• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilikinnya. milik tersebut benar-benar merupakan hak milik tersebutbenar-benar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilikinnya. milik tersebut benar-benar merupakan hak milik tersebutbenar-benar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencurian merupakan tindakan pidana yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Seseorang dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana pencurian apabila telah memenuhi unsur-unsur dalam pencurian dan dilakukan dengan sengaja yaitu pencurian menghendaki dan mengetahui akan akibat dari tindakannya.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 362 dijelaskan Bahwa “barang siapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilikinnya secara melawan hukum di ancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”1

Islam juga melindungi hak milik individu manusia, sehingga hak milik tersebut benar-benar merupakan hak milik tersebutbenar-benar merupakan hak milik yang aman. Dengan demikian, islam tisak menghalalkan seseorang merampas hak milik orang lain dengan dalil apapun. Islam telah mengharamkan mencuri, menghasab, mencopet, korupsi, riba, menipu, mengurangi timbangan, suap dan sebagainya. Islam menganggap segala pebuatan mengambil hak orang lain dengan

1 Yoga Aggoro, KUHP ( Kitab Undang Hukum Pidana ) dan KUHAP ( Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ) (Jakarta Selatan, Trans Media Pustak, 2009 ) h.121

(2)

kesejahteraan sebagai perbuatan yang batal. Dan memakan hak milik orang lain itu berarti memakan barang haram.

Islam memberi hukuman berat atas perbuatan mencuri yaitu hukuman potong atas pencurianya. Bahwa tangan yang khianat dan mencuri itu adalah merupakan organyang sakit. Sebab itu, tangan tersebut harus dipotong biar tidak menular ke organ lain sehingga jiwa biasa selamat. Hukuman potong tangan dapata dijadikan pula peringatan bagi orang yang dalam hatinya bersirat niat hendak mencuri harta orang lain.2

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 38





























Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.3

Selain dasar hukum yang bersumber dari Al-Qur’an yang di ungkapkan dapat juga dilihat hadist Nabi Muhammad SAW :

الله ىلص الله لوسر لاق لاق هنع الله يضر ةريره يبأ نع

قرسيو هدي عطقتف ةضيبلا قرسي قراسلا الله نعل ملسو هيلع

هدي عطقتف لبحلا

.

2 Sayyaid Sabiq, Fiqh Sunnah 9, (Bandung, PT. Al-Ma’arif, 1984 ), h.213

3 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, ( Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1996 ), h. 87

(3)

Artinya : “ Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Katanya : Rasullulah SAW, bersabda : Allah melaknat seorang pencuri yang mencuri telur sehingga di potong tangannya kemudian dia mencuri tali lalu di potong tangannya”.4

Kleptomania merupakan salah satu penyakit jiwa atau gangguan psychis yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Benda yang dicuri pada umumnya bukanlah benda yang berharga tetapi tergantung kepada keterkaitan penderita akan barang tersebut. Gangguan kejiwaan ini bukan karena khayalan atau halusinasi, penderita kleptomania ini bisa didiagnosa dari kebiasaan yang mereka lalukan ketika melihat benda yang dimiliki orang lain. Penderita melakukan hal ini bukan karena iri atau benci terhadap orang yang memiliki barang tetapi karena adanya dorongan dari otak sebagai tantangan untuk mengambil barang tersebut dan membuktikan kepada dirinya bahwa bisa mengambil barang itu tanpa di ketahui oleh korban. 5

Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh kegagalan menahan dorongan untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang, ketika dorongan untuk mencuri itu muncul, ia merasa tidak nyaman, gelisah dan dorongan tersebut semakin kuat, setelah perilaku tersebut tersalurkan, individu merasakan kepuasaan. Saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan terhadap kebiasaan tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak menghentikan kebiasaan buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu

4 Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Sinar Grafika, 2009 ), h. 64 5

(4)

kembali, ia akan kembali mencuri. Oleh karena itu beberapa ahli klinis menyebut kondisi seperti itu sebagai bagian dari spektrum gangguan afektif obessi-kompulsif (OCD).

