• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3 Profil Sanitasi Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 3 Profil Sanitasi Wilayah"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 3

Profil Sanitasi Wilayah

3.1. Wilayah Kajian Sanitasi

Dalam penyusunan buku putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Bengkayang tahun 2013 ini, telah disepakati bersama Pokja PPSP dan Stake Holder terkait pada acara Lokalatih dan penyamaan persepsi program PPSP pada Tanggal 8 Mei 2013 tentang wilayah kajian. Dalam kegiatan lokalatih I tersebut telah disepakati bersama untuk wilayah kajian adalah sebelas kecamatan dari Tujuh Belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang yakni, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Samalantan, Teriak, Bengkayang, Lumar, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas dan Jagoi Babang. Lihat di Gambar 1.1.

Buku Putih sanitasi Kabupaten Bengkayang ini merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi sanitasi atau profil sanitasi di Kabupaten Bengkayang yang akan menjadi menjadi salah satu alat yang penting dalam rangka promosi kesehatan dan penyusunan strategi sanitasi kabupaten (SSK). Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang ini berisi tentang pendalaman kondisi sanitasi wilayah yakni tentang pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan dan pengelolaan komponen terkait lainnya seperti pengelolaan air bersih, pengelolaan air limbah domestik, industri dan limbah medis.

embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga masih tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat pemukiman.

Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan, pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan dijalankan. Dari segi keuangan, belanja sanitasi daerah Kabupaten Bengkayang dapat digambarkan sebagaimana tabel dibawah ini :

(2)
(3)

Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Bengkayang Tahun 2009 – 2013

No Uraian Belanja Sanitasi

Rata-Rata Pertumbuhan (%) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Belanja Sanitasi - 1.034.512.000,00 2.879.205.000,00 1.533.658.000,00 1.968.366.000,00 84,56% 1.1 Air Limbah Domestik 0,00 550.300.000 856.460.000 861.808.000 1.147.366.000 13,91% 1.2 Sampah Rumah Tangga 0,00 119.000.000 480.200.000 200.100.000 821.000.000 214,76% 1.3 Drainase Lingkungan 0,00 365.212.000 1.542.545.000 471.750.000 - 118,83% 1.4 PHBS 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 2 Dana Alokasi Khusus 0,00 1.216.300.000,00 1.515.300.000,00 1.774.240.000,00 2.320.590.000,00 24,26% 2.1. DAK Sanitasi 0,00 555.300.000 778.600.000 783.460.000 1.043.000.000 -4,53% 2.2. DAK Lingkungan Hidup 0,00 661.000.000 736.700.000 990.780.000 1.277.590.000 21,59% 2.3. DAK Perumahan dan Permukiman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 3 Pinjaman / Hibah Untuk Sanitasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% Belanja APBD Murni Untuk Sanitasi - (181.788.000,00) 1.363.905.000,00 (240.582.000,00) (352.224.000,00) -442,94% Total Belanja Langsung Untuk Sanitasi - 2.250.812.000,00 4.394.505.000,00 3.307.898.000,00 4.288.956.000,00 48,85% % APBD Murni Terhadap Belanja Langsung 0,00% -8,08% 31,04% -7,27% -8,21% -269,77%

Sumber : APBD tahun 2009 – 2013 diolah

Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi - - - -

1.b Potensi retribusi - - - -

2 Retribusi Sampah

2.a Realisasi retribusi - - - -

2.b Potensi retribusi - - - -

3 Retribusi Drainase

3.a Realisasi retribusi - - - -

3.b Potensi retribusi - - - -

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) - - - -

5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) - - - -

6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) - - - -

(4)

Secara umum kondisi sanitasi

Kabupaten Bengkayang

saat ini belum memberikan kepuasan yang memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya Kantor air, yang berfungsi sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua bahwa kualitasnya sudah mengarah ke arah yang lebih baik.

Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang sanitasi di Kabupaten Bengkayang guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus, salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bengkayang dapat dilihat pada uraian kegiatan Promosi higiene dan sanitasi yang berawal dari tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.

3.2. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

(5)

3.2.1 Tatanan Rumah Tangga

Rumah merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan pangan, rumah

dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki

jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana pembuangan air limbah.

Untuk mengetahui kondisi PHBS tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang dalam

menciptakan lingkungan yang sehat mengacu kepada 5 (lima) pilar STBM, yaitu :

1. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

2. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

3. Pengolahan Air Minum

4. Pengelolaan Sampah

5. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Kondisi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang,

dapat dilihat dari ketersediaan jamban yang sehat, saluran air limbah dan drainase lingkungan yang

lancar, adanya akses air bersih dan tersedia setiap saat, dan ketersediaan prasarana dan sarana

persampahan.

Adapun PHBS di tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut:

1. Mencuci Tangan Pakai Sabun

Bagian ini akan membahas prilaku hygiene/sehat yaitu dikaitkan dengan kebiasaan pemakaian

sabun. Hal ini penting dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk

dan berkembangnya kuman pathogen kedalam tubuh. Studi EHRA menanyakan kepada responden

tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa

saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian disini.

Berikut hasil studi selengkapnya.

Ada 5 (lima) waktu penting mencuci tangan memakai sabun, yaitu setelah buang air

besar/menceboki anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan masakan, setelah memegang

sesuatu/memegang hewan, dan sebelum menyuapi anak. Berdasarkan hasil studi, responden yang

melakukan cuci tangan pakai sabun di Lima waktu penting hanya sebesar 8,4% dan yang tidak melakukan

cuci tangan pakai sabun sebesar 91,6%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai

sabun

masih sangat kurang sehingga perilaku masih sangat berisiko terjadinya berbagai penyakit

berbasis lingkungan.

(6)

Gambar 3. 1. Diagram Kebiasaan pakai Sabun di hari ini maupun kemarin

Gambar 3. 2. Diagram Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun

Berdasarkan hasil studi, responden yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan

adalah 69,3%, setelah buang air besar 84,5%, setelah makan sebesar 74,8%, setelah memegang hewan

sebesar 25,7%, setelah menceboki bayi/anak 67,3%, sebelum sholat sebesar 10%, sebelum menyiapkan

(7)

masakan 44,1%, sebelum memberi menyuapi anak 51,6%, sebelum ketoilet 40,9% dan lainnya sebesar

0,7%. Hal ini menunjukkan masih ada resiko kesehatan yang tinggi terkait kebiasaan mencuci tangan

sebelum menyiapkan masakan, sebelum menyuapi anak dan setelah menceboki anak.

