• Tidak ada hasil yang ditemukan

Executive Summary.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Executive Summary.pdf"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

1.1.

1.1. LAHAN LAHAN DAN DAN HUTANHUTAN

Seiring pertumbuhan ekonomi, permintaan terhadap penggunaan lahan wilayah Seiring pertumbuhan ekonomi, permintaan terhadap penggunaan lahan wilayah perkotaan akan terus berkembang untuk pembangunan pendidikan, kemajuan perkotaan akan terus berkembang untuk pembangunan pendidikan, kemajuan teknologi, fasilitas umum kota, transportasi, pemukiman penduduk dan industri. teknologi, fasilitas umum kota, transportasi, pemukiman penduduk dan industri. Tingginya permintaan sektor-sektor bisnis akan pemenuhan kebutuhan lahan kosong Tingginya permintaan sektor-sektor bisnis akan pemenuhan kebutuhan lahan kosong menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan pertanian dan ruang terbuka menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau.

hijau.

Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, dimana masing-masing kecamatan Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, dimana masing-masing kecamatan memiliki lahan yang dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat. memiliki lahan yang dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat. Penggunaan lahan di Kota Surabaya sebagian besar digunakan oleh sektor non Penggunaan lahan di Kota Surabaya sebagian besar digunakan oleh sektor non pertanian dengan luasan sebesar 30.076,30 ha (82,4%) dari luas total lahan kota yaitu pertanian dengan luasan sebesar 30.076,30 ha (82,4%) dari luas total lahan kota yaitu 36.508,39 ha. Sisanya, sebesar 5,3% untuk lahan persawahan, 0,3% untuk 36.508,39 ha. Sisanya, sebesar 5,3% untuk lahan persawahan, 0,3% untuk perkebunan dan 12% untuk sektor lainnya. Pembagian wilayah menurut penggunaan perkebunan dan 12% untuk sektor lainnya. Pembagian wilayah menurut penggunaan lahan/ tutupan lahan di Kota Surabaya digambarkan seperti diagram pada

lahan/ tutupan lahan di Kota Surabaya digambarkan seperti diagram pada GambarGambar 1.1.

1.1.

Gambar 1.1. Luas Wilayah Menurut P

Gambar 1.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kotaenggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kota Surabaya

Surabaya

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011

Hutan di Kota Surabaya memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda Hutan di Kota Surabaya memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sifat dan karakteristik hutan pada umumnya. Hutan produksi dibandingkan dengan sifat dan karakteristik hutan pada umumnya. Hutan produksi sebagai penghasil komoditi kayu dan hutan konversi sebagai cadangan guna sebagai penghasil komoditi kayu dan hutan konversi sebagai cadangan guna

(2)

Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif

memenuhi kebutuhan diluar bidang kehutanan sudah tidak ada lagi. Di Kota Surabaya memenuhi kebutuhan diluar bidang kehutanan sudah tidak ada lagi. Di Kota Surabaya kawasan hutan yang ada hanyalah kawasan hutan yang memiliki fungsi dan status kawasan hutan yang ada hanyalah kawasan hutan yang memiliki fungsi dan status sebagai kawasan konservasi dan hutan kota. Luas kawasan konservasi di Kota sebagai kawasan konservasi dan hutan kota. Luas kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah sebesar 2.490,95 Ha, sedangkan luas hutan kota Surabaya adalah Surabaya adalah sebesar 2.490,95 Ha, sedangkan luas hutan kota Surabaya adalah sebesar 3,14 Ha. Salah satu bentuk kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah sebesar 3,14 Ha. Salah satu bentuk kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah hutan mangrove, yang tersebar di sekitar kawasan Pantai Utara dan Pantai Timur hutan mangrove, yang tersebar di sekitar kawasan Pantai Utara dan Pantai Timur Surabaya dengan luasan total 624,73 ha.

Surabaya dengan luasan total 624,73 ha.

Kualitas tanah dan lahan di beberapa kawasan di Kota Surabaya semakin Kualitas tanah dan lahan di beberapa kawasan di Kota Surabaya semakin memburuk dari waktu

memburuk dari waktu ke waktu sehingga banyak terbentuk ke waktu sehingga banyak terbentuk lahan kritis. Pembentukkanlahan kritis. Pembentukkan lahan kritis tersebut diakibatkan oleh penggunaan lahan secara berlebihan tanpa lahan kritis tersebut diakibatkan oleh penggunaan lahan secara berlebihan tanpa disertai dengan pengelolaan yang terpadu dan sesuai. Luas lahan kritis di Kota disertai dengan pengelolaan yang terpadu dan sesuai. Luas lahan kritis di Kota Surabaya telah mencapai 21,7% dari luas Kota Surabaya, dimana statusnya masih Surabaya telah mencapai 21,7% dari luas Kota Surabaya, dimana statusnya masih dalam taraf agak kritis dan potensial kritis. Luas lahan agak kritis adalah sebesar 8,1% dalam taraf agak kritis dan potensial kritis. Luas lahan agak kritis adalah sebesar 8,1% dari luas total Kota S

dari luas total Kota S urabaya, sedangkurabaya, sedangkan lahan potensial kritis an lahan potensial kritis sebesar 13,6% dari luassebesar 13,6% dari luas total Kota

total Kota SurabayaSurabaya..

1.2.

1.2. KEANEKARAGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATIHAYATI

Seiring semakin pesatnya pertumbuhan suatu kota maka kapasitas Seiring semakin pesatnya pertumbuhan suatu kota maka kapasitas pemanfaatan sumber daya alam juga akan meningkat, sehingga dapat menurunkan pemanfaatan sumber daya alam juga akan meningkat, sehingga dapat menurunkan  jumlah

 jumlah populasi populasi dan dan ekosistem ekosistem dari dari flora flora dan dan fauna fauna yang yang ada. ada. Oleh Oleh karena karena itu,itu, diperlukan suatu upaya perlindungan dari Pemerintah, agar tidak terjadi pengurangan diperlukan suatu upaya perlindungan dari Pemerintah, agar tidak terjadi pengurangan tak terkendali dari jumlah flora dan fauna atau

tak terkendali dari jumlah flora dan fauna atau bahkan hingga terjadi kepunabahkan hingga terjadi kepunahan.han.

Kota Surabaya memiliki beberapa jenis fauna yang telah terancam punah Kota Surabaya memiliki beberapa jenis fauna yang telah terancam punah ((critically endangered critically endangered ) yaitu Kera Sulawesi Jambul, Cikalang Christmas, Jalak Bali,) yaitu Kera Sulawesi Jambul, Cikalang Christmas, Jalak Bali, Jalak Putih, Kakaktua Jambul Kuning Kecil, Kakatua Jambul Oranye, dan Kura-Kura Jalak Putih, Kakaktua Jambul Kuning Kecil, Kakatua Jambul Oranye, dan Kura-Kura Tungtong. Peristiwa tersebut diakibatkan oleh kegiatan manusia serta kompleksitas Tungtong. Peristiwa tersebut diakibatkan oleh kegiatan manusia serta kompleksitas makhuk hidup yang dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. makhuk hidup yang dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Pemerintah Kota Surabaya telah bekerja sama dengan pihak Kebun Binatang Pemerintah Kota Surabaya telah bekerja sama dengan pihak Kebun Binatang Surabaya untuk mengkonservasi flora dan fauna yang dianggap memiliki potensi Surabaya untuk mengkonservasi flora dan fauna yang dianggap memiliki potensi punah. Langkah lainnya adalah dengan membuat beberapa tempat konservasi bagi punah. Langkah lainnya adalah dengan membuat beberapa tempat konservasi bagi flora dan fauna dengan bantuan dari pihak terkait seperti Dinas Pertanian Kota flora dan fauna dengan bantuan dari pihak terkait seperti Dinas Pertanian Kota Surabaya. Tempat-tempat konservasi yang telah disediakan oleh pemerintah adalah Surabaya. Tempat-tempat konservasi yang telah disediakan oleh pemerintah adalah Kebun Bibit Wonorejo, Taman Flora,

Kebun Bibit Wonorejo, Taman Flora, Hutan Mangrove WonorejoHutan Mangrove Wonorejo, , dan lain-lain.dan lain-lain.

Surabaya merupakan kota yang memiliki kelimpahan flora dan fauna di Surabaya merupakan kota yang memiliki kelimpahan flora dan fauna di beberapa wilayah konservasi terutama mamalia, burung (

beberapa wilayah konservasi terutama mamalia, burung ( avesaves), ikan (), ikan ( pisces pisces), reptil), reptil dan vegetasi tumbuhan yang telah masuk dalam daftar daerah IBA (

(3)

 Area). Daerah IBA (Important Bird Area) merupakan daerah perlindungan bagi burung terutama burung air dan migran. Salah satu wilayah konservasi burung adalah daerah Wonorejo. Wilayah tersebut memiliki luas kurang lebih 50 Ha dan digunakan sebagai tempat singgah lebih dari 10.000 burung air tiap tahunnya. Salah satu upaya dari Pemerintah Kota Surabaya adalah dengan melakukan pengembangan Kawasan Wonorejo sebagai MIC (Mangrove Information Center ) menjadi ekowisata bakau.

Upaya pengembangan kawasan Wonorejo memiliki dampak terhadap ekosistem lingkungan sekitar terutama habitat asli flora dan fauna. Selama tahun 2007-2008 tercatat sekitar 140 jenis burung berdomisili di Wonorejo. Jenis burung tersebut meliputi burung air, migran maupun burung lain. Sebanyak 31 jenis burung diantaranya memiliki status dilindungi oleh Perundang - undangan Indonesia.

1.3. AIR

A. Air Permukaan

Sumber air permukaan utama yang digunakan oleh Kota Surabaya adalah air sungai. Kota Surabaya memiliki sebanyak 6 sungai, 28 saluran primer, dan 141 saluran sekunder. Dari beberapa sungai tersebut, masing-masing telah digolongkan berdasarkan peruntukannya sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001, diantaranya Kali Surabaya dan Kali Mas tergolong badan air Kelas II; Kali Jeblokan, Kali Dami, Kali Bokor, Kali Kepiting, Kali Kebon Agung, Kali Wonokromo, dan Saluran Dinoyo tergolong badan air Kelas III; serta Kali Pegirian, Kali Banyu Urip, Kali Greges, Kali Wonorejo, Saluran Darmo, dan Saluran Kenari tergolong badan air Kelas IV. Dari hasil pemantauan kualitas air dari sungai-sungai tersebut, masih terdapat beberapa parameter yang belum memenuhi baku mutu, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sampai Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.1. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas II (Januari-November 2011)

Titik Monitoring Parameter Kualitas Air (mg/L)

pH DO BOD COD TSS Deterjen

Kali Surabaya di Kedurus

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 3) TM (Bulan 1-10)

TM (Bulan 1) TM (Bulan 1,2,4,5) Memenuhi Baku Mutu Kali Surabaya di Jemb. Wonokromo Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 3,4) TM (Bulan 1-10)

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1-5,10)

Memenuhi Baku Mutu Kali Mas di Jl.

Ngagel

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 4,8,9) TM (Bulan 1-11)

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1,2,4,5)

Memenuhi Baku Mutu Kali Mas di Jemb.

Keputran Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 1,4,7,8,11) TM (Bulan 1-11) Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1-5)

Memenuhi Baku Mutu Kali Mas di Jemb.

Kebon Rojo

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 9) TM (Bulan 1-10)

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1-5)

Memenuhi Baku Mutu

(4)

Ringkasan Eksekutif

Tabel 1.2. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas III (Januari-November 2011)

Titik Monitoring Parameter Kualitas Air (mg/L)

pH DO BOD COD TSS Deterjen

Kali Jeblokan di Jl. Petojo

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1,9)

TM (Bulan 1-4,7-9) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Kali Jeblokan di Jl. Kedung Cowek Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1-6)

TM (Bulan 1-6,8,9,11) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Kali Dami di Jemb.

Jl. Kali Dami Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 1,2,4,6-11) TM (Bulan 1,2,4,6-11) TM (Bulan 7,8,10) Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 6) Kali Bokor di Jemb.

Jl. Pucang

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 2,4,5)

TM (Bulan 2-5,7,11) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Kali Kepiting di Jl. Sutorejo Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 2, 4, 6, 8, 9, 11) TM (Bulan 1,2,4-11) Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1) TM (Bulan 2) Kali Kebon Agung

di Jl. Rungkut Madya

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 4) TM (Bulan 1-4)

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 5) Kali Wonokromo di Jemb. Merr C II Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Saluran Dinoyo di

Pompa Air Dinoyo

Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 1-11) TM (Bulan 1-11)

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 2,4-7,9-11)

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011

Tabel 1.3. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas IV (Januari-November 2011)

Titik Monitoring Parameter Kualitas Air (mg/L)

pH DO BOD COD TSS Deterjen

Kali Pegirian di Jl. Undaan Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Kali Pegirian di Jl. Pegirian Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 3,8,11) Kali Banyu Urip di

Jemb. Balongsari Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 7,9,11) Kali Greges di Jemb. Jl.

