• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PERANCANGAN Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan. Lokasi perancangan panti asuhan terletak di Jalan Hang Lekiu III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PERANCANGAN Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan. Lokasi perancangan panti asuhan terletak di Jalan Hang Lekiu III"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

78

BAB 3

METODE PERANCANGAN

3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan

3.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan

Lokasi perancangan panti asuhan terletak di Jalan Hang Lekiu III No.19, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Akses menuju lokasi perancangan panti asuhan ini dapat melalui Jalan Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, Jalan Hang Lekir, Jalan Senopati, dan Jalan Sisingamangaraja.

Gambar 3.1 Akses menuju lokasi perancangan panti asuhan. (sumber: maps.google.com)

Lokasi panti asuhan terletak cukup strategis dan jauh dari jalan raya serta berada dalam area residensial dan komersial yang cukup seimbang,

(2)

antara lain dekat dengan pusat edukasi seperti Universitas Bina Nusantara Pascasarjana, Universitas Moestopo, TK Triguna, dan TK Putra Pertamina, pusat perbelanjaan seperti Plaza Senayan dan Mayestik Department Store, pusat kesehatan seperti Klinik Hemodialisis, Hang Lekiu Medical Center, dan Rumah Sakit Pusat Pertamina.

3.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan

Berikut adalah gambar denah YPAC JAKARTA yang akan digunakan sebagai tempat panti asuhan.

Gambar 3.2 Denah YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

(3)

Gambar 3.3 Denah lantai 1 YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

Pada lantai 1 YPAC JAKARTA terdapat ruangan terapi, asrama pasien, 2 ruang kelas, ruang serba guna, ruang fisioterapi, ruang periksa, ruang alat peraga, ruang kantin, ruang tamu dan ruang kelas A.

Gambar 3.4 Denah lantai 2 YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

(4)

Pada lantai 2 YPAC JAKARTA terdapat 5 ruang tidur, ruang kepala sekolah, ruang GIBS dan 2 ruang kelas.

Gambar 3.5 Potongan A-A YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

Gambar 3.6 Potongan B-B YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

Gambar 3.7 Potongan C-C YPAC JAKARTA (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)

(5)

3.2 Studi Aktifitas Manusia

3.2.1 Data Pemakai

Sebuah panti asuhan dapat berdiri dengan mendapatkan

santunan/donasi baik dari donatur tetap maupun tidak tetap, dan pengelolaan panti asuhan akan berkaitan dengan yayasan swasta dan pemerintah setempat. Hierarki pengelolaan panti asuhan dapat disimpulkan berdasarkan hasil data survey dan literatur pada bab sebelumnya, yaitu:

Bagan 3.1 Hierarki inti pengelolaan panti asuhan.

Hierarki pengelolaan panti asuhan dapat dijelaskan lebih terperinci sesuai dengan kesimpulan akan struktur organisasi kepengurusan panti asuhan yang baik menjadi seperti:

(6)

Bagan 3.2 Struktur organisasi kepengurusan panti asuhan.

3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab

Bagian kepemimpinan meliputi yayasan dan pendeta pemimpin panti asuhan. Yayasan bertanggung jawab sebagai pihak kepemimpinan tertinggi dalam pengelolaan sebuah panti asuhan. Meski didaulat sebagai pihak kepemimpinan tertinggi, setiap keputusan yang diambil menyangkut keadaan panti asuhan ataupun pekerja sosial panti asuhan tetap ditilik dan disesuaikan dengan pemikiran pendeta pemimpin panti asuhan yang bertempat tinggal di dalam gedung panti asuhan. Pendeta pemimpin panti asuhan dapat dikatakan

(7)

memegang peranan seorang kakek atau nenek dalam keluarga besar anak-anak asuh di panti asuhan.

Bagian operasional menjalankan perintah dari pihak yayasan melalui petunjuk pendeta pemimpin panti asuhan dan mengkoordinasikan segala pelaksanaan keputusan kepada koordinator anak asuh. Bagian operasional tidak berhubungan secara langsung dengan anak asuh. Bila diandaikan dalam sebuah keluarga besar, maka bagian operasional bisa dikatakan memegang peranan seorang paman atau bibi bagi anak-anak asuh.

Bagian penunjang menjalankan tugasnya sebagai pengasuh dan pembina secara langsung terhadap anak-anak panti asuhan, baik dalam kegiatan sehari-hari ataupun dalam kegiatan yang membutuhkan privasi yang menyangkut masalah kejiwaan. Bagian penunjang bisa dikatakan sebagai orang tua dari anak-anak asuh di dalam panti asuhan.

Anak-anak asuh di dalam panti asuhan menjalankan kegiatan sehari-hari mereka dibantu oleh bagian penunjang, diarahkan oleh bagian operasional dan diawasi oleh pendeta pemimpin panti asuhan.

3.2.3 Pola Aktifitas Penghuni

Penghuni panti asuhan terdiri atas anak-anak asuh, pengasuh dan pembina dari bagian penunjang. Anak-anak asuh, pengasuh dan pembina dari bagian penunjang, serta pendeta pemimpin panti asuhan bertempat tinggal di dalam panti asuhan.