Gambar 3. 3. Diagram Tempat Cuci tangan bagi anggota Keluarga

Tempat cuci tangan yang ideal adalah di tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Dari

diagram 3.37 diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar responden mencuci tangan di sekitar

penampungan,kamar mandi, di tempat cuci piring,sumur dan didapur. Keempat tempat tersebut besar

kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun.

Tabel 3.1

Area Berisiko Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Katagori Area Berisiko

Klaster

Desa/Kelurahan

Kurang Berisiko

3 dan 4

Bumi Emas, Sahan dan Jagoi

Berisiko Sedang

1

Sungai Duri, Tiga Berkat Dan Lesabella

Risiko Tinggi

2

Samalantan, Mandor, Lembang

Dan Gerantung

Risiko Sangat Tinggi

0

Tubajur

Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa are berisiko PHBS untuk sangat risiko sangat tinggi

berada pada klaster 0 (Desa Tubajur), risiko tinggi berada pada klaster 2 yaitu Desa Samalantan, Mandor,

(8)

Lembang Dan Gerantung, dan yang berisiko sedang berada pada klaster 1 yaitu Desa Sungai Duri, Tiga

Berkat dan Lesabella. Sedangkan area kurang berisiko berada pada klaster 3 dan 4 yaitu Desa Bumi

Emas, Sahan dan Jagoi.

2. Stop Buang Air Besar Sembarangan

Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka/sembarang tempat, harus dirubah menjadi

kebiasaan buang kotoran di tempat yang benar dan aman sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan.

Seandainya belum mempunyai jamban, dengan buang kotoran di tempat jauh dari sumber air dan ditutup

dengan tanah sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit. STBM (Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat) adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi

sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil

tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan

sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan

malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya.

Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di

timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB disembarang

tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga

pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

Dengan demikian, masyarakat akan secara sukarela membangun jamban secara swadaya tanpa

tergantung sedikit pun dari proyek/pihak lain.

Stop buang air besar sembarangan juga harus ditujukan pada anak-anak, baik balita maupun bayi.

Hal ini disebabkan karena Penyakit diare sebagian besar menyerang pada kelompok anak-anak termasuk

bayi. Dalam tinjanya mengandung bakteri dan virus penyebab penyakit diare. Sering masyarakat

beranggapan bahwa tinja bayi dan anak-anak tidak berbahaya, perilaku ini juga harus dirubah. Oleh

karena itu kebiasaan membuang tinja bayi dan balita di tempat terbuka harus dirubah menjadi kebiasaan

membuang tinja di jamban.

Untuk tatanan rumah tangga mengenai perilaku masyarakat buang air besar didapat berdasarkan

Data Studi EHRA Secara umum digambarkan rumah tangga responden yang memiliki kepemilikan jamban

keluarga di Kabupaten Bengkayang sebesar 38,4 % dan yang tidak memiliki Jamban keluarga sebesar

61,6 %.

(9)

Gambar 3.4. Diagram Kepemilikan Jamban Keluarga

38,4

61,6

Persentase Kepemilikan Jamban

Keluarga Kabupaten Bengkayang

Tahun 2014

Ya Memiliki

Tidak Memiliki

Perlu diketahui bahwa kabupaten Bengkayang telah mencanangkan Stop Buang air besar

sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 17 Desa dan tahun 2014 belum ada tercapai Desa Stop Buang

Air Besar (BABS) sembarangan berhubung kurangnya anggaran yang mendukung kegiatan.

Gambar 3.5. Diagram Tempat Buang Air Besar

,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

38,4

2

4,5

88 95,7

2,3 2,7

2

2,7

Persentase tempat Buang Air

Besar Kabupaten Bengkayang

(10)

Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di

kebun/pekarangan sebesar 95,7%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 88 %,

MCK/WC umum sebesar 2 %, jamban pribadi 38,4 %, ke lubang galian sebesar 2,7 %.

Dengan persentase buang air besar kesungai, ke kebun/pekarangan yang tinggi perlu

dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya buang air besar

di jamban yang sehat sehingga mampu menekan kejadian penyakit yang berbasis

lingkungan.

Gambar 3.6. Diagram Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja lebih banyak tidak tahu yaitu

sebesar 60,7% , pipa sewer sebesar 5%, cubluk/lubang tanah 10% ,kesungai/danau/pantai

sebesar 3% dan langsung ke drainase 3%.

(11)

Gambar 3.7. Diagram Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik

Dari data diatas dapat diketahui bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih

banyak responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang

menguras 1- 5 tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu

sebesar 1,3%.

(12)

Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 86,4 % dan tangki

septik yang tidak aman sebesar 13,6 %. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya

perbaikan sehingga limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan

berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis

lingkungan.

Gambar 3.9 Diagram Tangki Septik Suspek Aman & Tidak Aman

Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 100 %,

cluster 2 sebesar 99,4%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 4 sebesar 45 % ,

cluster 3 sebesar 27,5% dan cluster 1 sebesar 15,8%.

Tabel 6

Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Katagori Area Berisiko

Klaster

Desa/Kelurahan

Kurang Berisiko

0

Tubajur

Berisiko Sedang

3 dan 4

Bumi Emas, Sahan dan Jagoi

Risiko Tinggi

1

Sungai Duri, Tiga Berkat dan Lesabella

Risiko Sangat Tinggi

2

Samalantan, Mandor, Lembang dan

(13)

3. Pengamanan Air Minum dan makanan

Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak,

mencuci dan gosok gigi. Hal yang dicermati terdiri dari 2 ( dua) hal utama yakni sumber air yang

digunakan rumah tangga dan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan

higiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi

anggota didalam rumah tangga.

Sehubungan dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk

keperluan minum, mandi, memasak dan gosok gigi. Yang menggunakan air ledeng atau PAM juga

ditanyakan tentang penurunan volume air yang dialami dan penurunan kualitasnya. Sementara

untuk yang menggunakan air sumur gali/sumur bor/sumur pompa akan ditanyakan jarak sumber air

dengan tempat penampungan tinja.

