Desa Ketiwijayan Jadi Kampung
KB
PURWOREJO, FP – Desa Ketiwijayan, Kecamatan Bayan, Purworejo menjadi Kampung Keluarga Berencana (KB) yang ke empat dicanangkan oleh Kepala Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana (Dindukcapil KB) Purworejo, Sukmo Widi, Selasa (18/4).
Sebelumnya, Desa Pelutan, Kecamatan Gebang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Purworejo, dan Desa Jogoboyo, Kecamatan Purwodadi juga sudah menjadi Kampung KB.
Usai pencanangan, Kepala DindukcapilKB, Sukmo Widi beserta rombongan berkeliling kampung menggunakan dokar dan kereta mini.
Pencanangan Kampung KB diisi kegiatan pemasangan implan dan IUD kepada 80 aseptor. Disamping itu juga dilaksanakan pelayanan dokumen kependudukan seperti p e m b u a t a n K T P d a n K a r t u Keluarga.
Dikatakan Sukmo Widi, tujuan dibentuknya Kampung KB sebagai salah satu upaya penanggulangan pertumbuhan penduduk. Dengan adanya Kampung KB diharapkan kesadaran warga terhadap KB semakin meningkat dan berminat mengikuti program KB.
“Kesadaran warga terhadap suatu hal biasanya berawal dari lingkup keluarga dulu dan akan berkembang menjadi kesadaran lingkungan yang lebih luas lagi, “katanya.
Dijelaskan, semenjak dicanangkan kampung KB, peran serta warga yang mengikuti program KB terus meningkat sangat signifikan dibanding tahun lalu. “Peningkatanya mencapai 50 persen dibanding tahun lalu, “jelas Sukmo Widi.
Dinparbud Purworejo Gelar
Saresehan Festival Bogowonto
Eksotika Tirta Nusantara 2017
PURWOREJO, FP – Dalam rangka untuk lebih mengenalkan kepada masyarakat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo bekerjasama dengan Asosiasi Komunitas Penjaga Bogowonto (Atas Jago) menggelar saresehan Festival Bogowonto 2017, Kamis (10/8).
Saresehan digelar di pelataran petilasan Kayu Arahiwang Desa Boro Wetan, Kecamatan Banyuurip. Hadir dalam kesempatan itu Kabid Pengembangan Kelembagaan dan Promosi Pariwisata Lilos Anggorowati, Kasie Promosi dan Kerjasama Woro Theresia, serta sejumlah seniman dan budayawan.
Ketua panitia saresehan, Sapto Pamungkas mengatakan, kegiatan saresehan Festival Bogowonto Eksotika Tirta Nusantara merupakan salah satu dari lima rangkaian program Atas Jago. Dijelaskan, rangkaian Festival Bogowonto sudah digelar mulai bulan Juli 2017 lalu dan akan berakhir Oktober 2017 mendatang. Pertama, Tandya Hangrekda Bhumi Bogowonto, yakni pengambilan mata air suci Bogowonto di Sendang Petilasan Gagak Handoko, Desa Loano, Kecamatan Loano. Kedua, Saresehan di Pelataran Prasasti Kayu Arahiwang di Desa Borowetan, Kecamatan Banyuurip dengan tema mengupas tuntas Sungai Bogowonto dari sudut pandang Sejarah, Peninggalan Sejarah, Seni Budaya, Kulineran, dan Keanekaragaman Hayati Bogowonto.
Lilos Anggorowati
yang tumbuh di sepanjang alur Sungai Bogowonto yang akan dipusatkan di Petilasan Nyai Bagelen, Desa Bagelen Kecamatan Bagelen pada 20 Agustus mendatang.
Keempat, Senjanada, yaitu pertunjukan musik ethnik dan eduekdplore yang akan dipusatkan di Demang Gedi (Desa Mangrove Gedangan Purwodadi) pada 23 September 2017 mendatang. Pada eksplore yang akan digelar berupa Gallery Photo Bogowonto dari masa ke masa, Kayaking Mangrove, Eksplore Kalipasir, dan Lomba balap gethek.
Kelima adalah Gethek Emas Bogowonto, puncak dari Festival Bogowonto yang berisikan parade gethek hias dari masing-masing kecamatan yang ada di Purworejo. Tampil pula aneka pertunjukan seni dan pameran jajanan dan kuliner khas Purworejo. “Kegiatan tersebut akan pusatkan di Dewi Jowo ( Desa Wisata Jogoboyo Purworejo) pada 1 Oktober 2017,”kata Sapto.