Calon anak-anak penghuni panti asuhan akan terlebih dahulu menerima beragam tes psikologi dan wajib menerima beberapa wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kejiwaan dan fisik calon anak

(8)

asuh agar para koordinator penunjang panti asuhan dapat mengambil sebuah tindakan yang tepat dalam menangani calon anak asuh tersebut di kemudian hari.

Bagan 3.3 Prosedur penerimaan calon anak asuh.

Berdasarkan bagan prosedur penerimaan calon anak asuh, dapat disimpulkan bahwa sebuah panti asuhan akan membutuhkan sebuah area wawancara yang memungkinkan untuk melakukan tes psikologi yang

(9)

dilakukan oleh psikolog panti asuhan terhadap calon anak asuh. Area wawancara tersebut juga harus berada dekat dengan ruang kerja psikolog panti asuhan.

Pola aktifitas anak-anak asuh penghuni panti asuhan secara umum adalah sebagai berikut:

Bagan 3.4 Pola aktifitas anak-anak panti asuhan secara umum.

Pola aktifitas diatas menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan sehari-hari yang yang dilakukan oleh adalah berupa kamar tidur, gereja, ruang makan, kamar mandi, ruang belajar, area bermain dan area kesenian/hobby. Fasilitas tersebut akan berhubungan secara langsung dengan anak-anak asuh didalam sebuah panti asuhan.

Pengasuh terbagi atas pengasuh pria dan wanita mengikuti pembagian anak-anak asuh dengan rasio perbandingan pengasuh dan anak asuh 1 : 5. Rasio perbandingan ini berarti seorang pengasuh memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan dan menjaga anak asuh secara langsung. Meski dinyatakan bahwa seorang pengasuh bertanggung jawab terhadap lima orang

(10)

anak asuh, tidak tertutup kemungkinan bahwa para pengasuh tersebut saling bekerja sama dalam mengawasi dan membantu anak-anak asuh lainnya didalam panti asuhan. Rasio perbandingan tersebut hanyalah berupa sebuah kesimpulan akan syarat jumlah pengasuh yang dibutuhkan untuk membimbing anak asuh dalam sebuah panti asuhan. Pola aktifitas pengasuh dan pembina dari bagian penunjang secara umum adalah sebagai berikut:

Bagan 3.5 Pola aktifitas kegiatan sehari-hari bagian penunjang.

Pengasuh dan pembina akan membutuhkan kamar tidur, area kerja, ruang makan, kamar mandi, dan gereja. Karena sebagian besar kegiatan mereka adalah mengawasi serta menemani anak-anak asuh dalam menjalani aktifitas mereka maka aktifitas yang dilakukan oleh para pengasuh dan pembina ini dilakukan dalam ruang dan area yang sama dengan anak-anak asuh untuk mendukung efektifitas tugas dan tanggung jawab. Hal ini juga diterapkan dalam area kamar tidur bagi para pengasuh dan pembina,

(11)

peletakan kamar pengasuh dan pembina harus diupayakan dalam jarak yang dekat dengan kamar tidur anak-anak asuh agar dapat tetap menjaga serta mengawasi anak-anak asuh di malam hari apabila diperlukan.

Pendeta pemimpin sebagai pemimpin tertinggi dalam sebuah panti asuhan mengikuti serta mengawasi segala aktifitas yang terjadi didalam sebuah panti asuhan. Pendeta pemimpin juga melakukan tugas ganda yaitu memimpin bagian operasional di area kantor namun juga turut serta mengambil bagian untuk membimbing anak-anak asuh. Pola aktifitas pendeta pemimpin panti asuhan adalah sebagai berikut:

Bagan 3.6 Pola aktifitas kegiatan sehari-hari pendeta pemimpin panti asuhan.

Karena pendeta pemimpin panti asuhan menjalani kegiatannya didalam panti asuhan, fasilitas yang sudah sewajarnya ada ialah kamar tidur pribadi, kamar mandi, dan area kerja. Area kerja pendeta pemimpin sendiri bisa dikelompokkan dalam area kantor karena tamu panti asuhan yang

(12)

berkunjung tidak akan diizinkan untuk memasuki area tempat tinggal anak asuh melainkan hanya diizinkan untuk masuk ke area ruang tamu atau area kantor saja.

3.2.4 Pola Aktifitas Pengelola

Pengelola panti asuhan terdiri dari bagian operasional yang tidak bertempat tinggal di dalam panti asuhan. Pola aktifitas bagian operasional adalah:

Bagan 3.7 Pola aktifitas bagian operasional panti asuhan.

Berdasarkan pola aktifitas pengelola panti asuhan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah panti asuhan memerlukan sebuah area kantor sebagai tempat untuk melaksanakan rapat para pengelola panti asuhan bersama dengan wakil yayasan. Area kantor ini merangkap ruang kerja bagi pengelola, ruang rapat, dan area absen.

3.2.5 Pola Aktifitas Barang

Donasi yang ditujukan kepada panti asuhan akan terlebih dahulu dicatat dan disortir oleh bagian operasional, kemudian diserahkan kepada

(13)

pihak-pihak yang terkait. Donasi yang biasa diterima oleh panti asuhan biasanya terbagi atas tiga donasi utama yaitu donasi bersifat basah seperti bahan makanan, donasi bersifat kering seperti pakaian dan buku, serta donasi bersifat material seperti uang. Pola aktifitas barang dalam panti asuhan juga disesuaikan dengan jenis donasi yang diterima.

