BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bonus Demografi
Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh
penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi
untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan
kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Para ekonom telah lama berteori bahwa tabungan
menyumbang meningkatakan pendapatan per kapita, karena investasi yang lebih
besar akan memicu output per kapita yang lebih tinggi. Ini dibuktikan oleh Lee,
Mason, dan Miller (2001) dalam penelitiannya yang menggunakan data survei
rumah tangga dari Taiwan tentang pendapatan, estimasi tabungan, fertilitas dan
mortalitas. Lee, Mason, dan Miller (2001) lalu mensimulasikan peningkatan
tingkat tabungan dan peningkatan akumulasi kekayaan berdasarkan life cycle
model of saving behaviour.Life cycle modelini dipicu oleh perubahan rasio ketergantungan penduduk muda ( 15 tahun ke bawah) dan peningkatan pesat usia
kerja yang diakibatkan oleh penurunan fertilitas yang pesat. Simulasi ini
menghasilkan peningkatan yang cukup berarti dalam tingkat tabungan dan dalam
akumulasi kekayaan selama periode transisi demografi (dengan asumsi bahwa
tingkat suku bunga, return to capital dan tingkat produktifitas konstan). Simulasi
ini juga menghasilkan tingkat tabungan dan rasio kekayaan dan pendapatan yang
transisi yang panjang ini. Ini berakibat pada peningkatan pertumbuhan ekonomi
yang stabil dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah. Williamson
menyimpulkan bahwa perubahan demografis, terutama peningkatan penduduk
usia kerja dan peningkatan tabungan yang dipicu oleh penurunan rasio
ketergantungan (dependency ratio), diasosiasikan sebagai telah menyumbang
‘sepertiga’dari rata-rata pertumbuhan per kapita per tahun yang sebesar 6 persen
di Asia Timur pada waktu itu. Penemuan ini para peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat fertilitas yang tinggi di negara-negara berkembang telah menjadi salah
satu sebab kemiskinan terus menerus, baik itu terjadi pada tingkat rumah tangga
maupun pada tingkat makro. Jadi keberhasilan para ekonom demografer yang
revisionis dalam membuktikan bahwa penduduk memang mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut.
1. Negara berkembang, terutama Asia Timur dan Asia lainnya mengalami
transisi demografi yaitu penurunan fertilitas dan mortalitas yang dalam
tiga dekade menyebakan perubahan struktur umur yang menguntungkan
bagi peningkatan produktivitas.
2. Kemajuan di bidang pembangunan lain yang mengiringi transisi
demografi telah menghasilkan peningkatan kuantitas maupun kualitas
data empiris jangka panjang yang tersedi untuk keperluan penelitian,
memunculkan berkembangnya hipotesis yang dapat diuji kebenarannya.
3. Pendekatan untuk mencari arah dan bentuk hubungan antara pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi tidak lagi hanya berfokus pada
juga dampak perubahan struktur penduduk terhadap lapangan kerja
danpertumbuhan GDP per kapita.
Transisi demografi dalam jangka panjang berdampak pada:
1. peninkatan jumlah tenaga kerja yang apabila mendapatkan kesempatan
kerja yang produktif akan meningkatkan total output.
2. akumulasi kekayaan yang lebih besar apabila ada tabungan masyarakat
yang diinvestasikan secara produktif, dan
3. tersedianya modal manusia yang jumlahnya lebih besar apabila ada
kebijakan investasi yang khusus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia (Bongaarts,2001; Birdsall dan Sinding eds., 2001)
2.2 Beban Ketergantungan
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun
ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan
jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara
apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency
ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio
yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi.
Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih pesat dibanding dengan
pertumbuhan penduduk muda memberikan peluang untuk mendapatkan bonus
demografi. Hal ini terwujud apabila ada respons kebijakan pemerintah yang
positif pada saat bonus demografi dengan menyediakan tenaga kerja cukup besar
untuk meningkatkan produktivitas.