Sumber-sumber air ini memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda, misalnya air yang

bersumber dari PAM atau ledeng, sumur gali/sumur bor/sumur pompa yang terlindungi dan berada

pada jarak yang aman dari pembuangan tinja serta sumber mata air yang terlindungi, dianggap

relatif aman. Sementara sumber air yang dianggap beresiko kesehatan antara lain air permukaan

(air sungai/kali/danau), air dari sumuber mata air yang tidak terlindungi, dan air sumur yang tidak

terlindungi.

Suplai dan kualitas air yang memadai memiliki peran yang penting dalam mengurangi

risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk, seperti diare. Sejumlah

studi mengkonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki

resiko rendah untuk terkena diare karena kuantitas dan kualitas air yang memadai cenderung

memudahkan kegiatan higinitas. Karenanya kelangkaan air dapat menjadi salah satu faktor resiko

tidak langsung terjadinya penyakit seperti gejala diare.

Lebih jauh studi EHRA juga memperhatikan penyimpanan air, tempat yang digunakan

untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya,

penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, dan penggunaan air olahan

selain untuk diminum.

(14)

Gambar 3.10 Diagram Sumber air mana yang biasa digunakan untuk minum

3,6

9,3

27,7

100

0,2

1,6

16,6

9,5

11,4

10,9

11,6

8,9

1,6

0,2

Presentase Sumber Air Minum Yang biasa

digunakan

Air botol kemasan

Air isi ulang

Air Ledeng dari PDAM

Air hidran umum - PDAM

Air kran umum -PDAM/PROYEK

Air sumur pompa tangan

Air sumur gali terlindungi

Air sumur gali tdk terlindungi

Mata Air Terlindungi

Mata Air Tidak Terlindungi

Air Hujan

Air Dari Sungai

Air Dari Waduk/Danau

Lainnya

Dari jawaban responden terlihat bahwa sebagian besar responden telah mengkonsumsi air

yang memenuhi standar kesehatan untuk diminum yang berasal dari air botol kemasan, air ledeng

PAM, air isi ulang, air hidran umum PAM, air kran umum PAMSIMAS/PAM, air sumur gali

terlindungi, mata air terlindungi, air sumur pompa tangan yaitu total persentasenya sebesar 90.4%,

sementara yang menggunakan air dari sumber yang beresiko kesehatan adalah sebanyak 9,6%

yaitu air yang bersumber dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.

(15)

Untuk memasak, hasil studi menunjukkan bahwa responden menggunakan air dari sumber yang relatif aman adalah sebanyak 92,7% dan sisanya 7,3% menggunakan air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.

(16)

0,5

1,1

26,6

100

0,2

3

18,4

11,6

9,8

11,1

8,2

11,6

1,6

0,2

Presentase Sumber air yang biasa

digunakan untuk cuci piring dan gelas

Berdasarkan Hasil Study EHRA Kab.

Bengkayang 2014

Air botol kemasan

Air isi ulang

Air Ledeng dari PDAM

Air hidran umum - PDAM

Air kran umum -PDAM/PROYEK

Air sumur pompa tangan

Air sumur gali terlindungi

Air sumur gali tdk terlindungi

Mata Air Terlindungi

Mata Air Tidak Terlindungi

Air Hujan

Air Dari Sungai

Air Dari Waduk/Danau

Dengan kriteria jenis air yang sama dengan diagram sebelumnya, sebanyak 89.8%

menggunakan sumber air dari sumber yang relatif aman untuk cuci piring dan gelas sisanya 11,2%

menggunakan air dari sumber yang tidak aman yaitu air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak

terlindungi dan sumber lainnya.

(17)

Diagram diatas, memperlihatkan bahwa hanya 10,7% responden yang masih

menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian 3% menggunakan air dari mata air tidak terlindungi

dan 15,2% air dari sumur gali tidak terlindungi. Hal ini mengindikasikan resiko kesehatan yang

rendah dan relatif.

(18)

Untuk keperluan gosok gigi, responden yang menggunakan sumber air yang relatif aman juga sudah sangat baik yaitu mencapai 90,5%. Sedangkan yang menggunakan sumber air yang tidak aman sebesar 9,5%.

(19)

Dari diagram dapat dilihat bahwa responden yang tidak pernah mengalami kesulitan air adalah sebanyak 34,1%. Sementara yang mengatakan beberapa jam sebesar 25,7%, 19,1% menyatakan kesulitan air satu sampai beberapa hari, 1.8% menyatakan mengalami penurunan pasokan satu minggu, lebih dari seminggu 9,1% dan 10,2 % menyatakan tidak tahu.

(20)

Bagi responden yang menggunakan sumber air jenis sumur gali/pompa tangan/pompa

mesin, jarak dengan sumber pencemar seperti tempat penampungan tinja. Jarak kurang dari 10

meter dianggap rawan tercemar. Hasil studi digambarkan pada diagram diatas yaitu 61,0% berjarak

kurang dari 10 meter dan 11,5% menjawab lebih dari 10 meter. 27,5 % yang menjawab tidak tahu

dari sumber pencemar. Hal ini masih mengindikasikan risiko sanitasi yang tinggi.

(21)

Diagram menunjukkan bahwa 51,4% responden tidak menyimpan air sebelum digunakan

untuk masak, minum, dll, sementara sisanya yaitu 48,6% menyimpan terlebih dulu tapi langsung

digunakan.

Gambar 3.18 Diagram Tempat menyimpan air untuk minum

Diagram diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden menyimpan air untuk

minum ditempat yang tertutup dan aman, yaitu dalam teko/ketel/ceret 44,9%, di dalam panci

(22)

tertutup 21.5%, 19,2% di gallon air isi ulang,dalam botol/termos sebesar 12,1%. 0,9% saja yang

menyimpan air di dalam panci terbuka. Sementara terdapat responden yang menjawab lainnya

0,5%.

Gambar 3.19 Diagram Cara mengolah Air sebelum Diminum

Lebih jauh, juga dikaji menggenai cara pengolahan air sebelum diminum. Sebagian besar

responden yang mengolah air sebelum diminum, menyatakan mereka mengolah air dengan cara

direbus yaitu sebanyak 94.4%. Sisanya 0,9% mengolah air dengan menggunakan filter keramik dan

1,4% menjawab lainnya.