Bagan 3.8 Pola aktifitas donasi bahan makanan.

Donatur akan dilayani oleh pekerja sosial dari Divisi Keuangan di ruang tamu dan area kantor sementara donasi berupa bahan makanan yang dibawa oleh donatur akan diperiksa dan dicatat oleh pekerja sosial dari Departemen Logistik yang kemudian akan memilah-milah donasi bahan makanan tersebut berdasarkan tipe makanan (daging, sayur, beras, bumbu).

Proses pemilahan donasi bahan makanan ini membutuhkan sebuah space tersendiri agar tidak menggangu sirkulasi di area kantor karena biasanya donasi yang diberikan dari donatur terbilang cukup banyak. Jumlah donasi tersebut biasanya telah disesuaikan dengan kapasitas jumlah anak asuh beserta pengasuh/pembina yang hidup didalam panti asuhan.

(14)

Setelah proses pemilahan bahan makanan selesai dilakukan, pekerja sosial dari Departemen Logistik akan mengkoordinasikan kepada Koordinator Penunjang bagian dapur untuk membawa bahan makanan tersebut ke area dapur/gudang.

Bagan 3.9 Pola aktifitas donasi pakaian/buku.

Donatur yang memberikan donasi bersifat kering seperti pakaian dan buku akan diterima oleh pekerja sosial dari Divisi Personalia sementara pekerja sosial dari Departemen Prasarana Umum akan menyortir buku dan pakaian tersebut kemudian konfirmasi akan dilakukan terhadap Divisi Kepengasuhan melalui Koordinator Perpustakaan menyangkut buku-buku yang diterima dan Koordinator SD, SMP, dan SMA/SMK menyangkut pakaian-pakaian yang diterima yang kemudian akan dibagikan kepada anak-anak asuh.

(15)

Donasi berupa uang akan langsung ditangani oleh Divisi Keuangan dan tidak memerlukan space khusus seperti donasi lainnya karena memang donasi uang diterima dan dicatat melalui elektronik seperti transfer bank ataupun diantar langsung oleh donatur sehingga hanya membutuhkan ruang tamu atau ruang rapat kecil saja.

3.3 Studi Fasilitas Ruang

3.3.1 Program Aktifitas dan Fasilitas

Aktifitas dan fasilitas yang di analisa berdasar kepada hasil survey dan observasi yang dipadu-padankan dengan syarat fasilitas panti asuhan dari pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat melihat di lembar lampiran.

3.3.2 Matriks Hubungan Antar Ruang

Matriks hubungan antar ruang menjelaskan hubungan kedekatan antar ruang yang akan membantu dalam me-layout. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lembar lampiran.

3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang

Diagram sirkulasi antar ruang menjelaskan pembagian jumlah pemakaian sirkulasi dan peletakan area berdasarkan zonanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lembar lampiran.

3.3.4 Zoning 3.3.5 Grouping

(16)

3.4 Studi Permasalahan Khusus Interior

Perancangan sebuah proyek yang berhubungan erat dengan anak-anak memerlukan perhatian lebih terhadap potensi efek dari material maupun sistem perancangan yang akan digunakan. Dalam hal ini, perancangan panti asuhan juga tidak terkecuali harus memperhatikan material dan sistem yang digunakan. Semua hal ini disebabkan oleh beberapa pengertian bahwa anak-anak lebih rentan diserang racun dari sekelilingnya dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, dengan pemilihan material dan sistem perancangan yang tepat secara tidak langsung akan memberikan sebuah contoh yang baik bagi anak-anak tersebut untuk mempelajari keadaan sekeliling mereka dengan harapan bahwa ketika mereka dewasa nanti dapat menjadi pribadi-pribadi yang memperhatikan keberlangsungan hidup sesamanya sampai kepada keberlangsungan hidup bumi sebagai tempat untuk hidup.

3.4.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk

Organik: memberikan kesan berkesinambungan, lembut, fun. • Geometris: memberikan kesan kaku, tegas, dan kokoh. • Simetris: memberikan kesan formal, mahal dan berkualitas.

• Asimetris: memberikan kesan informal, efek dominan, dan menghindari ruangan terlihat kosong.

Smooth: memberikan kesan ringan dan cerah, bervolume dan berukuran kecil.

Rough: menangkap cahaya, memberikan kesan lebih gelap, berat dan berbobot.

Vertical line: menampilkan kesan elegan, efisiensi, akurat, ketajaman dan bermartabat.

(17)

Horizontal line: memberikan iluminasi panjang, rendah dan lebar. Curved line: menampilkan efek lemah-gemulai, mempesona dan

feminin.

Diagonal line: memancarkan aura kuat, tegas dan dinamis.

3.4.2 Tinjauan Sistem Furnitur

Furnitur yang dipakai didalam panti asuhan memiliki kemungkinan mengalami kerusakan setidaknya 10 kali lebih tinggi dari furnitur yang dipakai didalam rumah biasa menilik jumlah anak-anak panti asuhan yang terbilang cukup banyak. Furnitur yang dipakai harus mempertimbangkan faktor harga yang murah, tahan lama dan aman untuk dipakai. Beberapa tipe furnitur yang digunakan dalam panti asuhan terbagi menjadi:

Children’s loose furniture: furnitur yang dapat dipindah-pindah dengan ukuran yang sesuai standar internasional.