Transisi demografi menurunkan proporsi penduduk umur muda dan
meningkatkan proporsi penduduk usia kerja, dan ini menjelaskan hubungan
pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Penurunan proporsi
penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan
mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Mason, 2001;
Ross, 2004)
Bagaimana proses mencapai tahap bonus demografi dan bagaimana suatu
negara dapat memanfaatkannya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat?
Perubahan struktur umur penduduk ini dapat terjadi karena adanya proses transisi
demografi secara berkelanjutan dan berjangka panjang. Teori transisi demografi
berpendapat, bahwa mula-mula tingkat mortalitas menurun karena kemajuan
Peningkatan teknologi kesehatan ini berhasil menurunkan angka kematian
bayi sehingga laju pertumbuhan penduduk meningkat pesat dan seetelah beberapa
lama tingkat fertilitas juga menurun. Lima belas tahun kemudian kohor ini
memasuki usia produktif, sehingga menyebabkan terjadi pergeseran distribusi
penduduk menurut umur dan menyebabkan penurunan rasio ketergantungan usia
non-produktif terhadap usia produktif.
Bonus demografi sering dikaitkan dengan suatu kesempatan yang hanya
akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk negara, yakni the window of
opportunity. Kesempatan yang ada berkaitan dengan bonus demografi ini berupa tersedianya kondisi atau ukuran yang sangat ideal pada perbandingan antara
jumlah penduduk yang produktif dan penduduk non produktif. Thewindow of
opportunity ini tidak terjadi selamanya melainkan melainkan hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, satu atau dua dekade saja. Ini disebabkan karena
dalam perjalanan transisi demografi, harapan hidup yang terus meningkat akan
meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa, sehingga rasio
ketergantungan akan meningkat lagi. Jadi terbukanya the window of opportunity
yang menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktivitas harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah suatu negara apabila ingin
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Bongaarts (2001) dan Bloom dkk.
(2003) menekankan bahwa ada beberapa faktor yang penting dalam menjelaskan
hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, yakni penawaran tenaga kerja,
2.3 Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources
merupakan penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor
produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi,
hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (man power) yang dapat dianggap
sebagai faktor produksi
Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja, berarti mampu
melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Secara fisik, kemampuan kerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam
usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok dalam usia tersebut dinamakan
tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai
penduduk dalam usia kerja (Simanjuntak, 2005).
2.3.1 Teori-teori Ekonomi Sumber Daya Manusia
1. Teori Klasik Adam Smith
Adam Smith (1729-1790) mengemukakan, bahwa manusia sebagai faktor
produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Smith melihat
bahwa alokasi sumber daya mamusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan
ekonomi.
Thomas Robert Malthus (1766-1834) mengatakan bahwa manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena perkembangan jumlah manusia
jauh lebih cepat dibandingkan dengan petumbuhan hasil-hasil pertanian, maka
Malthus meramalkan bahwa suatu ketika akan terjadi malapetaka yang akan
menimpa umat manusia. Dalam Essays on the Principles of population, ia
menguraikan bahwa satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka itu
adalah dengan melakukan kontrol dan pengawasan atas pertumbuhan penduduk.
3. Teori Coale-Hoover
Coale-Hoover tidak melihat menduduk semata sebagai input dalam proses
produksi, tapi terutama sebagai konsumen hasil produksi. Coale-Hoover
berpendapat, bahwa perubahan penduduk baru terasa pada penduduk sebagai
input produksi setelah tiga puluh tahun. Dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi,
angkatan kerja angkatan kerja akan menjadi lebih besar setelah tiga puluh tahun.
Hal ini dapat mendorong dihasilkannya jumlah out put yang lebih besar. Tetapai,
jumlah angkatan kerja yang besar juga berarti harus disediakan modal fisik yang
lebih besar agar mereka dapat berproduksi. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang,
pertumbuhan penduduk menaikkan jumlah angkatan kerja, tetapi memperlambat
kenaikan out put pekerja.
Teori Ratex mengemukakan bahwa, perubahan permintaan, apakah
melalui ekspansi moneter atau rangsangan fiskal akan menaikkan out put nyata
atau employment, bila masyarakat tidak menduga adanya permintaan itu. Tetapi,
masyarakat kemudian akan belajar dari pengalaman tentang perubahan
permintaan yang tidak diduga tersebut. Akhirnya, permintaan akan kembali
seperti semula. Out put nyata dan employment kembali ke titik keseimbangan
semula.
2.3.2 Struktur Tenaga Kerja
Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat
Statistik (2008) dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor
Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat
atau berusaha dalam kegiatan produksi.
1. Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah :
a) Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan melakukan
pekerjaandengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau yang lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam
b) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah :
• Pekerja tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun
perusahaan menghentikan kegiatan sementara.
• Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu hujan untuk menggarap sawah.
• Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, dalang dan lain lain.
2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan,
yaitu:
a) Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha
mencari pekerjaaan.
b) Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan
menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.
c) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaaan.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah
tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai
pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/ mahasiswa),
atau bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung
Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI Gambar 2.1
Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerj PENDUDUK
( Total Population)
Penduduk dalam usia kerja (Working age population) Tenaga Kerja (Manpower)
Penduduk diluar usia kerja Di bawah usia kerja Di atas Usia Kerja Lain-lain Setengah Penganggur Menurut Pendidikan dan Setengah Penganggur Menururoduktivitas Setengah Penganggur Menurut Pendapatan
Setengah Penganggur Tidak Kentara (Invisible or Disguised
Underemployed) Setengah Penganggur Kentara
(Visible Underemployed) Setengah Menganggur (Underemployed) Bekerja Penuh (Fully Employed) Mencari Pekerjaan/Menganggur (Unemployed) Bekerja (Employed) Lain-lain Ibu Rumah Tangga Sekolah
Bukan Angkatan Kerja (Notin the Labor Force) Angkatan Kerja
2.3.2 Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian,
dikendalikan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (Mankiw, 2002). Pasar
tenaga kerja berbeda dengan sebagian pasar lainnya, karena permintaan tenaga
kerja merupakan permintaan turunan. Sebagian besar jasa tenaga kerja, bila
dibandingkan dengan barang-barang jadi yang siap dinikmati oleh konsumen,
merupakan input untuk memproduksi barang-barang lainnya. Permintaan tenaga
kerja berasal dari pihak dunia usaha. Orang berusaha sendiri atau ada orang lain
yang membutuhkan dan mempekerjakan. Misalnya, perusahaan tekstil
memerlukan tenaga kerja untuk mengawasi mesin-mesin tenun, pengusaha toko
memerlukan pramuniaga, dan sebagainya. Untuk memahami permintaan tanaga
kerja, kita perlu berfokus pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dan
menggunakannya untuk memproduksi barang-barang untuk dijual.
2.3.2.1 Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 2.1 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja, di mana
permintaan tenaga kerja ditentukan oleh produktivitas marginalnya dalam
memproduksi output nasional. Gambar 2.1 memiliki kemiringan (slope) yang
negatif. Kurva permintaan tenaga kerja tersebut menjelaskan mengenai besarnya
tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Kurva tersebut memiliki hubungan
yang negatif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula sebesar W dan tenaga
kerja sebesar L. Saat upah turun sebesar W1 maka permintaan tenaga kerja akan
berpengaruh pada penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta. Sebaliknya jika
tingkat upah yang diminta semaikin rendah, maka jumlah permintaan akan tenaga
kerja juga meningkat.
Upah (W)
W
W1 Demand Tenaga Kerja (D)
L L1 Jumlah Tenaga Kerja (L)
Gambar 2.2
Kurva Permintaan Tenaga Kerja
2.3.2.2 Penawaran Tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan
jumlah satuan tenaga kerja yang bersedia ditawarkan oleh supplier (Ananta,
2000). Penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam yang digunakan pada
kegiatan untuk menghasilkan sesuatu di pabrik-pabrik, pertanian, bisnis lain,
pemerintah, atau usaha nirlaba. Dalam penawaran tenaga kerja supplier
dihadapkan kepada tradeoff antara pekerjaan dan waktu luang. Semakin banyak
waktu yang digunakan untuk bekerja maka semakin sedikit waktu yang dimiliki
Gambar 2.2 mengilustrasikan mengenai kurva penawaran tenaga kerja.
Kurva tersebut menggambarkan mengenai hubungan antara besarnya tingkat upah
dengan jumlah tenaga kerja. Kurva penawaran kerja memiliki kemiringan (slope)
yang positif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula yang ditetapkan sebesar
W dan tenaga kerja yang ditawarkan sebesar L. Kemudian ada kenaikan upah
sebesar W1, sehingga terjadi kenaikan penawaran tenaga kerja sebesar L1.
Artinya semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan maka akan terjadi
peningkatan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Sebaliknya, jika tingkat upah
turun maka penurunan pada jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pun akan
terjadi.
Upah(W) Supply Tenaga Kerja (S)
W1
W
L L1 Jumlah Tenaga Kerja (L)
Gambar 2.3
2.3.2.3 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Menurut Gregory Mankiw (2002), dalam pasar tenaga kerja yang
kompetitif ada dua hal yang mempengaruhi tingkat upah yaitu :
1. Upah menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan tenaga kerja.
2. Upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja.
Gambar 2.3 memperlihatkan pasar tenaga kerja yang berada dalam kondisi
seimbang. Upah dan jumlah tenaga kerja telah menyesuaikan diri dengan
keseimbangan penawaran dan permintaan. Ketika pasar berada dalam kondisi
seimbang, maka permintaan terhadap tenaga kerja akan sangat besar untuk
memaksimalkan produksi. Maka dari itu, upah harus sama dengan nilai produk
marignal tenaga kerja ketika upah telah menyeimbangkan penawaran dan
permintaan. Upah(W) Penawaran Upah Keseimbangan Permintaan
Keseimbangan Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 2.4
Salah satu masalah yang biasa yang timbul dalam bidang angkatan kerja
adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja dengan (demand
of labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa:
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor).
2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess
demand for labor).
Keadaan yang umumnya terjadi adanya kelebihan penawaran tenaga kerja
(excess supply of labor). Artinya, pada suatu tingkat upah tertentu, di suatu
lapangan pekerjaan, maka jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk
dipekerjakan lebih banyak dibanding dengan jumlah orang yang diminta untuk
bekerja. Meskipun demikian, pada beberapa lapangan pekerjaan tertentu dapat
terjadi kelebihan permintaan terhadap pekerjaan (excess demand for labor).
Artinya pada suatu tingkat upah tertentu, jumlah orang yang diminta untuk
bekerja dalam suatu lapangan pekerjaan tertentu lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja.
Pada gambar 2.4 terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah
W1 penawaran tenaga kerja SL lebih besar daripada permintaan tenaga kerja DL.
Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya bekerja adalah sebanyak N2,
sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang
adanya excess for labor. Pada tingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja
(DL) lebih besar dibanding penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang
menawarkan dirinbya unntuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3
orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 orang.
W Excess supply SL W SL of labor W1 W2 Excess Demand DL DL N1 N2 NN3 N4 N Gambar 2.5 Gambar 2.6
Excess supply of labor Excess demand for labor
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja yang menimbulkan masalah dalam
ketenagakerjaan. Di Indonesia sendiri yang terjadi adalah kelebihan tenaga kerja,
hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang sangat besar jika dibandingkan
dengan ketersediaan modal, akibatnya produktivitas sangat kecil.
Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung
yang dapat dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi di sektor di
mana pada mulanya para penganggur tersebut berada. Selain masih terdapat
beberapa sumber lain untuk tambahan tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor
tangganya sendiri, pertambahan penduduk dari masa ke masa, dan pengangguran
baru yang diciptakan oleh pertambahan efisiensi. Sumber-sumber tenaga kerja ini
memungkinkan negara yang menghadapi masalah kelebihan penduduk
mengembangkan industri-industri baru dan kegiatan-kegiatan ekonomi baru
lainnya tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penawaran kerja tidak terbatas. Pada mulanya
dihadapi masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan tredidik, tetapi dalm
jangka panjang hal ini dapat di atasi dengan dengan memperluas pendidikan.
Dengan demikian hambatan pembangunan yanag terutama adalah kekurangan
modal.
2.4 Lapangan Kerja
Struktur perekonomian suatu negara dapat dicerminkan dengan, antara lain
struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status
pekerjaan utama dari para pekerjanya
Lapangan pekerjaan utama adalah bidang kegiatan utama dari para tenaga
kerja tersebut. Lapangan pekerjaan utama digolongkan atas:
1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
5. Bangunan
6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi
8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Pribadi
10.Kegiatan yang belum jelas/lain-lain
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Dominica Devi B (2014) dalam skripsinya
berjudul “Pengaruh Bonus Demografi Terhadap Pengangguran Terdidik Dan
Pengangguran Usia Muda Di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh bonus demografi terhadap pengangguran terdidik
berdasarkan jenjang pendidikan dasar ke bawah, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi serta pengangguran usia muda di perkotaan dan perdesaan.
Hasil regresi sederhana dari penelitian ini menunjukkan, bahwa bonus demografi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang
pendidikan tinggi, pengangguran usia muda di perkotaan dan di persedaan di
Indonesia. Bonus demografi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
pengangguran terdidik jenjang pendidikan dasar ke bawah. Bonus demografi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang
Penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey G Williamson (2001) dalam jurnal
yang berjudul “Demographic Change, Economic Growth, and Inequally.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bonus demografi terhadap
peningkatan tabungan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bonus demografi berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi
negara-negara di Asia.
Penelitian yang dilakukan oleh Allen C Kelley dan Robert M Schmidt
(2001) dalam jurnal yang berjudul “Economic and Demographic Change”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transisi demografi yang
meliputi rasio ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth
Rate(CBR) terhadap pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian
dilakukan di 86 negara yang tersebar di seluruh belahan dunia. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa transisi demografi yang meliputi rasio
ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth Rate (CBR)
berpengaruh negatif terhadap peningkatan pendapatan per kapita dan
pertumbuhan ekonomi di 86 negara yang diteliti.
2.6 Kerangka Konseptual
Bonus demografi akan memberikan dampak pada perekonomian, di mana
proporsi penduduk usia non produktif yang sedikit. Beban ketergantungan yang
rendah akan mengurangi besarnya investasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk
memperluas lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu bonus
demografi juga menyediakan tenaga kerja yang besar untuk memacu pertumbuhan
ekonomi di kota Medan. Keadaan ini dilihat sebagai peluang atau the window of
opportunity, atau malah menjadi bencana karena ketidaksiapan dalam menyongsong bonus demografi ini. Konsep kerangka konseptual yang dibahas
dalam penelitian tentang dampak bonus demografi terhadap ketersedian lapangan
kerja di kota Medan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.7
Kerangka Konseptual Dampak Bonus Demografi Terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja di Kota Meda
Bonus Demografi Lapangan Kerja Tenaga Kerja yang Besar Rasio Ketergantungan yang Rendah
2.7 Hipotesis
1. Beban ketergantungan berpengaruh negatif terhadap ketersediaan
lapangan kerja di kota Medan
2. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap ketersediaan lapangan kerja di