Diungkapkan Sapto, tujuan saresehan untuk diskusi dan gendu-gendu rasa bagaimana menyelenggarakan pola pengelolaan Sungai Bogowonto yang jelas, terkoneksi, dan massif dengan basis masyarakat. Juga untuk membangun pusat pemberitaan media berbasis mssyarakat mengenai Sungai Bogowonto baik secara offline maupun online.
“Harapanya dengan diadakanya Festival Bogowonto ini akan tumbuh kesadaran pentingnya fungsi sungai sebagai penyedia bahan baku bukan tempat sampah rasaksa dan lainya maka pengelolaan, eksistensi akan semakin terjaga, “kata Sapto.
Sementara itu, Lilos Anggorowati mengatakan, even Festival Bogowonto merupakan salah satu sarana promosi wisata di Purworejo dalam menyambut Romansa 2020 dan Bandara di Kulon Progo. “Untuk menyambut bandara Kulonprogo kami sudah menyiapkan sarana dan prasarana, salah satunya melalui even Festival Bogowonto untuk mempromosikan Kabupaten Purworejo,
“katanya.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan launching logo Festival Bogowonto Eksotika Tirta Nusantara 2017. Launching ditandai dengan pembukaan kain selubung oleh Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Purworejo, Wasit Diono, S.Sos.
Desa Candisari Dicanangkan
Jadi Kampung KB ke 9
PURWOREJO, FP – Desa Candisari, Kecamatan Banyuurip, Purworejo dicanangkan sebagai kampung Keluarga Berencana (KB) yang ke 9. Pencanangkan dilakukan Rabu (10/5).
Sekretaris Dinas Adminitrasi Kependudukan Catatatan Sipil dan KB (Disdukcapil) KB Purworejo, Setiyadi, S,Sos mengatakan, pembentukan kampung KB merupakan program dari pusat. “Ini program dari pusat, dan daerah hanya melaksanakan saja, dan untuk daerah dilaksanakan di setiap kecamatan”katanya.
Dikatakan, pencanangan Kampung KB mengandung maksud untuk menggerakan agar warga mau ikut masuk KB dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Boleh dikata selama ini kegiatan KB masih tidur sehingga warga banyak punya anak dan peningkatan SDM kurang, “kata Setiyadi.
Dijelaskan, dalam pencanangan KB juga dilakukan pemasangan langsung alat kontrasepsi kepada 147 warga secara gratis. Disamping itu juga dilakukan pelayanan adminitrasi kependudukan seperti akte kelahiran, akte kematian, KTP, KK dan lainya.
“Disini semua dilayani secara gratis sesuai perda yang ada, seandainya tidak selesai dilanjutkan di dinas, “ucapnya.
Dijelaskan, pencanagan kampung KB di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Purworejo ditargetkan selesai bulan September 2017 mendatang dan diharapkan berjalan sukses. “Pengertian sukses adalah banyak yang pasang, jangan sampai pasangan subur tidak pasang, bisa bahaya, “terang Setiyadi.
didampingi Kasi Advokasi dan Edukasi Sri Made Wardani menuturkan, dalam pencanangan tersebut juga disalurkan bantuan 150 paket sembako dari BKKBN provinsi untuk keluarga aseptor kurang mampu. “Ini untuk yang kedua kalinya, sebelumnya juga sudah kami salurkan bantuan paket sembako sewaktu pencanangan kampung KB di Desa Tlogokotes, ” kata Sri Made Wardani.
M e n u r u t S a r o n i , t u j u a n p r o g r a m k a m p u n g K B u n t u k mensejahterakan rakyat, maka sasaranya antara lain, wilayah kumuh, padat penduduknya, daerah miskin, daerah pesisir, dan daerah tertinggal. “Tujuanya ya itu, membentuk keluarga kecil yang sejahtera, ” kata Saroni.
Tindak Lanjuti Keluhan Warga
Transmigrasi,
Kepala
Disperinaker Kunjungi Tolihe
PURWOREJO, FP – Kepala Dinas Perindustrian, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Diperinakertrans) Kabupaten Purworejo Drs Sutrisno,MSi melakukan kunjungan kerja selama empat hari (18 – 21 April 2017) ke UPT Tolihe, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Turut mendampingi, Kendrasmoko,Kabag Pemerintahan Pemkab Purworejo, Woro Sri Widiatmi, Kasi Transmigrasi, dan Hasanti, Pelaksana.
Woro Sri Widiatmi mengatakan, kunjungan tersebut selain untuk monitoring keberadaan warga transmigrasi asal Kabupaten Purworejo di Kendari Selatan juga menindak lanjuti adanya keluhan dari warga trans didaerah itu.
Dikatakan, warga transmigrasi yang berada didaerah itu angkatan tahun 2012. Pada awalnya yang diberangkatkan sebanyak 11 kepala keluarga, namun karena ada persoalan, kini tinggal enam keluarga saja.
Persoalan yang dihadapi, lokasi penempatan dipindah tanpa ada pemberitahuan dari pemerintah setempat. Awalnya mereka akan
ditempatkan di Tolihe, namun karena ada konfilk mereka dipindah ke Palanggan.
“Lahan yang disediakan ternyata sudah dimiliki oleh sebuah PT sehingga mereka dipindah ke lahan lain, ” kata Woro, Jumat (28/4).
Karena, ada konfilk tersebut, lanjut Woro, transmigran yang awalnya dijanjikan akan mendapat lahan seluas 1,5 hektar tidak bisa terealisasi di lahan yang baru. “Merekan hanya mendapat 1/4 hektar saja, sisanya tidak jelas, “ucapnya.
Menurutnya, terkait konfilk tersebut, UPT Tolihe sedang mengupayakan mediasi dengan pemilik PT. “Atas persoalan tersebut, pemkab Konawe Selatan berjanji akan membantu, dan kini tengah diupayakan mediasi, “ujar Woro.
Dijelaskan, karena pemberangkatan tranmigrasi tahun 2012 merupakan program nasional, maka pihaknya sudah melaporkan persoalan tersebut ke Dirjen PKP 2 Trans.
Menurut Woro, dari pengakuan warga trans didaerah itu, mereka sebenarnya sudah betah didaerah itu, namun karena terjadi konflik warga menjadi kurang nyaman.
Disamping itu pihaknya juga sangat menyayangkan para transmigran yang pulang karena tidak betah namun tidak melapor ke dinas. “Kami hanya menyiapkan SDM saja, soal lahan itu kewenangan pemerintah setempat. Jadi kalau ada yang pulang semestinya lapor ke dinas sehingga segera bisa dicarikan solusinya, “tutur Woro.
Paguyuban Purworejo Satu
Irama Gelar Silaturahmi Akbar
dan Pemberian Santunan
PURWOREJO, FP – Dalam rangka untuk mempererat rasa tali persaudaran dan menjalin silaturahmi, Paguyuban Purworejo Satu Irama (PSI) Purworejo menggelar kegiatan Silaturahmi Akbar dan Bhakti Sosial berupa pemberian santunan bagi anak yatim piatu dan kaum duafa
Kegiatan diselenggarakan di Balai Serbaguna Dukuh Kragilan Kidul RT 02 RW 02 Desa Surorejo Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, Kamis (29/6).
Hadir dalam silaturahmi akbar tersebut ratusan anggota PSI Purworejo yang tersebar di berbagai daerah dan perwakilan komunitas lainya seperti POP, CCP dan PKJ.
Sebanyak 5 kaum duafa dan 5 anak yatim piatu yang mendapat santunan uang tunai. Penyerahan bantuan secara simbolis dilalukan oleh Ketua Paguyuban PSI, Sarwoto dan Kepala Desa Surorejo, Mardino.
Ketua Paguyuban PSI, Sarwoto mengatakan, kegiatan Silaturahmi Akbar dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1438 H dan penyerahan santunan untuk anak yatim dan kaum duafa bertujuan sebagai sarana silaturahmi antar anggota dan masyarakat Purworejo, mempererat silaturahmi antar anggota
dan masyarakat, “juga untuk mewujudkan tujuan, visi, misi Paguyuban PSI serta bentuk kepedulian sosial, “kata Sarwoto atau lebih dikenal sebagai Sarwo Kenari.
Kegiatan juga diisi dengan penyerahan bantuan buku perpustakaan dari Paguyuban PKJ kepada PSI dan pertunjukan kesenian Kuda Lumping “Turonggo Seto” dari Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo.
Petani Kledung Karangdalem
Purworejo
Diajak
Melek
Teknologi
PURWOREJO, FP – Banyak upaya dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat petani di tingkat desa/kelurahan agar lebih berdaya dan sejahtera. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kelurahan Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo. Para petani difasilitasi untuk memahami pola pertanian terkini melalui program Sekolah Petani.
Mereka juga diajak untuk melek teknologi dengan adanya perpustakaan yang dilengkapi layanan konsultasi.
