Federalisasi
Sarnsu Rizal PanggabeanOleh: Samsu Riza1 Panggabean ..
Banyak jalan menuju federasi. Bahkan, dapat dikatakan tidak ada model dominan yang dapat menggambarkan bagaimana sistem politik atau negara yang tadinya bukan federasiberubah menjadi federasi, dan bagaimana negara atau satuan politik yang terpisah-pisah bergabung menjadi sebuah federasi. Selain itu, tidak semua usaha federalisasiberjalan dengan lancar dan berhasil. Sebagai contoh, di Republik Rakyat Cina usaha-usaha federalisasi sudah berlangsung setelah revolusi 1911, khususnya di prapinsi-prapinsi selatan. Di RRC, federalisasi dianggap dapat menyelesaikan konflik antara kepentingan loka! dan kepentingan pemerintah pusat. Selain itu, federalisasi juga terkait dengan anti-militerisme dan dukungan kepada demokrasi. Kendati demikian, rencana-rencana federalisasidi RRC belum berhasil antara lain karena konflik
dan ketidakselarasan antarpropinsi.
IDi lain pihak, Yugoslaviapernah
menerapkan federasi dan konfederasi. Akan tetapi, seperti diketahui, federasi ini sudah bubar. "Federalismepolisentrik" atau praliferasi elitotoriter di negara-negara bagian dituduh telah menjegal demokrasi dan partisipasi di bekas Yugoslavia. Federalisme polisentrik ini, pada gilirannya menjadi kekuatan sentrifugal yang merusak (kon)federasi Yugoslavia. Dari tujuh republik dan dua propinsi yang dulu membentuk Yugoslavia,sekarang tinggal dua republik, yaitu Serbia dan Montenegro.2
Salah satu jalan menuju federasi adalah melalui formasi negara pascakoloniaL Beberapa federasi muncul setelah kolonialisme berakhir. Federasi India, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Uni Emirat Arab adalah contohnya. Negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris. Apabila periode kolonialisme di tarik ke periode yang lebih awal, beberapa federasi lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, dan Kanada adalah bekas koloni Inggris. Australia sampai sekarang masih bagian dari persemakmuran Inggris. Ini menunjukkan salah satu kecenderungan dalam federa1isasi, yaitu adanya
FEDERASI DALAMMASYARAKATINTERNASIONAL.
~deralisme adalah salah satu bentuk sistem atau organisasi politik yang
r
banyak digunakan. Di kalangan maSYafakatinternasional kontemporer, paling tidak ada sembilan belas negara federasi,mulai dari yang mini seperti Republik Islam Federal Komora sampai yangraksasa sepertiAmerika Serikat(lihat tabel 1). Negara-negara demokraSi yang besar dilihat dari jumlah
penduduk dan luas wilayah termasuk di dalamnya, sehingga menopang argumen yang mengatakanbahwa negarayangbesar dan demokratisberbentuk federasi. Selain itu, masih ada ada dua puluh satu negara yang mencakup tatanan federal, yaitu dalam bentuk desentra1isasi yang konstitusional, walaupun pada dasarnya bukannegara federasi.Ini termasuk Republik Rakyat Cina yang memiliki lima wilayah otonotni.
Secara singkat, tulisan iniakan membahasdua fokus.Yangpertama adalah bagaimana negara-negara federasi terl>entukdan masalah politik apa yang ingin diselesaikan lewat pembentukan federasitersebut. Yang kedua adalah status negara-negara federasikontemporerdilihatdari beberapa sudut. Dengan dua fokus di atas,tulisan initidak lebihdarieksplorasiawalke arah federalisme/ federalisasi komparatif yang masih jarang sekali dilakukan.
* Artikel ini merupakan bagian kedua dari e1aborasipenulis tentang federalisme (bagian pertama berjudul "Federa1isasi dan Demokratisasi Indonesia", dimuat pada terbitan jurnal ini, Jurnal Sosial Politik (JSP), Volume I, nomor 3, Maret 1998).
-
Star pengajar pada jurusan Ilmu Hubungan InterJllSional,Fisipol, Universitas Gadjah Mada.Joseph Fewsrmth, "China," dalam S.M. Lipset, ed., The Encydopledia of DemoaacyWashington:
Congressional Quarterly, Inc., 1995, halo 206.
Lenard J. Cohen, Broken Bonds. The Disintqpation of Yugoslavia, Boulder: Westview, 1993, halo 33.
Federasi DaJam Masyara/alt /1IIernosional SaImu Riza1 Panggabcan Samsu Riza1 Panggabcan Federasi Dalom Masyarakal/1IIernosionaJ
pengaruh Inggris.Kerajaan Inggrissendiri adaIah negara kesatuan. Selain
itu, dalamsejarahpemikiranfederalisme,yangmunculdariimperiumInggris
adaIahmashabpemikiran"federalismeimperial"yanginginmentransformasi
imperium menjadi sistem federal yang mendunia.3 Walaupoo demikian, sistem
politikInggrismengandungtatanan federal,yaituUnitedKingdomof Great
Britainand Northern Ireland yang terdiridari empat negeridan lima pulau
yang berpemerintahansendiri.Pada saat ini, kalanganparlemen di Inggris
juga tengah membicarakankemungkinanfederalisasibagi negara kesatuan
Inggris.
Kecualidi negara-negarayangmenjadifederasisete1ahpenguasakolonial
angkat kaki, prosesfederalisasidalam arti unifikasibeberapa satuan politik
yang berbeda dan terpisah berlangsung mela1uiperiode yang panjang.
Penga]amannegarafederasimoderenyangpertama, yaituAmerika Serikat,
ada1ahcontohnya.Prosesfederalisasibermulapada 1787,ketikanegara-negara
bagian yang tadinya terikat dalam suatu konfederasimenyepakatiperlooya
membentukpemerintahannasionalyangmemilikikekuasaanyanglebihbesar.
Konstitusifederalini diratifikasipada mulanyaoleh sembilandari tiga belas
negarabagian.Kemudian,satu-persatusisanyameratifikasinya.FederasiAS
berkembang seiringdengan bertambahnya negara bagian yang bergabung
denganserikat.Sampaike masakinipun, prosesfederalisasidan pertarungan
kekuasan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian masih
berlangsung.Sebagaicontoh, pada tahoo 1990-anKongres mengusahaan
undang-undangyanginginmemindahkanotoritasdi bidangpendidikandan
kebijakan ekonomi ke negara bagian. Pada tahun 1995 Kongres AS
memberikan wewenang kepada negara bagian untuk melakukan kontrol
terhadap program pemerintah federal di negara bagian, seperti program
kesejahteraansosial,pendidikan,dan lingkunganhidup.4
Penea1amannegara-negarafederasimenoojukkanmenoojukkanada dua
gerak atau arus yang sangat menonjol dalam federalisasi.Gerak pertama
adalah unifikasi.Dalam hal ini, beberapanegaraatau satuan teritorialyang
terpisah menggaboogkandiri menjadi sebuah federasiyang berlandaskan
Daniel J. Elazar, "Federalism," S.M. Lipsed, ed., The Encyclopedia of Democmcy{WashingtonL Congressional Quarterly Inc., 1995)vol. n, halo479.
http://www.doseup.org/federa1.htm.
JSP
·
Vol. 2, No.2, Nopember 1998 37TabeI1.Negara-Negara Federasl: Beberapa IndlkatorTerplllh
ra UnitoUnII Ju_ lua8
_k
""ndapatanKon_ ""ndud""
--
NogIra clan(Inl) Iiun') ""ndapmn
pot kapIta ($.ln71
-AJgenina 23 propinIl,5 wIayah, 38.28U83 2.788.8110 348.2 mIIar
It_-.
8.70C!/kap1aIdlstrtkf_
Australia
8_ bagian.
18.813.0117 7._.850 NegaraF_ 384mIIar4 wiIay8h_, DernoIntiI 21.400/kap11a
21_, I wIIayah-.
AustIIa 8 Und8t 8.023.244 83.855 RepoA>IItF_ 174.1 mIIar
(1_) 21.400/kap11a
Belgia 3 wIIayah, 10.174.822 30.510 Korajaan 238.3 mIIar
3 komuniIasbudoya 23.200/kap11a
Brasilia 28 """ora bagian. 188.808.557 8.511.885 RepubII< Federal 1.04 triIun
I distrikIbukotafederal 8.3OOIItopIa
Kanada 10 propinIl, 30.875.388 8.878.140 F_ dongan 858 miIiar
2 tentori patlementer 21.7001kap.a
Islam Komoro 3 puIau 545.528 2.170 RI!IJUI>IikF_lsIam 8851ka400 jIaa
Jerman 18 Under 82.078.454 358.810 F_ R..,.- 1.741r11un
2O.8OOIkap.a India 25 """ara bagian, 884.003.883 3.287.580 RepubII< Fed«asl 1.5341ri1iun
7 wtlayah kesatuan. 1.8OOIkapIta I fedenlSl.
1 negm asosiasi
Malaysia 13 """ara bagian 20.832.801 328.750 MonarId 227 mIIar lI.lOO/kapiIa Mekslko 31 """ora bagian. 88.552.778 1.872.550 RepubII< 884.3 miIiar
I dislrik federal 7.700/kap11a
Nigeria 30 ""II'" bagian. 110.532.242 823.770 RepubII< 132.7 mIIar I tortlori _ federal I .3OO/k8pIIa (1_) Pakistan 4 "",plnsl, 135.135.185 803.840 RepubII<lsIam 344 miIiar
8 wIIayah 1_. 2.8OOIkapIta
I_f_
Rusia 88 repubUk dan wiayaII 148.881.022 17.075.200 Fedorasl 882 mIIar
4.700/kap1a
Spanyol 17 wiayaII-.om! 38.133._ 504.750 Kerajaan 842.4 mIiar
18._ph
Swiss 28_ 7.280.357 41.280 RepubIIkF_ 172.4 mIIar
23.8OOIkaph
Uni Emiral Arab 7 ernirII 2. 303.088 82._ Federasi 54.2 mIIar 24.000IkIIa
AmerIka
_
50 ""II'" bagian, 270.311.758 8.828.011 RepubII<F_ 8,083 mIIar2 f_, 3 ""IIara 3O.2OO/1<apIta aaosiasl.3_ 1okaI, 3 "'*'<:DrpOraIedtenIorIos, Idlstrtk_.21kuI federal, 72 puIau. YU80lIavia 2__ 11.2011.038 102.350 R..,.-F_ 24.3 mIIar 2.28O/kapi1a
S<mber.l.PIef (11I5); W/tgIII(18I8)
Federasi DaJom Masyarakat InternosionoJ Samsu Riza1 Panggabean Samsu Riza1 PaJ18V"""m
Federasi DaJom Masyarakat InternosiolUlJ
konstitusi tertulis. Fokus utama gerak pertama ada1ah teritori. Maksudnya, ketidakselarasan atau masalah yang ingin ditangani berhubungan dengan teritori, seperti statusnya, kontrol atasnya, otonominya, atau pemisahannya dari entitas yang lebih besar tempatnya berada. Gerak yang kedua adalah penyebaran dan desentralisasi. Dalam ha1 ini, otoritas clan kekuasaan dari pusat atau pemerintah umum disebarkan clan didesentralisasikan ke satuan-satuan pemerintahan yang menjadi bagian federasi tersebut. Seperti halnya dengan gerak pertama, gerak kedua ini juga ditandai dengan ketegangan, benturan, dan bakan gerak mundur. Tetapi, berbeda dari gerak pertama, fokus utama gerak kedua adalah pemerintahan. Maksudnya, ketidakselarasan atau masalah yang ingin ditangani berhubungan dengan pemerintahan, seperti tipe sistem politik yang akan digunakan, penggantian pemerintahan pusat clan komposisinya, perlawanan atau pemberontakan terhadap pemerintah pusat, perang saudara, ketidakselarasan horizontal, clan lain-lain.s
Demokrasi
Bila konflik clanketidakselarasan politik yang ditangani federalisasi dilihat dari sudut teritori dan pemerintahan, beberapa kecenderungan dapat ditekankan dari pengalaman negara-negara federasi. Federasi pada umumnya memiliki lembaga legislatif yang terdiri dari dua kamar (bikameral). Dari sembilan belas negara federal dalam tabel2, hanya dua negara yang berkamar satu (unikameral), yaitu Republik Federal Islam Komora clan Uni Emirat Arab. Kedua negara ini juga memiliki kekhususan lain: Komora hanya memiliki satu partai politik nasional, seclangkanUni Emirat Arab ma1ahtidak memiliki partai. Yang menarik adalah bahwa kecenderungan bikameralisme berlaku terlepas dari apa bentuk pemerintahan yang digunakan -parlementarisme, presidensialisme,atau semi-presidensialisme.Kecenderungan bikamera1ismedalam praktikfederasise1arasdenganprinsip-prinsipfederalisme,
khususnya nonsentralisasidalam politiklegislatif,dan checksand balances.
Bikameralisme dapat dianggap sebagai penopang institusional terhadap
prinsip-prinsiptersebut.
Tabel2.
Sistem Pemerintahan dan Sistem Kepartalan
Sumber: Upset (1995); Gastil (1988); Wright (1998) Pembedaan teritori dari pemerintahan sebagai pokok ketidakselarasan dan kontlik diambil dari
Margareta SoUenberg,ed., States inAnned ConDict 1996, Uppsa1a: Uppsala University, 1997.
38 JSP
·
Vol. 2, No.2, Nopember 1998JSP. Vol. 2, No.2, Nopember 1998 39
Negara Sistem Pemerintahan Kepartaian-Kekuasaan Politik Argentina Presidensial, Bikameral Multipartai-Sentralisasi Australia Parlementer, Bikameral Multipartai-Desentralisasi Austria Parlementer, Bikameral Multipartai-Sentralisasi Belgia Parlementer, Bikameral Multipartai-Desentralisasi
Brasil Presidensial, Bikameral Multipartai-Desentralisasi Kanada Parlementer, Bikameral Multipartai-Desentralisasi Komoro Parlementer, Unikameral Nasionalis-satu partai Jerman Parlementer, Bikameral Multipartai-Desentralisasi India Parlementer, Bikameral Multipartai-Desentralisasi Malaysia Parlementer, Bikameral Satu Partai Dominan-Sentralisasi Meksiko Presidensial, Bikameral Satu Partai Dominan-Sentralisasi Nigeria Presidensial, Bikameral Militer-nonpartai-Sentralisasi Pakistan Parlementer, Bikameral Kuasi Multipartai-Sentralisasi
Rusia Semi-presidensial, Multipartai- ?
Bikameral
Spanyol Parlementer,Bikameral Multipartai-5entralisasi Swiss Parlementer,Bikameral Multipartai- Desentra/isasi
UniEmiratArab Parlementer,Unikameral Nonpartai-Desentra/isasi AS Presidensial,Bikameral, Multipartai- Desentralisasi
Federasi DaJam Masyarakat /nteT7l/lSionDl Samsu Rizal Panggabean Samsu Rizal Panwhfo.m
Federasi DaJam Masyarakot /nteT7l/lSionDl
konstitusitertulis.Fokus utama gerakpertama adalah teritori.Maksudnya,
ketidakselarasanatau masalah yang ingin ditangani berhubungan dengan
teritori, sepertistatusnya,kontrolatasnya,otonominya,atau pemisahannya
dari entitas yang lebih besar tempatnyaberada. Gerak yang kedua adalah
penyebaran dan desentralisasi.Dalam ha1ini, otoritas dan kekuasaan dari
pusat atau pemerintahumum disebarkandan didesentralisasikanke
satuan-satuan pemerintahan yang menjadibagian federasitersebut.Sepertihalnya
dengan gerak pertama, gerak kedua ini juga ditandai dengan ketegangan,
benturan, danbakan gerakmundur.Tetapi,berbedadarigerakpertama,fokus
utama gerakkeduaadalahpemerintahan.Maksudnya,ketidakselarasanatau
masalahyanginginditanganiberhubungandenganpemerintahan,sepertitipe
sistem politik yang akan digunakan, penggantianpemerintahanpusat dan
komposisinya,perlawananatau pemberontakanterhadappemerintahpusat,
perang saudara, ketidakselarasanhorizontal,dan lain-lain.s
Demokrasi
Bilakonflikdan ketidakse1arasan
politikyangditanganifedera1isasi
dilihat
dari sudut teritori dan pemerintahan, beberapa kecenderungan dapat
ditekankandaripengalamannegara-negarafederasi.Federasipada umumnya
memiliki lembaga legislatifyang terdiri dari dua kamar (bikameral).Dari
sembilan belas negara federal dalam tabe12, hanya dua negara yang berkamar satu (unikameral), yaitu Republik Federal Islam Komoro dan Uni Emirat Arab. Kedua negara ini juga memiliki kekhususan lain: Komora hanya memiliki satu partai politik nasional, sedangkan Uni Emirat Arab ma1ahtidak memiliki partai. Yang menarik adalah bahwa kecenderungan bikameralisme berlaku terlepas dari apa bentuk pemerintahan yang digunakan -parlementarisme, presidensialisme,atau semi-presidensialisme.Kecenderungan bikamera1ismedalam praktikfederasise1arasdenganprinsip-prinsipfedera1isme, khususnya nonsentralisasi dalam politik legislatif, dan checks and balances. Bikameralisme dapat dianggap sebagai penopang institusional terhadap prinsip-prinsip tersebut.
Tabel2.
Sistem Pemerintahan dan Sistem Kepartalan
Sumber: Upset (1995); Gastil (1988);Wright (1998)
Pembedaan teritori dari pemerintahan sebagai pokok ketidakselarasan dan konflik diambil dari Margareta Sollenberg, ed., Statt:sin Armed ConOict /996, Uppsa1a: Uppsa1a University, 1997.
38 JSP
·
Vol. 2, No.2, Nopember 1998JSP
·
Vol. 2, No.2, Nopember 1998 39Negara Sistem Pemerintahan Kepartaian-Kekuasaan Politik
Argentina Presidensial, Bikameral Mullipartai-Sentralisasi
Australia Partementer, Bikameral Mullipartai-Desentralisasi
Austria Partementer, Bikameral Mullipartai-Sentralisasi
Belgia Partementer, Bikameral Mullipartai-Desentralisasi
Brasil Presidensial, Bikameral Mullipartai- Desentralisasi
Kanada Partementer, Bikameral Mullipartai- Desentralisasi
Komoro Partementer, Unikameral Nasionalis-satu partai
Jerman Partementer, Bikameral Mullipartai- Desentralisasi
India Partementer, Bikameral Mullipartai- Desentralisasi
Malaysia Partementer, Bikameral Satu Partai Dominan- Sentralisasi
Meksiko Presidensial, Bikameral Satu Partai Dominan- Sentralisasi
Nigeria Presidensial, Bikameral Militer-nonpartai-Sentralisasi
Pakistan Partementer, Bikameral Kuasi Multipartai-Sentralisasi
Rusia Semi-presidensial, Multipartai- ?
Bikameral
Spanyol Partementer, Bikameral Mullipartai-Sentralisasi
Swiss Parlementer, Bikameral Mullipartai- Desentralisasi
Uni Emirat Arab Partementer, Unikameral Nonpartai- Desentralisasi
AS Presidensial, Bikameral, Mullipartai- Desentralisasi
Federasi DaJom Masyarakot Intemosionol Samsu Rizal Panggabean Samsu Rizal PanWtv.an
Akan tetapi, dilihat dari arus kekua.c:a;lnda1am sistem politik, penerapan prinsip nonsentralisasi menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Sedikitnya ada 16 sistem politik yang secara kelembagaan stabil dan ada 3 yang tidak atau belum stabil, yaitu Yugoslavia, Rusia, dan Komoro (lihat tllbe12). Dari 16 federasi tersebut, ada sembilan yang arus kekuasaannya desentralis, yaitu Australia, Belgia, Brazil, Kanada, Jerman, India, Swiss,Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab. Sisanya, tujuh federasi, adalah sistem politik yang sentralis, yaitu Argentina, Austria, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, dan Spanyol. Dari sini tampak bahwa kecenderungan desentralisasi tetap ada. Akan tetapi, mengingat tujuh federasi yang berm;l~ 1;1h dilihat dari sudutpenerapan prinsip nonsentralisasi, capaian negara-negara federasidilihat dari sudut implementasi prinsip nonsentralisasi cukup problematis.
Selain dimaksudkan sebagaisarnna ke1embagaanbagi prinsip nonsetralisasi, federalisme merupakan mekanisme mengatur konfIik etno-politik. Argumen ini mengatakan bahwa perimbangan hubungan dan ketidakselarasan antaretnis dapat dipengaruhi oleh strUktur kelembagaan politik.6 Selaras dengan ini, federalisasi adalah mekanisme mencapai keseimbangan antara keharusan menciptakan identitas nasional bersama di satu pihak dan pluralisme etnis dan identitas budaya yang ada di masyarakat di pihak lain. Beberapa negara federal di benua Eropa, sepertiBelgia, Spanyol, dan Swissmemang dihadapkan kepada pemilahan bahasa yang semakin lama semakin re1evansecara politik. Di Kanada, federasi dapat menjadi cara memberikan otonomi kepada kedua propinsi yang sama-sarna kaya tetapi secara etnis dan bahasa berbeda, yaitu Quebec dan Ontario. Tentu saja, ini bukan berarti di negara-negara ini federalisasi semata-mata berfungsi sebagai mekanisme pengatur konfIik etnis dan bahasa. Selain itu, di negara-negara yang kelompok-kelompok minoritasnya sudah terakomodasi ke dalam sistem, federalisasi sebagai mekanisme menangani konfIikke~h~s:'I;lnkurangre1evan.Baginegara-negara federasi tertentu, federalisasi lebih mengarah kepada persoalan pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintahan bagian-bagiannya. Dalam konteks ini, federalisasi lebih terkait kepada masalah pemisahan kekuasaan. Negara-negara Jerman, Swiss,Be1gia,Austria, dan Amerika Serikat adalah ilustrasi tepat bagi penggunaan federalisasi sebagai salah satu mekanisme pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah di unsur-unsur yang tergabung dalam federasi tersebut.
Federasi DaJom Masyarakot Intemosiollill
Tabel 3. Federasl dan Masalah Sub Naslonal
Negara Atgentina Sengksta Pernemlahan Auslrala Austria BeIgia Brasilia Kanada Kornoro Jerman India Malaysia M_ Nigeria Pakistan Rusia SpaII)d Swiss
Uni Emiral Arab
Mnalah Mlnorltaa Tips Penduduk asU, balk pegunungan Penduduk asll maupun dalaran
Afro.BrasIIIa EIhno-keIas
Abcrtgtn PencluWkasl
Pen\ertnlahan Pemer1ntahan
Amertka Sertkal Afrtka.Amertka Orang-orang Spanycl l'erldldlkasl EIno-IceIas Bno-kelas PencluWkAsl Etno-nasIonalsme- SekIe EJno.nasionaIis EInc>nasIonaIis Pen\ertnlahan Pen\ertnlahan Pemettnlahan
YugosIa\iIa Orang-orang AI>ania Orang-orang Slovenia Orano-orang Kroasia
Sumber. GU" (1993); So/Ienbetp (1996)
Donald L. Horowitz, Ethnic Group in ConOid, Berkeley: University of California Press, 1985, hal. 60 Iff.
40 JSp. Vol. 2, No.2, Nopember 1998
TerIIort TerIIort TerIIort
Federasi DoJom MasyarakDt IntemasionoJ Samsu Rizal Panggabean Samsu Rizal Panggabean Federasi DoJom Masyarala1t Imernasional
Dalam praktiknya, seperti tampak dalam tabet 3 tentang masalah clan ketidakse1arasansubnasional, negara-negara federasijuga dihadapkan kepada masalah penanganan clan pengelolaan konflik internal clan subnasional sebaga1mana halnya negara-negara yang bukan federasi. Masalah minoritas, seperti penduduk asli, kelompok etno-ke1as,golongan etno-nasionalis, atau sekte minoritas tertentu adalah sebagian di antaranya. Lebih lanjut, dengan mengingat dua gerak federalisasi, konflik internal di negara-negara federasi juga menyangkut maAA1ahteritori clanpemerintahan. Apabila negara-negara federasi ditempatkan di kalangan negara-negara yang dihadapkan kepada ketidakselarasan subnasional, tidak ada petunjuk kuat clanmeyakinkan yang menunjukkan bahwa federasi terbebaskan dari maAA1ahclanketidakselarasan tersebut. Yang mungkin membedakan suatu federasi dari federasi lainnya adalah tingkat clan besaran ketidakselarasan yang ada. Tentu saja, keadaan ini tidak dengan sendirinya menggugurkan pendapatyang mengatakan federasi memiliki sarana struktural yang memudahkannya menyelesaikan konflik subnasional.
Akhirnya, dilihat dari sistempemilu, tampak bahwa negara-negara federasi menggunakan sistem pem111hanumum yang bervariasi. Pada umumnya ada argumen yang mengatakan bahwa sistempem111hansecara positif atau negatif
mempengaruhikonflikdi masyarakat.
7Sebagaicontoh, apabila persentase
perolehan suara tidak tinggi, sistem pemilihan perwakilan berimbang memudahkan akses partai minoritas ke gedung perwakilan rakyat. Dalam masyarakatyang majemukclan clanterbelah, mekanisme yang memungkinkan tegaknya prinsip inklusi (indusion) sudah tentu bermanfaat menciptakan stabilitas. Wakil-wakil kelompok minoritas lebih mudah terjaring dan power-sharing di kalangan partai-partaijuga lebih mudah. Di antara negara-negara federasi,ada sembilan negara yang menggunakan sistemperwakiIanberimbang clansatu semi-perwakilanberimbang. Sisanya,sembilan negara, menggunakan sistem pern111hanyang plura1itas-mayoritas,yaitu sistem distrik,suara alternatif,
sistem dua putaran, clan suara blok (lihat tabe14sebagai contohnya). Keterangan
FPT First Past the Post (Sistem Distrik)
A AlternativeVote (Suara Altematif)
ListPR Ust ProportionalRepresentation (Sistem DaftarPerwakilanBerimbang)
TRS Two-RoundSystem (Sistem Dua-Putaran)
MMP MixedMemberProportional(Sistem PerwakilanBerimbsngCampuran)
Nde No DirectElection(T..dakada pemilulangsung)
PR ProportionalRepresentation (PerwakilanBerimbang)
Horowitz, Ethnic Group in ConDia, hal. 628ft:; lihat juga Andrew Reynolds dan Ben Reily, eds.,
Tilt:In~tionaJ IDEA Handbook of Electoral System Design, Stockholm: IDEA, 1997.
42 JSP. Vol. 2, No.2, Nopember 1998 JSP
·
Vol. 2, No.2, Nopember 1998 43Tabel 4. Sistem Pemllu
Negara Sistem Tlpe Jumlah Anggota
Pemilu (1997) Parlemen Argentina ListPR PR 257 Australia AV Mayoritas 148 Austria ListPR PR 183 BeJgia ListPR PR 150 Brasilia ListPR PR 513 Kanada FPTP Pluralitas 295 Komoro TRS Mayoritas 42 Jennan MMP PR 656 India FPTP Pluralitas 543 Malaysia FPTP Pluralitas 192 Meksiko MMP PR 500 Nigeria FPTP Pluralitas 593 Pakistan FPTP Pluralitas 217
Rusia Parallel-FPTP Semi-PR 450
Spanyol ListPR PR 350 Swiss ListPR PR 200 UniEmiratArab Nde AmerikaSerikat FPTP Pfuralitas 435 Yugoslavia ListPR PR 138 Sumber: Reynolds&Reily(1997)
Federasi DaJam Masyarakat lnternosional Samsu Rizal Panggabean Samsu Rizal Panggabean Federasi DaJam Masyarakat lnternasional
Daftar Pustaka
ECSA-World Conference, "Federalism, Subsidiary and the Democracy in the European Union", 2nd, http://www.ecsanet.org/conferences/ 2ecsaworld.htm
Finer, S.E., Comparative Governments, An Introduction to the Study of
Poli-tics, Hammondsworth: Allen Lane-The Penguin Press, 1970.
Fleiner, Thomas & Gerster, Fribourg, 'The Swiss Experience of Multiethnic Society and Federalism as a Mean to Solve Mutiethnic Conflicts," http://wwvv.ecsanet.org/conferences/ltfeiner.htm
Gastil, Raymond n, Freedom in the World, Political Rights and Civil
Liber-ties 1987-1988.~nham: Freedoom House, 1988.
Gerdes, Dirk, Democracy in Centralist and Federalist Sates, A Comparative
Analysis of the Federal Republic of Germany and France (Bonn:
Friedrich-Ebet Stiftung, 1991)
Gurr, Ted Robert, Minorities at Risk, A Global J.7ewof Ethnopolitical Con-Oicts(Washington nc.: United States Institute of Peace Press, 1993) Horowitz, Donald L., "Constitutional Design: An Oxymoron?" makalah yang disampaikan dalam pertemuan tahunan The American Society for
Political and Legal Philosophy, (San Fransisco: 5-6 Januari 1998
Lay, Cornelis, "Central-Religion Relations in Indonesia: Problems and Pros-pects, " makalah yang disampaikan da1am seminar internasional
TowardsSructural Reformsfor Democratization in Indonesia: Prob-lems and Prospectsyang diadakan LIPI dan The Ford Foundation,
Jakarta 12-14Agustus 1998
Lijphart, Arend, Democracies, Patterns of Majoritarian and Consensus
Gov-ernment on Twenty-One Countries (New Haven: Yale University
Press, 1984.
, Democracy in Plural Societies, A Comparative Explora-tion, New Haven: Yale University Press, 1977.
Linz, Juan & Stepan, Alfred, "Some Thoughts on Decentralization, Devolu-tion, and the many Varietiesof Democratic Federal Arrangements," makalah yang disampaikan dalam seminar internasional Towards
Sructura1 Reforms for Democratization in Indonesia: Problems and
Prospectsyang diadakan LIPI dan The Ford Foundation, Jakarta
12-14Agustus1998
Penutup
Seperti disebutkan di depan, tulisan ini merupakan penjelajahan awal terhadap negara-negara federasi. Penjelajahan ini menunjukkan bahwa dua gerak federalisasi, yaitu unifikasi dalam kaitannya dengan teritori dan difusi serta desentralisasi konstitusional da1amkaitannya dengan soal-soal pemerintahan, tetap menjadi tantangan utama da1amnegara-negara federasi.Ada ketegangan
baik dalam gerak unifikasimaupun dalam gerak desentralisasi.Selain itu,
penjelajahaninijuga menimbulkansuatupertanyaan:Apakah federasitelah
gagal memenuhijanjinya dilihatdari sudut nonsentralisasi,resolusikonflik,
dan partisipasipolitik?
Almond Gabriel A. & PowerJr, G. Bingham, (eds.) Comparative Politics
To-day,A World Wew;4th Edition, Glenview: Scott, Foresman &
Com-pany, 1988.
AntloY,Hans, "Federation of Intent in Indonesia, 1945-1949,"makalah yang disampaikan dalam seminar internasional Towards Sructural Re-.
forms for Democratization in Indonesia: Problems and Prospects
yang diadakan LIPI dan The Ford Foundation, Jakarta: 12-14 Agustus 1998.
Cohen, Lenard J., Broken Bonds, The Disintegration of Yugoslavi, Boulder: Westview Press Inc. 1993.
Daedalus, "Reconstructing Nations and States," Joumal on the American
Academy of Arts and Sciences, Summer, Cambridge: American
Academy of Arts and Sciences, 1993.
Dahl, Robert A., On Democracy, Yale: Yale University Press, 1998.
Federasi DaJam MasyarakaJ InternosionaJ Samsu RizaI Panggabean
Lipset, Seymour Martin, The Encydopedia of Democracy, Vol. I-IV;Wash-ington D.C.: Congressional Quarterly Inc., 1995)
Mangunwijaya, YB., "Mengapa Republik Indonesia Serikat," D&R 1Agustus 1998.
, Menuju Republik Indonesia Ser1kat,Jakarta:Gramedia,
1998.
Mubyarto, "Perilaku Ekonomi Orang Kaya Perlu Dikendalikan," Prospektif, Vol.4, No. 2-3,1992
Reynolds, Andrew & Reilly,Ben, The International IDEA Handbook of toral System Design, International Institute for Democracy and Elec-toral Assistance, 1997.
Smith, Brian c., Decentraliz<Ition, The TerritorialDimension of the State, London: George Allen & Unwin, 1985.
Steiner, Jfirg, European Democrades, London: Longman Inc., 1986. Wright, John. Willy, ed., with Editors and Reporters of Times, The New J0rk
Times 1999, The Almanac of Record, New York: Penguin
Refer-ence Books, 1998.
Zeigler,Harmon, The Political Community, New York & London: Longman, 1990.