Children’s built-in furniture: furnitur yang dibangun berdasarkan desain yang telah disesuaikan dengan tujuan khusus atau lokasi khusus yang tidak dapat dipindah-pindah.

Adult furniture: furnitur yang digunakan di area kantor dan area publik seperti area ruang tamu.

3.4.3 Tinjauan Material Lantai, Dinding dan Ceiling

Pemilihan material yang baik pada lantai, dinding dan ceiling mampu memberikan sebuah dampak besar bagi suasana didalam panti asuhan dibanding dengan aksesoris kecil lainnya. Pemilihan material tersebut haruslah berdasarkan pertimbangan yang tepat terhadap tujuan utama

(18)

dibangunnya panti asuhan yang juga berkaitan dengan sifat penghuni dan pengelola panti asuhan.

• Lantai

o Karpet: memiliki ketebalan yang membuatnya menjadi salah satu pilihan yang baik karena memiliki tingkat kelembutan, kepadatan dan kekokohan yang tinggi. Bahan penutup lantai ini berkesan hangat dan juga dapat meredam suara.

Gambar 3.8 Penggunaan karpet pada lantai. (sumber: http://www.linea.lt/en/kilimines-plyteles/modulyss)

o Vinyl: sangat mudah dibersihkan dan tidak akan licin saat basah, selain itu vinyl juga tahan noda, tidak mudah terbakar, tahan gores serta kedap suara.

Gambar 3.9 Pemakaian vinyl pada lantai. (sumber: http://www.barronsflooring.com/Vinyl.html)

(19)

o Linoleum: bahan penutup lantai yang terbuat dari material alami seperti minyak biji rami yang dipadatkan, gabus, getah kayu, bubuk kayu, pigmen tanah liat, dan serat kanvas/goni. Linoleum sangat nyaman di kaki.

Gambar 3.10 Pemakaian linoleum pada lantai.

(sumber:

http://www.bolderfloorsandmore.com/linoleum-flooring-the-reality-about-at-this-times-linoleum/)

o Keramik: terdiri atas beragam ukuran dan motif serta warna. Kearamik kepala basah dipakai untuk area kering karena permukaannya yang halus dan cenderung kilat. Keramik kepala kering digunakan di area basah karena permukaannya yang kasar.

Gambar 3.11 Keramik.

(20)

o Parket: bahan penutup lantai dari kayu yang mudah dipasang, kedap suara, memiliki banyak warna dan motif serta memberikan kesan hangat dan alami namun sayangnya tidak tahan panas dan tidak tahan bentur.

Gambar 3.12 Pemakaian parket pada lantai. (sumber: http://www.linea.lt/en/parketlentes/par-ky)

o Rug: karpet yang tidak dipasang dengan cara ditanam melainkan hanya ditaruh dan dapat dipindah-pindah. Menambah kesan homey dan memberikan variasi visual dalam sebuah ruangan.

Gambar 3.13 Pemakaian rug dalam ruang. (sumber: http://www.trendir.com/archives/003350.html)

(21)

• Dinding

o Cat: murah, mudah diaplikasikan dan mudah untuk

dimodifikasi serta tersedia dalam beragam variasi warna dan tekstur.

Gambar 3.14 Pemakaian cat pada dinding ruang.

(sumber:

http://www.frewaremini.com/2013/01/contoh-tips-memilih-warna-cat-dinding.html)

o Vinyl: mahal dan sulit untk dipakai namun tahan lama, mudah dibersihkan, beragam variasi warna dan tekstur serta pola namun sulit untuk dimodifikasi.

Gambar 3.15 Pemakaian vinyl sebagai wall covering.

(sumber:

(22)

o Forbo: lembaran linoleum yang alami, tidak beracun yang merekat erat di dinding bahkan pada dinding yang melengkung. Memiliki daya tahan yang lama, tahan akan tekanan dan kedap suara. Lebih diutamakan untuk memamerkan sesuatu di dinding.

Gambar 3.16 Pemakaian forbo.

(sumber: http://selector.com/au/products/bulletin-board-interior-wall-lining#img3)

o Homosote: panel papan yang terbuat dari bubur kertas yang di daur ulang dan di kompres dibawah suhu dan tekanan tinggi disertai lem. Lembaran panel ini berukuran 120x240 cm dengan tebal 2,5 cm. Homosote dapat dicat dan ditutup dengan polyurethane, ditempel ke dinding untuk memberikan efek dinding dasar yang lebih tahan lama. Homosote lebih diutamakan dalam pemakaiannya untuk display.

Gambar 3.17 Lembaran homosote.

(23)

Gambar 3.18 Pemakaian homosote pada dinding.

(sumber: http://www.apartmenttherapy.com/diy-bulletin-board-with-homaso-108243)

o Cork: disebut juga gabus, lebih mahal dari homosote namun tersedia dalam beragam variasi tekstur, ketebalan dan warna. Cork juga mampu meredam suara.