Dupak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 2,7-9,11) Kali Wonorejo di Jemb.

Kedung Baruk Utara

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 8,9,11) Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 9) TM (Bulan 2,4-6,8,11) Saluran Darmo di Pompa Air Darmo Kali

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 7,10) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 5-8,10) Saluran Kenari di Jl. Simpang Dukuh Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu TM (Bulan 7,10) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi

Baku Mutu TM (Bulan 5)

Keterangan: TM  Tidak memenuhi Baku Mutu Kelas Air Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011

Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga dipengaruhi oleh keberadaan beberapa danau, waduk, situ atau embung. Pada tahun 2011 terdapat sebanyak 21 sistem hidrologi (Danau/ Waduk/ Situ/ Embung) masuk dalam rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik Kota Surabaya.

(5)

1.4. UDARA

Pengukuran kualitas udara di Kota Surabaya dilakukan pada 5 titik, yaitu Taman Prestasi, Perak Timur, Sukomanunggal, Gayungan, dan Gebang Putih. Pengukuran dilakukan secara kontinyu dengan interval pengambilan data setiap 30 menit, selama 24 jam, dan setiap hari selama satu tahun.

Kualiatas air hujan dipengaruhi oleh kualitas udara di suatu wilayah. Dalam proses jatuhnya air hujan ke bumi, terlebih dahulu melalui lapisan udara yang terdiri dari beberapa jenis gas yang dapat larut dalam air hujan. Pemantauan kualitas air hujan di Kota Surabaya dilakukan di 6 (enam) titik yaitu:

Titik I : Surabaya Timur Titik II : Stasiun Perak Titik III : Surabaya Selatan Titik IV : Surabaya Utara Titik V : Surabaya Barat

Titik VI : Surabaya Pusat (Jalan Jimerto 25-27)

Baku mutu kualitas air hujan yang dipakai sebagai acuan disini adalah baku mutu kualitas air hujan yang berlaku di seluruh dunia mengikuti Weather Link , hal ini dikarenakan di Indonesia belum ada baku mutu untuk kualitas air hujan. Namun demikian, di dalam baku mutu ini hanya terdapat baku mutu untuk parameter pH saja, sedang untuk parameter lainnya tidak ada baku mutu yang diacu.

Hasil pemantauan di Surabaya Selatan menunjukkan ± 40 % hasil analisa pH air hujan tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 5,4. Di Surabaya Utara ± 25 % hasil analisa pH air hujan tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 4,5. Untuk Surabaya Barat hasil analisa pH air hujan yang tidak memenuhi baku mutu ± 30 % dari data yang didapatkan, dengan pH terendah 4,6. Sedangkan hasil pemantauan di Surabaya Pusat ± 35 % yang tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 4,5.

Dari hasil pemantauan yang menunjukkan bahwa kualitas air hujan belum memenuhi baku mutu pH yaitu 5,6 dapat disimpulkan adanya potensi terjadinya deposisi basah di Kota Surabaya. Deposisi basah adalah turunnya asam dalam bentuk hujan.

1.5. LAUT, PESISIR, DAN PANTAI

Kegiatan monitoring pengelolaan pesisir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya secara periodik dilakukan di 3 (tiga) kawasan perairan. Lokasi pemantauan kualitas air di kawasan pesisir Kota Surabaya dilakukan pada 8 (delapan) titik sampling dengan parameter kondisi fisik,

(6)

Ringkasan Eksekutif

kimia dan biologi perairan laut. Kegiatan pemantauan dilakukan dalam rangka pengendalian pencemaran kawasan pantai dan pesisir. Lokasi titik sampling tersebut meliputi:

 Uji sampling air laut (wisata bahari)

Lokasi : Kenjeran gunung pasir dan Kenjeran pengasapan ikan

 Uji sampling air laut (perairan pelabuhan)

Lokasi : Nilam barat dan Nilam timur

 Uji sampling air laut (biota laut)

Lokasi : Gunung anyar 1 kali UPN, Gunung anyar 2 kali Wonorejo, Kali Lamong 1, dan, Kali Lamong 2

Secara umum kualitas air laut di Kota Surabaya tidak sesuai dengan baku mutu, hanya ada 5 (lima) titik yang hasil pengujiaannya memenuhi baku mutu, dimana hasil tersebut diperoleh pada waktu pengujian yang berbeda. Kualitas air laut yang memenuhi baku mutu terdapat pada:

 Uji Sampling Air Laut di Perairan Pelabuhan

Lokasi : Nilam Barat Periode : Triwulan III

 Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut

Lokasi : Gunng Anyar 1 Kali UPN Periode : Triwulan III

 Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut

Lokasi : Gunng Anyar 1 Kali UPN Periode : Triwulan III

 Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut

Lokasi : Gunung Anyar 2 Kali Wonorejo Periode : Triwulan I dan III

 Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut

Lokasi : Kali Lamong 1 Periode : Triwulan I dan III

 Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut

Lokasi : Kali Lamong 2 Periode : Triwulan III dan IV

1.6. IKLIM

Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 m di atas permukaan

(7)

air laut. Suhu udara di Kota Surabaya yang dipantau dari bulan Januari 2010 hingga bulan Februari 2011 menunjukkan rata-rata sebesar 28,5oC, maksimum 35,8oC, dan minimum 21,6oC. Suhu udara rata-rata Kota Surabaya cenderung naik dari bulan Januari hingga Agustus 2010, dan turun dari bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011 dan kemudian naik lagi pada bulan Februari 2011. Sedangkan temperatur maksimum dan minimumnya berfluktuasi dengan pola yang tidak beraturan.

Curah hujan Kota Surabaya pada tahun 2010 secara umum cenderung lebih besar dibanding dengan curah hujan pada tahun 2011, sehingga pada tahun 2011 cenderung lebih kering. Curah hujan tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada bulan Maret, dimana curah hujan tertinggi terukur di Stasiun Gunungsari/ DAM dengan curah hujan sebesar 512 mm. Curah hujan terndah terjadi pada bulan Mei yang terukur pada stasiun Stamet Perak I Surabaya dengan curah hujan sebesar 70 mm.

