• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA M.NAT MEMBACA KOMIK JEPANG DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA M.NAT MEMBACA KOMIK JEPANG DENGAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

KAMISONY NINDITO CAHYONO

96 231060

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG DENGAN

KREATTVTTAS PADA SISWA-SISWI SD KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

untnk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Gima Memperoleh Derajat

Sarjana Psikologi

Oleh:

KAMISONY NINDITO CAHYONO

96 231 060

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM EVDONESL4

YOGYAKARTA

(3)

dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-l Psikologi

Pada Tanggal

2 6 ;•

-0?

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Indonesia

Dekan,

( Dr) Snkarti)

DewanPengiiji

Tanda Tangan 1. Dr. Sukarti V

2. Dra. Ratna Wulan, SU.

(UA

(4)

Karya ini kiipersembahkan kepada:

Mama, mama, mama, dan 9apa,strta

&&i<a&itji yang tefah mtnjaga,

mtnemanidan mtCtndnngil^ dtnganptnuh

{asib sayang.

(5)

Sarangsiapa yang mtngtrjakan amafyang sahn maia itu adatahuntuidirinya

sin diri, dan Sarangsiapa mengerpian iijakatan, maia tin akan mcnimpa dirinya

sendiri, iemudian iipada ^uhanmnCah iamu diiemSafiian

-Q.S.AIJaatsiyah:15

genius is 1% inspiration and99% perspiration.

- Thomas Edison

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji syukur kehadirat Allali SWT yang

senantiasa memberikan hidayah-Nya, mencurahkan rahmat-Nya, dan menurunkan

ilmu-Nya kepada orang yang mengharapkan kebijaksanaan dan petunjuk-Nya

Selama proses menempuh pendidikan, khususnya dalam proses penyelesaian

tngas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, teguran, dan bantnan. Atas

hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

Ibu DR. Sukarti, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Indonesia dan

sekaligus pembimbing utama yang penuh dengan kesabaran

memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan.

Bapak Irwan Nuryana K., S. Psi., selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan perhatian dan bantuan kepacia penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini hingga tuntas.

Ibu Qurotul Uyun, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

mernbimbing penulis dengan saran-saran dan perhatiannya selama penulis menuntiit

ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, yang

telah membagikan ilmunya selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas

Islam Indonesia

Bapak Drs. Suwardi selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sokonandi,

(7)

wali kelas IV C, yang telah memberikan ijin dan waktu untuk pelaksanaan penelitian

ini, serta adik-adik kelas IV SD Muhammadiyah Sokonandi yang telali membantu

secara sukarela dan bekerja samadengan penulis dalam penelitian ini.

Mama Hj. Rr. Sri Soeharti (Almh.) dan Papa H. Dr. Bagoes Soekardono

Soekiman yang telali memberikan segalanya, doa, restu, dukungan moril dan materiil

dalam menjalani kehidupan ini.

Kakak-kakakku tersayang Neil, Dhany, Aryo dan Tomo, yang selalu

mengingatkan penulis untuk berdoa dan menjadi orang yang mandiri, kliususnya

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Mbak Nonny, atas nasehat dan sharing idea selama proses penulisan skripsi

ini, serta. kursus SPSS singkatnya

Ayi, Andi, Dian "gedhe", Dovi, Elic, dan Dian "cilik", atas dorongan,

dukungan, dan perhatian yang saling kita berikan selama proses penulisan skripsi ini.

Andre, atas saran-saran "metodologi penelitian"-nya, Dian Sukmasari, dan

Opie '95, atas alat ukur, petunjuk penggunaan dan skoringnya

Bapak dan Ibu staf kaiyawan di lingkungan Fakultas Psikologi Universitas

Islam Indonesia yang telali melayani penulis dengan penuh keramahan.

Semua pihak yang telah ikut membantu penulis selama masa pendidikan di

Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, kliususnya dalam menyelesaikan

tugas akliir ini, yang tidak dapatpenulis sebutkan satu per satu.

Terima kasih...

(8)

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL

i

HALAMAN PENGESAHAN. .11

HALAMAN PERSEMBAHAN

1U

HALAMAN MOTTO

1V

UCAPANTERIMAKASIH

v

DAFTAR ISI

vu

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR LAMP1RAN

X1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

l

7

B. Tujuan Penelitian

7

C. Manfaat Penelitian

BABE TTNJAUAN PUSTAKA

g

A. Kreativitas

o

1. Pengertian Kreativitas

°

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

3. Aspek-aspek Kreativitas

12

4. Pengukuran Kreativitas

B. Minat Membaca Komik Jepang

5

1. Peneertian Minat Membaca Komik Jepang

15

(9)

2. Faktor-faktor yang Mempenganihi Minat Membaca Komik

Jepang 18

3. Aspek-aspek Minat Membaca Komik Jepang 21

C. Hubungan antara Minat Membaca Komik Jepang

dengan Kreativitas Siswa-siswi SD 22

D. Hipotesis 26

BABJU METODE PENELiTIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian 27

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 27

C. Subjek Penelitian 28

D. Metode Pengumpulan Data 28

E. Metode Analisis Data 34

BAB TV PELAKSANAAN DAN BASIL PENELrriAN

A. Orientasi Kancah Penelitian 35

B. Persiapan Penelitian 35

1. Proses Perizinan 35

2. UjiCobaAlatUkur 36

3. HasilUjiCobaAlatUkur 37

C. Pelaksanaan Penelitian 39

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 40

1. Deskripsi Data Penelitian 40

(10)

IX

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 40

1. Deskripsi Data Penelitian 40

2. Analisis Data 43 3. Hasil Penelitian 43 E. Pembahasan 44 BABV PENUTUP A. Kesimpulan 50 B. Saran-saran 50 DAFTAR PUSTAKA 52 LAMPIRAN 54

(11)

Hal.

Tabel 1. P-incian Waktu Tes Kreativitas Verbal

30

Tabel 2. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang

33

Tabel 3. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang

Setelah Uji Coba

38

Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian

40

Tabel 5. Kategorisasi Variabel Minat Membaca Komik Jepang

41

Tabel 6. Kategorisasi Variabel Kreativitas Verbal

42

Tabel 7. Deskripsi Subyek Penelitian

42

Tabel 8. Prosentase Jumlah Subyek Minat Membaca Komik Jepang dan Kreativitas

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Larnpiran A Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang 54

Laiifxran B Data Try-out Kuesioner Minat Membaca KomikJepang 58

Reliabilitas Aitem 61

Seleksi Aitem 62

LampiranC Data Try-out Tes Kreativitas Verbal 63

Reliabilitas Aitem 65

Larnpiran D

Data Penelitian KuesionerMinat Membaca Komik Jepang

66

Reliabilitas Aitem 72

Data Penelitian Tes Kreativitas Verbal 73

Kategori Data Penelitian 77

Larnpiran E Daftar Jawaban Subtes V Bagian Orisinalitas 79

LanjaranF UjiNormalitas 82

Chi-Square 83

LaitfiranG Suratljin Penelitian 84

Lannpiraii H Surat Bukti Penelitian 85

Lairpiran I Komik Jepang 87

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki perbedaan

dan keunggulan apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Selain

memiliki fisik yang sempurna, manusia juga dikaruniai akal. Akal yang dimiliki

manusia

sangat

membantu

manusia

dalam mempertahankan hidupnya

Koentjaraningrat (1996) mengemukakan baliwa melalui pembentukan gagasan dan

konsep yang matang serta menentukan tindakan alternatif yang dapat bermanfaat,

manusia menciptakan segala hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Hal tersebut

kemudian melahirkan kebudayaan yang terdiri dari berbagai sistem yang digunakan

manusia untuk mengatasi keterbatasannya, baik sebagai individu maupun sebagai

anggota suatu masyarakat.

Kebudayaan akan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan manusia

Perubahan tersebut dikarenakan manusia belajar dar, pengalaman-pengalamannya

maupun pengetahuan yang dimilikinya agar dapat hidup lebih baik dari masa-masa

sebelumnya Selain itu, interaksi antar manusia dalam suatu masyarakat mendukung

pula terjadinya perubalian kebudayaan. Menurut Soekanto (1990) salali satu

penyebab perubahan tersebut adalah adanya penemuan-penemuan baru atau inovasi.

(14)

antara. lain km eua adanya kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaannya, kualitas

dari keahlian dalam suatu kebudayaan, dan perangsang dalam kegiatan mencipta

Adanya penemuan bani tidak akan lepas dari kreativitas para penciptanya

Lubart (Zimbardo dan Gerrig, 1999) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan

kemampuan seseorang dalam menghasilkan ide-ide maupun produk baru dan sesuai

dengan tuntutan keadaan, dimana ide-ide maupun produk tersebut dibutuhkan.

Kemampuan itu dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitamya

sebagai sesuatu yang wajar dan bukan sebagai sesuatu yang aneh dan tidak masuk

akal, apabila ide-ide atau produk baru yang dihasilkan dianggap mampu memenuhi

kebutuhan.

Anastasi (1982) menyatakan individu yang kreatif adalah individu yang penuh

dengan keterbukaan terhadap segala sumber yang dimilikinya, serta mempermainkan

dan mengolahnya untuk menperoleh suatu alternatif Tetapi terkadang tidak semua

orang mampu mengerti dan memahami apakah perilaku individu kreatif tersebut

sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau bukan.

Sumbangan kreatif, yang berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan

teknologi bain, disebutkan oleh Munandar (1999) memberikan pengaruh terhadap

kesejahteraan dan kejayaan suatu masyarakat dan negara Orang kreatif akan

memiliki sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif, apabila kemampuannya dipupuk

sejak dini karena kreativitas merupakan proses. Drevdahl (Hurlock, 1999)

menyatakan bahwa kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis

pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, dan bukan fantasi semata

(15)

tersebut, menurut Sternberg (Woolfolk, 1995) dengan memiliki pengetahuan yang

handal akan membantu dalam memperoleh insight.

Kreativitas merupakan potensi manusia yang perlu mendapatkan perhatian

agar mampu dikembangkan sebagai suatu kemampuan untuk mengatasi tantangan

dan hambatan yang mengiringi kehidupan manusia Anggapan tradisional bahwa

kreativitas sebagai hasil pembawaan dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang

berbakat khusus ataujenius, seharusnya sudali mulai ditinggalkan.

Kreativitas akan muncul pada diri seseorang bergantung dari lingkungan

tempat orang tersebut tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang memberikan

keamanan dan kebebasan psikologis, baik dalam keluarga, sekolah maupun

masyarakat, akan mendorong seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan

pengalaman yang dapat memperluas wawasannya Kondisi yang demikian mampu

mengembangkan cara berpikir divergen maupun cara berpikir konvergen secara

seimbang.

Masa

kanak-kanak

dapat

menjadi

waktu

yang

tepat

untuk

menumbuhkembangkan potensi kreatif pada diri seseorang, karena pada masa

tersebut banyak hal-hal baru yang dikenal dan menuntut anak untuk bereksplorasi

mencari jawaban atas keingintahuannya Semakin banyak pengetahuan dan

pengalaman yang dapat diperoleh anak maka akan semakin kuat dasar untuk

(16)

Sekarang ini, kecenderungan yang masih terjadi di Indonesia adalah

berhentinya proses kreativitas ketika anak mulai memasuki usia sekolah. Kreativitas

anak tidak dapat tumbuh karena anak mulai mengenal hal-hal baru yang diajarkan

oleh pendidik tanpa pengenalan konsep yang benar, sehingga mengakibatkan anak

terbiasa untuk menghafal dan tidak memiliki kemungkinan jawaban yang lain.

Gambar pemandangan yang berupa dua gunung berdekatan, matahai-i yang berada di

tengah-tengahnya, dan jalan yang lurus kedepan, masih menjadi stereotipe yang dapat

ditemukan pada gambar anak-anak. Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap

gambar pemandangan pada sembilan anak berusia 6 - 8 tahun menunjukkan baliwa

hanya empat anak yang sedikit memiliki orisinalitas pada gambarnya Ini merupakan

salah satu contoh yang sederhana dan dapat menunjukkan bahwa kreativitas

anak-anak masih rendah.

Kegiatan membaca dapat menjadi salah satu cara yang efektif unhik

merangsang tumbulinya kreativitas. Seseorang, dengan membaca, akan memperoleh

berbagai macam informasi, pengetahuan dan pengalaman baru yang dapat menjadi

dasar yang kuat untuk membangun kreativitas. Kegiatan membaca dapat memberikan

manfaat apabila diikuti dengan minat membaca terhadap jenis bacaan yang digemari.

Sinambela (1993) menyebutkan bahwa minat membaca memberikan sumbangan

efektif terhadap kreativitas. Minat membaca akan memberikan kepuasan bagi

pembaca karena pembaca merasa tertarik dan akan memperhatikan sungguh-sungguh

(17)

media massa dianggap mampu memberikan hiburan dan kepuasan bagi para

pembacanya Menurut Hurlock (1999) komik dapat menjadi sumber atau bahan

bacaan yang mendukung beberapa ekspresi kreativitas pada masa kanak-kanak,

sehingga pada masa-masa perkembangan selanjutnya seseorang

akan

selalu

termotivasi untuk menggunakan kreativitasnya dalam menghadapi suatu masalah.

Salah satu jenis komik yang digemari di Indonesia saat ini adalah komik

Jepang. Fenomena ini ditunjukkan oleh banyaknya pembaca komik Jepang maupun

jumlali komik Jepang yang mengisi sebagian besar rak-rak buku bacaan anak-anak di

toko-toko buku dan taman bacaan. Komik Jepang banyak dibaca orang karena

memiliki cerita yang berbeda apabila dibandingkan dengan komik sejenis produksi

lokal, dari Amerika maupun Eropa Karakter maupun cerita dalam komik Jepang

merupakan gambaran sederhana dari kehidupan orang atau masyarakat Jepang yang

masih dipengaruhi budaya timur. Kemiripan budaya inilah yang memudahkan komik

Jepang dapat diterima oleh pembaca di Indonesia

Seperti umumnya fungsi media massa, komik tentu saja memiliki peran dalam

menyebarkan pesan, yaitu pesan penulis yang dirangkai sebagai cerita yang mampu

memberikan pengaruli kepada pembacanya Pesan penulis sebagai komunikator

merupakan hasil pemikiran dan persepsi kehidupannya yang sangat dipengaruhi oleh

budaya penulis. Begitu pula dengan komik Jepang yang akan banyak sekali

mengandung unsur-unsur budaya Jepang, yang merupakan salah satu bangsa yang

(18)

memiliki penghargaan yang tinggi pada penemuan-penemuan barn di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi (Helianti dalam Kompas, 2001).

Pesan yang disampaikan oleh penulis mungkin sekali membawa pengaruh

pada diri pembaca komik Jepang, meskipun tidak secara langsung. Cerita-cerita

komik Jepang yang menggabungkan antara imajinasi dan kenyataan dianggap mampu

memotivasi munculnya ciri-ciri kreativitas seseorang. Tetapi tidak semua pembaca

dapat menangkap maksud pesan tersebut, terutama anak-anak, karena pembaca komik

umumnya menggunakan komik sebagai bahan hiburan semata Hurlock (1999)

menyebutkan baliwa komik dapat memberikan pelarian sementara bagi anak dari

hiruk-pikuk sehari-hari karena aspek emosionalnya

Sepanjang pengetahuan peneliti, ekspresi kreativitas pada penggemar komik

Jepang tidak tampak secara langsung, tetapi minat membaca komik Jepang dianggap

mampu merangsang kreativitas pembacanya karena adanya ciri-ciri kreativitas yang

tersirat dalam tokoh maupun isi cerita komik Jepang. Minat membaca komik Jepang

dianggap mampu pula mendorong munculnya minat membaca jenis bacaan yang lain

maupun mendorong minat terhadap suatu bidang khusus.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud mengungkap ada

tidaknya hubungan antara minat membaca komik Jepang dengan kreativitas,

khususnya pada anak-anak. Apabila ditemukan hubungan antara kedua variabel

tersebut, maka pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar taraf hubungan antara

(19)

minat membaca komik Jepang dengan kreativitas pada siswa-siswi SD di Kota

Yogyakarta

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Menambali kliasanah di bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan

psikologi perkembangan yang berkaitan dengan kreativitas sebagai suatu

kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang.

2. Memberikan informasi kepada orangtua dan para pendidik mengenai hubungan

minat membaca komik Jepang dengan kreativitas anak sehingga dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam menentukan sikap terhadap minat anak untuk

(20)
(21)

A. Kreativitas

I. Pengertian Kreativitas

Munandar (1999) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan individu

dalam menciptakan suatu produk baru, memberi gagasan-gagasan baru untuk

pemecahan suatu masalah, atau kemampuan individu dalam melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya Individu yang

memiliki kreativitas akan mencerminkan adanya kelancaran, keluwesan dan

orisinalitas dalam beipikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan.

Guilford (dalam Vernon, 1982) menyebutkan bahwa kreativitas merupakan

jenis pemikiran spesilik yang disebut divergent thinking. Pemikiran ini akan

menghasilkan jawaban yang bervariasi terhadap pemecahan suatu masalah dan bukan

hanya satu penyelesaian yang benar. Divergent thinking sebagai indikator kreativitas

meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dalam berpikir. Hal ini

berbeda dengan convergent thinking, yang mengikuti cara konvensional dan hanya

menghasilkan satu jawaban yang benar. Penyelesaian suatu masalah akan serupa

dengan penyelesaian masalah yang dicapai oleh orang lain.

Kreativitas dapat pula muncul sebagai akibat keterlibatan seseorang dalam

kegiatan-kegiatan autoetelic, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

semata-mata karena hal tersebut menyenangkan, dan tanpa ada keterpaksaan untuk

(22)

(Csikszentmihalyi, 1996). Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Maslow (dalam Munandar, 1999) mengenai hierarki kebutulian manusia

Kebutuhan manusia akan aktualisasi atau perwujudan diri merupakan kebutuhan

manusia untuk mengembangkan dan mewujudkan potensinya secara penuh, termasuk

di dalamnya adalah imajinasi dan kreativitas. Oleh karena itu, kreativitas sebagai

salah satu potensi manusia perlu diberi kesempatan dan dirangsang agar dapat

berkembang dengan baik (Hurlock, 1999).

Kreativitas didefinisikan pula sebagai penciptaan hasil baru yang menekankan

unsur orisinalitas, kebaruan, dan kebennaknaan. Meskipun demikian bukan berarti

kreativitas selalu membuahkan hasil yang dapat diatnati dan dinilai. Sebagai contoh,

kegiatan melamun sebagai salah satu ekspresi kreativitas di masa kanak-kanak.

Melamun hanya dapat diketaliui oleh pelamunnya, sedangkan orang lain tidak dapat

mengetahuinya. Drevdahl (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa kegiatan

imajinatif yang memiliki maksud dan tujuan untuk menghasilkan komposisi, produk,

atau suatu gagasan yang pada dasarnya baru merupakan definisi kreativitas.

Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas

merupakan kemampuan individu yang mencerminkan adanya kelancaran, keluwesan

dan orisinalitas dalam berpikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan, yang

dituangkan dalam cara berpikir divergen. Individu yang memiliki cara berpikir

divergen akan dapat memberikan gagasan-gagasan baru, melihat hubungan-hubungan

baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, atau bahkan dapat menciptakan

(23)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Lingkungan dianggap sebagai faktor yang paling besar peranannya terhadap

pembentukan kreativitas (Hurlock, 1999). Lingkungan yang memberikan penerimaan

terhadap

kegiatan-kegiatan

kreatif

mampu

mendukung

pertumbuhan

dan

perkembangan kreativitas anak secara positif, sedangkan lingkungan yang cenderung

menolak munculnya aktivitas kreatif akan menjadi hambatan dan membekukan

kreativitas anak.

Munandar (1999) menyimpulkan bahwa kreativitas anak pada usia sekolah

dipengarulii oleh lingkungan keluarga, yang meliputi:

a Latar belakang pendidikan orangtua, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

orangtua maka akan semakin baik prestasi anak. Anak yang ayahnya berpendidikan

SLTA atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anak yang ayahnya

berpendidikan lebih rendah dari SLTA, maka pada tingkat SD tampak perbedaan

prestasi anak, baik dalam hal kreativitas, inteligensi, daya ingatan, maupun prestasi

sekolah. Tingkat pendidikan ibu juga berpengaruh pada prestasi anak di tingkat SD,

serta lebih jelas dan positif hubungannya dibandingkan dengan tingkat pendidikan

ayah. Anak yang ibunya berpendidikan SLTA atau lebih tinggi akan memiliki skor

yang nyata lebih tinggi pada kreativitas, inteligensi, dan prestasi sekolah, daripada

anakyang ibunyaberpendidikan lebih rendah dari SLTA.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kreatif anak, yang

berupa fasilitas tertentu untuk mengisi waktu senggang anak (seperti berlangganan

sural kabar atau majalah, buku-buku bacaan, radio, dan televisi). Kegiatan-kegiatan

(24)

11

yang lebih berdampak pada skor kreativitas adalah membaca, bercakap-cakap, dan

bermain daripada mendengarkan radio, melihat televisi, dan membantu orangtua

dengan pekerjaan nimah tangga

c. Pola asuli yang diterapkan oleh orangtua Orangtua dengan model pendekatan

yang otoriter memberikan dampak kurang baik terhadap kreativitas anak. Orangtua

yang terlalu banyak ikut campur, seperti dalam hal cara berbicara anak, minat anak

terhadap membaca, dalam menentukan peraturan di rumali, tidak akan menghasilkan

kinerja yang lebih tinggi pada kreativitas anak. Berbeda dengan orangtua dari anak

kreatif, mereka tidak banyak menentukan peraturan dalam keluarganya Orangtua

anak yang kreatif tidak terlalu menekankan pada peraturan yang ketat, juga tidak

terlalu memberi kebebasan, tetapi menentukan peraturan dengan mempertimbangkan

keadaan dan kebutuhan anak.

Amabile

(1989)

menyatakan

beberapa faktor yang berperan dalam

membentuk kreativitas yaitu kemampuan kognitif, kepribadian, motivasi intrinsik,

dan lingkungan sosial. Senada dengan hal tersebut adalah pendapat Daruma (1997)

mengenai faktor-faktor yang mempenganihi kreativitas anak adalah:

a Faktor fisik yang meliputi perbedaan jenis kelamin dan keadaan kesehaian.

b. Faktor psikologis yang meliputi taraf inteligensi, motivasi, kemandirian,

kepercayaan diri, keberanian mengambil resiko, kebebasan dan keamanan psikologis.

c. Faktor sosial yang meliputi kedudukan sosial ekonomi, situasi lingkungan tempat

tinggal, sikap dan pendidikan orang tua, serta interaksi dengan orang-orang yang

(25)

d. Faktor budaya yang meliputi keterbukaan terhadap budaya yang berbeda, media

budaya yang terbuka untuk semua orang, pengaruh budaya setempat dan pemberian

penghargaan terhadap orang-orang yang kreatif

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa faktor

lingkungan sangat dominan terhadap kreativitas. Faktor lingkungan ini akan

mendukung faktor personal, yang salah satunya adalah motivasi intrinsik. Motivasi

intrinsik ini yang akan membentuk minat terhadap suatu objek.

3. Aspek-aspek Kreativitas

Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, tetapi potensi kreatif

tersebut tidak akan sama antaia satu orang dengan orang yang lain. Demikian pula

untuk pengungkapan potensi kreatif seseorang. Hal ini dikarenakan potensi kreatif

seseorangmeliputi bidang dan kadar yang berbeda-beda

Guilford (dalam Vernon, 1982) membedakan ciri-ciri utama kreativitas

sebagai ciri bakat dan ciri non-bakat. Ciri bakat meliputi antara lain: (Munandar,

1985)

a Kelancaran berpikir, yaitu kemampuan dalam memikirkan alternatif yang dapat

berupa gagasan, jawaban, cara dan saran, serta penyelesaian terhadap suatu masalah.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kelancaran berpikir meliputi kelancaran kata,

kelancaran asosiasi, kelancaran ekspresi, dan kelancaran ide.

b. Keluwesan (fleksibilitas). Orang kreatif akan memungkinkan untuk melihat suatu

masalah dari sudut pandang yang berbeda, menghasilkan gagasan yang bervariasi

(26)

13

c. Orisinalitas. Pemikiran terhadap ide-ide baru dan unik, menemukan ide-ide yang

tidak lazim serta mengkombinasikan ide-ide tersebut merupakan hasil yang dapat

dicapai dalam keaslian berpikir.

d. Elaborasi. Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide, memperkaya suatu

gagasan, serta menambahkan ciri atau detail ke dalam suatu gagasan sehingga tampak

lebih kaya, dapat menunjukkan adanya proses elaborasi pada orang kreatif

Ciri bakat berhubungan dengan ciri non-bakat dalam membentuk pribadi yang

kreatif Munandar (1985) menyebutkan ciri-ciri yang termasuk di dalam ciri

non-bakat adalah motivasi untuk berbuat sesuatu, pengikatan diri terhadap tugas, rasa

ingin taliu yang luas dan mendalam, memiliki ketertarikan terhadap tugas majernuk

yang dirasakan sebagai tantangan, tidak mudah putus asa, berani mengambil resiko,

menghargai keindalian, mempunyai rasa humor yang luas, menghargai diri sendiri

dan orang lain, serta memiliki keinginan untuk mencari pengalaman-pengalaman

baru.

Kepribadian yang kreatif memampukan seseorang untuk dapat melakukan

penyesuaian diri yang baik terhadap segala situasi serta melakukan segala sesuatu

untuk mencapai tujuannya Hal ini akan terwujud apabila memperoleh dorongan, baik

dari dalam (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Dorongan dari

dalam merupakan usaha seseorang untuk mengungkapkan dirinya, mewujudkan

potensi-potensinya, serta mampu berkembang dan menjadi matang, sehingga ia akan

mampu menjadi dirinya secara penuli (Rogers, dalam Vernon, 1982). Kondisi yang

(27)

memungkinkan untuk memupuk dorongan dari dalam agar kreativitas dapat

berkembang adalah lingkungan yang memiliki keamanan clan kebebasan psikologis.

Dikemukakan oleh Wallas (dalam Piirto, 1992) bahwa kreativitas seseorang

yang tumbuh dan berkembang akan melalui empat tahap, yaitu:

a Persiapan. Pada tahap ini orang mempersiapkan diri untuk memecalikan suatu

masalah. Orang akan berusaha melakukan hal-hal yang dapat membantunya

memecahkan masalah tersebut, seperti belajar berpikir, bertanya pada orang lain,

berusaha mencari jawaban dan sebagainya

b. Inkubasi. Pada tahap ini orang seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari

masalah yang dihadapi, dengan cara "mengeramnya" dalam alam pra-sadar dan tidak

memikirkannya secara sadar. Tahap ini dianggap penting sebagai proses munculnya

inspirasi dari suatu penemuan atau kreasi baru dari alam pra-sadar.

c. Uuminasi. Tahap iluminasi mempakan tahap munculnya insight atau

Aha-Erlebnis, yaitu saat munculnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses

psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru.

d. Verifikasi. Tahap ini merupakan tahap untuk menguji ide atau gagasan baru yang

diperoleh terhadap realitas. Taliap ini melibatkan proses berpikir kreatif (berpikir

divergen) yang harus diikuti oleh proses berpikir kritis dan konvensional (berpikir

(28)

15

4. Pengukuran Kreativitas

Beberapa aiat untuk mengukur kreativitas yang telah dikembangkan adalah

Tes Kemampuan Berpikir Divergen oleh Guilford, Tes Torrance mengenai

kemampuan berpikir kreatif, Tes Kreativitas Verbal dan Tes Krearvitas Figuial oleh

Munandar (Munandar, 1999). Keempat tes tersebut mengukur kelancaran, kelenturan

(fleksibilitas), orisinalitas dan elaborasi dalam berpikir.yang merupakan aspek

kreativitas.

Tes Kreativitas Verbal dan Tes Kreativitas Figural adalah tes untuk mengukur

kreativitas yang pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1977 oleh Utami

Munandar. Pada tahun 1986 dan 1988 Tes ini telali mengalami uji standardisasi dan

menghasilkan nilai baku untuk umur 10 - 18 tahun (Munandar, 1999).

B. Minat Membaca Komik Jepang

1. Pcngertian Minat Membaca Komik Jepang

Minat didefinisikan Hurlock (1999) sebagai sumber motivasi bagi seseorang

untuk melakukan sesuatu yang diinginkan apabila memiliki kebebasan dalam

memilih. Menurut Salindri (1996) minat merupakan sikap positif terhadap suatu

objek minat, dimana didalamnya terlibat aspek-aspek kesadaran dan pengetahuan

akan manfaat objek minat, adanya perhatian, serta adanya rasa senang terhadap objek

minat sehingga individu termotivasi untuk mengulang tingkali laku yang

(29)

Minat membaca merupakan minat yang terbentuk dari perhatian yang kuat

dan mendalam, disertai dengan adanya perasaan senang dan keterikatan terhadap

bahan bacaan dan aktivitas membaca Tujuan dari membaca tersebut adalah untuk

memperoleh manfaat baik dari bahan bacaan maupun dari aktivitas membaca itu

sendiri (Sinambela, 1993). Minat membaca dapat ditanamkan sejak dini, yaitu dengan

memberikan pengertian akan pentingnya membaca Peran orangtua dalam keluarga

sangat besar dalam menanamkan kesadaran untuk membaca kepada anak-anaknya,

mengingat sekolah hanya bisa mengembangkan minat yang telah ada (Drost dalam

Pujasambada, 1992).

Komik adalah salah satu bahan bacaan yang digemari oleh anak-anak.

Membaca komik pada masa kanak-kanak merupakan manifestasi anak dalam mencari

informasi atau pengetahuan berkaitan dengan proses perkembangan yang terjadi pada

dirinya (Hurlock, 1999). Membaca komik selain dapat menghibiir, membanhi anak

dalam proses belajar membaca, disebutkan pula dapat memberikan dasar bagi

pembentukan konsep pada diri anak.

Komik didefmisikan secara uraum sebagai cerita bergambar yang terdapat

dalam majalah atau surat kabar, atau dapat juga berbentuk buku, yang umumnya

mudah dicerna dan lucu (Moeliono, 1990). Atmowiloto (1981) menyebutkan bahwa

sebuah komik merupakan perpaduan rangkaian gambar dan teks. Gambar dalam

komik dapat berupa gambar manusia, binatang, dan alam benda, dalam pengertian

natural-realis, atau bisa juga gambar dari suatu simbol untuk mengungkapkan maksud

tertentu. Teks dalam komik dapat berupa narasi, balon dialog, atau balon perasaan.

(30)

Gabungan antara gambar dan teks tersebut menyajikan sebuah cerita yang merupakan

isi sebuah komik.

Komik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu komik buku, komik majalah,

dan komik bersambung dalam majalah atau surat kabar (Bonnef, 1998). Komik

Jepang temiasuk dalam jenis komik buku yang paling banyak diminati oleh pembaca,

ditambahkan pula dengan adanya unsur kesederhanaan baik dalam gambar,

penokohan maupun isi cerita (Izawa, 2001). Di negara asalnya, komik Jepang disebut

sebagai manga (Bowers, 1975). Manga dibaca oleh hampir sebagian besar orang

Jepang sebagai sarana hiburan. Manga tidak hanya dikonsumsi oleh anak-anak tetapi

ada juga yang menjadi konsumsi orang dewasa

Komik Jepang yang beredar di Indonesia adalah manga yang diterbitkan oleh

penerbit lokal dan menggunakan bahasa Indonesia serta dikemas dalam bentuk

format buku saku. Sebagian besar komik Jepang dicetak tanpa menggunakan warna

atau hitam putih. Tenia cerita komik Jepang pada dasarnya sama dengan manga,

terkecuali untuk tenia hentai (seks) tidak diterbitkan di Indonesia Tetapi komik

Jepang di Indonesia masih belum mencantumkan batasan usia untuk pembacanya,

seperti halnya pada manga (Hengkebala, 2001).

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa minat membaca

komik Jepang adalah sikap seseorang yang didalamnya terkandung aspek-aspek

kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang, perhatian yang kuat, dan rasa

senang terhadap komik Jepang serta adanya kecendeningan untuk membaca kembali

(31)

2. Faktor-faktor yang Mempengarubi Minat Membaca Komik Jepang

Minat membaca, seperti halnya minat-minat lainnya dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Purves dan Beach (dalam Harris dan Sipay, 1985)

menyatakan baliwa minat membaca dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor

institusional. Faktor personal yaitu faktor yang ada dalam diri inidividu, yang

meliputi:

a Usia Semua anal: menyukai cerita-cerita yang mempunyai tokoh yang seusia

dirinya Perubahan pola minat tampak pada tingkat sekolah lanjut (SMP dan SMA)

dan setelah itu cenderung tidak berubah.

b. Jenis Kelamin. Biasanya anak perempuan lebih banyak membaca dan lebih awal

matang dalam hal membaca, tetapi perbedaan jenis kelamm tidak terlalu

mempengamhi pilihan bahan bacaan untuk tingkat SD. Pengaruli yang jelas terlihat

pada tingkat SMP, dan selanjutnya akan cenderung berkurang lagi.

c. Inteligensi. Anak-anak yang cerdas biasanya lebih banyak membaca dan memiliki

minat yang lebih luas apabila dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki

inteligensi rata-rata

d. Kemampuan Membaca Kemampuan membaca tidak berhubungan secara

langsung dengan minat membaca Anak-anak umumnya yang memiliki kecerdasan

dibawah rata-rata cenderung menyukai materi bacaan yang karaktemya mudah

dikenali secara emosional.

e. Sikap Anak. Jumlali buku yang dibaca oleh anak berkaitan erat dengan sikap anak

(32)

19

orangtua dan gun, Sikap anak terhadap membaca dipengamhi oleh minat anak, sikap

serta tingkah laku orangtua dan guru yang mampu memberikan pengertian mengenai

pentingya membaca

f Kebutuhan Psikologis. Salah satu faktor personal yang turut mempenganihi minat

membaca adalah pemuasan kebutuhan psikologis, seperti halnya kebutuhan untuk

mengembangkan konsep diri, kebutuhan sosial dan kebutuhan akan kemdahan.

Adapun faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar diri inidvidu, yang

meliputi:

a. Tersedianya Buku-buku. Jumlah dan jenis buku yang merupakan koleksi dan

tersedia di rumah berkaitan erat dengan minat membaca

b. Status Sosial Ekonomi. Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa

status sosial ekonomi kurang mempengaruhi minat membaca secara signifikan.

c Teman sebaya, orangtua, dan gun,. Pengaruh teman sebaya, orangtua, dan guru

terhadap minat membaca pada anak ditunjukkan melalui anjuran yang diberikan

kepada anak, sebagai hadiah, atau sebagai model kegiatan positif yang dapat

dilakukan anak.

Minat membaca komik Jepang, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempenganihi minat membaca secara umum, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

lain. Faktor-faktor tersebut lebih mengarah pada spesifikasi yang dimiliki komik

Jepang atau manga, yang meliputi gaya, alur cerita, tema, dan standar usia

(Hengkebala, dalam Intisari 2001). Menurut gaya dan alur ceritanya, manga dapat

diklasifikasikan menjadi tigamacam, yaitu:

(33)

a Shounen, manga yang memiliki gaya dan alur cerita sesuai dengan selera

laki-laki. Contoh manga shounen adalah Dragon Ball, dan Kungfti Boy.

b. Shoujou, manga yang berdasarkan selera perempuan dalam gaya dan alur

ceritanya Contoh manga shoujou adalah Candy-Candy.

c. Shoujou-shounen, manga yang merupakan perpaduan antara gaya shounen dan

alur cerita shoujou atau sebaliknya Contoh Evangel ion, danPatlabor.

Tema-tema yang mendasari sebagian besar manga antara lain mecha (robot),

pertarungan, petualangan, percintaan, persahabatan, misteri, sampai dengan hentai

(seks). Tema-tema tersebut mempenganihi batasan usia pembaca manga. Batasan

usia pada manga umumnya tercetak pada bagian sampul. Contohnya +13, berarti

pembaca manga tersebut hanis bemsia 13 tahun ke atas.

Izawa (2001) menyebutkan adanya beberapa perbedaan antara komik Jepang

dengan komik-komik lain yang sebagian besar berasal dari Barat (Amerika dan

Eropa). Perbedaan tersebut mencakup ciri-ciri

a Garis gambar. Komik Jepang memiliki gains gambar yang sederhana dan tidak

kompleks seperti halnyapada komik Barat.

b. Isi cerita Pada dasamya isi komik merupakan sebuali fantasi penulis atau

ilustraiornya. Tetapi pada komik Jepang, rata-rata penulis atau ilustrator komik

mampu menyajikan cerita fantasi yang digabungkan dengan realitas sehari-hari. Hal

ini berbeda dengan sebagian besar komik Barat yang isi ceritanya lebih menekankan

(34)

21

c. Karakter tokoh. Komik Barat cendening membedakan karakter tokohnya sebagai

tokoh baik (protagonis) dan tokoh jaliat (antagonis). Sedangkan tokoh-tokoh komik

Jepang meskipun dibedakan seperti pada tokoh komik Barat, tetapi ada kalanya

tokoh-tokoh komik tersebut menampilkan sisi yang berlawanan dari karakter

sebenamya sehingga mampu memberikan kesan sesuai dengan realitas kehidupan

manusia

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut di atas adalah bahwa

minat membaca komik Jepang seperti halnya minat membaca pada umumnya

dipengaruhi oleh faktor dari dalam (seperti usia, jenis kelamin, inteligensi,

kemampuan membaca, sikap, dan adanya kebutuhan psikologis), dan faktor dari luar

(seperti jenis dan jumlah koleksi buku, status sosial ekonomi, dan pengaruh

lingkungan yaitu teman sebaya, orangtua, dan guru), serta adanya ciri-ciri klias yang

terdapat pada komik Jepang (seperti gaya dan alur cerita, tema, garis gambar, isi

cerita, dan karakter tokoh).

3. Aspek-aspek Minat Membaca Komik Jepang

Aspek-aspek yang membentuk minat membaca komik Jepang pada diri

seseorang merupakan penjabaran dari aspek-aspek minat, yang meliputi kesadaran

akan manfaat objek minat, perhatian yang kuat, dan rasa senang terhadap objek

minat, serta adanya pengulangan tingkali laku yang berhubungan dengan objek minat

(Salindri, 1996).

Kesadaran akan manfaat objek minat, yaitu kesadaran yang dimiliki oleh

(35)

mendorong individu untuk memberikan perhatian yang disertai keinginan untuk

mengetahui, mempelajari serta membuktikan lebih lanjut mengenai objek minat

tersebut (Crow & Crow, 1984).

Hurlock (1999) menyebutkan baliwa individu yang tertarik terhadap suatu

objek minat akan memiliki minat yang lebih tetap (persitent) karena adanya perhatian

yang kuat, yang diikuti rasa senang terhadap objek minat karena kepuasan yang

ditimbulkannya

Munandar (1985) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu aspek

psikologis yang mempunyai penganili cukup besar terhadap sikap dan perilaku

individu. Individu yang mememperoleh kepuasan dari suatu objek minat akan cenderung mengulang-ulang tingkah lakunya yang berhubungan dengan objek minat tersebut, sehingga minat yang muncul akan dapat bertalian selama hidupnya

C. Hubungan Antara Minat Membaca Komik Jepang Dengan Kreativitas Pada

Siswa-siswi SD

Kreativitas merupakan bidang yang kompleks. Kreativitas mencakup suatu

proses berpikir imajinatif mengenai cara-cara baru dalam memecalikan masalah,

melihat hubungan antara unsur-unsur yang sudah ada, maupun membuat kombinasi dari ide atau gagasan-gagasan. Proses berpikir yang melibatkan imajinasi tersebut

akan memberikan suatu hasil, baik lisan, tertulis, abstrak maupun konkret. Hasil

kreativitas seseorang akan sulit untuk diamati dan dinilai. Hal tersebut yang

(36)

23

mengada-ada dan tidak dapat diterima oleh lingkungan masyarakat, dikarenakan

selama ini cara berpikir konvergen yang menekankan kepatuhan, lebih dominan

daripada cara berpikir divergen yang menekankan pada suatu alternatif yang

menunjukkan adanya kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dalam

beipikir.

Cara berpikir divergen yang lazim disebut sebagai salah satu ciri kreativitas

akan muncul apabila seseorang telali memiliki persiapan yang matang. Hasil dari cara

berpikir ini akan lebih luas yaitu benipa ide-ide atau gagasan-gagasan baru, dan

jawaban yang berbeda mengenai suatu permasalahan. Taliap persiqjan merupakan

langkah awai proses kreatif yang bergantung kepada kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki orang tersebut. Kemampuan orang kreatif terbentuk sejak ia masih

kanak-kanak dan akan berlanjut sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh anak

tersebut. Seorang anak akan mampu mengembangkan dan membentuk pribadi yang

kreatif dikarenakan adanya pengaruli yang sebagian besar muncul dari lingkungan

dimana ia berada Lingkungan keluarga, dalam hal ini orangtua, yang menipakan

lingkungan terdekat dari kehidupan anak menjadi contoh teladan bagi anak untuk

berkreasi.

Orangtua sebagai orang dewasa yang memiliki pengalaman yang lebih banyak

daripada anak-anak dianggap mampu memberikan pengertian dan pemahaman

kepada anak-anak mengenai berbagai macam hal yang seringkali menjadi persoalan

bagi anak. Dukungan orangtua terhadap aktivitas kreatif anak secara positif akan

(37)

bahwa lingkungannya mampu memberikan keamanan dan kebebasan secara

psikologis.

Kreativitas akan muncul apabila seseorang memiliki pengetahuan yang

memadai dan wawasan yang luas. Salah satu cara untuk memperoleh dan menambali

pengetahuan dan wawasan adalali dengan membaca Membaca, menurut Nurhadi

(1990) yang dikurip dari pendapat Thorndike, adalah proses berpikir dan bernalar

dimana didalamnya terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami,

membedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan

akliimya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Hal ini melibatkan

proses berpikir divergen dan konvergen serta berpikir secara abstrak, yang ketiganya

merupakan potensi kemampuan intelektual tinggi. Secara singkat dapat disebutkan

bahwa membaca bukan hanya proses mengingat tetapi merupakan proses mental yang

melibatkan aspek-aspek berpikir dan kreatif Membaca yang terbentuk oleh minat

untuk membaca akan memberikan manfaat yang optimal bagi seseorang untuk

memupuk dan mengembangkan potensi kreatif dan potensi-potensi lain dalam

dirinya.

Minat membaca akan tumbuh apabila membaca dianggap mampu

memberikan kepuasan, khususnya dari bahan bacaan yang dibaca Bagi anak-anak

dan sebagian orang dewasa, salah satu bahan bacaan yang digemari adalali komik.

Membaca komik selain sebagai hiburan, dianggap mampu membantu seseorang

dalam berimajinasi. Seperti telah disebutkan, bahwa kreativitas merupakan suatu

(38)

25

Komik Jepang dianggap sebagai komik yang tidak terlalu memunculkan

fantasi yang berlebihan, sehingga banyak digemari pembaca terutama anak-anak usia

sekolah. Anak-anak usia sekolah, menunit Hurlock (1999) lebih menyukai karakter

tokoh pahlawan yang terdapat dalam cerita-cerita petualangan, detektif, misteri

maupun cerita lain yang memiliki unsur ketegangan. Tokoh pahlawan dalam komik

Jepang digambarkan dengan berbagai macam karakter, sehingga anak-anak dapat

memilih cerita yang lebih luas dan bukan hanya cerita yang memiliki unsur

ketegangan saja Pembentukan karakter tokoh dalam komik Jepang menjadi berbeda

karena terdapat penggabungan antara fantasi dan kenyataan. Isi cerita komik Jepang

meskipun

hanya

karangan

penulis

atau

ilustrator

komik

tersebut,

tetapi

memungkinkan pembacanya untuk berimajinasi tentang kehidupan di masa depan dan

bukan hanya imajinasi yang kekanak-kanakan.

Komik Jepang mampu merangsang kreativitas pembacanya, khususnya anak-anak,

karena tokoh dan isi ceritanya menunjukkan adanya ciri-ciri yang dapat membentuk

pribadi yang kreatif Ciri-ciri tersebut antara lain motivasi untuk berbual sesuatu,

pengikatan diri terhadap tugas, rasa ingin taliu yang luas dan mendalam, memiliki

ketertarikan terhadap tugas majernuk yang dirasakan sebagai tantangan, tidak mudah

putus asa, berani mengambil resiko, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor

yang luas, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memiliki keinginan untuk

(39)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalali:

Ada hubungan antara minat membaca komik Jepang dengan kreativitas pada

siswa-siswi SD di Kota Yogyakarta Semakin tinggi minat membaca komik Jepang yang

dimiliki oleh siswa-siswi SD di Kota Yogyakarta, semakin tinggi pula kreativitas

(40)

BAB m

METODE PENELLTL4.N

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian:

1. Variabel Bebas: Minat Membaca Komik Jepang

2. Variabel Tergantung: Kreativitas

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kreativitas adalah kemampuan individu yang mencerminkan adanya kelancaran,

keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir serta mampu mengelaborasi suatu gagasan,

yang dituangkan dalam cara berpikir divergen, sehingga individu mampu

memberikan gagasan-gagasan baru, melihat hubungan-hubungan baru antara

unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, atau bahkan dapat menciptakan suatu produk baru.

2. Minat Membaca Komik Jepang adalah sikap seseorang yang didalamnya

terkandung aspek-aspek kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang, perhatian

yang kuat, dan rasa senang terhadap kegiatan membaca komik Jepang serta adanya

kecendeningan untuk membaca kembali secara berulang komik Jepang karena

kepuasan yang diperoleh orang tersebut. Komik Jepang yang dimaksud adalah komik

Jepang yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo dengan tema-tema

detektif, petualangan, komedi, misteri dan persahabatan (serial cantik).

(41)

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalali siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar

Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta dan benisia 10-12 tahun.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan duajenis alat

yaitu:

1. Tes Kreativitas Verbal. Tes Kreativitas Verbal disusun oleh Utami Munandar.

Tes ini berlandaskan pada model Stniktur Intelek dari Guilford sebagai kerangka

teoritis (Munandar, 1999). Tes ini telah distandardisasikan oleh Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, dengan uilai baku untuk usia 10 - 18 tahun.

Tes Kreativitas Verbal terdiri dari enam subtes yaitu:

a Permulaan Kata Subtes ini mengukur "kelancaran dengan kata", yaitu

kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

Subyek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan

huruf tertentu sebagai rangsang. Contoh: Sa

b. Menyusun Kata Subtes ini, seperti halnya tes Pennulaan Kata, mengukur

"kelancaran kata", tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi

persepsi. Subyek hams menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan humf-humf dari suatu kata yang diberikan sebagai stimulus. Contoh: Proklamasi

c. Membentuk Kalimat Tiga Kata. Subtes ini mengharuskan subyek menyusun

(42)

29

rangsang, akan tetapi umtan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh

berbeda-beda, sesuai dengan kehendak subyek. Contoh: A- 1- g

d. Sifat-sifat yang Sama Tes ini merupakan ukuran dari "kelancaran dalam

memberikan gagasan", yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang

memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Subyek hams menemukan

sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat seperti yang ditentukan.

Contoh: Merali dan cair

e. Macam-macam Penggunaan. Tes ini merupakan ukuran dari "kelenturan dalam

beipikir", karena dalam subtes ini subyek harus mampu melepaskan diri dari

kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja Subyek hams

memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda

sehari-hari. Tes ini juga mengukur "orisinalitas dalam berpikir", yaitu dengan melihat

kelangkaan jawaban yang diberikan. Contoh: Pensil

f Apa Akibatnya Subtes ini mengharuskan subyek untuk memikirkan segala

sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu hipotesis yang telah ditentukan sebagai

stimulus. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia,

akan tetapi dalam hal ini subyek hams mengumpamakan, andaikata terjadi di sini, apa

saja akibatnya? Tes ini mengukur "kelancaran dalam memberikan gagasan" yang

digabung dengan "elaborasi", yang diartikan

sebagai kemampuan untuk

mengembangkan suatu gagasan, memperincinya,

dengan mempertimbangkan

macam-macam implikasi. Contoh: Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti

(43)

Keenam subtes tersebut mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi

konten verbal, tetapi memiliki perbedaan pada dimensi produk.

Waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan tes ini selama 60 menit, dengan

asunisi jumlah waktu ini cukup bagi subyek untuk menyatakan gagasan-gagasannya

Rincian waktu yang disediakan untuk subyek adalali sebagai berikut: (Munandar,

1977)

Tabel 1. Rincian Waktu Tes Kreativitas Verbal

Subtes Jumlali Aitem Waktu per Aitem Total Waktu

I 4 2 menit 8 menit n 4 2 menit 8 menit m 4 3 menit 12 menit rv 4 2 menit 8 menit V 4 2 menit 8 menit VI 4 4 menit 16 menit Total 24 60 menit

Keenam subtes kreativitas verbal ini dinilai atau diskor secara terpisah. Subtes I

sampai dengan subtes V bagian fleksibilitas, diberikan nilai satu untuk setiap

jawaban yang benar dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Subtes V bagian

orisinalitas, dan subtes VI mempunyai carapenilaian tersendiri.

Subtes V bagian orisinalitas, penilaian diberikan setelah terlebih dulu jawaban

subjek dicatat dan disusun sesuai dengan huruf abjad (alphabet) dan di hitung

(44)

31

seluruh jawaban dinilai nol. Jawaban yang frekuensinya 2% - 5% dari selunih

jawaban dinilai satu. Jawaban yang frekuensinya kurang dari 2% dari seluruh

jawaban dinilai dua.

Subtes VI diberikan nilai satu untuk jawaban yang benar. Apabila jawaban

subyek mempunyai anak kalimat dan benar nilainya dapat ditambah, karena setiap

elaborasi satu rincian yang ditambah dan memperkaya jawaban, atau merupakan

akibat tambahan memperoleh nilai satu.

Untuk menentukan nilai akliir tes kreativitas verbal yang diperoleh subyek adalah

dengan caranienjumlahkan nilai-nilai yang diperoleh subyek pada setiap subtesnya

2. Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang. Kuesioner (Angket) Minat

Membaca Komik Jepang disusun oleh peneliti untuk mengukur minat membaca

komik Jepang pada subyek. Penggunaan metode kuesioner ini didasarkan atas

asumsi-asumsi sebagai berikut (Hadi, 1990):

a

Subyek adalali orang yang paling mengetahui dirinyasendiri.

b. Apa yang dinyatakan subyek kepada penyelidik adalali benar dan dapat dipercaya

c. Interpretasi subyek mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya

adalah sama dengan yang dimaksud oleh penyelidik.

Dalam prakteknya, asumsi-asumsi tersebut tentu saja memiliki kelemahan-kelemahan

seperti yang dinyatakan oleh Hadi (1990) yaitu:

a

Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.

b. Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-keinginan

(45)

c. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang memalukan

atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.

d. Kesukaran menimuskan keadaan diri sendiri ke dalam baliasa

e. Ada kecendeningan untuk merekonstmksi secara logik unsur-unsur yang dirasa

kurang berhubungan secaralogik.

Format kuesioner (angket) adalah pilihan yang disusun berdasarkan kondisi,

persepsi, dan pendapat anak-anak sebagai pembaca komik Jepang yang diterbitkan

oleh PT. Elex Media Komputindo dengan tema-tema detektif, petualangan, komedi,

misted dan persahabatan (serial cantik).

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang ini terdiri dari dua bagian, yaitu

bagian A dan bagian B. Bagian A berisi daflar pertanyaan yang digunakan untuk

mengungkap aspek-aspek minat membaca komik Jepang, yang meliputi:

a Kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap

kesadaran, pengetahuan dan pemahaman subyek terhadap manfaat membaca komik

Jepang.

b. Perhatian terhadap kegiatan membaca komik Jepang yaitu aspek yang

mengungkap perhatian subyek ketika membaca komik Jepang.

c Rasa senang untuk membaca komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap rasa

senang dan ketertarikan subyek dalam membaca komik Jepang serta usalia yang

(46)

33

d. Frekuensi membaca. komik Jepang yaitu aspek yang mengungkap jumlali waktu

yang digunakan subyek untuk membaca komik Jepang dan jumlah komik Jepang

yang dibaca subyek.

Selengkapnya aspek-aspek minat membaca komik Jepang didistribusikan dalam

aitem-aitem sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang

Aspek

1.Kesadaran akan manfaat

membaca komik Jepang

2.Perhatian terhadap kegiatan

membaca komik Jepang

3.Rasa senang membaca komik

Jepang

4.Frekuensi membaca komik

Jepang Jumlah Nomor Aitem Favorable Unfavorable 1,9,17,24 2,10 3,11,18 4, 12, 21 5, 13, 19, 22, 25 6,14 7, 8, 15, 20, 23, 16,26 17 Jumlah 26

Bagian Bberisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan langsung dengan minat

membaca komik Jepang pada subyek, seperti jenis cerita, judul komik, intensitas dan

waktu. Jawaban yang diperoleh pada bagian B ini akan digunakan sebagai data

pendukung bagian A.

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang ini menggunakan dua alternatif

jawaban pada bagian A, yaitu Ya dan Tidak. Penskoran dilakukan dengan

memberikan nilai satu untuk jawaban Ya dan nilai nol untuk jawaban Tidak bagi

pertanyaan favorable. Sebaliknya nilai satu untuk jawaban Tidak dan nilai nol untuk

(47)

membaca komik Jepang tinggi atau rendah.

E. Metode Analisis Data

Daa-toa yWg diperoleh da, hasil pe„,gmpu|a„ ^ ^ diolah ^

*Wk **»«. yaifc teUk korelasl ^„c/ ^^ ^ ^^ ^

men.udata Pe„golatan data tersebu, ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

(48)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta SD

Muhammadiyah Sokonandi didirikan pada tahun 1977 dan memiliki dua kampus

yang terpisali, beralamatkan di Jalan Kapas No. 5A dan Jalan Batikan No. 3. Setiap

tingkatan kelas memiliki tiga kelas paralel sehingga jumlah kelas secara keselumhan

di SD Muhammadiyah Sokonandi adalah 18 kelas.

SD Muhammadiyah Sokonandi memiliki 26 tenaga pengajar, dan pada tahun

ajaran 2001/2002 jumlali keselumhan siswa sebanyak 732 siswayang terdiri dari 392

siswaputra dan 341 siswa putri.

Kegiatan belajar mengajar di SD Muhammadiyah Sokonandi berlangsung

selama kurang lebih enam jam yang diselingi dua kali waktu istirahat selama 20

menit.

B. Persiapan Penelitian

1. Proses Perizinan

Persiapan yang dilakukan meliputi koordinasi awal dengan Kepala Sekolah

SD Muhammadiyah Sokonandi untuk mendapatkan persetujuan lokasi penelitian.

Setelah memperoleh persetujuan dari Kepala. Sekolah SD Muhammadiyah

Sokonandi, dilanjutkan dengan mengurus izin penelitian pada instansi-instansi terkait.

(49)

Pimpinan

Daerah Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar Menengah

dan

Kebudayaan Kota Yogyakarta selaku instansi yang berwenang memberikan izin

penelitian di sekolah dasar dan menengah Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta

Selanjutnya Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan Muhammadiyah

Kota Yogyakarta mengeluarkan surat izin penelitian di SD Muhammadiyah

Sokonandi.

2.UjiCobaAIatUkur

Sebelum dilakukan uji coba alat ukur, terlebih dahulu dilakukan pre-eliminer

test unhik Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang. Pre-eliminer test ini dilakukan

untuk mengetaliui kelayakan, pemaliaman dan fonnat penyajian kuesioner tersebut

bagi subjek penelitian. Subyek pre-eliminer test adalah empai orang siswa-siswi SD

yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek penelitian, yaitu berusia 10

-12 tahun serta memiliki minat untuk membaca komik Jepang. Hasil pre-eliminer test

menunjukkan

bahwa subyek

tidak mengalami

kesulitan

untuk menyelesaikan

tugasnya dan hanya tiga aitem yang mengalami perubahan tata tulis agar lebih mudah

dipahami oleh subyek penelitian, sehingga selanjutnya Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dapat diujicobakan.

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dan Tes Kreativitas Verbal dalam penelitian ini diujicobakan pada siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Sokonandi

(50)

yang berjumlah 36 anak. Uji coba kedua alat ukur dilaksanakan pada had Jum'at

tanggal 24 Mei 2002 dan berlangsung selamakurang lebih satu jam tiga puluh menit.

Data yang diperoleh dalam uji coba ini digunakan unhik mengetahui validitas

dan reliabilitas alat ukur. Kliusus untuk Tes Kreativitas Verbal, penggunaan waktu

untuk mengerjakan setiap soalnya sangat diperhatikan sesuai dengan rincian waktu

yang telah ditetapkan.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Data-data yang diperoleh dalam uji coba diolah menggunakan program

komputer SPSS 10.0for Windows . Hasil analisis aitem tersebut akan dijelaskan lebih

lanjut sebagai berikut:

Analisis aitem Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang yang diperoleh

menjelaskan bahwa dari 26 aitem yang dibuat, 18 aitem dinyatakan valid dan delapan

aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah aitem nomor 3, 4, 8, 10, 21,

22, 24, dan 26. Daya diskriminasi aitem bergerak antara 0,270 sampai 0,719, dengan

koefisien reliabilitas 0,851. Keselumhan aitem yang valid sebenarnya sudah cukup

mewakili aspek-aspek yang hendak diungkap melalui Kuesioner Minat Membaca

Komik Jepang, tetapi untuk menyeimbangkan jumlah aitem favorable dan aitem

unfavorable peneliti memutuskan untuk memformulasi ulang tiga aitem dari delapan

aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 3, 4, dan 10. Asumsi yang diambil

adalali subyek kurang mampu memahami formulasi kalimat dalam aitem-aitem tersebut, sehingga mempenganihi jawaban yang diberikan.

(51)

Analisis aitem Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang dilakukan kembali

unhik mengetaliui daya diskriminasi aitem dan koelisien reliabilitas setelah tiga aitem

yang gugur difonnulasi ulang dan ditambahkan ke dalam 18 aitem valid sebelumnya,

sehingga jumlah aitem total adalali 21 aitem. Kuesioner ini kemudian diberikan

kepada subyek yang berjumlah 71 anak yang merupakan subyek penelitian. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa daya diskriminasi aitem bergerak antara 0,277

sampai 0,548, dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,798. Adapun sebaran aitem

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang setelah uji coba adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Dirfribnri Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang

Setelah Uji Coba

Aspek

1.Kesadaran akan manfaat membaca komik Jepang

2.Perhatian terhadap kegiatan

membaca komik Jepanp

3.Rasa senang membaca komik

Jepang

4.Frekuensi membaca komik

Jepang Jumlali Nomor Aitem

Favorable

Unfavorable

1.9(8), 17(16)

jTlO(9)

3,11(10), 18(17) 5, 13(12), 19(18),

7^H—_____

7, 15(14), 20(19), 23(20) 14 4,12(11) 6,14(13) 16(15) Jumlah 21

(52)

39

C. Pelaksanaan Penelitian

Subyek penelitian adalali siswa-siswi kelas IV B dan IV C SD

Muhammadiyah Sokonandi yang terdiri dari 40 siswa putra dan 31 siswa putri.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14 Juni 2002 untuk kelas- IV B, dan tanggal

15 Juni 2002 untuk kelas IV C.

Proses pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

- Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang diberikan terlebih dahulu sebelum Tes

Kreativitas Verbal. Pertama kali, subyek d.minta menuliskan identitas dirinya

Setelah subyek selesai menuliskan identitas dirinya, peneliti membacakan instmksi

untuk mengerjakan kuesioner ini. Waktu yang dibutuhkan oleh subyek unhik

mengerjakan kuesioner adalah 20 menit.

- Tes Kreativitas Verbal diberikan klasikal. Sebelum memulai mengerjakan subyek

diminta menuliskan identitas dirinya kembali pada sudut kanan atas halaman pertama,

kemudian peneliti membacakan instmksi setiap subtes dan memberikan kesempatan

kepada subyek untuk bertanya apabila masih belum jelas. Setelah tidak ada lagi

pertanyaan bamlah subyek dapat mengerjakan setiap soal sesuai dengan batasan

waktu yang diberikan oleh peneliti. Kendalayang dihadapi peneliti pada pelaksanaan

tes mi adalah ketidakjelasan subyek terhadap instmksi yang diberikan, sehingga

peneliti harus beberapa kali membacakan instmksi yang telali ada dan memastikan

baliwa subyek sudah benai-benar memahami instmksi tersebut. Keselumhan waktu

(53)

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan analisis data, disajikan deskripsi data penelitian sebagai berikut:

Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian

Variabel Skor X yang

dimungkinkan (liipotetik)

SkorX yang diperoleh

(empirik)

Xmaks. Xmin Mean Xmaks. Xmin Mean SD

Minat Membaca

Komik Jepang

21 0 10,5 21 10 16,845 2,836

KreativitasVerbal 109 39 74 109 39 72,577 15,920

Deskripsi data tersebut selanjutnya akan digunakan unhik melakukan

kategorisasi pada masing-masing variabel penelitian, sehingga dapat diketaliui apakah

subyek termasuk dalam kategori tinggi, sedang atau rendah.

Kriteria kategorisasi ditetapkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi

tentang keadaan kelompok subyek pada variabel yang diteliti. Cara ini dilakukan

berdasarkan suatu asumsi bahwa skor subyek dalam kelompoknya merupakan

estimasi terhadap skor subyek dalam populasinya dan skor tersebut terdistribusi

secara normal. Batasan kategorisasi ini berdasarkan satuan deviasi standar dengan

memperhihingkan rentangan angka-angka minimum dan maksimum teoritisnya

(Azwar, 1999).

Kategorisasi untuk setiap variabel penelitian dibuat berdasarkan tiga kategori,

(54)

41

a kategori tinggi

X> u. + 1,0 a

b. kategori sedang

j.i - 1,0 a < X_ jr+ 1,0 a

c. kategori rendah

X _ jx - 1,0 a

Keterangan: /x= mean teoritis

a = satuan deviasi standar

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang terdiri dari 21 aitem dengan skor

minimum nol dan skor maksimum 21. Jarak sebaran skor maksimum dan skor

minimum adalali 21 ~ 0, dengan mean teoritis sebesar 10,5. Kategorisasi untuk

Kuesioner Minat Membaca Komik Jepang selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5 di

bawali ini.

Tabel 5. Kategorisasi Variabel Minat Membaca Komik Jep

ang

Kategori Skor Jumlah

Tinggi 14 55 77,464

Sedang 7 < X _ 14 16

22,535

Rendah

0

Tabel 5menunjukkan bahwa skor subyek paling banyak berada pada kategori

tinggi, sehingga dapat disebutkan baliwa subyek memiliki minat yang tinggi untuk

membaca komik Jepang.

Tes Kreativitas Verbal terdiri dari enam subtes, yang masing-masing

subtesnya terdiri dari empat aitem dengan skor minimum 39 dan skor maksimum

109. Jarak sebaran skor maksimum dan skor minimum adalah 109-39, dengan mean

(55)

teoritis sebesar 74. Kategorisasi unhik Tes Kreativitas Verbal selanjutnya dapat

dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Kategorisasi Variabe! Kreativitas Verbal

Kategori Skor Jumlah %

Tinggi >85 13 18,309

Sedang 62 < X _ 85 38 53,521

Rendah <62 20 28,169

Tabel 6 menunjukkan baliwa skor subyek paling banyak berada pada kategori

sedang, sehingga dapat disebutkan bahwa subyek memiliki tingkat kreativitas sedang. Selain data-data tersebut diatas, diperoleh pula deskripsi subyek penelitian

sebagai berikut:

Tabel 7. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek Penelitian Jumlah %

Laki-laki 40 56,338

Perempuan 31 43,662

Umur 10 tahun 56 78,873

Umur 11 tahun 15 21,127

Mendapat hadiah komik Jepang(didukung orangtua)

41 57,746

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah subyek laki-laki lebih banyak daripada

jumlali subyek perempuan, dengan usia rata-rata 10 tahun. Tabel tersebut

Gambar

Tabel 1. P-incian Waktu Tes Kreativitas Verbal 30
Gambar pemandangan yang berupa dua gunung berdekatan, matahai-i yang berada di tengah-tengahnya, dan jalan yang lurus kedepan, masih menjadi stereotipe yang dapat ditemukan pada gambar anak-anak
Tabel 1. Rincian Waktu Tes Kreativitas Verbal
Tabel 2. Distribusi Nomor Aitem Angket Minat Membaca Komik Jepang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mampu menyelesaikan kasus pajak penghasilan (PPh) Pasal 21/26 dan terampil dalam mengisi Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) masa PPh Pasal 21/26.. Menyelesaikan kasus pajak

The policy formulation process in development plan for land transport in Tuban Regency could be seen from the local regulation making process. Local regulation could

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpukan bahwa motivasi intrinsik suami kurang baik karena 22 responden (59,46%) dengan kategori kurang

Profil Berpikir Logis Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Menggunakan Test Of Piage’s Logical Operations (TLO) Ditinjau Dari Kemampuan Matematika.. Jurnal

We proposed an iris database for helping medical doc- tors in detecting colon disorder using image processing, however this database still need to be improved since the

Budaya mahasiswa di Ma’had al - Jami’ah IAIN Palangka Raya yang tidak tertangkap selama observasi atau pengamatan dilapangan. c) Agar tafsiran data yang sudah diperoleh

Dari hasil survey pada responden pengguna jaringan jalan tol JIUT untuk skenario dengan kenaikan tarif 10% pada saat jam sibuk memberikan dampak berkurangnya minat penggunaan

Dari tahun 1913 hingga 1925, Thailand mengeluarkan sejumlah undang-undang untuk membendung nasionalisme Cina dan memaksa orang Cina menjadi warga negara Thailand. Pada tahun