Gambar 3.19 Cork.

(24)

Gambar 3.20 Pemakaian cork di dinding.

(sumber:

http://hammer-and-heels.com/2012/12/05/cork-beyond-the-bottle/cork-05/)

Ceiling

Ceiling gypsum biasa dengan bertaburan lampu neon yang menerangi ruangan sangat terlihat seperti institusi dan memberikan kesan formal. Panti asuhan sebaiknya memberikan sebuah kesan yang jauh dari institusi untuk membuat jiwa anak-anak lebih santai dan tenang, salah satunya adalah dengan mendisain sebuah ceiling yang tampak bersahabat bagi penghuni dan memberikan keleluasaan bagi anak-anak untuk berbaring dan melihat ke ceiling dengan takjub yang artinya ceiling panti asuhan boleh menggunakan material kayu dengan desain unik dan mengurangi penempatan lampu di ceiling.

3.4.4 Tinjauan Karakteristik Warna

Anita Rui Olds (Child Care Design Guide) memberikan penjelasan mengenai karakteristik warna yang mempengaruhi psikologi anak:

(25)

• Merah

Mengggairahkan dan menstimulasi. Melambangkan energi, kekuatan, gairah, api, dan kehidupan namun juga memberikan makna konotasi darah, agresi dan pemberontakan. Variasi dari turunan warna merah seperti pink, maroon, dan coral akan memberikan kesan merah yang lebih feminin dan lembut. Warna merah dapat menstimulasi inisiatif dan latihan fisik.

Jingga

Menyenangkan, optimistik, percaya diri, sosial, dan bergembira. Menormalisasi tubuh, mengembalikan vitalitas diri, dan menstimulasi nafsu makan.

• Kuning

Riang, cerah, hangat, menginspirasi, dan berseri-seri. Merepresentasi intelektual, pencerahan dan komunikasi. Membantu konsentrasi, menjernihkan pikiran, membantu percakapan, konseling dan pembawaan diri.

• Hijau

Relaksasi diri, tenang dan menyegarkan. Melambangkan

pertumbuhan, kelahiran, transformasi, harmoni, keseimbangan, kemurnian. Menetralisir rasa gugup dalam jiwa anak.

• Biru

Damai dan tenteram. Melambangkan intelektual spiritual, intuisi, dan surga. Bersifat dingin, mengurangi rasa sakit, tekanan darah tinggi dan detak jantung, menenangkan.

(26)

• Ungu

Menundukkan, bermartabat, tenang dan bergermbira. Melambangkan kaum bangsawan dan inspirasi.

• Putih

Memurnikan, kesempurnaan, kebersihan, dan dingin. Melambangkan sterilsasi.

• Hitam

Misterius, kekuatan, negatif dan kematian. Bersifat menyerap dan mengembalikan energi, membatasi dan melindungi.

• Cokelat

Melambangkan keseimbangan dan tanah. Membantu konsentrasi namu terkadang memberikan kesan berat.

• Abu-abu

Melambangkan kegigihan dan perjuangan spiritual, kematian dan kehidupan.

• Emas

Warna dari matahari, kaya dan menghangatkan. • Perak

Warna dari bulan, dingin dan lembut/halus, penuh damai. Menciptakan kreativitas.

3.4.5 Tinjauan Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan secara umum terbagi atas dua yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan elektrik atau buatan. Kedua pencahayaan ini saling mendukung satu sama lain. Pada intinya, pencahayaan elektrik seharusnya

(27)

didesain dengan mengacu kepada kualitas dan kuantitas masuknya cahaya alami ke dalam ruangan.

• Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami bisa dikatakan sebagai faktor utama pendukung suasana dalam sebuah ruangan. Perubahan yang disebabkan oleh pencahayaan alami sepanjang hari memberikan kesempatan bagi manusia untuk merasakan beragam suasana dalam satu ruangan. Pencahayaan alami ini bahkan dapat mendatangkan efek positif bagi tubuh manusia, salah satunya adalah mengembangkan Vitamin D dan membantu penyerapan kalsium dalam tubuh (Ott,1973). Oleh sebab itu, pencahayaan alami sangat dibutuhkan peranannya dalam perancangan panti asuhan yang berhubungan erat dengan anak-anak. Pencahayaan alami didapatkan dengan menerapkan jendela-jendela dengan bukaan yang panjang dan lebar, dengan ketinggian batas ambang jendela yang cukup rendah hingga memungkinkan anak-anak untuk melihat mengakses jendela, serta dengan pemandangan yang menarik.

• Pencahayaan Elektrik/Buatan

Pencahayan elektrik/buatan ini tentu dibutuhkan untuk menyokong pencahayaan alami di waktu malam hari, di hari hujan, dan didalam ruangan yang tidak terkena paparan pencahayaan alami. Idealnya, pencahayaan elektrik ini harus mampu memberikan kualitas yang sama yang diberikan oleh pencahayaan alami namun yang membedakannya adalah pencahayaan elektrik ini dapat dioperasikan sesuai dengan kebutuhan aktifitas yang dilakukan didalam ruang.