Kleptomania di derita paling banyak ditemukan pada wanita secara umum, rata-rata usia berkisar 20-35 tahun. Kemunculan kleptomania secara pasti tidak dapat diketahui namun kleptomania mempunyai korelasi dengan ganggaun yang dialami individu sebelumnya seperti

obsessive-compulsive.

Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh pelbagai permasalahan dan fase masa kanak-kanak yang tidak berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu cara dorongan untuk mengembalikan masa tersebut. Penderita kleptomania melaporkan bahwa rata-rata awal kemunculan gangguan tersebut pada usia 5 tahun.

Seseorang pengidap penyakit kleptomania melakukan pencurian bukan karena dia memang memerlukan barang yang diambilnya atau bukan karena barang itu memang memeiliki nilai yang mahal. Tapi dia melakukan pencurian karena adanya dorongan yang tidak biasa di tahannya. Hal ini jelas berbeda dengan seorang pencuri biasa yang merasa khawatir kalau-kalau tindakannya diketahui orang lain, seorang pengidap penyakit kleptomania sama sekali tidak memeiliki kekhawatiran seperti itu saat dia melakukan pencurian. Bagi diri seorang kleptomania mencuri

(5)

justru merupakan sebuah tindakan yang menyenangkan.6 Penderita Kleptomania biasanya akan merasa tegang sebelum mencuri dan merasakan kenikmatan atau kepuasan tersendiri setelah mencuri. Orang yang menderita kleptomania tidak ada batasan umur, gender, kaya, miskin atau jabatan sekalipun. Bagi penderita kleptomania mencuri bukan untuk kebutuhan pribadinya akan tetapi hanya sebagai tanda kebanggaan atas dirinya.

Kleptomania dikategorikan sebagai penyakit jiwa yang dipersamakan dalam pandangan hukum, baik menurut fiqh jinayah maupun hukum positif. Pertanggungjawaban pidana pencurian bagi penderita kleptomania lebih menitik beratkan pada aspek kejiwaan, pembebasan pertanggungjawaban pidana pencurian tersebut, apabila dapat dibuktikan di persidangan bahwa pelaku benar-benar menderita kleptomania. Dalam fiqh Jinayah hapusnya pertanggungjawaban pidana tidak berarti menghapuskan pertanggungjawaban perdata, oleh sebab itu dikenakan pembebanan materi (ganti rugi).

Sedangkan menurut hukum positif apabila jiwanya tidak normal fungsinya juga tidak baik, bagi mereka tidak adanya diadakan pertanggungjawaban mereka harus dirawat dan dididik dengan cara yang tepat. Didalam pasal 44 KUHPidana yang berbunyi : “Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dipertanggungjawabkan kepadanya

6

(6)

disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya, atau terganggu karena penyakit, tidak dapat di pidana ”

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Tindak Pidana Pencurian Pada Penderita Kleptomania

Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif”

B. Rumusan Masalah

Dari pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana hukum tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania menurut hukum Islam dan hukum Positif?

C. Penegasan Istilah

Skripsi ini berjudul : “ Tindak Pidana Pencurian Pada Penderita

Kleptomania Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif “. Untuk

menghindari kesalah pahaman dan interprestasi memahami istilah yang digunakan, maka penulis memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang penggunaan beberapa kata yang dipandang perlu dalam kaitanya dengan judul tersebut adab yang mengandung arti lebih luas dari yang dimasukan, sehingga dengan penegasan ini akan dapat di ketahui arti atau makna yang di maksud.