(8)

Ringkasan Eksekutif

BAB II

TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

2.1. KEPENDUDUKAN

Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dispenduk dan Capil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Kota Surabaya, didapatkan jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2011 adalah sebanyak 2.956.569 jiwa. Jumlah ini meningkat sebesar 0,23% dari jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2010 yaitu 2.949.745 jiwa. Dengan luas wilayah Kota Surabaya yang sebesar 32.636 Ha, maka kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 adalah sebesar 91 jiwa/Ha.

Rasio jenis kelamin (P/L) penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu mendekati 100%, artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya hampir sama. Sedangkan angka ketergantungan penduduk usia tidak produktif (usia 0-16 tahun dan 60+) terhadap penduduk usia produktif (17-59 tahun) adalah sebesar 48,7 %. Hal ini berarti pada tahun 2011 ini, sekitar 49 penduduk tidak produktif ditanggung oleh 100 penduduk produktif. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan urbanisasi, maka lahan yang tersedia sebagai tempat permukiman masyarakat semakin sempit. Oleh karena itu, saat ini daerah pesisir menjadi salah satu alternatif tempat domisili masyarakat. J umlah penduduk yang bermukim di wilayah pesisir Kota Surabaya pada tahun 2011 tercatat sebanyak 714.790 jiwa yang tersebar di 36 desa di 7 kecamatan.

Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, peran pendidikan sangat penting dan menentukan. Pendidikan di sekolah mutlak diperlukan dalam upaya membentuk kepribadian dan karakter yang tepat untuk mayarakat. Jumlah seluruh fasilitas pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya secara keseluruhan, mulai dari jenjang SD hingga SLTA, berjumlah 1.278 sekolah. Namun persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya tersebut belum merata di seluruh kecamatan.

2.2. PERMUKIMAN

Pada tahun 2011 jumlah rumah tangga (RT) di Kota Surabaya adalah 806.794 RT. Dari jumlah ini, sebanyak 37.199 RT merupakan rumah tangga miskin.

Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu kota dapat dilihat dari lokasi tempat tinggalnya. Lokasi permukiman masyarakat dapat berada di lokasi yang tergolong

(9)

mewah, menengah, sederhana, ataupun kumuh. Pada tahun 2011 ini tidak tersedia data mengenai jumlah rumah tangga menurut lokasi tempat tinggalnya, namun diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga yang berada di kawasan yang tergolong mewah sekitar 8%, sederhana dan menengah sekitar 80%, serta kawasan kumuh dan liar sekitar 12%.

Salah satu indikator baik atau tidaknya suatu permukiman untuk ditinggali adalah terpenuhinya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minumnya, masyarakat Kota Surabaya saat ini sebagian besar menggantungkan pada PDAM Kota Surabaya. Sekitar 84% rumah tangga di Kota Surabaya memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum dengan mengandalkan suplai dari PDAM. Hal ini dikarenakan air tanah di Kota Surabaya sebagian besar sudah tidak layak lagi untuk kebutuhan sehari-hari. Meskipun demikian, masih ada sekitar 16% rumah tangga di Kota Surabaya yang masih memanfaatkan sumur dangkal untuk kegiatan mandi, cuci, kakus.

Sanitasi lingkungan yang baik merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi agar diperoleh kehidupan masyarakat yang sehat. Salah satu sarana sanitasi yang seharusnya dimiliki oleh semua rumah adalah sarana tempat buang air besar yang dilengkapi dengan tangki septic dan tangki peresapan. Dari Laporan Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2011, diketahui bahwa seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, dimana sebagian besar adalah fasilitas tempat buang air besar bersama. Sebanyak 13,6 % rumah tangga di Kota Surabaya menggunakan tempat buang air besar milik pribadi, 84,5 % rumah tangga menggunakan tempat buang air besar bersama, dan sisanya sebanyak 2,9 % rumah tangga menggunakan tempat buang air besar umum.

Meskipun seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, namun tidak semua fasilitas tersebut dilengkapi dengan tangki septik dan tangki peresapan. Pada pendataan tahun 2009, jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas buang air besar ada sekitar 571.542 RT, dan sekitar 1.852 diantaranya tidak dilengkapi dengan tangki septik. Pada tahun 2011 data mengenai  jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar tanpa tangki septik

tidak tersedia, namun diperkirakan jumlahnya telah menurun karena adanya program Pemerintah Kota dalam membangun sarana sanitasi yang sehat bagi masyarakat.

Selain pengelolaan yang baik terhadap air limbah, bentuk perbaikan sektor sanitasi juga harus mencakup pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Sistem pengelolaan sampah meliputi pengelolaan terhadap timbulan sampah yang berasal dari sumber, sistem pengumpulan, transportasi, pengolahan dan

(10)

Ringkasan Eksekutif

pemulihan sumber daya serta penimbunan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, dengan asumsi jumlah timbulan sampah per kapita sebesar 3 L/orang/hari, maka jumlah timbulan sampah rata-rata per hari Kota Surabaya pada tahun 2011 adalah 8.904,82 m3.

Tidak semua sampah kota dapat terkelola, oleh karena itu semakin lama semakin banyak tumpukan sampah yang tercecer dan menimbulkan masalah baru. Dari jumlah timbulan sampah rata-rata per hari Kota Surabaya, hanya sebesar 3.942 m3 yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pada awal tahun 2001, terjadi masalah besar pada sektor persampahan di Kota Surabaya. Kota Surabaya yang pada awalnya memiliki 2 TPA yaitu TPA Sukolilo dengan luas 40,5 Ha dan TPA Lakarsantri dengan luas 8,5 Ha, harus menutup kedua TPA tersebut. Penutupan kedua TPA tersebut dilakukan karena adanya protes dari warga sekitar TPA akibat pencemaran dan ketidaknyamanan dengan adanya TPA tersebut. Pada saat ini, seluruh sampah dari Kota Surabaya yang dapat dikelola, dibuang ke TPA Benowo yang berada di Kecamatan Benowo.

2.3. KESEHATAN

Program pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga Kota Surabaya, sedangkan sasarannya adalah meningkatnya pelayanan kesehatan dasar. Hasil pelaksanaan program tersebut dapat ditunjukkan pada pencapaian kinerja sasaran pembangunan di bidang kesehatan yaitu meningkatnya kondisi status kesehatan warga kota sesuai dengan indikator pembangunan kesehatan.

Jumlah kematian selama tahun 2011 di Kota Surabaya mencapai 1.849 jiwa yang terdiri atas 970 penduduk laki-laki dan 879 penduduk perempuan. Kematian tertinggi terjadi pada rentang umur > 44 tahun dan < 1 tahun. Angka kematian penduduk pada umur < 1 tahun cukup mengindikasikan besarnya kematian bayi dan balita di Kota Surabaya. Menyikapi permasalahan tersebut pemerintah Surabaya mencanangkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) gratis, KB (Keluarga Berencana), dan lain-lain.

Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang menjadi penderita dari beberapa jenis penyakit mencapai 1.583.914 jiwa. Jenis penyakit paling mendominasi yang diderita oleh 650.217 jiwa masyarakat Kota Surabaya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas). Selain penyakit ISPA, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat berada di posisi kedua dengan jumlah 190.341 penderita. Prosentase jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kota Surabaya ditampilkan pada Gambar 2.1 berikut.

(11)

Gambar 2.1. Prosentase Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2011

2.4. PERTANIAN

Kota Surabaya memiliki potensi yang cukup besar untuk sektor pertanian, namun sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Pada tahun 2011 luas lahan pertanian di wilayah Kota Surabaya adalah sebesar 1.686 ha dan menghasilkan komoditas tanaman pangan yaitu berupa padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar dengan jumlah produksi total sebanyak 12.890 ton pada tahun 2011. Frekuensi penanaman pada lahan pertanian di Kota Surabaya bergantung pada  jenis lahan serta jenis tanaman yang akan dibudidayakan.

Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui sawah-sawah yang tergenang, pemanfaatan pupuk urea dalam pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa pertanian serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini terbentuk emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yaitu karbaondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O). Gas CH4

merupakan salah satu faktor terjadi pemanasan global ( global warming ). Dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena terjadi pemanasan global di bidang pertanian adalah terjadi keterlambatan musim tanam atau panen padi, bencana banjir yang dapat menyebabkan kegagalan penanaman atau panen, tanah longsor dan kekeringan. Berdasarkan perhitungan emisi kabon yang diperoleh dari data Dinas Pertanian tahun 2010 yang telah diolah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya

(12)

Ringkasan Eksekutif

diketahui bahwa telah terbentuk emisi CH4  dari lahan pertanian di Kota Surabaya

sebesar 2.528,75 ton/tahun. Gas rumah kaca tidak hanya ditimbulkan oleh kegiatan pertanian, namun juga sektor peternakan. Hewan ternak yang memberikan kotribusi gas methan terbesar adalah sapi perah yaitu sebesar 12.757,85 ton CH4/tahun. Hewan

lain yang menghasilkan gas methan yang cukup besar berasal dari jenis unggas yaitu ayam sebesar 466,38 ton CH4/tahun.

2.5. INDUSTRI

Industrialisasi pada kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Sekarang sektor industri telah mengambil alih secara struktural kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian yang sebelumnya mendominasi.

Di wilayah Surabaya bagian selatan telah dibentuk sebuah kawasan industri yaitu daerah Rungkut atau Brebek Industri dan SIER, sedangkan di wilayah utara terdapat kawasan industri dan pergudangan Tambak Langon - Kalianak  – Margamulyo. Kawasan ini cukup strategis karena dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol dan Pusat Grosir (Kembang Jepun dan Pasar Turi). Sektor industri di Kota Surabaya terbagi atas 3 (tiga) golongan yaitu skala besar, menengah, dan kecil. Industri besar dan menengah yang ada di Kota Surabaya berjumlah 101 industri. Sedangkan jumlah industri kecil sebanyak 124 industri. Industri-industri tersebut menghasilkan limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan, diketahui bahwa limbah yang dihasilkan beberapa industri belum memenuhi baku mutu yang berlaku, diantaranya:

 pH  Industri yang memiliki kualitas pH air limbah kurang dari baku mutu sebesar

6 - 9 yaitu industri tahu. pH pada pabrik tahu berkisar antara 4,7 hingga 5,5 sehingga bersifat asam.

 BOD (Biological Oxygen Demand )   Industri yang memiliki BOD tertinggi adalah

industri tahu dengan konsentrasi mencapai 3.409 mg/L, dimana baku mutu yang berlaku mensyaratkan BOD maksimal adalah sebesar 50 mg/L. Industri lain yang limbahnya belum memenuhi baku mutu diantaranya adalah bengkel, industri kertas, industri pakan ternak, pengrajin emas, industri baja, dan pencucian jeans.

 COD (Chemical Oxygen Demand )   nilai COD tertinggi mencapai 7.250 mg/L

yaitu pada pabrik tahu, sedangkan batas baku mutu yang ditetapkan adalah 100 mg/L. Namun industri lain juga masih banyak yang limbahnya tidak memenuhi

(13)

baku mutu diantaranya bengkel, industri kertas, industri pakan ternak, pengrajin emas, industri baja, dan pencucian jeans.

 TSS (Total Suspended Solid )  Industri pembuatan tahu menghasilkan air limbah

dengan konsentrasi TSS di atas baku mutu yaitu 442 mg/L, 420 mg/L, 556 mg/L, dan 410 mg/L. Industri lain yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi TSS di atas baku mutu adalah industri pakan udang dan pencucian jeans.

2.6. ENERGI

Transportasi menjadi sektor utama yang menjadi konsumen terbesar dalam pemakaian minyak bumi. Kondisi tersebut disebabkan oleh semakin tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Surabaya. Seiring meningkatnya sarana transportasi di Kota Surabaya, para investor mendapatkan celah untuk membuka usaha Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU). Tercatat sebanyak 91 perusahaan SPBU beroperasi di Kota Surabaya. Jumlah konsumsi rata-rata minyak bumi Kota Surabaya adalah sekitar 48.000 Kiloliter per bulan. Penggunaan energi di beberapa sektor dapat menimbulkan emisi CO2  yang sangat berbahaya bagi lingkungan.

Berdasarkan Tabel 2.1 di bawah, dapat dilihat bahwa energi yang menghasilkan emisi CO2adalah transportasi berupa sepeda motor, kendaraan penumpang, truk/ bus kecil,

truk besar, dan bus besar.

Tabel 2.1. Perkiraan Emisi CO2dan Konsumsi Energi Menurut Sektor Pengguna

Tipe emisi

Sepeda Motor Bensin

Kendaraan Penumpang Truk/bus kecil

Truk Bus

Bensin Diesel Bensin Diesel

CO 19,2 23,5 5,15 41,4 5,32 2,51 2,57

NOx 0,13 6,87 1,26 9,14 1,48 10,7 10,4

HC 3,99 2,23 0,49 3,93 0,51 1,58 1,57

SO2 0,017 0 0,59 0 0,68 0,85 0,86

SPM 0,078 0 0 0 0 0,36 0,37

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011.

2.7. TRANSPORTASI

Dalam rangka meningkatkan minat masyarakat dalam penggunaan transportasi massal sebagai pilihan moda transportasi mereka, peningkatan kualitas pelayanan serta perbaikan sarana dan prasarana transportasi umum mutlak harus dilakukan. Pada tahun 2011, Kota Surabaya telah memiliki 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang terletak di beberapa kecamatan. Dari 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang ada di Kota Surabaya 2 terminal merupakan Tipe  A, 1 terminal Tipe B, dan 10 terminal sisanya merupakan Tipe C.

(14)

Ringkasan Eksekutif

Selain sektor transportasi darat, sektor transportasi laut dan udara di Kota Surabaya juga memiliki peran yang sangat penting dan strategis yakni sebagai pintu masuk dan keluar manusia dengan berbagai jenis kegiatan yang dilakukannya.

Sektor transportasi laut di Kota Surabaya memiliki peran yang cukup strategis mengingat sebagian ekspor maupun impor Indonesia akan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak. Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan Kota Surabaya yang terletak pada posisi 112o43’22” BT dan 07o11’54” LS, tepatnya di Selat Madura sebelah utara Kota Surabaya yang meliputi daerah perairan seluas 1.574,3 Ha dan daerah daratan seluas 574,7 Ha. Berbagai kegiatan yang terjadi di berbagai lokasi sarana transportasi baik di terminal, maupun pelabuhan laut akan berpotensi menyumbang limbah padat/ sampah bagi Kota Surabaya. Perkiraan jumlah limbah padat dari sarana transportasi tersebut dapat d ilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2. Perkiraan Jumlah Limbah Padat dari Sarana Transportasi Kota Surabaya

No. Sarana Transportasi Jumlah

Sarana

Volume Limbah Padat (m3 /hari)

1. Terminal Angkutan Umum 3 19,3

2. Pelabuhan Sungai dan Danau -

-3. Pelabuhan Laut 1 780

4. Pelabuhan Udara -

-TOTAL 799,3

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2011.

2.8. PARIWISATA

Potensi Kota Surabaya dalam sektor pariwisata saat ini terus dikembangkan agar dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Kota ini. Kota Surabaya memiliki cukup banyak potensi wisata yang menarik, mulai dari obyek wisata museum atau monumen, obyek wisata rekreasi, obyek wisata religi, sampai wisata alam atau ekowisata. Sebagai penunjang pariwisata, keberadaan penginapan atau hotel merupakan suatu hal yang krusial. Di Kota Surabaya terdapat 129 hotel yang dapat dijadikan rujukan sebagai tempat menginap sementara para wisatawan, mulai dari kelas hotel melati hingga hotel berbintang. Dengan adanya berbagai obyek wisata d an sarana penginapan ini, dapat dipastikan akan berpotensi menyumbangkan beban pencemaran bagi Kota Surabaya, baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Perkiraan volume limbah padat yang dihasilkan dari obyek wisata di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sedangkan perkiraan volume limbah padat total dari hotel di Kota Surabaya adalah sebesar 23,37 m3/hari.

(15)

Tabel 2.3. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata di Kota Surabaya

No Objek Wisata Luas

Kawasan Jumlah Pengunjung Volume Limbah Padat (m3 /hari) MUSEUM/ MONUMEN 1. Museum 10 Nopember 1945 1.366 m2 2. Museum Kesehatan 755,82 m2 1.446 4,63

3. Museum TNI AL Jala Crana 20.002 64,01

4. Museum House Of Sampoerna 1358 m2  7.621 24,39

5. Monumen Tugu Pahlawan 2.5 ha 6.855 21,94

6. Joko Dolog 408 1,31

7. Monumen Kapal Selam + 6.730 m2 18.623 59,59

8. Monumen Jalesveva Jayamahe 33.282 106,50

9. Museum WR. Soepratman 984 3,15

RELIGI

1. Masjid Cheng Hoo + 1.035 m2  8.617 27,57

2. Masjid Al Akbar + 10 ha 58.465 187,09

3. Masjid Ampel + 4 ha

4. Taman Sunan Bungkul + 1 ha

REKREASI

1. Pantai Ria Kenjeran (Kenpark) +100 ha 802.831 2.569,06

2. THR + 6500 m2 30.329 97,05

3. Taman Prestasi 1.659 5,31

4. THP Kenjeran 4,6 ha 59.095 189,10

5. Balai Pemuda 17.403 m2 178.008 569,63

6. GNI 6.780 m2

7. Taman Remaja SBY 501.247 1.603,99

8. Kebun Binatang SBY 15 ha 1.531.402 4.900,49

9. Ciputra Waterpark + 5 ha 256.198 819,83

10. Gedung Cak Durasim + 800 m2

11. Kawasan Wisata Religi Ampel 1.693.227 5.418,33

12. Taman Flora

EKOWISATA 1. Mangrove Kecamatan Gunung Anyar 2. Mangrove Kec. Wonorejo Rungkut

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Surabaya, 2011.

Sedangkan perkiraan volume limbah cair total dari hotel di Surabaya adalah sebesar 1.460,80 m3/hari, dengan beban BOD diperkirakan sebesar 533,19 ton/tahun, beban TSS sebesar 639,83 ton/tahun, beban Total N sebesar 93,31 ton/tahun, dan beban Total P sebesar 26,66 ton/tahun.

(16)

Ringkasan Eksekutif

Sesuai hasil pendataan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, pada tahun 2010 diketahui sebanyak 943 industri di Kota Surabaya menghasilkan limbah B3. Berbagai jenis kegiatan penghasil limbah B3 ini diantarnya adalah percetakan dengan limbah yang dihasilkan berupa tinta bekas, kaleng bekas tinta, cucian tinta, dan sebagainya; bengkel kendaraan dengan limbah B3 yang dihasilkan berupa oli bekas, accu kering, kaleng bekas oli, dan sebagainya; laboratorium kesehatan, rumah sakit, farmasi dengan limbah B3 yang dihasilkan berupa limbah medis, obat kadaluarsa, bahan kimia, dan sebagainya; serta industri penghasil limbah B3 lainnya. Pada tahun 2011 belum ada data terbaru mengenai industri penghasil limbah B3, namun diperkirakan tidak berbeda dari tahun sebelumnya.

Dari berbagai industri di Kota Surabaya yang menghasilkan limbah B3, ada 2 industri yang telah mendapatkan izin untuk melakukan penyimpanan sementara limbah B3 yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Lotus Indah Textile Industries. Selain itu, ada sebanyak 25 perusahaan telah mendapatkan rekomendasi dan izin dari Dinas Perhubungan untuk melakukan pengangkutan limbah B3.

(17)

BAB III

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

3.1. REHABILITASI LINGKUNGAN

Pemanfaatan lahan yang terbatas di Surabaya untuk berbagai kepentingan yang lebih bersifat komersial serta tidak sesuai dengan peruntukannya akan menyebabkan perubahan kualitas lingkungan menjadi lebih buruk. Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Hutan Kota merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi masalah tersebut melalui fungsi dan peranannya yang sangat beragam.

Pada tahun 2010, jumlah luasan RTH di Kota Surabaya adalah sebesar 6.670,42 ha atau 20,18 % dari luas total Kota Surabaya. Luasan ini telah memenuhi target luasan RTH sesuai Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, dimana ditetapkan RTH diupayakan 20 % dari luas kota. Luas dari masing-masing jenis RTH di Kota Surabaya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1. Luasan RTH Kota Surabaya

No. Jenis RTH Luas (Ha)

1 RTH makam 178,45

2 RTH lapangan dan stadion 220,68

3 RTH telaga/waduk (BTKD) 11,37

4 RTH di kawasan boezem 132,96

5 RTH dari fasum dan fasos yang diserahkan 113,93

6 RTH kawasan lindung (Pamurbaya, Benowo, Pakal) 3.852,60

7 RTH hutan kota di KBS 15,36

8 RTH hutan kota (Pakal, Lakarsantri, Balas Klumprik) 25,80

9 RTH pada TPA dan bekas TPA 78,00

10 RTH di sempadan saluran dan kali 249,37

11 RTH taman dan jalur hijau (JH) 197,69

12 Buffer zone jalan Tol dan Interchange 62,34

13 Buffer zone untuk kawasan industry (waru gunung) 263,30

14 RTH jalur tepian jalan (berm jalan) 1.275,13

(18)

Ringkasan Eksekutif

No. Jenis RTH Luas (Ha)

LUAS KOTA SURABAYA 33.048,00

PROSENTASE LUAS RTH TERHADAP LUAS KOTA (%) 20,18

Sumber: Bappeko Surabaya, 2010.

Pada tahun 2011, di Kota Surabaya direncanakan dilakukan kegiatan penghijauan pada lahan seluas 408,77 ha dengan perkiraan jumlah pohon sebanyak 16.258 pohon. Namun dari rencana tersebut, yang dapat terealisasi adalah penghijauan seluas 388,79 ha dengan jumlah pohon sebanyak 8.662 batang pohon. Jika dilihat dari luasannya maka rencana penghijauan telah terealisasi sekitar 95 %, namun jika dilihat dari jumlah pohon yang ditanam maka penghijauan hanya terealisasi sekitar 53 % dari rencana. Kegiatan penghijauan ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan masyarakat.

Salah satu kegiatan penghijauan yang terlaksana pada tahun 2011 ini adalah pembangunan Hutan Kota Balas Klumprik dan Hutan Kota Pakal. Hutan Kota Balas Klumprik dibangun di Kelurahan Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung dengan luas 4,3 ha. Sedangkan Hutan Kota Pakal terletak di Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal dengan luas 10,5 ha.

Selain program penghijauan dengan pembangunan Hutan Kota, berbagai kegiatan penanaman tanaman juga dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kecamatan di sekitar wilayahnya masing-masing. Dari bulan Januari hingga November 2011 tercatat sebanyak 3.143 batang pohon dari berbagai jenis telah ditanam pada lahan seluas 7,858 ha oleh masyarakat Kota Surabaya.

Berbagai kegiatan penanaman tanaman bakau (mangrove) juga dilakukan di beberapa wilayah di Kota Surabaya seperti di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar dan Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Kegiatan ini diprakarsai oleh berbagai instansi seperti PLN, Pertamina, dan banyak instansi lainnya serta berbagai kelompok masyarakat seperti HMI Surabaya, Karang Taruna, mahasiswa dari berbagai universitas, dan sebagainya. Tercatat ada 43 kegiatan penanaman tanaman mangrove yang dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2011, dengan jumlah pohon mencapai 226.602 batang pohon, yang ditanam pada lahan seluas 24,790 ha.

Kota Surabaya tidak memiliki hutan alami sehingga kegiatan reboisasi tidaklah dilakukan. Namun kegiatan fisik lain dalam upaya pengelolaan lingkungan seperti kegiatan kerja bakti 2 kali seminggu, pemberdayaan dan pendampingan masyarakat, lomba kebersihan Green and Clean, penyuluhan sampah mandiri, dan sebagainya

(19)

telah dilakukan dibawah tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

3.2. AMDAL

Dari banyak kegiatan di Kota Surabaya, pada tahun 2011 banyak dokumen lingkungan yang dihasilkan, yang berarti bahwa kepedulian pelaku usaha terhadap lingkungan di Kota Surabaya semakin meningkat.

Selama tahun 2011 saja, mulai dari Januari hingga Desember, jumlah dokumen UKL-UPL mencapai sebanyak 1431 dokumen yang semuanya telah disetujui. Sedangkan untuk dokumen AMDAL, tercatat ada 17 dokumen yang telah disidangkan, namun yang telah mencapai final hanya ada 2 dokumen yaitu untuk kegiatan DELH PT Kedawung Setia dan DELH Intiland Tower. Sebuah dokumen AMDAL untuk kegiatan Pembangunan Hotel Harris n Pop diganti menjadi UKL-UPL setelah dilakukan Sidang KA-ANDAL karena dinilai sekupnya hanya perlu dokumen UKL-UPL saja. Sedang dokumen AMDAL lainnya masih dalam tahap revisi.

3.3. PENEGAKAN HUKUM

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, salah satu tugas dan wewenang pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat. Untuk itu, berdasarkan Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/71/436.1.2/2004 Tanggal 6 April 2004 dibentuklah Pos Pengaduan Lingkungan Kota Surabaya. Pengaduan lingkungan adalah jenis pengaduan yang meliputi pencemaran atau kerusakan lingkungan diarahkan ke BLH Surabaya Bidang Penangulangan Dampak Lingkungan.

Pada tahun 2011, jumlah pengaduan masalah lingkungan yang diterima oleh Pos Pengaduan Lingkungan Kota Surabaya adalah sebanyak 92 pengaduan. Tabel 3.2  di bawah ini menunjukkan jumlah pengaduan masalah lingkungan menurut jenis masalahnya.

Tabel 3.2. Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan Menurut Jenis Masalah

No. Masalah Yang Diadukan Jumlah

Pengaduan

1 Asap 22

2 Bau 17

3 Bau pada limbah cair 8

(20)

Ringkasan Eksekutif

No. Masalah Yang Diadukan Jumlah

Pengaduan

6 Pencemaran tanah akibat sampah 1

7 Limbah cair 13

8 Tanah ambles 1

9 Pencemaran udara akibat debu 6

10 Pencemaran udara akibat uap panas 2

TOTAL 92

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011.

Berbagai pengaduan permasalahan lingkungan di atas diperoleh dari laporan masyarakat maupun laporan hasil pemantauan dari staff BLH Kota Surabaya. Status penanganan dari semua pengaduan tersebut ada yang telah tuntas dan ada yang masih dalam pengawasan.

3.4. PERAN SERTA MASYARAKAT

Salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya persoalan lingkungan yang terkait dengan sumber daya alam dan masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Berbagai upaya penguatan masyarakat perlu dilakukan melalui cara pandang dan pola pikir kritis terhadap lingkungan. Hal ini tidaklah mungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah, sudah tentu harus melibatkan komponen -komponen masyarakat lainnya. Salah satunya adalah dengan melibatkan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam proses penguatan masyarakat sipil dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Jumlah LSM yang terdaftar di Bakesbang Propinsi Jawa Timur adalah sebanyak 290 LSM, dimana 7 (tujuh) diantaranya merupakan LSM Lingkungan yang berada di Kota Surabaya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah dengan memberikan penghargaan lingkungan. Hampir setiap tahun Kota Surabaya selalu meraih penghargaan Kalpataru yang merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada perorangan maupun organisasi yang melakukan tindakan penyelamatan atau pelestarian lingkungan. Pada tahun 2011, Kota Surabaya kembali meraih penghargaan Kalpataru untuk tingkat nasional. Penghargaan ini diraih oleh Lulut Sri Yuliani yang merupakan warga dari Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Lulut Sri Yuliani merupakan seorang aktivis lingkungan dan pendesain motif batik mangrove. Penghargaan yang diterima Lulut Sri Yuliani adalah penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Presiden RI pada tanggal 7 Juni 2011 di Istana Negara.

(21)

Peningkatan peran serta masyarakat juga diupayakan melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, workshop, dan seminar lingkungan. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya pada tahun 2011 ini diantaranya:

1. Rapat Teknis Green Building , diikuti oleh para pengelola gedung bertingkat sebanyak 434 peserta. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 21 November 2011.

2. Pelatihan Kinerja Service AC, diikuti oleh para teknisi AC Rumah Sakit sebanyak 25 peserta.

3. Focus Group Discussion (FGD) Penghapusan Bahan Perusak Ozon Sektor Aerosol, Foam, AC/Chiller/Refrigerasi, yang diikuti oleh dosen-dosen di Kota Surabaya sebanyak 40 peserta. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 25 Desember 2011 dengan tujuan menjaring masukan dari berbagai pihak untuk rencana aksi penghapusan BPO dan sinkronisasi antara rencana aksi nasional, provinsi dan kota. 4. Kampanye Stop Global Warming , yang diikuti oleh masyarakat umum.

Diselenggarakan pada tanggal 11 November 2011.

3.5. KELEMBAGAAN

Dalam kelembagaannya, di Kota Surabaya telah dibentuk Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Beberapa produk hukum bidang pengelolaan lingkungan yang dihasilkan Kota Surabaya dari tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Produk hukum ini digunakan sebagai payung pelaksanaan kegiatan lingkungan di wilayah Kota Surabaya.

Tabel 3.3. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Kota Surabaya

No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang

1 Keputusan Walikota Surabaya 188.45/ 63/ 436.1.2/ 2011 2011 Tim Monitoring Kualitas Udara Ambien di Kota Surabaya

2 Peraturan Walikota Surabaya 26 2010 Tata Laksana Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 3 Keputusan Walikota Surabaya 188.45/ 259/ 436.1.2/ 2010 2010 Tim Pengendalian Pembuangan Limbah

Cair 4 Keputusan Walikota Surabaya 188.45/ 306/ 436.1.2/ 2010 2010

Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kota

Surabaya

5 Keputusan Walikota Surabaya 188.45/ 410/ 436.1.2/ 2009 2009 Penetapan Pemenang Lomba Kebersihan Surabaya Green and Clean Tahun 2009 6 Keputusan Gubernur Jawa

Timur 188/ 224/ KPTS/ 013/ 2008 2008

Tim Kerjasama Pengelolaan Sampah Terpadu di Kabupaten Gresik, Kabupaten

(22)

Ringkasan Eksekutif

No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang

7 Perda Kota Surabaya 3 2007 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Surabaya

Sumber: Instansi Terkait di Kota Surabaya

Gambar

Gambar 1.1. Luas Wilayah Menurut P
Tabel 1.1. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas II (Januari-November 2011)
Tabel 1.3. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas IV (Januari-November 2011)
Gambar 2.1. Prosentase Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan Prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut ini, Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut saja ditemui kesukaran, namun tidak

Disampaikan Pada Sarasehan Peternakan 2005, Revitalisasi Ternak Kerbau dan Pola Pembibitan Sapi Potong.. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pada penelitian yang dilakukan terhadap kulit buah kakao asal Tasikmalaya nilai zat terlarut dalam air lebih tinggi dari etanol (Bhargava et al., 2013).... Jika suatu bahan

Penelitian ini dilatar belakangi hasilpengamatan peneliti, bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di MI masih didominasi guru yang belum menggunakan atau memanfaatkan model

Penonton tidak hanya di sajikan cerita dengan dramatik serta adegan yang kuat di film televisi “Jalan Pulang” namun diberikan pengalaman menonton yang berbeda dari segi visual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak kelompok A RA At-taqwa mengalami peningkatan setelah diterapkan penggunaan media kolam cerita, berupa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia, teknologi informasi, rekonsiliasi dan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap

Hasil penilaian ahli terhadap model HOT-V Lab menunjukkan bahwa: (1) Tahapan praktikum model HOT-V Lab sesuai dengan tahapan pemeca- han masalah secara sistematis, (2)