Tabel 8

Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Katagori Area Berisiko

Klaster

Desa/Kelurahan

Kurang Berisiko

0, 3 dan 4

Tubajur, Bumi Emas, Sahan dan Jagoi

Berisiko Sedang

1 dan 2

Sungai Duri, Tiga Berkat, Lesabella,

Samalantan, Mandor, Lembang

Dan Gerantung

Risiko Tinggi

-

-

Risiko Sangat Tinggi

-

-

Dari tabel diatas, risiko sangat tinggi dan resiko tinggi sumber air berdasarkan hasil studi EHRA tidak ada. Sedangkan yang berisiko kurang berada pada klaster 0, 3, dan 4 ,Area berisiko sedang berada pada klaster 1 dan 2.

(23)

4. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan produk sampingan kegiatan di rumah tangga. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang tidak berguna dan harus dibuang. Perkembangan dewasa ini ternyata bergeser, dimana sampah dapat juga dimanfaatkan kembali, melalui pendekatan yang disebut 3R (reduse, reuse dan recycle).

Sampah organik seperti daun, bekas makanan dan lain-lain dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan pupuk. Sampah an-organik dapat dipilah-pilah, dan kemudian dimanfaatkan sesuai dengan jenis dan kebutuhan. Sampah bila tidak dikelola dengan benar akan dapat merupakan perindukan vektor penyakit, yaitu Seranga dan binatang mengerat yang befungsi sebagai host penyakit menular .

Gambar 3.20 Diagram Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster

(24)

Pada Diagram diatas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga lebih banyak

dibakar oleh masyarakat sebesar 84 % dan yang terendah adalah dikumpulkan kolektor informal,

lain-lain sebesar 0,22 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum mengetahui tentang

Undang-Undang Nomor 18/2008 tentang larangan membuang yang tidak pada tempatnya atau di

bakar. Untuk itu diharapkan adanya kampanye perbaikan perilaku membuang / mengelola sampah.

Gambar 3.21 Diagram Pengelolaan Sampah Setempat

Proporsi Pengelolaan Sampah Setempat Pada Studi EHRA Tahun 2014

Sumber : Data Primer

Pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau

menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan yang ditimbulkannya.

Karena itu pengelolaan atau penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah

atau mengembalikan (Recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama

pengelolaan sampah adalah mengumpulkkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi

pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya (Hadiwiyoto,

1990).

Dari data diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampat setempat lebih banyak masyarakat

tidak mengolah sampah daripada yang melakukan pengolahan, yang mengolah sampah sebesar

3,6% dan yang tidak mengolah sampah sebesar 96,3%.

(25)

Gambar 3.22 Diagram Pemilahan Sampah Rumah Tangga

33,3

66,7

Ya Memilah Sampah

Tidak melakukan

pemilahan sampah

Sumber : Data Primer

Diagram diatas menunjukkan bahwa Pemilahan sampah lebih banyak tidak dilakukan oleh

responden dari pada yang melakukan pemilahan sampah. Responden yang melakukan pemilahan

sampah sebesar 33,3 % dan yang tidak melakukan pemilahan sebesar 66,7%.

Gambar 3.23 Diagram Pengolahan Sampah Setempat Perklaster

100 86,7 91,8 95 97,5 0 13,3 8,2 5 2,5 0 20 40 60 80 100 120

Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4

Tidak Diolah

(26)

Pada Diagram diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampah setempat perklaster, lebih

banyak tidak diolah daripada diolah. Sampah yang tidak diolah lebih banyak terdapat pada klaster 0

dan klaster 4.

Tabel 5

Area berisiko persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Katagori Area

Berisiko

Klaster

Desa/Kelurahan

Kurang Berisiko

2, 3 dan 4

Samalantan, Mandor,Lembang, Gerantung, Bumi

Emas dan Jagoi

Berisiko Sedang

-

-

Risiko Tinggi

0

Tubajur

Risiko Sangat

Tinggi

1

Sungai Duri , Tiga Berkat, Lesabella

5. Sistem Pengelolaan Air Limbah

Dengan banyaknya air yang tersedia di masyarakat, akibat suksesnya program penyediaan air bersih dan air minum bagi masyarakat akan menyebabkan jumlah limbah cair yang harus dibuang juga meningkat. Limbah cair yang dibuang tidak dengan benar akan menyebabkan turunnya keindahan dan kebersihan lingkungan dan juga sebagai tempat perindukan faktor penyakit menular.

Dari data yang ada menggambarkan bahwa:

Berdasarkan karakteristiknya terdapat 2 (dua) jenis air limbah domestik, yaitu jenis black

water yang berasal dari WC dan umumnya ditampung dalam septic-tank, sedangkan yang satunya

adalah jenis grey water yang berasal dari kegiatan mencuci, mandi dan memasak, yang umumnya

langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Walaupun air limbah jenis grey water

sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terurai, namun secara kuantitas cenderung

semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari berbagai literatur

menyebutkan bahwa antara 60 % - 70 % air yang digunakan oleh masyarakat kota, akan terbuang

sebagai air limbah, sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa ada upaya

pengolahan terlebih dahulu. Berikut kondisi pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil studi

EHRA.

(27)

Gambar 3.24 Diagram Kepemilikan Jamban Keluarga

38,4

61,6

Presentasi Kepemilikan Jamban

Keluarga Kabupaten Bengkayang

Tahun 2014

Ya Memiliki

Tidak Memiliki

Dari data diatas, terlihat bahwa kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Bengkayang

sebesar 38,4 % dan yang tidak memiliki Jamban keluarga sebesar 61,6 %.

Perlu diketahui bahwa kabupaten Bengkayang telah mencanangkan Stop Buang air besar

sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 17 Desa dan tahun 2014 belum ada tercapai Desa Stop

Buang Air Besar (BABS) sembarangan berhubung kurangnya anggaran yang mendukung kegiatan.

Gambar 3.25 Diagram Tempat Buang Air Besar

,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

38,4

2

4,5

88

95,7

2,3

2,7

2

2,7

Presentasi tempat Buang Air Besar

Kabupaten Bengkayang Tahun 2014

(28)

Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di kebun/pekarangan

sebesar 95,7%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 88 %, MCK/WC umum sebesar 2 %,

jamban pribadi 38,4 %, ke lubang galian sebesar 2,7 %. Dengan persentase buang air besar

kesungai, ke kebun/pekarangan yang tinggi perlu dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian

masyarakat terhadap pentingnya buang air besar di jamban yang sehat sehingga mampu menekan

kejadian penyakit yang berbasis lingkungan.

Gambar 3.26 Diagram Tempat Penyaluran Akhir Tinja

22,5

,5

10,0

3,0

3,0

60,7

Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Kabupaten Bengkayang Tahun 2014

Tangki septik

Pipa sewer

Cubluk/lobang tanah

Langsung ke drainase

Sungai/danau/pantai

Tidak tahu

Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja lebih banyak tidak tahu yaitu sebesar

60,7% , pipa sewer sebesar 5%, cubluk/lubang tanah 10% ,kesungai/danau/pantai sebesar 3% dan

langsung ke drainase 3%.

(29)

Gambar 3.27 Diagram Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik

1,03,0 1,0

1,0

90,0

4,0

Presentase Waktu Terakhir Pengurasan

Tangki Septik Pada Studi EHRA Kab.

Bengkayang Tahun 2014

0-12 bulan yang lalu

1-5 tahun yang lalu

Lebih dari 5-10 tahun yang lalu

Lebih dari 10 tahun

Tidak pernah

Tidak tahu

Dari data diatas dapat diketahui bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih banyak

responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang menguras 1- 5

tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu sebesar 1,3%.

(30)

Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 86,4 % dan tangki septik yang

tidak aman sebesar 13,6 %. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya perbaikan sehingga

limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan berdampak terhadap kesehatan

masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis lingkungan.

Gambar 3.29 Diagram Tangki Septik Suspek Aman & Tidak Aman

Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 100 %, cluster

2 sebesar 99,4%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 4 sebesar 45 % , cluster 3 sebesar

27,5% dan cluster 1 sebesar 15,8%.

Tabel 6

Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Katagori Area Berisiko

Klaster

Desa/Kelurahan

Kurang Berisiko

0

Tubajur

Berisiko Sedang

3 dan 4

Bumi Emas, Sahan dan Jagoi

Risiko Tinggi

1

Sungai Duri, Tiga Berkat dan Lesabella

Risiko Sangat Tinggi

2

Samalantan, Mandor, Lembang dan

(31)

3.1.2. Tatanan Sekolah.

Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut.Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin tempat ibadah (imam masjid, pendeta, pastor, pedande atau biksu). Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan perilaku kesehatan dapat segera terwujud.

Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu unit untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu atau pun sinar matahari beserta ventilasi yang memadai. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid dengan cara membuat “roster” atau jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi secara merata antara murid laki-laki dan murid perempuan. Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air - kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air.

Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut :

a. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah,

(32)

c. Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS),

d. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat, e. Kampanye pemberantasan penyakit kecacingan,

f. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL, g. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST,

h. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”,

i. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah, mencakup: • Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan Komite

Sekolah

• Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan Sekolah, adalah :

• Penyuluhan kelompok di kelas, penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman) • Pemutaran film/video

• Penyuluhan dengan metode demonstrasi • Pemasangan poster, leaflet

• Kunjungan/wisata pendidikan

• Lomba kebersihan kelas Lomba membuat poster Lomba menggambar lingkungan sehat • Absensi jamban, Absensi CTPS

• Kampanye kebersihan perorangan/murid

• Lomba cepat tepat tentang kesehatan dan lingkungan sehat • Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah • Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah • Pelatihan guru UKS

(33)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 31 Bab III

Tabel 3.4: Kondisi sarana sanitasi di sekolah(SD/MI) (sumber air, toilet, SPAL dan tempat cuci tangan)

Nama Sekolah

Jumlah

Siswa Jumlah Guru

Sumber Air Bersih

Jml Toilet/WC Guru Jumlah Toilet/WC Murid

Tempat Pembuangan Air Kotor

Fas. Cuci Tangan Perse diaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet

PDAM SPT SGL ToileDari

t Dari Talan g Dari Kamar mandi Dari Air hujan Sis wa Guru Pesuruh L P L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T L P L P L P Desa Tubajur 47 56 6 1 - - - √ 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Desa Sui Jaga B 74 77 5 6 - - - √ - 1 - 1 - - √ - - - √ - √ - - - - √ - Desa Lembah Bawang 50 56 4 6 - - - 1 - 1 - - √ - - - √ - √ - - - - √ - Desa Suti Semarang 68 88 3 5 - - - √ 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Desa Samalantan 67 76 4 4 - - - √ 1 - 1 - - - √ - - √ - √ - - - - √ - Desa Mandor 124 122 5 9 √ - - - 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Desa Pisak 90 88 5 7 √ - - - 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Desa Gerantung 108 90 2 11 - - - √ 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Kel. Bumi Emas 89 98 4 8 √ - - - 1 - 1 - - - √ - - √ - √ - - - - √ - Desa Seluas 114 141 4 6 √ - - - √ 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Desa Kumba 86 96 3 3 - - - √ 1 - 1 - - - - √ - √ - √ - - - - √ - Keterangan: L = laki-laki; P = perempuan

S = selalu tersedia air; K = kadang-kadang; T = tidak ada persediaan air Y = ya; T = tidak

SPT = Sumur pompa tangan; SGL = Sumur gali

Tempat pembuangan air kotor sebutkan kemana salurannya: Toilet : Septik Tank, Cubluk, sungai, kolam, dll

Talang : Saluran Pembuangan Air Limbah, Drainase Lingkungan, Halaman, Sungai, dll Dari Kamar Mandi : Saluran Pembuangan Air Limbah, halaman, sungai, dll

(34)

Tabel 3.5: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi)

Nama Sekolah

Apakah pengetahuan ttg Higiene dan

Sanitasi diberikan Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend.

higiene

Cara Pengelolaan Sampah

Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah Rencana perbaikan sanitasi sekolah Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu

Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak pernah Dikumpul kan Dipisahkan Dibuat kompos Ya Tidak

SDN 10 Desa Tubajur √ - - - √ √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

SDN 05

Desa Sui Jaga B - √ - √ - √ - - Tidak Pernah Baik Belum ada Desa Lembah Bawang - √ - - - √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

SemarangSDN 03

Desa Suti √ - - - √ √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada Desa Samalantan - √ - - - √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

SDN 01Desa Mandor √ - - - √ √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

SDN 03 Dawar Desa

Pisak - √ - √ - √ - - Tidak Pernah Baik Belum ada SDN 15 Desa Gerantung √ - - - √ √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

Kel. Bumi Emas - √ - - - √ - - Tidak Pernah Baik Belum ada

SDN 01 Desa Seluas √ - - √ - √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

Desa Kumba √ - - - - √ - - Tidak Pernah Buruk Belum ada

(35)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 33 Bab III

3.2. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pengelolaan sanitasi khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang pada saat ini belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik, khususnya untuk air limbah rumah tangga (grey water) dan air limpasan dibuang langsung ke sistem drainase. Sedangkan untuk limbah black water seperti limbah dari kamar mandi (tinja) menggunakan pengolahan setempat (on site system). Kelemahan dari kondisi ini adalah seringkali masyarakat tidak mengetahui standart teknis tangki septik yang aman dan juga standard kesehatan yang telah ditentukan. Salah satu syarat yang kurang diperhatikan oleh masyarakat saat membangun tangki septik adalah konstruksi yang tidak kedap air sehingga berpotensi mencemari air tanah dan juga jarak antar tangki septik dan sumber air/sumur gali kurang dari 10 meter, terutama di kawasan-kawasan permukiman dan perumahan padat penduduk.

Estimasi jumlah timbulan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang berdasarkan data dari perhitungan asumsi SKPD LH Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut :

Tabel 3.12 Estimasi jumlah timbulan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang

No. Tahun Jumlah Rumah Tangga (KK) Estimasi total Air Limbah Domestik (ltr/hari)

1 2010 68.598 2.057.940

2 2011 68.716 2.061.480

3 2012 80.062 2.401.860

Sumber : SKPD LH Kabupaten Bengkayang tahun 2013

3.2.1 Kelembagaan

Untuk mengetahui kelembagaan dilingkungan pengelolaan air limbah rumah tangga, Pokja Sanitasi telah melakukan study kelembagaan, terkait dengan pengelolaan air limbah baik yang berasal dari rumah tangga/domestik dan industri menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah, khususnya Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 13 Tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah dan satuan polisi pamong praja, Kantor Lingkungan Hidup merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan di Kabupaten Bengkayang, oleh karena itu BLH merupakan unsur pendukung tugas Bupati Bengkayang di bidang lingkungan hidup.

Berdasarkan Perda tersebut di atas, struktur organisasi yang ada di BLH adalah sebagai berikut :

Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, pembagian peran antar stakeholder, swasta dan masyarakat perlu untuk dilakukan, mengingat tidak semua kewajiban dibebankan kepada pemerintah. Dari pembahasan dalam study kelembagaan, teridentifikasi Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Bengkayang seperti tersaji dalam tabel berikut ini.

(36)
(37)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 35 Bab III

Dalam pengelolaan air limbah rumah domestik, pembagian peran antar stakeholder, swasta dan masyarakat perlu untuk dilakukan, mengingat tidak

semua kewajiban dibebankan kepada pemerintah. Adapun daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik di

Kabupaten Bengkayang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten

Bengkayang Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

 Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota

 Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target

 Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target

PENGADAAN SARANA

 Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik

 Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik)

 Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja)

 Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)

 Membangun sarana IPLT dan atau IPAL

PENGELOLAAN

 Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja

 Mengelola IPLT dan atau IPAL

 Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja

 Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik

 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan)

dalam pengurusan IMB

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

 Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll)

 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik

 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik

MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta

(38)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 36 Bab III

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten

Bengkayang Swasta Masyarakat

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik

Tabel 3.7: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Bengkayang

PERATURAN

KETERSEDIAAN PELAKSANAAN KETERANG

AN ADA (SEBUTKAN) TIDAK ADA DILAKSANAKAN EFEKTIF DILAKSANAKAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF

AIR LIMBAH DOMESTIK

 Target capaian pelayanan pengelolaan air

limbah domestik di Kab/Kota ini √

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan Kantor usaha dalam pengelolaan air limbah domestik

 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah

 Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha

 Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha

 Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik

(39)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 37 Bab III

PERATURAN

KETERSEDIAAN PELAKSANAAN

KETERANG AN ADA (SEBUTKAN) TIDAK ADA DILAKSANAKAN EFEKTIF DILAKSANAKAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF

 Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran

(40)

Gambar 3.9: Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja (Data dari Puskesmas)

(41)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 39 Bab III

Peta 3.1: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik

Keterangan: Tidak ada Data

Peta 3.2: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic (Keterangan: Tidak ada Data)

(42)

3.1.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan

Tabel 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestic Kabupaten Bengkayang Input User Interface Penampungan/PengPengumpulan dan

olahan Awal

Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Black

Water WC Sentor Tangki Septik Tangki Tinja --- Sungai Aliran Limbah AL1 Black

Water WC Sentor Tangki Septik - Resapan Sungai

Aliran Limbah AL2 Black

Water Jamban - - - Sungai

Aliran Limbah AL3 Grey Water Kamar mamndi, KM/WC, Tempat Cuci - Saluran Drainase - Sungai Aliran Limbah AL4 Grey Water Kamar mamndi, KM/WC, Tempat Cuci - - - Sungai Aliran Limbah AL5

Tabel 3.9: Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bengkayang

Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data

A B C D E

User Interface WC Sentor Data kepemilikan Jamban 11.800 WC Dinas Kesehatan Pengumpulan dan

Penampungan awal Tangki Septik

Data kepemilikan jamban dengan leher

angsa (puskesmas) 11.800 KK Dinas Kesehatan Pengaliran/pengangkutan Tangki Septik Pengamatan (milik swasta) 0 Tangki Persepsi SKPD Pengaliran Drainase

Pengolahan akhir Bidang Resapan Data bang. Fisik wc komunal terbangun 0 Persepsi SKPD Pembuangan/Daur Ulang Sungai data Sungai

(43)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 41 Bab III

3.1.1 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK

Secara umum kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut

serta dalam pengelolaan limbah cair domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya

jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya

sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan

air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban.

