• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN HASIL SEDIMENTASI SUNGAI CI SEEL UNTUK PEMBUATAN GENTING DI DESA BANTARSARI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN HASIL SEDIMENTASI SUNGAI CI SEEL UNTUK PEMBUATAN GENTING DI DESA BANTARSARI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PEMANFAATAN HASIL SEDIMENTASI SUNGAI CI SEEL

UNTUK PEMBUATAN GENTING DI DESA BANTARSARI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Yudha Kharismayanto (yudha_kharismayanto@yahoo.co.id)

Siti Fadjarajani (sfadjarajani2000@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

ABSTRACT

The utilization of natural resources in the region as the basic asset that needs to be explored and utilized appropriately by considering its characteristics. Bantarsari village is a village that utilizes of soil Ci Seel River sedimentation for manufacture of roof tiles. The issues in this study are : (1) How is the utilization of Ci Seel River sedimentation for making roof tiles by the society Bantarsari Village Pamarican Subdistrict Ciamis District. (2) What are Geographic factors that affect an existence result Ci Seel River sedimentation in the Bantarsari Village Pamarican Subdistrict Ciamis District. Method the researcher uses is the quantitative descriptive method. Technique of collecting data is used observation, interview, questioner, documentation and litelature study. With a total population 9 owner roof tiles factory and 66 workers roof tiles makers in the Bantarsari Village, taking a sample using technique total sampling and purposive sampling. The result of the study showed that utilization of Ci Seel River sedimentation by the society Bantarsari Village Pamarican Subdistrict Ciamis District is used for as raw material the manufacture of roof tiles as 96,97%, to pursue in manufacture of roof tiles between 5-20 years as 46,97%, expertise in making of roof tiles comes from precarious as 68,18%, to market based on order as 54,55%, the income earned Rp. 30.000-Rp.60.000 in a day as 83,33%, the weather as an obstacle in making roof tiles as 83,33%. And the geography factors that affect an existence of Ci Seel River sedimentation are the shape and suitability of land as 78,79% let the land without planted with vegetation, type of soil as 81,82% answered soil type is clay, rainfall as 78,79 % answered in the rainy season raw materials of roof tiles are many found, and the sedimentation process as 90,91% answered soil derived from the sedimentation process .

Keywords : Sedimentation, River, Roof Tiles

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah pada dasarnya adalah modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan karakteristiknya. Lahan sebagai salah satu sumberdaya alam, sebenarnya dapat ditinjau dari berbagai titik pandang yang berbeda, sehingga

(2)

2 memberikan makna yang berbeda pula. Sumberdaya lahan memiliki arti penting bagi masyarakat, karena aktivitas perekonomiannya bersandar pada sumber daya ini (land resource base production activity), disamping sebagai tempat untuk mewadahi aktivitasnya (Saefulhakim dari Siti Fadjarajani, 2010). Di Desa Bantarsari pemanfaatan hasil sumberdaya alam dalam pembuatan genting memanfaatkan tanah yang dihasilkan akibat sedimentasi Sungai Ci Seel. Bahan baku genting adalah tanah, tanah yang digunakan adalah tanah yang memiliki ketahan lama dan mudah lapuk serta keberadaannya melimpah, tanah yang digunakan untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari adalah tanah lempung yaitu tanah hasil sedimentasi Sungai Ci Seel dengan di campur tanah liat agar hasilnya lebih maksimal.

Sungai Ci Seel berhulu di daerah Cisarua Kabupaten Tasikmalaya dan bermuara di daerah Manganti Kabupaten Cilacap yang kemudian alirannya menyatu dengan Sungai Citanduy. Sepanjang aliran Sungai Ci Seel mengalami proses sedimentasi dengan tingkat yang berbeda-beda. Jumlah sedimentasi terbesar yang dihasilkan oleh Sungai Ci Seel adalah pada tahun 2010 mencapai 1.506.735 ton/tahun (Sumber Petugas Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy). Aliran Sungai Ci Seel yang melalui Desa Bantarsari merupakan bagian tengah dari Sungai Ci Seel sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses sedimentasi. Dari tiga Dusun yang ada di Desa Bantarsari, hanya Dusun Muktisari dan Dusun Sarabaya saja yang dilalui oleh aliran Sungai Ci Seel, panjang aliran Sungai Ci Seel yang berada di Desa Bantarsari mencapai 8 km, dengan luas lahan hasil sedimentasi seluas ± 4,5 Ha disepanjang pinggiran Sungai Ci Seel. Lahan hasil sedimentasi ini diperkirakan dapat dimanfaatkan hingga 30 sampai 50 tahun kedepan. Karena ketersediaan bahan baku itulah banyak masyarakat Desa Bantarsari bermatapencaharian sebagai pembuat genting. Kegiatan penambangan tanah hasil sedimentasi untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari telah berlangsung sejak tahun 1960.

