• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

METODE CLUSTER ANALYSIS

Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Padang

Abstrak

Masalah lalu lintas di Indonesia memang sangat komplek. Mulai dari semrawutnya masalah transportasi sampai kepada kemacetan dan polusi udara. Dari hal tersebut diatas, dapat kita tinjau berbagai macam penyebab potensi masalah lalulintas mulai dari besarnya jumlah penduduk, panjang jalan, banyaknya jumlah kendaraan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari ke empat hal diatas akan dapat kita ketahui mengenai study potensi penyebab masalah lalu lintas yang ada di ibukota propinsi di seluruh wilayah Indonesia, dari tahun 1984-2004. Dari keempat hal diatas dapat juga diketahui dilevel mana suatu daerah dalam penyebab potensi masalah lalu lintas.

Dari hasil analisa metode ‘cluster analysis’ didapati dari dendogram bahwa daerah ibukota propinsi yang berada di level I yaitu Jakarta dan dilevel II yaitu Surabaya dan Bandung. Sementara daerah lainnya hanya berpotensi dilevel selanjutnya.

Kata Kunci : cluster analysis, dendogram

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini masalah transportasi menjadi masalah yang sangat penting, karena disamping mengindikasikan kemajuan suatu daerah juga sebagai tanda apakah daerah tersebut berkembang atau tidak. Terlebih lagi bagi negara yang sedang berkembang. Dengan adanya era globalisasi tidak dipungkiri bahwa transportasi merupakan sarana penunjang untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat.

Karena arus globalisasi tidak bisa dibendung di Indonesia termasuk juga dengan salah satu propinsinya seperti Sumatera Barat, khususnya kota Padang, karena disamping sebagai kota pendidikan kota Padang juga merupakan sebagai kota budaya dan kota pariwisata.

Karena keadaan diataslah maka,

Sumatera Barat umumnya khususnya kota Padang harus bisa memberikan pelayanan yang memadai, khususnya di bidang transportasi dan sarana angkutan. Karena mustahil kemajuan suatu daerah tanpa adanya perencanaan transportasi yang matang / tertata dengan baik dapat menunjang majunya suatu daerah. Untuk itulah perlunya diadakan penelitian tentang keadaan potensi penyebab masalah lalu lintas di Sumatera Barat dan menganalisa pada posisi / levelnya dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia.

1.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk

menetapkan hirarki dari potensi masalah lalu lintas di ibukota propinsi di Indonesia.

Manfaat dari penelitian ini yaitu

sebagai pedoman dalam menentukan

kebijaksanaan perencanaan lalu lintas dengan diperolehnya hirarki potensi masalah lalu lintas.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya dibatasi pada:

1. Data – data untuk penelitian berasal dari

Badan Pusat Statistik (BPS)

2. Data – data yang digunakan adalah dari

tahun 1984 – 2004

3. Data-data tersebut berasal dari

ibukota-ibukota propinsi di Indonesia.

4. Analisa data menggunakan software SPSS

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Umum

Transportasi merupakan bagian

integral dari suatu fungsi masayarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, dan selingan serta barang-barang dan pelayanan yang tersedia

(2)

untuk di konsumsi.

Indonesia merupakan daerah yang mempunyai masalah lalu lintas yang sangat komplek. Dimana didalam pengelolaannya

selalu saja menimbulkan berbagai

permasalahan, sehingga kita harus dapat megelompokkan masalah lalu lintas Indonesia ini kedalam suatu organisir tertentu, yang diamati berdasarkan data ke dalam struktur yang penuh arti. Terutama sekali untuk wilayah Indonesia khususnya untuk kota Padang.

2.2. Teknologi Transportasi

Walaupun terdapat banyak

keanekaragaman dari sistim transportasi dan

alat-alat transport yang diporoduksi

mempunyai sejumlah komponen fungsional yang umum, sehingga alasan itulah yang menyebabkan adanya suatu bidang teknik

transportasi sebagai tambahan terhadap

berbagai bidang tertentu yang lebih khusus dan

berhubungan dengan salah satu jenis

transportasi. Beberapa komponen dasar sistim transportasi dan cara komponennya agar terakit dan berfungsinya sistim transportasi.( Edward K Morlok )

2.3. Cluster Analysis 2.3.1. Tujuan Umum

Istilah analisis gugus ( pertama yang

digunakan oleh Tryon, 1939) meliputi

sejumlah metoda berbeda untuk

menggolongkan object sesama serupa ke

dalam kategori masing-masing. Suatu

pertanyaan umum yang menghadapi penelitian di dalam area pemeriksaan bagaimana cara mengorganisir diamati data ke dalam struktur penuh arti.