(7)

Tindak pidana : Kejahatan, pelanggaran, kriminal hukum.7

Pencurian : Mengambil harta orang lain dengan sembunyi-sembunyi di lakukan orang yang tidak di percaya menjaga barang tersebut.8

Kleptomania : Dorongan hati untuk mencuri milik harta orang lain demi

kepuasan hatinya, tentang mencuri itu bukan hasil yang di cari.9

Prespektif : Cara melukiskan suatu benda dan sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi.10

Hukum Islam : Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan

sunnah Rosul-Nya tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama islam.11

Hukum positif : Produk yang disusun atau di muat olegh manusia

berdasarkan dasar-dasar atau pedoman-pedoman hokum yang ada mengnai suatu permasalahan yang terjadi dan berkembang di masyarakat yang harus dipatuhi dan di laksanakan oleh semua orang yang berstatus sebagai warga negara atau anggota masyarakat dalam suatu

7

H. Zainul Bahri S.H, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukumdan Politik, ( Bandung, Angkasa, 1996 ), h. 250

8 Drs. Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam ( Fiqh Jinayah ), ( Bandung, Pustaka Setia,2000 ), h. 83

9

Drs. Sudarsono, SH, Kamus Konseling, ( Jakarta, PT. Rineka Cipta , 1997 ), h. 122 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, ( Jakarta, Balai Pustaka, 1996 ), h.760

11 Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam ( dalam falsafah hokum islam ), ( Jakarta, Depag, Bumi Aksara dan Depag, edisi I,cet II, 1992 ), h. 14

(8)

pemerintahan yang mana hukum tersebut dapat menjadi solusi –solusi dalam permasalahan masyarakat dan akan tetap menjadi aturan selama belum ada pembuatan pergantian atau penghapusan terhadap hukum atau Undang-Undang tersebut.

Dalam uraian di atas dapat diambil suatu konklusi tentang maksud penulis mememilih judul tersebut adalah ingin mengetahui bagaimana hukuman dan aturan-aturan tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania dalam hukum Islam dan hukum positif.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Sesuai masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui hukum tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania menurut hukum Islam dan hukum Positif

2. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat (konstribusi) Baik secara teori maupun praktis

a. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan khasanah kepustakaan khususnya keilmuan di

(9)

bidang Hukum islam dan Hukum Positif tentang tindak pidana pencurian oleh penderita kleptomania.

b. Praktis

1) Referensi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam bidang yang relefan dengan penelitian di masa mendatang dalam lingkup yang lebih detail jelas dan mendalam.

2) Sebagai masukan bagi penegak hukum dalam menegakan hukum dan memberi penjelasan kepada instansi-instansi yang terkait, khususnya pemerintah dan masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

a. Kerangka Teori

Pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang di dalam islam di kenal dengan jinayah atau jarimah. Jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang di ancam dengan hukuman dengan hukuman hudud atau qishash, sedangkan jarimah merupakan perbuatan yang di ancam dengan hukuman ta’zir ( penjara ). Ajaran Islam menetapkan hukuman jinayah dan jarimah dalam rangka menjaga pokok-pokok kemaslahatan manusia yaitu jiwa, akal, agama, harta dan nasab ( keturunan)12. Pecurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain

12

(10)

secara diam-diam dan rahasia, dari tempat penyimpanan yang terjaga dan rapi, dengan maksud untuk dimiliki.13

Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunnya dapat dikenai hukuman had, disyaratkan barang dicuri merupakan hak milik orang lain. Apabila barang yang diambil dari orang lain itu hak milik pencuri yang dititipkan kepadanya maka perbuatan tersebut tidak di anggap sebagai pencuri, walaupun pengambilan tersebut dilakukan secara diam-diam .