(28)

Anita Rui Olds dalam bukunya Child Care Design Guide menyatakan bahwa pemakaian pencahayaan elektrik dapat dibedakan menjadi dua sesuai tujuan pemakaiannya yaitu tipe lampu, seperti tradisional (lampu neon dan pijar yang hemat energi) dan spektrum penuh, dan

kegunaan lampu (ambient atau yang berorientasi kepada

tugas/aktifitas tertentu).

o Tipe lampu: tradisional dan spektrum penuh

Pencahayaan elektrik seperti lampu neon dan lampu pijar standar memiliki tingkat spectrum yang akan menurun apabila berada dalam jangkauan sinar ultra-violet dan sinyal infrared. Kemerosotan spektrum lampu neon dan pijar standar apabila digabung dengan efek kacamata dan layar komputer dapat menyebabkan sakit kepala, dan beberapa kondisi negatif lainnya (Ott, 1973).

Walau lampu neon standar memancarkan ilusi cahaya yang stabil, tapi sebenarnya lampu neon standar ini memancarkan 120 kilatan cahaya per detik yang dapat menyebabkan hiperaktif bagi anak-anak dan bahkan memicu serangan epilepsi bagi penderita (Hollowich, 1980).

Matahari memiliki kecenderungan cahaya sebesar 100. Semakin tinggi tingkat kecenderungan cahaya yang dihasilkan oleh lampu, warna yang dihasilkan akan semakin nyata. Lampu neon standar memiliki kecenderungan cahaya dibawah 80 yang mengakibatkan benda terlihat buram dan warna tidak jernih.

(29)

Di sisi lain, lampu dengan spektrum penuh memiliki kecenderungan cahaya yang berkisar antara 85-90. Lampu dengan spektrum penuh ini tersedia dalam bentuk neon, pijar, halogen, dan reflektor (lampu yang tertanam di lantai) untuk area hidden/recessed dan area jalan. Meski memiliki harga yang lebih mahal, tetapi lampu dengan spektrum penuh ini memproduksi lumen yang lebih sedikit per watt-nya dan lebih tahan lama dibanding lampu neon dan pijar standar.

o Kegunaan lampu: ambient atau task

Untuk penerangan secara keseluruhan (ambient), bisa menggunakan:

- Ceiling-mounted direct fixtures : selalu berpasangan dengan lampu neon, kualitas cahaya yang dikeluarkan tidak memberikan kesan nyaman melainkan tajam namun sangat luas jangkauannya.

Gambar 3.21 Ceiling mounted direct lamp.

(sumber:

(30)

- Ceiling-recessed can lighting : selalu berpasangan dengan lampu pijar ataupun lampu halogen, kualitas cahaya yang dikeluarkan lebih lembut dan terarah.

Gambar 3.22 Ceiling recessed can lamp.

(sumber:

http://www.allmodern.com/WAC-Lighting-Low-Voltage-Recessed-Downlight-with-Multi-Spot-Trim-for-MT130Mh-WAC6012.html)

- Wall-mounted cove lighting fixtures : selalu berpasangan dengan lampu neon, memberikan efek mengundang, dan menciptakan fokus yang baik pada dinding.

Gambar 3.23 Wall mounted cove lamp.

(sumber:

(31)

- Hanging fixtures : keefektifitasan cahaya yang dikeluarkan tergantung kepada tinggi ceiling dalam sebuah ruangan dan menciptakan fokus langsung yang mengarah kepada area dibawahnya.

Gambar 3.24 Hanging lamp.

(sumber: http://www.allmodern.com/Louis-Poulsen-Enigma-425-LOP1012.html)

- Wall-mounted sconces : selalu berpasangan dengan lampu pijar, menciptakan cahaya yang paling lembut dan memberikan efek visual yang bervariasi.

Gambar 3.25 Wall mounted sconces.

(sumber:

(32)

- Track lights : sangat efektif bagi penerangan secara ambient maupun task dan sangat fleksibel dalam pemakaiannya, entah mengunakan lampu pijar ataupun neon.

Gambar 3.26 Track light.

(sumber:

http://www.allmodern.com/Artcraft-Lighting-Shuttle-Four-Light-Track-Light-YFT1464.html)

Untuk penerangan yang berorientasi pada tugas/aktifitas tertentu bisa menggunakan:

- Under-cabinet cove lights : memberikan kontribusi besar dalam kefektifitasan dan suasana (mood) jika diatas area kerja.

Gambar 3.27 Under cabinet cove lamp.

(sumber:

(33)

- Table and desk lamps : menambahkam sentuhan kecil yang spesial bagi penghuni.

Gambar 3.28 Table lamp.

(sumber: http://www.allmodern.com/NoJo-Jungle-Tales-Lamp-and-Shade-2517067-EV1295.html)

Gambar 3.29 Desk lamp.

(sumber: http://www.allmodern.com/Anglepoise-Type-1228-Desk-Lamp-308-ZXA1009.html)

(34)

- Wall-mounted snake and goose neck lights : ideal bagi papan buletin dan pameran seni.

Gambar 3.30 Swing arm lamp.

(sumber: http://www.allmodern.com/Luceplan-Berenice-Wall-Lamp-Small-D12ELapi-LCP1329.html)

Gambar 3.31 Goose neck lamp.