Sebagian besar masyarakat Desa Bantarsari bisa dibilang sangat bergantung pada Sungai Ci Seel, selain ikan, pasir dan material lain yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hasil sedimentasi juga menentukan hasil pembuatan genting yang dapat berpengaruh juga pada kondisi sosial masyarakat. Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas maka penting dan menarik untuk

(3)

3 melakukan penelitian tentang pemanfaatan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pemanfaatan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel untuk pembuatan genting oleh masyarakat Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis. 2) untuk mengetahui faktor-faktor geografi yang mempengaruhi keberadaan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu (Sugiyono, 2011:2). Metode deskriptif adalah metode yang dipakai untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, gejala, dan peristiwa yang ada dan terjadi sekarang ini pada ruang permukaan bumi (Ahman Sya, 2011:49). Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti, dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik, metode ini mengangkat suatu hubungan 2 atau lebih variabel penelitian. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkap dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.

3. PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Pemanfaatan Hasil Sedimentasi Sungai Ci Seel Untuk Pembuatan Genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis

Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah yang dilalui aliran Sungai Ci Seel. Banyak sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti air, tanah, pasir dan ikan. Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang paling banyak dihasilkan oleh aliran Sungai Ci Seel. Jenis tanah yang diendapkan oleh aliran Sungai Ci Seel adalah

(4)

4 tanah lempung. Luas lahan Desa Bantarsari seluas 652,615 Ha, dan lahan keberadaan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari memiliki luas ± 4,5 Ha yang memanjang di sepanjang Sungai Ci Seel yang berada di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.

Hasil sedimentasi Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari berupa tanah lempung. Intensitas penambangan tanah hasil sedimentasi Sungai Ci Seel oleh 9 pabrik genting di Desa Bantarsari berkisar 2 sampai 4 kali perharinya dengan masing-masing kapasitas alat angkut (mobil bak) berkisar 600 kg per sekali angkutnya. Jika ditotalkan maka ada sekitar 13.200 kg tanah hasil sedimentasi Sungai Ci Seel yang ditambang oleh 9 pabrik pembuatan genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis setiap harinya.

Dalam pembuatan genting menggunakan juga tanah liat yang jadikan bahan baku tambahan dalam pembuatan genting selain bahan baku utama tanah lempung hasil sedimentasi dan air. Komposisi genting khas Desa Bantarsari adalah tanah lempung dan tanah liat 2 berbanding 1. Dari data hasil observasi penambangan tanah lempung hasil sedimentasi Sungai Ci Seel sebanyak 13.200kg/harinya, dan penambangan tanah liat sebanyak 6.600kg/harinya. Dari sembilan pabrik pembuat genting total akan memiliki bahan baku pembuatan genting sebesar 19.800kg/harinya, hasil ini didapat setelah bahan baku tanah hasil sedimentasi (lempung) telah di campur dengan tanah liat dan air. Dalam satu bulan tanah hasil sedimentasi Sungai Ci Seel yang di tambang oleh masyarakat sebanyak 396.000 kg/bulan atau 396 ton/bulan. Sedangkan tanah liat yang ditambang dalam 1 bulan sebanyak 198.000 kg/bulan atau 198 ton/bulan. Maka dari 9 pabrik pembuatan genting tersebut total akan membutuhkan bahan baku pembuatan genting sebanyak 594.000 kg/bulan atau 594 ton/bulan.

Dari total 9 pabrik pembuatan genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis dapat memproduksi 16.500 biji genting/hari. Dengan berat satu biji genting berkisar 1,2 Kg. Setiap satu mesin cetak genting membutuhkan 2 orang untuk menjalankannya. Jika dalam satu hari, satu mesin cetak bisa memproduksi 500 biji genting, dengan harga 1 biji genting Rp.800 hingga siap dipasarkan, maka dalam satu bulan para pembuat genting bisa

(5)