Pemilik pencurian atas barang yang dicuri yang menyebabkan dirinya tidak dikenai hukuman harus tetap berlangsung sampai denagan saat dilakukannya pencurian. Apabila pada awalnya ia menjadi pemilik atas barang tersebut, tetapi beberapa saat menjelang dilakuknaya pencurian ia memindahkan hak milik atas barang tersebut kepada orang lain maka ia tetap di kenai hukuman hukuman had, karena pada dilakukannya pencurian barang tersebut sudah bukan miliknya lagi.14

Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam padal 362 menjelaskan bahwa barang siapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilikinnya secara melawan hukum di ancam karena pencurian

13 Taopo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2003 ), hlm. 28

14

(11)

dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.15

Hukum terhadap pelaku pencuri karena kleptomania yaitu para penderita kleptomania dapat dikenakan hukuman atas perbuatan pencurian yang telah dilakukannya karena kemampuannya untuk bertanggung jawab tidak sepenuhnya hilang. Seorang kleptomania dapat bertanggung jawab atas perbuatanya dilakukan dalam keadaan seorang tersebut sedang sakit atau tidak harus ada penyakit dari dokter ahli jiwa. Apabila orang tersebut benar mempunyai penyakit kleptomania maka aparat penegak hukum harus memberikan tindakan kepada pelaku.16

Pengidap kleptomania dibawah sadarnya mencuri barang milik orang lain, ketidak mampuan bertanggungjawab karena jiwa yang cacat dalam tubuhnya atau tergantung karena penyakit. Sangat sukar untuk membuktikan bahwa seorang mengidap kleptomania, kecuali kalau ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa terdakwa mungkin jiwanya tidak normal. Dalam hal ini hakim harus memerintahkan pemeriksaan yang khusus terhadap jiwa terdakwa tersebut, jika hasilnya memang jiwanya tidak normal maka di jatuhi pasal 44 KUHPidana, pidana tidak dapat di jatuhkan untuk menentukan bahwa terdakwa tidak mampu bertanggungjawab tidak cukup di tentukan oleh

15 Yoga Aggoro, KUHP ( Kitab Undang Hukum Pidana ) dan KUHAP ( Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana ) (Jakarta Selatan, Trans Media Pustak, 2009 ) hlm.121

16

(12)

psychiater atau hakim itu sendiri, tetapi harus ada kerja sama antara psychiater dan hakim.17

b. Hasil Penelitian Yang Relevan.

Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka perlu adanya kajian-kajian karya ilmiah maupun buku yang terdapat relevansinya dengan objek pembahasan. Pembahasan tersebut tercantum dalam buku, skripsi, jurnal maupun artikel dan internet. Berikut ini penulis paparkan beberapa penelitian yang membahas tema ini antara lain:

M. Yulianto dalam skripsinya yang berjudul ”Konsep Hukum

Islam Tentang Nisab Pencurian Yang Berakibat Hukum Potong Tangan” mengemukakan bahwa term nisab atau batas ukuran harta

curian yang menyebabkan hukuman potong tangan dipandang sangat penting dan diperlukan bagi terlaksananya kejelasan tentang pemberlakuan hukuman yang disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 38 yaitu potong dan demi terlaksananya keadilan yaitu dalam kadar nidab pencurian yang satu nisabnya ¼ dinar 3 dirham.

H. Facrullah dalam Tesis yang berjudul ”Penegakan Hukum

Pencurian Tenaga Listrik (Studi Kasus di PT. PLN (Persero) APJ Pekalongan)” mengemukakan bahwa Satu-satunya jalan untuk

mengurangi pencurian tenaga listrik yaitu dengan cara melakukan penegakan hukum. Tujuannya agar pelaku pencurian tenaga listrik

17

(13)

jera, namun pelaksanaannya tidak semudah membalikan tangan. Ada banyak factor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu (1) Faktor perangkat hukum yang kurang efektif karena sanksi hukumnya masih ringan, (2) Faktor budaya masyarakat, (3) Faktor Penegak Hukum, (4) Faktor sarana atau fasilitas, (5) Faktor masyarakat.

Ahmad Arif dalam skripsinya yang berjudul ”Tindak Pidana

Pencurian Dengan Kekerasan (Kajian Perkembangan Bentuk dan Jenis Pemidanaan di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang)”

mengemukakan bahwa kejahatan pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum kabupaten semarang mengalami peningkatan yang fluktuatif dan hal itu dipacu oleh beberapa faktor ekonomi, pendidikan, mental, faktor keyakinan terhadap agama dan faktor ikatan sosial dalam bentuk keluarga dan masyarakat Bentuk-bentuk tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang sering terjadi yaitu perampokan, perampasan dan penjambretan dan proses pemidanaan sama dengan yang diatur dalam KUHP. Untuk meminimalisir jenis kejahatan tersebut perlu adanya peranan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf perekonomian rakyat. Dan peranan masyarakat untik membentuk suatu lingkungan yang mendidik, agamis, dan harmonis, dalam bekeuarga atau bermasyarakat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengkaji secara lebih khusus tentang aturan-aturan tindak pidana

(14)

pencurian pada penderita kleptomania dalam presfektif hukum Islam dan hukum positif.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan ( library

research) yaitu penulis menghimpun bahan dari buku-buku yang

relevan dengan permasalahan yaitu mengenai sifat studi komparatif pidana pencurian pada penderita kleptomania.18

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang membahas makna atau arti tentang tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania.

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian sumber data yang pasti digunakan :

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang pokok dan berkenaan dengan pembahasan yang akan dikaji berupa KUHP, Al-Qur’an, Hadist.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua, berupa kitab-kitab fiqh, buku-buku, internet dan referensi –referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.

18

(15)

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen yaitu penelitian yang digunakan dengan cara membaca, memahami, megkaji, dan dan mengidentifikasikan literature yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

4. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah metode komparatif yaitu suatu metode yang digunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan cara membandingkan antara data-data yang satu dengan data-data yang lainnya yang nantinya akan mengetahui mana yang lebih kuat, kemudian mengkompromikan satu dengan yang lain.19 Dalam hal ini penulis mengomparasikan beberapa mengenai tindak pidana pada penderita kleptomania prespektif hukum Islam dan hukum Positif yang telah diperoleh untuk mendapat beberapa kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan.

Untuk memudahkan pembahasan (sistematika) maka dalam penelitian ini disusun sistematika pembahasan sebagai berikut :

19

(16)

Bab pertama adalah pendahuluan, dimaksudkan sebagai uraian dan keterangan untuk mengarahkan seluruh isi penelitian. Secara berurutan ditulis latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan, kegunaan penelitian, telaah pustaka; kerangka teori, hasil penelitian, metode penelitian, dan sistimatika penelitian.

Bab kedua, dibahas tentang tinjauan umum tentang pencurian pada penderita kleptomania, berisi pengertian, sebab-sebab penderita kleptomani, ciri-ciri penderita kleptomania dan dampak kleptomania.

Bab ketiga, hal-hal yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania perspektif hukum Islam dan hukum Positif, berisi paparan mengenai pengrrtian pencurian, landasan hukum dan sanksi menurut hukum Islam dan hukum Positif.

Bab keempat, analisis tinjauan hukum tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania menurut hukum Islam dan hukum Positif.

Bab kelima, merupakan penutup bab yang berisi tentang simpulan dan saran-saran yang memberikan jawaban singkat atau permasalahan yang diagkat dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, yang berdasarkan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sesungguhnya hanyalah satu kejahatan, serta bukan dua kejahatan yang

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. d) Undang-Undang

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan transaksi Elektronik, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum

Dalam hal ini, Saksi Pelapor Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); Saksi Pelapor Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

“Barang siapa mengambil suatu barang, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud memilikinya secara melawan hukum, diancam karena pencurian

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Selanjutnya disebut KUHP) telah mengatur sanksi pidana terhadap para pelaku tindak pidana perjudian yaitu dalam Bab XIV tentang

Substansi hukum yang terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dapat dilihat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pada KUHP terdapat beberapa Pasal yang

Pencurian dalam bentuk pokok biasa sebagaimana diterangkan pada Pasal 362 KUHP : “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan