SKRIPSI
Oleh :
KAMISONY NINDITO CAHYONO
96 231060FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG DENGAN
KREATTVTTAS PADA SISWA-SISWI SD KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
untnk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Gima Memperoleh Derajat
Sarjana Psikologi
Oleh:
KAMISONY NINDITO CAHYONO
96 231 060
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM EVDONESL4
YOGYAKARTA
dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-l Psikologi
Pada Tanggal
2 6 ;•
-0?Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia
Dekan,
( Dr) Snkarti)
DewanPengiiji
Tanda Tangan 1. Dr. Sukarti V2. Dra. Ratna Wulan, SU.
(UA
Karya ini kiipersembahkan kepada:
Mama, mama, mama, dan 9apa,strta
&&i<a&itji yang tefah mtnjaga,
mtnemanidan mtCtndnngil^ dtnganptnuh
{asib sayang.
Sarangsiapa yang mtngtrjakan amafyang sahn maia itu adatahuntuidirinya
sin diri, dan Sarangsiapa mengerpian iijakatan, maia tin akan mcnimpa dirinya
sendiri, iemudian iipada ^uhanmnCah iamu diiemSafiian
-Q.S.AIJaatsiyah:15
genius is 1% inspiration and99% perspiration.
- Thomas Edison
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji syukur kehadirat Allali SWT yang
senantiasa memberikan hidayah-Nya, mencurahkan rahmat-Nya, dan menurunkan
ilmu-Nya kepada orang yang mengharapkan kebijaksanaan dan petunjuk-Nya
Selama proses menempuh pendidikan, khususnya dalam proses penyelesaian
tngas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, teguran, dan bantnan. Atas
hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
Ibu DR. Sukarti, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Indonesia dan
sekaligus pembimbing utama yang penuh dengan kesabaran
memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan.
Bapak Irwan Nuryana K., S. Psi., selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan perhatian dan bantuan kepacia penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini hingga tuntas.
Ibu Qurotul Uyun, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mernbimbing penulis dengan saran-saran dan perhatiannya selama penulis menuntiit
ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, yang
telah membagikan ilmunya selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas
Islam Indonesia
Bapak Drs. Suwardi selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sokonandi,
wali kelas IV C, yang telah memberikan ijin dan waktu untuk pelaksanaan penelitian
ini, serta adik-adik kelas IV SD Muhammadiyah Sokonandi yang telali membantu
secara sukarela dan bekerja samadengan penulis dalam penelitian ini.
Mama Hj. Rr. Sri Soeharti (Almh.) dan Papa H. Dr. Bagoes Soekardono
Soekiman yang telali memberikan segalanya, doa, restu, dukungan moril dan materiil
dalam menjalani kehidupan ini.
Kakak-kakakku tersayang Neil, Dhany, Aryo dan Tomo, yang selalu
mengingatkan penulis untuk berdoa dan menjadi orang yang mandiri, kliususnya
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.Mbak Nonny, atas nasehat dan sharing idea selama proses penulisan skripsi
ini, serta. kursus SPSS singkatnya
Ayi, Andi, Dian "gedhe", Dovi, Elic, dan Dian "cilik", atas dorongan,
dukungan, dan perhatian yang saling kita berikan selama proses penulisan skripsi ini.
Andre, atas saran-saran "metodologi penelitian"-nya, Dian Sukmasari, dan
Opie '95, atas alat ukur, petunjuk penggunaan dan skoringnya
Bapak dan Ibu staf kaiyawan di lingkungan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Indonesia yang telali melayani penulis dengan penuh keramahan.
Semua pihak yang telah ikut membantu penulis selama masa pendidikan di
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, kliususnya dalam menyelesaikan
tugas akliir ini, yang tidak dapatpenulis sebutkan satu per satu.
Terima kasih...
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN. .11HALAMAN PERSEMBAHAN
1U
HALAMAN MOTTO
1V
UCAPANTERIMAKASIH
v
DAFTAR ISI
vu
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMP1RAN
X1
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
l
7
B. Tujuan Penelitian
7
C. Manfaat Penelitian
BABE TTNJAUAN PUSTAKA
g
A. Kreativitas
o
1. Pengertian Kreativitas
°
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
1°
3. Aspek-aspek Kreativitas
12
4. Pengukuran Kreativitas
B. Minat Membaca Komik Jepang
5
1. Peneertian Minat Membaca Komik Jepang
15
2. Faktor-faktor yang Mempenganihi Minat Membaca Komik
Jepang 18
3. Aspek-aspek Minat Membaca Komik Jepang 21
C. Hubungan antara Minat Membaca Komik Jepang
dengan Kreativitas Siswa-siswi SD 22
D. Hipotesis 26
BABJU METODE PENELiTIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian 27
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 27
C. Subjek Penelitian 28
D. Metode Pengumpulan Data 28
E. Metode Analisis Data 34
BAB TV PELAKSANAAN DAN BASIL PENELrriAN
A. Orientasi Kancah Penelitian 35
B. Persiapan Penelitian 35
1. Proses Perizinan 35
2. UjiCobaAlatUkur 36
3. HasilUjiCobaAlatUkur 37
C. Pelaksanaan Penelitian 39
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 40
1. Deskripsi Data Penelitian 40
IX
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 40
1. Deskripsi Data Penelitian 40
2. Analisis Data 43 3. Hasil Penelitian 43 E. Pembahasan 44 BABV PENUTUP A. Kesimpulan 50 B. Saran-saran 50 DAFTAR PUSTAKA 52 LAMPIRAN 54
Hal.
Tabel 1. P-incian Waktu Tes Kreativitas Verbal
30
Tabel 2. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang
33
Tabel 3. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang
Setelah Uji Coba
38
Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian
40
Tabel 5. Kategorisasi Variabel Minat Membaca Komik Jepang
41
Tabel 6. Kategorisasi Variabel Kreativitas Verbal
42
Tabel 7. Deskripsi Subyek Penelitian
42
Tabel 8. Prosentase Jumlah Subyek Minat Membaca Komik Jepang dan Kreativitas
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Larnpiran A Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang 54
Laiifxran B Data Try-out Kuesioner Minat Membaca KomikJepang 58
Reliabilitas Aitem 61
Seleksi Aitem 62
LampiranC Data Try-out Tes Kreativitas Verbal 63
Reliabilitas Aitem 65
Larnpiran D
Data Penelitian KuesionerMinat Membaca Komik Jepang
66
Reliabilitas Aitem 72
Data Penelitian Tes Kreativitas Verbal 73
Kategori Data Penelitian 77
Larnpiran E Daftar Jawaban Subtes V Bagian Orisinalitas 79
LanjaranF UjiNormalitas 82
Chi-Square 83
LaitfiranG Suratljin Penelitian 84
Lannpiraii H Surat Bukti Penelitian 85
Lairpiran I Komik Jepang 87
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki perbedaan
dan keunggulan apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Selain
memiliki fisik yang sempurna, manusia juga dikaruniai akal. Akal yang dimiliki
manusia
sangat
membantu
manusia
dalam mempertahankan hidupnya
Koentjaraningrat (1996) mengemukakan baliwa melalui pembentukan gagasan dan
konsep yang matang serta menentukan tindakan alternatif yang dapat bermanfaat,
manusia menciptakan segala hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Hal tersebut
kemudian melahirkan kebudayaan yang terdiri dari berbagai sistem yang digunakan
manusia untuk mengatasi keterbatasannya, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota suatu masyarakat.
Kebudayaan akan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan manusia
Perubahan tersebut dikarenakan manusia belajar dar, pengalaman-pengalamannya
maupun pengetahuan yang dimilikinya agar dapat hidup lebih baik dari masa-masa
sebelumnya Selain itu, interaksi antar manusia dalam suatu masyarakat mendukung
pula terjadinya perubalian kebudayaan. Menurut Soekanto (1990) salali satu
penyebab perubahan tersebut adalah adanya penemuan-penemuan baru atau inovasi.
antara. lain km eua adanya kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaannya, kualitas
dari keahlian dalam suatu kebudayaan, dan perangsang dalam kegiatan mencipta
Adanya penemuan bani tidak akan lepas dari kreativitas para penciptanya
Lubart (Zimbardo dan Gerrig, 1999) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan seseorang dalam menghasilkan ide-ide maupun produk baru dan sesuai
dengan tuntutan keadaan, dimana ide-ide maupun produk tersebut dibutuhkan.
Kemampuan itu dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitamya
sebagai sesuatu yang wajar dan bukan sebagai sesuatu yang aneh dan tidak masuk
akal, apabila ide-ide atau produk baru yang dihasilkan dianggap mampu memenuhi
kebutuhan.
Anastasi (1982) menyatakan individu yang kreatif adalah individu yang penuh
dengan keterbukaan terhadap segala sumber yang dimilikinya, serta mempermainkan
dan mengolahnya untuk menperoleh suatu alternatif Tetapi terkadang tidak semua
orang mampu mengerti dan memahami apakah perilaku individu kreatif tersebut
sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau bukan.
Sumbangan kreatif, yang berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan
teknologi bain, disebutkan oleh Munandar (1999) memberikan pengaruh terhadap
kesejahteraan dan kejayaan suatu masyarakat dan negara Orang kreatif akan
memiliki sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif, apabila kemampuannya dipupuk
sejak dini karena kreativitas merupakan proses. Drevdahl (Hurlock, 1999)
menyatakan bahwa kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis
pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, dan bukan fantasi semata
tersebut, menurut Sternberg (Woolfolk, 1995) dengan memiliki pengetahuan yang
handal akan membantu dalam memperoleh insight.
Kreativitas merupakan potensi manusia yang perlu mendapatkan perhatian
agar mampu dikembangkan sebagai suatu kemampuan untuk mengatasi tantangan
dan hambatan yang mengiringi kehidupan manusia Anggapan tradisional bahwa
kreativitas sebagai hasil pembawaan dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang
berbakat khusus ataujenius, seharusnya sudali mulai ditinggalkan.
Kreativitas akan muncul pada diri seseorang bergantung dari lingkungan
tempat orang tersebut tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang memberikan
keamanan dan kebebasan psikologis, baik dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat, akan mendorong seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang dapat memperluas wawasannya Kondisi yang demikian mampu
mengembangkan cara berpikir divergen maupun cara berpikir konvergen secara
seimbang.
Masa
kanak-kanak
dapat
menjadi
waktu
yang
tepat
untuk
menumbuhkembangkan potensi kreatif pada diri seseorang, karena pada masa
tersebut banyak hal-hal baru yang dikenal dan menuntut anak untuk bereksplorasi
mencari jawaban atas keingintahuannya Semakin banyak pengetahuan dan
pengalaman yang dapat diperoleh anak maka akan semakin kuat dasar untuk
Sekarang ini, kecenderungan yang masih terjadi di Indonesia adalah
berhentinya proses kreativitas ketika anak mulai memasuki usia sekolah. Kreativitas
anak tidak dapat tumbuh karena anak mulai mengenal hal-hal baru yang diajarkan
oleh pendidik tanpa pengenalan konsep yang benar, sehingga mengakibatkan anak
terbiasa untuk menghafal dan tidak memiliki kemungkinan jawaban yang lain.
Gambar pemandangan yang berupa dua gunung berdekatan, matahai-i yang berada di
tengah-tengahnya, dan jalan yang lurus kedepan, masih menjadi stereotipe yang dapat
ditemukan pada gambar anak-anak. Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap
gambar pemandangan pada sembilan anak berusia 6 - 8 tahun menunjukkan baliwa
hanya empat anak yang sedikit memiliki orisinalitas pada gambarnya Ini merupakan
salah satu contoh yang sederhana dan dapat menunjukkan bahwa kreativitas
anak-anak masih rendah.Kegiatan membaca dapat menjadi salah satu cara yang efektif unhik
merangsang tumbulinya kreativitas. Seseorang, dengan membaca, akan memperoleh
berbagai macam informasi, pengetahuan dan pengalaman baru yang dapat menjadi
dasar yang kuat untuk membangun kreativitas. Kegiatan membaca dapat memberikan
manfaat apabila diikuti dengan minat membaca terhadap jenis bacaan yang digemari.
Sinambela (1993) menyebutkan bahwa minat membaca memberikan sumbangan
efektif terhadap kreativitas. Minat membaca akan memberikan kepuasan bagi
pembaca karena pembaca merasa tertarik dan akan memperhatikan sungguh-sungguh
media massa dianggap mampu memberikan hiburan dan kepuasan bagi para
pembacanya Menurut Hurlock (1999) komik dapat menjadi sumber atau bahan
bacaan yang mendukung beberapa ekspresi kreativitas pada masa kanak-kanak,
sehingga pada masa-masa perkembangan selanjutnya seseorang
akan
selalu
termotivasi untuk menggunakan kreativitasnya dalam menghadapi suatu masalah.
Salah satu jenis komik yang digemari di Indonesia saat ini adalah komik
Jepang. Fenomena ini ditunjukkan oleh banyaknya pembaca komik Jepang maupun
jumlali komik Jepang yang mengisi sebagian besar rak-rak buku bacaan anak-anak di
toko-toko buku dan taman bacaan. Komik Jepang banyak dibaca orang karena
memiliki cerita yang berbeda apabila dibandingkan dengan komik sejenis produksi
lokal, dari Amerika maupun Eropa Karakter maupun cerita dalam komik Jepang
merupakan gambaran sederhana dari kehidupan orang atau masyarakat Jepang yang
masih dipengaruhi budaya timur. Kemiripan budaya inilah yang memudahkan komik
Jepang dapat diterima oleh pembaca di Indonesia
Seperti umumnya fungsi media massa, komik tentu saja memiliki peran dalam
menyebarkan pesan, yaitu pesan penulis yang dirangkai sebagai cerita yang mampu
memberikan pengaruli kepada pembacanya Pesan penulis sebagai komunikator
merupakan hasil pemikiran dan persepsi kehidupannya yang sangat dipengaruhi oleh
budaya penulis. Begitu pula dengan komik Jepang yang akan banyak sekali
mengandung unsur-unsur budaya Jepang, yang merupakan salah satu bangsa yang
memiliki penghargaan yang tinggi pada penemuan-penemuan barn di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (Helianti dalam Kompas, 2001).
Pesan yang disampaikan oleh penulis mungkin sekali membawa pengaruh
pada diri pembaca komik Jepang, meskipun tidak secara langsung. Cerita-cerita
komik Jepang yang menggabungkan antara imajinasi dan kenyataan dianggap mampu
memotivasi munculnya ciri-ciri kreativitas seseorang. Tetapi tidak semua pembaca
dapat menangkap maksud pesan tersebut, terutama anak-anak, karena pembaca komik
umumnya menggunakan komik sebagai bahan hiburan semata Hurlock (1999)
menyebutkan baliwa komik dapat memberikan pelarian sementara bagi anak dari
hiruk-pikuk sehari-hari karena aspek emosionalnya
Sepanjang pengetahuan peneliti, ekspresi kreativitas pada penggemar komik
Jepang tidak tampak secara langsung, tetapi minat membaca komik Jepang dianggap
mampu merangsang kreativitas pembacanya karena adanya ciri-ciri kreativitas yang
tersirat dalam tokoh maupun isi cerita komik Jepang. Minat membaca komik Jepang
dianggap mampu pula mendorong munculnya minat membaca jenis bacaan yang lain
maupun mendorong minat terhadap suatu bidang khusus.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud mengungkap ada
tidaknya hubungan antara minat membaca komik Jepang dengan kreativitas,
khususnya pada anak-anak. Apabila ditemukan hubungan antara kedua variabel
tersebut, maka pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar taraf hubungan antara
minat membaca komik Jepang dengan kreativitas pada siswa-siswi SD di Kota
Yogyakarta
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Menambali kliasanah di bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan
psikologi perkembangan yang berkaitan dengan kreativitas sebagai suatu
kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang.
2. Memberikan informasi kepada orangtua dan para pendidik mengenai hubungan
minat membaca komik Jepang dengan kreativitas anak sehingga dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan sikap terhadap minat anak untuk
A. Kreativitas
I. Pengertian Kreativitas
Munandar (1999) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan individu
dalam menciptakan suatu produk baru, memberi gagasan-gagasan baru untuk
pemecahan suatu masalah, atau kemampuan individu dalam melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya Individu yang
memiliki kreativitas akan mencerminkan adanya kelancaran, keluwesan dan
orisinalitas dalam beipikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan.
Guilford (dalam Vernon, 1982) menyebutkan bahwa kreativitas merupakan
jenis pemikiran spesilik yang disebut divergent thinking. Pemikiran ini akan
menghasilkan jawaban yang bervariasi terhadap pemecahan suatu masalah dan bukan
hanya satu penyelesaian yang benar. Divergent thinking sebagai indikator kreativitas
meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dalam berpikir. Hal ini
berbeda dengan convergent thinking, yang mengikuti cara konvensional dan hanya
menghasilkan satu jawaban yang benar. Penyelesaian suatu masalah akan serupa
dengan penyelesaian masalah yang dicapai oleh orang lain.
Kreativitas dapat pula muncul sebagai akibat keterlibatan seseorang dalam
kegiatan-kegiatan autoetelic, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
semata-mata karena hal tersebut menyenangkan, dan tanpa ada keterpaksaan untuk
(Csikszentmihalyi, 1996). Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Maslow (dalam Munandar, 1999) mengenai hierarki kebutulian manusia
Kebutuhan manusia akan aktualisasi atau perwujudan diri merupakan kebutuhan
manusia untuk mengembangkan dan mewujudkan potensinya secara penuh, termasuk
di dalamnya adalah imajinasi dan kreativitas. Oleh karena itu, kreativitas sebagai
salah satu potensi manusia perlu diberi kesempatan dan dirangsang agar dapat
berkembang dengan baik (Hurlock, 1999).
Kreativitas didefinisikan pula sebagai penciptaan hasil baru yang menekankan
unsur orisinalitas, kebaruan, dan kebennaknaan. Meskipun demikian bukan berarti
kreativitas selalu membuahkan hasil yang dapat diatnati dan dinilai. Sebagai contoh,
kegiatan melamun sebagai salah satu ekspresi kreativitas di masa kanak-kanak.
Melamun hanya dapat diketaliui oleh pelamunnya, sedangkan orang lain tidak dapat
mengetahuinya. Drevdahl (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa kegiatan
imajinatif yang memiliki maksud dan tujuan untuk menghasilkan komposisi, produk,
atau suatu gagasan yang pada dasarnya baru merupakan definisi kreativitas.
Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan individu yang mencerminkan adanya kelancaran, keluwesan
dan orisinalitas dalam berpikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan, yang
dituangkan dalam cara berpikir divergen. Individu yang memiliki cara berpikir
divergen akan dapat memberikan gagasan-gagasan baru, melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, atau bahkan dapat menciptakan
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Lingkungan dianggap sebagai faktor yang paling besar peranannya terhadap
pembentukan kreativitas (Hurlock, 1999). Lingkungan yang memberikan penerimaan
terhadap
kegiatan-kegiatan
kreatif
mampu
mendukung
pertumbuhan
dan
perkembangan kreativitas anak secara positif, sedangkan lingkungan yang cenderung
menolak munculnya aktivitas kreatif akan menjadi hambatan dan membekukan
kreativitas anak.
Munandar (1999) menyimpulkan bahwa kreativitas anak pada usia sekolah
dipengarulii oleh lingkungan keluarga, yang meliputi:
a Latar belakang pendidikan orangtua, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
orangtua maka akan semakin baik prestasi anak. Anak yang ayahnya berpendidikan
SLTA atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anak yang ayahnya
berpendidikan lebih rendah dari SLTA, maka pada tingkat SD tampak perbedaan
prestasi anak, baik dalam hal kreativitas, inteligensi, daya ingatan, maupun prestasi
sekolah. Tingkat pendidikan ibu juga berpengaruh pada prestasi anak di tingkat SD,
serta lebih jelas dan positif hubungannya dibandingkan dengan tingkat pendidikan
ayah. Anak yang ibunya berpendidikan SLTA atau lebih tinggi akan memiliki skor
yang nyata lebih tinggi pada kreativitas, inteligensi, dan prestasi sekolah, daripada
anakyang ibunyaberpendidikan lebih rendah dari SLTA.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kreatif anak, yang
berupa fasilitas tertentu untuk mengisi waktu senggang anak (seperti berlangganan
sural kabar atau majalah, buku-buku bacaan, radio, dan televisi). Kegiatan-kegiatan
11
yang lebih berdampak pada skor kreativitas adalah membaca, bercakap-cakap, dan
bermain daripada mendengarkan radio, melihat televisi, dan membantu orangtua
dengan pekerjaan nimah tangga
c. Pola asuli yang diterapkan oleh orangtua Orangtua dengan model pendekatan
yang otoriter memberikan dampak kurang baik terhadap kreativitas anak. Orangtua
yang terlalu banyak ikut campur, seperti dalam hal cara berbicara anak, minat anak
terhadap membaca, dalam menentukan peraturan di rumali, tidak akan menghasilkan
kinerja yang lebih tinggi pada kreativitas anak. Berbeda dengan orangtua dari anak
kreatif, mereka tidak banyak menentukan peraturan dalam keluarganya Orangtua
anak yang kreatif tidak terlalu menekankan pada peraturan yang ketat, juga tidak
terlalu memberi kebebasan, tetapi menentukan peraturan dengan mempertimbangkan
keadaan dan kebutuhan anak.
Amabile
(1989)
menyatakan
beberapa faktor yang berperan dalam
membentuk kreativitas yaitu kemampuan kognitif, kepribadian, motivasi intrinsik,
dan lingkungan sosial. Senada dengan hal tersebut adalah pendapat Daruma (1997)
mengenai faktor-faktor yang mempenganihi kreativitas anak adalah:
a Faktor fisik yang meliputi perbedaan jenis kelamin dan keadaan kesehaian.
b. Faktor psikologis yang meliputi taraf inteligensi, motivasi, kemandirian,
kepercayaan diri, keberanian mengambil resiko, kebebasan dan keamanan psikologis.
c. Faktor sosial yang meliputi kedudukan sosial ekonomi, situasi lingkungan tempat
tinggal, sikap dan pendidikan orang tua, serta interaksi dengan orang-orang yang
d. Faktor budaya yang meliputi keterbukaan terhadap budaya yang berbeda, media
budaya yang terbuka untuk semua orang, pengaruh budaya setempat dan pemberian
penghargaan terhadap orang-orang yang kreatif
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa faktor
lingkungan sangat dominan terhadap kreativitas. Faktor lingkungan ini akan
mendukung faktor personal, yang salah satunya adalah motivasi intrinsik. Motivasi
intrinsik ini yang akan membentuk minat terhadap suatu objek.
3. Aspek-aspek Kreativitas
Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, tetapi potensi kreatif
tersebut tidak akan sama antaia satu orang dengan orang yang lain. Demikian pula
untuk pengungkapan potensi kreatif seseorang. Hal ini dikarenakan potensi kreatif
seseorangmeliputi bidang dan kadar yang berbeda-beda
Guilford (dalam Vernon, 1982) membedakan ciri-ciri utama kreativitas
sebagai ciri bakat dan ciri non-bakat. Ciri bakat meliputi antara lain: (Munandar,
1985)
a Kelancaran berpikir, yaitu kemampuan dalam memikirkan alternatif yang dapat
berupa gagasan, jawaban, cara dan saran, serta penyelesaian terhadap suatu masalah.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kelancaran berpikir meliputi kelancaran kata,
kelancaran asosiasi, kelancaran ekspresi, dan kelancaran ide.
b. Keluwesan (fleksibilitas). Orang kreatif akan memungkinkan untuk melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda, menghasilkan gagasan yang bervariasi
13
c. Orisinalitas. Pemikiran terhadap ide-ide baru dan unik, menemukan ide-ide yang
tidak lazim serta mengkombinasikan ide-ide tersebut merupakan hasil yang dapat
dicapai dalam keaslian berpikir.
d. Elaborasi. Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide, memperkaya suatu
gagasan, serta menambahkan ciri atau detail ke dalam suatu gagasan sehingga tampak
lebih kaya, dapat menunjukkan adanya proses elaborasi pada orang kreatif
Ciri bakat berhubungan dengan ciri non-bakat dalam membentuk pribadi yang
kreatif Munandar (1985) menyebutkan ciri-ciri yang termasuk di dalam ciri
non-bakat adalah motivasi untuk berbuat sesuatu, pengikatan diri terhadap tugas, rasa
ingin taliu yang luas dan mendalam, memiliki ketertarikan terhadap tugas majernuk
yang dirasakan sebagai tantangan, tidak mudah putus asa, berani mengambil resiko,
menghargai keindalian, mempunyai rasa humor yang luas, menghargai diri sendiri
dan orang lain, serta memiliki keinginan untuk mencari pengalaman-pengalaman
baru.
Kepribadian yang kreatif memampukan seseorang untuk dapat melakukan
penyesuaian diri yang baik terhadap segala situasi serta melakukan segala sesuatu
untuk mencapai tujuannya Hal ini akan terwujud apabila memperoleh dorongan, baik
dari dalam (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Dorongan dari
dalam merupakan usaha seseorang untuk mengungkapkan dirinya, mewujudkan
potensi-potensinya, serta mampu berkembang dan menjadi matang, sehingga ia akan
mampu menjadi dirinya secara penuli (Rogers, dalam Vernon, 1982). Kondisi yang
memungkinkan untuk memupuk dorongan dari dalam agar kreativitas dapat
berkembang adalah lingkungan yang memiliki keamanan clan kebebasan psikologis.
Dikemukakan oleh Wallas (dalam Piirto, 1992) bahwa kreativitas seseorang
yang tumbuh dan berkembang akan melalui empat tahap, yaitu:
a Persiapan. Pada tahap ini orang mempersiapkan diri untuk memecalikan suatu
masalah. Orang akan berusaha melakukan hal-hal yang dapat membantunya
memecahkan masalah tersebut, seperti belajar berpikir, bertanya pada orang lain,
berusaha mencari jawaban dan sebagainya
b. Inkubasi. Pada tahap ini orang seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari
masalah yang dihadapi, dengan cara "mengeramnya" dalam alam pra-sadar dan tidak
memikirkannya secara sadar. Tahap ini dianggap penting sebagai proses munculnya
inspirasi dari suatu penemuan atau kreasi baru dari alam pra-sadar.
c. Uuminasi. Tahap iluminasi mempakan tahap munculnya insight atau
Aha-Erlebnis, yaitu saat munculnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses
psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru.
d. Verifikasi. Tahap ini merupakan tahap untuk menguji ide atau gagasan baru yang
diperoleh terhadap realitas. Taliap ini melibatkan proses berpikir kreatif (berpikir
divergen) yang harus diikuti oleh proses berpikir kritis dan konvensional (berpikir
15
4. Pengukuran Kreativitas
Beberapa aiat untuk mengukur kreativitas yang telah dikembangkan adalah
Tes Kemampuan Berpikir Divergen oleh Guilford, Tes Torrance mengenai
kemampuan berpikir kreatif, Tes Kreativitas Verbal dan Tes Krearvitas Figuial oleh
Munandar (Munandar, 1999). Keempat tes tersebut mengukur kelancaran, kelenturan
(fleksibilitas), orisinalitas dan elaborasi dalam berpikir.yang merupakan aspek
kreativitas.
Tes Kreativitas Verbal dan Tes Kreativitas Figural adalah tes untuk mengukur
kreativitas yang pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1977 oleh Utami
Munandar. Pada tahun 1986 dan 1988 Tes ini telali mengalami uji standardisasi dan
menghasilkan nilai baku untuk umur 10 - 18 tahun (Munandar, 1999).
B. Minat Membaca Komik Jepang
1. Pcngertian Minat Membaca Komik Jepang
Minat didefinisikan Hurlock (1999) sebagai sumber motivasi bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu yang diinginkan apabila memiliki kebebasan dalam
memilih. Menurut Salindri (1996) minat merupakan sikap positif terhadap suatu
objek minat, dimana didalamnya terlibat aspek-aspek kesadaran dan pengetahuan
akan manfaat objek minat, adanya perhatian, serta adanya rasa senang terhadap objek
minat sehingga individu termotivasi untuk mengulang tingkali laku yang
Minat membaca merupakan minat yang terbentuk dari perhatian yang kuat
dan mendalam, disertai dengan adanya perasaan senang dan keterikatan terhadap
bahan bacaan dan aktivitas membaca Tujuan dari membaca tersebut adalah untuk
memperoleh manfaat baik dari bahan bacaan maupun dari aktivitas membaca itu
sendiri (Sinambela, 1993). Minat membaca dapat ditanamkan sejak dini, yaitu dengan
memberikan pengertian akan pentingnya membaca Peran orangtua dalam keluarga
sangat besar dalam menanamkan kesadaran untuk membaca kepada anak-anaknya,
mengingat sekolah hanya bisa mengembangkan minat yang telah ada (Drost dalam
Pujasambada, 1992).
Komik adalah salah satu bahan bacaan yang digemari oleh anak-anak.
Membaca komik pada masa kanak-kanak merupakan manifestasi anak dalam mencari
informasi atau pengetahuan berkaitan dengan proses perkembangan yang terjadi pada
dirinya (Hurlock, 1999). Membaca komik selain dapat menghibiir, membanhi anak
dalam proses belajar membaca, disebutkan pula dapat memberikan dasar bagi
pembentukan konsep pada diri anak.
Komik didefmisikan secara uraum sebagai cerita bergambar yang terdapat
dalam majalah atau surat kabar, atau dapat juga berbentuk buku, yang umumnya
mudah dicerna dan lucu (Moeliono, 1990). Atmowiloto (1981) menyebutkan bahwa
sebuah komik merupakan perpaduan rangkaian gambar dan teks. Gambar dalam
komik dapat berupa gambar manusia, binatang, dan alam benda, dalam pengertian
natural-realis, atau bisa juga gambar dari suatu simbol untuk mengungkapkan maksud
tertentu. Teks dalam komik dapat berupa narasi, balon dialog, atau balon perasaan.
Gabungan antara gambar dan teks tersebut menyajikan sebuah cerita yang merupakan
isi sebuah komik.
Komik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu komik buku, komik majalah,
dan komik bersambung dalam majalah atau surat kabar (Bonnef, 1998). Komik
Jepang temiasuk dalam jenis komik buku yang paling banyak diminati oleh pembaca,
ditambahkan pula dengan adanya unsur kesederhanaan baik dalam gambar,
penokohan maupun isi cerita (Izawa, 2001). Di negara asalnya, komik Jepang disebut
sebagai manga (Bowers, 1975). Manga dibaca oleh hampir sebagian besar orang
Jepang sebagai sarana hiburan. Manga tidak hanya dikonsumsi oleh anak-anak tetapi
ada juga yang menjadi konsumsi orang dewasa
Komik Jepang yang beredar di Indonesia adalah manga yang diterbitkan oleh
penerbit lokal dan menggunakan bahasa Indonesia serta dikemas dalam bentuk
format buku saku. Sebagian besar komik Jepang dicetak tanpa menggunakan warna
atau hitam putih. Tenia cerita komik Jepang pada dasarnya sama dengan manga,
terkecuali untuk tenia hentai (seks) tidak diterbitkan di Indonesia Tetapi komik
Jepang di Indonesia masih belum mencantumkan batasan usia untuk pembacanya,
seperti halnya pada manga (Hengkebala, 2001).
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa minat membaca
komik Jepang adalah sikap seseorang yang didalamnya terkandung aspek-aspek
kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang, perhatian yang kuat, dan rasa
senang terhadap komik Jepang serta adanya kecendeningan untuk membaca kembali
2. Faktor-faktor yang Mempengarubi Minat Membaca Komik Jepang
Minat membaca, seperti halnya minat-minat lainnya dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Purves dan Beach (dalam Harris dan Sipay, 1985)
menyatakan baliwa minat membaca dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor
institusional. Faktor personal yaitu faktor yang ada dalam diri inidividu, yang
meliputi:
a Usia Semua anal: menyukai cerita-cerita yang mempunyai tokoh yang seusia
dirinya Perubahan pola minat tampak pada tingkat sekolah lanjut (SMP dan SMA)
dan setelah itu cenderung tidak berubah.
b. Jenis Kelamin. Biasanya anak perempuan lebih banyak membaca dan lebih awal
matang dalam hal membaca, tetapi perbedaan jenis kelamm tidak terlalu
mempengamhi pilihan bahan bacaan untuk tingkat SD. Pengaruli yang jelas terlihat
pada tingkat SMP, dan selanjutnya akan cenderung berkurang lagi.
c. Inteligensi. Anak-anak yang cerdas biasanya lebih banyak membaca dan memiliki
minat yang lebih luas apabila dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki
inteligensi rata-rata
d. Kemampuan Membaca Kemampuan membaca tidak berhubungan secara
langsung dengan minat membaca Anak-anak umumnya yang memiliki kecerdasan
dibawah rata-rata cenderung menyukai materi bacaan yang karaktemya mudah
dikenali secara emosional.
e. Sikap Anak. Jumlali buku yang dibaca oleh anak berkaitan erat dengan sikap anak
19
orangtua dan gun, Sikap anak terhadap membaca dipengamhi oleh minat anak, sikap
serta tingkah laku orangtua dan guru yang mampu memberikan pengertian mengenai
pentingya membaca
f Kebutuhan Psikologis. Salah satu faktor personal yang turut mempenganihi minat
membaca adalah pemuasan kebutuhan psikologis, seperti halnya kebutuhan untuk
mengembangkan konsep diri, kebutuhan sosial dan kebutuhan akan kemdahan.
Adapun faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar diri inidvidu, yang
meliputi:
a. Tersedianya Buku-buku. Jumlah dan jenis buku yang merupakan koleksi dan
tersedia di rumah berkaitan erat dengan minat membaca
b. Status Sosial Ekonomi. Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa
status sosial ekonomi kurang mempengaruhi minat membaca secara signifikan.
c Teman sebaya, orangtua, dan gun,. Pengaruh teman sebaya, orangtua, dan guru
terhadap minat membaca pada anak ditunjukkan melalui anjuran yang diberikan
kepada anak, sebagai hadiah, atau sebagai model kegiatan positif yang dapat
dilakukan anak.
Minat membaca komik Jepang, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempenganihi minat membaca secara umum, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain. Faktor-faktor tersebut lebih mengarah pada spesifikasi yang dimiliki komik
Jepang atau manga, yang meliputi gaya, alur cerita, tema, dan standar usia
(Hengkebala, dalam Intisari 2001). Menurut gaya dan alur ceritanya, manga dapat
diklasifikasikan menjadi tigamacam, yaitu:
a Shounen, manga yang memiliki gaya dan alur cerita sesuai dengan selera
laki-laki. Contoh manga shounen adalah Dragon Ball, dan Kungfti Boy.
b. Shoujou, manga yang berdasarkan selera perempuan dalam gaya dan alur
ceritanya Contoh manga shoujou adalah Candy-Candy.
c. Shoujou-shounen, manga yang merupakan perpaduan antara gaya shounen dan
alur cerita shoujou atau sebaliknya Contoh Evangel ion, danPatlabor.
Tema-tema yang mendasari sebagian besar manga antara lain mecha (robot),
pertarungan, petualangan, percintaan, persahabatan, misteri, sampai dengan hentai
(seks). Tema-tema tersebut mempenganihi batasan usia pembaca manga. Batasan
usia pada manga umumnya tercetak pada bagian sampul. Contohnya +13, berarti
pembaca manga tersebut hanis bemsia 13 tahun ke atas.
Izawa (2001) menyebutkan adanya beberapa perbedaan antara komik Jepang
dengan komik-komik lain yang sebagian besar berasal dari Barat (Amerika dan
Eropa). Perbedaan tersebut mencakup ciri-ciri
a Garis gambar. Komik Jepang memiliki gains gambar yang sederhana dan tidak
kompleks seperti halnyapada komik Barat.
b. Isi cerita Pada dasamya isi komik merupakan sebuali fantasi penulis atau
ilustraiornya. Tetapi pada komik Jepang, rata-rata penulis atau ilustrator komik
mampu menyajikan cerita fantasi yang digabungkan dengan realitas sehari-hari. Hal
ini berbeda dengan sebagian besar komik Barat yang isi ceritanya lebih menekankan
21
c. Karakter tokoh. Komik Barat cendening membedakan karakter tokohnya sebagai
tokoh baik (protagonis) dan tokoh jaliat (antagonis). Sedangkan tokoh-tokoh komik
Jepang meskipun dibedakan seperti pada tokoh komik Barat, tetapi ada kalanya
tokoh-tokoh komik tersebut menampilkan sisi yang berlawanan dari karakter
sebenamya sehingga mampu memberikan kesan sesuai dengan realitas kehidupan
manusia
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut di atas adalah bahwa
minat membaca komik Jepang seperti halnya minat membaca pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor dari dalam (seperti usia, jenis kelamin, inteligensi,
kemampuan membaca, sikap, dan adanya kebutuhan psikologis), dan faktor dari luar
(seperti jenis dan jumlah koleksi buku, status sosial ekonomi, dan pengaruh
lingkungan yaitu teman sebaya, orangtua, dan guru), serta adanya ciri-ciri klias yang
terdapat pada komik Jepang (seperti gaya dan alur cerita, tema, garis gambar, isi
cerita, dan karakter tokoh).
3. Aspek-aspek Minat Membaca Komik Jepang
Aspek-aspek yang membentuk minat membaca komik Jepang pada diri
seseorang merupakan penjabaran dari aspek-aspek minat, yang meliputi kesadaran
akan manfaat objek minat, perhatian yang kuat, dan rasa senang terhadap objek
minat, serta adanya pengulangan tingkali laku yang berhubungan dengan objek minat
(Salindri, 1996).
Kesadaran akan manfaat objek minat, yaitu kesadaran yang dimiliki oleh
mendorong individu untuk memberikan perhatian yang disertai keinginan untuk
mengetahui, mempelajari serta membuktikan lebih lanjut mengenai objek minat
tersebut (Crow & Crow, 1984).
Hurlock (1999) menyebutkan baliwa individu yang tertarik terhadap suatu
objek minat akan memiliki minat yang lebih tetap (persitent) karena adanya perhatian
yang kuat, yang diikuti rasa senang terhadap objek minat karena kepuasan yang
ditimbulkannya
Munandar (1985) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu aspek
psikologis yang mempunyai penganili cukup besar terhadap sikap dan perilaku
individu. Individu yang mememperoleh kepuasan dari suatu objek minat akan cenderung mengulang-ulang tingkah lakunya yang berhubungan dengan objek minat tersebut, sehingga minat yang muncul akan dapat bertalian selama hidupnya
C. Hubungan Antara Minat Membaca Komik Jepang Dengan Kreativitas Pada
Siswa-siswi SD
Kreativitas merupakan bidang yang kompleks. Kreativitas mencakup suatu
proses berpikir imajinatif mengenai cara-cara baru dalam memecalikan masalah,
melihat hubungan antara unsur-unsur yang sudah ada, maupun membuat kombinasi dari ide atau gagasan-gagasan. Proses berpikir yang melibatkan imajinasi tersebut
akan memberikan suatu hasil, baik lisan, tertulis, abstrak maupun konkret. Hasil
kreativitas seseorang akan sulit untuk diamati dan dinilai. Hal tersebut yang
23
mengada-ada dan tidak dapat diterima oleh lingkungan masyarakat, dikarenakan
selama ini cara berpikir konvergen yang menekankan kepatuhan, lebih dominan
daripada cara berpikir divergen yang menekankan pada suatu alternatif yang
menunjukkan adanya kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dalam
beipikir.
Cara berpikir divergen yang lazim disebut sebagai salah satu ciri kreativitas
akan muncul apabila seseorang telali memiliki persiapan yang matang. Hasil dari cara
berpikir ini akan lebih luas yaitu benipa ide-ide atau gagasan-gagasan baru, dan
jawaban yang berbeda mengenai suatu permasalahan. Taliap persiqjan merupakan
langkah awai proses kreatif yang bergantung kepada kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki orang tersebut. Kemampuan orang kreatif terbentuk sejak ia masih
kanak-kanak dan akan berlanjut sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh anak
tersebut. Seorang anak akan mampu mengembangkan dan membentuk pribadi yang
kreatif dikarenakan adanya pengaruli yang sebagian besar muncul dari lingkungan
dimana ia berada Lingkungan keluarga, dalam hal ini orangtua, yang menipakan
lingkungan terdekat dari kehidupan anak menjadi contoh teladan bagi anak untuk
berkreasi.
Orangtua sebagai orang dewasa yang memiliki pengalaman yang lebih banyak
daripada anak-anak dianggap mampu memberikan pengertian dan pemahaman
kepada anak-anak mengenai berbagai macam hal yang seringkali menjadi persoalan
bagi anak. Dukungan orangtua terhadap aktivitas kreatif anak secara positif akan
bahwa lingkungannya mampu memberikan keamanan dan kebebasan secara
psikologis.
Kreativitas akan muncul apabila seseorang memiliki pengetahuan yang
memadai dan wawasan yang luas. Salah satu cara untuk memperoleh dan menambali
pengetahuan dan wawasan adalali dengan membaca Membaca, menurut Nurhadi
(1990) yang dikurip dari pendapat Thorndike, adalah proses berpikir dan bernalar
dimana didalamnya terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami,
membedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan
akliimya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Hal ini melibatkan
proses berpikir divergen dan konvergen serta berpikir secara abstrak, yang ketiganya
merupakan potensi kemampuan intelektual tinggi. Secara singkat dapat disebutkan
bahwa membaca bukan hanya proses mengingat tetapi merupakan proses mental yang
melibatkan aspek-aspek berpikir dan kreatif Membaca yang terbentuk oleh minat
untuk membaca akan memberikan manfaat yang optimal bagi seseorang untuk
memupuk dan mengembangkan potensi kreatif dan potensi-potensi lain dalam
dirinya.
Minat membaca akan tumbuh apabila membaca dianggap mampu
memberikan kepuasan, khususnya dari bahan bacaan yang dibaca Bagi anak-anak
dan sebagian orang dewasa, salah satu bahan bacaan yang digemari adalali komik.
Membaca komik selain sebagai hiburan, dianggap mampu membantu seseorang
dalam berimajinasi. Seperti telah disebutkan, bahwa kreativitas merupakan suatu
25
Komik Jepang dianggap sebagai komik yang tidak terlalu memunculkan
fantasi yang berlebihan, sehingga banyak digemari pembaca terutama anak-anak usia
sekolah. Anak-anak usia sekolah, menunit Hurlock (1999) lebih menyukai karakter
tokoh pahlawan yang terdapat dalam cerita-cerita petualangan, detektif, misteri
maupun cerita lain yang memiliki unsur ketegangan. Tokoh pahlawan dalam komik
Jepang digambarkan dengan berbagai macam karakter, sehingga anak-anak dapat
memilih cerita yang lebih luas dan bukan hanya cerita yang memiliki unsur
ketegangan saja Pembentukan karakter tokoh dalam komik Jepang menjadi berbeda
karena terdapat penggabungan antara fantasi dan kenyataan. Isi cerita komik Jepang
meskipun
hanya
karangan
penulis
atau
ilustrator
komik
tersebut,
tetapi
memungkinkan pembacanya untuk berimajinasi tentang kehidupan di masa depan dan
bukan hanya imajinasi yang kekanak-kanakan.
Komik Jepang mampu merangsang kreativitas pembacanya, khususnya anak-anak,
karena tokoh dan isi ceritanya menunjukkan adanya ciri-ciri yang dapat membentuk
pribadi yang kreatif Ciri-ciri tersebut antara lain motivasi untuk berbual sesuatu,
pengikatan diri terhadap tugas, rasa ingin taliu yang luas dan mendalam, memiliki
ketertarikan terhadap tugas majernuk yang dirasakan sebagai tantangan, tidak mudah
putus asa, berani mengambil resiko, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor
yang luas, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memiliki keinginan untuk
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalali:
Ada hubungan antara minat membaca komik Jepang dengan kreativitas pada
siswa-siswi SD di Kota Yogyakarta Semakin tinggi minat membaca komik Jepang yang
dimiliki oleh siswa-siswi SD di Kota Yogyakarta, semakin tinggi pula kreativitas
BAB m
METODE PENELLTL4.N
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian:
1. Variabel Bebas: Minat Membaca Komik Jepang
2. Variabel Tergantung: Kreativitas
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kreativitas adalah kemampuan individu yang mencerminkan adanya kelancaran,
keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan,
yang dituangkan dalam cara berpikir divergen, sehingga individu mampu
memberikan gagasan-gagasan baru, melihat hubungan-hubungan baru antara
unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, atau bahkan dapat menciptakan suatu produk baru.
2. Minat Membaca Komik Jepang adalah sikap seseorang yang didalamnya
terkandung aspek-aspek kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang, perhatian
yang kuat, dan rasa senang terhadap kegiatan membaca komik Jepang serta adanya
kecendeningan untuk membaca kembali secara berulang komik Jepang karena
kepuasan yang diperoleh orang tersebut. Komik Jepang yang dimaksud adalah komik
Jepang yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo dengan tema-tema
detektif, petualangan, komedi, misteri dan persahabatan (serial cantik).
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalali siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar
Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta dan benisia 10-12 tahun.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan duajenis alat
yaitu:
1. Tes Kreativitas Verbal. Tes Kreativitas Verbal disusun oleh Utami Munandar.
Tes ini berlandaskan pada model Stniktur Intelek dari Guilford sebagai kerangka
teoritis (Munandar, 1999). Tes ini telah distandardisasikan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, dengan uilai baku untuk usia 10 - 18 tahun.
Tes Kreativitas Verbal terdiri dari enam subtes yaitu:
a Permulaan Kata Subtes ini mengukur "kelancaran dengan kata", yaitu
kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.
Subyek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan
huruf tertentu sebagai rangsang. Contoh: Sa
b. Menyusun Kata Subtes ini, seperti halnya tes Pennulaan Kata, mengukur
"kelancaran kata", tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi
persepsi. Subyek hams menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan humf-humf dari suatu kata yang diberikan sebagai stimulus. Contoh: Proklamasi
c. Membentuk Kalimat Tiga Kata. Subtes ini mengharuskan subyek menyusun
29
rangsang, akan tetapi umtan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh
berbeda-beda, sesuai dengan kehendak subyek. Contoh: A- 1- g
d. Sifat-sifat yang Sama Tes ini merupakan ukuran dari "kelancaran dalam
memberikan gagasan", yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang
memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Subyek hams menemukan
sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat seperti yang ditentukan.
Contoh: Merali dan caire. Macam-macam Penggunaan. Tes ini merupakan ukuran dari "kelenturan dalam
beipikir", karena dalam subtes ini subyek harus mampu melepaskan diri dari
kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja Subyek hams
memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda
sehari-hari. Tes ini juga mengukur "orisinalitas dalam berpikir", yaitu dengan melihat
kelangkaan jawaban yang diberikan. Contoh: Pensil
f Apa Akibatnya Subtes ini mengharuskan subyek untuk memikirkan segala
sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu hipotesis yang telah ditentukan sebagai
stimulus. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia,
akan tetapi dalam hal ini subyek hams mengumpamakan, andaikata terjadi di sini, apa
saja akibatnya? Tes ini mengukur "kelancaran dalam memberikan gagasan" yang
digabung dengan "elaborasi", yang diartikan
sebagai kemampuan untuk
mengembangkan suatu gagasan, memperincinya,
dengan mempertimbangkan
macam-macam implikasi. Contoh: Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti
Keenam subtes tersebut mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi
konten verbal, tetapi memiliki perbedaan pada dimensi produk.
Waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan tes ini selama 60 menit, dengan
asunisi jumlah waktu ini cukup bagi subyek untuk menyatakan gagasan-gagasannya
Rincian waktu yang disediakan untuk subyek adalali sebagai berikut: (Munandar,
1977)
Tabel 1. Rincian Waktu Tes Kreativitas Verbal
Subtes Jumlali Aitem Waktu per Aitem Total Waktu
I 4 2 menit 8 menit n 4 2 menit 8 menit m 4 3 menit 12 menit rv 4 2 menit 8 menit V 4 2 menit 8 menit VI 4 4 menit 16 menit Total 24 60 menit
Keenam subtes kreativitas verbal ini dinilai atau diskor secara terpisah. Subtes I
sampai dengan subtes V bagian fleksibilitas, diberikan nilai satu untuk setiap
jawaban yang benar dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Subtes V bagian
orisinalitas, dan subtes VI mempunyai carapenilaian tersendiri.
Subtes V bagian orisinalitas, penilaian diberikan setelah terlebih dulu jawaban
subjek dicatat dan disusun sesuai dengan huruf abjad (alphabet) dan di hitung
31
seluruh jawaban dinilai nol. Jawaban yang frekuensinya 2% - 5% dari selunih
jawaban dinilai satu. Jawaban yang frekuensinya kurang dari 2% dari seluruh
jawaban dinilai dua.
Subtes VI diberikan nilai satu untuk jawaban yang benar. Apabila jawaban
subyek mempunyai anak kalimat dan benar nilainya dapat ditambah, karena setiap
elaborasi satu rincian yang ditambah dan memperkaya jawaban, atau merupakan
akibat tambahan memperoleh nilai satu.Untuk menentukan nilai akliir tes kreativitas verbal yang diperoleh subyek adalah
dengan caranienjumlahkan nilai-nilai yang diperoleh subyek pada setiap subtesnya
2. Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang. Kuesioner (Angket) Minat
Membaca Komik Jepang disusun oleh peneliti untuk mengukur minat membaca
komik Jepang pada subyek. Penggunaan metode kuesioner ini didasarkan atas
asumsi-asumsi sebagai berikut (Hadi, 1990):
a
Subyek adalali orang yang paling mengetahui dirinyasendiri.
b. Apa yang dinyatakan subyek kepada penyelidik adalali benar dan dapat dipercaya
c. Interpretasi subyek mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya
adalah sama dengan yang dimaksud oleh penyelidik.
Dalam prakteknya, asumsi-asumsi tersebut tentu saja memiliki kelemahan-kelemahan
seperti yang dinyatakan oleh Hadi (1990) yaitu:
a
Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.
b. Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-keinginan
c. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang memalukan
atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
d. Kesukaran menimuskan keadaan diri sendiri ke dalam baliasa
e. Ada kecendeningan untuk merekonstmksi secara logik unsur-unsur yang dirasa
kurang berhubungan secaralogik.
Format kuesioner (angket) adalah pilihan yang disusun berdasarkan kondisi,
persepsi, dan pendapat anak-anak sebagai pembaca komik Jepang yang diterbitkan
oleh PT. Elex Media Komputindo dengan tema-tema detektif, petualangan, komedi,
misted dan persahabatan (serial cantik).
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang ini terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian A dan bagian B. Bagian A berisi daflar pertanyaan yang digunakan untuk
mengungkap aspek-aspek minat membaca komik Jepang, yang meliputi:
a Kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap
kesadaran, pengetahuan dan pemahaman subyek terhadap manfaat membaca komik
Jepang.
b. Perhatian terhadap kegiatan membaca komik Jepang yaitu aspek yang
mengungkap perhatian subyek ketika membaca komik Jepang.
c Rasa senang untuk membaca komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap rasa
senang dan ketertarikan subyek dalam membaca komik Jepang serta usalia yang
33
d. Frekuensi membaca. komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap jumlali waktu
yang digunakan subyek untuk membaca komik Jepang dan jumlah komik Jepang
yang dibaca subyek.
Selengkapnya aspek-aspek minat membaca komik Jepang didistribusikan dalam
aitem-aitem sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang
Aspek
1.Kesadaran akan manfaat
membaca komik Jepang
2.Perhatian terhadap kegiatan
membaca komik Jepang
3.Rasa senang membaca komik
Jepang
4.Frekuensi membaca komik
Jepang Jumlah Nomor Aitem Favorable Unfavorable 1,9,17,24 2,10 3,11,18 4, 12, 21 5, 13, 19, 22, 25 6,14 7, 8, 15, 20, 23, 16,26 17 Jumlah 26
Bagian Bberisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan langsung dengan minat
membaca komik Jepang pada subyek, seperti jenis cerita, judul komik, intensitas dan
waktu. Jawaban yang diperoleh pada bagian B ini akan digunakan sebagai data
pendukung bagian A.
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang ini menggunakan dua alternatif
jawaban pada bagian A, yaitu Ya dan Tidak. Penskoran dilakukan dengan
memberikan nilai satu untuk jawaban Ya dan nilai nol untuk jawaban Tidak bagi
pertanyaan favorable. Sebaliknya nilai satu untuk jawaban Tidak dan nilai nol untuk
membaca komik Jepang tinggi atau rendah.
E. Metode Analisis Data
Daa-toa yWg diperoleh da, hasil pe„,gmpu|a„ ^ ^ diolah ^
*Wk **»«. yaifc teUk korelasl ^„c/ ^^ ^ ^^ ^
men.udata Pe„golatan data tersebu, ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta SD
Muhammadiyah Sokonandi didirikan pada tahun 1977 dan memiliki dua kampus
yang terpisali, beralamatkan di Jalan Kapas No. 5A dan Jalan Batikan No. 3. Setiap
tingkatan kelas memiliki tiga kelas paralel sehingga jumlah kelas secara keselumhan
di SD Muhammadiyah Sokonandi adalah 18 kelas.
SD Muhammadiyah Sokonandi memiliki 26 tenaga pengajar, dan pada tahun
ajaran 2001/2002 jumlali keselumhan siswa sebanyak 732 siswayang terdiri dari 392
siswaputra dan 341 siswa putri.
Kegiatan belajar mengajar di SD Muhammadiyah Sokonandi berlangsung
selama kurang lebih enam jam yang diselingi dua kali waktu istirahat selama 20
menit.
B. Persiapan Penelitian
1. Proses Perizinan
Persiapan yang dilakukan meliputi koordinasi awal dengan Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah Sokonandi untuk mendapatkan persetujuan lokasi penelitian.
Setelah memperoleh persetujuan dari Kepala. Sekolah SD Muhammadiyah
Sokonandi, dilanjutkan dengan mengurus izin penelitian pada instansi-instansi terkait.
Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar Menengah
dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta selaku instansi yang berwenang memberikan izin
penelitian di sekolah dasar dan menengah Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta
Selanjutnya Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan Muhammadiyah
Kota Yogyakarta mengeluarkan surat izin penelitian di SD Muhammadiyah
Sokonandi.2.UjiCobaAIatUkur
Sebelum dilakukan uji coba alat ukur, terlebih dahulu dilakukan pre-eliminer
test unhik Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang. Pre-eliminer test ini dilakukanuntuk mengetaliui kelayakan, pemaliaman dan fonnat penyajian kuesioner tersebut
bagi subjek penelitian. Subyek pre-eliminer test adalah empai orang siswa-siswi SD
yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek penelitian, yaitu berusia 10
-12 tahun serta memiliki minat untuk membaca komik Jepang. Hasil pre-eliminer test
menunjukkan
bahwa subyek
tidak mengalami
kesulitan
untuk menyelesaikan
tugasnya dan hanya tiga aitem yang mengalami perubahan tata tulis agar lebih mudah
dipahami oleh subyek penelitian, sehingga selanjutnya Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dapat diujicobakan.
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dan Tes Kreativitas Verbal dalam penelitian ini diujicobakan pada siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Sokonandi
yang berjumlah 36 anak. Uji coba kedua alat ukur dilaksanakan pada had Jum'at
tanggal 24 Mei 2002 dan berlangsung selamakurang lebih satu jam tiga puluh menit.
Data yang diperoleh dalam uji coba ini digunakan unhik mengetahui validitas
dan reliabilitas alat ukur. Kliusus untuk Tes Kreativitas Verbal, penggunaan waktu
untuk mengerjakan setiap soalnya sangat diperhatikan sesuai dengan rincian waktu
yang telah ditetapkan.
3. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Data-data yang diperoleh dalam uji coba diolah menggunakan program
komputer SPSS 10.0for Windows . Hasil analisis aitem tersebut akan dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut:
Analisis aitem Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang yang diperoleh
menjelaskan bahwa dari 26 aitem yang dibuat, 18 aitem dinyatakan valid dan delapan
aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah aitem nomor 3, 4, 8, 10, 21,
22, 24, dan 26. Daya diskriminasi aitem bergerak antara 0,270 sampai 0,719, dengan
koefisien reliabilitas 0,851. Keselumhan aitem yang valid sebenarnya sudah cukup
mewakili aspek-aspek yang hendak diungkap melalui Kuesioner Minat Membaca
Komik Jepang, tetapi untuk menyeimbangkan jumlah aitem favorable dan aitem
unfavorable peneliti memutuskan untuk memformulasi ulang tiga aitem dari delapan
aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 3, 4, dan 10. Asumsi yang diambil
adalali subyek kurang mampu memahami formulasi kalimat dalam aitem-aitem tersebut, sehingga mempenganihi jawaban yang diberikan.
Analisis aitem Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dilakukan kembali
unhik mengetaliui daya diskriminasi aitem dan koelisien reliabilitas setelah tiga aitem
yang gugur difonnulasi ulang dan ditambahkan ke dalam 18 aitem valid sebelumnya,
sehingga jumlah aitem total adalali 21 aitem. Kuesioner ini kemudian diberikan
kepada subyek yang berjumlah 71 anak yang merupakan subyek penelitian. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa daya diskriminasi aitem bergerak antara 0,277
sampai 0,548, dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,798. Adapun sebaran aitem
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang setelah uji coba adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Dirfribnri Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang
Setelah Uji Coba
Aspek
1.Kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang
2.Perhatian terhadap kegiatan
membaca komik Jepanp
3.Rasa senang membaca komik
Jepang
4.Frekuensi membaca komik
Jepang Jumlali Nomor Aitem
Favorable
Unfavorable
1.9(8), 17(16)
jTlO(9)
3,11(10), 18(17) 5, 13(12), 19(18),7^H—_____
7, 15(14), 20(19), 23(20) 14 4,12(11) 6,14(13) 16(15) Jumlah 2139
C. Pelaksanaan Penelitian
Subyek penelitian adalali siswa-siswi kelas IV B dan IV C SD
Muhammadiyah Sokonandi yang terdiri dari 40 siswa putra dan 31 siswa putri.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14 Juni 2002 untuk kelas- IV B, dan tanggal
15 Juni 2002 untuk kelas IV C.
Proses pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
- Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang diberikan terlebih dahulu sebelum Tes
Kreativitas Verbal. Pertama kali, subyek d.minta menuliskan identitas dirinya
Setelah subyek selesai menuliskan identitas dirinya, peneliti membacakan instmksi
untuk mengerjakan kuesioner ini. Waktu yang dibutuhkan oleh subyek unhik
mengerjakan kuesioner adalah 20 menit.
- Tes Kreativitas Verbal diberikan klasikal. Sebelum memulai mengerjakan subyek
diminta menuliskan identitas dirinya kembali pada sudut kanan atas halaman pertama,
kemudian peneliti membacakan instmksi setiap subtes dan memberikan kesempatan
kepada subyek untuk bertanya apabila masih belum jelas. Setelah tidak ada lagi
pertanyaan bamlah subyek dapat mengerjakan setiap soal sesuai dengan batasan
waktu yang diberikan oleh peneliti. Kendalayang dihadapi peneliti pada pelaksanaan
tes mi adalah ketidakjelasan subyek terhadap instmksi yang diberikan, sehingga
peneliti harus beberapa kali membacakan instmksi yang telali ada dan memastikan
baliwa subyek sudah benai-benar memahami instmksi tersebut. Keselumhan waktu
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan analisis data, disajikan deskripsi data penelitian sebagai berikut:
Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian
Variabel Skor X yang
dimungkinkan (liipotetik)
SkorX yang diperoleh
(empirik)
Xmaks. Xmin Mean Xmaks. Xmin Mean SD
Minat Membaca
Komik Jepang
21 0 10,5 21 10 16,845 2,836
KreativitasVerbal 109 39 74 109 39 72,577 15,920
Deskripsi data tersebut selanjutnya akan digunakan unhik melakukan
kategorisasi pada masing-masing variabel penelitian, sehingga dapat diketaliui apakah
subyek termasuk dalam kategori tinggi, sedang atau rendah.
Kriteria kategorisasi ditetapkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan kelompok subyek pada variabel yang diteliti. Cara ini dilakukan
berdasarkan suatu asumsi bahwa skor subyek dalam kelompoknya merupakan
estimasi terhadap skor subyek dalam populasinya dan skor tersebut terdistribusi
secara normal. Batasan kategorisasi ini berdasarkan satuan deviasi standar dengan
memperhihingkan rentangan angka-angka minimum dan maksimum teoritisnya
(Azwar, 1999).
Kategorisasi untuk setiap variabel penelitian dibuat berdasarkan tiga kategori,
41
a kategori tinggi
X> u. + 1,0 a
b. kategori sedang
j.i - 1,0 a < X_ jr+ 1,0 a
c. kategori rendah
X _ jx - 1,0 a
Keterangan: /x= mean teoritis
a = satuan deviasi standar
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang terdiri dari 21 aitem dengan skor
minimum nol dan skor maksimum 21. Jarak sebaran skor maksimum dan skor
minimum adalali 21 ~ 0, dengan mean teoritis sebesar 10,5. Kategorisasi untuk
Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5 di
bawali ini.
Tabel 5. Kategorisasi Variabel Minat Membaca Komik Jep
angKategori Skor Jumlah
Tinggi 14 55 77,464
Sedang 7 < X _ 14 16
22,535
Rendah
0
Tabel 5menunjukkan bahwa skor subyek paling banyak berada pada kategori
tinggi, sehingga dapat disebutkan baliwa subyek memiliki minat yang tinggi untuk
membaca komik Jepang.
Tes Kreativitas Verbal terdiri dari enam subtes, yang masing-masing
subtesnya terdiri dari empat aitem dengan skor minimum 39 dan skor maksimum
109. Jarak sebaran skor maksimum dan skor minimum adalah 109-39, dengan mean
teoritis sebesar 74. Kategorisasi unhik Tes Kreativitas Verbal selanjutnya dapat
dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Kategorisasi Variabe! Kreativitas Verbal
Kategori Skor Jumlah %
Tinggi >85 13 18,309
Sedang 62 < X _ 85 38 53,521
Rendah <62 20 28,169
Tabel 6 menunjukkan baliwa skor subyek paling banyak berada pada kategori
sedang, sehingga dapat disebutkan bahwa subyek memiliki tingkat kreativitas sedang. Selain data-data tersebut diatas, diperoleh pula deskripsi subyek penelitian
sebagai berikut:
Tabel 7. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Jumlah %
Laki-laki 40 56,338
Perempuan 31 43,662
Umur 10 tahun 56 78,873
Umur 11 tahun 15 21,127
Mendapat hadiah komik Jepang(didukung orangtua)
41 57,746
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah subyek laki-laki lebih banyak daripada
jumlali subyek perempuan, dengan usia rata-rata 10 tahun. Tabel tersebut