• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

38

SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI

DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002

Oleh :

Islah, S.H., M.H

Dudi Handika

Abstract

Tanggung Jawab atau peran Kepolisian RI berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. sudah jelas, yaitu sebagai bagian integral dari sistem peradilan pidana, dimana pada hakikatnya sistem peradilan merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Sistem peradilan pidana pada dasarnya merupakan penegakkan hukum pidana ( SHSP ) yang bertujuan untuk menanggulangi kejahatan, jadi sistem peradilan pidana merupakan implementasi dari kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana / upaya ‘penal’ (penghukuman)Sebagai komponen /unsure /sub sistem dari sistem peradilan pidana sudah jelas dalam perundang-undangan yang berlaku saat ini ( baik dalam KUHP maupun dalam Undang-undang yang Kepolisian No. 2 tahun 2002 ) yaitu sebagai ‘penyelidik dan penyidik’. Artinya Tanggung Jawab POLRI dalam penyidikan, telah sangat jelas diatur. Polri umumnya dan penyidik polri khususnya harus segera mengambil langkah-langkah cepat dan tepat.Langkah tersebut bukan tidak pernah dilakukan,dari tahun ketahun sesungguhnya Polri terus menerus berbenah diri,namun belum mencapai taraf yang maksimal dan seperti apa yang diharapkan masyarakat pada umumnya, maka sudah seharusnya dilakukan peningkatan pendidikan jenis kejuruan ataupun spesialisasi dibidang Reskrim serta pendidikan pembentukan dan pengembangan yang mampu mendukung terealisasinya kualitas penyidik Polri yang profesional.

Key Note : Tanggung Jawab Polri, Penyidikan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002

A. Latar Belakang

Di negara berkembang seperti di Indonesia, kecendrungan mereka melakukan tindak pidana seperti pencurian dan apabila terdesak melakukan pembunuhan, pada hakikatnya bukanlah dilandasi oleh watak yang jahat.Akan tetapi kendala sosial, budaya dan ekonomilah yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan dan apabila dicermati mereka adalah korban dari suatu kondisi masyarakat, pemerintah dan keluarga yang kurang

Islah, S.H., M.H. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi.

Dudi Handika adalah Mahasiswa PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi.

(2)

39 memperhatikan atau tidak bisa mencukupi kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Terhadap hal ini Kartono juga menulis bahwa:1

kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa hereditor atau bawaan lahir, warisan, juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar, yaitu dipikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu maksud tertentu, secara sadar, benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar, misal disorong oleh impulis-impulis yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat dan oleh obsesi-obsesi....masyarakat modren yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil dan sering disertai oleh ambisi-ambisi yang tidak sehat, pemenuhan kebutuhan materiil yang berlimpah misal untuk memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan tindak kriminal. Dengan kata lain bisa dinyatakan jika terdapat diskrepansi (ketidaksesuaian) antara ambisi dan kemampuan pribadi, peristiwa ini mendorong orang untuk melakukan tindak kriminal. Atau jika terdapat dikrepansi antara aspirasi dengan potensi personal maka terjadi maladjustment ekonomis (ketidakmampuan menyesuaikan diri secara ekonomis) mendorong orang untuk melakukan tindak pidana.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini banyak sekali kejahatan yang terjadi dalam masyarakat, salah satunya adalah pencurian, dalam hal ini Chazawi mengatakan bahwa “kejahatan terhadap harta benda ini merupakan perkosaan/penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atau harta benda milik orang lain”.2

Berpedoman pada uraian dan pandangan diatas, maka perbuatan pidana terhadap pelakunya, diperlukan penanganan sendiri sesuai dengan kondisi fisik dan mental pelaku yang tidak samasatu dengan lainnya. Pelaku kejahatan yang masih tergolong sebagai anak-anak tidak dapat disamakan dengan pelaku kejahatan yang telah dewasa, sebab seorang anak masih dalam masa pertumbuhan perkembangan fisik, mental dan sosial, sedangkan orang dewasa sudah tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental maupun sosial, oleh sebab itu penanganan terhadap anak pelaku tindak pidana memerlukan suatu cara tersendiri mengingat anak belum mempunyai pemikiran yang matang sebagaimana orang dewasa.

Dewasa ini di kota-kota besar, termasuk kota Jambi banyak kasus kejahatan di masyarakat yang dilakukan , yang umumnya adalah kejahatan terhadap harta benda yaitu pencurian, bahkan pencurian pun kerap kali terjadi, dan hal ini sangatlah memprihatinkan karena kejahatan tersebut marak terjadi. Melihat pada data lapangan yang ada di Polsek Pasar Kota Jambi khususnya tindak pidana pencurian ini terus meningkat dari tahun

1Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid I, Edisi Baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,hal.121-122. 2Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003,hal.1.

(3)

40 sebelumnya.Terlebih mengingat daerah pasar merupakan pusatnya transaksi jual beli terjadi, yang mana terjadi kesepakatan antara pembeli yang sudah jelas membawa uang dan pedagang yang menyiapkan barang dagangannya.Terhadap hal ini Sudarsono berpendapat bahwa:

banyak sekali latar belakang yang menyebabkan seorang pelaku melakukan suatu kejahatan terutama pencurian, kenakalan remaja yang sering terjadi di suatu masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri melainkan suatu kenakalan dan pergaulan yang timbul karena adanya beberapa sebab yang mana tiap-tiap sebab tersebut dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.3

Pencurian merupakan istilah yang lazim digunakan pada bentuk kejahatan terhadap harta benda, menurut R. Soesilo pencurian adalah suatu perbuatan yang sifatnya mengambil atau merampas benda yang bukan milik pribadi tetapi milik orang lain”.4 Dalam KUHP sendiri pada Pasal 362

disebutkan “barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”, dari rumusan tersebut maka dapat diuraikan pula bahwa pada dasarnya pencurian memiliki unsur-unsur yang antara lain adalah:

1. Perbuatan mengambil;

2. Yang diambil haruslah sesuatu barang;

3. Barang itu seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;

4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hak).

Berdasarkan pengamatan survey independen prosentasi kejahatan biasa adalah 60% pencurian, sisanya 30% pemerasan dan 10% lagi adalah penipuan. Dari prosentase pencurian tersebut yang paling banyak adalah pencurian oleh karena itu penulis memfokuskan diri untuk meneliti tindak pidana perncurian. Kemudian mengenai pengertian pencurian adalah bentuk pencurian sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang merupakan bentuk pokoknya yang ditambahi unsur lain, baik yang obyektif maupun subyektif, yang bersifat memberatkan pencurian tersebut, dan oleh karena itu maka tindakan pidana yang dilakukan tersebut diancam dengan pidana yang lebih berat daripada pencurian bentuk pokoknya.

Dalam Pasal 365 ayat 5 KUHP disebutkan bahwa “diancam dengan pidana penjara paling lama 7 Tahun, pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukannya kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya , dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu. Dalam kasus pencurian kendaraan bermotor biasanya unsur yang memberatkan ialah pencurian yang dilakukan dengan merusak, memotong atau dengan memakai anak kunci palsu, karena lazim dilakukan apabila pencurian kendaraan bermotor tersebut menggunakan kunci palsu ataupun kunci T.

3Sudarsono, Kenakalan Remaja, Cetakan Keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal.124. 4R. Soesilo, KUHP dan komentar-komentarnya, Politea, Bogor, 1996,hal.249.

(4)

41 Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan ditulis dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: “Upaya Penanggulangan Terhadap Tindak Pidana Pencurian Di Wilayah Polsek Pasar Kota Jambi.”

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis rumuskan suatu permasalahan adalah “Bagaimana upaya penggulangan yang dilakukan dalammengurangi dan mencegah terjadinya tindak pidana pencurian di wilayah Polsek Pasar Kota Jambi ?.

C. Tinjauan Terhadap Tindak Pidana Pencurian

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan tindak pidana, akan dikemukakan beberapa pandapat dari beberapa ahli hukum pidana. Menurut R. Soesilo mengatakan bahwa Tindak Pidana adalah:

Kejahatan meliputi tingkah laku manusia walaupun tidak ditentukan oleh Undang-undang , tetapi oleh masyarakat dirasakan atau ditafsirkan sebagai tingkah laku atau perbuatan yang secara ekonomis dan psikologis menyerang atau dapat merugikan masyarakat.5

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dimaksud dengan tindak pidana adalah : “Segala perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma hukum, atau melanggar aturan-aturan hukum”.6

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa tindak pidana adalah perbuatan maupun tindakan, perlakuan yang melanggar norma-norma hukum, yang merugikan orang lain dan perbuatan itu diancam dengan hukuman/pidana. Karena setiap perbuatan maupun hak-hak orang lain, maka pelakunya harus ditindak dan diberikan sanksi sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.

Lain halnya dengan Moelyatno, memberikan defenisi tindak pidana dengan “Perbuatan pidana” yaitu Pertama melakukan kejahatan yang ditimbulkan, kedua perbuatan pidana tidak dihubungkan dengan kesalahan yang merupakan pertanggung jawaban pidana bagi yang melakukan perbuatan pidana”.7

Pencurian di dalam bentuknya yang pokok diatur di dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berbunyi: “Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia dihukum karena kesalahannya melakukan pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda setinggi-tingginya enam puluh rupiah”.

Melihat dari rumusan pasal tersebut dapat kita ketahui, bahwa kejahatan pencurian itu merupakan delik yang dirumuskan secara formal dimana yang dilarang dan diancam dengan hukuman, dalam hal ini adalah perbuatan yang diartikan “mengambil”.

5 R. Soesilo, Kitab Undang-undang, Hukum Pidana (KUHP), Balai Pustaka, Jakarta, 1989 6 I b I d

(5)

42 Tindak pidana pencurian yang diatur mulai Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu :

1. Pencurian Biasa

Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan : “Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.8

Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHP diatas, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian (biasa) adalah sebagai berikut :

a. Unsur objektif, yang meliputi unsur-unsur : 1. Mengambil

2. Suatu barang

3.Yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain b. Unsur subjektif, yang meliputi unsur-unsur :

1. Dengan maksud

2. Untuk memiliki barang / benda tersebut untuk dirinya sendiri 3. Secara melawan hukum

Agar seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana pencurian, orang tersebut harus terbukti telah memenuhi semua unsur dari tindak pidana pencurian yang terdapat di dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Walaupun pembentuk undang-undang tidak menyatakan dengan tegas bahwa tindak pidana pencurian seperti yang dimaksud dalam Pasal 362 KUHP harus dilakukan dengan sengaja, tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa tindak pidana pencurian tersebut harus dilakukan dengan sengaja, yakni karena undang-undang pidana yang berlaku tidak mengenal lembaga tindak pidana pencurian yang dilakukan dengan tidak sengaja.9

2. Pencurian Dengan Pemberatan

Istilah “pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doctrinal disebut sebagai “pencurian yang dikualifikasikan”. Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa.10

Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.

8R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politea, 1984.

9P.A.F.Lamintang, Theo Lamintang, Op.Cit, hal.2.

(6)

43 Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Pencurian dengan pemberatan yang diatur dalam Pasal 363 KUHP.

Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP dirumuskan sebagai berikut:

(1)Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : a. pencurian ternak

b. pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang

c. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak.

d. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

e. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan (seragam) palsu b. Pencurian dengan pemberatan yang diatur dalam Pasal 365 KUHP

Pencurian dengan pemberatan kedua adalah pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP. Jenis pencurian ini lazim disebut dengan istilah “pencurian dengan kekerasan” atau popular dengan istilah “curas”. Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam Pasal 365 KUHP ini adalah sebagai berikut :

1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya.

2. Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun :

a. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau perkarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

b. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

c. jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan dengan membongkar, merusak, atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu

d. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

3. Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun

4. Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau

(7)

44 lebih secara bersama-sama dengan disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam ayat (2) ke-1 dan ke-3

3. Pencurian Ringan

Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan), ancaman pidanaya menjadi diperingan.

Pencurian ringan di dalam KUHP diatur dalam ketentuan Pasal 364. Termasuk dalam pengertian pencurian ringan ini adalah pencurian dalam keluarga. Rasio dimasukkannya pencurian keluarga ke dalam pencurian ringan adalah oleh karena jenis pencurian dalam keluarga ini merupakan delik aduan, dimana terhadap pelakunya hanya dapat ditunutut apabila ada pengaduan. Dengan demikian, berbeda dengan jenis pencurian biasa pada umumnya yang tidak membutuhkan adanya pengaduan untuk penuntutannya.

Dengan demikian terdapat dua bentuk pencurian yang diatur dalam Pasal 364 dan Pasal 367 KUHP.

a. Pencurian Ringan , Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP, yang menyatakan :11 Perbuatan yng diterangkan dalam Pasal 362 dan

Pasal 363 ke-4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 365 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dikenai, karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah.

b. Pencurian Dalam Keluarga, Pencurian dalam keluarga diatur dalam ketentuan Pasal 367

KUHP yang menyatakan :

(1) Jika pelaku atau pembantu dalam salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami atau isteri dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaaan, maka terhadap pelaku atau pembantu itu, tidak mungkin diadakan tuntutan pidana

(2) Jika dia adalah suami atau isteri yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semeda, baik dalam garis lurus, maupun garis menyimpang sampai derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan, jika ada pengaduan dari yang terkena kejahatan

(3) Jika menuntut lembaga , kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat diatas, berlaku juga bagi orang itu

Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP ini merupakan pencurian di kalangan keluarga. Artinya baik pelaku maupun korbannya masih dalam satu keluarga. Pencurian dalam Pasal 367 KUHP akan terjadi, apabila seorang suami atau isteri melakukan (sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda isteri atau suaminya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 367 ayat (1) KUHP apabila suami isteri tersebut masih dalam ikatan perkawinan yang utuh, tidak terpisah meja atau

(8)

45 tempat tidur juga tidak terpisah harta kekayaannya, maka pencurian atau membantu pencurian yang dilakukan oleh mereka mutlak tidak dapat dilakukan penuntutan.12

D. Pembahasan

Upaya Penanggulangan Terhadap tindak Pidana Pencurian Di Wilayah Polsek Pasar Kota Jambi

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kejahatan atau angka kriminalitas umumnya dan tindak pidana pencurian khususnya,maka di bawah ini penulis akan meninjau data mengenai tingkat kriminalitas dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Berdasarkan dari data yang penulis kumpulkan dari penelitian ini, maka peningkatan tindak pidana pencurian ini dapat terlihat dalam tabel berikut:

Tabel: Angka Kriminalitas Tiga Tahun Terakhir Wilayah Polda Jambi

Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah Kasus yang

dilaporkan 4.992 6.770 7.571 Pencurian dengan Pemberatan (curat) 732 1.105 1.364 Pencurian Kendaran Bermotor (curanmor) 748 1.006 967 Pencurian dengan kekerasan (curas) 217 296 308

Sumber: Data Humas Polda Jambi

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan angka kriminalitas yang dratis dalam kurun waktu tiga tahun tersebut, data diatas merupakan data kasus yang masuk artinya adanya laporan belum terhitung kasus-kasus yang tidak dilaporkan.

BapakBrigjen Pol Satriya Hari Prasetya, dalam acara jumpa Pers akhir tahun diruang Rupatama Polda, menjelaskan bahwa:

Angka kejahatan di Provinsi Jambi pada tahun 2012mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2012 lalu Jumlah tindak pidana yang dilaporkan pada tahun 2011 lalu adalah 6.770 kasus. Kemudian tahun 2012 naik menjadi 7.571 kasuskasus kejahatan yang mengalami

(9)

46 peningkatan adalah seperti pencurian dengan pemberatan (curat) dan pencurian dengan kekerasan (curas). Pada tahun 2011 lalu, kasus curat yang dilaporkan sebanyak 1.105 kasus, meningkat menjadi 1.364 kasus pada tahun 2013. Sedangkan kasus Curas tahun 2011 yang dilaporkan 296 kasus,dan tahun 2012 meningkat menjadi 308 kasus, sedangkan untuk kasus curanmor, tahun 2011 sebanyak 1.094 kasus, pada tahun 2012 sebanyak 967.13

Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Bapak. Abilio Dos Santos bahwa: Peningkatan tersebut pada hakekatnya di dorong dari diri seseorang yang melakukan tindakan, baik itu perbuatan yang baik maupun yang jahat adalah karena sesuatu hal yang mendorong untuk bertindak. Entahitu digerakan hati, atau karena bujukan atau rayuan orang lain, atau karena situasi-situasi tertentu yang memaksanya. Dengan perkataan lain, motivasilah yangseringkali menyebabkan seseorang melakukan tindakan atau disertai dengan suatu hal tertentu pula.14

Dari hasil penelitian penulis terhadap berkas acara pemeriksaan perkara, adapun faktor-faktor pendorong terjadinya tindak pencurian berdasarkan penelitian penulis di wilayah Polsek Pasar adalah sebagai berikut:

1. Faktor dari pelakunya , dari beberapa kasus yang terjadi diwilayah polsek pasar bahwa pelaku menyatakan melakukan pencurian karena keadaan , yang mana pelaku tidak memiliki pekerjaan tetap atau penggangguran, serta kurangnya keimanan pelaku dan juga ketergantungan pelaku terhadap Narkoba.

2. Faktor Diluar Diri Pelakunya, Yang mana pelaku menyatakan melakukan tindak pidana karena keadaan ekonomi yang mendesak, kebutuhan istri yang akan melahirkan, kebutuhan anak yang punya keinginan diluar kemampuannya seperti mau beli hp atau laptop atau sepeda motor.

3. Selain itu, diluar pelaku terdapat juga faktor terjadinya pencurian karena kelalaian pemilik kendaraan / barang sehingga karena ada kesempatan tersebut maka pelaku melakukan tindak pidana pencurian.

Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara .Sedangkan preventif dalam istilah bahasa Inggris berarti pencegahan ataumencegah. Dalam referensi lainpencegahan (preventif) adalah: penyampaian suatumaksud untuk mencari jalan keluar atau bersifat mencegah supaya janganterjadi.

Menurut Dewa Ketut Sukardi upaya preventif merupakan “usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah”.15Upaya Preventif juga dapat di

maksud sebagai suatu kegiatanyang dilakukan secara sistematis,terencana dan terarah untuk menjagasesuatu hal agar tidak meluas atau timbul.Dalam

13Brigjen Pol Satriya Hari Prasetya, Kapolda Jambi, diakses melalui Jambi,mimbar.newspaper.co.id, minggu 5 Januari 2013.

14AKP.Abilio Dos Santos,SIK, Kapolsek Pasar, wawancara langsung pada tanggal 5 Mei 2013. 15Dewa Ketut Sukardi, Diakses melalui: http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2184192-pengertian-upaya-preventif/#ixzz2SINjiURe.

(10)

47 pemaknaan ini upaya preventif memiliki konotasinegatif yaitu sesuatu masalah atau suatu hal yang berusaha untuk dicegah.

Adapun sesuatu yang di maksud itu mengandung bahaya baikbagi lingkup personal maupun global .Dalam lingkup kejahatan, masalah yang di maksud adalahberbagai hal yang dapat menghambat perkembangan kelangsungan hidup yang tertib dan aman dari unsur –unsur yang terkait didalamnya.Upaya preventiflebih besar manfaatnya, karena apabilamasalah itu meluas akan amat sulit menanggulanginya. Sebab terdapatbanyak bahaya yang akan menimpa masyarakat, menghamburkanbiaya, tenaga dan waktu, sedangkan hasilnya tidak seberapa.Jadi upaya preventif adalah suatu cara atau usaha yang harus ditempuh agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.

Pada dasarnya upaya-upaya dalam penanggulangan tindak pidana pencurian khususnya, dari hasil penelitian penulis di wilayah polsek pasar kota Jambi, dilakukan dalam beberapa jenisantara lain :

1. Usaha Pre-Emtif

Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara Pre-Emtif adalah menanamkan nilai-nial, norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.

Meskipun ada kesempatan untuk melakukan kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha Pre-Emtif faktor niat akan menjadi hilang meskipun ada kesempatan.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Bapak Sunhot p Silalahi bahwa: Adapun upaya yang dilakukan khusunya polsek Pasar Kota Jambi dalam upaya Pre-emtif ini adalah; penyuluhan hukum yang juga melibatkan tokoh-tokoh agama setempat baik terkait dengan nilai agama ataupun juga peraturan-peraturan yang berlaku pada saat sekarang. Sebagai contoh adalah penyuluhan hukum tentang pentingnya kelengkapan kendaraan, Penyediaan Tempat parkir yang aman, sampai kepada piket penjagaan di tempat tertentu seperti pasar angso duo.16

2. Usaha Preventif

Yang dimaksud dengan usaha preventif adalah usaha penanggulangan kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan maupun tindakan-tindakan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan. Dengan kata lain, usaha preventif adalah usaha penanggulangan kejahatan yang lebih bersifat pencegahan agar kejahatan tersebut jangan sampai terjadi.

Dalam upaya preventif ini yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan dihilangkan.

(11)

48 Terkait dengan upaya preventif ini, dijelaskan oleh Bapak Abilio Dos Santos bahwa: adapun usaha preventif yang secara rutin dilakukan polsek Pasar Kota Jambi diantaranya adalah:

1. Penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga barang miliknya dengan baik atau tidak lalai.

2. Pemasangan spanduk , iklan, dll akan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban khususnya keamanan dalam berkendaraan termasuk kunci tambahan agar kendaraan yang diparkir lebih terjamin keamanannya, dan menempatkan kendaraannya pada tempat yang telah disediakan.

3. Patroli dan pemeriksaan terhadap kendaraan, guna mengurangi dan menekan tingkat pencurian dengan pemberatan khusunya curanmor yang kerap kali terjadi 17

3. Usaha Represif

Selain usaha preventif, pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga dilakukan dengan usaha represif. Yang dimaksud dengan usaha represif adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kejahatan dalam wujud tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan yang diambil setelah dilakukannya kejahatan, dengan agar pelaku tersebut jera dan kemudian tidak melakukan perbuatan jahat itu lagi.

Pelaksanaan usaha penanggulangan secara represif, dilakukan dalam suatu proses tertentu, yang semuanya dilakukan berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam ketentuan hukum pidana. Oleh sebab itulah dalam usaha represif ini, tahapan pembuatan hukum atau formulasi sangatlah penting, karena apa yang menjadi hasil dalam tahapan ini akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan penanggulangan kejahatan atau pada usaha represif dari penanggulangan kejahatan.

Sebagaimana dikatakan Bapak Sunhot P Silalahi yani:

tahapan atau proses pertama yang dilakukan dalam usaha refresif adalah dengan suatu razia-razia, yang bertujuan untuk menjaring dan melakukan penangkapan terhadap para pelaku kejahatan. Setelah dilakukannya penangkapan tersebut, kemudian dilakukan tahapan pengumpulan atau penghimpunan bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan kejahatan yang telah dilakukan. Setelah bukti-bukti terkumpul barulah diambil suatu penindakan terhadap pelaku dari kejahatan tersebut, yang dilakukan suatu proses pengadilan, untuk dapat menjatuhkan hukuman terhadap para pelaku kejahatan tersebut. 18

Dapat disimpulkan bahwa usaha preventif ini terkait dengan proses penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian mulai dari penangkapan, penahanan sampai pada pelimpahan berkas perkara yang harus lebih tegas, transparan dan akuntabilitas.

Selain dengan menggunakan usaha pre-emtif, usaha preventif dan usaha represif, pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan usaha reformatif. Yang dimaksud dengan usaha reformatif dalam usaha

17AKP.Abilio Dos Santos,SIK, Kapolsek Pasar, wawancara langsung pada tanggal 5 Mei 2013. 18Kompol Sunhot P Silalhi,SIK, Kasat Reskrim, wawancara langsung pada tanggal 15 Juni 2013.

(12)

49 pencegahan dan penanggulangan kejahatan adalah usaha yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan, yang ditujukan kepada para pelaku kejahatan tersebut. Misalnya proses terhadap penegakan hukum pidana positif yang dilakukan dalam sistem peradilan pidana kita.

Penulis menyimpulkan dari hasil penelitian ini, bahwa pada dasarnya upaya penanggulangan telah terus dan konsisten dilaksanakan khusunya wilayah Polsek Pasar Kota Jambi, akan tetapi tingkat kejahatan umumnya dan tindak pidana pencurian khususnya mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh tingkat faktor penyebab yang lebih dominan terjadi sejalan dengan kemajuan dan perkembangan kehidupan di berbagai sektor, mulai dari tingkat kebutuhan ekonomi, tingkat penggangguran yang sangat meningkat dratis dan perkembangan pergaulan hidup yang salah tetapi diartikan modern oleh banyak masyarakat dan pelaku kejahatan khususnya.

Menurut pesrpektif teori kontrol sosial adalah bahwa pola-pola perilakuan jahat merupakan masalah sosial (dan hukum) yang membawa masyarakat pada keadaan anomie, yakni keadaan kacau karena tak adanya patokan tentang perbuatan-perbuatan apa yang baik dan yang tidak baik. Para ahli (misalnya para kriminologi) beranggapan bahwa setiap masyarakat mempunyai warga yang jahat, karena masyarakat dan kebudayaan yang memberikan kesempatan atau peluang kepada seseorang untuk menjadi jahat (counter culture). Akan tetapi, orang akan berpendapat bahwa perikelakuan jahat adalah perbuatan-perbuatan yang menyeleweng dari kaidah-kaidah yang berlaku menyeleweng dari perbuatan-perbuatan yang secara wajar dapat ditoleransikan oleh masyarakat.

Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat atau macetnya intergrasi sosial. Kelompok-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.

Maka melihat pada kondisi seperti ini, yang terpenting diperbaiki adalah kesadaran hukum masyarakat dan penanaman norma-norma agama serta nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang telah digeser oleh modernisasi kehidupan yang terpengaruh cepat melalui media elektronik. Dimana masyarakat banyak yang lalai dalam memilah-milah yang baik untuk dijadikan panutan atau diikuti dengan mana yang harus ditinggalkan karena dapat berakibat pada dampak negatif yang terjadi.

Sedangkan pada prinsipnya upaya penanggulangan kejahatan selalu terkait dengan Penegakan hukum yang merupakan proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula

(13)

50 diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subyeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu,apabila diperlukan aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Selain daripada hal tersebut mengaktifkan dan mengfektifkan peran lembaga-lembaga pemerhati , sebagaimana dapat dipandang sebagai mekanisme kontrol yang paling baik dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga-lembaga pemerhati ini lebih tepat memfungsikan diri sebagai kontrol sosial atau kontrol masyarakat terhadap kebijakan kebijakan yang dilakukan dalam upaya penegakan hukum pidana terhadap berbagai kejahatan ataupun kriminalitas yang terus meningkat.

E. Kesimpulan

Terjadinya kejahatan pencurian yang salah satu bentuknya adalah pencurian pada waktu malam hari, karena faktor ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, dimana faktor ini memengaruhi kemampuan kehidupan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dengan lemahnya keadaan ekonomi seseorang, maka ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara sempurna, sehingga kemudian ia dapat melakukan kejahatan pencurian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat terpenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum.

Dalam usaha penanggulangan kejahatan terutama yang dilakukan pada wilayah polsek pasar kota Jambi, dapat dilakukan dengan beberapa cara atau usaha yaitu :

a. Usaha Pre-Emtif , Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara Pre-Emtif adalah menanamkan nilai-nial, norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.

b. Usaha preventif, yaitu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Artinya, usaha ini dilakukan sebelum terjadi usaha tersebut. Contoh dari bentuk usaha ini dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan adalah dengan dilakukannya patroli oleh pihak kepolisian, dan siskamling oleh masyarakat setempat. c. Usaha represif, yaitu usaha atau tindakan-tindakan yang dilakukan

setelah tejadi kejahatan, yang diambil oleh para pihak penegak hukum. Usaha ini dilakukan dengan tujuan agar kejahatan tersebut tidak terulang lagi. Usaha ini dilakukan dengan melakukan penangkapan terhadap pelaku kejahatan pencurian, penyelidikan,

(14)

51 penyidikan, mengadili terdakwa, dan kemudian menjatuhkan hukuman terhadap pelaku pencurian yang dilakukan pada waktu malam hari

F. Daftar Pustaka

Arief, Barda Nawawi, 2001, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan

Pengembangan Hukum Pidana, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

---, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Chazawi Adami, 2003, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, Bonger, W.A, 1962, Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Riana Lutfitasari / A210120041, Pengaruh Kompetensi Akuntansi dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK

Disamping yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, terdapat juga Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang

Pengujian alat dilakukan terhadap kinerja komponen dan reaksi terhadap kondisi yang telah diberikan, antara lain tegangan input Arduino Mega 2560, tegangan pada sensor

To understand the role of histone H3.3 and HIRA in the progression of tubulointerstitial fibrosis, we first examined the gene expression and protein levels of histone H3.3 and HIRA

Hal ini menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah dan pendidikan ayah yang rendah merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan komersil yang diinkubasi cairan rumen dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,005) terhadap pertumbuhan dan

Semua personel pentadbiran dan pentaksiran yang menguruskan pengendalian instrumen pentaksiran, panduan penskoran, skrip jawapan calon dan perekodan skor calon