(sumber: http://www.houzz.com/photos/1333030/Contemporary-LED-Bronze-Gooseneck-Plug-In-Swing-Arm-Wall-Lamp-contemporary-wall-sconces)

(35)

3.4.6 Tinjauan Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan buatan seperti AC window, AC split maupun AC sentral sangat bergantung kepada kontrol tekanan udara untuk menyeimbangkan saluran pembuangan gas dari gedung, pemasukan udara, dan kebocoran udara didalam gedung. Jumlah udara yang masuk harus lebih besar daripada jumlah udara yang keluar. Hal ini berarti dalam memilih sistem penghawaan buatan harus memperhatikan kapasitas motor pemompa udara bersih dan kekuatan motor filter untuk menyaring substansi polusi yang terkandung dalam udara. Pembersihan seluruh ducting harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan hasil yang baik (Olds, 2001:175).

Beberapa area dalam panti asuhan juga membutuhkan sistem penghawaan tambahan selain yang buatan. Penghawaan alami dapat diterapkan untuk membantu pembuangan bebauan yang tidak sedap yang sering timbul di area kamar mandi dan dapur. Sistem penghawaan alami seperti jendela ditambah dengan kipas penghisap yang ditanam diatas kompor (cooker hood) akan sangat membantu dalam menghilangkan bebauan yang tidak diinginkan, polusi gas dan bau basi.

3.4.7 Tinjauan Sistem Akustik Ruang

Suara berpengaruh besar dalam kehidupan anak-anak dan orang dewasa, sebagai contoh jantung manusia selalu mengeluarkan ritme suara tersendiri dan setiap ritme suara tersebut memastikan bahwa organ tubuh manusia ini bekerja optimal dan dalam keadaan sehat. Suara juga mampu menjadi petunjuk bagi manusia dalam menemukan sebuah objek maupun subjek, sebagai contoh seorang tuna netra mampu mendapatkan benda yang

(36)

diingini hanya berdasarkan pendengarannya akan suara pantulan dari benda tersebut. Hal yang tidak berbeda terjadi pada anak-anak yang cenderung merespon semua suara yang dapat mereka dengar sebagai salah satu bentuk adaptasi terhadap dunia yang baru. Namun, jika anak-anak maupun orang dewasa kerap mendengar suara yang keras secara terus menerus akan mengakibatkan beberapa hal negatif seperti otot yang tegang, pusing, tekanan darah tinggi, hiperaktif, berkurangnya imunitas anak, hasil kerja yang jelek, dan sebagainya (Halpern, 1985:70).

Terdapat beberapa cara untuk memastikan kualitas akustik yaitu menghindari lokasi dengan tingkat kebisingan tinggi, menggunakan tehnik konstruksi yang benar, menggunakan strategi penyerap suara dalam ruangan, serta memanfaatkan kebisingan tersebut secara sengaja dengan mengenalkan suara-suara yang enak didengar di telinga.

Dalam rangka mengurangi tingkat kebisingan dalam perancangan panti asuhan maka penggunaan lokasi yang jauh dari pusat kota akan sangat menguntungkan. Penggunaan beton atau batu sebagai material dinding didalam ruangan akan menghalau suara bising dari luar untuk masuk. Pengendalian akustik didalam ruangan melibatkan tiga elemen yaitu:

• Sumber suara yaitu sumber suara berasal dari udara/angin, efek hentakan, dan efek himpitan (dampak suara dari pipa air, elevator, dan sebagainya menjalar melalui lantai dan dinding).

• Jalur rambatan suara yaitu melalui bangunan eksterior, bangunan interior serta interior ruang.

(37)

Beberapa suara dapat di kontrol pada sumber suaranya, dan beberapa ada yang dikontrol pada bagian jalur rambatannya, serta beberapa kasus memungkinkan penerima suara untuk beradaptasi. Beberapa strategi untuk mengontrol tingkat kebisingan adalah:

Menggunakan variasi ketinggian ceiling, seperti ceiling yang rendah untuk ruang yang mengakomodasikan aktifitas yang sedikit dan cenderung tenang atau menggunakan ceiling yang tinggi untuk ruang yang mengakomodasikan aktifitas yang padat dan banyak serta cenderung bising.

• Menggunakan variasi struktur berpola vertikal dengan ketinggian yang berbeda-beda akan membuat suara-suara yang dipantulkan akan dapat dihentikan jalur rambatannya ke ruangan lain apabila mengenai struktur bangunan tersebut.

• Sistem ventilasi udara sendiri merupakan sumber kebisingan dominan yang harus diperhatikan. Daripada meletakkan pipa saluran pendingin atau pipa Air Conditioner (AC) yang malang melintang di ceiling sebuah ruangan, akan lebih baik apabila pipa AC tersebut diletakkan di koridor dan membiarkan hawanya saja yang masuk kedalam ruangan karena dengan demikian akan menjauhkan penghuni ruang untuk mendapatkan paparan hawa dingin secara langsung serta mengurangi kebisingan didalam ruang.

• Menempatkan mesin fotokopi, mesin fax, dan peralatan lainnya yang dapat menyebabkan kebisingan didalam ruangan dengan pintu tertutup atau di area yang terisolasi.

(38)

• Mengurangi dengungan lampu dengan menggunakan pemberat lampu dengan kualitas bagus.

