236
PROFIL USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA DAN JAWA SPESIFIK LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN
Diding Rachmawati, Zainal A, Nurul I. dan Indriana RD BPTP Jawa Timur
ABSTRAK
Tembakau mempunyai prospek pasar yang baik karena merupakan bahan baku utama industri rokok dan mempunyai peranan ekonomi yang cukup luas, sebagai penyumbang pendapatan negara melalui cukai dan pajak, sebagai sumber pendapatan utama petani tembakau dan sebagai penyediaan lapangan kerja padat karya di pedesaan dan perkotaan. Lamongan, sebagai salah satu penghasil tembakau di Jawa Timur, mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan, khususnya di wilayah Lamongan bagian selatan. Penelitian bertujuan memperoleh informasi tentang teknologi eksisting dalam budidaya tembakau Virginia dan Jawa spesifik lokasi di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan. Identifikasi masalah danpPeluang pengembangan intensifikasi tembakau berdasarkan potensi sumberday pertanian spesifik llokasi dilakukan melalui pendekatan PRA untuk memperoleh informasi tentang teknologi eksisting serta potensi dan permasalahan dalam pengembangan usahatani tembakau di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan yang meliputi : karakteristik bio-fisik dan sosial ekonomi, identifikasi dan aktifitas penggunaan sumberdaya pertanian.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu di sentra
produksi tembakau Virginia dan tembakau Jawa, dilakukan di 4 kecamatan masing-masing kecamatan dipilih 2 desa, masing-masing-masing-masing desa dipilih 10 orang petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sentra produksi tembakau di Kabupaten Lamongan antara lain berada di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Modo dan merupakan lokasi penelitian tembakau. Kontribusi terhadap produksi tembakau virginia dan tembakau jawa di Kecamatan Modo mencapai 20,06% dari total produksi, Kecamatan Sambeng sebesar 14,98% dari total produksi, Kecamatan Ngimbang sebesar 10,81% dari total produksi dan Kecamatan Bluluk sebesar 8,21% dari total produksi.
Kata Kunci: Tembakau, Usahatani, spesifik lokasi
PENDAHULUAN
Tembakau mempunyai prospek pasar yang baik karena merupakan bahan baku utama industri rokok dan mempunyai peranan ekonomi yang cukup luas, sebagai penyumbang pendapatan negara melalui cukai dan pajak, sebagai sumber pendapatan utama petani tembakau dan sebagai penyediaan lapangan kerja padat karya di pedesaan dan perkotaan. Produksi rokok di Indonesia yaitu sebanyak 84% merupakan rokok kretek, dan sekitar 80—85% bahan baku rokok kretek tersebut berasal dari jenis tembakau yang ada di dalam negeri. Pengembangan tembakau bersifat lokasi spesifik karena sangat ditentukan oleh kesesuaian mutu yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri rokok (Balittas, 1997; 1998).
237
Tanaman tembakau dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu : a) Voor-Oogst adalah tanaman tembakau yang ditanam pada musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. Tanaman tembakau jenis Voor-Oogst ini adalah jenis tembakau Virginia, tembakau rakyat (Jawa), dan tembakau Lumajang, dan b) Na-oogst adalah tanaman tembakau yang ditanam pada musim kemarau dan dipanen pada musim penghujan. Tanaman tembakau jenis ini adalah jenis tembakau Besuki (Pemkab. Lamongan, 2008).
Lamongan, sebagai salah satu penghasil tembakau di Jawa Timur, mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan, khususnya di wilayah Lamongan bagian selatan. Daerah penghasil tanaman tembakau Virginia adalah Kecamatan Sambeng,
Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Modo, Kecamatan Mantup, Kecamatan
Kedungpring, Kecamatan Sugi, Kecamatan Sukorame dan Kecamatan Bluluk, sedangkan kecamatan penghasil tanaman tembakau rakyat (Jawa) adalah Kecamatan Sambeng, Kecamatan Modo, dan Kecamatan Sukorame. Dari total produksi 19.878 ton daun basah tembakau Virginia, maka Kecamatan Sambeng memberikan kontribusi sebesar 0,86%, Kecamatan Ngimbang memberikan kontribusi 13,91 dari total produksi, Kecamatan Modo memberikan kontribusi 25,21%, Kecamatan Mantup memberikan kontribusi sebesar 6,53%, Kecamatan Kedungpring memberikan kontribusi sebesar 11,54%, Kecamatan Sugio memberikan kontribusi sebesar 26,90% dari total produksi, Kecamatan Sukorame memberikan kontribusi sebesar 8,59% dan Kecamatan Bluluk memberikan kontribusi sebesar 6,53%. Untuk tanaman tembakau rakyat (Jawa) dengan total produksi sebesar 14.760 ton daun basah, maka Kecamatan Sambeng, Kecamatan Modo, dan Kecamatan Sukorame masing-masing mempunyai kontribusi terhadap total produksi sebesar 33,3% (BPS Kab. Lamongan, 2007).
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang teknologi eksisting dalam budidaya tembakau Virginia dan Jawa spesifik lokasi di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan
BAHAN DAN METODE 1. Proses Implementasi Kegiatan
Implementasi kegiatan Identifikasi Masalah dan Peluang Pengembangan Intensifikasi Tembakau Berdasarkan Potensi Sumberdaya Pertanian Spesifik Lokasi dilakukan melalui pendekatan PRA untuk memperoleh informasi tentang teknologi eksisting serta potensi dan permasalahan dalam pengembangan usahatani tembakau di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan yang meliputi : karakteristik bio-fisik dan sosial ekonomi, identifikasi dan aktifitas penggunaan sumberdaya pertanian.
2. Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu di sentra
produksi tembakau Virginia dan tembakau Jawa, meliputi Kecamatan Modo, Bluluk, Ngimbang serta Sambeng dan masing-masing kecamatan ditentukan 2 desa yang
238
mempunyai areal pertanaman tembakau terluas. Lokasi penelitian di Kecamatan Modo meliputi Desa Sidomulyo dan Desa Kedungkerep, Kecamatan Bluluk meliputi Desa Songo Wareng dan Desa Sumber Banjar, Kecamatan Ngimbang meliputi Desa Selahar Wotan dan Desa Lamongrejo, dan Kecamatan Sambeng meliputi Desa Wates Winangon dan Desa Garung. Pengumpulan data kegiatan usahatani tembakau dilakukan terhadap 10 petani responden berdasarkan jenis tembakau yang ditanam untuk mengetahui proses produksi tembakau yang ditanam.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Wilayah Penelitian
Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 27 Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (Gambar 1). Jumlah penduduk tahun 2007 sebanyak 1.412.386 jiwa terdiri dari 706.631 perempuan dan 705.755 laki-laki dengan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 779 jiwa/km2.
Luas areal sawah yang dipergunakan untuk tanaman tembakau Virginia sebesar 2.639 Ha dan areal sawah yang dipergunakan untuk tanaman tembakau rakyat (Jawa) sebesar 2.235,08 Ha. Untuk lahan tegal yang dipergunakan untuk menanam tembakau Virginia seluas 83,76 Ha dan areal tanam tembakau rakyat (Jawa) yang menggunakan lahan tegal seluas 636,12 Ha (Diperta Lamongan. 2007).
Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah administrasi Kabupaten Lamongan
2. Kecamatan Bluluk
Luas areal tanaman tembakau sebesar 914 Ha yang terdiri dari tembakau virginia varietas cocek 45 seluas 554 Ha dengan tingkat produktivitas sebesar 15.000 kg/Ha dan tembakau rakyat (Jawa) varietas manila dengan luas areal tanam 360 Ha dengan tingkat produktivitas sebesar 650 kg/Ha (Diperta Lamongan. 2007). Wilayah kecamatan Bluluk mempunyai tipe iklim Oldeman D3 yaitu 3 bulan basah dan 6 bulan.
BRONDONG PACIRAN SOLOKURO LAREN # MADURAN # KARANG GENENG SEKARAN KALITENGAH KARANGBINANGUN TURI SUKODADI PUCUK BABAT KEDUNGPRING SUGIO LAMONGAN DEKET GLAGAH SARIREJO TIKUNG KAMBANGBAHU MODO SAMBENG MANTUP NGIMBANG BLULUK SUKORAME S N E W P Tinggi Sedang Rendah 3 0 3 6 Kilometers 7°18'40" 7°18'40" 7°8'20" 7°8'20" 6°58'00" 6°58'00" 112°2'00" 112°2'00" 112°12'20" 112°12'20" 112°22'40" 112°22'40" 112°33'00" 112°33'00" 112 112 -7 -7 lAMONGAN_P
239 a. Desa Songo Wareng
Tingkat pendidikan penduduk Desa Songo Wareng sebagian besar (72 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD yaitu sebanyak 1.536 orang. Desa Songo Wareng berada pada ketinggian tempat 63 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta
mempunyai kandungan C-organik 0,93%; N-total 0,05%, P2O5 68 ppm dan K 0,29
cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan
lahan 5-20% (Gambar 4).
Variabel Sawah Tadah Hujan Pekarangan Tegal
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 5 - 10 5 - 8 5 – 20
Tanaman semusim
Padi sawah, tembakau, jagung, kacang hijau, tebu
- Padi gogo,
tembakau, jagung
Tanaman Tahunan
Jati, pisang Mangga, pisang,
nangka, lamtoro
Jati
Ternak - Sapi, kerbau,
kambing, ayam, itik
-
Lain-lain Sumur pantek Rumah,kandang,
sendang
- Gambar 2. Transek Desa Songo Wareng, Kec. Bluluk, Kab. Lamongan
Desa Sumber Banjar
Jumlah penduduk Desa Sumber Banjar sebanyak 2.983 orang, dan tingkat pendidikan sebagian besar (74 %) tidak tamat SD sampai tamat SD. Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang sampai subur dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai
kandungan C-organik 1,44%; N-total 0,20%, P2O5 120 ppm dan K 0,44 cmol (+) kg
-1
atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 8-20% (Gambar 5).
240
Variabel Tegal Pekarangan Sawah Tadah Hujan Tegalan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 10 - 20 12 8 - 12 15 - 20 Kedalaman air tanah (m) 15 - 25 15 12 - 17 15 - 30 Tanaman Semusim Jagung, Kc. hijau, Tembakau
- Padi, tembakau, jagung,
kacang hijau Jagung, Kc. hijau, tembakau Tanaman Tahunan Jati, Pisang Pisang,Mangga, Nangka Lamtoro Pisang
Ternak - Sapi, kambing,
ayam
- -
Lain-lain Jalan Rumah,
kandang, telaga
Sumur pantek -
Gambar 3. Transek Desa Sumber Banjar, Kec. Bluluk, Kab. Lamongan
3. Kecamatan Ngimbang
Kecamatan Ngimbang terdiri dari 19 desa yaitu Kedungmentawar, Ganggangtingan, Mendogo, Durikedungrejo, Lawak, Ngasem, Lemahbang, Purwokerto, Jejel, Gebangangkrik, Slaharwotan, Cerme, Ngimbang, Drujugurit, Kakatpenjalin, Tlemang, Girik, Sendangrejo, Munungrejo dan Lamongrejo. Kondisi tanahnya berbukit sampai bergelombang dengan ketinggian 82 m dpl. Luas lahan untuk tanaman tembakau di Kecamatan Ngimbang sebesar 921 Ha dengan rincian 112 Ha untuk tembakau virginia varietas BAT dengan tingkat produktivitas 550- 650 kg/Ha, dan seluas 87 Ha digunakan menanam tembakau virginia varietas Oker dengan produksi 650-700 kg/Ha, sedangkan 722 Ha digunakan menanam tembakau jenis rakyat (Jawa) varietas manila dengan produktivitas 450-500 kg/Ha (Cabang Diperta Kec. Ngimbang. 2009). Wilayah Kecamatan Ngimbang mempunyai iklim D3 (Oldeman) yaitu 4 bulan basah dan 4 bulan kering sehingga mempengaruhi pola tanam dan produktivitas tanaman.
a. Desa Slaharwotan
Jumlah penduduk Desa Slaharwotan sebanyak 3.362 orang (748 KK) meliputi laki-laki 1.732 orang dan perempuan 1.630 orang. Tingkat pendidikan sebagian besar tidak tamat SD dan Tamat SD sebesar 62%. Kondisi tanahnya datar sampai bergelombang dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai
kandungan C-organik 1,43%; N-total 0,20%, P2O5 100 ppm dan K 0,31 cmol (+) kg
-1
atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-20% (Gambar 4).
241
Variabel Tegalan Pekarangan Sawah Tadah HUjan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 10 - 20 5 5 – 10
Tanaman Semusim
Jagung, tembakau - Padi, jagung, tembakau
Tanaman Tahunan
Jati, mindi Nangka,
kedondong, pisang lamtoro, mangga, jambu
biji, bambu
Jati, mahoni
Ternak - Sapi, ayam,
kerbau, kambing, ayam, itik
-
Lain-lain - Rumah, kandang -
Gambar 4. Transek Desa Selahar Wotan, Kec. Ngimbang, Kab. Lamongan b. Desa Lamongrejo
Jarak Desa Lamongrejo ke ibukota kecamatan 4 km dan jarak ke ibukota kabupaten 56 km. Luas penggunaan lahan di Desa Lamongrejo meliputi tanah sawah seluas 421,84 Ha (63,8%), tegal seluas 116,485 Ha (17,6%), pekarangan seluas 115,365 Ha (17,4%) dan Lain-lain seluas 7,60 Ha (1,2%). Kondisi tanahnya berbukit dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan
C-organik 1,25%; N-total 0,20%, P2O5 107 ppm dan K 0,14 cmol (+) kg-1 atau
tergolong kesuburan tanah kurang subu, dengan kelerengan lahan 8-25% (Gambar 5).
Variabel Pekarangan Sawah Tadah Hujan Tegal
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 10 - 15 8 - 10 15 - 25
Tanaman Semusim
- Padi sawah, tembakau
jagung Padi gogo, tembakau, jagung Tanaman Tahunan Mangga, jambu biji, pisang, bambu
- Jati, Mahoni, Sawo
Ternak Sapi, kambing, ayam
- -
Lain-lain Rumah,
kandang
- -
242
4. Kecamatan Sambeng
Kecamatan Sambeng terdiri dari 22 desa yaitu Desa Sekijang, Wudi, Wonorejo, Kedungbanyar, Sumbersari, Pasarlegi, Pataan, Gempolmanis, Nogojatisari, Pasar legi,
Sidokumpul, Tenggiring, Semampirejo, Kedungwangi, Barurejo, Candisari,
Wateswinangon, Garung, Jatipandak, Pamotan, Selorejo dan Kreteranggon (Cabang Diperta Kec. Sambeng. 2009). Wilayah Kecamatan Sambeng mempunyai iklim C3 (Oldeman) yaitu 5 bulan basah dan 5 bulan kering sehingga mempengaruhi pola tanam dan produktivitas tanaman.
a. Desa Wates Winangon
Tingkat pendidikan penduduk Desa Wates Winangon sebagian besar (57 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Desa Wates Winangon berada di ketinggian tempat 76 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan C-organik 0,74%;
N-total 0,16%, P2O5 50 ppm dan K 0,27 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan
tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 8-30% (Gambar 5).
Variabel Tegal Pekarangan Sawah Tadah Hujan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan(%) 10 - 30 10 - 15 8 – 10
Tanaman semusim
Padi gogo, jagung
- Padi sawah, tembakau, jagung
Tanaman Tahunan
Jati, pisang Mangga,
pisang, jambu biji, bambu Jati Ternak Sapi, kambing, ayam, kelinci Sapi, kambing, ayam - Lain-lain - Rumah, kandang - Gambar 6. Transek Desa Wates Winangon, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan b. Desa Garung
Jumlah penduduk Desa Garung mencapai 1.985 orang, dengan tingkat pendidikan sebagian besar (73 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Desa Garung berada pada ketinggian tempat 65 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi perbukitan dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan
243
tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-20% (Gambar 7).
Variabel Sawah Tadah Hujan Pekarangan Tegalan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 10 – 15 5 -10 10 – 20
Tanaman semusim
Padi sawah, tembakau, jagung, kedelai, kacang tanah
- Padi gogo,
tebu, tembakau, jagung
Tanaman tahunan
Lamtooro Mangga, nangka,
pisang, bambu
-
Ternak - Sapi, kerbau,
kambing, ayam
-
Lain-lain Sungai Rumah, kandang -
Gambar 7. Transek Desa Garung, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan
5. Kecamatan Modo
Kecamatan Modo terdiri dari 17 desa yaitu Nguwok, Sambungrejo, Kedungrejo, Sidomulyo, Kacangan, Kedungwaras, Jatipayak, Kedungpengaron, Sumberagung, Sidodowo, Medalem, Pule, Yungyang, Kedungerep, Sambangrejo, Jegrek, dan Mojorejo (Cabang Diperta Kec. Modo. 2009). Wilayah Kecamatan Modo mempunyai iklim D3 (Oldeman) yaitu 4 bulan basah dan 5 bulan kering.
a. Desa Sidomulyo
Jarak Desa Sidomulyo ke ibukota kecamatan Modo 7 km dan jarak ke ibukota kabupaten Lamongan 45 km dan berada pada ketinggian tempat 82 m dpl. Jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai kandungan C-organik 1,58%;
N-total 0,23%, P2O5 141 ppm dan K 0,24 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan
tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-15% (Gambar 8).
Variabel Sawah Tadah Hujan Tegal Pekarangan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 5 – 10 5 - 15 5
Tanaman Semusim
Padi, tembakau, jagung Padi, tembakau,
temu-temuan
-
Tanaman Tahunan
Turi Pisang Mangga,
pisang, bambu
Ternak - - Sapi, kambing,
ayam
Lain-lain - - Rumah,
244
Gambar 8. Transek Desa Sidomulyo, Kecamatan Modo, Kab. Lamongan b. Desa Kedungkerep
Tingkat pendidikan sebagian besar (75 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan
C-organik 1,16%; N-total 0,17%, P2O5 47 ppm dan K 0,23 cmol (+) kg-1 atau
tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-15% (Gambar 9).
Variabel Tegal Sawah Tadah Hujan Pekarangan
Jenis tanah Grumosol Grumosol Grumosol
Kelerengan (%) 8 - 10 5 - 8 10 - 15 Tanaman Semusim Padi gogo, tembakau, palawija
Padi sawah, tembakau jagung - Tanaman Tahunan Jati, lamtoro, kayu kertas - Mangga, bambu, jambu biji, lamtoro, pisang
Ternak - - Sapi, kambing,
ayam
Lain-lain - - Rumah, kandang
Gambar 9. Transek Desa Kedungkerep, Kecamatan Modo, Kab. Lamongan
6. Teknik Budidaya Tembakau
a. Jenis Tembakau
Jenis dan luas penanaman tembakau mencapai 5.594,35 Ha yang meliputi tembakau Virginia 2.723,15 Ha (49%) dan tembakau Jawa 2.871,20 Ha (51%). Tembakau Virginia terdapat 4 varietas yang biasa ditanam oleh petani yaitu varietas 15, varietas DB, varietas BAT, varietas Paiton. Untuk tembakau rakyat (Jawa) terdapat 2 varietas yaitu varietas Manila dan varietas Jinten. Tembakau virginia varietas 15 dan varietas DB banyak ditanam petani, sedangkan tembakau Jawa yang banyak ditanam adalah varietas Manila.
Tabel 1. Jenis, varietas, luas dan produktivitas tembakau di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan
No. Jenis
tembakau Varietas Luas (Ha)
Produktivitas
(kg/Ha) Keterangan
1. Virginia 15 2.571 10.400 Daun basah
DB 124,15 700 - 1.600 Rajangan
245
No. Jenis
tembakau Varietas Luas (Ha)
Produktivitas
(kg/Ha) Keterangan
Paiton 14 2.000 Rajangan
Jumlah 2.723,15
2. Rakyat (Jawa) Manila 2.834,20 5.000 - 6.000 Daun basah
Jinten 37,00 5.000 Daun basah
Jumlah 2.871,20
Total 5.594,35
Sumber: Diperta Lamongan (2007)
Beberapa alasan petani dalam menanam jenis tembakau Virginia dan tembakau Jawa varietas tertentu, antara lain : (a) jenis tembakau tersebut cocok tumbuh di jenis tanah tertentu, (b) hasil dan mutunya cukup baik, (c) mempunyai rendemen tinggi, (d) warna daun cerah dan tebal, dan (e) tembakau jenis tersebut telah disiapkan oleh pihak pabrikan dalam kemitraan.
b. Tanah
Tekstur tanah yang terbaik untuk tembakau adalah lempung berpasir, pasir berlempung atau liat berpasir. Tanah-tanah tersebut mempunyai proporsi udara dan air tanah yang optimum bagi pertumbuhan akar tembakau virginia. Pada umumnya tanah berpasir yang ringan cenderung menghasilkan daun yang tipis dan berwarna kuning, ringan dan beraroma lemah, hasil dan mutu rendah karena sering terjadi kekeringan. Pada tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi menghasilkan daun tebal, berat, dan berminyak, mutu rendah karena kandungan N daun terlalu tinggi, pengolahan tanah sulit, aerasi sulit, dan sering tergenang bila hujan, sedangkan pH tanah yang baik pada kisaran pH 5,0 - 6,0.
Kecamatan Bluluk, Ngimbang, Sambeng dan Modo mempunyai jenis tanah Grumosol dengan ciri kandungan liatnya cukup tinggi (lebih dari 30%), mempunyai
sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik), bila keadaan kering, tanah akan
mengerut, pecah-pecah dan keras, dan keadaan basah akan mengembang dan llengket.
c. Pembibitan
Bibit tembakau yang berasal dari tembakau yang mempunyai pertumbuhan baik, diambil bunga yang telah tua dan dikeringkan. Pembibitan dilakukan di lahan dekat pengairan dengan mendeder biji tembakau dan disiram sercara intensif. Bibit yang siap dipindah tanam ke lapang berumur 1 bulan dengan tinggi tanaman sekitar 10 cm – 15 cm dan mempunyai 4 daun. Bibit tersebut digunakan sendiri atau dijual ke petani tembakau lainnya. Harga jual per 1.000 bibit antara Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 35.000,-
246
d. Penanaman
Buatlah guludan berukuran lebar 60 cm dan panjang sesuai kondisi lahannya dengan lebar selokan 50 cm. Jarak tanam 40 cm x 40 cm dengan 2 baris tanaman dalam
guludan (double row). Untuk penanaman tembakau secara triple row (3 baris
tanaman dalam guludan), maka lebar guludan 120 cm dan lebar selokan 50 cm. Jarak tanam 40 cm x 30 cm. Guludan diberi lubang dengan cara tugal sesuai jarak tanamnya, kemudian diberi pupuk dasar yaitu pupuk Ponska dan NPK. Selanjutnya bibit tembakau berumur 1 bulan ditanam dalam lubang tugal, kemudian ditutup dengan campuran air dan lumpur yang tujuannya agar menjadi padat sehingga mengurangi terjadinya penguapan sekitar tanaman. Penyulaman dilakukan 2 kali, yaitu tanaman berumur 1 minggu dan tanaman berumur 2 minggu.
e. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman tembakau Virginia menggunakan pupuk ZA, Ponska dan NPK dengan kualitas daun yang diinginkan berwarna kuning, sedangkan pemupukan pada tembakau Jawa menggunakan pupuk Urea, ZA, Ponska dan NPK dengan kualitas daun berwarna gelap. Penggunaan pupuk Urea menyebabkan daun tembakau menjadi lebih subur namun kualitas daun menjadi rendah. Jenis, dosis dan waktu pemupukan yang diterapkan petani cukup beragam (Tabel 34).
Tabel 2. Jenis, dosis dan waktu pemupukan pada tembakau Virginia
Pemupukan Waktu Jenis Pupuk Jumlah (kg/.ha)
Pemupukan I 30 hst ZA 200 Urea 100 Ponska 75 NPK 50 Pemupukan II 45 hst ZA 400 Urea 200 Ponska 150 NPK 100 Pemupukan III 65 hst ZA 400 Urea 200 Ponska 150 NPK 100
Tabel 3. Jenis, dosis dan waktu pemupukan pada tembakau Jawa
Pemupukan Waktu Jenis Pupuk Jumlah (kg/.ha)
Pemupukan I Sebelum tanam NPK 40
Pemupukan II 10 hst Urea 100
Pemupukan III 20 hst Urea 100
ZA 100
Pemupukan IV 30 hst Urea 100
ZA 100
Pemupukan V 40 hst Urea 100
247
Cara pemupukan yaitu : semua jenis pupuk dicampur sesuai dosis dan waktu pemberiannya, kemudian setiap 0,5 kg campuran pupuk dilarutkan dalam 25 liter air. Sekitar 0,25 liter larutan pupuk tersebut disiramkan pada setiap tanaman tembakau secara kocor.
f. Pembubunan dan Penyiangan
Frekuensi penyiangan didasarkan pada populasi gulma di pertanaman tembakau. Umumnya pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan yaitu pada umur 15 hst (hari setelah tanam). Kemudian penyiangan berikutnya dilakukan setalah tanaman berumur 30 hst, 45 hst dan 60 hst.
g. Pengairan
Pengairan dilaksanakan dengan sistem lep atau kocor dengan melihat kondisi pertanaman dan tanah serta iklim saat itu. Sistem pengairan dengan lep dilakukan 1-2 kali selama masa pertumbuhan tanaman dan biasanya setelah tanaman tembakau telah berumur 2 bulan, sedangkan pengairan dengan sistem kocor dimulai pada umur 1-5 hst dengan cara menyiram setiap hari, kemudian pada umur 6-60 hst dilakukan penyiraman secara kocor 2 kali setiap minggunya.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit utama yang sering ditemui dalam pertanaman tembakau yaitu
penyakit kerdil, penyakit layu, Thrips (indrak), kutu putih (Bemisia tabacci), wereng
(Myzus persicae), Aphis dan ulat daun. Pada umumnya dalam menanggulangi penyakit dan hama tersebut menggunakan pestisida Gusadrin, Azodrin, Lannate, dan Dursban.
i. Panen
Panen dilakukan secara bergotong royong, yaitu memetik daun secara bertahap sesuai dengan klasifikasi daun bawah, daun tengah dan daun atas dalam waktu serta harga yang berbeda. Frekuensi pemetikan daun tembakau Virginia lebih banyak (Tabel 35), sedangkan frekuensi pemetikan daun tembakau Jawa lebih sedikit (Tabel 36). Hasil petikan panen daun dipisahkan sesuai dengan klasifikasinya karena mempunyai mutu dan nilai jual yang berbeda pula.
Tabel 4. Skema pemetikan dan pewiwilan serta klasifikasi daun tembakau Virginia berdasar posisi pada batang
Kegiatan Umur (hari) Jumlah daun/batang Harga (Rp/kg) Klasifikasi Petik 9 175 6 2.000 (Kerosok) DP
Petik 8 165 4 16.000 (kerosok) DPMA
Petik 7 158 3-4 17.000 (kerosok) DMA
Wiwil 5 151 - -
248 Wiwil 4 137 - - Petik 5 130 3-4 18.000 (kerosok) DMP Wiwil 3 123 - - Petik 4 116 3-4 12.000 (kerosok) DMP Wiwil 2 109 - - Petik 3 102 3 10.000 (kerosok) DMP Wiwil 1 95 - -
Petik 2 85 2-3 2.000 (daun hijau) DK
Petik 1 75 2-3 1.000 (daun hijau) DT
Keterangan :
DT : Daun Tanah
DK : Daun Kaki
DMP : Daun Madya Pertama DMA : Daun Madya Atas
DP : Daun Pucuk
Pangkas bunga umur 90 hari
Pangkas bunga tembakau Virginia dilakukan pada umur 85 hari. Tunas ketiak berpotensi tumbuh sampai 3 kali sehingga dilakukan pewiwilan 15 hari sekali yaitu seminggu sebelum pemetikan daun. Pemetikan daun pada tembakau Virginia sampai 5 kali, sehingga dilakukan pewiwilan sebanyak 5 kali juga.
Tabel 5. Skema pemetikan dan pewiwilan serta klasifikasi daun tembakau Jawa berdasar posisi pada batang
Kegiatan Umur (hari) Jumlah daun/batang Harga (Rp/kg) Klasifikasi Petik 3 116 9 17.000 (rajangan kering) DMA Petik 2 109 6-7 14.000 (rajangan kering) DMP Wiwil 2 102 - - - Petik 1 95 4 10.000 (kerosok) DK Wiwil 1 90 - - - Keterangan : DK : Daun Kaki
DMP : Daun Madya Pertama DMA : Daun Madya Atas Pangkas bunga umur 75 hari
Pangkas bunga tembakau Jawa dilakukan pada umur 70 hari. Tunas ketiak berpotensi tumbuh sampai 2-3 kali dan dilakukan pewiwilan sebelum pemetikan daun. Pemetikan daun hanya 3 kali, sedangkan pewiwilan hanya 2 kali.
KESIMPULAN
Sentra produksi tembakau di Kabupaten Lamongan antara lain berada di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Modo dan merupakan lokasi penelitian tembakau. Kontribusi terhadap produksi tembakau
249
virginia dan tembakau jawa di Kecamatan Modo mencapai 20,06% dari total produksi, Kecamatan Sambeng sebesar 14,98% dari total produksi, Kecamatan Ngimbang sebesar 10,81% dari total produksi dan Kecamatan Bluluk sebesar 8,21% dari total produksi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Balittas, 1997. Tembakau Virginia Buku 1. Monograf Balittas No. 3. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang. 76 p.
---, 1998. Tembakau Virginia Buku 2. Monograf Balittas No. 3. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang. 60 p.
BPS Kab. Lamongan. 2007. Lamongan Dalam Angka 2007. Badan Pusat Satistik Cabang Diperta Kec. Modo. 2007. Program Kerja Cabang Dinas Pertanian dan
Kehutanan. Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kecamatan Modo
Cabang Diperta Kec. Ngimbang. 2009. Programa Penyuluhan Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ngimbang Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kecamatan Ngimbang.
Cabang Diperta Kec. Sambeng. 2009. Program Kerja Cabang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
Diperta Lamongan. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kebupaten Lamongan
Pemkab. Lamongan. 2008. Laporan Akhir penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (Pemetaan Industri Tembakau Kab. Lamongan). Pemerintah Daerah