Bab 2
Profil Sanitasi Saat Ini
2.1. Gambaran Wilayah
2.1.1. Geografis, Topografis, Klimatologi dan Geohidrologi
Geografis
Kota Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatra Barat, terletak di pantai barat Pulau Sumatera pada koordinat 00044’00” – 01008’35” Lintang Selatan dan 100005’05” – 100034’09” Bujur Timur. Dengan luas daratan ± 694,96 Km2 dan luas laut ± 720 Km2, memiliki batas administratif sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan kabupaten Padang Pariaman Timur : berbatasan dengan Kabupaten Solok/Kota Solok Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Mentawai
Sumber: RTRW Kota Padang 2008-2028
Sebagai salah satu kota utama di sepanjang pesisir pantai sumatera maka kota padang memiliki aspek strategis dalam percontohan implementasi program percepatan pembangunan sanitasi permukiman nasional.
Topografi
Wilayah Kota Padang memiliki topografi yang bervariasi, perpaduan daratan yang landai dan perbukitan bergelombang yang curam. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki tingkat kelerengan lahan rata-rata >40%.
Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai 0 m dpl sampai >1.000 m dpl.
Topografi Kota Padang terdiri dari dataran tinggi/perbukitan, dataran rendah, daerah aliran sungai serta mempunyai pulau-pulau dan pantai. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki tingkat kemiringan lahan rata-rata > 40 %. Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai dari 0 di atas permukaan laut (dpl) sampai > 1.000 m dpl.
Tabel 2-1 Kondisi Topografi dan Kemiringan Kota Padang.
No Kondisi Topografi Luas
Km² Persentase A. Kelerengan Lahan 0 – 2% Datar 16.379,82 23,57% 3 – 15% Bergelombang 5.510,93 7,93% 16 – 40% Curam 13.219,48 19,02% > 40% Sangat Curam 34.385,77 49,48% Jumlah 69.496,00 100,00% B. Ketinggian 0 – 25 m dpl 15.898,68 22,88% 25 – 100 m dpl 6.479,39 9,32% 100 – 500 m dpl 19.324,56 27,81% 100 – 1.000 m dpl 15.787,23 22,72% > 1.000 m dpl 12.006,13 17,28% Jumlah 69.496,00 100,00%
Sumber: RTRW Kota Padang 2008-2028
Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 – 2% umumnya terdapat dii Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Koto Tangah. Kawasan dengan kelerengan lahan antara 2 – 15% tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni berada pada bagian tengah Kota Padang dan Kawasan dengan kelerengan lahan 15% - 40% tersebar di Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah.
Persentase Kondisi Lereng di Kota Padang
49.48%
19.02% 7.93% 23.57%
0 – 2% Datar 3 – 15% Bergelombang 16 – 40% Curam > 40% Sangat Curam Perrsentase Ketinggian Lahan di Kota Padang
22.88% 9.32% 27.81% 22.72% 17.28% 0 – 25 m dpl 25 – 100 m dpl 100 – 500 m dpl 100 – 1.000 m dpl > 1.000 m dpl
Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lereng dan ketinggian lahan Kota Padang, dapat dilihat pada peta
Klimatologi
Kondisi iklim dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan itensitas penyinaran matahari. Kondisi iklim Kota Padang secara umum dapat dilihat pada Tabel 2-2 dibawah ini,
Tabel 2-2 Kondisi Iklim Kota Padang
Bulan
Curah Hujan (mm)
Hari
Hujan Kelembaban Udara (%)
Kecepatan Angin (knots) Suhu Udara (0C) Penyinaran Matahari (%) Maks Min Rata2
Januari 156,0 14 80 5 31,1 22,7 26,5 41 Februari 240,1 10 77 5 31,8 21,6 26,6 64 Maret 219,5 20 81 5 31,2 22,7 26,6 33 April 327,1 22 82 5 31,5 22,7 26,9 49 Mei 73,1 11 79 5 32,1 23,0 27,6 67 Juni 420,2 17 80 5 32,0 22,7 27,1 56 Juli 199,5 4 79 6 31,5 21,8 26,4 67 Agustus 113,8 12 82 6 31,2 22,7 26,5 58 September 266,7 13 94 5 30,4 23,1 26,3 69 Oktober 238,2 18 83 5 31,1 23,0 27,0 52 Nopember 895,0 21 87 5 29,9 23,3 26,5 43 Desember 329,0 18 84 6 31,3 23,0 26,6 38 RATA2 289,9 15 82,3 5,3 31,3 22,7 26,7 53,1
Sumber : Kota Padang Dalam Angka, 2015
Berdasarkan table tersebut diatas, kondisi iklim Kota Padang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Curah Hujan
Rerata curah hujan di Kota Padang sepanjang tahun 2014 mencapai 289,9 mm/bulan. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Padang terjadi pada bulan November - Desember dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 289,9 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan Juli - Oktober dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 289,9 mm.
2. Hari Hujan
Pada tahun 2014 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 15 hari dalam tiap bulannya. Pada bulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan
dengan bulan lainnya. Frekuensi hujan di bawah rata-rata terjadi pada bulan Juli - September, hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Demikian pula sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Desember, karena jumlah hari hujan tiap bulannya melebihi rata-rata.
3. Kelembaban Relatif
Sepanjang tahun 2014 kelembaban relatif rata-rata 77 % - 94 % sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Padang termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya tinggi. Kelembaban relatif wilayah Kota Padang cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 82,3 % pada tahun 2014. Pada bulan September - Desember merupakan bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban relatif bulan Januari - Agustus berada di bawah rata-rata.
4. Kecepatan Angin
Rata-rata kecepatan angin di Kota Padang selama tahun 2014 mencapai 5,3 knot, kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan Juli – Agustus yang berkisar 6 knot.
5. Temperatur
Secara umum keadaan temperatur di Kota Padang mengikuti kondisi suhu udara di Provinsi Sumatera Barat dengan wilayah yang lebih luas. Temperatur rata-rata selama tahun 2014 di Kota Padang berkisar 26,3°C – 27,6°C. Pada bulan-bulan tertentu temperaturnya berada di atas rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur pada bulan Juli - September berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada bulan September mencapai 26,3°C. Sedangkan temperatur bulan April - Juni berada diatas rata-rata mencapai 27,6°C pada bulan Mei.
6. Itensitas Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di Kota Padang selama tahun 2014 berkisar 33% - 69%.
Hidrologi
Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan. Karakteristik sungai yang terdapat di wilayah Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2-3 Nama Sungai, Panjang/Lebar dan Daerah Yang Dilaluinya Di Kota Padang
No Nama Sungai/Batang Panjang (Km) Lebar (m) Kecamatan yang Dilalui 1. Batang Kuranji 17,00 60 Kec. Pauh,Kuranji, Nanggalo, dan Padang Utara 2. Batang Belimbing 5,00 5 Kec. Kuranji
3. Batang Guo 5,00 5 Kec. Kuranji
4. Batang Arau 5,00 60 Kec. Padang Selatan 5. Batang Muar 0,40 24 Kec. Padang Utara
6. Sungai Banjir Kanal 5,00 60 Kec. Padang Timur dan Kec. Padang Utara 7. Batang Logam 15,00 25 Kec. Koto Tangah
8. Batang Kandis 20,00 20 Kec. Koto Tangah 9. Batang Tarung 12,00 12 Kec. Koto Tangah 10. Batang Dagang 11,00 11 Kec. Nanggalo
11. Sungai Gayo 5,00 12 Kec. Pauh
12. Sungai Padang Aru 5,00 30 Kec. Lubuk Kilangan 13. Sungai Padang Idas 2,50 6 Kec. Lubuk Kilangan 14. Batang Kampung Jua 6,00 30 Kec. Lubuk Begalung 15. Batang Aru 5,00 30 Kec. Lubuk Begalung 16. Batang Kayu Aro 3,00 15 Kec. Bungus Teluk Kabung 17. Sungai Timbalun 2,00 8 Kec. Bungus Teluk Kabung 18. Sungai Sarasah 3,00 7 Kec. Bungus Teluk Kabung 19. Sungai Pisang 2,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung 20. Bandar Jati 2,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung 21. Sungai Koto 2,00 6 Kec. Padang Timur
22. Sungai Lareh 5,00 11
23. Batang Jirak 6,00 30
Total 143,9
2.1.2. Wilayah Administrasi Kota Padang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980, luas wilayah Kota Padang secara administratif adalah 694,96 km² atau 694.960 Ha. Wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3 Kecamatan dengan 15 Kampung, dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dengan 193 Kelurahan. Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 dilakukan restrukturisasi administrasi kota, yang menyebabkan penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut) dan penggabungan beberapa kelurahan, sehingga menjadi 104 kelurahan,
Tabel 2-4 Perubahan Wilayah Administrasi Kota Padang
No Kecamatan Sebelum UU 22/1999 Setelah UU 22/1999
Luas (Km²) Kelurahan Luas (Km²) Kelurahan A. Wilayah Darat
1. Bungus Teluk Kabung 100,78 13 100,78 6
2. Lubuk Kilangan 85,99 7 85,99 7 3. Lubuk Begalung 30,91 21 30,91 15 4. Padang Selatan 10,03 24 10,03 12 5. Padang Timur 8,15 27 8,15 10 6. Padang Barat 7,00 30 7,00 10 7. Padang Utara 8,08 18 8,08 7 8. Nanggalo 8,07 7 8,07 6 9. Kuranji 57,41 9 57,41 9 10. Pauh 146,29 13 146,29 9 11. Koto Tangah 232,25 24 232,25 13 B. Wilayah Laut - - 720,00 - Kota Padang 694,96 193 1.414,96 104
Sumber: RTRW Kota Padang Tahun 2008 – 2028
Tabel 2-5 Nama dan Luas Wilayah Daratan per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan
No. Nama Kecamatan Kelurahan Jumlah
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(Km2) (%) thd total
administrasi (Km2) administrasi (%) thd luas
1 Kec. Bungus Teluk Kabung 6 100,78 14,50 10,58 1,52
2 Kec. Lubuk Kilangan 7 85,99 12,37 10,59 1,52
3 Kec. Lubuk Begalung 15 30,91 4,45 12,83 1,85
4 Kec. Padang Selatan 12 10,03 1,44 3,75 0,54
5 Kec. Padang Timur 10 8,15 1,17 5,76 0,83
6 Kec. Padang Barat 10 7,00 1,01 4,85 0,70
7 Kec. Padang Utara 7 8,08 1,16 5,92 0,85
8 Kec. Nanggalo 6 8,07 1,16 6,42 0,92
9 Kec. Kuranji 9 57,41 8,26 32,22 4,64
10 Kec. Pauh 9 146,29 21,05 17,96 2,58
11 Kec. Koto Tangah 13 232,25 33,42 45,04 6,48
Total 104 694,96 100,00 155,92 22,44
Gambar 2-3 Peta Administrasi Kota Padang
2.1.3. Penduduk
A. Jumlah Penduduk Kota Padang
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di Kota Padang sampai dengan tahun 2014 berjumlah 889.646 jiwa, yang terdiri dari 443.929 jiwa penduduk laki-laki dan 445.717 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Padang berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kota Padang pada tahun 2014 berkisar 1.215 jiwa/km2. Kecamatan Padang Timur memiliki kepadatan 9.562 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kota Padang. Sedangkan
Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki kepadatan penduduk 230 jiwa/km2 dan
merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.
Tabel 2-6 Struktur penduduk Kota Padang berdasarkan jenis kelamin tahun 2014
No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Ratio
(Km2) Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Bungus Teluk Kabung 100,78 12.414 11.723 24.137 105,89
2. Lubuk Kilangan 85,99 26.560 26.197 52.757 101,39 3. Lubuk Begalung 30,91 58.254 57.032 115.286 102,14 4. Padang Selatan 10,03 29.606 29.432 59.038 100,59 5. Padang Timur 8,15 39.245 39.730 78.975 98,78 6. Padang Barat 7 23.124 22.722 45.846 101,77 7. Padang Utara 8,08 33.308 36.944 70.252 90,16 8. Nanggalo 8,07 28.962 30.692 59.654 94,36 9. Kuranji 57,41 68.878 69.706 138.584 98,81 10. Pauh 146,29 33.637 33.024 66.661 101,86 11. Koto Tangah 232,25 89.941 88.515 178.456 101,61 Kota Padang 694,96 443.929 445.717 889.646 99,60
Sumber : Padang Dalam Angka 2015 TABEL 3.3
Penduduk terbanyak berada pada Kecamatan Koto Tangah, kuranji dan Lubuk Begalung, sedangkan pada kecamatan yang merupakan “kawasan kota lama”, yakni di Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, dan sebagian wilayah Kecamatan Padang Selatan terus mengalami perlambatan pertumbuhan penduduk, hal ini disebabkan arah pembangunan Kota Padang diarah pada sisi timur Kota Padang (menjauhi daerah zona merah bencana Tsunami). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2-7 Proyeksi Penduduk Kota Padang 2016-2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Kec. Bungus Teluk Kabung 7.232 7.325 7.418 7.513 7.610 7.707 17.187 17.380 17.575 17.774 17.975 18.179 24.419 24.704 24.994 25.287 25.584 25.886
2 Kec. Lubuk Kilangan 49.707 50.581 51.475 52.389 53.323 54.279 3.999 4.095 4.194 4.294 4.398 4.504 53.706 54.676 55.669 56.683 57.721 58.783
3 Kec. Lubuk Begalung 117.629 120.027 122.481 124.993 127.564 130.195 - - - - 117.629 120.027 122.481 124.993 127.564 130.195
4 Kec. Padang Selatan 59.400 59.814 60.281 60.805 61.386 62.029 - - - - 59.400 59.814 60.281 60.805 61.386 62.029
5 Kec. Padang Timur 79.176 79.383 79.596 79.815 80.040 80.272 - - - - 79.176 79.383 79.596 79.815 80.040 80.272
6 Kec. Padang Barat 46.018 46.196 46.379 46.568 46.762 46.961 - - - - 45.882 45.921 45.963 46.007 46.053 46.102
7 Kec. Padang Utara 72.528 75.060 77.880 81.020 84.517 88.416 - - - - 70.373 70.506 70.653 70.813 70.985 71.170
8 Kec. Nanggalo 60.538 61.435 62.347 63.272 64.213 65.168 - - - - 60.462 61.396 62.471 63.703 65.109 66.710
9 Kec. Kuranji 142.784 147.118 151.591 156.207 160.970 165.887 - - - - 141.153 143.778 146.459 149.198 151.996 154.854
10 Kec. Pauh 65.083 67.078 69.136 71.260 73.453 75.717 3.588 3.669 3.751 3.834 3.920 4.008 68.672 70.746 72.887 75.095 77.374 79.725
11 Kec. Koto Tangah 169.731 173.535 177.448 181.475 185.618 189.882 12.808 13.206 13.618 14.045 14.488 14.946 182.538 186.740 191.066 195.520 200.106 204.828
Total 869.826 887.552 906.033 925.317 945.457 966.513 37.582 38.349 39.138 39.948 40.780 41.636 903.410 917.693 932.520 947.918 963.918 980.553 No Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Tabel 2-8 Proyeksi Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Padang 2016-2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Kec. Bungus Teluk Kabung 1.808 1.831 1.855 1.878 1.902 1.927 4.297 4.345 4.394 4.443 4.494 4.545 6.105 6.176 6.248 6.322 6.396 6.471
2 Kec. Lubuk Kilangan 12.427 12.645 12.869 13.097 13.331 13.570 1.000 1.024 1.048 1.074 1.099 1.126 13.427 13.669 13.917 14.171 14.430 14.696
3 Kec. Lubuk Begalung 29.407 30.007 30.620 31.248 31.891 32.549 - - - - 29.407 30.007 30.620 31.248 31.891 32.549
4 Kec. Padang Selatan 14.850 14.953 15.070 15.201 15.347 15.507 - - - - 14.850 14.953 15.070 15.201 15.347 15.507
5 Kec. Padang Timur 19.794 19.846 19.899 19.954 20.010 20.068 - - - - 19.794 19.846 19.899 19.954 20.010 20.068
6 Kec. Padang Barat 11.505 11.549 11.595 11.642 11.690 11.740 - - - - 11.471 11.480 11.491 11.502 11.513 11.526
7 Kec. Padang Utara 18.132 18.765 19.470 20.255 21.129 22.104 - - - - 17.593 17.627 17.663 17.703 17.746 17.792
8 Kec. Nanggalo 15.134 15.359 15.587 15.818 16.053 16.292 - - - - 15.115 15.349 15.618 15.926 16.277 16.678
9 Kec. Kuranji 35.696 36.780 37.898 39.052 40.243 41.472 - - - - 35.288 35.944 36.615 37.299 37.999 38.714
10 Kec. Pauh 16.271 16.769 17.284 17.815 18.363 18.929 897 917 938 959 980 1.002 17.168 17.687 18.222 18.774 19.343 19.931
11 Kec. Koto Tangah 42.433 43.384 44.362 45.369 46.405 47.470 3.202 3.301 3.405 3.511 3.622 3.736 45.635 46.685 47.767 48.880 50.027 51.207
Total 217.456 221.888 226.508 231.329 236.364 241.628 9.396 9.587 9.784 9.987 10.195 10.409 225.853 229.423 233.130 236.980 240.980 245.138 No Nama Kecamatan
Jumlah Kepala Keluarga
B. Kepadatan Penduduk Kota Padang
kepadatan penduduk sangat dipengaruhi oleh estimasi perkembangan penduduk, perlu diperhitungkan tingkat pertumbuhan penduduk yang akan menentukan trend perubahan dalam kependudukan dimasa yang akan datang.
Adapun persentase pertumbuhan penduduk total dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
% = (L - M) + (I - E) / Po x 100% Keterangan :
Pt = jumlah penduduk tahun akhir perhitungan Po = jumlah penduduk tahun awal perhitungan L = jumlah kelahiran M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi (penduduk yang masuk ke suatu wilayah)
E = jumlah emigrasi (penduduk yang keluar atau meninggalkan suatu wilayah)
% = persentase pertumbuhan penduduk total.
Proyeksi pertambahan penduduk kota Padang sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 2.7. Berdasarkan Data PPLS Tahun 2010, jumlah penduduk miskin terbanyak berada pada wilayah Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Lubuk Begalung dan jumlah penduduk miskin paling sedikit berada pada wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Padang Utara, selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2-9 Data Penduduk (KK) miskin Kota Padang Tahun 2010
No. Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
1 Kec. Bungus Teluk Kabung 2.191
2 Kec. Lubuk Kilangan 1.462
3 Kec. Lubuk Begalung 4.017
4 Kec. Padang Selatan 3.038
5 Kec. Padang Timur 2.949
6 Kec. Padang Barat 1.991
7 Kec. Padang Utara 1.475
8 Kec. Nanggalo 1.689
9 Kec. Kuranji 5.190
10 Kec. Pauh 2.568
11 Kec. Koto Tangah 6.935
Jumlah 33.505
Tabel 2-10 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Padang 2016-2020
No. Nama Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) KepadatanPenduduk (orang/Ha)
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Bungus Teluk Kabung 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% 0,74% 23.859 24.036 24.213 24.393 24.573 24.755
2 Lubuk Kilangan 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% 2,96% 51.846 53.381 54.961 56.588 58.263 59.987 3 Lubuk Begalung 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% 1,96% 113.218 115.437 117.700 120.007 122.359 124.757 4 Padang Selatan 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 58.780 58.927 59.074 59.222 59.370 59.518 5 Padang Timur 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 78.789 78.852 78.915 78.978 79.041 79.105 6 Padang Barat 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 45.781 45.804 45.827 45.850 45.873 45.896 7 Padang Utara 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 0,08% 70.050 70.106 70.162 70.218 70.274 70.331 8 Nanggalo 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% 1,07% 59.136 59.769 60.408 61.055 61.708 62.368 9 Kuranji 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 135.787 139.277 142.856 146.528 150.293 154.156 10 Pauh 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% 3,07% 64.863 66.854 68.907 71.022 73.203 75.450 11 Koto Tangah 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 168.194 171.743 175.367 179.067 182.845 186.703 Total 870.303 884.185 898.390 912.926 927.802 943.025
2.1.4. Sosial, Pendidikan dan Angkatan Kerja
Tersedianya data bidang sosial, pendidikan dan angkatan Kerja sangat diperlukan untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah dan mengevaluasi dampak berbagai program yang telah dijalankan. Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pertambahan angkatan kerja tersebut dapat ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri, yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia. Yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan kerja.
Tabel 2-11 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kegiatan Laki-Laki (%) Perempuan (%) Jumlah (%)
1. Angka Kerja 83,76 50,35 66,86
Bekerja 75,30 46,34 60,65
Mencari Pekerjaan 8,47 4,01 6,21
2. Bukan Angkatan Kerja 16,24 49,65 33,14
Sekolah 9,19 12,43 10,83
Lainnya 7,05 37,22 22,31
JUMLAH 100 100 100
Sumber : Kota Padang Dalam Angka, 2015
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kota Padang adalah bekerja. Persentase penduduk yang bekerja pada tahun 2013 tercatat sebesar 60,65 %.
Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan idikator rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada.
Tabel 2-12 Jumlah penduduk pencari kerja Menurut ijasah tertinggi yang dimiliki tahun 2014
Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Sekolah Dasar 2 2 4
SLTP/Sederajat 32 152 184
SLTA/Sederajat 2.006 2.023 4.029
Diploma I dan Diploma II 6 9 15
Sarjana Muda/Diploma III 218 503 721
Sarjana 537 704 1.241
RATA-RATA 2.801 3.393 6.194
Pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari sarana/fasilitas pendidikan yang tersedia. Tahun 2014 jumlah fasilitas pendidikan yang ada di kota Padang adalah 405 unit SD negeri dan swasta, 11 unit Madrasah Ibtidaiyah negeri dan swasta, 88 unit SMP negeri dan swasta, 19 unit Madrasah Tsanawiyah negeri dan swasta, 51 unit SMA negeri dan swasta, 34 unit SMK negeri dan swasta, serta 11 unit Madrasah Aliyah negeri dan swasta.
Untuk tingkat sekolah dasar jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah 105.890 siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah 7.781 orang. Sehingga rata-rata setiap guru akan mengajar 14 orang siswa. Rasio ini sangat baik mengingat rasio ideal untuk guru murid adalah 30 orang siswa untuk setiap guru. Pada tingkat sekolah menengah pertama jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah 37.909 siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah 3.416 orang. Sehingga ratarata setiap guru akan mengajar 11 orang siswa. Sementara itu, untuk tingkat sekolah menengah atas jumlah keseluruhan murid yang ditampung pada tahun 2014 adalah 23.664 siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah 2.146 orang. Sehingga rata-rata setiap guru akan mengajar 11 orang siswa.
2.1.5. Kesehatan
Di bidang kesehatan, untuk mempermudah pelayanan kesehatan agar lebih terjangkau oleh masyarakat baik dari segi biaya dan jarak, disetiap kecamatan telah tersedia puskesmas, puskesmas pembantu dan tenaga medis. Di seluruh Kota Padang terdapat 22 puskesmas, 62 pustu dan 663 tenaga medis. Jumlah rumah sakit negeri dan swasta di kota Padang adalah sebanyak 28 rumah sakit.
Pelayanan untuk kesehatan ibu dan anak tercermin dari peningkatan jumlah posyandu yang tersebar di semua kecamatan di kota Padang. Pada tahun 2014 jumlah posyandu adalah 867 posyandu dengan kadernya sebanyak 3.442 orang kader. Sementara itu peserta KB tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 4.832 orang atau turun 4.89 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2.1.6. Perekonomian
Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan, kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah. Berdasarkan distribusi persentase nilai PDRB Kota Padang dari tahun 2009 – 2013 berdasarkan harga berlaku terlihat bahwa struktur perekonomian Kota Padang didominasi oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan distribusi sebesar 25,64% pada tahun 2013. Distribusi PDRB Kota Padang menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel:2-13 berikut:
Tabel 2-13 Distribusi PDRB berdasarkan Harga Konstan 2000 (Milyar) 2011-2013Di Kota Padang tahun 2012-2014
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013
1. Pertanian 645,54 680,47 715,95
2. Pertambangan dan Penggalian 198,15 211,78 229,59
3. Industri Pengolahan 2.033,22 2.119,22 2.234,97
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 227,54 241,01 253,38
5. Bangunan 558,43 613,49 672,32
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.684,51 2.839,12 3.009,11
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.280,00 3 561,59 3 813,23
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
1.047,09 1 132,51 1 202,95
9. Jasa-Jasa 2.117,71 2 238,18 2 385,18
2.1.7. Institusi dan Organisasi Pemerintah Kota
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, Kota Padang yang sebelumnya memiliki 11 kecamatan dan 193 kelurahankini memiliki 11 kecamatan dan 104 kelurahan.
Kecamatan yang jumlah kelurahannya mengalami penurunan terbanyak adalah Kecamatan Padang Barat, dari sejumlah 30 kelurahan menjadi hanya 10 kelurahan. Jumlah pegawai di lingkungan pemerintah kota Padang tahun 2014 tercatat sebanyak 13.036 sebagian besar berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 40,34 persen, diikuti dengan pegawai lulusan Diploma sebanyak 27.32 persen kemudian pegawai lulusan SMA sebanyak 25.12 persen.
Komposisi anggota DPRD Kota Padang masih didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 84.44 persen sementara perempuan sebesar 15.56 persen.
Selama tahun 2014, produk peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD Kota Padang tercatat sebanyak 57 peraturan. Sementara jumlah sidang yang telah diselenggarakan oleh DPRD adalah sebanyak 485 kali sidang. Namun dalam rangkaian kegiatannya DPRD Kota Padang tercatat tidak menggunakan hak nya. .Jumlah pegawai negeri sipil yang berada di lingkungan pemerintahan Kota Padang tahun 2014 tercatat sebanyak 13.036 pegawai. Sementara proporsi pegawai dari tingkat pendidikan mayoritas lulusan sarjana tercatat sebanyak 5.259 pegawai atau 40,34 persen diikuti dengan lulusan diploma sebanyak 3.562 pegawai atau 27.32 persen.
2.1.8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang
Rencana Struktur Ruang Kota Padang
Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Padang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Bencana gempa bumi yang terjadi pada tanggal 30 September 2009, telah menyebabkan kerusakan fasilitas pelayanan kota. Untuk itu diperlukan upaya pemulihan melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi Kota Padang, tersebut memberikan pengaruh penting terhadap pembentukan struktur ruang Kota Padang.
Beberapa kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan memberikan pengaruh terhadap struktur ruang Kota Padang antara lain:
Pemindahan Pusat Perkantoran Pemerintah Kota dari Kawasan Pusat Kota di ke Air Pacah
Pemindahan pusat pelayanan perkantoran akan mendorong perkembangan kegiatan kegiatan penunjang kegiatan perkantoran. Dengan demikian akan berkembang pusat pelayanan baru. Selain itu dengan pemindahan pusat perkantoran pemerintah kota ke lokasi bekas Terminal Regional Bingkuang, menyebabkan perlunya pemindahan lokasi terminal dan hal ini akan mempengaruhi rencana sistem transportasi di Kota Padang secara keseluruhan.
Revitalisasi Pasar Raya dan Pasar-pasar Satelit dan Dilengkapi Dengan Terminal Angkutan Kota
Kerusakan Pasar Raya yang terjadi akibat gempa bumi, telah berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi di pusat kota. Kerusakan sarana ekonomi di pusat kota mendorong terjadinya perkembangan yang cukup signifikan pada pasar pasar yang terletak di pinggiran kota. Hal ini mengindikasikan terjadinya penyebaran kegiatan ekonomi pada simpul-simpul pertumbuhan baru.
Seiring dengan upaya pemulihan ekonomi pasca gempa di kawasan pusat kota dan upaya untuk penyebaran kegiatan ekonomi di pinggiran kota perlu upaya untuk merevitalisasi kawasan pusat kota dengan kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pengembangan kota dimasa yang akan datang.
Penataan Transportasi Kota
Pemindahan terminal dan tumbuhnya simpul-simpul pertumbuhan baru di Kota Padang telah mempengaruhi arus pergerakan lalu-lintas barang maupun penumpang. Dengan demikian maka perlu adanya penataan sistem transportasi kota untuk mengintegrasikan perkembangan simpul-simpul pertumbuhan baru di Kota Padang
Selengkapnya Struktur Ruang Kota Padang direncanakan sebagai berikut:
1. Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota 10 Tahun Pertama
2. Pusat Pelayanan 10 Tahun Ke Dua
Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota 10 Tahun Pertama
Sistem pusat-pusat pelayanan kota Padang untuk 10 tahun pertama meliputi: a. Pusat Pelayanan Kota
b. Sub Pusat Pelayanan Kota c. Pusat Pelayanan Lingkungan
A. Pusat Pelayanan Kota
Dalam kaitannya dengan pengembangan Metropolitan Padang,upaya mitigasi bencana (memecah konsentrasi masa bangunan dan konsentrasi penduduk), pemerataan pengembangan kota serta pengendalian pergerakan dalam kota maka pada 10 tahun kedua akan didorong pengembangan pusat-pusat kota ke arah utara, timur dan selatan.
Berdasarkan posisi geografis Kota Padang dan mempertimbangkan kebijakan RTRW Provinsi untuk menjadikan Kota Padang sebagai Kota Inti dalam kawasan Metropolitan Padang serta maka sistem pusat pelayanan kota akan dikembangkan di selatan, timur dan utara kota
1. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara
Pusat Pelayanan Kota di bagian utara akan dikembangkan untuk pengembangan transportasi terminal AKAP, bandar udara, serta perdagangan dan jasa regional. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota di bagian utara ini sejalan dengan rencana pengembangan pusat kegiatan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman di Simpang Duku.
Pusat Pelayanan Kota di bagian utara akan dikembangkan di kawasan Lubuk Buaya yang meliputi :
Pelayanan transportasi regional (terminal AKAP) yang terintegrasi dengan Bandar Udara Internasional Minangkabau.
Perdagangan dan jasa dengan fungsi sebagai pusat koleksi-distribusi produksi pertanian.
2. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Timur
Pusat Pelayanan Kota di bagian timur akan dikembangkan untuk pengembangan pendidikan tinggi dan perdagangan dan jasa skala regional, pemerintahan, pusat olahraga dan rekreasi, rumah sakit. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Solok. Pusat Pelayanan Kota di bagian timur akan dikembangkan di Kawasan Air Pacah-Bandar Buat-Indarung yang meliputi :
Kawasan Pusat Perkantoran Pemerintahan Kota Padang
Kawasan Pusat Olahraga dan Rekreasi;
Kawasan Pendidikan Tinggi;
Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan skala pelayanan regional khususnya
pusat pelayanan ekonomi (pasar dan pusat koleksi-distribusi produksi pertanian);
Kawasan Industri Semen Padang;
Pusat Pelayanan Transportasi Kota dan wilayah bagian timur (Kabupaten Solok) dengan dukungan terminal.
3. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Selatan
Pusat Pelayanan Kota di bagian selatan akan dikembangkan untuk pengembangan transportasi pelabuhan barang dan penumpang, pelabuhan perikanan, industri dan pergudangan. Selain itu juga dikembangkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang akan melayani perkembangan di Kabupaten Pesisir Selatan. Pusat Kota di bagian selatan akan dikembangkan di :
Kawasan Minapolitan Bungus (sebagai pusat koleksi dan distribusi perikanan dan peternakan serta pertanian hortikultura berfungsi sebagai pusat pelayanan industri perikanan dan kemaritiman dengan dukungan terminal.
Kawasan Pelabuhan Teluk Bayur yang terintegrasi dengan kawasan
pergudangan, berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi laut dalam skala nasional dan internasional.
Kawasan industri dan pergudangan
4. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Tengah
Pusat Pelayanan Kota di bagian tengah meliputi Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Barat yang didominasi oleh kegiatan dengan skala pelayanan kota atau lokal. Dalam jangka panjang, kawasan pusat kota lama di Pasar Raya dan sekitarnya (Kecamatan Padang Selatan, Padang Timur dan Padang Barat) akan difungsikan untuk pelayanan ekonomi skala kota.
Agar vitalitas ekonomi di dalam kawasan pusat pelayanan kota lama tetap terjaga maka perlu dilakukan revitalisasi dengan memasukan fungsi-fungsi baru yang dapat mensubstitusi/menggantikan kegiatan kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan regional ke pusat kota.
Fungsi-fungsi baru yang akan dikembangkan di kawasan Pusat Kota Padang meliputi : pusat kegiatan perdagangan dan bisnis, kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi, kegiatan sosial-budaya, kegiatan pariwisata, rekreasi dan hiburan.
B. Sub Pusat Pelayanan Kota
Sub Pusat Pelayanan Kota adalah Pusat Pelayanan Ekonomi, Sosial dan/atau Administrasi yang melayani bagian wilayah kota.
Rencana pengembangan Sub Pusat Kota di Kota Padang meliputi
1. Sub Pusat pelayanan Kota Lubuk Begalung
Lubuk Begalung akan dikembangkan dengan tema perdagangan dan dan jasa dengan wilayah pelayanan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Padang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Begalung, sebagian wilayah Kecamatan Pauh dan sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan.
2. Sub Pusat pelayanan Kota Sungai Pisang
Sungai Pisang akan dikembangkan dengan tema pusat pelayanan kegiatan pariwisata alam dan wisata agro dengan skala pelayanan Kota Padang dan regional. Selain itu juga akan dikembangkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota dengan wilayah pelayanan sebagian wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
3. Sub Pusat pelayanan Kota Limau Manis
Limau Manis akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan kegiatan pendidikan tinggi dan penelitian, pusat kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pusat kegiatan studi dan kajian sosial-budaya dengan skala pelayanan regional. Selain itu juga akan dikembangkan sebagai bagian wilayah kota dengan wilayah pelayanan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kuranji, dan sebagian wilayah Kecamatan Pauh.
4. Sub Pusat pelayanan Kota Gunung Padang
Berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan pariwisata yang terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan wisata Pelabuhan Muaro, Kawasan Kota Tua dan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang.
5. Sub Pusat pelayanan Kota Indarung
Berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan industri pengolahan semen dan serta kegiatan perdagangdan dan jasa dengan skala bagian wilayah kota dengan wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Lubuk Kilangan.
C. Pusat Lingkungan
Pusat Lingkungan adalah ruang yang dikembangkan untuk menampung fasilitas pelayanan yang melayani kebutuhan penduduk dalam lingkup lingkungan/ kawasan. Jenis-jenis kegiatan yang masuk dalam kategori ini sebagian besar berhubungan dengan kegiatan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari (pokok) penduduk. Selain itu juga jangkauan pelayanan masing-masing pusat pelayanan kawasan terhadap wilayah pelayanannya.
Pusat Lingkungan yang akan dikembangkan meliputi
1. Sub Pusat pelayanan Kota Indarung
2. Pusat Lingkungan Anak Air
3. Pusat Lingkungan Lubuk Minturun
4. Pusat Lingkungan Gunung Sarik
5. Pusat Lingkungan Ketaping
Rencana Pola Ruang Kota Padang
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Padang dirumuskan berdasarkan :
1. Optimasi dan efisiensi pemanfaatan ruang Kota Padang yang relatif terbatas untuk pengembangan kegiatan budi daya karena luasnya areal Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata serta kerawanan terhadap bencana;
2. Kelestarian lingkugan hidup yang harus dijaga mengingat luasnya Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata;
3. Upaya mitigasi bencana mengingat sebagian besar wilayah Kota Padang tergolong rawan terhadap bencana;
4. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Padang sampai tahun 2030;
5. Daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan;
6. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan.
Tabel 2-14 Rencana Peruntukan Lahan Kota Padang Tahun 2030
NO. RENCANA PERUNTUKKAN LAHAN LUAS (Ha) PERSENTASE
A. KAWASAN LINDUNG 52.669,32 75,79%
1 HUTAN LINDUNG 12.095,00 17,40%
2 HUTAN SUAKA ALAM WISATA 24.879,00 35,80%
4 SUNGAI 367,75 0,53%
5 CAGAR BUDAYA Kota Tua Pondok-Muaro 100,01 0,14%
6 RTH Sempadan Pantai 38,56 0,06%
7 RTH Sempadan Sungai 24,00 0,03%
8 RTH Pertanian Perkotaan 4.588,13 6,60%
9 RTH Taman 138,33 0,20%
10 RTH Tempat Pemakam Umum 19,00 0,03%
11 RTH Sabuk Hijau 10.419,54 14,99%
NO. RENCANA PERUNTUKKAN LAHAN LUAS (Ha) PERSENTASE
1 PERUMAHAN 10.768,74 15,50%
2 KAWASAN PUSAT OLAHRAGA & REKREASI 137,52 0,20%
3 PERKANTORAN PEMERINTAHAN KOTA 60,00 0,09%
4 KAWASAN KHUSUS 297,37 0,43%
5 INDUSTRI 183,51 0,26%
6 SARANA 350,21 0,50%
7 PARIWISATA 539,65 0,78%
8 PERTAMBANGAN 1.137,11 1,64%
9 KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI 701,46 1,01%
10 PERDAGANGAN & JASA 2.496,41 3,59%
11 RTNH 154,70 0,22%
JUMLAH 69.496.00 100,00%
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030
Rencana Pengembangan Strategis Kota Padang
Kawasan Strategis Kota adalah kawasan/wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan kota. Atas dasar pertimbangan tersebut, ditetapkan 7 (tujuh) kawasan strategis Kota Padang sampai tahun 2030.
1. Kawasan Strategis Pusat Kota (Lama)
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang secara keseluruhan, dan di kawasan ini juga terdapat bangunan-bangunan tua yang perlu dilestarikan sebagai peninggalan budaya (urban heritage). Kawasan Pusat Kota (lama) yang hancur akibat gempa bumi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi kota. Untuk memulihkan ekonomi kota maka akan dilakukan rehabilitasi Kawasan Pusat Kota (lama).
Selain memiliki nilai strategis ekonomi, Kawasan Pusat Kota juga terdapat kawasan cagar budaya yang rusak akibat gempa bumi 30 September 2009. Untuk mengembalikan karakter ruang di kawasan kota lama dan nilai-nilai historis yang terkandung di dalamnya, perlu dilakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan.
2. Kawasan Strategis Gunung Padang
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki potensi ekonomi untuk pengembangan kegiatan kepariwisataan, dan sekaligus juga memiliki potensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan berkaitan dengan rencana pengembangan kawasan wisata. Kawasan Pariwisata Gunung Padang direncanakan akan menjadi ruang rekreasi bagi masyarakat Kota Padang dan perencanaannya diintegrasikan dengan rencana pengembangan Kawasan Kota Tua Pondok dan Muaro. Bentuk pengembangan di kawasan Gunung Padang akan disesuaikan dengan potensi dan permasalahan fisik alamiahnya sehingga apabila dikembangkan akan dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan ekonomi kota.
3. Kawasan Strategis Sepanjang Pantai Padang
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena tergolong sebagai kawasan yang rawan terhadap bencana yang datang dari laut, misalnya gelombang tsunami. Kawasan ini juga memiliki potensi untuk pengembangan berbagai kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,
terutama kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kepariwisataan.
Kawasan sepanjang pantai Padang ini menjadi penting dan perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena 2 alasan :
Sepanjang pantai Padang merupakan kawasan yang rawan terhadap bahaya
gelombang pasang dan tsunami;
Sepanjang pantai Padang dikembangkan jalan yang berfungsi sebagai tanggul untuk
menahan gelombang, namun dengan adanya jalan justru menjadi penarik pertumbuhan kawasan.
Selain rawan terhadap bencana tsunami, kawasan sepanjang pantai Padang ini juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi, khususnya dalam pengembangan sektor kepariwisataan. Agar potensi alam di sepanjang pantai Padang ini dapat dioptimalkan maka perlu adanya penataan ruang yang menjadi acuan dalam pengembangan berbagai kegiatan kepariwisataan.
4. Kawasan Strategis Teluk Bayur
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang, terutama berkaitan dengan aktifitas yang berlangsung di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur (pusat transportasi barang masuk dan keluar Kota Padang). Kegiatan-kegiatan yang terdapat pelabuhan dan kawasan sekitarnya terkait dengan kegiatan ekonomi kota dan regional, berupa kegiatan transportasi, perdagangan dan ekspor-impor.
Penataan ruang kawasan Pelabuhan Teluk Bayur ini menjadi penting dengan mengintegrasikan Pelabuhan Teluk Bayur dengan rencana pengembangan industri dan pergudangan di sekitar Pelabuhan Teluk Bayur. Pengembangan industri dan pergudangan serta Pelabuhan Teluk Bayur diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Kota Padang.
5. Kawasan Strategis Indarung
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap perekonomian Kota Padang dan sekaligus berpengaruh terhadap lingkungan. Di kawasan ini terdapat kegiatan industri pengolahan (pabrik) semen dan kegiatan-kegiatan lainnya, baik terkait langsung dengan kegiatan industri semen maupun kegiatan lain yang tidak terkait dengan kegiatan industri semen.
Kawasan Indarung perlu segera dilakukan penataan ruangnnya mengingat pengembangan kawasan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap wilayah sekitarnya akibat perkembangan kegiatan yang tumbuh sebagai dampak pengembangan kawasan industri Indarung maupun pengaruhnya terhadap kawasan lindung di sekitarnya. Pengembangan kawasan strategis Indarung mencakup pengembangan pabrik semen (PT. Semen Padang) dan rencana pengelolaan kawasan pertambangan pendukung industri semen serta kawasan di sekitarnya yang berkembang sebagai dampak daripada pengembangan kawasan industri semen.
6. Kawasan Strategis Taman Hutan Raya Bung Hatta
Kawasan ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki pengaruh penting terhadap lingkungan karena kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Taman Hutan Raya. Selain itu kawasan ini juga memiliki fungsi strategis dalam menjaga kelestarian mata air yang menjadi sumber air baku bagi penyediaan air bersih di Kota Padang.
Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah menjadi strategis karena sarana perkantoran yang hancur akibat gempa sehingga pelayanan masyarakat menjadi terhambat. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat maka Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang perlu diprioritaskan pengembangannya.
Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah ini terkait dengan pemindahan pusat pelayanan administrasi pemerintahan dari kawasan Pusat Kota lama di Kecamatan Padang Barat ke wilayah Kecamatan Koto Tangah.
Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah akan menjadi pemacu pertumbuhan di sekitarnya. Sawah irigasi teknis yang ada di sekitar kawasan perlu dipertahankan sehingga pengaturan ruang di kawasan Air Pacah menjadi strategis dan perlu diprioritaskan
2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK
Kemajuan pelaksanaan SSK Kota Padang diukur dengan cara mereview Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Padang yang telah disusun pada tahun 2010 serta Memorandum Program sanitasi yang disusun tahun 2012. Status implementasi SSK untuk 3 (tiga) subsektor utamanya yaitu air limbah, persampahan dan drainase.
2.2.1. Subsektor Air Limbah Domestik
Implementasi SSK pada subsektor air limbah domestik dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.15.
Tabel 2-15 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor air limbah domestik
SSK (periode sebelumnya) 2010 – 2015 SSK (saat ini) Perbedaan
Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini
Peningkatan kepemilikan dan ketersediaan sarana pengolahan air limbah rumah tangga dan secara komunal sesuai dengan persyaratan teknis Meningkatnya rumah tangga yang memiliki jamban dengan tangki septik dan bidang resapan sesuai dengan SNI Persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas jamban diperkirakan sebanyak 68,6% Data EHRA: kepemilikan jamban tidak aman 34,32% dan yang aman 65,68% Dalam penyusunan SSK 2010 Kota Padang tidak melaksanakan Studi EHRA Meningkatkan layanan pengolahan air limbah Optimalnya sistem pengelolaan lumpur tinja dan terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan air limbah Mengembangkan perencanaan sistem air Limbah kota yang terintegrasi dan komprehensif Tingkat pengelolaan : 69,42 % dari total 142.878 kepala keluarga telah terolah Pengelolaan : IPLT Nanggalo (kapasitas 81 m3) Pengelola : DKP Kota Padang Kerjasama dengan swasta : kontrak kelola fasilitas MCK di wilayah pasar dan terminal Industri besar telah melakukan pengelolaan
SSK (periode sebelumnya) 2010 – 2015 SSK (saat ini) Perbedaan
Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini
limbah sedangakan industri sedang dan kecil belum mengikuti standar baku mutu limbah Hasil Instrumen SSK 1: kepemilikan jamban 70,75% dan
tangki cubluk & tidak aman
56,26% serta
tangki septik
yang aman
43,47%
Sumber : Buku Putih Sanitasi Padang 2011, SSK Padang 2012 dan Laporan EHRA Padang 2015 Catatan:
*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya
**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya)
Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi penduduk Kota Padang yang masih melakukan BABS yang semula 33% pada tahun 2010 berkurang menjadi 7,32% pada awal tahun 2015 (sesuai hasil survei EHRA 2015).
2.2.2. Subsektor Persampahan
Implementasi SSK pada subsektor persampahan dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.14
Tabel 2-16 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor Persampahan
SSK (periode sebelumnya) 2010 – 2015 SSK (saat ini) Perbedaan
Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini
Peningkatan penanganan sistem pengelolaan sampah Meningkatkan sistem penanganan pengelolaan sampah Meningkatkan regulasidan advokasi pengelolaan sampah Meningkatkan cakupan pelayanan angkutan sampah dari 70% menjadi 100% di tahun 2015 untuk skala kota Cakupan pelayanan 34% wilayah untuk sampah terangkut ke TPA (34 kelurahan terlayani dari total 104 kelurahan) dan 80% volume sampah terangkut ke TPA Data EHRA: 81% sampah tidak diolah setempat atau diangkut ke TPA dan sebagian dikumpulkan oleh kolektor formal untuk didaur ulang 19% sampah dibakar, dibuang dalam lubang dan ditutup tanah, dibuang dalam lubang tapi ditutup tanah, dibakar, dibuang ke sungai, dan laut, dibiarkan sampai membusuk, dibuang ke lahan kosong dan dibiarkan membusuk. Cakupan wilayah pelayanan: 83 kelurahan (dari 104 kelurahan) Ada pengurangan volume sampah ke TPA karena sudah didaur ulang Penerapan 3R di tingkat rumah tangga dan setiap jenis usaha Mengurangi Timbulan Sampah menjadi 50 ton/hari di
tahun 2015 Meningkatkan keterlibatan Pihak Swasta dan kelompok masyarakat dalam Pewadahan dan Pengumpulan Sampah
Sumber : Buku Putih Sanitasi Padang 2011, SSK Padang 2012 dan Laporan EHRA Padang 2015 Catatan:
*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya
**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya)
Dari tabel 2.16 dapat diketahui bahwa target pelayanan persampahan sebesar 70% pada tahun 2017 baru tercapai 41,6% pada tahun 2015. Target penyusunan masterplan pada tahun 2013 sudah tercapai, pengurangan sampah 20% pada tahun 2016 hanya tercapai 1,8% pada tahun 2015.
2.2.3. Subsektor Drainase
Implementasi SSK pada subsektor drainiase dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel
Tabel 2-17 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Subsektor Drainase
SSK (periode sebelumnya) 2010 – 2015 SSK (saat ini) Perbedaan
Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini
Mewujudkan Sistem Drainase Yang Berwawasan Lingkungan Dan Berbasis Masyarakat Adanya perencanaan terpadu skala kota pengelolaan drainase Kota Padang Berkurangnya wilayah genangan di kota padang Meningkatnya peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya pengelolaan drainase lingkungan 49.275 m drainase primer dan 29.395 m drainase sekunder Hasil Instrumen SSK 1: Luas genangan di daerah 315,49 Ha Pada SSK awal tidak ada data jumlah genangan
2.3. Profil Sanitasi Saat Ini
2.3.1. Profil Air Limbah Domestik Kota Padang Saat Ini
A. Data Studi EHRA 2015
Limbah cair grey water di Kota Padang sesuai data study EHRA 2015 dengan kepemilikan sanitasi dasar SPAL menunjukan jumlah keluarga memiliki SPAL 86,30% , sehingga masih ada 13,70% belum memiliki SPAL . 86,30% SPAL dimaksud adalah saluran drainase kedap air, dan sisanya dibuang di saluran tidak kedap air / halaman rumah.
Produksi limbah cair rumah tangga secara keseluruhan mencapai 70% - 80 % dari pemakaian air bersih dimana rata-rata penggunaan air 100 l/orang/hari. Dengan jumlah penduduk Kota Padang tahun 2014 sebesar 870.303 jiwa maka produksi limbah cair sebesar 87.030.300 l/hari atau 87.030,3 m3/hari.
Berdasarkan hasil study EHRA 2015 dapat diketahui persentase pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja di Kota Padang sesuai dengan grafik 2.1
B. Sistem dan infrastruktur
Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang hingga saat ini masih bersifat individual dengan sistem setempat (onsite system) menggunakan septik tank yang secara periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Perkiraan jumlah air buangan di wilayah Kota Padang didasarkan pada kriteria setiap 80% dari kebutuhan air bersih akan dibuang sebagai air limbah, sehingga total air limbah sekitar 2.306 liter/detik
On-site system merupakan suatu sistem dimana penghasil limbah mengolah air limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik. Untuk domestik, tempat pembuangan akhir tinja adalah menggunakan tangki septik, kolam/sawah, sungai/danau/laut, dan sebagian menggunakan lobang tanah.
Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kota Padang, telah diatur dengan Perda No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja. Besarnya tarif retribusi penyedotan dan pemusnahan tinja berdasarkan Perda tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jarak 1 – 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3:
Non komersil sebesar Rp. 60.000,-/kali penyedotan
Komersil sebesar Rp. 100.000,-/kali penyedotan
2. Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3 dikenakan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp. 1.000,-/Km
3. Bagi badan atau orang pribadi yang membuang langsung tinja untuk dimusnahkan di IPLT yang penyedotannya tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan volume 0 – 2,5 m3 dikenakan retribusi sebesar Rp. 10.000,-
Pengelolaan air limbah yang dilakukan di Kota Padang berupa penyedotan lumpur tinja dari septik tank dan pengolahan lumpur tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di RW 19 / RT 4 Kelurahan Surau Gadang Nanggalo dengan kapasitas sebesar 81 m³.
Sistem pengolahan di IPLT terdiri dari kolam Imhoff, kolam Anaerob, kolam Fakultatif , kolam Maturasi dan unit Pengering Lumpur.
Jumlah truk tinja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang saat ini berjumlah 1 unit dengan kapasitas 2.000 liter. Selain yang dikelola oleh Pemda, terdapat 3 truk penyedotan tinja yang dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing truk dalam sehari rata-rata dapat melayani 4 kali pengangkutan.
Akan tetapi setelah kejadian gempabumi yang terjadi pada tanggal 30 september 2009, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT ) menjadi kurang optimal dalam pengoperasiannya (tidak berfungsi).
C. Permasalahan dalam Pengelolaan Air Limbah
Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, ada beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah:
1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air limbah:
a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada DKP dalam rangka penanganan air limbah rumah tangga. Kondisi ini mempengaruhi kinerja DKP karena pada dasarnya dalam kondisi dimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengelola air limbah rumah tangga/domestik secara benar belum terbangun, dan fasilitas atau sarana masyarakat untuk pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang masih sangat terbatas, maka tuntutan akan peran DKP sangatlah besar. Tuntutan dan kebutuhan peran yang besar tersebut untuk sementara waktu ini belum dapat terjawab sehubungan dengan terbatasnya anggaran yang ada.
b. Tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas daerah. Kondisi masih tergabungnya kedua fungsi tersebut di dalam organisasi DKP telah menyebabkan DKP berada dalam kondisi beban tupoksi yang terlalu berat (overload)sehingga mempengaruhi efektivitas kinerja DKP dalam penanganan air limbah.
c. Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga.
2. Peran serta masyarakat yang saat ini masih terbatas pada pembangunan dan pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestik, dan belum mampu menjangkau pada upaya aktif untuk mampu mengelola air limbah domestik secara mandiri terjadi karena beberapa hal diantaranya:
a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk
mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water
b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan;
c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola perilaku pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black water yang dilakukan oleh masyarakat lainnya;
d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis.
3. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang saat ini terjadi karena:
a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota Padang;
b. Keberadaan sektor swasta di Kota Padang sendiri saat ini masih relatif sedikit
Gambar 2-4 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik
Diagram Sistem Sanitasi: Air Limbah Domestik
Produk Input A User Interface B Pengumpulan dan Penampungan Pengolahan Awal C Pengangkutan / Pengaliran D
(Semi) Pengolahan Terpusat
E
Daur ulang dan atau Pembuangan Akhir
Tabel 2-18 Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kota Padang
Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak
BABS Sistem Onsite Sistem Offsite
Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan
/ terpusat No Nama Kecamatan Cubluk, jamban tidak aman Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK /Jamban Bersama MCK Komunal Tangki Septik Komunal > 10 KK IPAL Komunal Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A Wilayah Perdesaan 1.705 6.952 1.259 - 421
1 Kec. Bungus Teluk Kabung 1.017 3.399 331 - 216 - - -
2 Kec. Lubuk Kilangan 48 436 306 - - - - -
3 Kec. Pauh 284 711 - - 18 - - -
4 Kec. Koto Tangah 356 2.406 621 - 187 - - -
B Wilayah Perkotaan 13.841 131.031 54.923 - 2.263
1 Kec. Bungus Teluk Kabung 284 1.560 40 - 40 - - -
2 Kec. Lubuk Kilangan 600 6.153 3.474 - - - - -
3 Kec. Lubuk Begalung 1.649 19.446 3.864 - 311 - - -
4 Kec. Padang Selatan 387 7.795 5.091 - 424 - - -
5 Kec. Padang Timur 252 9.428 7.889 - 96 - - -
6 Kec. Padang Barat 187 7.076 3.198 - 271 - - -
7 Kec. Padang Utara 132 7.857 8.955 - 52 - - -
8 Kec. Nanggalo 1.070 9.809 3.076 - 194 - - -
9 Kec. Kuranji 2.606 23.065 5.783 - 229 - - -
10 Kec. Pauh 3.752 11.153 2.991 - 477 - - -
Sumber: Dinkes, Dinas Pu Kab. Padang dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Padang Tahun 2014 Keterangan:
i :Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.
ii :Tidak Aman: tangki septik tidak sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali
iii :Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/Ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m.
Tabel 2-19 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Padang
No Jenis Satuan Kapasitas Jumlah/ Kondisi Keterangan
Berfungsi Tdk berfungsi
1 2 3 4 5 6 7
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
1 Berbasis komunal
MCK Komunal unit berfungsi
2. Truk Tinja berfungsi
Milik Pemda Kota Padang unit 1
Milik Swasta unit 3
3 IPLT : kapasitas M3/hari berfungsi
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1 Berbasis komunal
Tangki septik komunal >10KK unit 0
IPAL Komunal unit 0
2 IPAL Kawasan/Terpusat 0
kapasitas M3/hari 0
sistem
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah
- Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik per kecamatan (informasi terdapat di dalam Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja” Form 2”). Semua peta digambarkan di dalam format A1 (skala peta mengacu pada skala peta tata ruang).
2.3.2. Profil Persampahan Kota Padang Saat Ini
Pelayanan kebersihan kota Padang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun 2003, pemungutan retribusi kebersihan atau persampahan menjadi kewenangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan PDAM sedangkan Kantor Pengelola Pasar hanya bersifat membantu saja. Daerah pelayanannya meliputi 39 kelurahan yaitu pemukiman di pusat kota, sepanjang jalan protokol dan pasar Berdasarkan data tahun 2007, rata-rata jumlah sampah yang diangkut ke TPA 1.500 m3/hari, diperkirakan baru sekitar 70 % penduduk yang terlayani.
Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kota Padang meliputi:
1. Perda No.5 Tahun 1985 tentang kebersihan dalam daerah Kotamadya Tingkat II
Padang;
2. Perda No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;
3. Perda No.3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang
No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
Timbulan Sampah
Jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Padang selalu meningkat setiap tahunnya dengan komposisi jenis sampah yang beragam. Tahun 2015, total timbulan yang dihasilkan Kota Padang adalah 481,96 ton/hari atau rata-rata 0,56 kg/orang/hari dengan ekspektasi bahwa 26,92% sampah dihasilkan oleh domestik (rumah tangga), komersil 5,66%, institusi 1,38%, industri 63,65%, dan pelayanan kota 2,39%.
Sumber: Studi EHRA 2015 dan Analisa Pokja Sanitasi 2015.