Jangankan menjelajah dunia maya, menyentuh komputer atau laptop pun tampak canggung. Itulah yang dialami oleh sebagian petani yang menjadi peserta Sekolah Petani di Kledung Karangdalem saat kali pertama memasuki Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bangkit di kantor kelurahan setempat. Namun, setelah petugas TBM mempraktikan cara pengoperasiannya, satu-per satu petani antusias mendekati.
Adanya fasilitas internet menjadikan mereka terdorong untuk lebih memahami dunia pertanian terkini.
“Perpustakaan ini sangat membantu kita untuk mengetahui informasi-informasi terbaru seputar pertanian,” kata Muh Yasir (43), Ketua kelompok Tani Berkah RW 4, Sabtu (10/6).
TBM Bangkit merupakan bagian dari Proyek Perubahan Penerapan Sekolah Petani untuk Pemberdayaan Kelompok Tani . Ruang baca yang yang dikelola bersama Karang Taruna tersebut menyediakan
beragam referensi bacaan terkait pertanian dan pengetahuan umum. Di TBM itu, para petani juga dapat mengakses internet secara gratis disertai dengan pendampingan dan layanan konsultasi.
“Sebenarnya TBM ini sudah ada sejak lama dan belum lama ini kita aktifkan kembali. Tidak hanya untuk masyarakat Kledung Karangdalem, melainkan juga dari desa lainnya. Ini menjadi upaya kita untuk mendekatkan masyarakat, khususnya petani, dengan perkembangan teknologi,” ungkap Veny Yudha Apriyani SSTP MH, Kasi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Kledung Karangdalem.
Menurut Lurah Kledung Karangdalem, Suwantoro SIP, selama ini para petani padi di wilayahnya masih menggunakan cara-cara konvensional dan menyebabkan hasil panen kerap tidak maksimal. Adanya program Sekolah Petani yang difokuskan pada pengelolaan tanaman terpadu padi, diharapkan mampu mengubah pola pikir mereka untuk lebih maju dan sejahtera.
“Ini merupakan program usulan kita ke pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan. Sebagai pilot projectnya kita pilih petani yang tergabung dalam kelompok tani Berkah RW 04 dengan peserta sekitar 30 orang,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah kelurahan menggandeng sejumlah pihak, antara lain Koramil Banyuurip, Kodim 0708, dan Dinas Pertanian. Beragam materi diberikan kepada petani dalam beberapa pertemuan sejak pertengahan Mei hingga Juli 2017. Mulai dari Persiapan masa tanam, pengendalian hama terpadu, sampai pemakaian alat pertanian modern, seperti transplanter, pun dikenalkan.
“Banyak kendala yang dihadapi petani, seperti kewalahan mengatasi hama dan masa tanam tidak serempak. Dalam kegiatan ini masalah itu kita selesaikan bersama. Mereka juga kita dorong untuk memanfaatkan pupuk organic dan menghindari bahan kimia,” ungkap Sri Astuti SP, POPT-PHP Pertanian Wilayah Kledung Karangdalem.
Wakil Ketua KNPI Purworejo
Sayangkan Sikap Ngotot PKL
Alun-alun
PURWOREJO, FP – Wakil Ketua KNPI Purworejo, Ananto sangat menyayangkan sikap pedagang kaki lima (PKL) Alun-alun Purworejo yang dinilai sangat ngotot, berlebihan dan tidak rasional dalam menyikapi relokasi PKL terkait rencana pemerintah akan membangun Alun-alun.
Menurut Ananto yang akrab disapa Gepeng, apapun alasanya PKL Alun-alun Purworejo tidak mempunyai dasar hukum yang jelas untuk tetap bersikukuh berjualan ditempat tersebut. “Pembangunan Alun-alun untuk kepentingan masyarakat luas, dan mayoritas masyarakat setuju, bahkan warga Purworejo di perantauan yang mengetahui rencana tersebut sangat mendukung, “kata Gepeng, Jumat (28/7).
Kata Gepeng, dirinya juga sangat menyesalkan pemahaman PKL Alun-alun yang menganggap penataan pedagang diartikan sebagai pelarangan berjualan. “Yang harus dipahami, pemerintah tidak pernah melarang tapi hanya ditata dan diberikan tempat yang sesuai dengan pembangunan Alun-alun, “ucapnya.
Gepeng mencotohkan, penataan PKL Alun-alun didaerah lain seperti Kabupaten Wonosobo juga bisa diterima para pedagang sehingga sekarang menjadi lokasi kuliner yang ramai pengunjung. “Menurut saya sebaiknya PKL Alun-alun berpikir rasional dan tidak mudah terprovokator karena nantinya yang akan menanggung rugi para pedagang itu sendiri, ” tutur Gepeng.
Masih kata Gepeng, jika ditelisik kebelakang, pada masa kepimpinan Bupati Marsaid, peraturan yang berlaku gerobag PKL Alun-alun tidak dijinkan berada di atas trotoar sehingga pejalan kaki bebas berlalu lalang. ‘Nah kalau sekarang jadi penataanya jadi seperti itu apa tidak melanggar, “tandas Gepeng.
Hobi Utak Atik Eletronik
Temukan Lampu Emergency Hemat
Energi
PURWOREJO, FP – Berawal dari hobi yang sama, Sugeng Riyadi (48),Gatot Purnomo Widodo (51), Dedi Irianto (40), dan Sugianto (39) warga Kampung Suronegaran, Kelurahan Purworejo Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo berhasil membuat lampu emergency pengganti lilin yang murah, aman,dan awet. Bahkan hasil karya empat sekawan yang diberi label si “Hegi” alias hemat energi ini mampu menjadi juara tiga lomba Kreanova (kreatifitas dan inovasi) yang diselenggarakan Bapeda Purworejo dan juara dua tingkat provinsi.
Ditemui kios ” Tim Hegi Tekno” jalan Kolonel Sugiono 94 Purworejo, Sugeng dan Adiyanto menuturkan, lampu emergency yang dibuat mempunyai daya 2 watt dengan sumber daya menggunakan baterai 1,5 Volt serta bahan-bahan sebagian memanfaatkan barang bekas.”Bahan-bahannya dari limbah jam dinding dan lampu tiga jari, “kata Adiyanto.
Dijelaskan, selain model lampu standar, juga ada beberapa model lain seperti lampu dinding, lampu belajar, dan lampu deteksi uang atau ultraviolet. Meki bahanya menggunakan barang bekas, namun Sugeng menjamin tidak mudah pecah meski terjatuh dari ketinggian 2 meter lebih. “Hanya saja karena dayanya DC, maka lampu ini tidak bisa digunakan untuk arus listrik dari PLN, “katanya.
Menurut Sugeng, awal diproduksi karena ada permintaan dari p e m e r i n t a h s e b a g a i l a m p u alternatif pengganti lilin pada saat terjadi bencana tanah longsor di Desa Caok tahun 2016 dan jaringan listrik rusak. “Waktu itu pemerintah memesan 40 unit, “katanya.
Setelah pemesanan itu produknya mulai dikenal masyarakat luas dan kini sudah ratusan lampu yang dibuat dan tersebar di berbagai daerah seperti Malang, Semarang, Depok, Jakarta Toli-toli Palembang. “Terakhir ada yang dibawa ke Palu untuk diikutkan dalam pameran, “ucapnya.
Dikatakan, lampu emergency yang murah, awet, dan aman tersebut dibandrol dengan harga Rp 30 ribu per unitnya. Sementara untuk perbaikan atau ganti bohlam cukup Rp 10 ribu.
Rekatkan Jalinan Keluarga, 41
Anak dan Cucu Digiring
Keliling Desa
PURWOREJO, FP – Ada banyak cara untuk merekatkan jalinan keluarga besar. Salah satunya dengan tradisi Angon Putu seperti yang dilakukan oleh keluarga Mbah Sapuan (81) dan Lasiyah (75) di Desa Kaliwungu Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Pasangan kakek nenek yang telah memiliki anggota keluarga sebanyak 41 orang ini mengumpulkan seluruhnya dan mengajak berkeliling desa serta ziarah ke makam luhurnya.
Pagi itu, Rabu (28/6), Mbah Sapuan berpenampilan layaknya seorang penggembala. Kepalanya bercaping dan tangannya menggenggam cemeti. Raut wajahnya yang keriput tampak cerah. Meski berusia senja, ia bersama sang istri masih tampak sumringah berjalan dan energik memainkan cemetinya.
Serupa menggembala kerbau atau ternak itik. Setelah berdoa di halaman rumahnya, Mbah Sapuan dengan sabar menggiring anak, menantu, dan cucu yang berjumlah 41 orang keliling desa. Sepanjang jalan yang dilewati, pemandangan yang jarang dijumpai itu menyedot perhatian warga.
“Ini merupakan tradisi Jawa yang dikenal dengan Angon Putu atau menggembala cucu. Syaratnya pasangan suami istri yang masih utuh sudah memiliki minimal 40 anggota keluarga, terdiri dari anak, cucu, dan buyut,” kata Siswanto, anak tertua dari Mbah Sapuan yang kini menjadi Kepala SDN Plaosan UPT Dikpora Kecamatan Bruno.
Bagi keluarga Mbah Sapuan, Angon Putu merupakan salah satu bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT atas karunia keturunan hingga terbentuk sebuah keluarga besar. Angon Putu juga menjadi media perekat anggota keluarga dan menjaga tali silaturahmi.
“Mbah Sapuan memiliki 7 anak dan kini sudah tersebar di sejumlah daerah, seperti Jakarta dan Jawa Barat. Dengan seperti ini anggota keluarga secara lengkap dapat berkumpul dan saling berkomunikasi. Jika ada yang dalam kondisi kesulitan, kita jadi bisa saling membantu,” lanjutnya.
Menurut Siswanto, Angon Putu kerap dilakukan warga dengan mengembala anggota keluarga di pasar tradisional. Ibarat ternak, mereka dapat merumput dengan memakan jajanan di pasar tersebut.
Namun, keluarga Mbah Sapuan lebih memilih menggiring anak-anaknya ke pemakaman yang berada di perbukitan untuk melakukan doa bersama. Di lokasi itu, mereka juga dikenalkan silsilah para leluhur dan anggota keluarganya.
“Seiring perkembangan zaman dan pengaruh agama, Angon Putu kita lakukan di makam leluhur. Para leluhur kami dilmakamkan di dua pemakaman, yakni makam Kalipetung dan Kiai Gober di desa ini,” bebernya.
Angon Putu yang berlangsung sekitar 3 jam diakhiri dengan melakukan doa bersama di rumah Mbah Sapuan. Seluruh anggota k e l u a r g a j u g a m e n y a t u u n t u k m a k a n b e r s a m a y a n g mempresentasikan indahnya sebuah kerukunan.
PDAM Purworejo : Kerusakan
Jaringan Pipa Karena Alat
Berat
PURWOREJO, FP – Untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, PDAM Tirta Perwitasari Purworejo akan melakukan kegiatan peningkatan dan pengembangan.
Untuk peningkatan, PDAM akan melakukan pergantian pipa/reposisi pipa distribusi jalan Magelang – Purworejo menjadi 10 inch. “Fungsinya untuk memperlancar aliran transmisi dan distribusi jaringan Simbarjoyo, “kata Direktur
PDAM Tirta Perwitasari Purworejo, Hermawan Wahyu Utomo, ST. Juga akan dilakukan pembuatan Reservoir di Treatment Kutoarjo kapasitas 500 m2 yang berfungsi pengembangan daerah Kutoarjo selatan, Bayem, dan Bayan untuk 2000 pelanggan.
Untuk pengembangan akan dilakukan Redriling, menaikan kapasitas pruduksi sumur daerah Pakis dari 5 liter per detik menjadi 10 liter perdetik. “Fungsinya untuk menambah kelancaran distribusi aliran dan menambah pelanggan, “tuturnya.
Selain itu akan dilakukan renovasi pengolahan air (Water Treatment) di Bendung Boro yang bertujuan untuk memperbaiki sistem pengolahan air ke arah IKK Banyuurip dan Purwodadi. Serta memperlancar pelayanan PDAM dan menambah pelanggan.
Hermawan Wahyu Utomo mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut serta menjaga jaringan pelayanan PDAM karena banyak kerusakan jaringan pipa disebabkan oleh pihak ke tiga ketika pembuatan drainase di jalan-jalan protokol namun yang dicomplain dan disalahkan pihak PDAM.
“Jadi tidak benar kalau ada ganguan pihak PDAM hanya diam saja, yang terjadi adalah jika terjadi gangguan atau kerusakan warga atau pihak ke tiga tidak langsung melapor sehingga pihak PDAM tidak tahu dan terjadi salah paham,”terangnya.
Hermawan menghimbau, jika masyarakat atau pekerja pihak ke tiga menemukan kerusakan sebaiknya segera melapor ke PDAM sehingga dapat segera ditangani dan tidak mengganggu pelayanan air ke pelanggan.
“Sering ada masyarakat atau pejerja pihak ke tiga yang mengetahui ada kerusakan tidak melapor tapi justru menutup kembali pipa jaringan sehingga PDAM ketika mendapat keluhan atau complain kesulitan mencari sumber gangguan atau kerusakan, “ucapnya.