• Menjauhkan area servis dari area aktifitas anak-anak. Kebisingan yang dikeluarkan oleh area servis dapat diseimbangi dengan area yang berisi fasilitas yang jarang digunakan.

• Memisahkan zona bising dan zona tenang.

• Menggunakan material penyerap suara yang lembut dan berpori seperti karpet, kain pelapis, tirai, hiasan dinding bertekstur, serta ceiling dengan panel akustik yang tidak mencolok untuk meredam transmisi kebisingan.

3.4.8 Tinjauan Sistem Keamanan dan Signage • Sistem Keamanan

Sistem kemanan diterapkan di setiap jendela dan pintu yang ada didalam panti asuhan, dan bukan hanya sebatas itu saja namun juga diterapkan dalam hampir semua benda yang ada didalam panti asuhan melalui penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan.

Pintu masuk memerlukan sistem keamanan yang penting, memang dibantu dengan resepsionis yang biasanya ada didepan pintu masuk utama namun tidak selamanya menjamin. Penggunaan bel di pintu, sistem taping atau gesek kartu akan sangat membantu dalam mengontrol keamanan panti asuhan dengan catatan bahwa kartu tersebut dimiliki hanya oleh kalangan tertentu saja. Kunci juga diterapkan ke setiap pintu-pintu yang ada di dalam bangunan panti asuhan dan harus dipastikan bahwa setiap pintu yang memiliki kunci

(39)

itu dapat diakses dari kedua sisi pintu untuk mencegah terkuncinya anak-anak didalam ruangan.

Kaca jendela yang digunakan harus dipastikan untuk tidak mudah pecah dengan menggunakan kaca tempered. Meminimalisasikan resiko pecahnya kaca jendela juga dapat dilakukan dengan membuat beberapa panel kaca kecil dalam sebuah jendela besar dan tinggi sehingga lebih sesuai dengan ukuran tubuh anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Pemakaian tirai jendela juga sangat dianjurkan untuk menghindari keisengan orang-orang luar yang suka mengintip kedalam ruangan di saat gelap. Pemakaian frame kayu pada jendela selain memberikan kesan homey juga mampu mengurangi transmisi panas atau dingin dari luar ruangan ke dalam ruangan.

Bagi setiap furnitur yang tidak ditujukan untuk aktifitas anak-anak juga sebaiknya menerapkan kunci atau bisa juga safety clips/magnets (Olds, 2001:210-211). Penerangan yang memadai, CCTV di eksterior bangunan dan alarm juga sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam sebuah panti asuhan. Sistem pendeteksi kebakaran, alat pemadam kebakaran dan selimut tahan api harus disediakan sepanjang jalur evakuasi (Littlefield, 2008).

Signs

Signs biasanya digantung di dinding, dan sangat jelas kehadirannya menyadarkan akan sebuah institusi. Semakin sedikit sign yang ada akan lebih memberikan efek homey. Signs memberikan informasi yang sangat jelas dan membawa suasana yang sangat lugas yang diusung oleh tema interior ruang tersebut sehingga tidak jarang

(40)

banyak sign yang memang di desain unik. Semakin besar bangunan maka akan semakin banyak juga sign yang dipasang. Sign tidak hanya terbatas kepada informasi yang jelas namun juga dapat digantikan dengan sebuah artwork yang menarik perhatian dan merupakan ikon interior ruang tersebut sehingga membantu pengunjung dan penghuni untuk mengingat jalur dalam bangunan.

Gambar

Gambar 3.1 Akses menuju lokasi perancangan panti asuhan.
Gambar 3.2 Denah YPAC JAKARTA  (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)
Gambar 3.3 Denah lantai 1 YPAC JAKARTA  (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)
Gambar 3.5 Potongan  A-A YPAC JAKARTA  (sumber: Dinas Tata Ruang Jakarta Pusat)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden atau 44,4 % berpendapat bahwa persepsi masyarakat Bali terhadap sistem kasta di Desa

Pengenalan tipologi suatu kawasan perkotaan diketahui dengan melihat desa perkotaan lama (tahun 1990 dan 2000 desa perkotaan yang terbentuk tidak jauh berbeda),

Mas Arif, adik Salis dan Ika yang selalu menjadi kekuatan dalam diri, dan do’a bagi setiap langkahku, serta dengan sepenuh hati memberikan dukungan spirituil maupun

29 tidak optimal, seyogyanya media sebagai alat bantu pembelajaran harus dapat menumbuhkan prestasi belajar dalam proses pembelajaran (Sunarno, Jurnal

Saya harus memikirkan dia. Rumah belum dapat. Masih nebeng di tempat kawan. Dia harus diurus. Saya cari keterangan. Nelpon pakai bahasa Belanda yang masih baik, karena

Target PPM ini adalah 40 guru TK yang diharapkan dapat menguasai dengan baik dan benar pengetahuan tentang bahan tambahan pada makanan/ minuman dan dampaknya

Dijelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan sumber dari suatu perubahan bahasa, yaitu kegagalan seorang individu dalam membedakan dua bunyi sehingga terjadilah merger ketika

1. Untuk melihat eksistensi konstrak rasionalitas instrumental di level pengukuran, yaitu hubungan nomologis dengan inteligensi dan trait kepribadian