Pengelolaan sarana jamban keluarga yang dibangun oleh masing-masing rumah tangga di

Kabupaten Bengkayang sudah cukup memadai, hal ini mengingat kemampuan finasial mereka yang

tergolong masyarakat mampu. Sedangkan masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mempunyai

jamban pribadi memanfaatkan MCK umum yang dikelola secara berkelompok. Keterbatasan

kemampuan finansial masyarakat miskin berdampak pada lemahnya pengelolaan MCK umum yang

ada sehingga kondisi MCK umum tidak terawat dengan baik.

Data pengelolaan sarana jamban dan pengolahan limbah oleh masyarakat dapat dilihat pada

tabel berikut:

(44)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 42 Bab III

Tabel 3.10: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat

Kecamatan Jumlah Jumlah Pddk miskin Jamban Keluarga Jumlah MCK Tahun MCK dibangun

Jumlah Sanimas Tahun

Sanimas dibangun Desa/Kelurahan RT RW Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya

Kec. Teriak

Desa Tubajur 2 2 106 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Sui Raya

Desa Sui Jaga B 8 8 111 173 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Lembah Bawang Desa Lembah Bawang 4 4 47 28 7 0 0 0 2007-2009 0 0 0 0 0 Kec. Suti Semarang Desa Suti Semarang 2 2 53 99 64 0 0 0 2003-2010 0 0 0 0 0 Kec. Capkala Desa Samalantan 20 20 157 184 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Mandor 3 3 149 78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Tujuh Belas

Desa Pisak 15 15 135 296 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Monterado

Desa Gerantung 13 13 221 52 8 0 0 0 2007-1009 0 0 0 0 0 Kec. Bengkayang

Kel. Bumi Emas 25 14 257 210 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Seluas Desa Seluas 14 14 286 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kec. Jagoi Desa Kumba 5 5 114 156 36 0 0 0 2001-2011 0 0 0 0 0 Kec. Samalantan Desa Samalantan

(45)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 43 Bab III

Tabel 3.11: Kondisi sarana MCK

No Lokasi MCK Jumlah Pemakai MCK Sumber Air Jml Toilet/WC Jml kmr mandi Fas. Cuci Tangan Persediaa n Sabun Ada biaya pemakaia n MCK Tempat buangan air kotor Kapan tangki septik Dikosong kan PDAM SPT SGL

RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T Tangki Septik Cub luk

Desa Tubajur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Sui Jaga B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Lembah Bawang 7 0 219 183 0 0 0 1 3 3 0 0 0 7 7 7 7 0 7 0 0 0 0 7 0 Tdk pernah Desa Suti Semarang 64 0 306 644 30 30 4 0 0 0 0 0 0 64 64 0 0 0 0 0 0 0 0 64 0 Tdk Pernah Desa Samalantan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Mandor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Pisak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa

Gerantung 8 8 942 932 1 7 0 0 0 0 0 0 0 8 8 8 8 0 0 0 0 0 0 8 0 Tidak Pernah Kel. Bumi

Emas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Seluas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Kumba 36 0 1155 890 0 0 0 6 25 5 0 0 0 36 36 0 0 0 0 0 0 0 0 36 0 Tidak Pernah

Sumber Data: Dinas kesehatan Kabupaten Bengkayang Keterangan:

L = laki-laki S = selalu tersedia air Y = ya SPT = Sumur pompa tangan P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali

(46)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 44 Bab III

Tabel 3.12: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

No Komponen Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai

Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK

Fungsi Fungsi Tidak Rusak PM JDR MBR

Air Limbah Domestik: Onsite Individual

Keterangan: Tidak ada data Keterangan:

PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender

(47)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 45 Bab III

Peran media dalam pengelolaan air limbah adalah sangat penting, karena sebagai salah

satu bentuk kampanye kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di Kabupaten

Bengkayang. Berdasarkan data, beberapa kegiatan komunikasi yang telah dilakukan di

Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Tahun Pelaksana Dinas Kegiatan Tujuan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

1 Penyuluhan Penyakit

Berbasis Lingkungan 2012-2013 Dinas Kesehatan Untuk memberikan wacana atau pengetahuan mengenai penyakit berbasis lingkungan Masyarakat Stop BABS CLTS

2 Klinik Sanitasi 2012-2013 Dinas

Kesehatan Untuk memberikan pengetahuan mengenai aspek sanitasi lingkungan Masyarakat Berantas Penyakit Malaria Konsultasi 3 Praktik CTPS 2012-2013 Dinas

Kesehatan Untuk menanamka n prilaku mencuci tangan menggunaka n sabun Anak

sekolah Berprilaku sehat dengan selalu CTPS sejak dini Teori dan Praktek 4 Pengolahan Sampah

Keluarga 2012-2013 Dinas Kesehatan Untuk Mengelola Sampah Keluarga secara baik dan benar

Rumah

Tangga Buang sampah pada tempatny a

Teori dan Praktek

Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah

NO JENIS MEDIA KHALAYAK PENDANAAN DIANGKAT ISU YANG PESAN KUNCI EFEKTIVITAS

Keterangan: Tidak ada data

Dari survey pemetaan media terdapat beberapa akses media yang berpotensi untuk menjadi mitra pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan sanitasi, namun masih belum terkoordinir oleh pemerintah

(48)

bidang kesehatan masih sangat kurang .

3.1.1 Partisifasi Dunia Usaha

Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang, peran masyarakat

masing-masing individu yang memiliki jamban masih sangat dominan. Bagi masyarakat yang secara

financial mampu, secara pribadi mereka membuat membuat septic tank (system on-site) di rumah

tangga masing-masing. Sementara itu partisifasi dunia usaha dalam pengelolaan air limbah

domestik lebih banyak dilakukan oleh developer/pengembang yang membangun kawasan

perumahan yang dilengkapi dengan septic tank.

Sedangkan air limbah rumah tangga yang lain (dapur dan kamar mandi) disalurkan ke

saluran drainase jalan lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai saluran air limbah rumah

tangga. Selanjutnya air limbah perumahan disalurkan ke Kantor air yang berupa parit atau sungai

tanpa adanya pengolahan air limbah terlebih dahulu.