Analisis Cluster termasuk dalam

analisis statistik multivariate metode

interdependen, sebagai alat analisis

interdependen maka tujuan analisis cluster

tidak untuk menghubungkan ataupun

membedakan dengan sample ataupun variable yang lain. Analisis cluster merupakan salah satu alat analisis yang berguna dalam meringkas data atau sejumlah variabel untuk menjadi lebih sedikit. Dalam melakukan proses meringkas data ini dapat di lakukan dengan

jalan mengelompokan objek- objek

berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu di antara objek- objek yang hendak di teliti. Pembentukan kelompok-kelompok observasi /

kasus ini berdasarkan jarak, observasi yang mirip seharusnya berada dalam kelompok yang sama, dan data observasi yang jauh seharusnya berada dalam kelompok yang berbeda. Pembentukan kelompok ini akan di ikuti

dengan terjadinya pengelempokan yang

menunjukan kedekatan kesamaan antar

kasus.(Ariyanto ; 2005)

Agar hasil analisis dapat ideal sebaiknya di lakukan beberapa kali analisis cluster dengan menggunakan beberapa metode jarak cluster.(Luca Garibaldi; 2003).

Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melakukan analisis cluster adalah :

1. Lakukan beberapa kali analisis cluster

2. Pastikan data yang di dapatkan adalah

data yang valid, baik secara validitas maupun validitas konten.

3. Berikan justifikasi logika pada output

analisis cluster yang telah di keluarkan SPSS, jika output yang di hasilkan jauh dari logika, kemungkinan terjadi berbagai kesalahan baik pengukuran maupun sample.(Nursalim AA ; 2006).

2.3.2. Analisis cluster mempunyai beberapa istilah penting, antara lain :

Agglomeration schedule, ialah jadwal yang memberikan informasi tentang objek atau kasus yang akan di kelompokan pada setiap tahap pada suatu proses analisis cluster yang hierarkis. Cluster Centroid, ialah titik awal di mulainya pengelompokan di dalam cluster nonhierarki, cluster di bentuk / di bangun di

sekitar titik titik atau Seeds. Cluster

Membership, ialah keanggotaan yang

menunjukan cluster, untuk setiap objek/ kasus yang menjadi anggotanya.

Dendogram adalah output SPSS yang memvisualisasikan hasil analisis cluster yang di di lakukan peneliti. Garis vertical (Y) menunjukan cluster yang di gabung bersama, posisi garis pada skala (X) menunjukan jarak

(Distance), dimana cluster di gabung,

dendogram harus di baca mulai dari kiri ke kanan.

Analisis cluster dilakukan dengan dua

cara, yaitu Hierarki Cluster dan K Means

Cluster, Hierarki Cluster digunakan untuk analisis data dengan sample kecil sedangkan K Means Cluster di gunakan untuk analisis data dengan sample yang relatif besar (>100). Dalam penelitian ini hanya digunakan hierarki cluster karena sampel yang kecil.

(3)

Analisis cluster juga adalah sebuah alat untuk penelusuran (eksploring), analisis cluster menampakan hubungan dan susunan menurut data dengan tidak memerhatikan alasan mengapa itu terjadi , analisis cluster akan menunjukan hasil yang penting bagi pengambilan keputusan. Hasil analisis cluster dapat berguna bagi klasifikasi secara umum, seperti hubungan / taksonomi hewan, serangga, tumbuhan, atau makhluk lainnya, dapat juga untuk mengindikasikan alasan untuk menandai kasus / observasi dan mendiagnosis tujuan,

menemukan contoh / jenis untuk

mempresentasikan kelas.

Sebagai contoh, masalah kemacetan di Indonesia kalau kita telusuri dapat disebabkan oleh beberapa komponen seperti banyaknya jumlah penduduk, panjang jalan, banyaknya jumlah kendaraan dan Produk Domestik Regional Bruto. Hal ini dijadikan landasan

dalam faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kemacetan,disamping lusanya suatu daerah. Dari faktor-faktor yang komplek itulah dijadikan analisa penyebab masalah kemacetan yang akan kita analisa dengan menggunakan metoda cluster analysis dengan menggunakan software SPSS.(Nursalim AA ; 2006).

2.3.3. Area Aplikasi

Cluster analysis telah diberlakukan bagi suatu permasalahan riset yang luas (Hartigan 1975) menyediakan suatu ringkasan yang sempurna banyak studi diterbitkan yang melaporkan hasil analisa seikat. Sebagai contoh, dalam bidang kedokteran, suatu penyakit, cara perawatan untuk penyakit, atau gejala penyakit dapat mendorong kearah yang sangat bermanfaat. Dan di bidang transportasi seperti menganalisa masalah kemacetan dan masalah transportsai lainnya.

III. Metodologi Penelitian

Penelitian diawali dengan

mengumpulkan bahan-bahan literature berupa teori yang dapat dijadikan landasan penelitian dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian, setelah itu barulah berusaha untuk

memahami metoda survei yang akan

digunakan selama pelaksanaan penelitian. Dalam pengumpulan data sekunder ini dikelompokkan dahulu kedalam sub bidang masing-masing. Sub bidang masing-masingnya yaitu jumlah penduduk, panjang jalan, jumlah

kendaraan dan PDRB. kemudian

dikelompokkan berdasarkan tahun dan

daerahnya.

Rencana kerja pada penelitian ini secara umum ditunjukkan pada bagan alir berikut :

IV. Prosedur Dan Hasil Kerja Prosedur kerja

Pada bagian ini diuraikan mengenai prosedur kerja dari survai yang akan dilakukan Dimana survai yang dilakukan ini adalah langsung mencari data sekunder yand terdapat di BPS. Survai yang dilakukan antara lain, survai jumlah penduduk, survai panjang jalan, survai jumlah kendaraan dan survai PDRB.

4.1.1. Data Jumlah Penduduk

Dari pengumpulan data ini dilakukan pencaraian jumlah penduduk di ibukota-ibukota propinsi di Indonesiandari tahun 1984-2004.

4.1.2. Data Panjang Jalan

Dari pengumpulan data ini dilakukan pencarian panjang jalan yang ada di ibukota-ibukota propinsi di Indonesia. Panjang jalan ini didapat dari penjumlahan dari panjang jalan negara ditambah jalan propinsi ditambah lagi dengan jalan kabupaten dari tahun1984-2004.

4.1.3. Data Jumlah Kendaraan

Dari pengumpulan data ini dilakukan pencarian jumlah total banyaknya kendaraan bermotor yang ada di ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004. Dimana

jumlah kendaraan terdiri dari jumlah

kendaraan roda dua dan kendaraan mobil penumpang,bis dan truck.

4.1.4. Data PDRB

Pengolahan Data Sekunder

Analisis Data Parameter Pengumpulan Data

(4)

Dari pengumpulan data ini dilakukan pencarian jumlah PDRB ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun1984-2004.

4.2. Hasil Pengumpulan Data

4.2.1. Hasil Pengumpulan Data Ibukota-Ibukota Propinsi Di Indonesia

4.2.1.1. Data Jumlah Penduduk

Dari pengumpulan data ini diketahui total jumlah penduduk ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004 dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah penduduk ibukota – ibukota propinsi di Indonesia pada tahun 1984 yaitu berjumlah 18.381.425 juta jiwa dan total jumlah penduduk tahun 2004 yaitu sebesar 29.712.987 juta jiwa.

4.2.1.2. Data Panjang Jalan

Dari pengumpulan data ini diketahui panjang jalan ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004 dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah panjang jalan ibukota – ibukota propinsi di Indonesia pada tahun 1984 yaitu berjumlah 20.203 km dan total jumlah panjang jalan tahun 2004 yaitu 44.704 km.

4.2.1.3. Data Jumlah Kendaraan

Dari pengumpulan data ini diketahui total jumlah kendaraan ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004 dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah kendaraan ibukota – ibukota propinsi di Indoesia pada tahun 1984 yaitu berjumlah 2.832.752 juta dan total jumlah kendaraan tahun 2004 yaitu sebesar 15.183.494 juta.

4.2.1.4. Data PDRB

Dari pengumpulan data ini diketahui total PDRB ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004 dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah PDRB ibukota – ibukota propinsi di Indonesia pada tahun 1984 yaitu berjumlah Rp 105.614.321.000,- dan total jumlah penduduk tahun 2004 yaitu sebesar Rp 1.252.252.000.000,-.

ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum

5.1.1. Gambaran umum tentang jumlah penduduk di ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004.

Wilayah studi penelitian ini meliputi

semua daerah-daerah ibukota propinsi

diseluruh Indonesia, yaitu:

No. Propinsi Ibukota

1 Nanggroe Aceh

Darussalam

Banda Aceh

2 Sumatera Utara Medan

3 Sematera Barat Padang

4 Riau Pekanbaru

5 Jambi Jambi

6 Sumatera Selatan Palembang

7 Bengkulu Bengkulu

8 Lampung Bandar Lampung

9 DKI Jakarta Jakarta

10 Jawa Barat Bandung

11 Jawa Tengah Semarang

12 DI Yogyakarta Yogyakarta

13 Jawa Timur Surabaya

14 Bali Denpasar 15 Nusa Tenggara Barat Mataram 16 Nusa Tenggara Timur Kupang

17 Kalimantan Barat Pontianak

18 Kalimantan Tengah Palangkaraya 19 Kalimantan Selatan Banjarmasin 20 Kalimantan Timur Samarinda

21 Sulawesi Utara Manado

22 Sulawesi Tengah Palu

23 Sulawesi Selatan Makasar

24 Sulawesi

Tenggara

Kendari

25 Maluku Ambon

26 Papua Jayapura

Total Jumlah Penduduk

0,00 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00 7.000.000,00 8.000.000,00 9.000.000,00 10.000.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun ju ml ah pen du du k Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jayapura

Grafik 5.1. Jumlah total penduduk Indonesia dari tahun1984-2004

(5)

Jumlah Penduduk Ibukota Propinsi Ta npa DKI Jakarta 0,00 500.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00 3.000.000,00 3.500.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun jum lah pen dud uk A ceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Bandung Semarang Y ogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari A mbon Jayapura Grafik 5.2. Total jumlah penduduk Indonesia tahun 1984-2004 tanpa DKI Jakarta

Total Panjang Jalan di Ibukota Propinsi

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun pan ja n g jala n ( km) Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmas in Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jayapura

Grafik 5.3. Total penjang jalan ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004

Tota l Pa njang Jalan Ibukota Propinsi Tanpa DKI Ja karta

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun p anja ng j alan ( km ) Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jay apura

Grafik 5.4. Total panjang jalan ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI Jakarta 1984-2004

Total Jumlah Kendaraan Ibukota Propinsi

0,00 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00 7.000.000,00 8.000.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun jum lah k en dar a an Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jayapura Grafik 5.5. Total jumlah kendaraan bermotor ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004

Total Jumla h KendaraanTanpa DKI Jakarta

0,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun jum lah k end ar aan Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jayapura Grafik 5.6. Total jumlah kendaraan di ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI Jakarta

Total PDRB Ibukota Propinsi

0,00 50.000.000.000,00 100.000.000.000,00 150.000.000.000,00 200.000.000.000,00 250.000.000.000,00 300.000.000.000,00 350.000.000.000,00 400.000.000.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun PDRB Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jayapura

Grafik 5.7. Total PDRB ibukota propinsi di Indonesia dari tahun 1984-2004

(6)

Total PDRB Ibukota Propinsi Tanpa DKI Jakarta 0,00 20.000.000.000,00 40.000.000.000,00 60.000.000.000,00 80.000.000.000,00 100.000.000.000,00 120.000.000.000,00 140.000.000.000,00 1984 1988 1992 1996 2000 2004 tahun PDR B Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bengkulu B.Lampung Bandung Semarang Yogy akarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado Palu Makasar Kendari Ambon Jaya pura

Grafik 5.8. total PDRB ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI Jakarta dari tahun 1984-2004.

Tahun 2004 ibukota propinsi di Indonesia

Dendrogram

* * * * * * H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S * * * * * *

Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine

C A S E 0 5 10 15 20 25 Label Num +---+---+---+---+---+ 7 24 25 5 15 19 16 18 21 22 14 26 12 1 3 8 17 6 23 2 4 20 11 10 13 9

Dari dendogram diatas terbagi dua cluster, dimana dalam cluster tersebut terdapat beberapa sub cluster yang membentuk level. Level I nomor 9 (Jakarta), level II nomor 10 dan 13, level III nomor 6-11 dan level IV nomor 7-17.

PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisa dan

pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Untuk ibukota propinsi

1. Pada umumnya terdapat 4 level dalam

dendogram dan yang mempunyai

potensi masalah lalu lintas berada pada level satu ( I ) dan dua ( II ).

2. Dari 26 ibukota propinsi kota yang

paling berpotensi dalam mengalami masalah lalu lintas adalah Jakarta,

Bandung, Surabaya. masing-masing

berada pada level I dan II.

3. Kota Medan, Pekanbaru, Semarang,

Yogyakarta, Denpasar, Samarinda dan Ujung Pandang merupakan ibukota propinsi yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dari tahun ke tahun dalam penyebab potensi masalah lalu lintas.

4. Selain ibukota-ibukota propinsi yang

tersebut diatas, maka ibukota-ibukota tersebut tidak terlalu berpotensi dalam penyebab potensi masalah lalu lintas

6.2 Saran

Untuk penelitian yang sama akan dilakukan kedepan disarankan :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi

masalah lalu lintas ditambah satu lagi yaitu luas daerah.

2. Agar dalam pengambilan data berpatokan

kepada data BPS yang lebih spesifik seperti Sumatera Barat dalam angka atau Padang dalam angka bukan berdasarkan statistik Indonesia.

3. Dalam menggunakan program SPSS

diharapkan menggunakan program seri yang terbaru agar output yang dihasilkan

lebih komplek sehingga mudah

dimengerti.

4. Dalam pengambilan data sekunder,

surveyor harus paham mengenai hal-hal yang akan dilakukan, sehingga dalam penyusunan data tidak mengalami banyak kesulitan.

(7)

5. Referensi yang banyak sangat membantu dalam pengumpulan tinjauan pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, T, 2006, ”Analisa Dampak Lalu

Lintas Di Beberapa Kota Besar Di

Indonesia”,Google.

Aldenderfer, T,(1984),”Cluster

Analysis”Google.

Mujiharto,.( 1993 ),” Faktor Yang

Mempengaruhi Masalah Lalu Lintas Pada Daerah-Daerah Di Kota Besar”,Google. Ariyanto, (2005), “Pengembangan Analisis Multivariate SPSS 12”,Penerbit Salemba Infotek,Jakarta.

Nursalim, A,A, 2006,”Analisis Cluster dan Penjabaran Dendogram”,Google.

Morlok,E.K,(1997), ”Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi”, Erlangga, Jakarta. BPS Sumatera Barat,(2005),”PDRB Sumatera Barat Menurut Kabupaten/Kota 2001-2005”, BPS, Sumbar.

Garibaldi L, (2003), “Trends In Oceanic Captures And Clustering Of Large Marine

Ecosystems”, Food And Agriculture

Organization Of The United Nations, Rome. Hartigan, (1975),”Cluster Analysis”,Google.

Gambar

Grafik  5.1.  Jumlah  total  penduduk  Indonesia  dari tahun1984-2004
Grafik  5.3.  Total  penjang  jalan  ibukota  propinsi  di  Indonesia  dari  tahun  1984-2004

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut pada penelitian ini digunakan metode fuzzy time series yang dioptimasi dengan algoritme genetika dalam memprediksi distribusi

Tetapi meski tidak dapat dicari solusi secara eksaknya, dari persamaan tersebut dan disertai dengan parameter hasil eksperimen, kita dapat mengambil banyak

(8) Apabila pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan ayat (7) berhalangan tetap atau bukan pejabat definitif, penyesuaian PAK dilaksanakan oleh Direktur Pembinaan Guru

Guru melakukan penilaian dengan membalas kiriman video atau foto kegiatan anak dengan cara memberi bintang atau like diaplikasi WA grup dan jika ada yang belum bisa

Senada dengan itu, dapat dikatakan bahwah kehadiran hermeneutika dalam kurikulum pendidikan tinggi Keislaman di Indonesia, seperti jurusan teologi dan filsafat

Timotius Surakarta dalam meningkatkan hasil belajar senam lantai guling depan melalui penerapan alat bantu pembelajaran ini telah berhasil meningktakan hasil

Bahwa untuk menjamin agar gugatan ini tidak sia-sia serta guna untuk menjamin kamampuan tergugat untuk mengembalikan seluruh kerugian yang timbul karena telah

Intensitas gelombang ini tidak ditentukan oleh aktivitas listrik neuron secara total, sebab sekalipun aktivitas totalnya besar tetapi bila timbulnya tidak secara sinkron