5 mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 6.000.000,-/bulan, berdasarkan hasil wawancara penghasilan tersebut masih penghasilan kotor, karena sebagian penghasilan tersebut dibagi dengan pemilik pabrik sebesar Rp.4.000.00 – Rp. 4.500.000 , dengan perawatan mesin, bahan bakar dan kebutuhan lainnya ditanggung oleh pemilik pabrik. Jika dalam proses pembuatan dan pemasaran berjalan lancar maka dalam sebulan pekerja pembuat genting mendapatkan penghasilan sekitar Rp.1.500.000 – Rp. 2.000.000. Dari penghasilan itulah pekerja pembuat genting di Desa Bantarsari memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Jika dibandingkan dengan sentra industri genting yang ada di Kota Kebumen Jawa Tengah, genting khas Desa Bantarsari memiliki perbedaan dari segi penggunaan bahan baku dan kualiatas. Pembuatan genting di Desa Bantarsari, memanfaatkan tanah hasil sedimentasi yaitu tanah lempung sebagai bahan baku utama dan dicampur dengan tanah liat dengan perbandingan 2 berbanding 1, sedangkan genting di Kota Kebumen hanya menggunakan tanah liat dari ladang sekitar sebagai bahan baku utama. Bahkan sebagian pabrik genting di Kota Kebumen menggunakan pasir laut untuk bahan tambahan pembuatan genting. Dengan sumberdaya yang tersedia, memungkinkan industri genting di Kebumen dapat menghasilkan kualitas genting yang lebih baik. Genting produksi Kota Kebumen memiliki beberapa kelas, setiap kelas memiliki kualitas dan harga yang berbeda-beda. Harga genting produksi Kebumen lebih mahal dibandingkan genting produksi Desa Bantarsari, jika di Desa Bantarsari genting dijual dengan harga Rp. 800 pergentingnya, genting di Kebumen dijual dengan harga mulai dari Rp.1.350 – Rp. 5.000 tergantung kelas gentingnya. Mesikpun kualitas genting di Desa Bantarsari tidak sebaik kualitas genting di Kebumen, namun para konsumen di daerah Banjar, Ciamis dan Tasikmalaya banyak yang menggunakan genting produksi Desa Bantarsari karena pertimbangan harga yang lebih murah, dan tidak ada produk lain yang menjadi pesaing dalam segi pemasaran, sehingga kegiatan industri genting di Desa Bantarsari berkembang dengan baik.

(6)

6 3.2 Pemanfaatan Hasil Sedimentasi Sungai Ci Seel oleh Masyarakat di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis untuk Bahan Baku Pembuatan Genting

Pemanfaatan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis digunakan sebagai bahan baku. Desa Bantarsari merupakan salah satu desa yang dilalui aliran Sungai Ci Seel. Terdapat banyak seumberdaya alam yang dihasilkan Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari, selain pasir dan ikan terdapat juga tanah lempung hasil sedimentasi Sungai Ci Seel. Masyarakat memanfaatkan tanah hasil sedimentasi ini untuk bahan baku membuat genting. Bahan baku yang melimpah membuat pabrik-pabrik genting didirikan di sepanjang aliran Sungai Ci Seel, untuk memudahkan pengambilan bahan baku. Perkembangan pembuatan genting di Desa Bantarsari semakin meningkat, pemanfaatan hasil sedimentasi untuk pembuatan genting telah berlangsung sejak tahun 1960.

Sebanyak 64 responden atau sebesar 96,97% memanfaatkan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis untuk bahan baku pembuatan genting. Tanah hasil sedimentasi tersebut akan diolah menjadi genting, yang nantinya digunkan untuk bahan bangunan. Para pembuat genting di Desa Bantarsari telah menekuni pekerjaan ini lebih dari 5 tahun tahun. Sebagian pekerja menggunakan tanah hasil sedimentasi untuk keperluan pertanian pribadinya. Ada juga yang menjual tanah yang mereka miliki kepada pemilik pabrik genting. Sebanyak 31 responden atau sebesar 46,97% bekerja sebagai pembuat genting antara 5-20 tahun. Sebanyak 45 responden atau sebesar 68,18% mendapatkan keahlian dalam membuat genting berasal dari pergaulan sehari-hari, sebagian lagi mendapatkannya dari warisan yang diturunkan oleh para pendahulunya. Keterampilan dalam membuat genting tidak memerlukan pendidikan khusus. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 36 responden atau sebesar 54,55% memasarkan hasil produksi genting dengan memasarkannya sendiri berdasarkan pesanan dari para konsumen, sebagian ada yang menjajakan hasil produksinya di depan kios pemilik pabrik genting untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak karena harga bisa ditentukan sendiri. Berbeda ketika mereka harus menjualnya ke pengepul atau toko material, mereka akan menawar harga genting dengan harga yang relatif murah. Penghasilan yang didapat oleh sebagian besar

(7)

7 para pembuat genting tidak kurang dari Rp. 30.000. Sebanyak 55 responden atau sebesar 83,33% pembuat genting di Desa Bantarsari mendapatkan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp. 60.000/hari. Berdasarkan hasil wawancara sistem pemberian upah para pekerja pembuat genting adalah dengan sistem borongan, dengan cara membayar upah setelah genting sudah siap dipasarkan dengan menghitung jumlah genting yang diproduksi, dengan jumlah upah Rp. 250 /biji genting untuk dua pekerja karena satu mesin cetak menggunakan dua pekerja, jadi setiap pekerjanya mendapatkan upah sebesar Rp. 125/genting. Adapun pekerja yang diberi upah hanya sampai memproduksi genting mentah dan tidak ikut dalam proses pembakaran, dengan upah sekitar Rp.150/genting mentah (belum dibakar) untuk dua pekerja, jadi setiap pekerja mendapatkan Rp.75/genting mentah. Pekerjaan membuat genting memang dianggap pekerjaan kasar dan berat tapi itu sebanding dengan upah atau penghasilan yang diterima. Terdapat beberapa kendala dalam proses pembuatan genting, seperti cuaca, keterbatasan modal, serta sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang ulet. Sebanyak 55 responden atau sebesar 83,33% beranggapan bahwa kendala dalam proses industri genting adalah faktor cuaca. Ketika hujan proses pengambilan bahan baku dan proses pengeringan akan terhambat dan memerlukan waktu yang lebih lama.

Hasil wawancara menyatakan bahwa kendala dalam produksi genting di Desa Bantarsari adalah faktor cuaca, ketika musim penghujan datang kegiatan produksi akan terganggu karena hujan, kondisi seperti ini akan menghambat dalam pengambilan bahan baku dan proses pengeringan genting. Selain itu, faktor modal pun mempengaruhi kegiatan produksi. Untuk mendapatkan modal awal dalam membuka usaha produksi genting selain menggunakan biaya pribadi sebagian pemilik pabrik meminjamnya dari bank, sehingga mereka harus menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk membayar pinjaman dari bank tersebut. Ada beberapa pabrik genting yang gulung tikar karena kendala modal, sehingga para pekerjanya diberhentikan dan berpindah ke pabrik lain yang masih berjalan. Jika dilihat dari aspek tenaga kerja, kendala yang dijumpai adalah ketika mencari tenaga yang memiliki tenaga lebih segar yang bisa memproduksi genting lebih banyak setiap harinya. Selain itu karena satu mesin cetak genting memerlukan dua pekerja yaitu satu laki-laki dan satu perempuan, biasanya mereka telah memiliki pasangan

(8)

8 masing-masing, ketika salah satu dari mereka ada yang tidak bisa bekerja maka kemungkinan pasangannya juga tidak akan bisa bekerja jika tidak ada penggantinya.

3.3 Faktor-faktor geografi yang mempengaruhi keberadaan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis 3.3.1 Bentuk dan Kesesuaian Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang atau tempat (Arsyad, 2000:207). Lahan yang ada di daerah aliran Sungai Ci Seel berbentuk menurun ke sungai dengan memiliki permukaan yang halus dan datar, disebagian tempat terbentuk dinding-dinding sungai sebagai hasil proses sedimentasi. Proses penambangan pun mempengaruhi bentuk lahan, yang membuat terdapat bekas pengerukan yang nantinya akan menjadi zona tangkapan tanah saat debit air sungai membesar dan meluap.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 52 responden atau sebesar 78,79% menyatakan bahwa lahan yang berada di daerah aliran Sungai Ci Seel dibiarkan gundul, tidak ditanami tanaman pertanian apapun. Hal ini yang mempengaruhi keberadaan hasil sedimentasi di daerah aliran Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari, karena apabila lahan banyak ditumbuhi tumbuhan atau bervegetasi tingkat sedimentasinya rendah. Sebanyak 64 responden atau sebesar 96,97% menyatakan bahwa sistem kepemilikan lahan di daerah aliran Sungai Ci Seel adalah perorangan. Dengan sistem kepemilikan seperti ini, pemilik lahan bisa memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan genting. Aktifitas penambangan tanah ini membuat daerah tangkapan tanah yang berasal dari aliran Sungai Ci Seel berupa tanah lempung, sehingga mempengaruhi keberadaan hasil sedimentasi di daerah tersebut. Selain dimiliki perorangan, lahan di sekitar aliran Sungai Ci Seel dimiliki oleh pemilik khusus seperti tanah milik desa dan dimiliki oleh sebuah kelompok masyarakat.

(9)

9 3.3.2 Jenis Tanah

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini oleh hasil kerja interaksi antara iklim dan jasad hidup terhadap suatu bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk dan waktu (Arsyad, 2000:1). Tanah pun diartikan sebagai benda berwujud padat (soil), cair (liquid) dan gas yang tersusun oleh bahan organic dan anorganik yang terdapat dalam lahan (land). Sebanyak 56 responden atau sebesar 84,85% menyatakan bahwa bentuk tanah di daerah aliran Sungai Ci Seel di Desa Bantarsari adalah bentuk tanah datar. Dengan bentuk tanah seperti ini akan mempengaruhi besarnya sedimentasi yang dihasilkan, setelah melakukan observasi di sebagian tempat bentuk tanahnya menggunung sebagai hasil dari proses sedimentasi. Masyarakat pun mengatakan jenis tanah yang dihasilkan dari sedimentasi Sungai Ci Seel adalah tanah lempung yaitu sebanyak 54 responden atau sebesar 81,82%. Ukuran diameter jenis tanah lempung kurang dari 0,02 mm, sehingga tanah lempung akan banyak diangkut dan diendapkan oleh aliran sungai.

3.3.3 Curah Hujan

Hujan merupakan satu bentuk presivitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer, bentuk presivitasi tersebut adalah salju/es (Kartasapoetra, 1985:23). Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan diwilayah tertentu yang relatif sempit dan dalam jangka waktu yang singkat. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi banyak tidaknya hasil sedimentasi di daerah aliran sungai, ini dibuktikan dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa curah hujan akan mempengaruhi keberadaan bahan baku tanah untuk membuat genting. Sebanyak 52 responden atau sebesar 78,79% menyatakan bahwa pada saat musim hujan bahan baku tanah hasil sedimentasi untuk membuat genting akan banyak ditemukan. Rata-rata curah hujan di Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican adalah 1.904mm/tahun. Keberadaan hasil sedimentasi pun dipengaruhi curah hujan di daerah bagian hulu sebuah sungai.

3.3.4 Proses Sedimentasi

Sedimentasi (pengendapan) adalah proses terangkutnya atau terbawanya sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh suatu aliran air yang

(10)

10 diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti. (Arsyad, 2000:8). Dalam geografi proses sedimentasi termasuk pada konsep morfologi dimana konsep morfologi yaitu mengenai bentuk lahan, misalnya bentuk lahan yang terbentuk akibat dari proses sedimentasi dan erosi. Sedangkan sedimentasi termasuk kedalam prinsip interelasi dimana prinsip interelasi mengungkap hubungan antara faktor fisik dan nonfisik, antara manusia dengan lingkungan ataupun manusia dengan manusia itu sendiri.

Dari hasil penelitian sebanyak 60 responden atau sebesar 90,91% menganyatakan asal bahan baku tanah yang mereka dapatkan berasal dari proses pengendapan atau sedimentasi Sungai Ci Seel. Bentuk lahan yang menurun dan terdapat daerah-daerah bekas penambangan tanah, yang membuat zona tangkapan tanah saat air sungai meluap. Proses sedimentasi akan mempengaruhi hasil sedimentasi di suatu tempat. Berdasarkan hasil wawancara proses sedimrntasi terjadi di semua daerah aliran Sungai Ci Seel, namun dengan jumlah yang berbeda-beda. Di dapat data bahwa tingkat sedimentasi terbesar Sungai Ci Seel adalah pada tahun 2010 yaitu mencapai 1.506.735 ton/tahun (Sumber Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy) yang tersebar di sepanjang aliran Sungai Ci Seel. Sungai Ci Seel sendiri mengalir sepanjang 8 km disepanjang Desa Bantarsari, dengan luas lahan sedimentasi ± 4,5 Ha. Pemanfaatan tanah hasil sedimentasi untuk pembuatan genting di Desa Bantarsari itu sendiri mencapai 396 ton/bulan. Hasil penengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data tentang besarnya sediment melayang yang berada di Sungai Ci Seeel di Desa Bantarsari dengan menggunakan alat Sediment Sampler DH-48 seperti terlihat pada Gambar 4.37, pada saat tinggi muka air sungai mencapai 0,83m dan dengan debit sungai mencapai 37,044 m³/detik, didapat besarnya sediment melayang sebesar 3.346 ton. Sediment melayang adalah besarnya partikel sediment yang terlarut dan terbawa oleh arus air yang belum terendapkan.

Sedimentasi Sungai Ci Seel yaitu termasuk sedimentasi fluvial yaitu proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Tempat-tempat pengendapannya antara lain didasar sungai ataupun di pinggiran sekitar aliran sungai. Bentukan alam hasil sedimentasi fluvial yang ada di Desa Bantarsari termasuk dataran banjir dan tanggul alam. Dataran banjir merupakan dataran rendah yang terdapat di kanan kiri sungai. Dataran banjir terbentuk oleh material hasil pengendapan pada saat

(11)

11 banjir. Pada waktu banjir mereda, arus sungai melemah, material yang terangkut sungai mengendap termasuk yang terdapat di kanan kiri sungai. Tanggul alam terbentuk dari pengendapan material-material sungai saat banjir. Pada saat air meluap ke kanan kiri sungai, material tanah yaitu pasir dan kerikil ikut terangkut aliran air sungai dan endapkan di kanan kiri sungai ketika banjir mereda. Pengendapan berlangsung terus-menerus lama kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.

4. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel oleh masyarakat Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis yaitu untuk bahan baku pembuatan genting sebesar 96,97%, menekuni menjadi pembuat genting antara 5-20 tahun sebesar 46,97%, keahlian dalam membuat genting berasal dari pergaulan sebesar 68,18%, memasarkan genting berdasarkan pesanan sebesar 54,55%, penghasilan yang didapat perhari Rp.30.000-Rp.60.000 sebesar 83,33%, cuaca sebagai kendala dalam pembuatan genting sebesar 83,33%.

2. Faktor-faktor geografi yang mempengaruhi keberadaan hasil sedimentasi Sungai Ci Seel adalah bentuk dan kesesuaian lahan sebesar 78,79% membiarkan lahannya tanpa ditanami vegetasi, jenis tanah sebesar 81,82% menjawab jenis tanah yang diendapkan adalah tanah lempung, curah hujan sebesar 78,79% menjawab pada musim hujan bahan baku genting banyak ditemukan, proses sedimentasi sebesar 90,91% menjawab tanahnya berasal dari proses sedimentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. (2000), Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Penerbit IPB.

Data Monografi Desa Bantarsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis. 2012. Direktorat Jendral Sumber Daya Air Pekerjaan Umum. (2010). Profil Balai Besar Wilayah Sungai Ci Tanduy.2011. BBWS: Banjar.

Fadjarajani, Siti. (2010). Sumber Daya, Konservasi Dan Kebijakan Lahan. Tasikmalaya : Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNSIL. Materi Bahan Kuliah. Tidak diterbitkan.

(12)

12 Kartasapoetra, G. (2010). Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulaitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sya, Ahman. (2011). Pengantar Geografi. Bandung: LPPM Universitas Bina Sarana Informatika (BSI).

http://genteng-kebumenan.blogspot.com/2011/12/pengenalan-jenis-genteng-sokka.html.(Sabtu, 2 Februari 2013).

http://st290518.sitekno.com/article.19287/proses-pembuatan-genteng.html.(Sabtu, 2 Februari 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Ikan Mujair adalah salah satu komoditas utama perikanan budidaya air tawar nasional. Ikan ini adalah jenis ikan yang hidup di air tawar yang bisa dikonsumsi.Kecamatan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskrispikan pengaruh project based learning terhadap ketrampilan berfikir kritis pada materi pencemaran lingkungan di MAN

Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib

Kahit pa pinaulanan ni Pagtuga ng mga handog na ginto, perlas, at iba pang kayamanan ang ama ni Magayon, ay hindi pa rin nito nakuha ang loob ng dalaga.. Ngunit wala ni isa sa

Nampak bahwa luas lahan yang ditanami padi beras hitam meningkat seiirng dengan meningkatnya kesadaran petani dalam melestarikan plasma nutfah padi beras hitam lokal,

3 Memiiki internal control  yang e!ih kuat Se%erti yang kita tahu& ke!eradaan internal control  !ertu-uan untuk men.a%ai suatu tu-uan dari  %erusahaan

done under my supervision and is suitable for submission for the award of M.Phil, degree in Urdu. It is further certified that this work has not been submitted to any other

Menurut Bapak apakah strategi pembelajaran gallery learning (galeri belajar) sesuai dengan pembelajaran IPA materi kenampakan permukaan bumi.