Tabel 3.15: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bengkayang

Penyedia layanan air limbah domestik tidak ada di Kabupaten Bengkayang ini, karena belum ada bangunan IPLT atau IPAL, sehingga pemerintah juga tidak menyediakan jasa truk sedot tinja

NO NAMA PROVIDER/MITRA POTENSIAL TAHUN MULAI OPERASI/ BERKONTRIBUSI JENIS KEGIATAN/ KONTRIBUSI TERHADAP SANITASI POTENSI KERJASAMA A B C D E

Komponen : Air Limbah

Keterangan: Tidak ada data

3.16 Pendanaan dan Pembiayaan

Tabel 3.16: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik

NO KOMPONEN BELANJA (RP) RATA -RATA

PERTU MBUHA N (%) 2009 2010 2011 2012 2013

1 Air Limbah (1a+1b)

1.a Pendanaan Investasi air limbah

1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur

terbangun

(49)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang 2013 Halaman 47 Bab III

No SKPD RETRIBUSI SANITASI TAHUN (RP) PERTUM BUHAN

(%) 2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi

Keterangan: Tidak ada data

Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan Issue Strategis

PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS

1. Perlu adanya sosialisasi pembuatan septik yang aman dan seusuai standar teknis yang disyaratkan, karena 90% rumah tangga di kab. Bengkayang ini memilki septik yang tidak sesuai standar teknis.

Pencemaran air tanah akibat limbah septik yang merembes ke Kantor tanah karena bentuk konstruksi septik tidak kedap air.

2. Perlu adanya IPLT mengingat tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga produksi limbah rumah tangga juga semakin tinggi

Belum adanya kesiapan dana untuk pembangunan IPLT dan membutuhkan dana pendamping untuk pembangunannya.

3. Tidak adanya reward dan punishment bagi Kantor atau masyarakat yang membuang limbah baik itu dari grey water maupun black water ke pembuangan akhir dalam keadaan aman atau setelah proses peresapan melalui septik yang benar.

Belum ada peraturan daerah untuk pembuangan limbah rumah tangga, dan sistem standard

konstruksinya. Peraturan daerah yang ada hanya untuk pengelolaan limbah B3 untuk industri atau perusahaan besar saja.

4. Masih tingginya masyarakat yang buang air besar sembarangan dibeberapa wilayah kecamatan di

Kab. Bengkayang ini. Masyarakat belum mengerti pentingnya sanitasi bagi kualitas hidup mereka .

(50)

3.3 Pengelolaan Persampahan

Sistem pengelolaan sampah akan diketegorikan manjadi dua jenis, yaitu dengan sistem penanganan komunal dan sistem penanganan individual. Sistem penanganan sampah di Kabupaten Bengkayang lebih banyak dilakukan secara komunal oleh masyarakat permukiman setempat. Pada fungsi-fungsi publik seperti pasar, sampah dikumpulkan ke sebuah container bin sebagai TPS yang akan diangkut dengan truk menuju TPA. Di lingkungan perumahan, sampah dikumpulan secara komunal oleh petugas setempat dengan gerobak dan dibawa ke Transfer Depo untuk diangkut dengan truk pengangkut sampah ke TPA. Sistem individual ditetapkan oleh sebagian penduduk dengan cara ditimbun dan dibakar. Sistem penanganan sampah di Kabupaten Bengkayang lebih banyak dilakukan secara individual oleh masyarakat permukiman setempat.

Di lingkungan permukiman, sebagian besar sampah dikumpulan secara komunal oleh petugas setempat dengan gerobak dan dibawa ke Transfer Depo untuk diangkut dengan truk pengangkut sampah ke TPA. Sistem individual ditetapkan oleh sebagian penduduk dengan cara dibakar dan ditimbun.

Utilitas sampah diasumsikan di Kabupaten Bengkayang bahwa tiap orang akan mengeluarkan sampah sebanyak 2,5 lt/org/hari, untuk sarana umum diasumsikan 100 lt/1.000 m2, untuk jasa komersil 500 lt/org/1.000 m2

3.3.1 Kelembangaan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang dilaksanakan oleh Dinas

Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Seksi Kebersihan Pertamanan dan Perkuburan. Dalam

pelaksanaan tugasnya seksi kebersihan mempunyai fungsi sbb:

a. Penyusunan rencana kerja di bidang kebersihan dan pertamanan

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dibidang kebersihan dan pertamanan

c. Penyiapan bahan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan dibidang kebersihan dan pertamanan.

d. Pengelolaan dan penataan kebersihan dan pertamanan

e. Penyusunan bahan evaluasi, pengendalian dan pelaporan dibidang kebersihan dan

pertamanan

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Dalam tata laksana pengelolaan persampahan selain dinas PU bidang Kebersihan

Pertamanan dan Perkuburan yang mengelola persampahan ini, di Kantor LH juga memilki

program persampahan dengan kegiatan penyediaan/pengadaan bak/tong2 sampah untuk

masyarakat dan tempat umum di Kabupaten Bengkayang ini.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pengelolaan persampahan

di Kabupaten Bengkayang, terutama untuk mengidentifikasi stakeholder yang bertanggung-jawab

Gambar

Gambar 3.9 Diagram Tangki Septik Suspek Aman & Tidak Aman
Gambar 3.10 Diagram Sumber air mana yang biasa digunakan untuk minum  3,6 9,3 27,7 100 0,2 1,6 16,69,511,4 10,9 11,6 8,91,60,2
Gambar 3.12 Diagram  Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci piring dan gelas
Gambar 3.13 Diagram  Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci pakaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi arus di daerah perairan Muara Sungai Silugonggo, Kabupaten Pati dibuat dalam kondisi mengikuti kondisi pengambilan sampel nitrat, ortofosfat dan kualitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi kadar sukrosa dan glukosa mempengaruhi sifat fisik hard candy lozenges ekstrak daun legundi yaitu meningkatkan

Desa Binaan Farmasi merupakan suatu desa yang digunakan sebagai tempat untuk pengabdian masyarakat dimana dalam kegiatannya dilakukan upaya pembinaan secara efektif,

Keamanan jaringan Wireless dapat ditingkatkan dengan cara tidak hanya menggunakan salah satu teknik yang sudah dibahas diatas, tetapi dapat menggunakan kombinasi beberapa

Dalam 10 sampel yang diambil di toko jamu yang di Surakarta terdapat 2 produk yang ditemukan mengandung natrium diklofenak, yang terdapat pada jamu G sebesar 41,37 mg/tab dan

Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belejar mandiri dari suatu mata kuliah

3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya dengan Sumber Daya Alam Alam Ekosistem laut dan pantai meluputi hutan mangrove,

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa triangulasi dalam penelitian ini merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada