 adalah –firdaus.

Berangkat dari pengertian keselamatan yang dirujuk dari kata salam dan shalom, maka akan dikemukakan beberapa surat dalam Injil tentang keselamatan sebagai landasan epistemologis. Surat-surat dimaksud antara lain; Matius 8:1-4, Matius 8:14-17, Markus 1:40-45, Lukas 5:12-16 (tentang Yesus menyembuhkan orang Kusta), Matius 9: 1-8, Markus 2:1-12, Lukas 5:17-26 (orang lumpuh disembuhkan). Dalam Markus 1:29-34, Matius 8:14-17, dan Lukas 4:38-41, (Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain). Dari sejumlah surat yang menjelaskan tentang keselamatan tersebut di atas, terulang masing-masing tiga kali, yang terkadang konsep keselamatan itu disebut pada surat Matius, Lukas, dan markus memiliki teks yang sama.

Secara rinci surat-surat yang menjelaskan tentang keselamatan yang diberkati dan secara langsung dilakukan oleh Yesus seperti pada surat Matius 8:14-17.

"Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegangnya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya, ia pun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita

dan menanggung penyakit kita”9

Beberapa pandangan jamaah masjid Hikmah tentang keselamatan, di antaranya, Muhammad Nur Hadi mengemukakan bahwa keselamatan adalah sebagai berikut:

"Keselamatan berasal dari bahasa Arab dengan kata Salam artinya damai, selamat, tidak terganggu di mana suasana ketenangan batin seorang

8Konsep dar salam sangat berkaitan dengan ummah. Dar al-Islam digandengkan

dengan dar al-Harb atau “wilayah perang” yang di dalamnya muslim tidak dapat hidup dan melaksanakan agama mereka dengan mudah karena syari'ah bukan hukum yang dipakai di daerah tersebut dan selalu ditempati kaum minoritas muslim di berbagai tempat di wilayah tersebut. Istilah dar al-Islam dikenal dalam kalangan Kristen sebagai “Christendom. Lihat Sayyed Hosein Nasr, The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Islam untuk kemanusiaan, Cet. I, (Bandung: Mizan, 2003), p. 196.

9 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab: Perjanjian Old & New Testament, (Bogor:

(5)

mukmin dalam setiap saat baik dalam keadaan menjalankan ibadah khasshah maupun 'ammah, sepanjang aktivitasnya itu berada pada koridor syari'at Islam dan tidak melakukan pelanggaran syari'at. Oleh karena itu, keselamatan bukan hanya dari aspek kekayaan material tetapi lebih pada kekayaan batin, kepuasaan hati dalam menjalankan kekhalifahan fi al-ardh

yang semuanya itu pemberian Allah s.w.t."10 Pemahaman keselamatan

seperti itu jika dilihat dari konsep pemahaman beberapa pandangan ulama Katolik maka terdapat persamaan pandangan.

Pada umumnya, jamaah Katolik mengenal keselamatan dari kata shalom (bahasa Ibrani). Hal ini sesuai dengan isi Perjanjian Lama, kata shalom selalu dipahami sebagai sesuatu dalam keadaan ‘sejahtera, bebas dari bahaya, sehat tidak kurang dari apa-apa. Meskipun seseorang yang telah berdosa sepanjang ia meyakini bahwa Yesus sebagai juru selamat,

maka dosanya diyakini telah diampuni.11 Relevansinya dengan hal tersebut

petikan wawancara dari salah seorang penganut Katolik sebagai berikut: “Keselamatan adalah semuanya yang kita alami dalam kehidupan ini hanya mencerminkan Allah-putra menjadi manusia dalam diri Jesus untuk mengantarkan kepada kesempurnaan tertinggi, yaitu dengan beriman kepada-Nya membuka diri untuk diubah menjadi saudara-Nya, dan dengan demikian, anak Allah-Bapak di surga sebagai kebahagiaan dan

kesejahteraan yang menyangkut seluruh manusia12

C. Ontologi dan Axiologi Keselamatan 1. Keselamatan di Dunia

Istilah-istilah keselamatan di dunia sangat berkaitan dengan masalah kehendak (will) dan maksud (purpose). Alasannya adalah untuk mengarahkan perhatian pada suatu perbedaan penting dalam pemahaman kalangan Islam dan Katolik tentang siapa yang selamat dan yang dselamatkan di dunia. Bagi kaum muslim, secara substansial, semua yang terjadi di dunia sekarang ini sesuai dengan kehendak Tuhan, baik bencana maupun nasib baik tidak dapat menimpa manusia jika Tuhan tidak menghendakinya. Bahkan yang lebih fatalis mengatakan bahwa dosa-dosa

manusiapun sesuai dengan kehendak Tuhan13. Bagi kaum Kristen-Katolik

10 Wawancara dengan Muhammad Nurhadi Imam mesjid Hikmah, tanggal 29

Agustus 2006 di Makassar.

11 Wawancara dengan Pastor Hendrikus, Pimpinan Gereja Katolik Gotong-gotong,

tanggal 12 September di Jl. Gunung Latimojong.

12Wawancara dengan Martina, seorang pembantu pastor parokhi di bidang

administrasi, tanggal 2 Oktober 2006

13 Pendapat seperti ini hanya berlaku pada kelompok Asy’ariyah atau kelompok

fatalis (jabariyah) yang memandang manusia ibarat wayang yang senantiasa begantung kepada dalangnya. Sama halnya mereka meyakini bahwa apapun yang dilakukan oleh

(6)

klaim bahwa kehendak Tuhan untuk manusia ialah apa yang dikehendakinya dari mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik. Kaum muslimin menyatakan pengertian ‘kehendak Tuhan dalam perspektif Kristen Katolik dengan mengatakan sebagai perintah Tuhan (the command God). Tindakan-tindakan yang diperintahkan Tuhan dan disetujuinya; tindakan-tindakan tersebut bisa juga dikatakan sejalan dengan izin (good pleasure)-Nya.14

Dalam doktrin Islam, dinyatakan bahwa manusia melakukan berbagai aktivitas merupakan fungsionalitas Tuhan. Maksudnya bahwa ketika manusia melakukan sesuatu perbuatan yang secara aksiologis sangat terpuji, maka aktivitasnya itu terdapat intervensi Ilahi. Sebaliknya segala bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh manusia, maka yang berpengaruh adalah unsur emosi, atau jiwa-jiwa hewan, tumbuh-tumbuhan yang terdapat dalam diri manusia. Tuhan tidak menghendaki manusia berbuat dosa, hanya manusia sendirilah yang melakukannya jika perbuatannya tidak terpuji. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Jin: 14:

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta'at dan ada orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta'at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Kata taat pada ayat di atas adalah orang-orang yang melakukan aktivitas berdasar pada norma-norma agama, sedangkan orang yang melakukan penyimpangan adalah mereka yang berbuat berdasarkan emosi tanpa pertimbangan rasio yang obyektif, dan bukan merupakan kehendak Tuhan. Sesungguhnya Tuhan tidak menghendaki mahluk-Nya kepada jalan yang sesat.

Sungguh banyak akibat yang ditimbulkan seseorang yang melakukan penyimpangan (tidak taat), yaitu sangat berakibat buruk terhadap diri pribadinya, sesama manusia dan terhadap lingkungan alam sekitarnya, bahkan terhadap Tuhan sekalipun. Oleh karena itu, berbagai tindakan manusia baik buruknya sungguh sangat tergantung kepada self power control atau dalam istilah tasawuf wara’ agar hidup dan kehidupan dapat dijalani dengan hal-hal yang terpuji dalam rangka menuju keselamatan. Dalam

mansia kebaikan atau kejahatan semuanya tidak terlepas dari ketentuan Tuhan. Tidak seperti kelompok rasionalis sebagaimana yang diwakili oleh Mu’tazilah yang menyatakan bahwa kebaikan semuanya dari Tuhan, sedangkan kejahatan adalah kehendak manusia sendiri.

14 Dalam Islam, good pleasure identik dengan ridha Tuhan, yaitu Tuhan

mengizinkan kepada seseorang dalam melakukan sesuatu. Lihat, W. Montgomery Watt, Islam and Christianity Today: A Contribution to Dialogue, cet. I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1991), p. 80.

(7)

istilah Hinduisme, jika seseorang ingin mendapatkan keselamatan hendaklah mereka berdoa kepada Tuhannya untuk meminta keselamatan

atau damai terhadap perbuatan yang lalu–sekarang dan yang akan datang.15

Doktrin Islam dalam mendeskripsikan tentang maksimalisasi usaha seseorang untuk memperoleh keselamatan di akhirat adalah optimalisasi segala aktivitas di dunia yang didominasi oleh kebaikan. Balasan kebaikan diakhirat sebagai wujud penyelamatan Tuhan sangat relevan dengan syafa’ah Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w.

Pengakuan iman umat Katolik menjadikan Yesus sang Kristus sebagai sasaran iman dari segala tindakan. Pengakuan iman seperti ini memudahkan seseorang memahami bagaimana Tuhannya sebagai pencipta (Kej.1-2) dan dinyatakan dalam “ syahadat-syahadat Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan”. Dengan kata-kata itu, terungkap bukan hanya kekuasaan dan keallahan Allah, tetapi juga dasar dan awal

seluruh sejarah keselamatan.16

Pastor Paus Tongli menyatakan bahwa dalam tradisi Katolik dikenal istilah keselamatan di dunia sebagai suasana psikologi kedamaian dalam kehidupan. Keselamatan menunjuk kepada keadaan yang memenuhi segala kerinduan manusia yang hanya dapat dan membebaskan serta mencintai manusia. Tuhan adalah cinta kasih, sumber kebahagiaan yang melampaui segala bayangan orang. Hubungan dengan Tuhan yang semestinya adalah mengintegrasikan hubungan dengan manusia lain, alam dan dirinya sendiri. Orang yang selamat merasa dekat dengan Tuhannya, tidak putus asa, tabah dalam menerima cobaan, tidak takut terhadap ancaman, bahkan ia tenang dalam menghadapi kematian dengan demikian

di dalam hati mereka sudah merasakan bahagia.17

Menurut Baharuddin sebagai jamaah tetap masjid Hikmah, bahwa di dalam ajaran Islam, keselamatan itu secara umum dikenal dengan keselamatan dunia dan akhirat. Hal itu sesuai dengan doa umat Muslim setiap selesai shalat yaitu rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wakina adzab al-nar. Jadi keselamatan di dunia akan diperoleh

15 Oum, oum, oum santi, santi, santi oum. Sebuah bentuk kepasrahan yang patut

dilakonkan manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, karena tidak ada kedamaian yang dirasakan dan didapatkan seseorang elainkan dari pemberi damai itulah Tuhan Yang Maha Esa.

16 Sejarah keselamatan adalah sejarah Allah dengan manusia.Allah menciptakan

dunia, khususnya manusia, sebagai titik tolak sejarah pergaulanNya dengan manusia. Allah mengadakan manusia sebagai teman dialog. Allah menciptakan manusia supaya menjadi sahabatnya.

17 Wawancara dengan Pastor Paus Tongli, MA, Pastor Parokhi keuskupan,

(8)

seseorang hamba Allah apabila melaksanakan rukun iman dan rukun Islam serta melakukan amalan-amalan sosial lainnya yang mendatangkan pahala

bagi dirinya dari sisi Allah s.w.t.18

Upaya peningkatan motivasi menuju keselamatan di dunia terutama dalam lingkungan lembaga keagamaan menurut Pastor Piet Timang antara lain: Pertama, Gereja harus secara nyata melibatkan diri dan berpihak pada rakyat yang tak berdaya. Agama dan teologi, tak boleh meninabobokan umat beriman, melainkan harus memberikan dorongan kepada rakyat untuk melakukan perubahan. Kedua, gereja memelopori upaya pembebasan tingkat intelektual dengan mendirikan Universitas Religius

sebagai wadah pengembangan intelektual yang religius.19

Komentar yang dilontarkan Pastor Piet di atas dapat dipahami bahwa untuk mencapai kehidupan bahagia dan damai di dunia hendaknya sekelompok agama yang diwakili oleh ketua majelis agama melakukan gerakan kemanusiaan atas nama kepentingan bersama dengan tanpa memperhatikan unsur perbedaannya, tetapi unsur kesamaannya yang perlu diprioritaskan.

2. Keselamatan di Akhirat

Konsep baku keselamatan dalam doktrin Islam pada hakekatnya, secara epistemologis bersumber dari Allah s.w.t. Hal ini juga dikenal dalam doktrin agama lain sebagaimana halnya konsep keselamatan dalam doktrin Katolik. Jika dilihat dari aspek parsialnya, maka perbedaannya adalah bahwa di dalam dogma Islam, konsep keselamatan mengandung dua perspektif. Pertama, keselamatan seseorang manusia sangat tergantung dari sejumlah kebaikan yang dilakukannya selama di dunia yang selalu berdasar pada ketentuan dalam al-Qur'an dan Hadis dan pasti Allah akan memberikan ganjaran keselamatan baik dunia maupun di akhirat. Dari pandangan ini, sebagian teolog misalnya Muktazilah memandangnya dari sisi keadilan Tuhan. Hal ini berdasar pada al-Qur'an Surat Thaaha (20):47 menjelaskan bahwa keselamatan itu hanya diperoleh orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah s.w.t. Sebagaimana Firman-Nya.

18 Wawancara dengan Baharuddin, Jamaah mesjid Hikmah, tanggal 2 Oktober

2006 di jl. Gunung Nona Makassar. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Thaaha (20):47 ﺪﹶﻗ ﻙﺎﻨﹾﺌﹺﺟ ﺔﻳﺂﹺﺑ ﻦﻣ ﻚﺑﺭ ﻡﺎﹶﻠﺴﻟﺍﻭ ﻰﹶﻠﻋ ﹺﻦﻣ ﻊﺒﺗﺍ ﺪﻬﹾﻟﺍ

Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk” (Surat Thaaha (20):47)

19 Wawancara dengan Pastor Dr.Piet timang, Ketua Pastoer Parokhi Katedral

(9)

ﻩﺎﻴﺗﹾﺄﹶﻓ

ﺎﹶﻟﻮﹸﻘﹶﻓ

ﺎﻧﹺﺇ

ﺎﹶﻟﻮﺳﺭ

ﻚﺑﺭ

ﹾﻞﺳﺭﹶﺄﹶﻓ

ﺎﻨﻌﻣ

ﻲﹺﻨﺑ

ﹶﻞﻴﺋﺍﺮﺳﹺﺇ

ﺎﹶﻟﻭ

ﻢﻬﺑﱢﺬﻌﺗ

ﺪﹶﻗ

ﻙﺎﻨﹾﺌﹺﺟ

ﺔﻳﺂﹺﺑ

ﻦﻣ

ﻚﺑﺭ

ﻡﺎﹶﻠﺴﻟﺍﻭ

ﻰﹶﻠﻋ

ﹺﻦﻣ

ﻊﺒﺗﺍ

ﺪﻬﹾﻟﺍ

Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir`aun) dan katakanlah: Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk” (Surat Thaha/20: 47).

Untuk mengharapkan keselamatan di akhirat kelak, secara filosofis harus melakukan serentetan kebaikan di dunia baik secara intern beragama maupun ekstren agama. Salah satu usaha untuk menuju ke arah itu

menurut seorang jamaah adalah harus memperbaiki amalan di dunia,

sebab kebaikan yang diperoleh di akhirat sangat tergantung dari kebaikan yang dilakukan di dunia ini. Dunia adalah bayangan akhirat meskipun jauh beda, tetapi minimal perasaan ketenangan yang dirasakan di dunia akan dilipatgandakan di akhirat. Intinya kalau mau mendapatkan keselamatan di

akhirat berbuat banyak tentang kebaikan.20

Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa penyelamatan tertinggi

adalah kebenaran Yang Mutlak21, yang disertai kehendak. Batasan

eksoterik dari pandangan ini adalah bahwa kebenaran sajalah yang

menyelamatkan, bukan kehadiran. Perjumpaan Islam dan Kristen pada

persoalan keselamatan merupakan esoterisme kebenaran dan kehadiran, karena keselamatan dari Yesus (Katolik) merupakan perwujudan dari Yang

Maha Mutlak dan itu identik dengan Yang Mutlak.22

Oleh sebab itu, menurut Frater Paulino Jika dalam Katolik kehadiran adalah yang menyelamatkan, kehadiran dari kasih Ilahi berarti bahwa orang harus memasuki wadah kehadiran tersebut dengan sakramen dan berkorban, dan membiarkan dirinya dibawa menuju kasih Ilahi.

20 Wawancara dengan Muhamad Ramli, Jamaah Mesjid Hikmah, tanggal 22

Sepetember 2006 di Jl. G. Nona Makassar.

21Kebenaran yang menyelamatkan dalam Islam adalah “Sang Kebenaran” –bukan

“Kebenaran tertentu” – sebab ia menyangkut Yang Mutlak dan bukan suatu fenomenon.

22 Transenden karena Kristus itulah yang ada di atas kita dan selalu ada di dalam

diri kita. Dialah hati yang sekaligus berupa akal dan kasih. Masuk ke dalam hati berarti masuk ke dalam Kristus. Kristus adalah Hati, berarti memasuki Kristus dari makrokosmos, sebagaimana akal merupakan Kristus dari mikrokosmos. Di sinilah muncul doktrin prinsipil Tuhan menjadi Manusia, sehingga manusia dapat menjadi Tuhan. Hati dapat menjadi Diri. Inilah sebabnya mengapa kerajaan surga ada di dalam dirimu.

(10)

Dengan demikian, orang harus memulai dengan mengasihi berdasar kasih

Tuhan23.

Hal ini berkaitan erat dengan apa yang dikemukakan oleh Sudirman

Jamaah Masjid Hikmah. Menurutnya, doktrin Islam dalam

mendeskripsikan tentang maksimalisasi usaha seseorang untuk memperoleh keselamatan di akhirat adalah optimalisasi segala aktivitas di dunia yang didominasi oleh kebaikan. Balasan kebaikan di akhirat sebagai wujud penyelamatan Tuhan sangat relevan dengan syafa’at Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. Beberapa dalil yang menjelaskan tentang syafa’at nabi

Muhammad s.a.w. kepada umatnya di akhirat antara lain24hadis Rasulullah

s.a.w. yang bersabda: (1). Saya adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat, dan saya yang pertama kali akan mengetuk pintu surga. (HR. Muslim). (2). Rasulullah s.a.w. bersabda: Saya yang pertama kali akan memberi syafa`at ke surga, belum pernah dibenarkan salah seorang dari para Nabi seperti dibenarkannya saya.

3. Golongan-Golongan yang Selamat

Di dalam doktrin Islam terdapat beberapa golongan yang termasuk ke dalam golongan yang selamat antara lain: Pertama, golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah, dan para sahabat sesudahnya. Kedua, golongan tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan Rasul-Nya. Ketiga golongan yang senantiasa menjaga kemurnian tauhid. Keempat, golongan menghormati para imam mujtahi-din, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka. Kelima, golongan yang menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Keenam, golongan yang mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.

Jadi, golongan yang selamat dalam Islam pada itinya adalah golongan yang mengaplikasikan rukun iman dan Islam secara luas. Hal ini sesuai dengan pandangan jamaah masjid Hikmah yang mengatakan bahwa jika ingin mendapat keselamatan di dunia atau di akhirat harus menerapkan syari'at Islam agar seseorang mengikuti aturan sesuai dengan

tuntunan al-Qur'an dan Hadis.25

Perspektif Katolik mengenai golongan selamat adalah golongan yang mendapat bimbingan langsung dari Tuhan (Mazmur 72:1-20). Hal ini dibenarkan oleh Albertus bahwa untuk mendapatkan keselamatan

23 Wawancara dengan Frater Paulino, Kepala sekolah SMP Frater, tanggal 21

September 2006 di SMP Ftarer Makassar.

24 Wawancara dengan Sudirman, Jamaah Mesjid Hikmah, tanggal 1 Oktober 2006

di Makassar

25 Wawancara dengan Nasaruddin, petugas Muadzin Mesjid Hikmah,tanggal 2

(11)

seseorang khususnya penganut Katolik percaya bahwa “Jesus sebagai manusia, ‘putra Tuhan’ memiliki otoritas penuh untuk mewartakan

kehendak Allah untuk meyelamatkan semua orang.26

Doktrin Katolik menjelaskan bahwa kelompok yang dikategorikan ke dalam golongan selamat adalah golongan umat Allah yang senantiasa iman dan percaya dengan penuh cinta. Cinta kepada Tuhan merupakan esensi dari iman, sebab menurut keyakinan Katolik bahwa siapa saja yang percaya bahwa Yesus adalah penyelamat maka ia akan bersama dia. Dengan iman kepada Allah, Kristus yang disucikan dan Kerahiman Allah, maka seseorang telah beriman dengan sebenarnya iman.

Suster Sundira mengatakan bahwa pada intinya dalam tradisi agama Katolik dikenal bahwa keselamatan adalah keselamatan pribadi, sosial menuju keseimbangan emosional, keseimbangan dan keselamatan terhadap alam sekitarnya. Suasana selamat sangat jauh bahkan menegasikan kondisi dari perasaan permusuhan atau kerusuhan, semuanya

rukun, damai dan tentram.27

Namun demikian, bentuk keimanan di sini menurut doktrin Katolik adalah iman dengan penuh pengorbanan. Yesus berkata “saya tidak butuh korban, do’a, tetapi keadilan". Keadilan dimaksud adalah keadilan terhadap sesama manusia dan tidak boleh membedakan antara yang satu dengan yang lain. Pada prinsipnya, umat Katolik harus memberikan atau menyebarkan kasih kepada siapa saja.

Pandangan Islam tentang keselamatan berdasarkan pemahaman jamaah masjid Hikmah dari 40 angket yang disebarkan, mereka menjawab bahwa golongan yang selamat adalah golongan ahli ibadah 75%, golongan ahli agama 12,5% dan golongan ahli sosial 12,5%. Yang menentukan keselamatan seseorang menurut pandangan mereka adalah hanya Allah 62,5%, syafaat dari Muhammad 25% dan perbuatannya sendiri 12,5%.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa keselamatan itu diperoleh golongan ahli ibadah, oleh karenanya Tuhanlah yang menyelamatkan mereka, sebab mereka telah taat kepadaNya. Jamaah Katolik memahami bahwa golongan yang selamat adalah ahli ibadah 62,5%, ahli agama 25% sedangkan ahli sosial 12,5%. Hanya saja perbedaanya dengan jamaah masjid pada keyakinannya yang memberikan keselamatan adalah Tuhan 50%, Yesus 50% sedangkan perbuatannya 0%. Hal ini disebabkan bahwa keyakinan mereka antara Yesus dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan kerahimannya.

26 Wawancara dengan Albertus, Jamaah Gereja gotong-gotong, tanggal 3 Oktober

2006 di gereja Santo Yosep Gotong-gotong

27 Wawancara dengan Sundira, Suster biarawati, tanggal 27 Agustus 2006 di Biara

(12)

Perspektif Katolik mengenai golongan selamat adalah golongan yang mendapat bimbingan langsung dari Tuhan melalui raja sebagaimana dijelaskan dalam Mazmur 72:1-20, menjelaskan tentang harapan untuk raja:

Ya Allah berikanlah hukumMu kepada raja dan keadilanMu kepada putra raja, kiranya ia mengadili UmatMu dengan keadilan dan orang-orangMu yang tertindas dengan hukum. Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa dan bukit-bukit membawa kebenaran, kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang

miskin tetapi meremukkan pemeras-pemeras…28

Di dalam Mazmur 73:1 dijelaskan bahwa sesungguhnya orang– orang yang selamat adalah orang senantiasa mendekatkan diri kepada Yang Maha Baik, karena itu Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya (Maz 73:1).

Golongan yang selamat adalah golongan yang berdoa, yaitu doa mazmur. Aneka doa baik untuk perorangan maupun kelompok, baik untuk pujian dan syukur maupun untuk permohonan, menjadi satu bunga rampai contoh doa. Doa seperti itu telah dimuat dalam gereja sebagai pokok ibadat harian. Di antaranya terungkap iman orang yang sungguh percaya kepada Tuhan sebagai Allah dan penyelamat. “Kepada-Mu ya tuhan, kuangkat jiwaku” (Mzm 25:1); “Kepada-Mu aku melayangkan mataku” (Mzm 123:1); “Kepada-Mu aku berseru sepanjang hari,

mengulurkan tanganku kepada-Mu (Mzm 8:10)29

Di dalam doktrin agama Katolik dinyatakan bahwa kelompok yang dikategorikan ke dalam golongan selamat adalah golongan umat Allah yang senantiasa iman dan percaya dengan penuh cinta. Cinta kepada Tuhan merupakan esensi dari iman, sebab menurut keyakinan Katolik siapa saja yang percaya bahwa Yesus adalah penyelamat, maka ia akan bersama Dia. Iman di sini adalah percaya bahwa Allah itu Esa dan dikenal di dalam ajaran Katolik sebagai Yesus. Percaya kepada Yesus berarti sama percaya dengan Allah karena Yesus dapat menjelma sebagai–Nabi, Allah Bapak dan cinta Kasih Anak Allah. Dengan iman kepada Allah, Kristus yang disucikan dan Kerahiman Allah, maka seseorang telah beriman dengan sebenarnya iman.

Untuk memperoleh keselamatan setidaknya harus melalui beberapa tahapan sakramental antara lain: Pertama, sakramen pemandian yaitu

28 Mazmur 72:1-20, Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Old & New Statement)

(Ciluar-Bogor: Percetakan Alkitab, 1979), pp. 648-649.s

29 Bentuk doa yang diungkapkan oleh para pendoa di atas merupakan wujud

keimanan seseorang Katolik akan kasih dan penyelamatan Tuhan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Lihat, Konfrensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), pp. 199-200.

(13)

proses pensucian seseorang Katolik sebagai pertanda bahwa ia telah masuk ke dalam jemaat Katolik atau seseorang telah bergabung ke dalam kerahiman Allah.

Kedua, komuni qudus yaitu dengan melalui ekaristis disertai dengan pengorbanan dengan seluruh aspek dengan memberikan tubuh dan darah Kristus secara komuni. Pada sakramen ini dilakukan terhadap anak-anak yang telah berusia 12, 13, 14 tahun ke atas.

Ketiga, sakramen penguatan krisma yaitu diurapi atau pendewasaan umat. Sakramen ini dilakukan kepada para putra putri Katolik terutama yang memasuki usia remaja produktif seperti dalam ajaran Islam mereka yang sudah berakil balig.

Keempat, sakramen pernikahan dan hanya satu kali. Upacara sakramen pada tahap ini dilakukan kepada para pengantin yang akan memasuki kehidupan berumah tangga baru. Caranya, setiap pengantin wajib mendatangi pastor untuk mendapatkan pengakuan suci dan siap menerima segala aturan dari pastor terutama aturan dalam kehidupan berumah tangga.

Kelima, sakramen pengurap sakit. Sakramen pada tahap ini diberlakukan kepada para jamaah yang telah mengalami kesembuhan dari penyakit terutama penyakit yang menahun. Kehadiran pada sakramen ini diberlakukan sebagai tanda syukuran atau ucapan keselamatan dari Tuhan melalui pastor sebagai wakil atau perpanjangan dari Yesus.

Keenam, imamat untuk jadi pastor, sakramen tingkat ini diperuntukkan kepada para calon pastor yang telah diseleksi dan dinyatakan berhasil menjadi sang pastor. Para pastor yang baru dilantik ini wajib memenuhi sakramen ini. Karena itu, pastor muda apabila telah mendapat restu dari pastor paroki dalam sakramen ini maka telah dilantik oleh Tuhan melalui pastor sebagai wakil Tuhan.

Ketujuh, sakramen pengakuan dosa dihadapan pastor. Sakramen tingkat ini seseorang harus datang menyatakan diri sebagai pendosa kepada Tuhan melalui Pastor. Segala dosa dan noda yang telah dilakukannya akan dinyatakan dihadapan rektor agar mendapat ampunan Tuhan melalui Pastor.

Dengan mencontohi perlakuan atau sabda Yesus berarti para umat Tuhan telah mengikuti petunjuk keselamatan. Karena itu kiat-kiat untuk memperoleh keselamatan telah ada diri Yesus sebagai anak Tunggal Allah. Dengan demikian, untuk menciptakan sabda Yesus dalan kehidupan harus memiliki kepekaan spiritual di mana saja terutama jika seseorang umat Yesus berada di suatu tempat baik pada kelompok minoritas maupun dalam posisi mayoritas. Hal ini seirama dengan pernyataan Cavin D’Costa:

(14)

It is true that the inchoate reality of the Kingdom can also be found beyond the confines of the church among peoples everywhere, to the extent that they live “Gospel values” and are open the working of the spirit who breathes when and where he wills. But it must immediately be added that this temporal dimension of the Kingdom remains incomplete unless it is related to the Kingdom of Christ in the cruch and straining toward eschatological fullness30

Jadi para umat Tuhan dalam ajaran Katolik diperintahkan untuk senantiasa menegakkan kebenaran dalam kehidupan berdasarkan visi suatu gereja sebagai lambang ketundukan umat, hal ini dilakukan karena suatu momen yang tepat dalam rangka mencapai keselamatan.

4. Golongan–golongan yang tidak selamat

Gololongan yang tidak selamat dalam ajaran Islam secara syari'at adalah golongan yang musyrik, murtad, munafiq, kafir, serta secara universal mereka tidak mengindahkan ajaran agama yang dianutnya sebagai pedoman hidup. Golongan ini disebutkan di dalam al-Qur'an

sebagai golongan pengingkar.31 Golongan yang tidak selamat dalam

pandangan jamaah masjid Hikmah adalah golongan yang berbuat mengingkari kehendak hati 12,5%, berbuat diluar kehendak Allah 50% dan yang tidak mengetahui ajaran agama 37,5%.

Hal ini sesuai dengan pandangan tokoh agama bahwa golongan yang tidak selamat biasanya dapat dilihat di dunia ini seperti yang tidak shalat, puasa, zakat padahal ajaran itu merupakan kebutuhan manusia dan sesuai dengan nalurinya, mereka tahu bahwa shalat tapi tidak mau menjalankan, mereka tahu bahwa berkata bohong itu tidak baik, tapi masih melakukan, di hati mereka tahu tentang apa yang mereka lakukan tetapi mereka tidak menghiraukan bahwa pelanggarannya bertentangangan dengan kehendak hati. Itulah manusia yang tertutup mata hatinya oleh diri

mereka sendiri.32

Penyebab utama manusia tidak mendapat keselamatan secara internal perspektif Katolik adalah karena mereka tidak mau bertobat. Jika

30Cavin D’Costa, Faith Meets Faith: The Meeting of Religions and the Trinity, (New

York: Maryknoll, 1996), p. 114.

31 Kata pengingkar dalam al-Qur'an disebut kafir, ada kafir nikmat, kafir aqidah.

Kelompok ini senantiasa melakukan pengingkaran dalam hidup dan kehidupan secara umum. Bentuk ketidak-selamatan mereka adalah secara lahir tidak dapat berbuat sesuatu dengan benar (sesuai aturan), secara psikis adalah kegelisahan hatinya. Hal ini dibenarkan QS. al-ra'du ayat 13 yang menyatakan bahwa orang-orang yang beriman menjadi tenang jiwanya disebabkan berzikir kepada Allah dan ingat bahwa sesungguhnya orang yang berzikir (berbuat sesuai dengan sunatullah ) menjadi tenang jiwanya.

32 Wawancara dengan H.Firman dg Naba, Jamaah mesjid Hikmah, tanggal 3

(15)

manusia enggan untuk bertobat, maka ia tidak memiliki cara merubah haluan hidup, cara berpikir dan menilai terhadap situasi dan kondisi.

Secara umum, menurut doktrin Katolik, golongan yang tidak selamat adalah mereka yang tidak mengikuti: pertama, Sakramen pemandian, kedua, Komuni Qudus, ketiga, Sakramen Penguatan Krisma keempat, Sakramen pernikahan dan hanya satu kali, kelima Sakramen pengurap sakit dan keenam Sakramen pengakuan dosa di hadapan pastor. 5. Sikap terhadap golongan yang tidak selamat

Salah satu agenda besar kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga untuk menjaga keutuhan. Untuk meningkatkan hubungan tali kasih di antara agama sudah saatnya toleransi agama ditingkatkan, hal ini menjadi instrumen menekan perbedaan bahkan perpecahan.

Beberapa kaedah atau landasan bersama ke depan dalam rangka meningkatkan harmonisasi antaragama antara lain, Pertama, Semua agama ingin mensejahterakan para pemeluknya, secara universal agama ingin menolong orang-orang miskin teraniaya. Persamaan pandangan tersebut memungkinkan berbagai agama bekerjasama untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan bencana sosial yang fisikal lainnya. Kedua, agama-agama di Indonesia bersedia mengkonstruksikan wawasan keagamaan yang inklusif , mau menerima dan menghargai golongan agama lain dan hidup berdampingan secara damai. Ketiga, hubungan kekerabatan dalam masyarakat Indonesia dapat meredam pertentangan antaragama

yang berbeda.33 Keempat, dalam masyarakat secara tradisional terdapat

kebiasaan-kebiasaan dan pranata sosial yang sudah melembaga dan fungsional untuk memelihara ketertibaan, serta kerukunan masyarakat

sekalipun berbeda agama.34 Kelima, berbagai upacara pemerintah yang

telah dilakukan untuk mendekatkan perbedaan di dalam masyarakat

didukung oleh semua pemuka agama.35 Keenam, adanya dampak positif

bahkan negatif dari globalisasi informasi dan ekonomi, yakni wawasan

33Seperti rumah betang di Kalimantan Tengah, Pela Gadong di Ambon, Keluarga

atau marga di Sumatera Utara.

34Konsep-konsep yang sudah melembaga dan berfungsional antara lain; Konsep

hidup mapalus di Minahasa, Rumah Betang di kalangan suku Dayak kalimantan, Subak di Bali dan bahkan beraneka ragam ritual-ritual selamatan lingkungan hidup.

35Kegiatan-kegiatan musyawarah dan dialog antar agama dapat berjalan baik,

terutama di tingkat pusat dan propinsi. Khususnya di Propinsi Sulawesi Selatan telah dibangun sebuah lembaga yang sangat funsional seperti Forum Antara Umat Beragama, Kerukunan kesatuan bangsa bahkan pada tingkat mahasiswa telah didirikan FORLOG (Forum Antar Kita).

(16)

keberagamaan masyarakat makin meningkat dan meluas. Ketujuh, berbagai kemudahan dan dispenasasi bagi pemeluk agama untuk mengaktualisasikan ajaran agama dalam aktivitas keseharian

masing-masing kelompok agama.36

Ketujuh poin di atas merupakan alat perekat hidup berbangsa dan bernegara dalam sebuah negeri yang plural seperti Indonesia. Apabila poin-poin di atas dapat diaplikasikan, maka harapan untuk hidup damai atau keselamatan yang dicita-citakan akan segera diraih. Hal inilah yang menjadi acuan keselamatan kehidupan manusia di dunia. Keselamatan yang utama pada hakekatnya adalah keselamatan yang diperoleh dari buah perjuangan kehidupan di dunia. Keselamatan dunia merupakan keselamatan lahiriah, oleh karenanya, keharmonisan hubungan antara sesama manusia, khususnya terhadap umat beda agama merupakan indikator utama keselamatan di dunia.

Upaya peningkatan motivasi menuju keselamatan di dunia terutama dalam lingkungan lembaga keagamaan antara lain: Pertama, Gereja harus secara nyata melibatkan diri dan berpihak pada rakyat yang tak berdaya. Agama dan teologi tidak boleh meninabobokan umat beriman, melainkan harus memberikan dorongan kepada rakyat untuk melakukan perubahan. Namun keterlibatan rakyat hanya mungkin dibangkitkan bila mereka memiliki harapan untuk mengubah sistem yang menindas mereka. Rakyat harus disadarkan bahwa penderitaan, kemiskinan, dan keterbelakangan bukan nasib turunan, melainkan buah dari struktur sosial-ekonomi-politik yang berlaku. Kesadaran baru, hanya dapat timbul bila rakyat bertambah pandai. Kedua, gereja memelopori upaya pembebasan tingkat intelektual dengan mendirikan Universitas Religius sebagai wadah pengembangan intelektual yang religius. Sejak awal abad ke-20 Kalangan Katolik telah membuktikannya dengan mendirikan Universitas Javeriana di Bogota, Kolombia (1937), Universitas Katolik di Lima (1942), di Rio de Janeiro dan Sao Paulo (1947), Porto Alegre (1950), Campinas dan Quito (1956),

Buenos Aires dan Cordoba (1960), dan lain-lain.37

36 Said Agil Husin Almunawar, Fikih Hubungan Antar Agama, Cet. III, (Jakarta:

Ciputat Press, 2005), pp. xiii – xiv.

37Bersamaan dan berkaitan dengan pendirian universitas Katolik mulai muncul

aksi-aksi Katolik di Kuba, Argentina, Uruguay, Kosta Rika, Peru, dan Bolivia. Organisasi pemuda aksi Katolik tumbuh dengan cepat. Di Argentina, misalnya, pada 1934, jumlah anggotanya baru 600 orang. Tapi tahun 1953, sudah mencapai 8000 orang. Di Brasil, pada 1953 baru 15.000. Tahun 1961 meningkat ke angka 120.000 orang. Organisasi buruh juga makin populer. Pada 1954, baru ada empat negara yang mempunyai Serikat Buruh Nasional. Tapi pada 1960-an, hampir semua negara Amerika Latin mempunyai Serikat Buruh Nasional, kecuali Kosta Rika, Guatemala, dan Kuba. Total ada 23 Serikat Buruh Nasional dengan anggota militan sekitar satu juta orang. Menurut buku Teologi

(17)

Untuk melembagakan kesadaran baru di bidang teologi, para uskup Amerika Latin membentuk Consejo Episcopal Latino-Americano (Celam)—sidang para uskup Amerika latin—Di Rio de Janeiro, Brasil, pada 1955. Peristiwa ini sekaligus menjadi tonggak diterapkannya "sistem kolegialitas antar uskup" dan ditinggalkannya sistem patronato yang telah diterapkan sejak abad ke-13. Dalam sistem patronato, gereja berada di bawah kekuasaan penguasa. Para uskup cenderung berkompromi bahkan berpihak kepada para penguasa politik, walaupun penguasa itu menyengsarakan rakyat. Dalam sistem kolegialitas, gereja tak lagi berada di bawah payung penguasa politik. Mereka dapat bergerak bebas untuk menyentuh masalah ekonomi, politik, dan budaya. Hal ini mengantar mereka untuk melancarkan gerakan pembebasan bagi rakyat tertindas, walau dengan risiko dimusuhi penguasa.

Gerakan pembebasan itu makin gencar setelah Konsili Vatikan II— sidang resmi para uskup sedunia—pada 1962 memerintahkan agar Gereja Katolik memikirkan masalah-masalah aktual, umpamanya, turut memajukan kebudayaan, ekonomi, dan ikut mewujudkan perdamaian

dunia.38 Doktrin normativitas Kristen tentang sikap terhadap golongan

tidak selamat terdapat pada Bible Flp 2:12-13:

Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar! Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya”.

Di dalam keselamatan Allah, hukum dan rahmat dijelaskan bahwa semua manusia dipangil untuk kebahagiaan, tetapi diakui oleh dosa, manusia membutuhkan keselamatan Allah. Pandangan jamaah masjid hikmah tentang sikap terhadap golongan tidak selamat antara lain: sebesar 50% menjawab dengan pendekatan kultural dan moral, 25% menjawab dengan melalui pendidikan dan kesejahteraan yang cukup dan 25% menjawab dengan pembinaan melalui lingkungan keluarga, sedangkan menurut jamaah katolik, sebesar 50% menjawab dengan lebih menekankan pada pembinaan melalui pendidikan dan kesejahteraan yang cukup, 25% menjawab dengan pendekatan moral dan 25% menajwab dengan pembinaan keluarga. Dengan demikian, titik temu Islam dan

Pembebasan, itu ada hubungannya dengan upaya gereja untuk menciptakan kaum awam yang militan.

38 Apa yang dicanangkan Konsili Vatikan II tersebut menjadi salah satu alasan

para uskup Amerika Latin untuk menggelar Sidang Celam II di Medellin, Kolombia, pada 1968. Ringkasnya, sidang itu menyimpulkan bahwa penindasan di Amerika Latin telah menjelma menjadi kekerasan yang melembaga (institutionalized violence) dan terjadi di segala bidang. Maka gereja harus berinisiatif dan bertanggungjawab untuk mengembangkan kebudayaan, berperan serta dalam kehidupan sosial politik.

(18)

Katolik dalam meningkatkan pemahaman jamaah terhadap keselamatan adalah sama-sama bertanggungjawab dalam rangka memberikan pelayanan khusus kepada golongan yang tidak selamat guna memperoleh kerahiman Tuhan.

D. Penutup

Konsep keselamatan dalam Islam dan Katolik secara epistemologi sama-sama berasal dari bahasa Arab dan semua Nabi selalu menyebut kata salam itu sendiri. Hanya saja perbedaannya adalah Islam mengamalkan dalam kata salam, sedangkan Katolik Shalom.

Pengertian Keselamatan adalah selamat, tidak cacat, damai, keadaan sejahtera serta taat dan tunduk. Semua cendekiawan baik Islam maupun Katolik sama-sama memahami bahwa keselamatan adalah suasana yang dirasakan seseorang hamba dalam keadaan damai baik di dunia maupun di akhirat.

Pandangan Jamaah masjid Hikmah tentang keselamatan didunia adalah keselamatan yang dirasakan oleh jamaah yang taat kepada Allah dalam pengertian luas dan keselamatan akhirat merupakan rahmat-Nya. Golongan yang selamat adalah yang berbuat sesuai syari'at Islam, sedangkan menurut jamaah Gereja Gotong-gotong, keselamatan di dunia atau akhirat adalah keselamatan Kasih-Nya sebagai penebus dosa dan penguasa kerajaan surga, sedangkan golongan yang selamat adalah mereka yang selalu menjadikan diri sebagai saudara Allah.

(19)

Daftar Pustaka

Abdullah, Amin, Metodologi Studi Islam, cet. II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Ahmed, Akbar S., Postmodernism and Islam: Predicament and Promise, London: Routledge, 1992.

Arnold dan Ende Floren, Kalekismus Gereja Katolik edisi Indonesia 1995 Bhagavan Das, The Essential Unity of All Religions, 1966.

Azimabadi, Badar, Islam The Final Choice, New Delhi: Adam Publisher Distributors, 1995.

Banawiratma, J.B., et.al. Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis, Jakarta: Gunung Mulia, 1997.

Boland, B.J., Intisari Iman Kristen, Jakarta:Gunung Mulia, 2001.

Dirks, Jeral F., Abraham The Friend Of God, USA, Berstvile Meryland: Amana Publications , 2002.

Effendi, Bachtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998.

Encyclopedia of Theology, The Consice Sacramentum Mundi, edited by Karl Rahner, Burns & Oates London, 1981.

Hammad, Manne, The Truth About Yesus, Jakarta: Pustaka Da’i, 1992. Hidayat, Komaruddin, Agama Masa Depan: Perspektif Filsafat Perennial,,

Jakarta: Paramadina, 1995.

Knitter, Paul, No other name? A Critical Survey of Christian Attitudes Toward the World Religions 1985.

Lyden, John, Enduring Issues in Religion , San Diego: Greenhaven, Inc, 1995. Madjid, Nurcholish, Dialog Keterbukaan, Jakarta: Paramadina, 1995.

_______, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina, 1999.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1998.

Nasution, Harun, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, 1995.

(20)

Ngelow, Zakaria J., Kekristenan dan Nasionalisme: Perjumpaan Umat Kristen Protestan dengan Pergerakan Nasionalisme Indonesia 1900-1950, Jakarta: Gunung Mulia, 1996.

Peursen, C.A. Van, The Philosophy of the Orient, diterjemahkan dengan judul Orientasi di Alam Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.

Rogerson, John, Beginning of the Old Statement Study, Maryebone London: Holy Trinity Church Publichier, 1990.

Sadly, Hasan, Ensiklopedi Indonesia Volume (6) SHI-VAJ, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984.

Scuon, Fritchof, Islam and Perennial Philosophy, World of Islam Festifal Publishing,1976.

Soroush, Abd. Karim, Reason, Freedom and Democracy in Islam, USA: Oxford University Press, 2000.

Wasian, Abdullah, Jawaban Untuk Pendeta : Ikut Penafsiran Kristen atau Islam (Sanggahan terhadap Pendeta ev. Dr.Suradi), Jakarta: Pustaka Da’i, 2000. Yazdi, Mehdi Hairi, The Principles Of Epistemology in Islamic Philosophy:

Referensi

Dokumen terkait

et al., 2016). Oleh karena itu, ketika konsentrasi TSS rendah maka nilai kekeruhan juga akan rendah dan berlaku sebaliknya, dengan demikian apabila nilai efisiensi

Bahwa untuk kelancaran penyelesaian perkara gugatan dan permohonan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Dompu, danpenyelesaian perkara yang diajukan banding, kasasi,

Disiplin kerja adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada dasarnya selalu diharapkan

peran Humas dilihat dari perencanaan Program, Perencanaan Strategi, Aplikasi Strategi, dan Evaluasi dan kontrol, jika semua itu diprioritaskan untuk

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu

Pihak pemerintah dalam hal ini menempati posisi dan peran sebagai pengayom, bagi seluruh pihak dalam masyarakat dan pihak yang bersangkutan dalam proses produksi. Pihak

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Dampak yang terjadi akibat kesalahan pada aktivitas kerja yang tidak baku dan pengoperasian mesin yang tidak sesuai menunjukkan betapa pentingnya penerapan standarisasi